Anda di halaman 1dari 17

PRESENTASI DIRI GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN

SISWA BERMASALAH DI SD NEGERI 01 JEPORO


1
Amar Nur Fadhila,2Pundra Rengga Andhita
1
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2 Program Studi Ilmu
Komunikasi, Universitas Amikom Purwokerto
1
amarnurf@gmail.com, 2pundra@amikompurwokerto.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui presentasi diri guru Bimbingan Konseling (BK)
dengan siswa bermasalah di Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Jeporo, Kabupaten Wonogiri,
Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data
deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa presentasi diri guru BK di front stage dan back
stage memperlihatkan penampilan yang berbeda dihadapan siswa bermasalah jika
dibandingkan dengan siswa tidak bermasalah. Di front stage (panggung depan) ada dua jenis
elemen yang diperhatikan guru BK dalam menangani siswa bermasalah, yakni, verbal dan non
verbal. Untuk elemen verbal, guru BK mengoptimalkan aspek lisan dan tulisan. Aspek lisan
berkaitan dengan gaya pesan yang bertingkat, mulai dari gaya persuasif hingga koersif. Ada
rentang waktu yang digunakan guru BK untuk perubahan dari tiap tingkatan pesan tersebut.
Guru BK juga memperhatikan pilihan kata dan kalimat yang sesuai dari tiap tingkatan pesan.
Hal itu dimaksudkan agar siswa bermasalah dapat memberikan umpan balik sesuai harapan
guru BK. Untuk aspek tulisan mulai diberlakukan oleh guru BK jika tingkatan pesan lisan
sudah mencapai tahapan koersif, namun belum ada perubahan dari siswa bermasalah. Adapun
aspek tulisan merupakan kelanjutan dari tahapan lisan. Aspek tulisan dijewantahkan melalui
pembuatan surat pemanggilan orang tua. Nantinya akan diadakan forum diskusi antara guru
BK, orang tua dan siswa bermasalah dalam sesi berbeda. Sedangkan untuk elemen non verbal,
guru BK menampilkan beberapa hal seperti mimik wajah, bahasa tubuh, eye contact, tekanan
suara, pakaian, asesoris, gaya rambut, dan lainnya. Semua elemen itu dimaksudkan sebagai
penguat makna bagi pesan verbal. Elemen ini juga merupakan pendukung bagi keberhasilan
pesan verbal. Sementara itu di back stage (panggung belakang) ternyata ada perbedaan
penampilan yang cukup signifikan ditampilkan guru BK. Mereka merasakan berbagai keluhan
dari apa yang ditampilkannya di front stage. Ada energi ekstra yang harus disiapkan oleh guru
BK dalam menghadapi siswa bermasalah dan itu mempengaruhi stabilitas fisik dan psikisnya di
back stage.
Kata Kunci: Guru BK, sekolah dasar, Jeporo, presentasi diri

ABSTRACT
This study aims to determine the self-presentation of the counseling teachers with problem
students at SD Negeri 01 Jeporo, Wonogiri Regency, Central Java Province. This study uses
qualitative methods that produce descriptive data. The results showed that the counseling
teachers self-presentation on the front stage and back stage showed a different appearance in
front of problem students when compared to students without problems. On the front stage,
there are two types of elements that the counseling teachers pays attention to in dealing with
problem students, namely, verbal and non-verbal. For the verbal element, the counseling
teacher optimizes the oral and written aspects. The spoken aspect relates to a multilevel
message style, from persuasive to coercive styles. There is a timeframe used by counseling
teachers for changes at each level of the message. The counseling teachers also pays attention
to the choice of words and sentences according to each level of the message. This is intended so
that students with problems can provide feedback according to the expectations of the
counseling teacher. For the written aspect, counseling teachers begin to apply it if the level of
spoken messages has reached the coercive stage, but there has been no change from

Fadhila, Andhita, Presentasi Diri Guru,... 109

https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
problematic students. The written aspect is a continuation of the oral stage. The literary aspect
is translated through the making of parental summons. Later there will be discussion forums
between counseling teachers, parents and students with problems in different sessions. As for
non-verbal elements, the counseling teachers displays several things such as facial expressions,
body languages, eye contact, sound pressure, clothes, accessories, hairstyles, and others. All of
these elements are meant to reinforce the meaning of the verbal message. This element is also a
support for the success of the verbal message. Meanwhile, on the back stage, there was a
significant difference in the appearance of the counseling teachers. They felt various complaints
from what they displayed on the front stage. There aare extra energy that must be prepared by
the counseling teachers in dealing with problem students and it affects their physical and
psychological stability on the back stage.
Keywords: BK Teacher, Elementary School, Jeporo, Self presentation

PENDAHULUAN pembelajarannya berbasis agama berada di


Undang-Undang Nomor 20 Tahun bawah pengawasan Kementerian Agama
2003 tentang sistem pendidikan nasional Republik Indonesia (Kemenag RI).
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha Salah satu lembaga pendidikan formil
sadar dan terencana untuk mewujudkan yang berada di bawah Kemendikbud adalah
suasana belajar serta proses pembelajaran agar Sekolah Dasar (SD). Ini merupakan jenjang
peserta didik secara aktif mengembangkan pendidikan lanjutan dari Tingkat Kanak-kanak
potensi diri. Melalui pengembangan potensi (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
diri diharapkan peserta didik dapat memiliki Rentang usia siswa di tingkat SD berada
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diantara 6 hingga 12 tahun atau biasa disebut
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dengan periode intelektual (Gunarsa, 2006).
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, Sebuah rentang waktu potensial yang berperan
masyarakat, bangsa, dan negara. Besarnya penting dalam membentuk intelektual dan
capaian tersebut mendorong pelaksanaan kepribadian peserta didik. Peran penentu
pendidikan harus dipandang sebagai proses keberhasilan peserta didik tidak hanya berasal
pembelajaran pengetahuan dan keterampilan dari siswa tetapi juga orang tua dan penanggung
yang berkelanjutan dalam rentang waktu jawab penyelenggara pembelajaran, yakni
tertetu. Nantinya, melalui pendidikan manusia guru.
akan mendapatkan pembelajaran yang akan Guru merupakan sebuah profesi yang
berguna bagi kehidupannya (Sadirman, 2004). diamanahi untuk pengawasan dan pelaksanaan
Di Indonesia, penyelenggaraan sistem penyelenggaraan pendidikan formil. Guru
pendidikan khususnya peserta didik tingkat adalah pendidik profesional dengan tugas
dasar, menengah, dan atas, berada di bawah utama mendidik, mengajar, membimbing,
kendali Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengarahkan, melatih, menilai, dan meng-
Republik Indonesia (Kemendikbud RI). evaluasi peserta didik pada pendidikan anak
Sedangkan untuk pendidikan yang muatan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

