ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui presentasi diri guru Bimbingan Konseling (BK)
dengan siswa bermasalah di Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Jeporo, Kabupaten Wonogiri,
Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data
deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa presentasi diri guru BK di front stage dan back
stage memperlihatkan penampilan yang berbeda dihadapan siswa bermasalah jika
dibandingkan dengan siswa tidak bermasalah. Di front stage (panggung depan) ada dua jenis
elemen yang diperhatikan guru BK dalam menangani siswa bermasalah, yakni, verbal dan non
verbal. Untuk elemen verbal, guru BK mengoptimalkan aspek lisan dan tulisan. Aspek lisan
berkaitan dengan gaya pesan yang bertingkat, mulai dari gaya persuasif hingga koersif. Ada
rentang waktu yang digunakan guru BK untuk perubahan dari tiap tingkatan pesan tersebut.
Guru BK juga memperhatikan pilihan kata dan kalimat yang sesuai dari tiap tingkatan pesan.
Hal itu dimaksudkan agar siswa bermasalah dapat memberikan umpan balik sesuai harapan
guru BK. Untuk aspek tulisan mulai diberlakukan oleh guru BK jika tingkatan pesan lisan
sudah mencapai tahapan koersif, namun belum ada perubahan dari siswa bermasalah. Adapun
aspek tulisan merupakan kelanjutan dari tahapan lisan. Aspek tulisan dijewantahkan melalui
pembuatan surat pemanggilan orang tua. Nantinya akan diadakan forum diskusi antara guru
BK, orang tua dan siswa bermasalah dalam sesi berbeda. Sedangkan untuk elemen non verbal,
guru BK menampilkan beberapa hal seperti mimik wajah, bahasa tubuh, eye contact, tekanan
suara, pakaian, asesoris, gaya rambut, dan lainnya. Semua elemen itu dimaksudkan sebagai
penguat makna bagi pesan verbal. Elemen ini juga merupakan pendukung bagi keberhasilan
pesan verbal. Sementara itu di back stage (panggung belakang) ternyata ada perbedaan
penampilan yang cukup signifikan ditampilkan guru BK. Mereka merasakan berbagai keluhan
dari apa yang ditampilkannya di front stage. Ada energi ekstra yang harus disiapkan oleh guru
BK dalam menghadapi siswa bermasalah dan itu mempengaruhi stabilitas fisik dan psikisnya di
back stage.
Kata Kunci: Guru BK, sekolah dasar, Jeporo, presentasi diri
ABSTRACT
This study aims to determine the self-presentation of the counseling teachers with problem
students at SD Negeri 01 Jeporo, Wonogiri Regency, Central Java Province. This study uses
qualitative methods that produce descriptive data. The results showed that the counseling
teachers self-presentation on the front stage and back stage showed a different appearance in
front of problem students when compared to students without problems. On the front stage,
there are two types of elements that the counseling teachers pays attention to in dealing with
problem students, namely, verbal and non-verbal. For the verbal element, the counseling
teacher optimizes the oral and written aspects. The spoken aspect relates to a multilevel
message style, from persuasive to coercive styles. There is a timeframe used by counseling
teachers for changes at each level of the message. The counseling teachers also pays attention
to the choice of words and sentences according to each level of the message. This is intended so
that students with problems can provide feedback according to the expectations of the
counseling teacher. For the written aspect, counseling teachers begin to apply it if the level of
spoken messages has reached the coercive stage, but there has been no change from
https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
problematic students. The written aspect is a continuation of the oral stage. The literary aspect
is translated through the making of parental summons. Later there will be discussion forums
between counseling teachers, parents and students with problems in different sessions. As for
non-verbal elements, the counseling teachers displays several things such as facial expressions,
body languages, eye contact, sound pressure, clothes, accessories, hairstyles, and others. All of
these elements are meant to reinforce the meaning of the verbal message. This element is also a
support for the success of the verbal message. Meanwhile, on the back stage, there was a
significant difference in the appearance of the counseling teachers. They felt various complaints
from what they displayed on the front stage. There aare extra energy that must be prepared by
the counseling teachers in dealing with problem students and it affects their physical and
psychological stability on the back stage.
