Anda di halaman 1dari 61

Amsal 3:27-35 ~Anjuran untuk Berbuat Baik~

 
 
Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang
berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.

Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: “Pergilah dan


kembalilah, besok akan kuberi,” sedangkan yang diminta ada
padamu.

Janganlah merencanakan kejahatan terhadap sesamamu,


sedangkan tanpa curiga ia tinggal bersama-sama dengan engkau.

Janganlah bertengkar tidak semena-mena dengan seseorang, jika


ia tidak berbuat jahat kepadamu.

Janganlah iri hati kepada orang yang melakukan kelaliman, dan


janganlah memilih satu pun dari jalannya,

karena orang yang sesat adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi


orang yang jujur Ia bergaul erat.

Kutuk Tuhan ada di dalam rumah orang fasik, tetapi tempat


kediaman orang benar diberkatiNya.

Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Ia pun mencemooh,


tetapi orang yang rendah hati dikasihaniNya.

Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan, tetapi orang yang


bebal akan menerima cemooh.

berbuat baik bisa menjadi sebuah pilihan dalam hidup… tidak


ada orang baik kalau tidak ada orang jahat, begitu pun
sebaliknya
itulah sebabnya dunia tidak pernah bisa hilang dari positif dan
negatif
bahkan ada yang mengatakan orang baik pun belum tentu bisa
masuk surga dan hidupnya akan bahagia di akhirat sana
hanya Tuhan yang tau dan mengenal baik setiap pribadi
mahkluk ciptaanNya
lepas dari semua itu, berbuat baik dalam hidup bisa saja
mendatangkan berkah bagi orang yang memberi maupun yang
menerima
lebih baik memberi daripada menerima, itu kata orang bijak
apakah ada kerugian dari berbuat baik? apa salahnya berbagi
kebaikan untuk satu orang daripada memberi kantong yang
tidak ada isinya kepada orang miskin?
Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang
berhak menerimanya, padahal engkau mampu
melakukannya. -Amsal 3:27- Amsal mengatakan bahwa
berbuatlah kebaikan selama masih ada kesempatan dan waktu
semua orang, sekalipun ia orang jahat, juga berhak menerima
kebaikan dari siapapun dari orang di sekitarnya
seperti contoh ada seorang pembunuh kriminal yang kesulitan
mencari makan, lalu datanglah temannya yang juga senasib
dengannya, apakah pembunuh itu tidak boleh mendapat sesuap
nasi juga seperti orang yang sering berbuat kebaikan?
kalau pembunuh itu tidak makan, berapa lama ia bisa bertahan
hidup?
kita pun tau, setiap orang yang berbuat jahat, pasti memiliki
alasan tertentu yang kuat sehingga ia memilih jalur itu.. dan
yang pasti mendasar adalah untuk bertahan hidup
kriminalitas kehidupan terjadi hanya karena untuk sesuap nasi
yang mahal tapi apakah orang jahat masih punya hati dan
perasaan? tentu saja ya karena penyesalan pasti akan terjadi di
akhir kejadian walaupun tidak semua bisa menunjukkan
apakah tidak ada kesempatan kedua untuk orang jahat seperti
mereka yang sudah merasakan dinginnya  jeruji besi?
namun terkadang kebaikan seseorang bisa disalah artikan dan
disalahgunakan… itu bisa saja nenjadi salah satu risiko dari
perbuatan baik
berbuat baik tanpa mengharapkan imbalan, sehingga
perbuatan itu dilandasi ketulusan dan keikhlasan serta niat
beramal
niat berbuat baik yang benar dan berkenan, hanyalah Tuhan
yang tau… Dia yang tau apa yang kita lakukan dan apa yang
kita rasakan.. hanya Dia yang bisa menilai perbuatan baik kita
mungkin saja kebaikan satu orang bisa mengubah kehidupan
seseorang yang gelap menjadi terang
berbuat baik sama halnya dengan berbagi kasih Tuhan…
membagikan cinta dan harapan bagi orang yang tidak tau apa
arti dari kata “baik” itu sendiri
 

Amen

Renungan Kristen- Berbuat Baik (AMSAL 3: 27)


BERBUAT BAIK
Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang
berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.
(Amsal 3:27)
Pada saat ada pengucapan syukur di daerah Sulawesi utara
setiap keluarga membuat makanan-makanan dan memberikan
persembahan digereja sebagai bentuk ungkapan syukur atas
kebaikan Tuhan. Setiap tamu apakah itu keluarga atau kerabat
yang datang berkunjung dirumah sudah disediakan makanan-
minuman dan sudah disiapkan juga bungkusan untuk dibawah
pulang ke rumah. Ketika meninggalkan rumah tersebut dan
kembali ke rumah asing-masing maka ada berkat yang
diterima .
Sebagai mahluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa orang
lain. Manusia membutuhkan sesamanya untuk bekerja sama
membangun kehidupan menjadi lebih baik. Diperlukan empati
kepada sesama yang mendorong kita untuk saling memberikan
bantuan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-
masing.
Firman Tuhan dalam nas hari ini dengan tegas memerintahkan
agar tidak menahan kebaikan. Artinya, setiap umat pilihan
Allah wajib untuk berbuat baik, khususnya kepada orang yang
sedang membutuhkan pertolongan. Sayangnya, ada
kecenderungan untuk "menahan" kebaikan itu: kita sebenarnya
mampu berbuat baik, tetapi enggan memberikan waktu, dana,
dan tenaga untuk melakukannya. Firman Tuhan menantang
kita untuk melepaskan keengganan itu. Kita dapat menolong
dengan mendoakan orang lain, meluangkan waktu untuk
mendampingi, hingga memberikan bantuan praktis yang dapat
meringankan beban persoalan yang tengah ia pikul.
PERBUATAN BAIK ADALAH PEREKAT HUBUNGAN DENGAN
SESAMA,
MENYADARKAN KEBERSAMAAN KITA SEBAGAI UMAT MANUSIA
BERBUAT BAIK
Baca: Amsal 3:27-35

Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang


yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu
melakukannya. (Amsal 3:27)

Bacaan Alkitab Setahun:


Amsal 1-5

Suatu saat saya mengunjungi kerabat dari ibu, yang


tinggal di sebuah kampung. Warga kampung tersebut
sangat ramah menghargai tamu yang datang.Saat berada
di sana, bisa dipastikan kita tidak akan kelaparan. Setiap
warga selalu membuka pintu rumah, mempersilakan kita
singgah, dan menyajikan air minum dan makanan ala
kadarnya. Ketika meninggalkan kampung ini, setiap orang
berebut menawari saya oleh-oleh berupa hasil bumi atau
ternak yang mereka miliki. Saya pun pulang membawa
beragam buah tangan. Tradisi kemurahan hati ini
terpelihara sejak masa nenek moyang mereka.
Sebagai mahluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa
orang lain. Manusia membutuhkan sesamanya untuk
bekerja sama membangun kehidupan menjadi lebih baik.
Diperlukan empati kepada sesama yang mendorong kita
untuk saling memberikan bantuan sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan masing-masing.

Firman Tuhan dalam nas hari ini dengan tegas


memerintahkan agar tidak menahan kebaikan. Artinya,
setiap umat pilihan Allah wajib untuk berbuat baik,
khususnya kepada orang yang sedang membutuhkan
pertolongan. Sayangnya, ada kecenderungan untuk
“menahan” kebaikan itu: kita sebenarnya mampu berbuat
baik, tetapi enggan memberikan waktu, dana, dan tenaga
untuk melakukannya. Firman Tuhan menantang kita untuk
melepaskan keengganan itu. Kita dapat menolong dengan
mendoakan orang lain, meluangkan waktu untuk
mendampingi, hingga memberikan bantuan praktis yang
dapat meringankan beban persoalan yang tengah ia
pikul.–WB
PERBUATAN BAIK ADALAH PEREKAT HUBUNGAN
DENGAN SESAMA,
MENYADARKAN KEBERSAMAAN KITA SEBAGAI
UMAT MANUSIA
JANGAN PERNAH MENAHAN KEBAIKAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juli 2016 

Baca:  Amsal 3:27-35

"Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang


yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu
melakukannya."  Amsal 3:27

Kebaikan adalah sifat Ilahi yang harus terpancar dalam


kehidupan orang percaya.  Mengapa?  Karena status kita
adalah anak-anak terang.  "Sebab itu hiduplah sebagai
anak-anak terang, karena terang hanya
berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran," 
(Efesus 5:8-9).  Tuhan itu baik adanya, dan teladan
tentang kebaikan telah ditunjukkan oleh Tuhan Yesus
yang senantiasa berbuat baik kepada semua orang tanpa
memandang status atau latar belakang:  menyembuhkan
yang sakit, melepaskan mereka dari segala keterikatan,
memberi makanan kepada mereka yang lapar dan
sebagainya.

     Karena Tuhan Yesus baik maka semua anak-Nya


wajib mengikuti jejak-Nya yaitu menjadi orang-orang yang
baik, dimana kebaikan itu harus dibuktikan melalui
tindakan nyata.  Namun tidak semua orang Kristen baik
adanya, bahkan tidak sedikit hamba Tuhan yang tampak
baik hanya saat pelayanan, tetapi dalam praktek
keseharian tidak terbukti buah-buah kebaikannya.  Apalah
artinya orang menilai diri sendiri baik apabila orang lain
tidak melihat secara nyata kebaikan itu.  "Biarlah orang
lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak
kaukenal dan bukan bibirmu sendiri."  (Amsal 27:2).

     Dorkas adalah orang baik, dan karena kebaikannya ia


menjadi berkat bagi lingkungan.  Orang-orang Yahudi
memanggilnya Tabita yang berarti rusa betina.  Di dunia
Timur rusa betina adalah gambaran tentang kecantikan. 
Kecantikan Dorkas ini terpancar melalui perbuatan baik
yang ditunjukkan.  "Perempuan itu banyak sekali berbuat
baik dan memberi sedekah."  (Kisah 9:36b).  Begitu
mendengar bahwa Dorkas sakit dan meninggal, orang-
orang menjadi sangat kehilangan dan bersedih hati. 
Mereka pun berusaha mencari cara bagaimana agar
Dorkas dapat hidup kembali.  Ketika mendengar Petrus
ada di Yope, orang-orang memohon kepadanya agar bisa
membangkitkan Dorkas.  Ajaib!  Tuhan mendengar doa-
doa mereka dan membangkitkan Dorkas dari kematian. 
Dari kejadian inilah semakin banyak orang menjadi
percaya kepada Tuhan!

"Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi


bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang
berkenan kepada Allah."  Ibrani 13:16
Saturday, March 3, 2012
Jangan Menunda
webmaster | 8:00:00 AM | 
Ayat bacaan: Amsal 3:27
=======================
"Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang
yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu
melakukannya."

"Ah masih lama dikumpulnya, nanti saja kalau sudah


mepet.." demikian ujar salah seorang teman saya yang
masih kuliah. Dua minggu setelahnya saya mendapatinya
tengah kelabakan harus mengerjai seluruh tugas yang
bertumpuk. "Tidak mungkin selesai kalau begini
ceritanya.." katanya panik. Ia pun harus siap-siap memilih
beberapa dari tumpukan tugas itu dan harus rela gagal
lulus dalam beberapa mata kuliah karena tugasnya tidak
akan sempat dikerjakan lagi hingga batas waktu yang
ditetapkan. Itulah akibatnya ketika kita memilih untuk
menunda pekerjaan atau tugas. Seandainya ketika tugas
hadir kita langsung mulai menyicil mengerjakan, maka
kita tidak perlu jungkir balik mendekati tenggat waktu
yang ditetapkan. Ada banyak orang yang kemudian harus
lembur bergadang dalam keadaan stres karena suka
menunda-nunda, tapi lucunya mereka tidak kunjung
kapok. Jika untuk hal-hal yang berhubungan dengan diri
kita sendiri saja kita berlaku demikian, apalagi untuk
sesuatu bagi orang lain. Dengarlah seorang teman yang
mengomel panjang lebar hanya gara-gara seorang
pengamen bernyanyi di depannya. "Mengganggu saja.
Apa dia kira aku kaya? Nantilah kalau sudah benar-benar
kaya, mungkin aku akan mempertimbangkannya."
katanya di antara omelan-omelan selanjutnya. Seandainya
ia memberi sedikit, katakanlah seribu rupiah, apakah ia
benar-benar tidak sanggup untuk itu atau bakalan jatuh
miskin instan setelahnya? Tentu saja tidak. Memangnya
harus berapa kaya dulu baru bisa memberi untuk
pengemis atau pengamen? Jika itu saja berat, bagaimana
dengan bantuan-bantuan lebih besar bagi orang-orang
yang tengah terdesak karena berhadapan dengan situasi
hidup atau mati? Memberi sesungguhnya bukan masalah
sanggup atau tidak, tapi adalah masalah hati, apakah kita
rela karena mengasihi atau tidak. 