110 Mediakom: Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 4 No. 2 Desember 2020


dasar, dan menengah (Redaksi Sinar Grafika, Dalam membina hubungan dengan
2009). Dalam pelaksanaannya, di tiap sekolah siswa bermasalah, guru BK dituntut bisa
ada sejumlah guru yang bertugas untuk menjalin kedekatan emosional sehingga
penyelenggaraan mata pelajaran tertentu. pengidentifikasian masalah dapat lebih
Namun, selain guru mata pelajaran tertentu, diketahui secara mendalam. Ini seperti yang
juga ada guru pembimbing, yakni orang yang diungkapkan oleh Winkel (1984), dalam
memiliki kemampuan dan keahlian dalam menjalankan perannya guru BK harus bisa
melakukan konseling, lebih lanjut disebut memahami siswa dalam situasi tertentu,
Guru Bimbingan Konseling (BK). terkadang guru BK harus berperan sebagai
Guru BK merupakan pengajar yang pendengar maupun memberikan motivasi dan
memiliki tugas khusus di sekolah. Tugasnya di lain sisi guru BK juga harus berperan
berkaitan dengan pembinaan dan bantuan sebagai teman kepada para siswanya. Lebih
psikologis terhadap murid secara profesional. lanjut Salahudin (2010) juga mengungkapkan
Guru BK memiliki peran penting dalam bahwa ada beberapa peran yang harus
membangun karakter positif siswa. Tidak dimiliki guru BK. Pertama, mengembangkan
terkecuali juga bagi siswa yang bermasalah. kepribadian, keahlian, atau bakat yang
Guru BK dituntut mampu mengatasi berbagai dimiliki siswa didik. Kedua, mengembangkan
persoalan psikologis yang bisa menghambat kehidupan sosial siswa didiknya, sehingga
perkembangan intelektual dan karakter siswa. siswa dapat menilai, memahami, dan
Prinsip kerjanya melalui pola bimbingan dan mengembangkan hubungan sosial di dalam
konseling. Kemudian untuk mengidentifikasi maupun di luar sekolah. Ketiga,
potensi siswa bermasalah, model kerja guru mengembangkan kemampuan belajar siswa
BK menitikberatkan pada pengamatan didiknya, sehingga dapat mengikuti
langsung yang akan dikomparasikan dengan pembelajaran dalam sekolah. Keempat, guru
data akademik siswa. Melalui dua hal tersebut BK dituntut mampu menjelaskan dan
guru BK dapat menyimpulkan potensi siswa membimbing siswa didik dalam mengambil
bermasalah. Identifikasi dini membantu guru keputusan antara mana yang baik dan mana
BK untuk menyusun langkah preventif dan yang tidak seharusnya dipilih.
antisipatif. Di sinilah guru BK dituntut Adanya tuntutan peran besar yang
memiliki kepekaan tinggi. Untuk membentuk diberikan pada guru BK membuat profesi ini
karakter siswa dibutuhkan kepekaan dalam harus memiliki kemampuan presentasi diri
memberikan layanan bimbingan konseling yang baik di hadapan siswanya. Selayaknya
berkaitan dengan gejala-gejalannya yang seorang aktor, guru BK harus mampu
muncul dalam para siswanya dapat diketahui menampilkan simbol yang relevan dalam
seawal mungkin (Prayitno & Amti, 2004). mempresentasikan dirinya. Ini sesuai dengan

Fadhila, Andhita, Presentasi Diri Guru,... 111

https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
apa yang diungkapkan oleh Goffman (1956), membina siswa. Sepert diungkapkan oleh Ana
“The performer must be sensitive to hints and Sholikhatun, S.Pd.SD, “Di hampir semua
ready to take them, for it is through hints that sekolah juga ada siswa bermasalah. Namun di
the audience can warn the performer that his sinilah peran guru BK dan guru lain dituntut
show is unacceptable and that he had better mampu mengubah siswa tersebut dari
modify it quickly if the situation is to be bermasalah hingga menjadi berprestasi. Kita
saved”. Semakin baik presentasi diri yang harus bisa mempresetasikan peran yang
ditampilkannya, maka adaptasi sosial yang sesuai di hadapan siswa,” (Ana, wawancara, 8
terbangun antara guru BK dan siswa dapat Desember 2019). Dari penjelasan ini bisa
berjalan lebih harmonis. Implikasinya mengarah dipahami bahwa ada komitmen yang cukup
pada perubahan siswa dari bermasalah menjadi tinggi dari guru BK untuk mendorong siswa
tidak bermasalah. Inilah yang senantiasa bermasalah menjadi berprestasi dan itu tidak
dibangun oleh guru BK di SD Negeri 1 terlepas dari upayanya dalam mem-
Jeporo dalam menghadapi siswa bermasalah. presentasikan diri yang bisa diterima oleh
SD Negeri 1 Jeporo merupakan siswa. Upaya ini menempatkan manusia (guru
sekolah dasar negeri yang berlokasi di Desa BK) sebagai aktor yang berusaha membentuk
Jeporo, Kecamatan Jatipurno, Kabupaten karakter yang sama dengan harapan orang
Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Sampai lain melalui suatu pertunjukan dramanya
dengan tahun 2019, SD Negeri 1 Jeporo sendiri (Widodo, 2010).
sudah memiliki 285 peserta didik dengan Goffman menjelaskan bahwa dalam
jumlah tenaga pengajar sebanyak 18 guru. membina interaksi sosial, presentasi diri
Dilihat dari peringkatnya, SD Negeri 1 Jeporo merupakan bagian tidak terpisahkan dari
termasuk dalam kategori baik, terakreditasi A manusia sebagai bagian dari kelompok
dengan nilai 92. Kemudian jika dilihat dari masyarakat. Presentasi diri perlu dilakukan
jumlah siswanya, SD Negeri 1 Jeporo oleh individu tertentu untuk memproduksi
merupakan sekolah dasar dengan peserta definisi situasi dan identitas sosial bagi para
didik terbanyak se-Kecamatan Jatipurno, aktor dan definisi situasi tersebut. Itu akan
Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. mempengaruhi ragam interaksi yang layak
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah siswa dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi
di SD Negeri 1 Jeporo juga memiliki yang ada (Mulyana, 2003). Begitu pula
beberapa prestasi di bidang akademik maupun dengan guru BK, tanggung jawab dan
non-akademik. Namun demikian, catatan tugasnya menuntutnya harus mampu
prestasi tersebut tidak terbangun begitu saja, mempresentasikan diri yang relevan di
ada peran guru mata pelajaran dan guru BK hadapan siswa, sehingga dapat berdampak
yang memiliki perhatian ekstra dalam pada perubahan sikap siswa. Dalam penelitian

