Anda di halaman 1dari 6

Dalam injil diatas, diceritakan si Kaya punya segala–galanya untuk

meringankan penderitaan Lazarus, namun tidak melakukan apa


pun. Ia tidak menyadari kesempatan yg datang untuk
mempersiapkan hidup kekal di masa mendatang. Jadi bukan
kekayaan yang menjauhkannya dari pangkuan Abraham,
melainkan pengelolaan hartanya yang tidak baik. Kita diingatkan
bahwa hidup sejati diukur bukan dari melimpahnya harta, status
sosial atau kekuasaan, tetapi seberapa pedulinya kita untuk
berbagi dengan sesama.

Perumpamaan ini diceritakan Yesus untuk menegur orang Farisi


yang mengadalkan kekayaan pengetahuan dan kekuatannya
sendiri untuk mencapai surga. Kematian dan kebangkitan Yesus
pun tidak bisa mengubah mereka yang sudah menutup hati bagi
maksud Sabda Allah. Kegagalan kita dalam mendengarkan dan
melaksanakan Sabda Allah akan membawa kerugian besar bagi
hidup sekarang ini dan nanti.

Ya Tuhan, bantulah aku untuk selalu mengandalkan Dikau


sehingga aku tidak berhenti menghasilkan buah yang manis bagi-
Mu dan sesama. Amin.
Perumpamaan itu dimulai dengan menggambarkan kehidupan
mewah orang kaya: “Ada seorang kaya yang berpakaian ungu dan
lenan halus dan yang bersenang-senang setiap hari” (Lukas
16:19). Kekayaan dan kemewahannya terlihat jelas saat dia
menikmati kehidupan yang dipenuhi dengan kenyamanan dan
kesenangan dunia ini. Namun, ceritanya segera mengalihkan
fokusnya ke Lazarus, pengemis yang berdiri di depan pintu orang
kaya itu, menderita dan mencari penghiburan.

Lazarus, sebaliknya, berada dalam situasi yang sangat


berlawanan. Ia digambarkan sebagai seorang pengemis yang
dipenuhi luka, hanya ingin memakan remah-remah yang jatuh dari
meja orang kaya itu. Kondisi fisiknya begitu melemahkan bahkan
anjing pun datang untuk menjilati lukanya. Gambar ini
menggambarkan perbedaan sosial yang mencolok, di mana satu
orang menikmati kelimpahan sementara yang lain berjuang untuk
bertahan hidup.

Dalam konteks sosial dan budaya pada masa itu, kaya sering
dikaitkan dengan berkah dari Tuhan, sedangkan kemiskinan
dipandang sebagai tanda ketidaksenangan Tuhan. Namun,
perumpamaan ini menantang gagasan ini dan menunjukkan
pembalikan nilai. Di sini, kita melihat bahwa kekayaan sejati tidak
diukur dengan harta benda, tetapi dengan sikap kemurahan hati
dan welas asih

Amsal 14:21 (ARA): “Siapa menghina sesamanya berbuat dosa,


tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang rendah
hati diberkati.” Pepatah ini membawa kita pada analisis perilaku
dan sikap kita terhadap orang lain. Ini menyoroti pentingnya
memperlakukan sesama manusia dengan hormat, empati dan
kasih sayang. Bagian pertama peribahasa tersebut menegaskan
bahwa orang yang menghina atau meremehkan sesamanya
sedang melakukan dosa. Itu mengingatkan kita bahwa kata-kata
dan tindakan kita berdampak besar pada kehidupan orang-orang
di sekitar kita. Meremehkan seseorang, baik karena status sosial,
penampilan fisik, asal suku, keyakinan agama atau alasan lainnya,
adalah mengabaikan nilai intrinsik dan martabat yang dimiliki
setiap manusia.

Aspek kedua dari peribahasa tersebut menyoroti keutamaan


bersimpati dengan orang yang rendah hati. Di sini penekanannya
adalah mengembangkan hati yang welas asih dan peka terhadap
kebutuhan orang lain, terutama mereka yang dianggap hina atau
kurang beruntung oleh masyarakat. Belas kasihan menggerakkan
kita untuk bertindak atas nama orang lain, untuk membantu
mereka yang membutuhkan, dan untuk mempromosikan keadilan
sosial. Dengan bersimpati kepada orang yang rendah hati, kita
menunjukkan solidaritas, kebaikan, dan kasih kepada
sesama. Sikap seperti ini memberi kita kebahagiaan, rasa damai
yang mendalam, kepuasan dan kegembiraan batin.