Keywords: BK Teacher, Elementary School, Jeporo, Self presentation
https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
apa yang diungkapkan oleh Goffman (1956), membina siswa. Sepert diungkapkan oleh Ana
“The performer must be sensitive to hints and Sholikhatun, S.Pd.SD, “Di hampir semua
ready to take them, for it is through hints that sekolah juga ada siswa bermasalah. Namun di
the audience can warn the performer that his sinilah peran guru BK dan guru lain dituntut
show is unacceptable and that he had better mampu mengubah siswa tersebut dari
modify it quickly if the situation is to be bermasalah hingga menjadi berprestasi. Kita
saved”. Semakin baik presentasi diri yang harus bisa mempresetasikan peran yang
ditampilkannya, maka adaptasi sosial yang sesuai di hadapan siswa,” (Ana, wawancara, 8
terbangun antara guru BK dan siswa dapat Desember 2019). Dari penjelasan ini bisa
berjalan lebih harmonis. Implikasinya mengarah dipahami bahwa ada komitmen yang cukup
pada perubahan siswa dari bermasalah menjadi tinggi dari guru BK untuk mendorong siswa
tidak bermasalah. Inilah yang senantiasa bermasalah menjadi berprestasi dan itu tidak
dibangun oleh guru BK di SD Negeri 1 terlepas dari upayanya dalam mem-
Jeporo dalam menghadapi siswa bermasalah. presentasikan diri yang bisa diterima oleh
SD Negeri 1 Jeporo merupakan siswa. Upaya ini menempatkan manusia (guru
sekolah dasar negeri yang berlokasi di Desa BK) sebagai aktor yang berusaha membentuk
Jeporo, Kecamatan Jatipurno, Kabupaten karakter yang sama dengan harapan orang
Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Sampai lain melalui suatu pertunjukan dramanya
dengan tahun 2019, SD Negeri 1 Jeporo sendiri (Widodo, 2010).
sudah memiliki 285 peserta didik dengan Goffman menjelaskan bahwa dalam
jumlah tenaga pengajar sebanyak 18 guru. membina interaksi sosial, presentasi diri
Dilihat dari peringkatnya, SD Negeri 1 Jeporo merupakan bagian tidak terpisahkan dari
termasuk dalam kategori baik, terakreditasi A manusia sebagai bagian dari kelompok
dengan nilai 92. Kemudian jika dilihat dari masyarakat. Presentasi diri perlu dilakukan
jumlah siswanya, SD Negeri 1 Jeporo oleh individu tertentu untuk memproduksi
merupakan sekolah dasar dengan peserta definisi situasi dan identitas sosial bagi para
didik terbanyak se-Kecamatan Jatipurno, aktor dan definisi situasi tersebut. Itu akan
Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. mempengaruhi ragam interaksi yang layak
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah siswa dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi
di SD Negeri 1 Jeporo juga memiliki yang ada (Mulyana, 2003). Begitu pula
beberapa prestasi di bidang akademik maupun dengan guru BK, tanggung jawab dan
non-akademik. Namun demikian, catatan tugasnya menuntutnya harus mampu
prestasi tersebut tidak terbangun begitu saja, mempresentasikan diri yang relevan di
ada peran guru mata pelajaran dan guru BK hadapan siswa, sehingga dapat berdampak
yang memiliki perhatian ekstra dalam pada perubahan sikap siswa. Dalam penelitian
https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
dengan maksud untuk menguji validitas data melalui pelibatan tersebut ada kerja sama
melalui analisa triangulasi. Jenis analisa antara guru dan orang tua untuk mengubah
triangulasi yang penulis gunakan adalah perilaku siswa menjadi lebih baik. Untuk 3
triangulasi sumber data, yaitu meng- siswa lain, perkembangannya masih dalam
komparasikan atau memeriksa ulang tingkat pengamatan intensif oleh guru BK.