112 Mediakom: Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 4 No. 2 Desember 2020


yang dilakukan Nurdiati (2019) pada SD melalui penelitian ini akan diketahui sejauh
Inpres Padaelo, Kecamatan Tanete Rilau, mana elemen yang dibangun oleh guru BK
menunjukkan bahwa guru kelas perlu mampu mengimplementasikan presentasi diri
memanfaatkan layanan BK dalam menangani relevan sehingga dapat mengarahkan siswa
siswa bermasalah. Sebanyak 41 hingga 60 bermasalah menjadi siswa berprestasi.
persen dari hasil penelitiannya mem-
perlihatkan bahwa dalam menangani siswa METODE PENELITIAN
bermasalah guru kelas memanfaatkan layanan Penelitian ini menggunakan
bimbingan dan konseling, guru BK. pendekatan kualitatif yang menghasilkan data
Hal senada juga diungkapkan oleh deskriptif. Penelitian ini akan menyajikan
Rizqiyah (2017), bahwa peran yang relevan penjelasan sebuah fenomena dengan
ditampilkan oleh guru BK dapat membantu mengumpulkan suatu data sedalam-dalamnya
penyesuaian diri peserta didik. Adapun (Kriyantono, 2006). Lokasi penelitian yang
beberapa peran yang perlu dilakukan dipilih adalah SD Negeri 1 Jeporo, Kabupaten
menyangkut informator, organisator, motivator, Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Teknik
pengarah, inisiator, transmitter, fasilitator, pengumpulan data dalam penelitian ini
mediator, dan evaluator. Penelitian tersebut bersumber dari 2 hal, yakni data primer dan
menempatkan peran guru BK sebagai garda data sekunder. Untuk data primer bersumber
terdepan dalam menangani siswa bermasalah. dari observasi dan wawancara. Observasi
Hanya saja penelitian tersebut tidak dilakukan peneliti dengan mengamati
menggambarkan lebih detail bagaimana langsung perilaku guru BK di SD Negeri 1
pembagian peran yang dilakukan oleh guru Jeporo. Adapun wawancara dilakukan dengan
BK. Ini penting karena pemeranan pemilihan sumber yang relevan. Untuk
membutuhkan dua panggung, yakni front menentukan sampel yang dijadikan narasumber,
stage (panggung depan) dan back stage penulis menggunakan teknik total sampling,
(panggung belakang). Keberhasilan peran di yakni mengambil sampel dari jumlah yang
panggung depan tentu tidak terlepas dari sama dengan populasi.
persiapan yang dilakukan guru BK di Populasi dalam penelitian ini adalah
panggung belakang. Kedua panggung itu guru BK di SD Negeri 1 Jeporo, Kabupaten
memiliki keterkaitan. Maka berangkat dari Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah yang
pemahaman tersebut penelitian ini ingin berjumlah 3 orang yakni, Ana Sholikatun, S.
mengetahui lebih jauh bagaimana guru BK di Pd. SD, Suhatmoko, S. Pd. SD, dan Satimo,
SD Negeri 1 Jeporo mempresentasikan S. Pd. SD. Ketiga orang tersebut yang
dirinya di hadapan siswa bermasalah dilihat menjadi sampel dalam penelitian ini.
dari front stage dan back stage. Harapannya, Pemilihan total sampling juga dilakukan

Fadhila, Andhita, Presentasi Diri Guru,... 113

https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
dengan maksud untuk menguji validitas data melalui pelibatan tersebut ada kerja sama
melalui analisa triangulasi. Jenis analisa antara guru dan orang tua untuk mengubah
triangulasi yang penulis gunakan adalah perilaku siswa menjadi lebih baik. Untuk 3
triangulasi sumber data, yaitu meng- siswa lain, perkembangannya masih dalam
komparasikan atau memeriksa ulang tingkat pengamatan intensif oleh guru BK.
kepercayaan perolehan data yang didapat dari Pengamatan ini dilakukan dalam rentang
sumber berbeda. waktu tertentu kemudian dikomparasikan
Untuk data sekunder, penelitian ini dengan data hasil pembelajaran akademiknya.
menggunakan studi literasi melalui Temuan ketiga dalam penelitian ini berkaitan
pengumpulan literasi yang relevan. Literasi dengan klasifikasi siswa bermasalah yang
bersumber dari jurnal (penelitian terdahulu), dimaksudkan oleh guru BK. Ada beberapa
buku, dan sejumlah dokumen yang men- kategori siswa bermasalah, hanya saja selama
dukung penelitian. Melalui upaya pemenuhan ini indikator yang sering muncul terkait
data primer dan sekunder diharapkan dapat dengan perkelahian fisik dan menggangu
memberikan gambaran hasil penelitian yang temannya. Kedua kategori tersebut ternyata
holistik. Sebuah hasil yang mampu juga berjalan selaras dengan nilai akademik
menggambarkan bagaimana presentasi diri yang rendah. Ini menunjukkan ada relevansi
yang dilakukan guru BK di SD Negeri 1 antara keduanya. Revelansi itulah yang
Jeporo dalam menghadapi siswa bermasalah. menjadi acuan guru BK untuk memberikan
perhatian ekstra.
HASIL DAN PEMBAHASAN Temuan berikutnya berkaitan dengan
Ada beberapa temuan yang penulis jumlah keseluruhan guru BK yang ada di SD
dapatkan terkait penelitian ini. Temuan Negeri 1 Jeporo. Guru BK di SD Negeri 1
pertama berkaitan dengan jumlah siswa yang Jeporo sebanyak 3 orang yakni Ana
masuk dalam kategori bermasalah di SD Sholikhatun, S. Pd. SD, Suhatmoko, S. Pd.
Negeri 1 Jeporo ada sebanyak 5 orang. SD, dan Satimo, S. Pd. SD. Selain
Kelima siswa bermasalah berada di jenjang dibebankan tugas menjadi guru BK, ketiganya
kelas 4 dan berjenis kelamin laki-laki. juga memiliki kewajiban untuk mengajar
Temuan kedua berkaitan dengan level mata pelajaran tertentu. Terkait kewajibannya
bermasalah dari tiap siswa ternyata berbeda di bimbingan dan konseling, ketiga guru BK
satu sama lain. Sebanyak 2 siswa sudah tersebut bertanggung jawab terhadap 285
masuk dalam level pemanggilan orang tua. Ini siswa. Dari jumlah tersebut, ketiga guru BK
artinya siswa tersebut sudah masuk level harus mampu mengidentifikasi siswa
waspada, dalam menanganinya perlu lebih bermasalah dan siswa yang berpotensi
jauh melibatkan orang tua. Diharapkan bermasalah. Identifikasi untuk siswa yang

