Anda di halaman 1dari 3

Siaran Pers

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Nomor: 114/sipers/A6/IV/2024

Guru Penggerak Tingkatkan Kualitas Layanan di Satuan Pendidikan

Belitung, 22 April 2024 – Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemendikbudristek), Iwan Syahril, melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung pada Kabupaten Belitung Timur pada Minggu, 21 April 2024. Salah satu agenda kunjungan kerja
tersebut adalah berdiskusi dengan puluhan aktor pendidikan Kabupaten Belitung Timur, terdiri dari
Kepala Sekolah pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka, Pengawas Sekolah, Guru Penggerak,
Calon Guru Penggerak, Pengajar Praktik, dan Penggerak Komunitas.

Kunjungan tersebut bertujuan untuk mendapatkan inspirasi implementasi pembelajaran berkualitas dan
berpihak kepada murid dan mempererat tali silaturahmi dengan aktor-aktor pendidikan di daerah. Selain
itu, kunjungan tersebut juga guna memperkuat kolaborasi kebijakan Merdeka Belajar dengan pimpinan
daerah khususnya untuk mendorong komitmen serta gotong royong bersama untuk mewujudkan
ekosistem pendidikan yang berdaya dan kuat.

Terkait dengan Merdeka Belajar, Iwan Syahril dalam agenda diskusi dengan aktor pendidikan Kabupaten
Belitung Timur mengungkapkan secara langsung, bahwa gerakan ini merupakan tantangan yang
diberikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar
Makarim ketika pertama menjabat. Mendikbudristek, terang Iwan, mempertanyakan problem solving apa
yang harus dilakukan dengan kondisi pendidikan Indonesia yang sudah 20-30 tahun mengalami krisis
pembelajaran (learning crisis).

“Konsep atau setiap bagian dari episode Merdeka Belajar ini sangat dibutuhkan oleh Indonesia, untuk
menuntaskan persoalan krisis pembelajaran yang sudah berlangsung lama, ditambah kehilangan
pembelajaran (learning loss) akibat Pandemi Covid-19,” tegas Iwan, pada Minggu (21/4).

Dalam diskusi yang dihadiri oleh Guru Penggerak dan Calon Guru Penggerak tersebut, Iwan juga
menceritakan bagaimana proses hadirnya salah satu program strategis dalam gerakan Merdeka Belajar,
yaitu Guru Penggerak. Program yang merupakan rangkaian Merdeka Belajar Episode Kelima tersebut,
terang Iwan, sempat berimbas akibat epidemi. Padahal, semua persiapan mulai dari perencanaan hingga
pelaksanaan programnya sudah sangat matang dan siap untuk diimplementasikan.

“Guru Penggerak merupakan salah satu program terpenting dalam rangka mentransformasi perubahan
pendidikan Indonesia. Para Guru Penggerak dipersiapkan sebagai pemimpin perubahan untuk
menggerakkan perubahan yang riil serta peningkatkan kualitas layanan satuan pendidikan. Ini
merupakan upaya kita menghidupkan kembali semangat, daya juang, dan pemikiran Ki Hadjar
Dewantara dalam membangun ekosistem pendidikan Indonesia yang berpihak pada murid,” kata Iwan
sekaligus menyatakan bahwa pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penugasan
Guru Sebagai Kepala Sekolah untuk mendukung program tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Belitung Timur, Burhanudin, mengapresiasi kebijakan Merdeka
Belajar yang dihadirkan Kemendikbudristek beberapa tahun belakangan. Ia mengungkapkan, kebijakan
Merdeka Belajar, salah satunya Implementasi Kurikulum Merdeka, telah memberikan ruang seluas-
luasnya bagi guru untuk guru melakukan kreativitas pembelajaran menyenangkan bagi murid.
Siaran Pers
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
“Kami berharap kebijakan Merdeka Belajar ini tidak berubah lagi, termasuk penyampaian Mas Menteri
terkait Kurikulum Merdeka juga sudah final. Sekarang tinggal bagaimana mengimplementasikannya
dengan baik. Guru sekarang juga harus mengubah mindsetnya, dengan adanya Kurikulum Merdeka,
guru jangan hanya melihat fisik dan latar belakang murid, tapi pelajarilah mereka secara utuh,” terang
Burhanudin yang juga pernah menjadi guru.