Kita sebenarnya sudah diingatkan sejak awal


bahwa tidaklah baik jika menunda-nunda untuk
berbuat baik.  "Janganlah menahan kebaikan dari pada
orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau
mampu melakukannya." (Amsal 3:27). Ayat ini berkata
dengan sangat jelas bahwa kita tidak boleh menunda
perbuatan baik ketika kita sanggup melakukan itu, dan
juga tidak boleh mempersulit orang terlebih dahulu
sebelum kita membantu mereka. Ayat selanjutnya
berkata "Janganlah engkau berkata kepada sesamamu:
"Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi," sedangkan
yang diminta ada padamu." (ay 28). Ketika kita bisa
berbuat baik, sudah sepantasnya kita tidak menunda-
nunda untuk melakukan itu. Berbuat baik tidak sekedar
berbicara mengenai memberi sedekah atau sumbangan
dalam wujud uang, tetapi bisa hadir lewat berbagai hal.
Perhatian, kasih sayang, kesabaran, dukungan moril,
meluangkan sedikit dari waktu kita dan sebagainya,
itupun merupakan bentuk dari kebaikan. Ketika kita
memiliki hal itu, meski sedikit, dan kita mau membaginya
kepada orang lain, sesungguhnya kita sudah melakukan
sesuatu yang akan sangat bermakna bagi orang lain yang
membutuhkannya. Dalam situasi demikian kita tidak
seharusnya menunda-nunda untuk melakukan sesuatu
apalagi harus mempersulit mereka yang butuh terlebih
dahulu demi kepuasan kita, karena alasan malas dan
sebagainya. Jangan tunda untuk melakukan sesuatu
untuk orang-orang yang membutuhkan, jangan mengelak,
jangan mengaku tidak mampu padahal kita sebenarnya
tahu bahwa kita mampu untuk melakukannya. Itu
termasuk sebuah kebohongan dan kebohongan tidak
pernah mendapat tempat apapun di hadapan Tuhan,
dengan alasan apapun.

Kita bukanlah diselamatkan OLEH perbuatan baik, tetapi


kita diselamatkan UNTUK melakukan perbuatan baik. Ini
adalah sistem Kerajaan Surga. Surat Paulus kepada
jemaat Filipi pasal 2 mengingatkan kita akan hal ini.
Firman Tuhan berkata "..hendaklah dengan rendah hati
yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari
pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi
kepentingan orang lain juga." (Filipi 2:3b-4). Mengapa
harus demikian? Karena sebagai pengikut Kristus kita
seharusnya mencerminkan pribadi Kristus. Penghiburan
kasih, kasih mesra dan belas kasihan, itu semua
ada dalam Kristus. (ay 1). Dan sebagai pengikut
Kristus, kita seharusnya meneladaniNya dalam mengasihi
sesama kita. Yesus tidak pernah menunda apapun dalam
menjalankan tugasNya seperti yang telah digariskan Bapa.
Jika Yesus melakukan seperti itu, mengapa kita sebagai
pengikutNya justru kerap berlaku sebaliknya yaitu senang
menunda-nunda untuk melakukan segala sesuatu
termasuk dalam berbuat baik? 

Kerelaan memberi sebagai salah satu aspek dari


perbuatan baik merupakan cerminan kedewasaan iman
kita. Orang yang imannya dewasa akan terus berusaha
memberi, sebaliknya yang masih belum akan cenderung
mengambil atau meminta. Alkitab mencatat perkataan
Yesus seperti ini: "Aku memberikan perintah baru kepada
kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti
Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus
saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Bagaimana cara
Yesus mengasihi kita? Yesus begitu mengasihi manusia
sehingga Dia rela menanggung segala dosa-dosa lewat
cara yang sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Lebih dari itu, Dia rela memberikan nyawaNya untuk
keselamatan kita. "Tidak ada kasih yang lebih besar dari
pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13) kata Yesus, dan
Dia sudah membuktikan itu secara langsung. Mengacu
kepada firman Tuhan itu, seharusnya kita terus berusaha
untuk mencapai sebuah tingkatan seperti apa yang telah
dilakukan Yesus untuk kita, para sahabatNya. Jika nyawa
kita pun seharusnya siap untuk diberikan, mengapa kita
sulit sekali untuk mengeluarkan sedikit dari tabungan kita,
usaha kita, tenaga atau waktu kita untuk melakukan
kebaikan bagi sesama? 

Kita harus berhenti bersikap kikir, berhenti untuk merasa


diri selalu berkekurangan. Apa yang seharusnya kita
lakukan adalah bersyukur, dan mempergunakan berkat
yang kita peroleh dari Tuhan untuk memberkati sesama
kita. Aspek memberi dalam kebaikan merupakan hal yang
sangat penting di mata Tuhan untuk kita lakukan. Begitu
pentingnya sampai Tuhan pun berkata "sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah
seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini,
kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius
25:40). Tuhan tidak butuh uang kita. Dan tentu saja kita
tidak akan mampu membayar kebaikan Tuhan dengan
harta milik kita. Tetapi jika kita ingin membalas kebaikan
Tuhan atau ingin menunjukkan bagaimana kita mengasihi
Tuhan secara nyata, Alkitab menganjurkan kita untuk
melakukannya melalui perbuatan baik kita kepada orang
lain yang membutuhkan. Kita pun seharusnya mampu
mencapai sebuah tingkatan seperti apa yang dikatakan
Paulus: "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh
kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus
membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat
perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah
mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada
menerima." (Kisah Para Rasul 20:35). 

Tuhan begitu peduli pada kita dan sudah menunjukkan


betapa besar kasihNya kepada kita. Sekarang giliran kita,
apakah kita mampu menyalurkan kasih Tuhan yang ada
dalam diri kita itu lewat kepedulian kita terhadap sesama?
Apakah kita sudah melakukan perbuatan baik kepada
mereka yang membutuhkan atau kita masih terus
menunda-nunda untuk melakukannya dengan berbagai
alasan? Janda miskin yang hanya memiliki harta dua
peser dalam Markus 12:41-44 mungkin masuk dalam
kategori tidak sanggup dalam penilaian kita, tetapi
ternyata ia masih sanggup memberi dari kekurangannya.
Mari periksa diri kita, apakah kita sudah tergerak oleh
kasih untuk menolong sesama kita atau masih suka
menunda-nunda dengan berbagai alasan? Berhentilah
menunda-nunda, selagi hari masih siang, marilah kita
mengalirkan kasih Kristus kepada sesama kita sekarang
juga.

Don't wait till tomorrow what you can do today


Berbuat Kebaikan Jangan Ditunda-tunda
4 years ago
Add Comment
Ayat bacaan: Amsal 3:27===================”Janganlah
menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak
menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.”Pada
suatu hari teman baik saya meng-sms saya dan mengatakan
bahwa ia perlu meminjam uang yang jumla…
ShareTweet
Ayat bacaan: Amsal 3:27
===================
“Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang
yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu
melakukannya.”
 

Pada suatu hari teman baik saya meng-sms saya dan


mengatakan bahwa ia perlu meminjam uang yang
jumlahnya tidak sedikit. Ketika saya tanya untuk
keperluan apa, ia hanya menjawab bahwa itu untuk
sesuatu yang penting. “Kalau tidak penting gue gak
bakalan minjem.. elo kan tau gimana gue.” katanya.
Pada saat itu saya sedang pas-pasan, tetapi saya
memang kenal betul sifatnya sehingga apabila ia
meminjam, itu tentu untuk sesuatu yang sangat
penting. Setelah saya bicarakan kepada istri, akhirnya
kami berdua memutuskan untuk meminjamkan sesuai
yang ia minta, meski konsekuensinya kami harus
mengirit betul pengeluaran setelahnya. Tidak lama
berselang, saya menerima kabar yang membuat saya
sangat terpukul. Sahabat baik saya meninggal dunia di
sebuah rumah sakit di Jakarta. Ternyata uang itu ia
pinjam untuk biaya berobat dan opname. Ia berasal
dari keluarga broken home, hanya ada ibu yang hidup
berkekurangan dan seorang kakak tiri yang biasanya
justru hanya meminta kepadanya meski sudah punya
suami yang tidak bekerja. Sahabat saya ini meninggal
di usia 23 tahun, usia yang masih sangat muda. apa
yang membuat saya kaget adalah bahwa ia tidak
pernah punya catatan menderita penyakit apapun.
Sehari-hari ia kelihatan baik-baik saja, tetap ceria walau
hidupnya tidak mudah. Dokter mengatakan bahwa ia
meninggal karena penyakit lever, tapi sejauh yang saya
tahu ia bukan pemabuk dan bukan pemakai obat-obat
apapun. Sampai saat ini saya tidak tahu apa persisnya,
tetapi ia sudah tidak ada lagi. Saya merasa sangat
kehilangan karena ia adalah satu-satunya teman
terdekat saya waktu itu. Meski demikian, saya merasa
lega sebab setidaknya sudah membantunya. Saya
membayangkan entah seperti apa rasa bersalah akan
menghantui saya apabila pada waktu itu saya memilih
untuk menunda memberi pinjaman atau menolak.
Ada banyak orang yang lebih suka menunda-nunda
untuk melakukan sesuatu. Sifat ini sudah dibiasakan
sejak masa-masa mengenyam pendidikan dengan
menunda belajar atau mengerjakan tugas-tugas.
Lantas setelah bekerja, mereka akan menunda
menyelesaikan pekerjaan hingga mepet. Jika untuk hal-
hal seperti ini saja orang sudah terbiasa menunda,
apalagi dalam hal berbuat baik yang seringkali
merupakan perbuatan tanpa imbalan apa-apa, sebuah
pekerjaan sukarela yang justru menyita waktu dan
pengorbanan-pengorbanan lainnya.

Salomo menyampaikan: “Janganlah menahan kebaikan


dari pada orang-orang yang berhak menerimanya,
padahal engkau mampu melakukannya.” (Amsal 3:27).
Ayat selanjutnya berkata “Janganlah engkau berkata
kepada sesamamu: “Pergilah dan kembalilah, besok
akan kuberi,” sedangkan yang diminta ada padamu.” (ay
28). Kita sangat pintar mencari alasan untuk
menghindari kewajiban kita untuk menolong orang
lain. Tidak punya cukup uang, belum sanggup
membantu dan sebagainya. Mungkin benar bahwa kita
tidak berada dalam kelimpahan alias pas-pasan, tetapi
bukankah seringkali dengan jumlah yang sedikit saja
kita bisa memberi kelegaan kepada mereka yang
tengah membutuhkan? Atau bahkan sedikit perhatian
dan kepedulian kita saja sudah sangat membantu bagi
mereka yang membutuhkan. Kata sanggup atau tidak
sering menjadi hal yang subjektif, karena pada satu sisi
saya melihat ada banyak pula orang yang hidup pas-
pasan tetapi ternyata masih mau berusaha untuk
menolong orang lain. Sebaliknya di sisi lain ada banyak
juga orang yang kaya tetap saja merasa masih kurang,
semakin banyak hartanya malah semakin pelit dan sulit
menolong orang lain.
Ketika kita bisa berbuat baik, sudah sepantasnya kita
tidak menunda-nunda untuk melakukan itu. Saya
memberi contoh mengenai bantuan secara finansial
atau keuangan, tetapi berbuat kebaikan tidak hanya
berbicara mengenai itu melainkan bisa hadir lewat
berbagai bentuk. Perhatian, kasih sayang, kesabaran,
dukungan moril, memberi masukan/pertimbangan
atau nasihat, meluangkan sedikit dari waktu kita dan
sebagainya, itupun merupakan bentuk dari kebaikan.
Ketika kita memiliki hal itu, meski sedikit, kita sudah
bisa melakukan sesuatu yang akan sangat bermakna
bagi orang lain yang membutuhkannya, dan pada
situasi demikian kita tidak seharusnya menunda-nunda
untuk melakukan sesuatu. Untuk hal-hal diluar
bantuan finansial kita pun pintar mencari alasan. Tidak
cukup mengerti, sedang sangat sibuk, tidak mau ikut
campur dan sebagainya, padahal alasan sesungguhnya
adalah karena malas. Jangan tunda untuk melakukan
sesuatu untuk orang-orang yang membutuhkan,
jangan mengelak, jangan mengaku tidak mampu
padahal kita sebenarnya tahu bahwa kita mampu
untuk melakukannya.