114 Mediakom: Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 4 No. 2 Desember 2020


berpotensi bermasalah merupakan langkah Namun demikian guru BK SD Negeri 1
preventif yang dilakukan guru BK. Kemudian Jeporo senantiasa mengedepankan
untuk siswa bermasalah, guru BK akan profesionalitasnya. Mereka memahami bahwa
memberikan penanganan ekstra. Kepada guru bukan hanya pengajar, pelatih dan
tipologi siswa inilah perhatian guru BK pembimbing, tetapi juga sebagai cermin
memiliki porsi perhatian lebih besar tempat peserta didik dapat berkaca (Wahid et
dibandingkan lainnya. Ketiga guru BK al., 2018).
dituntut harus mampu memainkan peran yang Presentasi diri berkaitan dengan dua
relevan dalam menangani siswa bermasalah. wilayah yakni front stage dan back stage. Di
“Kita harus memunculkan peran yang tepat front stage, guru BK dituntut memainkan
bagi mereka. Selama 13 tahun saya di sini, beberapa peran mulai dari guru, orang tua,
dari tahun ke tahun itu siswa yang kurang dan teman diskusi. Ketiga peran tersebut
baik itu berbeda-beda, dan hampir selalu ada dijewantahkan oleh guru BK melalui atribut
di tiap tahunnya,” (Ana, wawancara, 8 penampilan yang sesuai kebutuhan untuk
Desember 2019). mendukung peran tersebut. Sedikitnya ada
Masih menurutnya, meski siswa dua hal yang diperhatikan guru BK di front
bermasalah itu hampir selalu ada, tetapi pada stage, yakni aspek verbal dan non verbal.
akhirnya bisa diatasi dengan baik. Hanya saja Sedangkan back stage, selain difungsikan
level mengatasi tiap siswa berbeda-beda. oleh guru BK sebagai ruang persiapan, ini
Ketika sampai tahap tertentu menunjukkan juga merupakan wilayah bagi mereka untuk
tidak ada perubahan dari perilaku siswa, maka melepas diri dari peran yang ditampilkannya
guru BK akan memanggil orang tua siswa. di front stage. Di ruang inilah guru BK akan
Ada toleransi rentang waktu yang digunakan membagi keluhannya dengan guru lain,
oleh guru BK. Terkait presentasi diri yang termasuk juga kepala sekolah. Keluhan juga
dimainkan oleh guru BK di hadapan siswa disusun bersamaan dengan laporan
bermasalah juga disesuaikan dengan kondisi perkembangan kelanjutan dari siswa
siswa. Mereka yang memiliki tingkat bermasalah. Meski guru BK bukanlah profesi
agresifitas tinggi mendorong guru BK untuk yang mudah, namun semua guru BK di SD
menggunakan tingkatan pesan koersif. Negeri 1 Jeporo tetap memegang
Tahapan itu dilakukan ketika pesan persuasif komitmennya untuk mengambil kontribusi
sudah tidak memberikan hasil optimal dan positif dalam mengatasi siswa bermasalah
tidak ada perubahan signifikan pada perilaku menjadi siswa berprestasi. Jika target itu tidak
siswa. Tidak bisa dipungkiri juga bahwa memungkinkan tercapai, maka minimalnya
menangani siswa bermasalah membutuhkan ada perubahan perilaku siswa bermasalah
ekstra energi dan pikiran dari guru BK. yang terlihat dari rentang waktu tertentu.

Fadhila, Andhita, Presentasi Diri Guru,... 115

https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
Perubahan itu mencakup adanya dorongan menurut Rakhmat (2001) diartikan sebagai
siswa untuk menjadi lebih patuh, hormat dan “alat yang dimiliki bersama untuk
menghargai aturan, guru serta teman- mengungkapkan gagasan”. Adapun
temannya. Harapannya jika kondisi itu permasalahan pemahaman bahasa hanya bisa
tercapai maka akan terbangun hubungan dipahami bila ada kesepakatan di antara
sosial yang lebih harmonis, ada perubahan anggota-anggota kelompok sosial untuk
perilaku dari siswa. Ini penting karena menggunakannya. Kesepakatan itu terbangun
penerapan pola pembelajaran tidak hanya jika adanya harmonisasi dalam interaksi
fokus pelajaran saja, namun juga sosial di antara anggota kelompok, guru BK,
pembentukan karakter peserta didik. “Kita dan siswa.
ajak mereka untuk berperilaku baik. Kita Dalam menampilkan presentasi
tunjukkan mana perbuatan baik dan mana dirinya di hadapan siswa, di front stage, guru
yang tidak baik. Kita berikan motivasi yang BK di SD Negeri 1 Jeporo menggunakan
bertujuan untuk kebaikan anak tersebut di bahasa formil. Sebuah bahasa yang
masa mendatang,” (Satimo, wawancara, 10 memperhatikan tatanan bahasa Indonesia
Maret 2020). Jika perubahan tersebut sudah dengan benar. Namun demikian juga tidak
tercapai maka tugas guru BK berikutnya menutup kemungkinan dikombinasikan
adalah mengarahkan nilai akademik siswa dengan bahasa daerah. Penggunaan bahasa
tersebut, paling tidak hasil belajarnya masuk diimplementasikan guru BK melalui bentuk
dalam ambang batas kelulusan atau kenaikan lisan dan non tulisan. Ini sesuai dengan apa
kelas. yang diungkapkan oleh Muhammad (2011),
bahwa bahasa berkaitan dengan komunikasi
Front Stage Guru BK SD Negeri 1 Jeporo verbal yang dilakukan dengan simbol atau
Sukidin (2002) mengungkapkan kata-kata, baik itu dilakukan secara lisan atau
bahwa di wilayah front stage ada beberapa tulisan. Teknisnya, pesan lisan lebih dulu
hal yang perlu diperhatikan, yakni diutamakan oleh guru BK di SD Negeri 1
pertunjukkan (appearance) atas penampilan Jeporo dalam menghadapi siswa bermasalah.
dan gaya (manner). Kedua hal tersebut dapat Adapun pesan tulisan merupakan tahapan
ditelaah melalui penggunaan bahasa, berkelanjutan ketika komuikasi lisan tidak
pemilihan isi pesan, dan sikap (non verbal) memberikan pengaruh yang signifkan pada
yang ditampilkan aktor di atas panggung. siswa bermasalah. Komunikasi lisan
Penggunaan elemen tersebut merupakan dilakukan guru BK dengan menggunakan
bagian penting dalam menyukseskan organ komunikasi oral, yakni, menggunakan
presentasi diri yang dibangun aktor di mulut yang dapat mengeluarkan kata-kata
hadapan penontonnya. Penggunaan bahasa secara langsung kepada orang yang kita ajak

