Anda di halaman 1dari 3

Nama : Hendrikus Aldino Wuda

NIM : B.211.23.0097

Fakultas : Ekonomi

Bagaimana Anda memahami dan mewujudkan Martabat manusia dan panggilan hidupnya untuk
semakin sempurna sebagai citra Allah

1. Manusia menurut pengertian Kitab Suci ( Yudeo Kristiani : Kej 1: 26-28)


ujuan penciptaan manusia berdasarkan konteks Kejadian 1:26-28 yaitu manusia diciptakan
untuk berhubungan dengan ciptaan yang lain dan juga kepada sesama manusia dimana Allah
menghendaki manusia beranakcucu dan bertambah banyak memenuhi bumi. Allah
menciptakan manusia untuk memenuhi rencana-Nya dan seluruh makhluk ciptaan-Nya
memiliakan Dia. Gambar Allah yang ada pada manusia mencerminkan kepribadian Allah
sebelum manusia jatuh dalam dosa. Dan manusia yang diciptakan segambar Allah memiliki
tanggung jawab untuk menaklukkan segala ciptaan-Nya sebagai tanggung jawab atas
kedaulatan Allah sebagai wakilnya di muka bumi.
2. Ajaran Gereja
a. Rerum Novarum, GS 15, 16 dan 17,
Novarum adalah sebuah ensiklik yang diterbitkan oleh Paus Leo XIII pada 15 Mei 14 Mei
1891. Ini adalah sebuah surat terbuka yang diedarkan kepada semua uskup yang
membahas kondisi kelas pekerja. Surat ini ingin menyampaikan bahwa dalam kehidupan
ini terkadang Masyarakat harus menerima kenyataan bahwa masyarakat tingkat bawah
tidak bisa sama dengan Masyarakat tingkat atas. Banyak perbedaan-perbedaan yang
terdapat yang tidak dapat dihindari, sehingga hal tersebut menimbulkan perbedaan hidup.
Sehingga hal tersebut menimbulkan permusuhan antara kelas yang satu dan kelas yang
lain. Padahal Kelas yang satu sepenuhnya membutuhkan yang lain: tak mungkin ada
modal tanpa kerja, dan tak mungki ada kerja tanpa modal. Rerum Novarium ingin
menyampaikan bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan untuk membayar orang
untuk bekerja, ia harus memperlakukan mereka dengan baik dan adil, seperti membayar
mereka dengan adil dengan jam kerja yang normal. Tidak memperlakukan mereka seperti
Pembantu dan tidak membayar mereka. Saling menghargai sangatlah penting antar satu
dengan yang lain.
b. Humanae Vitae (Bahasa Latin untuk "Mengenai Kehidupan Manusia") yang berbicara
mengenai Cinta suami-istri sungguh mengungkapkan sifat dan kemuliaannya yang sejati
ketika dipahami dari sumbernya yang tertinggi, Allah, yang adalah Kasih yang adalah
Bapa yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam surga dan di atas bumi menerima
namanya. Oleh karena itu, perkawinan, bukanlah akibat dari sesuatu yang kebetulan atau
hasil evolusi daya kekuatan alam yang tidak disadari, melainkan sesuatu yang telah
ditetapkan oleh Allah Sang Pencipta dengan bijaksana dan dengan kemurahan hati untuk
memenuhi rencana kasih-Nya bagi umat manusia. Melalui pemberian diri timbal balik
yang personal, khas dan eksklusif, pasangan suami istri mempererat persekutuan pribadi
mereka, yang dengannya mereka saling menyempurnakan, untuk bekerja sama dengan
Allah dalam melahirkan dan mendidik kehidupan baru.Maka, bagi orang yang dibaptis,
perkawinan memiliki martabat sebagai tanda rahmat sakramental karena melambangkan
persatuan Kristus dan Gereja.
c. EV-Evangelium Vitae merupakan ensiklik yang ditulis oleh Paus Yohannes Paulus II yang
merupakan sikap Gereja Katolik terhadap nilai-nilai kehidupan manusia yang tidak dapat
diganggu gugat. Ensiklik tersebut disebar luaskan pada tanggal 25 Maret 1995. Nilai
hidup manusiawi yang tak dapat diganggu gugat
menggambarkan suatu otoritas yang tinggi. Otoritas yang tinggi atas hidup
manusiawi tersebut menjadi tanggung jawab manusia itu sendiri baik bagi
dirinya maupun bagi orang lain. Menunjuk pada nilai hidup manusiawi
berarti menunjuk pada kehidupan itu sendiri. Kehidupan manusia itu
terbentang panjang dari awal kehidupan sampai akhir. Dari keseluruhan
rentang panjang kehidupan tersebut, otoritas yang dimiliki adalah sama.
Kata otoritas dikaitkan dengan kehidupan manusia yang dimaksud di sini
mungkin lebih tepat adalah hak dasar manusia yaitu hak untuk hidup. Unsur yang
terkandung dari nilai hidup manusiawi yang tak dapat
diganggu gugat, bisa mengarah kepada suatu kondisi yang sedang
dihadapi oleh kehidupan itu sendiri. Kata-kata tidak dapat diganggu gugat,
berarti harus ada pada kondisi yang begitu adanya. Sehingga bila kondisi
berubah atau mengalami ancaman, maka perlu dibela dan diperjuangkan.
3. Pengalaman Pribadi
Dalam Kehidupan hari-hari saya, banyak hal yang berjalan tidak sesuai
dengan rencana saya sehingga hal tersebut membuat saya merasa bahwa Tuhan selalu
meninggal saya dan saya merasa bahwa Tuhan itu tidak ada dan hal itu membuat saya
menjadi pribadi yang jauh dari Gereja, malas mengikuti kegiatan-kegiatan Rohani,
dan malas berdoa. Saya juga menjadi pribadi yang merasa selalu kurang bersyukur
dan merasa hidup saya selalu kurang sehingga saya jarang berbagi dengan sesama
yang kurang mampu, karena saya merasa hidup saya saja masih kurang. Saya menjadi
orang yang egois dan hanya mementingkan diri sendiri, selalu berbohong, dan
memiliki tata krama yang kurang baik. Saat ini saya mulai tersadar hidup saya seperti
kosong dan tak terarah, saya berharap bisa mulai mendekatkan diri kepada Tuhan dan
mulai memperbaiki diri lebih lagi dalam pemikiran, perkataan dan perbuatan.

Anda mungkin juga menyukai