Kita harus sadar bahwa kita bukanlah diselamatkan


OLEH perbuatan baik, tetapi kita diselamatkan UNTUK
melakukan perbuatan baik. Perbuatan baik tidak
menjamin keselamatan melainkan merupakan buah
dari keselamatan yang telah kita terima lewat Yesus
Kristus. Surat Paulus kepada jemaat Filipi pasal 2 juga
memberi penekanan mengenai masalah kerelaan atau
kerendahan hati untuk mendahulukan kepentingan
orang lain daripada diri sendiri.  “..hendaklah dengan
rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih
utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap
orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri,
tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2:3b-4).
Mengapa? Karena sebagai pengikut Kristus kita
seharusnya mencerminkan pribadi Kristus.
Penghiburan kasih, kasih mesra dan belas kasihan, itu
semua ada dalam Kristus. (ay 1). Dan sebagai pengikut
Kristus, kita seharusnya memiliki hati yang sama
sepertiNya juga. Kita melihat sendiri dbagaimana Yesus
terus bekerja untuk melakukan kehendak Bapa tanpa
menunda-nunda sedikitpun. Dia terus berjalan
melakukan tugasNya hingga selesai, dan itulah yang
membawa keselamatan kepada kita.  Jika Yesus
melakukan seperti itu, mengapa kita justru gemar
menunda-nunda untuk melakukan kebaikan ketika
pada saat yang sama mengaku sebagai muridNya?
Kerelaan memberi/mengulurkan tangan untuk
membantu sebagai salah satu aspek dari perbuatan
baik merupakan cerminan kedewasaan rohani kita.
Orang yang imannya dewasa akan terus berusaha
memberi, sebaliknya yang masih belum akan
cenderung mengambil atau meminta. Lihatlah ayat
berikut:  “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh
kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus
membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat
perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah
mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada
menerima.” (Kisah Para Rasul 20:35). Orang yang sudah
dewasa secara rohani akan sampai kepada
pemahaman bahwa memberi ternyata lebih
membahagiakan ketimbang menerima. Selanjutnya
Alkitab mencatat perkataan Yesus seperti ini: “Aku
memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya
kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi
kamu demikian pula kamu harus saling
mengasihi.” (Yohanes 13:34). Yesus begitu mengasihi
manusia sehingga Dia rela menanggung segala dosa-
dosa kita untuk ditebus dengan cara yang sungguh luar
biasa besar. Dia bahkan memberikan nyawaNya untuk
keselamatan kita. “Tidak ada kasih yang lebih besar
dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya
untuk sahabat-sahabatnya.”  (Yohanes 15:13) kata Yesus,
dan tidak sebatas wacana, Dia sudah membuktikan itu
secara langsung. Mengacu kepada firman Tuhan itu,
seharusnya kita terus berusaha untuk mencapai
sebuah tingkatan seperti apa yang telah dilakukan
Yesus untuk kita, para sahabatNya. Jika nyawa kita pun
seharusnya siap untuk diberikan, mengapa kita sulit
sekali untuk mengeluarkan sedikit dari tabungan kita,
usaha kita, tenaga atau sebagian dari waktu kita untuk
melakukan kebaikan bagi sesama?
Aspek memberi/melakukan kebaikan merupakan hal
yang sangat penting di mata Tuhan untuk kita lakukan.
Begitu pentingnya hingga Tuhan berkata “sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang
dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku.” (Matius 25:40). Kita tidak
akan pernah mampu membayar kebaikan Tuhan
dengan harta milik kita, berapapun besarnya. Tapi
apabila kita ingin membalas kebaikan Tuhan, Alkitab
mengatakan bahwa kita bisa melakukannya melalui
berbuat kebaikan  kepada orang lain yang
membutuhkan.
Dalam Yesaya 60:1-3 dikatakan demikian: “Bangkitlah,
menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan
kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya,
kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi
bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan
kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa
berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja
kepada cahaya yang terbit bagimu.” Ayat ini
menunjukkan sebuah pesan penting bahwa menjadi
terang adalah sebuah ketetapan dari Tuhan dan bukan
merupakan pilihan. Ketika kita berfungsi benar sebagai
terang, maka dengan sendirinya kita harus berhadapan
dengan orang-orang yang datang kepada kita. Di lain
waktu saya akan membahas hal menjadi terang ini
secara lebih detail. Tapi untuk saat ini sadarilah bahwa
anda ditetapkan sebagai terang oleh Tuhan, dan itu
akan mengharuskan kita untuk rela meluangkan waktu,
tenaga, pikiran dan berbagai bantuan lainnya untuk
membantu orang-orang yang datang kepada kita. Itu
adalah sebuah konsekuensi yang harus kita syukuri
dan jalani dengan penuh sukacita. Jika ini kita tunda, itu
sama saja dengan melepas tanggungjawab yang telah
ditetapkan Tuhan, dan itu tentu sesuatu yang
seharusnya tidak kita lakukan.
Tuhan sudah mengasihi kita dengan kasih setia yang
begitu luar biasa besarnya. Sekarang giliran kita,
apakah kita mampu menyalurkan kasih Tuhan yang
ada dalam diri kita itu lewat kepedulian kita terhadap
sesama? Apakah kita sudah melakukan perbuatan baik
kepada mereka yang membutuhkan atau kita masih
terus mengelak dan menunda-nunda untuk
melakukannya dengan berbagai dalih? Mari periksa diri
kita, apakah ada yang mampu kita berikan hari ini
kepada mereka yang kesulitan, mereka yang
sebenarnya berhak menerimanya? Apakah itu untuk
orang di lingkungan kita, untuk kota, bangsa dan
negara, periksalah kontribusi apa yang bisa anda
lakukan. Jika ada, jangan tunda lagi, lakukan hari ini
juga.

Helping makes the world a happier place


MENJADI KRISTEN YANG SEJATI (Amsal 3 : 27 – 35) 00.04 HKBP
Pasar Rebo No comments Selamat Minggu sesudah perayaan
Natal! Saudara-saudari yang terkasih dalam Nama Tuhan Yesus.
Agar tidak terjadi keloyoan setelah Natal, maka tugas utama
umat Kristen yang telah merayakan Natal setiap hari
membangun hubungan pribadi dengan Tuhan. Saat teduh, doa,
dan sebagainya harus dipelihara setiap saat. Artinya ada upaya
terus menerus untuk membangun kehidupan iman. Jika hal itu
tidak dilakukan, kekosongan bahkan kelesuan rohani setelah
gegap gempita Natal akan terjadi. Hubungan yang terus terjadi
secara terus menerus dengan Kristus akan menyebabkan
transformasi semakin menyerupai Kristus. Hal ini tidak
terpisahkan. Saudaraku, pada perikop ini kita akan melihat
bagaimana transformasi itu diteruskan dengan menerapkan
tingkah laku yang mulia (ay. 17) dan  menumbuhkan karakter
ilahi (ay. 12 – 15). Pertama, menumbuhkan karakter ilahi.
Karakter-karakter yang dijabarkan di ay. 12 – 15 adalah
karakter Kristus yang dipraktekkanNya sepanjang hidup dan
pelayananNya di dunia ini. Teladan sudah ada, tinggal kita
mempraktekkannya. Bagaimana caranya? “sebagaimana Tuhan
telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian” (ay.
13b). b. “kenakanlah kasih…” (ay. 14) : “Hendaklah damai
sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu…” (ay. 15a).
Kedua, menerapkan tingkah laku mulia, saling mengajar dan
saling menegur diantara sesama anak Tuhan (ay. 16a);
menaikkan pujian dan syukur kepada Allah (ay. 16b);
melakukan perbuatan (yang baik) dan mengatakan perkataan
(yang membangun) di dalam Nama Tuhan Yesus (ay. 17).
Saudara, pada masa modern ini, kadangkala perbuatan baik,
bukan keluar dari karakter baik, melainkan kamuflase dan
manipulasi untuk mencapai keuntungan terselubung, misalnya,
kampanye pemilihan kepala daerah, Negara dan pemilihan
lainnya. Namun, motivasi dibaliknya bisa saja sekedar untuk
menang dan mendapatkan kesempatan berkuasa untuk
kepentingan pribadi/kelompok. Hal ini membuktikan karakter
yang nonkristiani. Jemaat yang dikasihi Tuhan, tidak lama lagi
kita akan mengakhiri tahun 2012 ini, yang paling dibutuhkan
adalah perubahan, wujud transformasi. Janganlah kita bawa
tabiat lama yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan kepada
tahun yang baru. Biarlah semua anak Tuhan menuju kepada
kesempurnaan. Dengan demikian mengakhiri tahun ini, kita
punya semangat dan pengharapan dalam Tuhan. Selamat Natal
dan Tahun Baru. Amen Pdt. D.M. br. Marpaung, STh

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
KAMIS, 14 JANUARI 2016
Amsal 3:27-35

BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA

MINGGU I SESUDAH EPIFANI


KAMIS, 14 JANUARI 2016
RENUNGAN MALAM
GB 284:1 -Berdoa
BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA

Amsal 3:27-35
Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang
berhak menerimanya; padahal engkau mampu
melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada
sesamamu: pergilah dan kembaliIah, besok akan kuberi
sedangkan yang diminta ada padamu (ay. 27-28)

Di awal bulan November 2015, diberitakan di media online


dan telivisi bahwa Kapolres Cianjur memberikan bantuan
bersama beberapa donatur dan pihak-pihaak terkait untuk
Andun Suherman dan Iyah Khodijah yang adalah keluarga
yang sangat miskin yang tinggal di rumah reyot hampir
rubuh di Cianjur Jawa Barat. Karena sangat miskin dan
tidak memiliki apapun untuk di masak, Iyah Khodijah
pernah memasak batu supaya anak-anaknya yang
kelaparan tidak merengek minta makan, Sungguh
memilukan. 

Nasihat untuk berbuat baik menjadi pokok pemberitaan


dari bacaan Alkitab hari ini. Jikakfta mampu berbuat baik,
lakukanlah segera, jangan ditahan dan ditunda Karena
ada orang-orang yang berhak menerimanya yaitu orang-
orang yang membutuhkan pertolongan. Jika kita mampu
melakukannya jangan lari dari kewajiban berbuat baik
dengang berbaga bagai alasan. Tindakan kebaikan yang
lain adalah: jangan merencanakan kejahatan yang dapat
menghancurkan sesama dan juga merusak hubungan baik
dan saling percaya; jangan bertengkar, apalagi tanpa
alasan yang njelas; jangan iri pada hidupeorang lalim
.yang cepat mengumpulkan harta melalui perbuatan jahat
dan jangan mengikuti perbuatan yang lalim seperti
membunuh, merampas, mencuri, menipu, dll,

Dan Tuhan memberikan jaminan buatn kita bahwa Dia


akan memberkati orang benar dan menghukum orang
fasik. Semasa saya vikaris; ada seorang perempuan
munda, peiayan Persekutuan Teruna yang memberikan
gajinya sebulan dan sembako kepada-seorang perempuan
buruh bangunan di.Bali yang hidupnya sangat miskin.
Perempuan itu bekerja bukan hanya untuk makan, tetapi
terutama untuk membayar hutang-hutangnya. Kata-Dalai
Lama, "Tujuan utama kita dalam hidup ini adalah
menolong sesama manusia; Dan jika kita tidak dapat
menolong mereka, setidaknya jangan men yakiti mereka.
Memang benar, kehadiran kita di gdunia ini adalah juntuk
berbuat baik dan bukan untuk berbuat jahat dengan
menyakiti sesama kita. Kita diciptakang oleh Tuhan
dengan kemampuan untuk berbuat baik seperti bunyi
Efesus 2:10, "Kita ini buatan Allah, dicfiptakan dalam
Kristils Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang
dipersiapkan A!Iah sebelumnya. 

Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. "Saudaraku,


sebelum mengakhiri hari ini, marilah kita merenungkan
pertanyaannini: Sudahkah-kita berbuatbaik hari inf? 

GB 284:3
Doa : (Ya Allah Mahakasih, kiranya kasih-Ml; menguasai
hati kami sehingga kami tergerak untuk menolong
sesama)
Label:  Amsal 3:27-35 
Selasa, 14 Oktober 2014
Amsal 3:27-35

KEBAIKAN YANG DILAKUKAN

Pertengahan Juli 2014, saya dan keluarga dialihtugaskan


kejemaat Sejahtera, Bandung. Proses alih tugas yang
pasti dialami semua keluarga pendeta GPIB. Yang utama
tentu soal pendidikan anak sekolah. Selama proses alih
tugas dari Bekasi ke Bandung, banyak pihak telah
membantu kami di antaranya keluarga bapak Rony
Tamon, keluarga Haba Tampubolon dan keluarga bapak
Rendy. Mereka telah membantu dengan tulus dan
menjadikan kami bersyukur kepada Tuhan Allah.

Tuhan selalu punya rencana atas hidup manusia.


Sebagian keluarga bisa memiliki kemampuan lebih, dan
yang lainnya dalam keterbatasan. Tuhan mengingatkan
kita untuk membantu orang yang perlu ditolong. Dalam
hal apakah itu? lni bukan hanya soal memberi bantuan
keuangan, tetapi bisa dengan cara mem berikan buku-
buku tulis dan beasiswa bagi anak-anak dari keluarga
diakoni; memberikan tumpangan kendaraan bagi tetangga
yang mau pergi ke sekolah atau ke kantor; memberikan
sembako bagi warga jemaat yang membutuhkan; turut
membantu perpindahan keluarga pendeta yang mau alih
tugas, dsbnya. Kasih kita kepada sesama tidak lagi soal
teori dan niat tetapi telah diberlakukan dengan tepat
kepada mereka yang berhak menerimanya.

Apakah di jemaat saudara sudah datang keluarga


pendeta baru? Cobalah bertamu ke pastori dan
berkenalan lebih dalam dengan mereka. Ketimbang
saudara mendengar kabar selentingan yang tak
bertanggungjawab, lebih baik berbicara dengan sumber
pertama. Dengan berkomunikasi langsung, maka saudara
dapat mendengar sukacita pelayanan keluarga pendeta.
Bantulah mereka jika memang bisa saudara bantu.
Barangkali atap pastorinya bocor atau kendaraannya
sudah perlu diganti baru. 

Dukungan tulus menjadi kegembiraan bagi keluarga


pendeta dan setiap orang yang beroleh berkat Tuhan dari
sesamanya.

KJ.293 : 3 Klik di sini untuk mendengarkan musik ...