116 Mediakom: Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 4 No. 2 Desember 2020


bicara (Adler & Rodman, 2006). sehingga orang tersebut bertindak seperti atas
Komunikasi lisan yang dilakukan kehendaknya sendiri.
guru BK dengan siswa bermasalah berbeda Penggunaan pesan bergaya persuafif
dengan siswa tidak bermasalah. Ini seperti lebih diutamakan oleh guru BK dalam
diungkapkan oleh Ana, “Komunikasi kita menghadapi siswa bermasalah. Jadi, ketika
berbeda antara siswa yang perilakunya kurang ada perselisihan tertentu antar siswa, guru BK
baik dengan yang perilakunya baik. Jika harus mampu muncul sebagai pribadi yang
siswa biasa saja yang artinya mereka jarang hangat, bersahabat, dan menenangkan.
melakukan perilaku kurang baik, sekali kita “Pernah suatu waktu ada dua anak laki-laki
mengatakan sesuatu atau memberi motivasi, berkelahi hingga salah satu anak itu itu
mereka bisa langsung merespon. Ini berbeda melukai wajah temannya. Kebetulan
dengan siswa yang perilakunya kurang baik” keduanya itu murid saya. Setelah dipisah,
(Ana, wawancara, 8 Desember 2019). Ada saya coba mendudukkan mereka bersama,
ekstra energi yang harus dikeluarkan oleh saya tanya secara lembut dan tenang perihal
guru BK dalam menyusun pesan lisan yang penyebab perkelahiannya. Kemudian, saya
sekiranya efektif. Pesan lisan formil coba mendamaikan keduanya” (Ana,
merupakan salah satu elemen penting dalam wawancara, 8 Desember 2019). Dalam kasus
presentasi diri yang hendak ditampilkan oleh tersebut guru BK akan terlebih dulu mem-
guru BK di hadapan siswa bermasalah. Jadi, bangun pola komunikasi terbuka harmonis
di tahap awal, peran yang dimunculkan guru dengan pesan lisan yang lembut dan
BK adalah sebagai teman diskusi bagi siswa meneduhkan. Upaya tersebut memperlihatkan
bermasalah. Pesan lisan yang digunakan oleh dua hal. Siswa menjadi berdamai atau
guru BK di tahap ini masih bersifat persuasif, berdamai sesaat namun masih menyimpan
membangun pola komunikasi terbuka. dendam satu sama lain. Di hasil yang kedua
Membujuk siswa untuk tidak melakukan potensi perkelahian bisa terjadi lagi di
perbuatan yang tidak baik. Bujukan tersebut kemudian hari. Ini yang juga tidak boleh luput
dimaksudkan untuk mempengaruhi siswa. dari perhatian guru BK.
Untuk keberhasilan pengaruh tersebut maka Jika upaya guru BK dalam
Guru BK di SD N 1 Jeporo harus mampu menuntaskan persoalan di antara siswa
menyusun isi pesan yang sesuai, menyentuh tersebut ternyata tidak memberikan hasil
sisi psikologis siswa. Ini seperti apa yang signifikan, maka selanjutnya guru BK akan
diungkapkan oleh Rakhmat (2008), pesan mulai memainkan perannya sebagai orang
persuasif merupakan proses untuk mem- tua. Di sini tahapan pesannya masih persuasif
pengaruhi pendapat, sikap dan tindakan orang hanya saja lebih diarahkan pada motivasi
dengan menggunakan manipulasi psikologis tertentu. Guru BK memainkan peran sebagai

Fadhila, Andhita, Presentasi Diri Guru,... 117

https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
motivator dan inspirator. Sering juga guru BK Di tahapan tersebut, guru BK juga
meluangkan waktu khusus untuk menjalin menyampaikan pada siswa bahwa mereka
komunikasi pribadi dengan siswa bermasalah menyediakan saluran pribadi melalui
untuk sekadar memberikan motivasi. “Ada Whatsapp. Ini dilakukan untuk memudahkan
kalanya saya ambil waktu istirahat untuk komunikasi terbuka dari siswa, khususnya
mengobrol dengan siswa tersebut. Kita jika mereka merasa lebih nyaman
pendekatan, sharing, diskusi. Kita motivasi, 5 berkomunikasi melalui perantara handphone.
hingga 10 menit insya Allah sudah cukup” Guru BK memahami mungkin ada diantara
(Suhatmoko, wawancara, 10 Desember 2019). siswa bermasalah yang merasa canggung
Di tahapan ini guru BK mulai menggunakan berkomunikasi langsung (tatap muka), maka
bahasa yang bervariasi, bahasa daerah saluran personal lain juga disediakan oleh
(Bahasa Jawa). Jadi guru BK guru BK. Melalui dua saluran tersebut,
mengidentifikasi terlebih dulu bahasa apa langsung (tatap muka) dan tidak langsung
yang dominan digunakan siswa di lingkungan (melalui WA), guru BK berharap siswa dapat
keluarganya. Penggunaan bahasa daerah lebih terbuka, sehingga guru BK dapat
berfungsi untuk membangun kedekatan mengetahui masalah apa yang sedang terjadi
emosional pada siswa. Kesamaan bahasa akan pada siswa tersebut. Jika identifikasi masalah
memudahkan transfer informasi satu sama berhasil diketahui dengan tepat, guru BK
lain. Isi pesannya lebih mengarah pada mampu memberikan solusi yang sesuai
kalimat motivasi tertentu, pesan sentimentil kebutuhan siswa.
yang menyentuh sanubari. “Kita lakukan Hanya saja jika guru BK sudah
pendekatan, menggunakan juga bahasa melakukan perubahan peran dari teman
daerah, kita anggaplah siswa itu sebagai anak diskusi menjadi orang tua dan tahapan pesan
sendiri. Adapun bahasa daerah kita gunakan persuasif juga telah disusun dengan seksama
agar anak-anak menjadi lebih dekat, kita namun belum menunjukkan keberhasilan,
sentuh hatinya” (Suhatmoko, wawancara, 10 maka guru BK akan menampilkan presentasi
Desember 2019). Ukuran keberhasilan di diri yang berbeda dibandingkan sebelumnya.
tahap ini adalah jika siswa sudah mulai Ini penting karena presentasi diri mengikuti
bersedia untuk membicarakan hal-hal yang pola perilaku yang dipelajari dengan baik,
melatar belakanginya untuk berperilaku kesuksesan pada presentasi diri diukur
kurang baik. Berbicara merupakan salah satu melalui keberhasilan dalam kelompok.
tujuan utama dalam melakukan pembelajaran Perubahan presentasi diri diawali dengan
bahasa dikarenakan kemampuan untuk mengganti peran dari teman diskusi menjadi
memberikan suatu ide dengan jelas dan benar orang tua, lalu jika di tahapan ini siswa tetap
kepada orang lain (Argawati, 2014). tidak menunjukkan perubahan, maka guru BK

