Anda di halaman 1dari 30

Kuasa dan Otoritas Yesus

Devotion from Matius 21:23-27


Di dalam ayat 23 terjadi pertentangan tentang otoritas Yesus. Para imam dan para
pemimpin agama mempertanyakan tentang siapakah yang mengangkat Yesus
menjadi otoritas di dalam agama Yahudi. Yesus tidak punya otoritas di dalam
agama Yahudi. Dia tidak diangkat secara resmi. Tidak ada pemimpin agama Yahudi
yang mengangkat Dia. Tidak ada golongan Yahudi yang menjadikan Dia pemimpin.
Tidak ada jalur resmi yang mengorbitkan Yesus. Yesus tidak mempunyai jalur
manusia yang memberikan Dia otoritas. Tetapi Yesus tidak punya otoritas dari
manusia karena Dia tidak perlu harus diakui oleh manusia. Dia melampaui semua
sistem agama Yahudi. Bukan agama Yahudi yang perlu mengonfirmasi otoritas-Nya,
tetapi Dialah yang perlu mengevaluasi kembali otoritas agama Yahudi di dalam
menyatakan kebenaran-Nya. Apakah agama Yahudi sudah memberitakan Dia
dengan bertanggung jawab? Atau belum? Jika belum, maka Yesuslah yang akan

1
menilai, dan Yesuslah yang akan memutuskan apakah agama Yahudi masih perlu
dipertahankan, atau sudah waktunya diubah dan dirombak total. Tetapi orang-
orang yang tidak mengerti hal ini hanya akan mempertanyakan tentang otoritas
yang sebenarnya jauh di bawah otoritas surgawi Yesus Kristus. Inilah yang
membuat para pemimpin agama dan imam-imam bertanya tentang otoritas Yesus.
Mengapa Dia berhak untuk mengumpulkan orang banyak di Bait Suci? Mengapa Dia
berhak berkhotbah demikian berani? Mengapa Dia berhak mengusir para pedagang
dari Bait Suci?

Maka Yesus balik bertanya kepada mereka. Pertanyaan Tuhan Yesus sebenarnya
merupakan teguran bagi para imam dan tua-tua agar mereka kembali tunduk
kepada otoritas surgawi yang diberikan oleh Bapa di Surga kepada Dia. Maka Yesus
bertanya tentang baptisan Yohanes Pembaptis. Dari manakah otoritas
pelayanannya? Dari manakah haknya untuk membaptis orang? Dari manakah
haknya untuk menjadi suara yang berotoritas bagi orang-orang Israel? Yohanes
Pembaptis tidak diakui oleh imam-imam dan para pemimpin di Bait Suci. Tetapi ini
tidak mencegah dia untuk mempunyai banyak pendengar dan ini tidak
membatalkan kuasa berkhotbahnya yang sangat besar. Dia berkhotbah di padang
gurun, dan seluruh bangsa datang kepada dia. Para imam dan tua-tua, dan juga
pemimpin-pemimpin agama, semua berkhotbah di tempat yang resmi, dan
mendapatkan pengakuan secara resmi, tetapi tidak memiliki kuasa sama sekali.
Yohanes Pembaptis diakui oleh surga dan diberikan kuasa sedemikian besar dari
Allah. Tidak ada yang dapat membatalkannya. Tidak ada yang dapat mencegah.
Siapa yang Tuhan bangkitkan tidak akan mungkin bisa direndahkan dan dihabiskan
pengaruhnya oleh manusia. Yohanes Pembaptis berkuasa karena Tuhan
memberikan dia kuasa, bukan karena pengakuan pemimpin-pemimpin Yahudi.

Ayat 24 dan 25: Yesus bertanya balik mengenai baptisan Yohanes Pembaptis. Yesus
ingin mengatakan bahwa otoritas-Nya diberikan dari sumber yang sama dengan
baptisan Yohanes Pembaptis. Tidak ada yang dapat menyangkal kuasa Yohanes
Pembaptis di dalam khotbahnya. Kuasanya pasti dari Allah sendiri. Maka Yesus
sedang menyatakan bahwa otoritas dan kuasa yang dimiliki-Nya, sama dengan
kuasa dan otoritas dari pelayanan Yohanes Pembaptis, diberikan dari Bapa di Surga.

2
Dia tidak perlu tunduk kepada otoritas duniawi karena yang memberikan otoritas
kepada Dia lebih besar dari dunia ini. Dunia tidak akui Yohanes Pembaptis maupun
Yesus, tetap tidak akan memengaruhi apa-apa, karena yang mengakui mereka
adalah Bapa di Surga.