Ia juga menegaskan bahwa Pemerintah Daerah Belitung Timur mendukung sepenuhnya kebijakan
Permendikbudristek Nomor 40 Tahun 2021. Hal ini dibuktikan dengan usaha untuk terus mendorong
pengangkatan Guru Penggerak menjadi kepala sekolah di wilayah tersebut.

“Kami mendukung sepenuhnya Permendikbudristek ini. Saat ini di Kabupaten Belitung Timur ada 58
Guru Penggerak, 27 orang sudah diangkat menjadi kepala sekolah, 1 orang diangkat menjadi pengawas
sekolah,” terang Burhanudin.

Perubahan Paradigma Berpikir Guru

Guru SMP Negeri 2 Gantung, Danny Yuniar Ardianto, merupakan salah seorang Guru Penggerak yang
hadir pada saat diskusi tersebut mengungkapan banyak sekali perubahan paradigma berpikir dan cara
pembelajaran yang ia dapat saat mengikuti Program Guru Penggerak. Salah satunya terkait bagaimana
ia memandang angka bukan lagi tujuan tapi value. Hal ini pengalaman yang tidak ia dapat dari materi
pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional.

“Saat saya menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional ini saya
melakukan hal kecil terkait menghapus sistem juara atau perangkingan di kelas. Saya mulai menghargai
murid sesuai dengan keunggulan di bidang mereka masing-masing. Jadi saat tidak ada juara pada
pembagian rapor, yang ada adalah apresiasi di bidang sains, di bidang sosial, budaya, bahkan mereka
yang sering datang lebih awal ke kelas saya beri apresiasi,” terang Danny.

Danny melanjutkan bahwa orang tua dari murid yang mendapat apresiasi lebih sering datang lebih dulu
di kelas ini bahkan mengucapkan terima kasih karena anaknya belum pernah sekalipun mendapat
penghargaan atau bingkisan.

Senada dengan Danny, pengalaman menarik dan sangat berkesan terkait pembelajaran berdiferensiasi
dan penerapan pembelajaran sosial emosional juga dirasakan Nolia, Guru Penggerak yang sudah
diangkat menjadi Kepala Sekolah SDN 1 Manggar. Ia mengatakan bahwa telah 11 tahun menjadi guru
kelas 6 dan setiap ujian akhir selalu saja anak yang putus sekolah. Menurut Nolia, rata-rata setiap tahun
putus sekolah selalu terjadi karena kurangnya motivasi anak dan orang tua yang kurang mendukung.

“Karena kita belum memahami keadaan anak, mereka di sekolah tertekan, saya menyadari itu. Namun
ketika saya mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, saya mempelajari modul 1 sampai modul 2, terkait
pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Alhamdulillah pada saat itu anaknya
tidak ada lagi yang putus sekolah,” terang Nolia terkait bagaimana ia menghadirkan pembelajaran yang
menyenangkan.

Perubahan terkait diri pribadi juga dirasakan oleh Mukhammad Mundhofi, guru Bahasa Indonesia di SMK
Negeri 1 Dendang yang juga merupakan seorang Guru Penggerak angkatan 4. Ia mengatakan bahwa
mengajar di SMK tantangannnya cukup berbeda, apalagi menurutnya ia mengajar di SMK di Belitung
Timur, yang paling jauh dari kota.
Siaran Pers
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
“Sekolah kami sekolah baru, waktu di awal hampir separuh anak tidak masuk sekolah. Dipanggil mereka
lari. Saya pernah menampar anak dua kali, karena saya merasa dengan mendisiplinkan anak itu akan
sukses, saya melihat di akademi militer kok disiplin,” terang Mundhofi.

Ia merasa ‘ditampar’ ketika mengikuti Pendidikan Guru Penggerak dan menjadi sadar bukan begitu cara
mengatasi anak. Pendidikan Guru Penggerak mengajarkan ia untuk menyelam dan mendalami karakter
anak secara mendalam dan memahaminya. “Pendidikan Guru Penggerak membuat saya berubah, saya
bukan lagi guru yang suka menampar anak,” tegas Mundhofi.

Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat


Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id

#MerdekaBelajar
#GuruPenggerak

Anda mungkin juga menyukai