Doa : (Gunakan kami sebagai penyalur berkat-Mu bagi
orang yang Engkau utus dan mereka yang memang
memerlukannya)
Kebaikan Kecil

Baca : Amsal 3 : 27 – 35
Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang
yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu
melakukannya. (Amsal 3 : 27)

Tahun 2006 merupakan tahun di mana kondisi keuangan


saya sedang terpuruk. Kala itu saya kuliah tanpa
mendapat biaya lagi dari orangtua, sehingga saya
melamar pekerjaan ke sana ke mari, sambil bekerja
serabutan. Suatu hari saat mengantar pesanan seorang
teman ke rumahnya, ban sepeda saya sobek sehingga
baik ban dalam maupun ban luarnya harus diganti.
Padahal uang yang ada di dompet tak cukup. Akhirnya
sambil menuntun sepeda, saya tetap mengantar pesanan
ke rumahnya. Melihat keadaan sepeda dan tahu saya tak
ada uang untuk beli ban, teman ini meminjami saya uang
tiga puluh ribu rupiah sambil berkata nggak usah buru-
buru dikembalikan. Kalau sudah ada pekerjaan tetap,
baru saya boleh mengembalikan pinjamannya. Berkat
bantuannya saya bisa membeli ban.
WANITA, peristiwa itu terjadi enam tahun silam dan saya
percaya teman ini mungkin sudah lupa atas apa yang dia
lakukan. Namun bagi saya, kebaikan kecilnya selalu saya
ingat. Satu hal tampaknya sepele bagi seseorang,
ternyata bisa menjadi hal yang sangat berarti dan selalu
diingat oleh orang yang menerimanya. Mungkin ada
sebagian kita paling malas kalau melakukan satu
kebaikan yang terkesan sangat remeh. Misalnya
menolong seorang nenek atau seorang buta menyebrang
jalan, memberikan petunjuk jalan dengan ramah pada
seseorang dari luar kota yang bertanya arah jalan, atau
memberikan secangkir teh hangat pada seorang tak
dikenal yang berteduh di teras rumah kala hujan. Jangan
pernah anggap remeh kebaikan-kebaikan kecil karena
kadang itu bisa berdampak besar bagi orang yang
menerimanya.
Kalau kita bisa menabur kebaikan, jangan pernah
menahannya dengan alasan apapun, karena kadang
Tuhan kirimkan orang-orang tertentu kepada kita untuk
bisa kita tolong, supaya kita bisa mempraktekkan kasih.
Buatlah dunia lebih baik dengan kita menabur kebaikan-
kebaikan kecil kepada siapapun yang bisa kita bantu saat
ini. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Wanita


– Jumat, 8 February 2013
Pertanyaan    : Pernahkah saya menahan kebaikan?
Aplikasi          : Buatlah dunia lebih baik dengan menabur
kebaikan.
Doa                 : Tuhan, lembutkan hatiku agar aku selalu mampu
menabur kebaikan. Amin.
Karena Tuhan Peduli Kitapun Peduli
Mengapa kita harus mengasihi (baca: berbuat baik
kepada) sesama kita? Sebagai orang percaya kita
mestinya langsung tahu jawabannya. Bukan supaya
masuk surga atau mengumpulkan pahala untuk itu. Juga
bukan pamer supaya dipuji orang lain. Karena dengan
begitu perbuatan baik kita tidak tulus. Kita berbuat baik
kepada orang lain karena Tuhan sudah terlebih dahulu
berbuat baik kepada kita, sesuai tema kita di atas. Tetapi
tidakkah itu sama saja, tidak tulus? Tidak. Karena Tuhan
berbuat baik kepada kita agar kita berbuat baik kepada
sesama kita. Sederhana bukan? Dalam kenyataannya
tidak.

Dalam kenyataan hidup sesehari banyak sekali orang


yang tahu – mungkin termasuk kita, – bahwa berbuat baik
terhadap sesama adalah kehendak Tuhan, tetapi tidak
banyak di antara mereka yang sungguh-sungguh berbuat
baik seperti yang Tuhan kehendaki, artinya berbuat baik
terhadap sesama tanpa memilah-milah siapa. Tidakkah
sebelum kita melakukan sesuatu yang baik terhadap
orang lain, kita mempertimbangkan dahulu beberapa hal:
temankah dia, kenalan, sesuku, semarga, sebangsa,
seiman, bisakah dia dipercaya, selanjutnya akankah dia
terus merongrong kita? Dan banyak lagi pertimbangan
atau filter melalui mana kita menyaring kepada siapa kita
harus atau patut berbuat baik.

Amsal 3:27-30 adalah nasihat-nasihat praktis bagi orang


percaya, bagi kita semua. Nasihat praktis agar kita
berbuat baik terhadap sesama tanpa “memandang bulu”.
Sebab persoalannya bukan pada orang-orang kepada
siapa kita harus berbuat baik, tetapi pada diri kita sendiri.
Amsal ini menasihati kita: orang yang bijaksana (baca:
takut kepada Tuhan) adalah orang yang jujur dan adil
dalam relasi dengan orang lain. Bagaimanakah itu?
Pertama, orang bijaksana adalah orang yang selalu siap
untuk menolong (ayat 27-28). Namun lebih tajam lagi:
janganlah menjadi penghalang orang menerima
pertolongan (haknya), terutama bila pertolongan itu
seharusnya datang dari dirimu, dan dirimu mampu
melakukannya (ayat 27)! Dalih apapun tidak berlaku untuk
menghindarkan diri dari kewajiban ini. Bahkan menunda-
nunda pun adalah salah. Kalau bisa sekarang, mengapa
harus menunggu sebelum memberikannya (ayat 28).
Paradigmanya sangat indah: dalam relasi antar manusia,
orang yang membutuhkan selalu harus segera ditolong
oleh orang yang mampu melakukannya!

Kedua, orang yang bijaksana adalah orang yang dapat


dipercaya dan diandalkan. Jadi ungkapan semacam
“menohok kawan seiring”, atau “menggunting dalam
lipatan” tidak boleh mendapat tempat dalam relasi antar
manusia. Apabila orang mempercayaimu serta
mempercayakan banyak hal bahkan rahasia kepadamu,
janganlah sekali-kali menyalahgunakannya.
Merencanakan kejahatan terhadap orang lain adalah
kekejian. Tetapi merencanakan kejahatan terhadap orang
yang mempercayai kita adalah pengkhianatan tiada tara.
Dasarnya adalah gema dari Amsal 3:3: relasi antar
manusia mestinya diterangi oleh prinsip keramahtamahan
dan kesetiaan.

Ketiga, orang yang bijaksana adalah orang yang ramah.


Ada orang yang gemar dan selalu siap untuk bertengkar
dengan tetangganya. Sedikit kata atau sikap yang
dianggap tidak menyenangkan atau tajam langsung
dibalas dengan kata atau sikap yang lebih keji dan lebih
tajam lagi. Jelas ia bukanlah seorang yang bijaksana.
Bersikap tidak ramah terhadap orang yang salah
sekalipun bukanlah sikap orang percaya (Yesus: “…
berdoalah bagi musuhmu…”). Maka bersikap tidak ramah
terhadap orang yang sama sekali tidak melakukan
apapun kepada kita, adalah sikap yang amat tidak terpuji.
Dengan keramahtamahan relasi antar manusia akan
tergalang dan bertumbuh.

Maka pertanyaannya tinggal bagaimana menjembatani


antara yang kita imani dengan yang kita hidupi, antar
yang kita tahu dengan yang kita lakukan. Untuk itu perlu
kita kembali pada alinea pertama di atas, kembali pada
tema kita: “Karena Tuhan Peduli Kitapun Peduli” yang
mengandaikan bahwa “kita berbuat baik kepada orang
lain karena Tuhan sudah terlebih dahulu berbuat baik
kepada kita”. Sekilas memang kesannya tidak tulus:
sekadar “membalas” kebaikan Tuhan. Tetapi lebih dalam
daripada itu, adalah benang merah Kitab Suci bahwa
berkat diberikan agar yang diberkati pada gilirannya
menjadi berkat bagi orang lain. Jadi tujuan akhirnya
adalah “semua orang diberkati”. Karena yang diperhatikan
dan diprihatinkan Allah adalah segenap ciptaan-Nya,
bukan cuma orang Yahudi, bukan cuma orang Kristen,
dan pasti bukan cuma jemaat GKI Pondok Indah.

Tanggal 20 Juni 2006 GKI Pondok Indah merayakan hari


ulang tahunnya yang ke 22. Selama 22 tahun Allah sudah
memberikan berkat-Nya kepada kita. Selama itu pula
Allah peduli kepada kita. Maka pertanyaannya: sudahkah
kita menjadi berkat? Sudahkah kita menunjukkan
kepedulian kepada sesama gereja, sesama jemaat,
sesama orang percaya, sesama manusia? Tentu tidak
keliru bila kita menjawab sudah. Terutama mengingat
“berapa” yang sudah kita keluarkan dan anggarkan dalam
program pelayanan “oikmas” (oikumene dan masyarakat).
Tetapi sudah cukupkah itu? Pernahkah akan cukup?

Karena Tuhan peduli kitapun peduli bahkan kian peduli.


Yaitu dengan cara menjadi gereja yang kian hari kian
bijaksana (baca: takut kepada Tuhan): kian hari selalu
kian siap untuk menolong siapapun; kian hari kian dapat
dipercaya dan diandalkan; kian hari kian ramah. Namun
jangan lupa: gereja yang bijaksana adalah gereja yang
semua warganya (baik yang terdaftar maupun yang tidak)
juga bijaksana, termasuk Anda!

Dirgahayu GKI Pondok Indah. Syukur kepada-Nya, Raja


Gereja. Kita yang menanam dan menyiram, tetapi IA yang
mengaruniakan pertumbuhan!
(e-RH) November 11 -- JANGAN MENUNDA
POSTED ON 23.10 // LEAVE A COMMENT
Bacaan : Amsal 3:27-35 
Setahun: Kisah Para Rasul 7-8 
Nats: Janganlah engkau berkata kepada sesamamu:
"Pergilah dan 
kembalilah, besok akan kuberi, sedangkan yang
diminta ada 
padamu." (Amsal 3:28) 

Judul: 

JANGAN MENUNDA 

Ketika ada tetangga hendak meminjam peralatan


rumah tangga, acap 
kali dengan enteng kita berkata, "Oh, maaf alatnya lagi
rusak!" atau 
"Maaf, sedang dipinjam oleh kerabat!" Padahal, alat itu
ada dan 
baik-baik saja. Apalagi saat ada yang datang mau
meminjam uang untuk 
keperluan darurat keluarga, bisa jadi kita malah
berkata, "Maaf, 
anak kami juga baru mendaftar kuliah, jadi keuangan
kami juga sedang 
seret!" 

Firman Tuhan dengan jelas mengajari kita untuk tidak


menunda berbuat 
baik ketika kita mampu melakukannya dan bantuan
yang diperlukan ada 
pada kita. Kita pun harus memberi dengan penuh
kerelaan hati dan 
tidak menolak ketika ada yang datang meminjam.
Karena Allah 
mengasihi orang yang melakukan hal demikian. 

Kadang kita merasa belum cukup mendapat berkat


untuk bisa memberi. 
Padahal, kita bersama pun tahu, tak ada manusia yang
akan merasa 
cukup. Kebanyakan manusia cenderung merasa dirinya
masih kurang 
sehingga belum mampu untuk memberi, entah itu
materi, waktu, tenaga, 
entah pikiran. Perasaan telah cukup tidak akan pernah
dirasakan 
sehingga memberi pun semakin sulit dilakukan.
Sebenarnya memberi 
dapat dimulai dari hal-hal sepele. Keputusan kita untuk
mengurangi 
pengeluaran yang tidak perlu dan dipakai untuk
berbagi kepada sesama 
yang membutuhkan adalah sebuah keputusan bijak.
Kehidupan tidak 
melulu soal materi atau pemuasan hasrat pribadi,
tetapi lebih utama 
apakah kita bisa membantu sesama yang
membutuhkan di sekitar kita. 
--Jacqualine Bunga/Renungan Harian 

JANGAN MENUNDA BERBUAT BAIK, LAKUKAN


SEKARANG JUGA! 

Ayat Alkitab: http://alkitab.sabda.org/?Amsal+3:27-35 

Amsal 3:27-35 

27 Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang


yang berhak 
menerimanya, padahal engkau mampu
melakukannya. 
28 Janganlah engkau berkata kepada sesamamu:
"Pergilah dan 
kembalilah, besok akan kuberi," sedangkan yang
diminta ada 
padamu. 
29 Janganlah merencanakan kejahatan terhadap
sesamamu, sedangkan 
tanpa curiga ia tinggal bersama-sama dengan engkau. 
30 Janganlah bertengkar tidak semena-mena dengan
seseorang, jikalau 
ia tidak berbuat jahat kepadamu. 
31 Janganlah iri hati kepada orang yang melakukan
kelaliman, dan 
janganlah memilih satupun dari jalannya, 
32 karena orang yang sesat adalah kekejian bagi
TUHAN, tetapi 
dengan orang jujur Ia bergaul erat. 
33 Kutuk TUHAN ada di dalam rumah orang fasik,
tetapi tempat 
kediaman orang benar diberkati-Nya. 
34 Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Iapun
mencemooh, tetapi 
orang yang rendah hati dikasihani-Nya. 
35 Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan, tetapi
orang yang 
bebal akan menerima cemooh. 
<< Renungan Harian ,Rabu, 11 November 2015 >> 
Doa : Hal berdoa (Matius 6:5-15)
------------------------- 
Judul: JANGAN MENUNDA
Baca: Amsal 3:27-35
Anats: Amsal 3:28
Bacaan Alkitab Setahun :
Kisah Para Rasul 7-8
-----------------
Bacaan Alkitab : Amsal 3:27-35
Anjuran untuk berbuat baik

(27) Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang


yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu
melakukannya. (28)Janganlah engkau berkata kepada
sesamamu: "Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,"
sedangkan yang diminta ada padamu. (29) Janganlah
merencanakan kejahatan terhadap sesamamu,
sedangkan tanpa curiga ia tinggal bersama-sama dengan
engkau. (30) Janganlah bertengkar tidak semena-mena
dengan seseorang, jikalau ia tidak berbuat jahat
kepadamu. (31) Janganlah iri hati kepada orang yang
melakukan kelaliman, dan janganlah memilih satupun dari
jalannya, (32) karena orang yang sesat adalah kekejian
bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat.
(33) Kutuk TUHAN ada di dalam rumah orang fasik, tetapi
tempat kediaman orang benar diberkati-Nya. (34) Apabila
Ia menghadapi pencemooh, maka Iapun mencemooh,
tetapi orang yang rendah hati dikasihani-Nya.(35) Orang
yang bijak akan mewarisi kehormatan, tetapi orang yang
bebal akan menerima cemooh.