Di dalam ayat 25 dan 26 sebenarnya Tuhan Yesus telah menyatakan sumber


otoritas-Nya. Sama dengan otoritas Yohanes Pembaptis, demikian juga otoritas
Yesus diberikan dari Bapa di Surga. Maka Yesus pun bertanya, dari manakah
baptisan Yohanes. Mendengar pertanyaan ini, para imam, yang takut kepada orang
banyak, menjawab bahwa mereka tidak tahu. Imam-imam dan tua-tua itu lebih
takut otoritas orang banyak. Mereka takut kepada orang banyak, tetapi mereka
tidak takut kepada Tuhan sang pemberi otoritas tersebut. Mereka menjawab tanpa
ada perasaan takut akan Tuhan sama sekali. Mereka menjawab karena takut orang
banyak. Inilah pemimpin-pemimpin munafik yang pengecut. Mereka tidak berani
mempertanggungjawabkan posisi mereka. Jika baptisan Yohanes dan pelayanan
Yesus berlawanan dengan Allah, bukankah mereka harus dengan berani
mengatakan bahwa otoritas mereka adalah dari manusia dan tidak sah? Tetapi
dengan rasa takut mereka menjawab bahwa mereka tidak tahu. Rasa takut kepada
manusia, bukan kepada Allah.

Karena jawaban yang sangat munafik dan tidak bertanggungjawab itu, maka di
dalam ayat 27 Yesus menolak menjawab mereka. Yesus tidak perlu menjawab
orang-orang seperti para imam dan tua-tua itu. Mereka tidak berhak mendapatkan
jawaban Yesus. Mereka tidak layak untuk menjadi murid kebenaran karena mereka
tidak pernah peduli kebenaran. Mereka hanya peduli kenyamanan diri. Dari
manakah kuasa Yesus dan Yohanes Pembaptis? Dari Tuhan. Apakah yang dari Tuhan
pasti akan selalu dihargai oleh manusia? Tidak! Manusia berdosa tidak pernah
peduli kepada Tuhan. Manusia berdosa tidak takut akan Tuhan. Manusia berdosa
menghargai manusia lain tetapi mengabaikan Tuhan.

Bagaimana dengan gereja Tuhan saat ini? Ada gereja yang lebih menghargai gelar
akademik. Ada juga yang lebih menghargai suara orang banyak. Imam-imam dan
tua-tua yang munafik ini lebih menghargai suara orang banyak dan gelar resmi.
Tanpa gelar resmi Yesus tidak boleh berkhotbah di Bait Suci. Dengan suara orang

3
banyak mereka menyembunyikan posisi dan pendapat mereka. Gereja terkadang
menghakimi orang berdasarkan gelar akademik dan pengakuan dunia akademik
yang diberikan kepada seseorang. Atau, jika bukan penghargaan kepada gelar
akademik, gereja lebih memilih untuk menghargai orang banyak. Apa yang populer,
apa yang disenangi orang banyak, apa yang tren, apa yang dunia senangi. Inilah
yang dilakukan oleh gereja. Kasihan sekali gereja yang seperti ini. Gereja-gereja
seperti ini tidak berhak mendapatkan kebenaran dari Tuhan Yesus. Tuhan akan
sembunyikan kebenaran-Nya dari gereja-gereja yang sifat dan tindakannya hanya
mengingatkan Tuhan akan para imam dan tua-tua munafik pada zaman Yesus
melayani di bumi. Gereja-gereja yang beraliran sangat akademik menghargai
pengetahuan scientific tentang ilmu theologi, dan menghina semua yang berkaitan
dengan kuasa pelayanan dan penyertaan Tuhan. Gereja seperti ini hanya
mementingkan pengakuan dunia ilmu pengetahuan dan akademik saja, dan
akhirnya mereka benar-benar mendapatkan pengetahuan-pengetahuan tanpa
adanya gairah, semangat melayani, dan kuasa yang menyala-nyala dalam melayani
Tuhan. Sebaliknya, gereja yang hanya mencari apa yang disukai oleh dunia ini,
mengikuti arus musik populer di dalam diskotik atau di TV untuk diadopsi ke dalam
gereja, mengorbankan begitu banyak prinsip-prinsip penting demi menjangkau
orang banyak, gereja-gereja seperti ini juga akan ditinggalkan oleh Tuhan.
Ditinggalkan, walaupun diikuti oleh banyak orang. Gereja-gereja yang suka
menyenangkan mayoritas akan mendapatkan massa mayoritas. Gereja-gereja yang
suka gelar akademik akan mendapatkan beberapa orang yang senang berdebat dan
mengetahui banyak sekali pengetahuan dari hasil studinya. Tetapi kedua tipe
gereja ini sudah pasti ditinggalkan oleh Tuhan. Tuhan tidak akan memberikan
firman-Nya, Tuhan tidak akan memberikan kuasa pelayanan-Nya kepada gereja
seperti ini. Seperti apakah gereja kita? Menuju ke manakah gereja kita? Gereja
yang hanya mengakui kedudukan-kedudukan akademiskah? Atau gereja yang hanya
mencari popularitas dengan menjangkau banyak orang guna menyenangkan
mereka? Keduanya akan kekeringan firman dan kuasa pelayanan. Tuhan akan
berkata, “maka Aku juga tidak akan memberikan kebenaran-Ku kepadamu.”