118 Mediakom: Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 4 No. 2 Desember 2020


kembali memainkan perannya sebagai guru. Komunikasi tulisan merupakan
Adapun ketika guru BK mempresentasikan komunikasi yang digunakan menggunakan
dirinya sebagai guru, maka tahapan pesan bahasa tulis atau simbol yang memuat kata-
lisan yang digunakan juga ikut berubah, dari kata atau makna tertentu dan disampaikan
persuasif menjadi koersif, yakni pesan yang kepada lawan bicara secara tidak langsung
mengandung nuansa tegas dan paksaan, (Adler & Rodman, 2006). Di tahap ini
khususnya jika terkait tingkat agresifitas komunikasi yang dilakukan guru BK berbeda
siswa yang tinggi. “Diberikan peringatan dengan komunikasi lisan. Di sini guru BK
secara tegas, akan tetapi jangan sampai kita akan menyusun surat panggilan orang tua.
sebagai guru memberikan peringatan dengan “Jika siswa yang memiliki perilaku kurang
fisik. Jadi bila ada anak yang keliru diberikan baik masih tidak dapat diarahkan, ya terpaksa
peringatan secara lisan dan dinasehati dengan kita berikan surat panggilan terhadap
lembut, namun jika tetap tidak bisa, kita orangtuanya” (Satimo, wawancara, 10 Maret
mulai menggunakan pesan yang tegas namun 2020). Menurutnya, penerapan komunikasi
tanpa peringatan fisik” (Satimo, wawancara, koersif (tegas) seperti membuat surat
10 Maret 2020). panggilan orang tua biasanya dapat mengubah
Di tahapan pesan koersif, guru BK perilaku siswa bermasalah. Komunikasi
juga sudah mulai menyampaikan beberapa tulisan yang bersifat panggilan orang tua
potensi sanksi yang akan diterima oleh siswa dilakukan dengan dua maksud. Pertama, agar
jika tidak menunjukkan perubahan signifikan. orang tua mengetahui perilaku siswanya di
Penyampaian sanksi pada siswa merupakan sekolah. Terkadang perilaku siswa di rumah
tahapan akhir dari komunikasi lisan yang akan berbeda dengan di sekolah. Melalui
dilakukan oleh guru BK. Jika ancaman sanksi pemanggilan ini maka orang tua bisa
telah disampaikan namun siswa tetap tidak mendapatkan informasi yang selama ini tidak
menunjukkan perubahan, maka guru BK diketahuinya. Kedua, komunikasi tulisan
mengubah pola komunikasinya dari lisan dilakukan guru BK untuk mendapatkan
menjadi tulisan. Perubahan ini dijewantahkan pemahaman bagaimana komunikasi yang
melalui penyusunan surat panggilan kepada terjalin antara siswa dan orang tua selama di
orang tua. Di tahap ini ada rentang waktu rumah.
yang digunakan oleh guru BK mulai dari Pemanggilan orang tua ke sekolah
panggilan pertama hingga ketiga. Harapannya akan dilakukan dalam dua sesi berbeda. Sesi
persoalan siswa bermasalah bisa selesai di pertama hanya melibatkan guru BK dan orang
tahap ini sehingga tidak membuat mereka tua, jika dibutuhkan juga guru lain yang
menerima sanksi tertentu seperti dikeluarkan fungsinya untuk menjelaskan nilai akademik
dari sekolah. siswa. Sesi kedua akan melibatkan orang tua,

Fadhila, Andhita, Presentasi Diri Guru,... 119

https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
guru BK, dan siswa. Di tahap ini, guru BK diberikan siswa tidak mungkin bisa terbentuk
akan mengkombinasikan dua peran, sebagai jika tidak didukung simbol non verbal yang
guru dan orang tua. Isi pesannya juga relevan. Maka dari itu, guru BK juga
dikombinasikan antara persuasif dan koersif. menyiapkan penampilannya dengan baik.
Pola komunikasi dilakukan secara dialogis Beberapa simbol yang dipersiapkan untuk
terbuka. Dalam komunikasi tersebut guru BK mendukung penampilannya seperti menjaga
juga memperlihatkan catatan atau bukti kerapihan rambut dengan memperhatikan
tertulis untuk memberikan kesan serius dan panjang pendeknya (untuk laki-laki),
formal di hadapan orang tua. Catatan lebih berjilbab (untuk guru BK perempuan yang
menjelaskan pada gambaran nilai akademik muslim), penggunaan pakaian dinas yang
siswa dalam periode waktu tertentu. Di akhir rapi, tutur bahasa yang lembut dan sopan,
diskusi guru BK juga mulai menyampaikan serta menjaga perilaku yang baik. “Ini penting
informasi terkait potensi sanksi yang akan agar menimbulkan kesan pada diri siswa
diterima oleh siswa jika setelah pertemuan bahwa guru BK layak menjadi contoh dalam
tersebut belum ada perubahan signifikan yang berpakaian rapi” (Ana, wawancara, 8
terlihat dari siswa. Desember 2019). Semua unsur non verbal
Aspek lain yang diperhatikan guru tersebut mampu menguatkan pesan verbal
BK dalam menampilkan presentasi dirinya di yang disampaikan oleh guru BK.
hadapan siswa bermasalah adalah pesan non Aspek non verbal lain yang dilakukan
verbal. Pesan ini digunakan guru BK untuk guru BK di front stage adalah dengan
menguatkan komunikasi verbal. Roifah menghindari penggunaan aksesoris berlebihan
(2014; Siregar, 2015) mengungkapkan salah dan meminimalisir penggunaan gadget di
satu caranya adalah dengan memainkan peran hadapan siswa. Dengan demikian, ini bisa
sebagai suri tauladan. Ini penting karena membangun nuansa keterbukaan pada siswa
perilaku siswa dapat dibentuk atau dilakukan untuk berkomunikasi langsung. Guru juga
dengan cara modelling atau memberikan dapat lebih memperhatikan siswa dengan
teladan. Impelementasi suri tauladan tersebut seksama. “Dalam melakukan presentasi diri
dilakukan dengan menyusun pesan non verbal kita juga harus memberikan contoh yang baik
yang kuat. Guru BK di SD Negeri 1 Jeporo terhadap anak seperti menyapu, membuang
memahami bahwa siswa akan melihat guru sampah pada tempatnya, meminimalisir
sebagai role model. Oleh karenanya, guru BK penggunaan gadget di hadapan siswa,
harus mampu memberikan penampilan menerapkan 3S (senyum, sapa, dan salam),
terbaiknya. Pesan ini juga yang disampaikan membantu siswa, berdoa, berpakaian rapi, dan
guru BK pada guru lainnya. Guru BK juga lainnya” (Suhatmoko, wawancara, 10 Desember
memahami bahwa kesan suri tauladan yang 2019). Guru BK sangat memahami bahwa

