Anda di halaman 1dari 3

Nama : Afreni Nona Ina

Kelas/semester : A/VI
Mata Kuliah : Homelitika

Tafsiran Teks : Lukas 18 :1-8

Tema : Sang Pejuang Keadilan


Pengantar
Bapak/I, saudara/I yang diberkati Tuhan, keadilan merupakan hal yang sangat di
idam-idamkan oleh semua orang. tentu diantara kita semua mengharapkan keadilan dalam
hidup kita. sebab, tak dapat kita pungkiri bahwa tekanan, diskriminasi, dan penindasan terus
kita alami dalam realitas hidup kita. sehingga keadilan menjadi pengharapan yang selalu
ingin dirasakan oleh setiap kita. namun, untuk memperolehnya tidaklah mudah. Dalam aspek
apapun itu, tentu halangan dan hambatan akan selalu kita temui dalam upaya untuk mencapai
keadilan. Oleh karenanya sikap tidak mudah menyerah haruslah menjadi pegangan hidup
kita, agar mampu untuk bangkit dan mencoba lagi, jika sewaktu-waktu upaya mencapai
keadilan yang kita lakukan gagal.
Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata keadilan berarti, sama berat, tidak berat
sebelah, berpegang pada kebenaran dan tidak sewenang-wenang. Dengan demikian, maka
semakin jelaslah bahwa keadilan adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap kita tanpa
terkecuali.

Penjelasan Teks/Isi
Bapak/I, saudara/I yang diberkati Tuhan, teks bacaan kita saat ini berbicara mengenai
seorang janda yang memohon pertolongan pada seorang hakim untuk membela haknya dan
mengangkat keadilan baginya. Dengan point-point pokok teks sebagai berikut :
1. Seorang janda menjadi analogi orang yang lemah, orang yang tidak berdaya,
orang yang termarginalkan. Dengan melihat pada konteks teks yang menyatakan
bahwa seorang janda tidak memiliki kedudukan ditengah-tengah masyarakat,
bahkan tidak dianggap, maka tentunya janda ini berada dalam keadaan miskin,
lemah, dan tidak berdaya. Oleh karenanya ia meminta pertolongan seorang hakim
yang dianggapnya mampu untuk membebaskannya dari ketidak adilan dan
penindasan yang dilakukan oleh penguasa dimasa itu.
2. Tak henti-hentinya janda ini datang menghampiri sang hakim untuk meminta
pertolongan dan perlindungan dari lawan-lawannya. Tak peduli berapa kalipun
itu, ia tetap berusaha menemui sang hakim, meski ia harus mendapatkan
penolakan berkali-kali. Seperti yang tercatat pada ayat 2, bahwa hakim ini adalah
orang yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati siapapun (sifat Egois),
maka jelaslah bahwa penolakan yang dialami oleh ibu janda tersebut menjadi hal
yang wajar. Kemungkinan hakim itu sedang menunggu bayaran dari ibu janda
tersebut, namun karena terlalu miskin, ia tak mampu untuk membayar hakim
tersebut.
3. Dengan tekad yang kuat, ibu janda tersebut tetap menemui sang hakim dan terus
memohon pertolongannya. “belalah hakku terhadap lawanku” atau jika
disederhanakan “tolonglah saya dari lawan-lawan saya” dengan catatan bahwa
tentunya ibu janda ini berada pada pihak yang benar, dan kemungkinan besarnya
lawan ibu janda ini memiliki kekuatan hukum yang kuat, sehingga ibu janda ini
memohon dengan sangat agar sang hakim mau untuk membantu dan
membebaskannya dari persoalan yang sedang ia alami.
4. Tak ada hentinya ibu janda ini datang menghampiri sang hakim untuk meminta
pertolongannya. Seperti yang tercatat dalam ayatnya yang ke-4, tidak diketahui
berapa lama usaha yang dilakukan oleh ibu janda itu untuk menemui sang hakim
guna memohon pertolongannya. Terlihat dengan jelas, cukup lama sang hakim
mengeraskan hatinya. Namun, pada akhirnya sang hakimpun mau untuk
membantu dan membenarkan ibu janda tersebut. Meski dalam keadaan terpaksa
karena merasa terganggu dengan ibu janda tersebut yang datang menemuinya
setiap hari. Sehingga sang hakimpun melunakkan hatinya dan membantu ibu
janda tersebut agar tidak lagi mengganggu dirinya.
Aplikasi/Refleksi
Bapak/I, saudara/I yang diberkati Tuhan, dalam teks bacaan kita saat ini, ada
beberapa hal yang dapat kita refleksikan dalam hidup kita yakni :
1. Kita belajar dari ibu janda yang hidup ditengah-tengah budaya patriarki, janda
yang tidak disebutkan Namanya (tanpa identitas), menunjukkan betapa rendahnya
ibu janda ini ditengah-tengah masyarakat secara sosial, politik, budaya. Meski
demikian, dengan tekad yang kuat ia tetap berdiri tegar meski berada ditengah-
tengah penolakan, diskriminasi, penindasan, dan ketidak adilan sosial.
2. Kita belajar melalui tekad dan perjuangannya yang pantang menyerah untuk
menemui sang hakim dan terus memohon perlindungan dan pembenaran atas
dirinya. Keinginannya untuk pulih dari ketidak adilan yang menimpanya
membuatnya tegar dan kokoh, hingga akhirnya memperoleh bantuan sang hakim.
3. Kita belajar dari ibu janda ini untuk berani bersuara ditengah-tengah ketidak
adilan yang menimpa, seperti halnya ibu janda ini. Meski berada ditengah-tengah
tekanan yang dilakukan oleh kaum kaya, ia tidak mudah digoyahkan. Ia tetap
teguh berdiri dalam kebenaran dan berusaha untuk memperoleh keadilan. Dalam
kegelisahannya terletak kekuatan untuk bangkit dan bersuara demi tercapainya
keadilan.
Bapak/I, saudara/I yang diberkati Tuhan, Sekarang kita berada ditengah-tengah
persoalan ketidak adilan yang sangat kompleks. Lantas, haruskah kita pasif ?
haruskah kita diam melihat saudara kita, keluarga kita, mengalami penindasan oleh
para kaum elit yang bersembunyi dibalik kuasa hukum ? tentu tidak !. kita harus
masif, menyuarakan segala tindak ketidak adilan yang terjadi dihadapan kita. sama
halnya seperti ibu janda yang tak kenal Lelah menyuarakan dan mengusahakan
keadilan bagi dirinya, demikianlah kita juga harus berani bersuara dan menciptakan
keadilan bagi kita, dan sesame kita. Amin.

Anda mungkin juga menyukai