kepercayaan perolehan data yang didapat dari Pengamatan ini dilakukan dalam rentang
sumber berbeda. waktu tertentu kemudian dikomparasikan
Untuk data sekunder, penelitian ini dengan data hasil pembelajaran akademiknya.
menggunakan studi literasi melalui Temuan ketiga dalam penelitian ini berkaitan
pengumpulan literasi yang relevan. Literasi dengan klasifikasi siswa bermasalah yang
bersumber dari jurnal (penelitian terdahulu), dimaksudkan oleh guru BK. Ada beberapa
buku, dan sejumlah dokumen yang men- kategori siswa bermasalah, hanya saja selama
dukung penelitian. Melalui upaya pemenuhan ini indikator yang sering muncul terkait
data primer dan sekunder diharapkan dapat dengan perkelahian fisik dan menggangu
memberikan gambaran hasil penelitian yang temannya. Kedua kategori tersebut ternyata
holistik. Sebuah hasil yang mampu juga berjalan selaras dengan nilai akademik
menggambarkan bagaimana presentasi diri yang rendah. Ini menunjukkan ada relevansi
yang dilakukan guru BK di SD Negeri 1 antara keduanya. Revelansi itulah yang
Jeporo dalam menghadapi siswa bermasalah. menjadi acuan guru BK untuk memberikan
perhatian ekstra.
HASIL DAN PEMBAHASAN Temuan berikutnya berkaitan dengan
Ada beberapa temuan yang penulis jumlah keseluruhan guru BK yang ada di SD
dapatkan terkait penelitian ini. Temuan Negeri 1 Jeporo. Guru BK di SD Negeri 1
pertama berkaitan dengan jumlah siswa yang Jeporo sebanyak 3 orang yakni Ana
masuk dalam kategori bermasalah di SD Sholikhatun, S. Pd. SD, Suhatmoko, S. Pd.
Negeri 1 Jeporo ada sebanyak 5 orang. SD, dan Satimo, S. Pd. SD. Selain
Kelima siswa bermasalah berada di jenjang dibebankan tugas menjadi guru BK, ketiganya
kelas 4 dan berjenis kelamin laki-laki. juga memiliki kewajiban untuk mengajar
Temuan kedua berkaitan dengan level mata pelajaran tertentu. Terkait kewajibannya
bermasalah dari tiap siswa ternyata berbeda di bimbingan dan konseling, ketiga guru BK
satu sama lain. Sebanyak 2 siswa sudah tersebut bertanggung jawab terhadap 285
masuk dalam level pemanggilan orang tua. Ini siswa. Dari jumlah tersebut, ketiga guru BK
artinya siswa tersebut sudah masuk level harus mampu mengidentifikasi siswa
waspada, dalam menanganinya perlu lebih bermasalah dan siswa yang berpotensi
jauh melibatkan orang tua. Diharapkan bermasalah. Identifikasi untuk siswa yang
https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
Perubahan itu mencakup adanya dorongan menurut Rakhmat (2001) diartikan sebagai
siswa untuk menjadi lebih patuh, hormat dan “alat yang dimiliki bersama untuk
menghargai aturan, guru serta teman- mengungkapkan gagasan”. Adapun
temannya. Harapannya jika kondisi itu permasalahan pemahaman bahasa hanya bisa
tercapai maka akan terbangun hubungan dipahami bila ada kesepakatan di antara
sosial yang lebih harmonis, ada perubahan anggota-anggota kelompok sosial untuk
perilaku dari siswa. Ini penting karena menggunakannya. Kesepakatan itu terbangun
penerapan pola pembelajaran tidak hanya jika adanya harmonisasi dalam interaksi
fokus pelajaran saja, namun juga sosial di antara anggota kelompok, guru BK,
pembentukan karakter peserta didik. “Kita dan siswa.