Berdoalah kepada Tuhan untuk gereja kita! Berdoa supaya gereja kita mencari
otoritas firman dan kebenaran surgawi, betapa pun tidak akademiknya hal itu.

4
Berdoa supaya gereja kita hanya menyenangkan Tuhan, bukan orang banyak, bukan
mengorbankan kebenaran demi mendapat banyak orang. (JP)

Pertanyaan Mengenai Kuasa Yesus


(Matius 21:23-27)
Pengamatan: "Menemukan fakta-fakta dan informasi berdasarkan ayat-ayat Alkitab"

Tuhan Yesus masuk ke Bait Allah dan mengajar. Imam-imam kepala dan tua-tua bangsa
Yahudi (yang juga ada di Bait Allah) datang kepada-Nya, mereka bertanya tentang kuasa
yang ada pada Tuhan Yesus dan siapa yang memberikan kuasa tersebut kepada-Nya
(ay.23).

Tuhan Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan mengajukan pertanyaan mengenai asal
baptisan Yohanes (ay.24,25a).

Pertanyaan Tuhan Yesus menimbulkan dilema di antara imam-imam kepala dan tua-tua
bangsa Yahudi (ay.25b,26). Menjawab jujur sesuai fakta dan data bahwa baptisan Yohanes
berasal dari sorga tentu akan mengungkap kemunafikan mereka. Sedangkan menyangkal
kebenaran dengan mengatakan bahwa baptisan Yohanes berasal dari manusia akan
membahayakan keselamatan mereka (Lukas 20:6). Pada akhirnya imam-imam kepala dan
tua-tua bangsa Yahudi berusaha menghindari masalah dengan berkata dusta (bilang tidak
tahu, padahal tahu - Markus 11:32; Lukas 7:29-30).

Tuhan Yesus memutuskan untuk tidak mengatakan kepada imam-imam kepala dan tua-tua
bangsa Yahudi dengan kuasa mana Dia bekerja (ay.27).

catatan:
Dilema (KBBI): situasi sulit yang mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua
kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan/tidak menguntungkan; situasi yang
sulit dan membingungkan.

Pemahaman: "Memahami kebenaran berdasarkan fakta-fakta dan informasi yang diperoleh


dari Alkitab"

Imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi tidak menghiraukan pengajaran Tuhan
Yesus, mereka lebih peduli dengan agenda mereka sendiri (ay.23). Mereka pada dasarnya

5
tidak mengasihi Tuhan Yesus (Yohanes 14:23,24); dan bahkan ingin membunuh-Nya
(Yohanes 8:40). Itu sebabnya mereka tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus, mereka
justru memilih untuk mempermasalahkan kuasa Tuhan dan siapa yang memberikan kuasa
tersebut kepada-Nya (ay.23). Dampaknya, imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi
tersebut memang mengetahui tentang kuasa Tuhan Yesus, kesembuhan dan mujizat yang
Dia kerjakan, namun tidak satupun dari mereka yang mengalaminya.

Tuhan Yesus tidak menuruti keinginan mereka (tidak menjawab pertanyaan mereka)
merupakan bukti bahwa Tuhan berdaulat dan manusia tidak dapat memanipulasi Tuhan
(ay.24-27; Yohanes 2:24,25).

catatan:
Manipulasi (KBBI): upaya kelompok atau perseorangan untuk memengaruhi perilaku, sikap
dan pendapat orang lain tanpa orang itu menyadarinya (memanipulasi = mencurangi).

