Anda di halaman 1dari 3

FALSAFAH KEBUDAYAAN MELAYU

“ANALISIS KEBIASAAN BERPAKAIAN DAN PERGAULAN BEBAS DI


KAMPUS ISI PADANGPANJANG”

KELOMPOK 4:

1. JAMILAH (14203422)
2. LAILA
3. DAHLIA FITRI

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN


RISET DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
PROGRAM STUDI PARIWISATA, FOTOGRAFI
A. Kebiasaan Berpakaian

1. Konteks budaya dan norma yang berlaku di lingkungan kampus ISI Padangpanjang;

 Latar Belakang Budaya Minangkabau ISI Padangpanjang berada di Sumatera Barat yang
kental dengan budaya Minangkabau. Budaya ini menekankan nilai-nilai keramahan,
kesopanan, dan tata krama dalam berperilaku, termasuk dalam berpakaian. Ada norma
tertentu yang diharapkan seperti pakaian yang menutup aurat dan tidak terlalu terbuka.
 Kampus Seni dan Kreativitas Di sisi lain, sebagai kampus seni, ISI Padangpanjang juga
memberikan ruang bagi ekspresi kreativitas mahasiswanya, termasuk dalam gaya berpakaian.
Namun, tetap harus memperhatikan batasan-batasan tertentu agar tidak melanggar norma
kesopanan.
 Etika dan Tata Tertib Kampus Seperti kampus pada umumnya, ISI Padangpanjang memiliki
peraturan atau tata tertib terkait cara berpakaian yang dianggap pantas di lingkungan kampus.
Aturan ini harus dipatuhi oleh seluruh civitas akademika.
 Pengaruh Budaya Luar Meskipun berada di lingkungan budaya Minangkabau, kampus ISI
Padangpanjang juga tidak terlepas dari pengaruh budaya luar, baik dari daerah lain di
Indonesia maupun mancanegara. Hal ini dapat mempengaruhi gaya berpakaian dan
pergaulan mahasiswa.
 Toleransi dan Saling Menghormati Dalam lingkungan yang beragam, penting untuk
memupuk toleransi dan saling menghormati perbedaan. Setiap individu harus menghargai
norma dan budaya yang berlaku, sekaligus dihargai hak dan kebebasannya dalam berekspresi
selama tidak melanggar etika dan norma yang disepakati.

2. Faktor-faktor yang memengaruhi kebiasaan berpakaian;

 Latar belakang budaya dan seni, Berbagai disiplin seni seperti seni rupa, seni pertunjukan,
seni musik, dan lain-lain, seringkali memiliki konteks budaya dan estetika tersendiri yang
juga tercermin dalam gaya berpakaian para mahasiswa. Misalnya, mahasiswa seni tari
tradisional mungkin lebih sering menggunakan pakaian yang mencerminkan budaya
setempat.
 Kebebasan berekspresi Kampus seni cenderung memberikan kebebasan yang lebih besar
bagi mahasiswa untuk berekspresi melalui penampilan luar mereka. Hal ini dianggap sebagai
bagian dari proses kreatif dan pengembangan diri. Namun, tentu saja tetap harus
memperhatikan norma-norma kesopanan dan etika yang berlaku.
 Faktor praktis Bagi mahasiswa seni tertentu, seperti seni rupa atau desain, gaya berpakaian
juga dipengaruhi oleh faktor praktis dalam proses berkarya. Misalnya, menggunakan pakaian
yang nyaman dan mudah bergerak saat melukis atau membuat patung.
 Pengaruh tren dan budaya populer Meskipun berada di lingkungan seni, mahasiswa tetap
tidak lepas dari pengaruh tren dan budaya populer saat ini. Gaya berpakaian tertentu yang
sedang populer di kalangan remaja atau anak muda juga mungkin diadopsi oleh sebagian
mahasiswa di kampus seni.

B. Pergaulan Bebas

 Budaya dan norma setempat Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kampus ISI
Padangpanjang berada di lingkungan budaya Minangkabau yang menjunjung tinggi nilai-
nilai kesopanan dan tata krama. Pergaulan bebas yang berlebihan kemungkinan tidak
diterima oleh norma budaya setempat.
 Pengawasan dan pendidikan karakter Perlu dilihat sejauh mana pihak kampus mengawasi
dan memberikan pendidikan karakter kepada mahasiswanya terkait pergaulan yang sehat dan
beretika. Kurangnya pengawasan dan pendidikan karakter dapat memicu terjadinya
pergaulan bebas.
 Pengaruh lingkungan dan budaya luar Meskipun berada di lingkungan budaya Minangkabau,
kampus ISI Padangpanjang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dan budaya luar yang
mungkin membawa nilai-nilai dan gaya hidup yang berbeda.
 Dampak akademis dan sosial Perlu dianalisis dampak yang mungkin timbul dari pergaulan
bebas, baik secara akademis (prestasi belajar), sosial (reputasi kampus), maupun moral
(degradasi nilai-nilai positif).

Anda mungkin juga menyukai