ajak mereka untuk berperilaku baik. Kita Dalam menampilkan presentasi
tunjukkan mana perbuatan baik dan mana dirinya di hadapan siswa, di front stage, guru
yang tidak baik. Kita berikan motivasi yang BK di SD Negeri 1 Jeporo menggunakan
bertujuan untuk kebaikan anak tersebut di bahasa formil. Sebuah bahasa yang
masa mendatang,” (Satimo, wawancara, 10 memperhatikan tatanan bahasa Indonesia
Maret 2020). Jika perubahan tersebut sudah dengan benar. Namun demikian juga tidak
tercapai maka tugas guru BK berikutnya menutup kemungkinan dikombinasikan
adalah mengarahkan nilai akademik siswa dengan bahasa daerah. Penggunaan bahasa
tersebut, paling tidak hasil belajarnya masuk diimplementasikan guru BK melalui bentuk
dalam ambang batas kelulusan atau kenaikan lisan dan non tulisan. Ini sesuai dengan apa
kelas. yang diungkapkan oleh Muhammad (2011),
bahwa bahasa berkaitan dengan komunikasi
Front Stage Guru BK SD Negeri 1 Jeporo verbal yang dilakukan dengan simbol atau
Sukidin (2002) mengungkapkan kata-kata, baik itu dilakukan secara lisan atau
bahwa di wilayah front stage ada beberapa tulisan. Teknisnya, pesan lisan lebih dulu
hal yang perlu diperhatikan, yakni diutamakan oleh guru BK di SD Negeri 1
pertunjukkan (appearance) atas penampilan Jeporo dalam menghadapi siswa bermasalah.
dan gaya (manner). Kedua hal tersebut dapat Adapun pesan tulisan merupakan tahapan
ditelaah melalui penggunaan bahasa, berkelanjutan ketika komuikasi lisan tidak
pemilihan isi pesan, dan sikap (non verbal) memberikan pengaruh yang signifkan pada
yang ditampilkan aktor di atas panggung. siswa bermasalah. Komunikasi lisan
Penggunaan elemen tersebut merupakan dilakukan guru BK dengan menggunakan
bagian penting dalam menyukseskan organ komunikasi oral, yakni, menggunakan
presentasi diri yang dibangun aktor di mulut yang dapat mengeluarkan kata-kata
hadapan penontonnya. Penggunaan bahasa secara langsung kepada orang yang kita ajak
https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
motivator dan inspirator. Sering juga guru BK Di tahapan tersebut, guru BK juga
meluangkan waktu khusus untuk menjalin menyampaikan pada siswa bahwa mereka
komunikasi pribadi dengan siswa bermasalah menyediakan saluran pribadi melalui
untuk sekadar memberikan motivasi. “Ada Whatsapp. Ini dilakukan untuk memudahkan
kalanya saya ambil waktu istirahat untuk komunikasi terbuka dari siswa, khususnya
mengobrol dengan siswa tersebut. Kita jika mereka merasa lebih nyaman
pendekatan, sharing, diskusi. Kita motivasi, 5 berkomunikasi melalui perantara handphone.
hingga 10 menit insya Allah sudah cukup” Guru BK memahami mungkin ada diantara
(Suhatmoko, wawancara, 10 Desember 2019). siswa bermasalah yang merasa canggung
Di tahapan ini guru BK mulai menggunakan berkomunikasi langsung (tatap muka), maka
bahasa yang bervariasi, bahasa daerah saluran personal lain juga disediakan oleh
(Bahasa Jawa). Jadi guru BK guru BK. Melalui dua saluran tersebut,
mengidentifikasi terlebih dulu bahasa apa langsung (tatap muka) dan tidak langsung
yang dominan digunakan siswa di lingkungan (melalui WA), guru BK berharap siswa dapat
keluarganya. Penggunaan bahasa daerah lebih terbuka, sehingga guru BK dapat
berfungsi untuk membangun kedekatan mengetahui masalah apa yang sedang terjadi
emosional pada siswa. Kesamaan bahasa akan pada siswa tersebut. Jika identifikasi masalah
memudahkan transfer informasi satu sama berhasil diketahui dengan tepat, guru BK
lain. Isi pesannya lebih mengarah pada mampu memberikan solusi yang sesuai
kalimat motivasi tertentu, pesan sentimentil kebutuhan siswa.