Penerapan: "Menerapkan kebenaran dalam praktek hidup sehari-hari berdasarkan


pemahaman-pemahaman yang telah diperoleh"
1. Mari kita menjadikan firman Tuhan sebagai prioritas utama hidup kita, karena firman
Tuhan adalah Tuhan itu sendiri (Yohanes 1:1). Mengasihi Tuhan Yesus berarti menuruti
firman-Nya (Yohanes 14:23a).
2. Mari sungguh-sungguh berusaha mencari perkenanan Tuhan, karena Tuhan hanya
menyatakan kebenaran-Nya pada orang-orang yang beroleh perkenanan-Nya (Matius
11:25; Mazmur 25:14). Caranya adalah dengan beriman kepada Tuhan dan hidup dalam
anugerah-Nya (Roma 9:15-33).
3. Jangan pernah mencoba untuk memanipulasi Tuhan, sebaliknya mari kita hidup
takut akan Tuhan (Amsal 13:13). Takut akan Tuhan = TAAT firman dan ketetapan Tuhan
(Kejadian 7:5; Imamat 22:31).
R enungan H arian

Sumber Kuasa

Matius 21:23-27; Bilangan 11:23


L a l u Y e s u s m a s u k k e B a i t A l l a h , d a n k e ti k a I a m e n g a j a r d i s i t u , d a t a n g l a h
imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya:
"Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang
memberikan kuasa itu kepada-Mu?"
( M a ti u s 2 1 : 2 3 )
 
Sekitar tahun 90-an, ada sebuah acara yang di gelar di sekitar pasar
tradisional, yaitu acara kesembuhan yang banyak membuat sebagian orang

6
yang hadir akan berdecak kagum, dan sebagian lagi merasa ngeri. Bagaimana
m e r e k a ti d a k b e r d e c a k k a g u m , s e b a b a d a y a n g s e d a n g m e n g a l a m i s a k i t
amandel, langsung dioperasi di tempat tanpa ada pembiusan tanpa ruang
operasi, tanpa dokter, tanpa alat-alat kedokteran. Hiiih ngeri, tapi itulah
k e n y a t a a n n y a . S e ti a p o r a n g y a n g d a t a n g d i o p e r a s i h a n y a d e n g a n m e n g g u n a k a n
s e b u a h s i l e t d i a m b i l n y a l a h a m a n d e l d a n s e b e n t a r k e m u d i a n s e p e r ti n y a s a n g
p a s i e n ti d a k m e r a s a k a n a p a p u n , s e p e r ti s e d i a k a l a . D e n g a n k u a s a a p a m e r e k a
melakukannya?
Banyak fenomena menarik yang kita temukan di dunia ini. Dan dua kekuatan
dan kuasa yang seringkali berkonfrontasi adalah kekuatan Tuhan dengan
setan. Orang mengira bahwa setan bisa menyembuhkan manusia, tetapi
s e b e n a r n y a ti d a k . S e t a n h a n y a b i s a m e n g a l i h k a n s e m e n t a r a p e n y a k i t t e r s e b u t .
D a n j a n g a n l u p a b a n y a k s e t a n n e n u n t u t b a y a r a n y a n g s a n g a t ti n g g i u n t u k i t u ,
bahkan jiwa orang tersebut.
Sebenarnya ada juga kekuatan manusia. Banyak orang yang mengandalkan
k e k u a t a n n y a s e n d i r i u n t u k b is a m e l a k u k a n s e m u a n y a d a n t a k j a r a n g m e r e k a
berani juga untuk mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan apa yang dapat
m e r e k a r a i h . P a d a h a l d i d a l a m Y e r e m i a 1 7 : 5 d i k a t a k a n b a h w a A l l a h ti d a k
menghendaki kita berjalan dengan kekuatan kita sendiri, tetapi Ia lebih
m e n g i n g i n k a n s e ti a p o r a n g b e r s a n d a r k e p a d a N y a . S e b a b d i l u a r T u h a n k i t a
ti d a k d a p a t m e l a k u k a n a p a - a p a ( Y o h a n e s 1 5 : 5 - 7 ) .
Marilah kita belajar untuk mengandalkan kekuatan Allah. Sampai kini Allah
ti d a k b e r k u r a n g k u a s a - N y a d a n j u g a ti d a k p e l i t d a l a m m e n d e m o n s t r a s i k a n
k u a s a N y a k e p a d a k i t a . T e t a p i y a n g t e r p e n ti n g a d a l a h c a r i l a h w a j a h T u h a n d a n
lakukanlah semua perintah-Nya, maka kita akan mengalami kuasa Allah dalam
hidup kita.
 