Pepatah ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita


memperlakukan orang-orang di sekitar kita. Kami didorong untuk
menghindari penghinaan dan penghakiman, mengakui bahwa
setiap orang pantas dihormati dan bermartabat. Kita harus
menumbuhkan sikap welas asih, menjangkau mereka yang
membutuhkan, mengadvokasi yang kurang mampu, dan menjadi
agen perubahan positif dalam masyarakat kita. Dengan bertindak
seperti ini, kita mengalami kebahagiaan, kebahagiaan sejati yang
datang dari bertindak sesuai dengan prinsip cinta kasih, welas
asih, dan keadilan.

Bagian ini mengingatkan kita pada kenyataan tak terelakkan yang


kita semua hadapi: kematian. Terlepas dari posisi sosial,
kekayaan, atau status kita, kita semua adalah manusia yang
terbuat dari bahan yang sama – debu tanah. Pada akhirnya, tidak
peduli seberapa besar atau rendahnya hidup kita, kita semua
berbagi nasib yang sama.

Diceritakan, orang kaya itu meninggal dan dikuburkan, tetapi


ceritanya tidak berakhir di situ. Dia melihat dirinya tersiksa di
neraka, dan melihat ke atas untuk melihat Lazarus di samping
Abraham, di pangkuan kenyamanan dan kedamaian.

Gambaran tentang orang kaya yang menderita di Hades dan


orang miskin yang menikmati penghiburan di hadapan Abraham
menyoroti pembalikan total posisi duniawi. Perumpamaan tersebut
menggarisbawahi bahwa akhirat tidak ditentukan oleh kekayaan
materi atau kemiskinan, tetapi oleh pilihan yang kita buat dalam
hidup ini. Dia mengingatkan kita akan pentingnya hidup sesuai
dengan prinsip Kerajaan Allah, menerapkan keadilan dan
kemurahan hati.

“Kemudian matilah orang miskin itu (Lazarus). Lalu dibawah oleh


malaikat-malaikatke pangkuan Abraham dan orang kaya itu juga
mati lalu dikubur. Sementara ia (Org kaya) menderita sengsara di
alam maut ia memandang keatas, dan dari jauh dilihatnya Abraham
dan Lazarus duduk dipangkuannya.” Lukas 16:22-23.

Ajal tiba menjemput setiap orang akan menjadi sebuah peristiwa


yang menghapus kebanggaan seseorang terhadap kekayaannya.
Status sosial ekonomi seseorang yang mengangkat hidupnya
berada diatas yang lain akan berbalik turun ke tingkat nol ketika
maut datang. Melalui kejadian ini, Tuhan memperingatkan bahwa
kesombongan diri atas kedudukan tinggi & kekayaan banyak akan
menjadi semu dan lenyap sama sekali pada waktu tertentu. Kapan,
dimana dan bagaimana kehidupan yang dimaksud akan dihadapi
seseorang adalah Tuhan yang berhak sepenuhnya menentukan
perjalanan tersebut. Kita hanya diberikan wewenang terbatas untuk
bertanya karena jawabannya merupakan kedaulatan Tuhan.
Berusaha sungguh-sungguh memahami atau berpura-pura paham,
tidak akan berpengaruh apa-apa akan fakta mengenai ketentuan
Tuhan soal kematian dan kehidupan setiap orang.

Meninggalnya Lazarus bukan menjelaskan hal itu,semata-mata


karena kemiskinannya melainkan karena memang dia harus mati.
Demikian pula si kaya dengan kekayaan melimpah, dia harus mati
sekalipun apa yang dia punyai diupayakan dan diandalkan untuk
mempertahankan hidupnya. Kita dapat memakai semua yang dimiliki
untuk membeli apa saja, dari obat-obat kesehatan hingga rumah
sakit sekalipun, usaha kita ini tidak dapat mengubah keputusan
Tuhan tatkala Dia menghendaki hidup Anda harus berhenti.
Senantiasa penting untuk diingat bahwa kita cuma diberikan kuasa
sementara atas segala sesuatu termasuk hidup.

Orang kaya yang dikisahkan diatas tampaknya tidak berpikir bahwa


banyaknya tahun-tahun hidupnya dengan kekayaannya, kelak akan
habis. Perhatian terhadap dirinya begitu berlebihan sehingga
mengakibatkan dia kehilangan kesadaran untuk berpikir bahwa ada
kepentingan lain di sekitarnya yang membutuhkan kepedulian.
Sungguh dia menjadi orang yang begitu egois karena pengaruh
segala yang dimilikinya. Pandanganya yang keliru tentang kekayaan
miliknya yang demikian banyak menyebabkan Lazarus yang duduk
dalam keadaan lapar di depan pintu rumahnya, dibiarkan begitu saja
sampai mati.