yang menyentuh sanubari. “Kita lakukan Hanya saja jika guru BK sudah
pendekatan, menggunakan juga bahasa melakukan perubahan peran dari teman
daerah, kita anggaplah siswa itu sebagai anak diskusi menjadi orang tua dan tahapan pesan
sendiri. Adapun bahasa daerah kita gunakan persuasif juga telah disusun dengan seksama
agar anak-anak menjadi lebih dekat, kita namun belum menunjukkan keberhasilan,
sentuh hatinya” (Suhatmoko, wawancara, 10 maka guru BK akan menampilkan presentasi
Desember 2019). Ukuran keberhasilan di diri yang berbeda dibandingkan sebelumnya.
tahap ini adalah jika siswa sudah mulai Ini penting karena presentasi diri mengikuti
bersedia untuk membicarakan hal-hal yang pola perilaku yang dipelajari dengan baik,
melatar belakanginya untuk berperilaku kesuksesan pada presentasi diri diukur
kurang baik. Berbicara merupakan salah satu melalui keberhasilan dalam kelompok.
tujuan utama dalam melakukan pembelajaran Perubahan presentasi diri diawali dengan
bahasa dikarenakan kemampuan untuk mengganti peran dari teman diskusi menjadi
memberikan suatu ide dengan jelas dan benar orang tua, lalu jika di tahapan ini siswa tetap
kepada orang lain (Argawati, 2014). tidak menunjukkan perubahan, maka guru BK
https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
guru BK, dan siswa. Di tahap ini, guru BK diberikan siswa tidak mungkin bisa terbentuk
akan mengkombinasikan dua peran, sebagai jika tidak didukung simbol non verbal yang
guru dan orang tua. Isi pesannya juga relevan. Maka dari itu, guru BK juga
dikombinasikan antara persuasif dan koersif. menyiapkan penampilannya dengan baik.
Pola komunikasi dilakukan secara dialogis Beberapa simbol yang dipersiapkan untuk
terbuka. Dalam komunikasi tersebut guru BK mendukung penampilannya seperti menjaga
juga memperlihatkan catatan atau bukti kerapihan rambut dengan memperhatikan
tertulis untuk memberikan kesan serius dan panjang pendeknya (untuk laki-laki),
formal di hadapan orang tua. Catatan lebih berjilbab (untuk guru BK perempuan yang
menjelaskan pada gambaran nilai akademik muslim), penggunaan pakaian dinas yang
siswa dalam periode waktu tertentu. Di akhir rapi, tutur bahasa yang lembut dan sopan,
diskusi guru BK juga mulai menyampaikan serta menjaga perilaku yang baik. “Ini penting
informasi terkait potensi sanksi yang akan agar menimbulkan kesan pada diri siswa
diterima oleh siswa jika setelah pertemuan bahwa guru BK layak menjadi contoh dalam
tersebut belum ada perubahan signifikan yang berpakaian rapi” (Ana, wawancara, 8
terlihat dari siswa. Desember 2019). Semua unsur non verbal
Aspek lain yang diperhatikan guru tersebut mampu menguatkan pesan verbal
BK dalam menampilkan presentasi dirinya di yang disampaikan oleh guru BK.