----------------------

Ayat Nats. : Amsal 3:28


(28)Janganlah engkau berkata kepada sesamamu:
"Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi," sedangkan
yang diminta ada padamu. 
------------------------ 

Tampilan cetak 
Rabu, 11 November 2015

Bacaan : Amsal 3:27-35


Setahun : Kisah Para Rasul 7-8
Nats : Janganlah engkau berkata kepada sesamamu:
"Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi, sedangkan
yang diminta ada padamu." (Amsal 3:28)

JANGAN MENUNDA
Ketika ada tetangga hendak meminjam peralatan rumah
tangga, acap kali dengan enteng kita berkata, "Oh, maaf
alatnya lagi rusak!" atau "Maaf, sedang dipinjam oleh
kerabat!" Padahal, alat itu ada dan baik-baik saja. Apalagi
saat ada yang datang mau meminjam uang untuk
keperluan darurat keluarga, bisa jadi kita malah berkata,
"Maaf, anak kami juga baru mendaftar kuliah, jadi
keuangan kami juga sedang seret!"
Firman Tuhan dengan jelas mengajari kita untuk tidak
menunda berbuat baik ketika kita mampu melakukannya
dan bantuan yang diperlukan ada pada kita. Kita pun
harus memberi dengan penuh kerelaan hati dan tidak
menolak ketika ada yang datang meminjam. Karena Allah
mengasihi orang yang melakukan hal demikian.

Kadang kita merasa belum cukup mendapat berkat untuk


bisa memberi. Padahal, kita bersama pun tahu, tak ada
manusia yang akan merasa cukup. Kebanyakan manusia
cenderung merasa dirinya masih kurang sehingga belum
mampu untuk memberi, entah itu materi, waktu, tenaga,
entah pikiran. Perasaan telah cukup tidak akan pernah
dirasakan sehingga memberi pun semakin sulit dilakukan.
Sebenarnya memberi dapat dimulai dari hal-hal sepele.
Keputusan kita untuk mengurangi pengeluaran yang tidak
perlu dan dipakai untuk berbagi kepada sesama yang
membutuhkan adalah sebuah keputusan bijak. Kehidupan
tidak melulu soal materi atau pemuasan hasrat pribadi,
tetapi lebih utama apakah kita bisa membantu sesama
yang membutuhkan di sekitar kita. --Jacqualine
Bunga/Renungan Harian

JANGAN MENUNDA BERBUAT BAIK, LAKUKAN


SEKARANG JUGA!

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan


Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian? 


Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan
Gloria.
Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY
GLORIA 

Diskusi renungan ini di Facebook: 


https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/
------------------------ 
Bacaan Alkitab Setahun :
Kisah Para Rasul 7-8

Kisah Para Rasul 7


Pembelaan Stefanus

(1) Kata Imam Besar: "Benarkah demikian?" (2) Jawab


Stefanus: "Hai saudara-saudara dan bapa-bapa,
dengarkanlah! Allah yang Mahamulia telah menampakkan
diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia
masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran, (3)
dan berfirman kepadanya: Keluarlah dari negerimu dan
dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan
Kutunjukkan kepadamu.(4) Maka keluarlah ia dari negeri
orang Kasdim, lalu menetap di Haran. Dan setelah
ayahnya meninggal, Allah menyuruh dia pindah dari situ
ke tanah ini, tempat kamu diam sekarang; (5)dan di situ
Allah tidak memberikan milik pusaka kepadanya, bahkan
setapak tanahpun tidak, tetapi Ia berjanji akan
memberikan tanah itu kepadanya menjadi kepunyaannya
dan kepunyaan keturunannya, walaupun pada waktu itu ia
tidak mempunyai anak. (6) Beginilah firman Allah, yaitu
bahwa keturunannya akan menjadi pendatang di negeri
asing dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya
empat ratus tahun lamanya. (7) Tetapi bangsa yang akan
memperbudak mereka itu akan Kuhukum, firman Allah,
dan sesudah itu mereka akan keluar dari situ dan
beribadah kepada-Ku di tempat ini. (8) Lalu Allah
memberikan kepadanya perjanjian sunat; dan demikianlah
Abraham memperanakkan Ishak, lalu menyunatkannya
pada hari yang kedelapan; dan Ishak memperanakkan
Yakub, dan Yakub memperanakkan kedua belas bapa
leluhur kita. (9) Karena iri hati, bapa-bapa leluhur kita
menjual Yusuf ke tanah Mesir, tetapi Allah menyertai dia,
(10) dan melepaskannya dari segala penindasan serta
menganugerahkan kepadanya kasih karunia dan hikmat,
ketika ia menghadap Firaun, raja Mesir. Firaun
mengangkatnya menjadi kuasa atas tanah Mesir dan atas
seluruh istananya. (11) Maka datanglah bahaya kelaparan
menimpa seluruh tanah Mesir dan tanah Kanaan serta
penderitaan yang besar, sehingga nenek moyang kita
tidak mendapat makanan. (12)Tetapi ketika Yakub
mendengar, bahwa di tanah Mesir ada gandum, ia
menyuruh nenek moyang kita ke sana. Itulah kunjungan
mereka yang pertama; (13) pada kunjungan mereka yang
kedua Yusuf memperkenalkan dirinya kepada saudara-
saudaranya, lalu ketahuanlah asal-usul Yusuf kepada
Firaun. (14) Kemudian Yusuf menyuruh menjemput
Yakub, ayahnya, dan semua sanak saudaranya, tujuh
puluh lima jiwa banyaknya. (15) Lalu pergilah Yakub ke
tanah Mesir. Di situ ia meninggal, ia dan nenek moyang
kita; (16) mayat mereka dipindahkan ke Sikhem dan
diletakkan di dalam kuburan yang telah dibeli Abraham
dengan sejumlah uang perak dari anak-anak Hemor di
Sikhem. (17) Tetapi makin dekat genapnya janji yang
diberikan Allah kepada Abraham, makin bertambah
banyaklah bangsa itu di Mesir, (18) sampai bangkit
seorang raja lain memerintah tanah Mesir, seorang yang
tidak mengenal Yusuf. (19)Raja itu mempergunakan tipu
daya terhadap bangsa kita dan menganiaya nenek
moyang kita serta menyuruh membuang bayi mereka,
supaya bangsa kita itu jangan berkembang. (20) Pada
waktu itulah Musa lahir dan ia elok di mata Allah. Tiga
bulan lamanya ia diasuh di rumah ayahnya. (21)Lalu ia
dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh
mengasuhnya seperti anaknya sendiri. (22) Dan Musa
dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa
dalam perkataan dan perbuatannya. (23)Pada waktu ia
berumur empat puluh tahun, timbullah keinginan dalam
hatinya untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu
orang-orang Israel. (24) Ketika itu ia melihat seorang
dianiaya oleh seorang Mesir, lalu ia menolong dan
membela orang itu dengan membunuh orang Mesir itu.
(25)Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti,
bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka,
tetapi mereka tidak mengerti. (26) Pada keesokan harinya
ia muncul pula ketika dua orang Israel sedang berkelahi,
lalu ia berusaha mendamaikan mereka, katanya:
Saudara-saudara! Bukankah kamu ini bersaudara?
Mengapakah kamu saling menganiaya? (27) Tetapi orang
yang berbuat salah kepada temannya itu menolak Musa
dan berkata: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi
pemimpin dan hakim atas kami?(28) Apakah engkau
bermaksud membunuh aku, sama seperti kemarin engkau
membunuh orang Mesir itu? (29) Mendengar perkataan
itu, larilah Musa dan hidup sebagai pendatang di tanah
Midian. Di situ ia memperanakkan dua orang anak laki-
laki. (30) Dan sesudah empat puluh tahun tampaklah
kepadanya seorang malaikat di padang gurun gunung
Sinai di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. (31)
Musa heran tentang penglihatan itu, dan ketika ia pergi ke
situ untuk melihatnya dari dekat, datanglah suara Tuhan
kepadanya: (32)Akulah Allah nenek moyangmu, Allah
Abraham, Ishak dan Yakub. Maka gemetarlah Musa, dan
ia tidak berani lagi melihatnya. (33)Lalu firman Allah
kepadanya: Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab
tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang
kudus. (34) Aku telah memperhatikan dengan sungguh
kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir dan Aku telah
mendengar keluh kesah mereka, dan Aku telah turun
untuk melepaskan mereka; karena itu marilah, engkau
akan Kuutus ke tanah Mesir. (35) Musa ini, yang telah
mereka tolak, dengan mengatakan: Siapakah yang
mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim? Musa
ini juga telah diutus oleh Allah sebagai pemimpin dan
penyelamat oleh malaikat, yang telah menampakkan diri
kepadanya di semak duri itu.(36) Dialah yang membawa
mereka keluar dengan mengadakan mujizat-mujizat dan
tanda-tanda di tanah Mesir, di Laut Merah dan di padang
gurun, empat puluh tahun lamanya. (37) Musa ini pulalah
yang berkata kepada orang Israel: Seorang nabi seperti
aku ini akan dibangkitkan Allah bagimu dari antara
saudara-saudaramu. (38)Musa inilah yang menjadi
pengantara dalam sidang jemaah di padang gurun di
antara malaikat yang berfirman kepadanya di gunung
Sinai dan nenek moyang kita; dan dialah yang menerima
firman-firman yang hidup untuk menyampaikannya
kepada kamu.(39) Tetapi nenek moyang kita tidak mau
taat kepadanya, malahan mereka menolaknya. Dalam hati
mereka ingin kembali ke tanah Mesir. (40) Kepada Harun
mereka berkata: Buatlah untuk kami beberapa allah yang
akan berjalan di depan kami, sebab Musa ini yang telah
memimpin kami keluar dari tanah Mesir kami tidak tahu
apa yang telah terjadi dengan dia. (41)Lalu pada waktu itu
mereka membuat sebuah anak lembu dan
mempersembahkan persembahan kepada berhala itu dan
mereka bersukacita tentang apa yang dibuat sendiri oleh
mereka. (42)Maka berpalinglah Allah dari mereka dan
membiarkan mereka beribadah kepada bala tentara
langit, seperti yang tertulis dalam kitab nabi-nabi: Apakah
kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan
dan persembahan selama empat puluh tahun di padang
gurun itu, hai kaum Israel? (43) Tidak pernah, malahan
kamu mengusung kemah Molokh dan bintang dewa
Refan, patung-patung yang kamu buat itu untuk
disembah. Maka Aku akan membawa kamu ke dalam
pembuangan, sampai di seberang sana Babel. (44)
Kemah Kesaksian ada pada nenek moyang kita di padang
gurun, seperti yang diperintahkan Allah kepada Musa
untuk membuatnya menurut contoh yang telah dilihatnya.
(45)Kemah itu yang diterima nenek moyang kita dan yang
dengan pimpinan Yosua dibawa masuk ke tanah ini, yaitu
waktu tanah ini direbut dari bangsa-bangsa lain yang
dihalau Allah dari depan nenek moyang kita; demikianlah
sampai kepada zaman Daud. (46)Daud telah mendapat
kasih karunia di hadapan Allah dan ia memohon, supaya
ia diperkenankan untuk mendirikan suatu tempat
kediaman bagi Allah Yakub. (47) Tetapi Salomolah yang
mendirikan sebuah rumah untuk Allah. (48) Tetapi Yang
Mahatinggi tidak diam di dalam apa yang dibuat oleh
tangan manusia, seperti yang dikatakan oleh nabi: (49)
Langit adalah takhta-Ku, dan bumi adalah tumpuan kaki-
Ku. Rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku,
demikian firman Tuhan, tempat apakah yang akan
menjadi perhentian-Ku? (50)Bukankah tangan-Ku sendiri
yang membuat semuanya ini? (51) Hai orang-orang yang
keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga,
kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek
moyangmu, demikian juga kamu.(52) Siapakah dari nabi-
nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan
mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu
memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang
sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. (53)
Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan
oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak
menurutinya."

Stefanus dibunuh — Saulus hadir

(54) Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu


mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka.
Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. (55)
Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus,
menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus
berdiri di sebelah kanan Allah. (56) Lalu katanya:
"Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia
berdiri di sebelah kanan Allah." (57) Maka berteriak-
teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak
menyerbu dia. (58) Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu
melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka
di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. (59)
Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya:
"Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." (60) Sambil berlutut ia
berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah
tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan
perkataan itu meninggallah ia.

