Bagaimana Anda memahami dan mewujudkan Martabat manusia dan panggilan hidupnya untuk semakin sempurna sebagai citra Allah
1. Manusia menurut pengertian Kitab Suci ( Yudeo Kristiani : Kej 1: 26-28)
ujuan penciptaan manusia berdasarkan konteks Kejadian 1:26-28 yaitu manusia diciptakan untuk berhubungan dengan ciptaan yang lain dan juga kepada sesama manusia dimana Allah menghendaki manusia beranakcucu dan bertambah banyak memenuhi bumi. Allah menciptakan manusia untuk memenuhi rencana-Nya dan seluruh makhluk ciptaan-Nya memiliakan Dia. Gambar Allah yang ada pada manusia mencerminkan kepribadian Allah sebelum manusia jatuh dalam dosa. Dan manusia yang diciptakan segambar Allah memiliki tanggung jawab untuk menaklukkan segala ciptaan-Nya sebagai tanggung jawab atas kedaulatan Allah sebagai wakilnya di muka bumi. 2. Ajaran Gereja a. Rerum Novarum, GS 15, 16 dan 17, Novarum adalah sebuah ensiklik yang diterbitkan oleh Paus Leo XIII pada 15 Mei 14 Mei 1891. Ini adalah sebuah surat terbuka yang diedarkan kepada semua uskup yang membahas kondisi kelas pekerja. Surat ini ingin menyampaikan bahwa dalam kehidupan ini terkadang Masyarakat harus menerima kenyataan bahwa masyarakat tingkat bawah tidak bisa sama dengan Masyarakat tingkat atas. Banyak perbedaan-perbedaan yang terdapat yang tidak dapat dihindari, sehingga hal tersebut menimbulkan perbedaan hidup. Sehingga hal tersebut menimbulkan permusuhan antara kelas yang satu dan kelas yang lain. Padahal Kelas yang satu sepenuhnya membutuhkan yang lain: tak mungkin ada modal tanpa kerja, dan tak mungki ada kerja tanpa modal. Rerum Novarium ingin menyampaikan bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan untuk membayar orang untuk bekerja, ia harus memperlakukan mereka dengan baik dan adil, seperti membayar mereka dengan adil dengan jam kerja yang normal. Tidak memperlakukan mereka seperti Pembantu dan tidak membayar mereka. Saling menghargai sangatlah penting antar satu dengan yang lain. b. Humanae Vitae (Bahasa Latin untuk "Mengenai Kehidupan Manusia") yang berbicara mengenai Cinta suami-istri sungguh mengungkapkan sifat dan kemuliaannya yang sejati ketika dipahami dari sumbernya yang tertinggi, Allah, yang adalah Kasih yang adalah Bapa yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam surga dan di atas bumi menerima namanya. Oleh karena itu, perkawinan, bukanlah akibat dari sesuatu yang kebetulan atau hasil evolusi daya kekuatan alam yang tidak disadari, melainkan sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Sang Pencipta dengan bijaksana dan dengan kemurahan hati untuk memenuhi rencana kasih-Nya bagi umat manusia. Melalui pemberian diri timbal balik yang personal, khas dan eksklusif, pasangan suami istri mempererat persekutuan pribadi mereka, yang dengannya mereka saling menyempurnakan, untuk bekerja sama dengan Allah dalam melahirkan dan mendidik kehidupan baru.Maka, bagi orang yang dibaptis, perkawinan memiliki martabat sebagai tanda rahmat sakramental karena melambangkan persatuan Kristus dan Gereja. c. EV-Evangelium Vitae merupakan ensiklik yang ditulis oleh Paus Yohannes Paulus II yang merupakan sikap Gereja Katolik terhadap nilai-nilai kehidupan manusia yang tidak dapat diganggu gugat. Ensiklik tersebut disebar luaskan pada tanggal 25 Maret 1995. Nilai hidup manusiawi yang tak dapat diganggu gugat menggambarkan suatu otoritas yang tinggi. Otoritas yang tinggi atas hidup manusiawi tersebut menjadi tanggung jawab manusia itu sendiri baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Menunjuk pada nilai hidup manusiawi berarti menunjuk pada kehidupan itu sendiri. Kehidupan manusia itu terbentang panjang dari awal kehidupan sampai akhir. Dari keseluruhan rentang panjang kehidupan tersebut, otoritas yang dimiliki adalah sama. Kata otoritas dikaitkan dengan kehidupan manusia yang dimaksud di sini mungkin lebih tepat adalah hak dasar manusia yaitu hak untuk hidup. Unsur yang terkandung dari nilai hidup manusiawi yang tak dapat diganggu gugat, bisa mengarah kepada suatu kondisi yang sedang dihadapi oleh kehidupan itu sendiri. Kata-kata tidak dapat diganggu gugat, berarti harus ada pada kondisi yang begitu adanya. Sehingga bila kondisi berubah atau mengalami ancaman, maka perlu dibela dan diperjuangkan. 3. Pengalaman Pribadi Dalam Kehidupan hari-hari saya, banyak hal yang berjalan tidak sesuai dengan rencana saya sehingga hal tersebut membuat saya merasa bahwa Tuhan selalu meninggal saya dan saya merasa bahwa Tuhan itu tidak ada dan hal itu membuat saya menjadi pribadi yang jauh dari Gereja, malas mengikuti kegiatan-kegiatan Rohani, dan malas berdoa. Saya juga menjadi pribadi yang merasa selalu kurang bersyukur dan merasa hidup saya selalu kurang sehingga saya jarang berbagi dengan sesama yang kurang mampu, karena saya merasa hidup saya saja masih kurang. Saya menjadi orang yang egois dan hanya mementingkan diri sendiri, selalu berbohong, dan memiliki tata krama yang kurang baik. Saat ini saya mulai tersadar hidup saya seperti kosong dan tak terarah, saya berharap bisa mulai mendekatkan diri kepada Tuhan dan mulai memperbaiki diri lebih lagi dalam pemikiran, perkataan dan perbuatan.