hadapan siswa bermasalah adalah pesan non Aspek non verbal lain yang dilakukan
verbal. Pesan ini digunakan guru BK untuk guru BK di front stage adalah dengan
menguatkan komunikasi verbal. Roifah menghindari penggunaan aksesoris berlebihan
(2014; Siregar, 2015) mengungkapkan salah dan meminimalisir penggunaan gadget di
satu caranya adalah dengan memainkan peran hadapan siswa. Dengan demikian, ini bisa
sebagai suri tauladan. Ini penting karena membangun nuansa keterbukaan pada siswa
perilaku siswa dapat dibentuk atau dilakukan untuk berkomunikasi langsung. Guru juga
dengan cara modelling atau memberikan dapat lebih memperhatikan siswa dengan
teladan. Impelementasi suri tauladan tersebut seksama. “Dalam melakukan presentasi diri
dilakukan dengan menyusun pesan non verbal kita juga harus memberikan contoh yang baik
yang kuat. Guru BK di SD Negeri 1 Jeporo terhadap anak seperti menyapu, membuang
memahami bahwa siswa akan melihat guru sampah pada tempatnya, meminimalisir
sebagai role model. Oleh karenanya, guru BK penggunaan gadget di hadapan siswa,
harus mampu memberikan penampilan menerapkan 3S (senyum, sapa, dan salam),
terbaiknya. Pesan ini juga yang disampaikan membantu siswa, berdoa, berpakaian rapi, dan
guru BK pada guru lainnya. Guru BK juga lainnya” (Suhatmoko, wawancara, 10 Desember
memahami bahwa kesan suri tauladan yang 2019). Guru BK sangat memahami bahwa
https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
front stage (panggung depan). Dalam back di antara mereka bisa melemparkan bahan
stage semua kegiatan dilakukan secara lelucon yang mengundang canda tawa.
tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan Suasana ini yang bisa menguatkan mereka
akting atau penampilan diri yang ada pada satu sama lain. Di back stage guru BK juga
panggung depan (Adliandri, 2016). Hal ini akan saling diskusi, tukar pendapat mengenai
juga yang dipahami oleh guru BK di SD pola komunikasi mereka satu sama lain dalam
Negeri 1 Jeporo. Ada wilayah belakang yang mengatasi siswa bermasalah. Ada komunikasi
merupakan wilayah pribadi dan tidak boleh dialogis yang harmonis terjalin antara guru
diketahui siswa. Di wilayah inilah guru BK BK. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam
bisa lebih leluasa menampilkan dirinya. Di penelitian Siregar (2015), pada wilayah
wilayah ini guru BK SD Negeri 1 Jeporo belakang, komunikasi verbal dilakukan dalam
memperlihatkan tampilan yang berbeda. pembicaraan umumnya berlangsung formal
Tidak bisa dipungkiri dalam menghadapi bila membahas urusan pekerjaan dan tidak
siswa bermasalah guru BK dituntut energi formal menyangkut hal di luar urusan
ekstra. Di wilayah back stage, guru BK dapat pekerjaan, serta penggunaan bahasa daerah
menceritakan keluhannya satu sama lain. terhadap guru yang memiliki etnis sama. Hal
Keluhan itu disampaikan dalam rangka itu dilakukan untuk membangun perasaan
mencari solusi bersama untuk mengatasi yang sama di antara teman sejawat.
siswa bermasalah. Jadi guru BK bisa saling Back stage juga dimanfaatkan guru
mengkomparasikan pola penanganan yang BK sebagai ruang pengamatan. Jadi, dalam
sudah dilakukan dan juga cara menentukan mengidentifikasi siswa bermasalah, guru BK
indikator keberhasilan pola tersebut. terlebih dulu melakukan pengamatan terhadap
Jika di front stage guru BK harus siswa. Pengawasan ini bersifat tertutup.