Kisah Para Rasul 8


(1) Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. (8-
1b) Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat
terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali
rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan
Samaria. (2)Orang-orang saleh menguburkan mayat
Stefanus serta meratapinya dengan sangat. (3) Tetapi
Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia
memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan
perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk
dimasukkan ke dalam penjara.

Filipus di Samaria

(4) Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu


sambil memberitakan Injil. (5) Dan Filipus pergi ke suatu
kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-
orang di situ. (6)Ketika orang banyak itu mendengar
pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang
diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima
apa yang diberitakannya itu. (7) Sebab dari banyak orang
yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil
berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang
lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan. (8) Maka
sangatlah besar sukacita dalam kota itu. (9)Seorang yang
bernama Simon telah sejak dahulu melakukan sihir di kota
itu dan mentakjubkan rakyat Samaria, serta berlagak
seolah-olah ia seorang yang sangat penting. (10)Semua
orang, besar kecil, mengikuti dia dan berkata: "Orang ini
adalah kuasa Allah yang terkenal sebagai Kuasa Besar."
(11) Dan mereka mengikutinya, karena sudah lama ia
mentakjubkan mereka oleh perbuatan sihirnya. (12)
Tetapi sekarang mereka percaya kepada Filipus yang
memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang
nama Yesus Kristus, dan mereka memberi diri mereka
dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan. (13)Simon
sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia
senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub
ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar
yang terjadi. (14) Ketika rasul-rasul di Yerusalem
mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman
Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ. (15)
Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-
orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. (16) Sebab Roh
Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka,
karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.
(17) Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas
mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus. (18) Ketika
Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh
karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia
menawarkan uang kepada mereka,(19) serta berkata:
"Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku
menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh
menerima Roh Kudus." (20) Tetapi Petrus berkata
kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu bersama
dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa
engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. (21)
Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab
hatimu tidak lurus di hadapan Allah. (22) Jadi bertobatlah
dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan,
supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; (23)sebab kulihat,
bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan
terjerat dalam kejahatan." (24)Jawab Simon: "Hendaklah
kamu berdoa untuk aku kepada Tuhan, supaya kepadaku
jangan kiranya terjadi segala apa yang telah kamu
katakan itu." (25) Setelah keduanya bersaksi dan
memberitakan firman Tuhan, kembalilah mereka ke
Yerusalem dan dalam perjalanannya itu mereka
memberitakan Injil dalam banyak kampung di Samaria.

Sida-sida dari tanah Etiopia

(26) Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan


kepada Filipus, katanya: "Bangunlah dan berangkatlah ke
sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem
ke Gaza." Jalan itu jalan yang sunyi. (27) Lalu
berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang
sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri
Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem
untuk beribadah. (28) Sekarang orang itu sedang dalam
perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil
membaca kitab nabi Yesaya. (29)Lalu kata Roh kepada
Filipus: "Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!" (30)
Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang
membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: "Mengertikah
tuan apa yang tuan baca itu?" (31) Jawabnya:
"Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang
membimbing aku?" Lalu ia meminta Filipus naik dan
duduk di sampingnya. (32) Nas yang dibacanya itu
berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa
ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di
depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia
tidak membuka mulut-Nya. (33) Dalam kehinaan-Nya
berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan
menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil
dari bumi. (34) Maka kata sida-sida itu kepada Filipus:
"Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata
demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang
lain?"(35) Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak
dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya. (36)
Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu
tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ
ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?" (37)
(Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati,
boleh." Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus
adalah Anak Allah.") (38) Lalu orang Etiopia itu menyuruh
menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam
air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus
membaptis dia. (39) Dan setelah mereka keluar dari air,
Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu
tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya
dengan sukacita. (40) Tetapi ternyata Filipus ada di
Asdod. Ia berjalan melalui daerah itu dan memberitakan
Injil di semua kota sampai ia tiba di Kaisarea.

Bacaan:  Amsal 3:27-35


Bacaan Setahun: Bilangan 12-13
Nas: Janganlah menahan kebaikan daripada orang-orang
yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu
melakukannya. (Amsal 3:27)