Hal ini pun bisa terjadi pada kita, ketika kita diberikan kepercayaan
oleh Tuhan memiliki sejumlah kelebihan, jangan melupakan
tanggungjawab dibelakangnya. Bagaimana cara kita mensyukuri
semua nikmat pemberian Tuhan, menjadi kewajiban kita.
Waktu, uang dan kesehatan yang kita terima adalah berkat Tuhan
yang Dia berikan berdasarkan janjiNya. Tuhan sudah membuktikan
kebaikanNya sejak kita lahir

Carilah dahulu kerajaan-Nya maka yang lain-lain akan (janji)


ditambahkan kepadamu, begitulah ucapan Yesus. Pernyataan
Yesus ini dengan kata-kata terakhir sebagai tambahan (Akan, nanti,
kelak) menjelaskan sebahagian janjiNya itu sudah dirasakan sejak
Anda lahir. Artinya sudah dari awal Tuhan, membuktikan keseriusan
diriNya berpegang teguh pada ucapanNya. Anda menaruh
kepercayaan atau meragukan Dia,hal ini tidak menjadi penting untuk
membuat Tuhan mempertimbangkan setiap pertolonganNya yang
sudah dibuktikanNya untuk Anda. Kasih Allah yang berada
dibelakang semua tindakanNya memperhatikan Anda sama sekali
lain dengan kasih yang Anda ketahui. Syarat yang Anda perlukan
untuk mulai mengasihi selalu dijadikan alasan Anda untuk berbuat,
sedangkan tidak demikian dengan Tuhan. Dia bekerja dengan dasar
kasihNya sendiri sehingga anda mengetahui dari sifatNya itu,
sebuah istilah “Anugrah” yang Anda pakai setiap waktu untuk
melukiskan Tuhan dalam hidup Anda. Sikaya tadi melupakan
hidupnya beserta semua yang ada padanya sebagai pemberian
cuma-cuma dari Tuhan untuk digunakan dengan bijaksana agar dia
dinilai layak dihadapkan Tuhan. Membuat pilihan salah dalam
hidupnya dengan mengenyampingkan perhatiannya untuk
kesusahan Lazarus akhirnya dia harus bersedia menghadapi sebuah
perubahan yang tidak menyenangkan. Tuhan tidak merasa perlu
untuk menghargai dia dengan menempatkannya di pangkuan
Abraham supaya dia menikmati kesenangan kekal seperti Lazarus.

Apa yang mata tidak lihat, telinga tidak mendengar dan yang
dipikirkan/dibayangkan berlaku bagi orang kaya ini. Dia tidak
menyangka perjalanan hidupnya akan berhenti pada saat dia tidak
sanggup mempertahankannya. Begitu bodohnya orang ini sebagai
akibat persepsi dirinya yang salah terhadap
kepunyaannya.Sesungguhnya kekayaan yang ada pada Anda
sampai detik ini, bukanlah sebuah kesalahan. Allah sangat senang
melihat diriNya didalam hidup Anda melalui semua pemberianNya
untuk meyakinkan Anda bahwa Dia bertanggung jawab dengan
janjiNya.

Jika Anda mendapatkan kesempatan menjadi kaya, katakanlah


kepada diri Anda, terima kasih Tuhan untuk kepercayanMu untukku
dengan mempunyai kekayaan. Tuhan buatlah aku memakainya
dengan cara yang benar agar aku tidak menangis dalam kekekalan
neraka karena salah.Biarkan aku melihat tanganMu di tanganku
menggenggam berkat untuk mereka yang lain dan hatiMu di hatiku
untuk memberi dengan kasih sepertiMu. Hanya dengan doa Anda
sendiri kepada Tuhan akan ada waktunya Anda akan menemukan
hidup Anda dengan tepat, berkenan bagi Anda sendiri dan Tuhan.

Komitmen pribadi Anda membangun hubungan iman bersama


Tuhan akan menyebabkan semua pertanyaan Anda apa, mengapa,
bagaimana mengenai hidup akan terjawab. Anda akan menikmati
kebahagiaan karena merasa berguna dan berarti dengan diri Anda.
Menetapkan diri dekat Tuhan demi kekekalan yang menunggu Anda
disana, sekarang adalah waktunya untuk memutuskan.

Jangan melatih diri selalu menunda-nunda yang biasanya akan


mendatangkan masalah tersendiri. Sebagaimana Anda ketahui
bahwa hal itu membutuhkan penyelesaian pula. This day is your day.
Start to do something good or never.

Anda mungkin juga menyukai