120 Mediakom: Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 4 No. 2 Desember 2020


peserta didik menghabiskan waktu di sekolah intens. Semua elemen non verbal tersebut
antara 4 hingga 7 jam. Selama rentang waktu menjadi bagian tidak terpisahkan dari
tersebut orang tua yang mereka lihat di presentasi diri yang ditampilkan guru BK di
sekolah adalah guru. Jadi di tahap inilah guru hadapan siswa bermasalah.
harus bisa mempresentasikan dirinya sebaik Aspek yang juga tidak kalah penting
mungkin, verbal ataupun non verbal. dalam elemen non verbal adalah tampilan
Aspek non verbal juga ditampilkan sikap. Dalam elemen ini guru BK di SD
guru BK SD Negeri 1 Jeporo secara Negeri 1 Jeporo dituntut memiliki sikap baik
bertingkat, di tahap persuasif mereka yang dicerminkan melalui ketenangan,
menampilkan wajah yang ramah, murah keramahan, kejujuran, kesederhanaan,
senyum, dan memberikan nuansa keteduhan. tanggung jawab, dan kesiapsiagaan dalam
Sebaliknya, di tahapan koersif, pesan non membantu siswa satu sama lain. “Sikap kita
verbal yang ditampilkan guru BK juga bisa dituntut harus senantiasa memberikan
berbeda. “Apabila sudah diperingati secara gambaran ketenangan. Dengan ketenangan
persuasif namun siswa tetap menyepelekan anak menjadi nyaman dan aman. Berbeda jika
atau tidak memperhatikan, maka kita berubah kita menghadapi dengan kemarahan, anak
menjadi tegas, disiplin, dan saat bicara kita akan merasa takut sehingga dia tidak mau
juga menunjukan wajah yang serius” (Satimo, mengatakan masalahnya. Kalau sudah begitu
wawancara, 10 Maret 2020). Selain tampilan masalah menjadi tidak terpecahkan” (Ana,
wajah yang lebih serius, untuk mendukung wawancara, 8 Desember 2019). Kematangan
kesan tegas, guru BK juga menambah tekanan emosional, intelektual, dan sosial guru BK
suaranya menjadi lebih keras namun tetap sangat berperan penting dalam membangun
dalam kontrol diri yang baik. Pesan non suri tauladan bagi siswa melalui akumulasi
verbal lain yang ditekankan adalah pesan verbal dan non verbal yang relevan. Ini
penggunaan eye contact (kontak mata). sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh
Penggunapan eye contact di tahapan koersif Mulyasa (2011), guru harus berusaha untuk
lebih intens dan mendalam, untuk tampil menyenangkan di hadapan peserta
menguatkan kesan ketegasan. Jika di tahapan didik, agar dapat menjadi teladan, mendorong
persuasif mereka lebih memunculkan bahasa mereka untuk belajar, dan membentuk pribadi
tubuh dan eye contact yang lembut, pelan, yang berkarakter mulia.
dan teratur. Maka di tahapan koersif, bahasa
tubuh menjadi lebih minimal dengan sesekali Back Stage Guru BK SD Negeri 1 Jeporo
memunculkan ritme gerakan yang tegas. Mulyana mengatakan, back stage
Sedangkan eye contact di tahapan koersif (panggung belakang) merupakan tempat
juga cenderung menjadi lebih tajam dan individu untuk mempersiapkan perannya di

Fadhila, Andhita, Presentasi Diri Guru,... 121

https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
front stage (panggung depan). Dalam back di antara mereka bisa melemparkan bahan
stage semua kegiatan dilakukan secara lelucon yang mengundang canda tawa.
tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan Suasana ini yang bisa menguatkan mereka
akting atau penampilan diri yang ada pada satu sama lain. Di back stage guru BK juga
panggung depan (Adliandri, 2016). Hal ini akan saling diskusi, tukar pendapat mengenai
juga yang dipahami oleh guru BK di SD pola komunikasi mereka satu sama lain dalam
Negeri 1 Jeporo. Ada wilayah belakang yang mengatasi siswa bermasalah. Ada komunikasi
merupakan wilayah pribadi dan tidak boleh dialogis yang harmonis terjalin antara guru
diketahui siswa. Di wilayah inilah guru BK BK. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam
bisa lebih leluasa menampilkan dirinya. Di penelitian Siregar (2015), pada wilayah
wilayah ini guru BK SD Negeri 1 Jeporo belakang, komunikasi verbal dilakukan dalam
memperlihatkan tampilan yang berbeda. pembicaraan umumnya berlangsung formal
Tidak bisa dipungkiri dalam menghadapi bila membahas urusan pekerjaan dan tidak
siswa bermasalah guru BK dituntut energi formal menyangkut hal di luar urusan
ekstra. Di wilayah back stage, guru BK dapat pekerjaan, serta penggunaan bahasa daerah
menceritakan keluhannya satu sama lain. terhadap guru yang memiliki etnis sama. Hal
Keluhan itu disampaikan dalam rangka itu dilakukan untuk membangun perasaan
mencari solusi bersama untuk mengatasi yang sama di antara teman sejawat.
siswa bermasalah. Jadi guru BK bisa saling Back stage juga dimanfaatkan guru
mengkomparasikan pola penanganan yang BK sebagai ruang pengamatan. Jadi, dalam
sudah dilakukan dan juga cara menentukan mengidentifikasi siswa bermasalah, guru BK
indikator keberhasilan pola tersebut. terlebih dulu melakukan pengamatan terhadap
Jika di front stage guru BK harus siswa. Pengawasan ini bersifat tertutup.
mampu memperlihatkan sikap kokoh, kuat, Ketika ada perselisihan siswa, guru BK tidak
dan ramah dalam mengatasi masalah. Maka di langsung turun tangan menengahi perselisihan
back stage, mereka bisa sebaliknya. Ada tersebut, kecuali dalam level yang
nuansa kelelahan, beban pikiran, dan hal lain mengandung kewaspadaan tinggi, guru BK
yang bisa juga mempengaruhi psikis guru akan turun langsung. Untuk yang tidak
BK. Oleh karenanya di wilayah ini, tampilan mengandung kewaspadaan tinggi, guru BK
guru BK akan jauh berbeda dibandingkan akan terlebih dulu mengamati perselisihan
ketika di hadapan siswa. Misal, dari segi dari kejauhan, tanpa diketahui siswa terkait.
penggunaan bahasa, guru BK cenderung Hasil pengamatan tersebut kemudian
menggunakan bahasa tidak formil dan bahasa dikomunikasikan dengan guru kelas.
daerah. Pemilihan gaya bahasa tersebut bisa Nantinya guru BK dan guru kelas akan
membuat mereka lebih santai. Sesekali juga melakukan diskusi intensif dan menentukan