PENYEMIR DERMAWAN
Albert Lexie adalah penyemir sepatu dari Monessen,
Pennsylvania, AS. Bukan tukang semir biasa, namun
tukang semir yang secara dermawan menyumbangkan
dana untuk badan amal. Ia bekerja di Rumah Sakit Anak
di Pittsburgh sejak awal 1980-an. Sampai dengan
Februari 2013, ia telah mengumpulkan uang senilai 200
ribu dolar (sekitar 1, 9 miliar rupiah) dari uang tips selama
bekerja dan menyumbangkannya untuk dana perawatan
bagi orang yang tidak mampu. Lexie kemudian
mendapatkan sejumlah penghargaan, antara lain sebagai
"All-Stars Among Us" oleh majalah People. Terbit pula
buku kisah hidupnya, berjudul Albert's Kids: The Heroic
Work of Shining Shoes for Sick Children.
Untuk menjadi orang yang dermawan, kita tidak perlu
menunggu sampai memiliki harta kekayaan yang
berlimpah terlebih dulu. Apa yang sudah kita miliki di
dalam hidup saat ini bisa kita gunakan untuk melakukan
sesuatu yang bermanfaat untuk menolong orang lain.
Sekecil apa pun karya yang bisa kita hasilkan, sepanjang
kita melakukannya dengan penuh sukacita dan
keikhlasan, tentu hal itu dapat menjadi berkat bagi orang
lain.
Kita dipanggil untuk melakukan perbuatan baik bagi
mereka yang membutuhkan dan berhak menerimanya.
Selama kita mampu melakukannya, tidaklah patut jika kita
menahan diri dalam berbuat baik (ay. 27). Kemampuan
yang Tuhan karuniakan bukan hanya untuk kita gunakan
bagi kepentingan diri sendiri, melainkan untuk memberkati
sesama juga. Maukah kita berbagi? -- Wahyu
Barmanto /Renungan Harian
***
KEDERMAWANAN BUKAN MENGALIR DARI
KELIMPAHAN, 
MELAINKAN DARI DALAM HATI YANG
BERBELASKASIHAN.
***
Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan
Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan
Gloria.
Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY
GLORIA
Renungan GMIM 21-27 April
TEMA BULANAN:
"Kuasa Kebangkitan Kristus memberi Kemenangan"
TEMA MINGGUAN:
"Kalahkan kejahatan dengan kebaikan"
Bahan Alkitab: Amsal 3:27-35; Roma 12:9-21
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Tema bulanan di April 2013 ini adalah"Kuasa kebangkitan
Yesus memberi kemenangan". Dengan teman ini diharapkan
gereja/orang-orang percaya dapat mengalahkan kuasa
dosa/keinginan daging karena dengan kebangkitan Yesus,
manusia didamaikan dengan Allah, sesama manusia dan alam.
Tema ini juga diharpakan dapat menerangi orang-orang percaya
untuk memahami seluruh kehendak firman-Nya dan merubah
nilai dan sikap hidup. Adapun tema mingguan adalah
"kalahkanlah kejahatan dengna kebaikan". Tema ini diangkat
dari teks Amsa 3:27-35 dan Roma 12:9-21. Dari tema mingguan
ini diharapkan orang percaya hidup dalam kebaikan sebagai
jawaban atas kebangkita Kristus karena Allah membenci
kejahatan tapi mencintai kebaikan. Orang percaya juga
dinasihati untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan
dan siap menghadapi persoalan apapun tanpa kekerasan.
PEMBAHSAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Di dalam Amsal pasal 3, HIKMAT menampilkan dirinya seperti
seorang ayah, karena itu ia menyapa pendengarnya dengan
akrab "anak-ku". Melalui sapaan akrab ini menganjurkan bahwa
pengajaran yang bertujuan mengarahkan eksistensi hidup
manusia harus dilakukan dengan akrab. Dalam bacaan ini,
HIKMAT menganjurkan pendengarnya untuk berbuat baik.
Anjuran-anjuran ini berisi larangan - tipikal ayah yang melarang
anaknya untuk tidak ini/itu yang dimulai dengan kata larangan
"janganlah". Ada lima anjuran dalam bacaan ini yang dimulai
dengan kata larangan yaitu pada ayat 27, 28, 29, 30 dan 31.
Kelima anjuran ini bertujuan mengatur "relasi" dengan sesama.
Kelima anjuran - berturut-turut - dari pengamsal sifatnya
bersyarat: (i) kebaikan jangan ditahan jika mampu dilakukan;
(ii) jangan memberi janji jika engkau memiliki apa yang
diminta; (iii) jangan merencananakan yang
jahat sedangkan sesamamu tinggal bersama engkau tanpa
curiga; (iv) jangan bertengkar dengan seseorang jika ia tidak
berbuat jahat kepadamu; (v) jangan iri kepada orang
lalim karena itu kekejian bagi TUHAN. Makna dari anjuran-
anjuran ini adalah untuk menarik perhatian pendengar supaya
tidak pernah menahan atau menunda untuk berbuat baik.
Berbuat baik itu harus se-segera mungkin karena TUHAN
Mahatahu.
Ayat 33-35 memberikan jaminan kepada pendengar-pendengar
yang mau mengikuti anjurannya yaitu: TUHAN bergaul erat
dengan orang yang jujur; memberkati tempat kediaman orang
benar; dan mengasihani orang yang rendah hati. Keseluruhan
anjuran itu bertujuan untuk sampai pada maksud ini, ditambah
lagi denga keyakinan pengamsal kalau "orang yang bijak akan
mewarisi kehormatan". Intonasi ini menunjukkan adanya
harapan gemilang di hari depan bagi orang-orang -  bijak - yang
mau mendengarkan dan mempraktekkan anjuran HIKMAT,
karena dengan mengikuti anjurannya orang diantar pada sebuah
relasi harmonis baik itu secara vertikal dengan TUHAN maupun
secara horizontal dengan sesamanya.
Di dalam Roma 12:9-21, Paulus memberi nasihat kepada jemaat
di Roma untuk hidup dalam kasih. Nasihat ini harus dikaitkan
dengan tujuan nasihat rasul Paulus yang menitikberatkan pada
kesatuan dan persatuan gereja sebagai "satu tubuh" di dalam
Kristus. Sebagai satu tubuh, maka peran setiap anggota tubuh
yang beragam harus dipandang dalam kesatuan sebagai tindakan
melayani kepentingan "tubuh" sebagai satu kesatuan. Apabila
jemaat di Roma menjadi kisruh karena berbagai pertentangan,
sudah tentu akan melahirkan preseden bruk bagi gereja dan
wibawa Paulus sebagai rasul. Karenanya kasih adalah perekat
utama untuk mengantisipasi konflik yang bakal terjadi akibat
perbedaan pandangan internal gereja. Dengan alasan inilah
maka kasih menjadi penting sebagai landasan pola pikir dan
pola laku anggota-anggota tubuh Kristus. Dengan
mempraktekan kasih dalam maknanya yang paling hakiki
(agape) maka tidak ada orang yang akan merasa dirinya lebih
pandai dari yang lain, sebab eksistensi diri - tubuh, jiwa dan roh
- dari setiap orang ditundukan pada ketulusan pada ketulusan
untuk saling mengasihi dan saling mendahului dalam memberi
hormat. Hal ini sudah tentu akan membangkitkan gairah untuk
masuk dalam kehidupan yang berbasis pada ke-setia-an, ke-
sepikir-an dalam hidup bersama. Apabila kasih menjadi fondasi
maka kedamaian dipandang sebagai efek yang ditimbulkan dari
perilaku hidup di dalam kasih itu. Pesan dalam ayat 17:21
adalah pola hidup yang ditawarkan oleh rasul Paulus kepada
"anggota-anggota tubuh Kristus yang hidup di dalam kasih"
ketika berhadapan dengan orang-orang yang menolak untuk
hidup dalam kasih Kristus. Orang-orang yang masih hidup
dalam kungkungan dosa memiliki kecenderungan untuk
mengutamakan kepentingan diri sendiri dan menganggap
dirinya jauh lebih pandai dari orang lain. Pola hidup yang
demikian rawan terjerumus dalam kuasa iblis rentan dipakai
untuk menyakiti sesama dan cenderung bertindak tidak dalam
koridor menghargai sesama. Berhadapan dengan orang-orang
demikian, pengikut Kristus diajak untuk mengalah dan
mengupayakan perdamaian, karena dengan bersikap demikian
maka pengikut Kristus memberi ruang bagi Allah untuk
bertindak dalam keadilan-Nya. Pola hidup di dalam kasih pada
puncaknya menjadi semakin ekstrim yaitu dengan "berbuat baik
kepada musuh". Mengasihi adalah tanda bahwa pengikut
Kristus berkehendak untuk mengalahkan kejahatan dengan
kebaikan. Pada tahap inilah maka kasih Kristus menjadi nyata
dan sempurna karena Kristus telah meneladankan itu - melalui
pengorbanan-Nya, supaya pengikutNya dikuatkan untuk sampai
pada tahap ini.
Makna dan Implikasi Firman
Ajaran Kristen menuntut pengikutnya untuk hidup
"menyerupai" Kristus atau meniru Kristus (Imitatio Christi).
Proses untuk menyerupai Kristus bukanlah proses gampang
karena sebagaimana Kristus telah memberikan diriNya untuk
menebus umat manusia, maka sikap "memberikan diri" ini harus
mewarnai perjalanan hidup setiap individu yang mengaku
dirinya sebagai pengikut Kristus. Arena untuk mempraktekan
"Imitatio Christi" ini adalah dunia. Dunia adalah tempat di mana
setiap pengikut Kristus hidup, bekerja, berelasi, dan
mempraktekan imannya kepada Kristus. Kristus dapat
digambarkan sebagai "HIKMAT" yang memberi petunjuk
tentang tata aturan hidup baik dan benar. Kebaikan-Nya
dinyatakan melalui mujizat-mujizat yang dikerjakan-Nya, rela
menebus dosa manusia dengan darah-Nya, serta melalui
penyertaan-Nya atas kehidupan setiap orang beriman. Petunjuk
hidup Kristus menjadi standar untuk menilai seberapa dekat kita
mengimitasi pola hidup Kristus. Bacaan di atas menyentil
tentang bagaimana "kebaikan" harus dilakukan se-segera
mungkin tanpa penundaan. Kristus telah melakukan hal ini
dengan sempurna. Hal ini dinyatakan dengan integritasNya
kepada BAPA di Sorga untuk meminum cawan penderitaan
danmenjadi tebusan bagi umat manusia tanpa menunda-nunda.
Pada titik inilah maka maksud kedatangan Kristus ke dunia
tercapai. Kebaikan Allah dinyatakan melalui pengorbanan
Kristus. Kebaikan sudah tentu mengandalkan "pengorbanan";
ketika kita mau berbbuat baik maka kita sedang
"mengorbankan" sesuatu demi kebaikan itu. Contohnya, ketika
si A mau mendonorkan darah bagi PMI, maka ia secara sukarela
memberikan sebagian dari dirinya untuk alansan tersebut.
Kebaikan Kristus tidak mengandaikan adanya "syarat" karena
hal itu berdasar pada "agape" - kasih yang tak menuntut balas.
Dalam kerangka "Imatatio Christi", maka diharapkan pengikut-
pengikut Kristus dapat mempraktekan laku hidup yang
melakukan kebaikan tanpa syarat itu. Sikap rendah hati dan mau
saling menghargai menjadi "wajib", karena hanya dengan cara
itu - mencontoh sikap Kristus - maka eksistensi jemaat Tuhan
dapat terpelihara. Kasih dan kebaikan niscaya merupakan
semprotan air yang dapat memadamkan api yang disemburkan
oleh si jahat iblis melalui antek-anteknya.
PERTANYAAN DISKUSI
1). Apakah arti "mengasihi" bagi saudara menurut bacaan
Alkitab ini? Dan pernahkan saudara menganggap "mengasihi"
itu hanya sebuah konsep tanpa makna? Mengapa?
2). Apakah arti "kejahatan" bagi saudara? Apakah ada
"kejahatan" yang tidak termaafkan menurut saudara? Mengapa?
TEMA BULANAN:
"Kuasa Kebangkitan Kristus memberi Kemenangan"
TEMA MINGGUAN:
"Kalahkan kejahatan dengan kebaikan"
Bahan Alkitab: Amsal 3:27-35; Roma 12:9-21
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Tema bulanan di April 2013 ini adalah"Kuasa kebangkitan
Yesus memberi kemenangan". Dengan teman ini diharapkan
gereja/orang-orang percaya dapat mengalahkan kuasa
dosa/keinginan daging karena dengan kebangkitan Yesus,
manusia didamaikan dengan Allah, sesama manusia dan alam.
Tema ini juga diharpakan dapat menerangi orang-orang percaya
untuk memahami seluruh kehendak firman-Nya dan merubah
nilai dan sikap hidup. Adapun tema mingguan adalah
"kalahkanlah kejahatan dengna kebaikan". Tema ini diangkat
dari teks Amsa 3:27-35 dan Roma 12:9-21. Dari tema mingguan
ini diharapkan orang percaya hidup dalam kebaikan sebagai
jawaban atas kebangkita Kristus karena Allah membenci
kejahatan tapi mencintai kebaikan. Orang percaya juga
dinasihati untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan
dan siap menghadapi persoalan apapun tanpa kekerasan.
PEMBAHSAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Di dalam Amsal pasal 3, HIKMAT menampilkan dirinya seperti
seorang ayah, karena itu ia menyapa pendengarnya dengan
akrab "anak-ku". Melalui sapaan akrab ini menganjurkan bahwa
pengajaran yang bertujuan mengarahkan eksistensi hidup
manusia harus dilakukan dengan akrab. Dalam bacaan ini,
HIKMAT menganjurkan pendengarnya untuk berbuat baik.
Anjuran-anjuran ini berisi larangan - tipikal ayah yang melarang
anaknya untuk tidak ini/itu yang dimulai dengan kata larangan
"janganlah". Ada lima anjuran dalam bacaan ini yang dimulai
dengan kata larangan yaitu pada ayat 27, 28, 29, 30 dan 31.
Kelima anjuran ini bertujuan mengatur "relasi" dengan sesama.
Kelima anjuran - berturut-turut - dari pengamsal sifatnya
bersyarat: (i) kebaikan jangan ditahan jika mampu dilakukan;
(ii) jangan memberi janji jika engkau memiliki apa yang
diminta; (iii) jangan merencananakan yang
jahat sedangkan sesamamu tinggal bersama engkau tanpa
curiga; (iv) jangan bertengkar dengan seseorang jika ia tidak
berbuat jahat kepadamu; (v) jangan iri kepada orang
lalim karena itu kekejian bagi TUHAN. Makna dari anjuran-
anjuran ini adalah untuk menarik perhatian pendengar supaya
tidak pernah menahan atau menunda untuk berbuat baik.
Berbuat baik itu harus se-segera mungkin karena TUHAN
Mahatahu.
Ayat 33-35 memberikan jaminan kepada pendengar-pendengar
yang mau mengikuti anjurannya yaitu: TUHAN bergaul erat
dengan orang yang jujur; memberkati tempat kediaman orang
benar; dan mengasihani orang yang rendah hati. Keseluruhan
anjuran itu bertujuan untuk sampai pada maksud ini, ditambah
lagi denga keyakinan pengamsal kalau "orang yang bijak akan
mewarisi kehormatan". Intonasi ini menunjukkan adanya
harapan gemilang di hari depan bagi orang-orang -  bijak - yang
mau mendengarkan dan mempraktekkan anjuran HIKMAT,
karena dengan mengikuti anjurannya orang diantar pada sebuah
relasi harmonis baik itu secara vertikal dengan TUHAN maupun
secara horizontal dengan sesamanya.
Di dalam Roma 12:9-21, Paulus memberi nasihat kepada jemaat
di Roma untuk hidup dalam kasih. Nasihat ini harus dikaitkan
dengan tujuan nasihat rasul Paulus yang menitikberatkan pada
kesatuan dan persatuan gereja sebagai "satu tubuh" di dalam
Kristus. Sebagai satu tubuh, maka peran setiap anggota tubuh
yang beragam harus dipandang dalam kesatuan sebagai tindakan
melayani kepentingan "tubuh" sebagai satu kesatuan. Apabila
jemaat di Roma menjadi kisruh karena berbagai pertentangan,
sudah tentu akan melahirkan preseden bruk bagi gereja dan
wibawa Paulus sebagai rasul. Karenanya kasih adalah perekat
utama untuk mengantisipasi konflik yang bakal terjadi akibat
perbedaan pandangan internal gereja. Dengan alasan inilah
maka kasih menjadi penting sebagai landasan pola pikir dan
pola laku anggota-anggota tubuh Kristus. Dengan
mempraktekan kasih dalam maknanya yang paling hakiki
(agape) maka tidak ada orang yang akan merasa dirinya lebih
pandai dari yang lain, sebab eksistensi diri - tubuh, jiwa dan roh
- dari setiap orang ditundukan pada ketulusan pada ketulusan
untuk saling mengasihi dan saling mendahului dalam memberi
hormat. Hal ini sudah tentu akan membangkitkan gairah untuk
masuk dalam kehidupan yang berbasis pada ke-setia-an, ke-
sepikir-an dalam hidup bersama. Apabila kasih menjadi fondasi
maka kedamaian dipandang sebagai efek yang ditimbulkan dari
perilaku hidup di dalam kasih itu. Pesan dalam ayat 17:21
adalah pola hidup yang ditawarkan oleh rasul Paulus kepada
"anggota-anggota tubuh Kristus yang hidup di dalam kasih"
ketika berhadapan dengan orang-orang yang menolak untuk
hidup dalam kasih Kristus. Orang-orang yang masih hidup
dalam kungkungan dosa memiliki kecenderungan untuk
mengutamakan kepentingan diri sendiri dan menganggap
dirinya jauh lebih pandai dari orang lain. Pola hidup yang
demikian rawan terjerumus dalam kuasa iblis rentan dipakai
untuk menyakiti sesama dan cenderung bertindak tidak dalam
koridor menghargai sesama. Berhadapan dengan orang-orang
demikian, pengikut Kristus diajak untuk mengalah dan
mengupayakan perdamaian, karena dengan bersikap demikian
maka pengikut Kristus memberi ruang bagi Allah untuk
bertindak dalam keadilan-Nya. Pola hidup di dalam kasih pada
puncaknya menjadi semakin ekstrim yaitu dengan "berbuat baik
kepada musuh". Mengasihi adalah tanda bahwa pengikut
Kristus berkehendak untuk mengalahkan kejahatan dengan
kebaikan. Pada tahap inilah maka kasih Kristus menjadi nyata
dan sempurna karena Kristus telah meneladankan itu - melalui
pengorbanan-Nya, supaya pengikutNya dikuatkan untuk sampai
pada tahap ini.
Makna dan Implikasi Firman
Ajaran Kristen menuntut pengikutnya untuk hidup
"menyerupai" Kristus atau meniru Kristus (Imitatio Christi).
Proses untuk menyerupai Kristus bukanlah proses gampang
karena sebagaimana Kristus telah memberikan diriNya untuk
menebus umat manusia, maka sikap "memberikan diri" ini harus
mewarnai perjalanan hidup setiap individu yang mengaku
dirinya sebagai pengikut Kristus. Arena untuk mempraktekan
"Imitatio Christi" ini adalah dunia. Dunia adalah tempat di mana
setiap pengikut Kristus hidup, bekerja, berelasi, dan
mempraktekan imannya kepada Kristus. Kristus dapat
digambarkan sebagai "HIKMAT" yang memberi petunjuk
tentang tata aturan hidup baik dan benar. Kebaikan-Nya
dinyatakan melalui mujizat-mujizat yang dikerjakan-Nya, rela
menebus dosa manusia dengan darah-Nya, serta melalui
penyertaan-Nya atas kehidupan setiap orang beriman. Petunjuk
hidup Kristus menjadi standar untuk menilai seberapa dekat kita
mengimitasi pola hidup Kristus. Bacaan di atas menyentil
tentang bagaimana "kebaikan" harus dilakukan se-segera
mungkin tanpa penundaan. Kristus telah melakukan hal ini
dengan sempurna. Hal ini dinyatakan dengan integritasNya
kepada BAPA di Sorga untuk meminum cawan penderitaan
danmenjadi tebusan bagi umat manusia tanpa menunda-nunda.
Pada titik inilah maka maksud kedatangan Kristus ke dunia
tercapai. Kebaikan Allah dinyatakan melalui pengorbanan
Kristus. Kebaikan sudah tentu mengandalkan "pengorbanan";
ketika kita mau berbbuat baik maka kita sedang
"mengorbankan" sesuatu demi kebaikan itu. Contohnya, ketika
si A mau mendonorkan darah bagi PMI, maka ia secara sukarela
memberikan sebagian dari dirinya untuk alansan tersebut.
Kebaikan Kristus tidak mengandaikan adanya "syarat" karena
hal itu berdasar pada "agape" - kasih yang tak menuntut balas.
Dalam kerangka "Imatatio Christi", maka diharapkan pengikut-
pengikut Kristus dapat mempraktekan laku hidup yang
melakukan kebaikan tanpa syarat itu. Sikap rendah hati dan mau
saling menghargai menjadi "wajib", karena hanya dengan cara
itu - mencontoh sikap Kristus - maka eksistensi jemaat Tuhan
dapat terpelihara. Kasih dan kebaikan niscaya merupakan
semprotan air yang dapat memadamkan api yang disemburkan
oleh si jahat iblis melalui antek-anteknya.
PERTANYAAN DISKUSI
1). Apakah arti "mengasihi" bagi saudara menurut bacaan
Alkitab ini? Dan pernahkan saudara menganggap "mengasihi"
itu hanya sebuah konsep tanpa makna? Mengapa?
2). Apakah arti "kejahatan" bagi saudara? Apakah ada
"kejahatan" yang tidak termaafkan menurut saudara? Mengapa?
Diposkan oleh Fhasixteen TV di 15.40 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi
ke FacebookBagikan ke Pinterest
RENUNGAN SBU MALAM
KAMIS, 14 JANUARI 2016
Amsal 3:27-35
BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA
Konteks
Anjuran untuk berbuat baik
3:27 Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang
yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu
melakukannya. 3:28 Janganlah engkau berkata kepada
sesamamu: “Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,”
sedangkan yang diminta ada padamu. 3:29 Janganlah
merencanakan kejahatan terhadap sesamamu, sedangkan
tanpa curiga ia tinggal bersama-sama dengan engkau.
3:30 Janganlah bertengkar tidak semena-mena dengan
seseorang, jikalau ia tidak berbuat jahat kepadamu. 3:31
Janganlah iri hati kepada orang yang melakukan
kelaliman, dan janganlah memilih satupun dari jalannya,
3:32 karena orang yang sesat adalah kekejian bagi
TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat. 3:33
Kutuk TUHAN ada di dalam rumah orang fasik, tetapi
tempat kediaman orang benar diberkati-Nya. 3:34 Apabila
Ia menghadapi pencemooh, maka Iapun mencemooh,
tetapi orang yang rendah hati dikasihani-Nya. 3:35 Orang
yang bijak akan mewarisi kehormatan, tetapi orang yang
bebal akan menerima cemooh. 
MINGGU I SESUDAH EPIFANI
KAMIS, 14 JANUARI 2016
RENUNGAN MALAM
GB 284:1 -Berdoa
BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA

Amsal 3:27-35
Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang
yang berhak menerimanya; padahal engkau mampu
melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada
sesamamu: pergilah dan kembaliIah, besok akan kuberi
sedangkan yang diminta ada padamu (ay. 27-28)
Di awal bulan November 2015, diberitakan di media online
dan telivisi bahwa Kapolres Cianjur memberikan bantuan
bersama beberapa donatur dan pihak-pihaak terkait untuk
Andun Suherman dan Iyah Khodijah yang adalah
keluarga yang sangat miskin yang tinggal di rumah reyot
hampir rubuh di Cianjur Jawa Barat. Karena sangat miskin
dan tidak memiliki apapun untuk di masak, Iyah Khodijah
pernah memasak batu supaya anak-anaknya yang
kelaparan tidak merengek minta makan, Sungguh
memilukan.
Nasihat untuk berbuat baik menjadi pokok pemberitaan
dari bacaan Alkitab hari ini. Jikakfta mampu berbuat baik,
lakukanlah segera, jangan ditahan dan ditunda Karena
ada orang-orang yang berhak menerimanya yaitu orang-
orang yang membutuhkan pertolongan. Jika kita mampu
melakukannya jangan lari dari kewajiban berbuat baik
dengang berbaga bagai alasan. Tindakan kebaikan yang
lain adalah: jangan merencanakan kejahatan yang dapat
menghancurkan sesama dan juga merusak hubungan
baik dan saling percaya; jangan bertengkar, apalagi tanpa
alasan yang njelas; jangan iri pada hidupeorang lalim
.yang cepat mengumpulkan harta melalui perbuatan jahat
dan jangan mengikuti perbuatan yang lalim seperti
membunuh, merampas, mencuri, menipu, dll,
Dan Tuhan memberikan jaminan buatn kita bahwa Dia
akan memberkati orang benar dan menghukum orang
fasik. Semasa saya vikaris; ada seorang perempuan
munda, peiayan Persekutuan Teruna yang memberikan
gajinya sebulan dan sembako kepada-seorang
perempuan buruh bangunan di.Bali yang hidupnya sangat
miskin. Perempuan itu bekerja bukan hanya untuk makan,
tetapi terutama untuk membayar hutang-hutangnya. Kata-
Dalai Lama, “Tujuan utama kita dalam hidup ini adalah
menolong sesama manusia; Dan jika kita tidak dapat
menolong mereka, setidaknya jangan men yakiti mereka.
Memang benar, kehadiran kita di gdunia ini adalah juntuk
berbuat baik dan bukan untuk berbuat jahat dengan
menyakiti sesama kita. Kita diciptakang oleh Tuhan
dengan kemampuan untuk berbuat baik seperti bunyi
Efesus 2:10, “Kita ini buatan Allah, dicfiptakan dalam
Kristils Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang
dipersiapkan A!Iah sebelumnya.
Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. “Saudaraku,
sebelum mengakhiri hari ini, marilah kita merenungkan
pertanyaannini: Sudahkah-kita berbuatbaik hari inf?
GB 284:3
Doa : (Ya Allah Mahakasih, kiranya kasih-Ml; menguasai
hati kami sehingga kami tergerak untuk menolong
sesama)

"Kalahkan Kejahatan dengan Kebaikan"

Pendeta Meiy Orah STh


Melayani di Jemaat GMIM Kuranga Tomohon

(Amsal 3:27-35, Roma 12:9-21)


Tema : Kuasa kebangkitan Kristus memberi
kemenangan
Tema Mingguan : Kalahkan Kejahatan dengan
kebaikan
Syalom
Kita sudah memasuki minggu yang kita di dalam kita
menghayati, merayakan Paskah atau Kebangkitan
Tuhan Yesus yang menang atas maut. Menghayati dan
meryakan Paskah yang merupakan bagian dari tahun
gerejawi, kita akan akan laukan disepanjang bulan April
ini sampai Minggu ketiga di bulan Mei (ad tujuh
Minggu). Dan karena itu saya mengajak kita semua
untuk tetap bersyukur dan berterima kasih kepada
Tuhan, karena kuasa kasihNya bagi kita semua begitu
luar biasa. Kuasa kebangkitanNya  memberi
kemenangan bagi tiap orang yang berharap
kepadaNya. Yesus Kristus yang bangkit dari antara
orang mati menunjukkan maut tidak dapat berkuasa
atas manusia.
Kristus telah bangkit menganugerahkan kemenangan
bagi hidup kita, dengan demikian apakah jawaban kita,
respon kita atas kemangan itu. Dengan kata lain apa
yang dapat torang beking sekarang? Gereja kita
menghentar kita semua di dalam hidup ini untuk hidup
terus menurut kebenaran Firman Tuhan. Apapun
keadaan kita, pergumulan dan tantangan seberat
apapun yang sedang kita hadapi.
Tema pemberitaan Firman Tuhan disepanjang kita
merayakan Paskah atau tema ulan adalah Kuasa
Kebangkitan Kristus Memberi Kemenangan. Dan Tema
untuk Minggu ini adalah Kalahkan Kejahatan dengan
Kebaikan. Dasar Alkitab (Amsal 3:27-35, Roma 12:9-21)
Ayat-ayat Firman Tuhan kita saat ini sangat jelas apa
yang harus kita perbuat, dan karena itu mari kita lihat
mulai dari kitab Amsal 3:27-35.
Ayat 27 : Jangan menahan kebaikan jika mampu
dilakukan, ayat 28 : jangan mencari alasan untuk
menunda kebaikan sedangkan yang diminta ada
padamu, ayat 29 : jangan merencanakan kejahatan,
ayat 30 : jangan bertengkar dan semena-mena
terhadap orang yang tidak melakukan kejahatan, ayat
31 : jangan tergiur dan mengikuti cara hidup orang
lalim, ayat 32-35 : setiap perbuatan manusia, yang baik
dan yang jahat, yang bijak dan yang bebal ada
konsekwensinya ditangan Tuhan. Berkat untuk orang
benar dan kutuk untuk orang fasik. Umat yang percaya
kepada Tuhan haruslah hidup bergaul erat dengan
Tuhan, hidup jujur dan rendah hati. Inilah indikasi
orang yang bijak dan layak mendapat kehormatan.
Selanjutnya tulisan Rasul Paulus dalam Roma 12:9-21,
menguraikan bagaimana sikap tindakan etis sebagai
orang-orang yang menang dalam Kristus dengn
melakukan kebaikan atas dasar kasih.
Ayat 9 : kasih yang tulus untuk hidup dalam kebaikan,
ayat 10 : saling menghormati, ayat 11 : giat melayani
Tuhan, ayat 12 : bersukacita dalam pengharapan, sabar
dan tekun dalam doa, ayat 13,14 : membantu dan
memberkati sesama, ayat 15,16 : senasib
sepenanggungan dengan cara merendahkan hati, ayat
17-19 : berdamai dengan sesama sebagai jalan untuk
tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, karena
pembalasan adalah wewenang Allah, ayat 20,21 :
membalas kejahatan dengan kebaikan.
Saudara-saudara kekasih dalam Yesus, bercermin dari
Firman Tuhan kita ini, sesungguhnya ini hendak
mengingatkan kembali kepada kita semua sebagai
orang-orang yang menang janganlah kita segan-segan
melaukan apa yang baik, sedapat mungkin kita
menghindari hal-hal yang bertentangan dengan Firman
Tuhan. Dan kita harus akui setiap kita berpeluang
menghadapi masalah dalam hidup yang
mengakibatkan kita dapat melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan Firman Tuhan. Contoh, Firman
Tuhan berkata, Janganlah membalas kejahatan dengan
kejahatan tetapi kejahatan balaslah dengan kebaikan.
Hal ini adalah perkara tidak mudah, karena apa reaksi
kita ketika disakiti, difitnah atau dilukai, padahal kita
tidak melakukan kesalahan apapun.
Saudara-saudara, kita merasa sakit hati, maka tidak
bisa disangkal bahwa secara manusiawi kita pasti
memiliki kecenderungan membalas sakit hati kita. Tapi
itu bukan cara Kristiani, ini prinsip yang sering dibuat
atau diterapkan orang-orang dunia ketika disakiti,
dengan falsafah “pembalasan lebih kejam dari
perbuatan” atau perkataan dalam hati “awas ngana,
nanti bakulia jo. Awas kita pe pembalasan. Pokoknya
kita musti dapa pa ngana, baru ngana tau rasa, kita
beking lebih dari itu. Haruskah kita yang telah
dimenangkan seperti itu?
Firman Tuhan mengatakan, karena kita buatan Allah,
diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan
pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia
mau, supaya kita hidup di dalamnya. (Efesus 2 : 10).
Kebaikan adalah kehendak Tuhan yang harus menjadi
perilaku orang-orang yang dimenangkan di dalam
Kristus, karena itu hiduplah untuk kebaikan.
Dan ketika kita berhadapan dengan orang-orang yang
melakukan kejahatan terhadap kita, berarti kita sedang
berperang dengan kuasa kegelapan. Jika kita
membalas kejahatan dengan kejahatan berarti kita
dikalahkan oleh kuasa kegelapan. Sebab itu, Firman
Tuhan menasehati kita supaya jangan membalas
kejahatan dengan kejahatan, melainkan lakukanlah
yang baik bagi semua orang termasuk kepada orang
yang berbuat jahat. Berusahalah membangun relasi
damai dengan semua orang, akan membantu kita
melakukan yang baik dan tidak membalas kejahatan
dengan kejahatan.
Firman Tuhan menegaskan bahwa pembalasan adalah
kewenangan Allah. Dalam keadilanNYA, Ia akan
menghakimi setiap orang menurut perbuatannya
dalam realitas kekinian tapi juga saat kedatanganNya
kedua kali. Sebab itu, patut kita lakukan adalah terus
menyatakan kebaikan kepada semua orang termasuk
kepada seteru, dan atau orang yang menyakiti kita.
Kebaikan akan tampil sebagai pemenang pada saat
kebaikan diberikan kepada seteru, jika seterumu lapar
berilah dia makan, jika dia haus berilah dia minum.
Dengan demikian kamu menumpukkan bara api diatas
kepalanya. Kebaikan kepada seteru adalah usaha
untuk mengalahkan kejahatan. Kebaikan bagaikan
kapas, yang kita lemparkan kepada orang yang
melempar kita dengan batu.
Saudara-saudara dalam Yesus Kristu, kita diberi kuasa
untuk mengalahkan kejahatan. Sebab itu pertahankan
kemenangan yang Tuhan telah berikan untuk kita.
Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi
kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan. Tampilah
sebagai pemenang dengan segala kebaikan sebagai
buah kehidupan kita. (*)
Jangan Menunda Kebaikan | Renungan 15 Menitan
 0  GKJW Tunglur  Wednesday, February 22, 2017

BACAAN
Amsal 3:27-35

Dalam prinsip memberi kita mengenal sebuah kalimat: Bisa


memberi tapi tidak melakukan itu pelit, tetapi memaksa diri
memberi padahal tidak punya itu namanya sombong. Maka
berikanlah sesuatu dari yang kita miliki, tapi berikanlah yang
terbaik.

Bacaan Amsal kita hari ini sangat indah, kita diajak untuk
memberikan kebaikan ketika kita bisa memberikannya. Jangan
pelit berbuat baik. Jika bisa silakan dilakukan, tidak perlu
menunda-nunda kebaikan itu.

Namun ada pesan yang lain yang kita temukan dalam bacaan
kita hari ini, beberapa pesan itu adalah: kepada orang yang baik
kepada kita, jangan merencanakan kejahatan atasnya.
Berikutnya jangan bertengkar dengan orang yang tidak berbuat
jahat kepada kita.

Sebenarnya dua hal tersebut sangat berhubungan dengan


perintah yang pertama yaitu jangan menahan diri atau menunda
untuk berbuat baik ketika kita bisa. Jika kita berbuat baik, pasti
kita tidak akan merencanakan yang jahat kepada orang lain,
apalagi kepada orang yang telah berbuat baik dan tidak
berpikiran buruk kepada kita. Dengan berbuat baik kita akan
melepaskan diri kita dari pertengkaran yang tidak perlu, bahkan
kita berpikir untuk memaafkan.

Maka tanpa perlu berpanjang lebar lagi, satu hal ini lakukankah:
Jika sekarang bisa mengapa harus menunggu besok, lakukanlah
kebaikan dengan apa yang kita miliki.

Anda mungkin juga menyukai