mampu memperlihatkan sikap kokoh, kuat, Ketika ada perselisihan siswa, guru BK tidak
dan ramah dalam mengatasi masalah. Maka di langsung turun tangan menengahi perselisihan
back stage, mereka bisa sebaliknya. Ada tersebut, kecuali dalam level yang
nuansa kelelahan, beban pikiran, dan hal lain mengandung kewaspadaan tinggi, guru BK
yang bisa juga mempengaruhi psikis guru akan turun langsung. Untuk yang tidak
BK. Oleh karenanya di wilayah ini, tampilan mengandung kewaspadaan tinggi, guru BK
guru BK akan jauh berbeda dibandingkan akan terlebih dulu mengamati perselisihan
ketika di hadapan siswa. Misal, dari segi dari kejauhan, tanpa diketahui siswa terkait.
penggunaan bahasa, guru BK cenderung Hasil pengamatan tersebut kemudian
menggunakan bahasa tidak formil dan bahasa dikomunikasikan dengan guru kelas.
daerah. Pemilihan gaya bahasa tersebut bisa Nantinya guru BK dan guru kelas akan
membuat mereka lebih santai. Sesekali juga melakukan diskusi intensif dan menentukan
https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040
suara, gaya bahasa, mimik wajah, dan eye Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
contact yang menyiratkan ketegasan dan Universitas Riau, 3(1).
kewibawaan. Adapun untuk aspek tulisan Argawati, N. O. (2014). Improving Students’
mulai diberlakukan oleh guru BK jika Speaking Skill Using Group Discussion.
tingkatan pesan lisan sudah mencapai tahapan Journal of English Language Teaching
koersif namun belum ada perubahan dari in Indonesia, 2(2), 74–81.
siswa bermasalah. Aspek tulisan Goffman, E. (1956). The Presentation of Self
dijewantahkan melalui pembuatan surat in Everyday Life. University of
pemanggilan orang tua. Nantinya akan Edinburgh, Social Sciences Research
diadakan forum diskusi antara guru BK, Centre.
orang tua, dan siswa bermasalah dalam sesi Gunarsa, S. (2006). Psikologi Perkembangan
berbeda. Sedangkan di back stage (panggung Anak dan Dewasa. Gunung Mulia.
belakang) guru BK menampilkan gambaran Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset
diri yang sesungguhnya. Mereka merasakan Komunikasi. Kencana Prenadamedia
berbagai keluhan dari apa yang Group.
ditampilkannya di front stage. Ada energi Muhammad. (2011). Metode Penelitian
ekstra yang harus disiapkan oleh guru BK Bahasa. Ar-Ruzz Media.
dalam menghadapi siswa bermasalah dan itu Mulyana, D. (2003). Ilmu Komunikasi : Suatu
mempengaruhi stabilitas fisik dan psikisnya Pengantar. PT Remaja Rosdakarya.
di back stage. Meski demikian, guru BK di Mulyasa. (2011). Manajemen Pendidikan
SD Negeri 1 Jeporo tetap mengedepankan Karakter. Bumi Aksara.
tanggung jawab dan profesionalitas dalam Nurdiati. (2019). Peranan Guru Kelas Dalam
pekerjaannya. Hal ini juga tidak terlepas dari Memanfaatkan Layanan Bimbingan dan
niat tulus mereka dalam mendidik siswa yang Konseling Dalam Menangani Siswa
tidak hanya berkaitan dengan aspek yang Bermasalah Di SD INPRES
intelektualitas tetapi juga karakter. Padaelo, Kecamatan Tanete Rilau.
Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 1,
DAFTAR PUSTAKA 20–30.
Adler, R. B., & Rodman, G. (2006). Perdana, G. R., & Ahmadi, D. (2015).
Understanding Human Communication. Presentasi Diri Seleb Instagram
Oxford University Press. Hijabers. Prosiding Penelitian Sivitas
Adliandri, A. E., & Yohana, N. (2016). Akademika UNISBA (Sosial Dan
Presentasi Diri Fashion Icon Hijab Syari Humaniora), Universitas Islam
Kota Pekanbaru melalui Media Sosial Bandung.
Instagram. Jurnal Online Mahasiswa Prayitno, & Amti, E. (2004). Dasar-dasar
https://doi.org/10.35760/mkm.2020.v4i2.3040