122 Mediakom: Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 4 No. 2 Desember 2020


pola penanganannya. Back stage juga hanya yang berkaitan dengan aspek
dimanfaatkan guru BK sebagai ruang intelektualitas saja, melainkan juga
persiapan, dalam arti, mencari informasi yang pembangunan karakter. Keduanya merupakan
lengkap mengenai latar belakang siswa bagian tidak terpisahkan demi mewujudkan
bermasalah. Informasi ini bisa bersumber dari generasi masa depan yang lebih baik.
internal atau eksternal. Internal mengacu pada
perolehan informasi dari sesama guru. SIMPULAN DAN SARAN
Adapun, eksternal bersumber dari orang tua Presentasi diri yang dilakukan guru
atau orang terdekat yang ada di lingkungan BK di SD Negeri 1 Jeporo, Kabupaten
siswa. Salah satu cara yang bisa dilakukan Wonogiri di hadapan siswa bermasalah
adalah ketika menyambut siswa jelang masuk memiliki pemakanaan yang berbeda satu
sekolah di pagi hari. Guru BK akan sama lain. Di front stage (panggung depan),
melakukan pengamatan terhadap siswa dan ada tiga peran yang dimainkan oleh guru BK,
siapa yang mengantarnya. Sesekali yakni sebagai teman diskusi, orang tua, dan
komunikasi singkat juga dilakukan guru BK guru bagi siswa. Ketiga peran tersebut
kepada pengantar siswa, namun pesannya didukung dengan penggunaan simbol verbal
tidak langsung menjurus pada perilaku siswa. dan non verbal yang relevan. Kedua simbol
Akumulasi informasi tersebut yang tersebut diimplementasikan dalam bentuk
nantinya akan digunakan guru BK untuk lisan dan tulisan. Aspek lisan berkaitan
membuat konklusi awal mengenai siswa dengan gaya pesan yang bertingkat, mulai
bermasalah. Konklusi ini akan mempengaruhi dari persuasif hingga koersif. Ada rentang
bagaimana presentasi diri yang akan waktu yang digunakan untuk perubahan dari
dilakukan guru BK di hadapan siswa tiap tingkatan pesan tersebut. Di tahapan
bermasalah. “Dalam menangani siswa yang persuasif pesan yang ditampilkan lebih
memiliki perilaku kurang baik, kita harus memberikan kesan hangat, jujur, dekat, dan
melakukan pengamatan agar mempunyai memanipulasi psikologis siswa agar dapat
mengenai siswa tersebut. Nanti akan melakukan perubahan perilaku. Guru BK juga
diklasifikasikan mana yang perlu diawasi memperhatikan pilihan kata dan kalimat yang
lebih dan mana yang perlu ditegur sebelum sesuai dengan gaya persuasif. Simbol non
perilakunya berkembang lebih jauh” (Ana, verbal yang dibangun mencakup eye contact,
wawancara, 8 Desember 2019). Semua suara, mimik wajah, dan bahasa tubuh yang
tahapan tersebut dilakukan guru BK di SD relevan untuk mendukung gaya persuasif. Di
Negeri 1 Jeporo sebagai bentuk tanggung tahapan koersif pesan verbal yang
jawab mereka dalam mendidik siswa. Mereka ditampilkan lebih kuat dengan dukungan non
memahami bahwa pendidikan siswa tidak verbal yang juga revelan seperti tekanan

Fadhila, Andhita, Presentasi Diri Guru,... 123

https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
suara, gaya bahasa, mimik wajah, dan eye Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
contact yang menyiratkan ketegasan dan Universitas Riau, 3(1).
kewibawaan. Adapun untuk aspek tulisan Argawati, N. O. (2014). Improving Students’
mulai diberlakukan oleh guru BK jika Speaking Skill Using Group Discussion.
tingkatan pesan lisan sudah mencapai tahapan Journal of English Language Teaching
koersif namun belum ada perubahan dari in Indonesia, 2(2), 74–81.
siswa bermasalah. Aspek tulisan Goffman, E. (1956). The Presentation of Self
dijewantahkan melalui pembuatan surat in Everyday Life. University of
pemanggilan orang tua. Nantinya akan Edinburgh, Social Sciences Research
diadakan forum diskusi antara guru BK, Centre.
orang tua, dan siswa bermasalah dalam sesi Gunarsa, S. (2006). Psikologi Perkembangan
berbeda. Sedangkan di back stage (panggung Anak dan Dewasa. Gunung Mulia.
belakang) guru BK menampilkan gambaran Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset
diri yang sesungguhnya. Mereka merasakan Komunikasi. Kencana Prenadamedia
berbagai keluhan dari apa yang Group.
ditampilkannya di front stage. Ada energi Muhammad. (2011). Metode Penelitian
ekstra yang harus disiapkan oleh guru BK Bahasa. Ar-Ruzz Media.
dalam menghadapi siswa bermasalah dan itu Mulyana, D. (2003). Ilmu Komunikasi : Suatu
mempengaruhi stabilitas fisik dan psikisnya Pengantar. PT Remaja Rosdakarya.
di back stage. Meski demikian, guru BK di Mulyasa. (2011). Manajemen Pendidikan
SD Negeri 1 Jeporo tetap mengedepankan Karakter. Bumi Aksara.
tanggung jawab dan profesionalitas dalam Nurdiati. (2019). Peranan Guru Kelas Dalam
pekerjaannya. Hal ini juga tidak terlepas dari Memanfaatkan Layanan Bimbingan dan
niat tulus mereka dalam mendidik siswa yang Konseling Dalam Menangani Siswa
tidak hanya berkaitan dengan aspek yang Bermasalah Di SD INPRES
intelektualitas tetapi juga karakter. Padaelo, Kecamatan Tanete Rilau.
Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 1,
DAFTAR PUSTAKA 20–30.
Adler, R. B., & Rodman, G. (2006). Perdana, G. R., & Ahmadi, D. (2015).
Understanding Human Communication. Presentasi Diri Seleb Instagram
Oxford University Press. Hijabers. Prosiding Penelitian Sivitas
Adliandri, A. E., & Yohana, N. (2016). Akademika UNISBA (Sosial Dan
Presentasi Diri Fashion Icon Hijab Syari Humaniora), Universitas Islam
Kota Pekanbaru melalui Media Sosial Bandung.
Instagram. Jurnal Online Mahasiswa Prayitno, & Amti, E. (2004). Dasar-dasar

124 Mediakom: Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 4 No. 2 Desember 2020


Bimbingan dan Konseling Edisi revisi. Bimbingan Konseling di SMPN 1
Rineka Cipta. Batangkuis. Jurnal Handayani, 4(1).
Rakhmat, J. (2001). Psikologi Komunikasi Sukidin, B. (2002). Metode Penelitian
Edisi Revisi. PT Remaja Rosdakarya. Kualitatif Perspektif Mikro. Insan
Rakhmat, J. (2008). Psikologi Komunikasi. Cendekia.
PT Remaja Rosdakarya. Turistiati, A. T., MIRHRM, & Andhita, P. R.
Redaksi Sinar Grafika. (2009). Undang- (2021). KOMUNIKASI
undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 ANTARBUDAYA: Panduan
Tahun 2005). Sinar Grafika. Komunikasi Efektif antar Manusia
Rizqiyah, M. (2017). Peranan Guru Berbeda Budaya. Zahira Media
Bimbingan dan Konseling Dalam Publisher.
Membantu Penyesuaian Diri Siswa baru Wahid, A. H., Mualli, C., & Qodratillah, K.
di SMPIT Abu Bakar Yogyakarta. R. (2018). Pengembangan Karakter
Jurnal Bimbingan Konseling Dan Guru Dalam Menghadapi Demoralisasi
Dakwah Islam, 14(2). Siswa Perspektif Teori Dramaturgi.
Sadirman, A. (2004). Interaksi dan Motivasi Jurnal Mudarrisuna, 8(1).
Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo. Widodo, S. (2010). Anatomi dan
Salahudin, A. (2010). Bimbingan dan Perkembangan Teori Sosial. Aditya
Konseling. CV Pustaka Setia. Media Publishing.
Siregar, H. I. (2015). Pendekatan Teori Winkel, W. (1984). Bimbingan dan Konseling
Dramaturgi Dalam Komunikai Guru Di Sekolah Menengah. PT Gramedia.

Fadhila, Andhita, Presentasi Diri Guru,... 125

https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040

Anda mungkin juga menyukai