Renungan :
K u a s a A l l a h ti d a k a d a b a t a s n y a . J a n g a n p e r g i d a n p e r c a y a k e p a d a y a n g
kuasanya terbatas. Kuasa Allah sekali lagi tak pernah meminta syarat dan
ti m b a l - b a l i k , h a n y a p e r c a y a s a j a d a n j a n g a n p e r n a h t a n y a d a r i m a n a k u a s a
itu. 

7
Tafsiran/Catatan -- Catatan Rentang
Ayat

Matthew Henry: Mat 21:23-27 - Pertanyaan mengenai


Kuasa Yesus
Pertanyaan mengenai Kuasa Yesus (21:23-27)
 Tuhan kita Yesus (seperti yang dilakukan Paulus setelahnya),
memberitakan Injil-Nya dengan perjuangan berat. Perseteruan
pertama yang harus dihadapi-Nya yaitu melawan para alim ulama
di Bait Allah, saat Ia masih berumur dua belas tahun, dan kini,
sesaat sebelum Ia mati, kita mendapati Dia sedang terlibat dalam
sebuah pertentangan yang lain. Dalam hal ini, Dia serupa dengan
Yeremia, seorang yang menjadi buah perbantahan; tidak
mencederai seorang pun, tetapi malah hendak dicederai.
Orang-orang yang paling ingin mencelakakan-Nya ialah para
imam kepala dan tua-tua, hakim-hakim dari dua pengadilan yang
berbeda. Imam kepala memiliki kewenangan dalam pengadilan
agama, untuk menyelesaikan perkara-perkara keagamaan,
sebagaimana mereka telah dipanggil, sedangkan tua-tua
masyarakat merupakan hakim di pengadilan sipil yang menangani
perkara-perkara yang bersifat duniawi. Mengenai tugas mereka,
lihat 2
 Tawarikh 19:5, 8, 11. Mereka berkomplot menyerang Kristus
dengan maksud untuk membuat-Nya terlihat jahat di hadapan
kedua belah pihak tersebut. Lihatlah, betapa merosotnya para
pembesar jemaat dan negeri. Mereka yang seharusnya
menyokong Kerajaan Mesias malah menentang-Nya habis-habisan!
Di sini kita menyaksikan bagaimana mereka mencoba
mengganggu Kristus sewaktu Dia berkhotbah (ay. 23). Mereka
bukan saja tidak mau menerima ajaran-Nya, tetapi juga tidak
sudi membiarkan orang lain menerima ajaran tersebut.
 Perhatikanlah:

 I. Segera setelah masuk di Yerusalem, Dia langsung ke Bait Allah,


di tengah-tengah musuh dan marabahaya, padahal sehari
sebelumnya mereka baru saja menyerang Dia. Akan tetapi, Dia
tetap saja pergi ke sana, sebab di tempat itu ada lebih banyak
8
kesempatan untuk berbuat baik kepada orang-orang, daripada di
tempat-tempat lain di Yerusalem. Meskipun Dia datang ke kota
dengan perut kosong dan kecewa karena tidak bisa menemukan
sarapan dari pohon ara yang tidak berbuah, akan tetapi, seperti
terlihat di sini, Dia langsung saja pergi ke Bait Suci, sebagai
seorang yang menghargai firman yang keluar dari mulut Allah,
yaitu pekabaran firman, lebih daripada makanan untuk perut-
Nya.
 II. Dia sedang mengajar di Bait Allah. Dia telah menyebutnya
sebagai rumah doa (ay. 13), dan kini kita mendapati-Nya sedang
mengajar di sana. Perhatikan, dalam perkumpulan khidmat
orang-orang Kristen, doa dan khotbah harus selalu beriringan,
tidak boleh saling mengalahkan atau bersaing satu sama lain.
Saat bersekutu dengan Allah, kita tidak hanya harus berbicara
kepada-Nya melalui doa, tetapi juga mendengar apa yang Ia
katakan melalui firman-Nya. Para hamba Tuhan
harus memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan
Firman (Kis. 6:4). Ketika Kristus mengajar di Bait Allah, firman
pun digenapi (Yes. 2:3), Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke
rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-
jalan-Nya. Meskipun saat itu imam-imam sudah
sering mengajarkan pengetahuan yang baik mengenai Tuhan di
sana, orang belum pernah melihat seorang guru pun yang seperti
Dia.
 III. Saat Kristus sedang mengajar orang banyak, datanglah imam-
imam dan tua-tua, lalu mereka menantang-Nya untuk
membuktikan wewenang-Nya. Tangan Iblis yang ingin
menghambat pekerjaan-Nya turut campur dalam peristiwa ini.
Perhatikanlah, tidak ada hal yang lebih menyusahkan seorang
hamba Tuhan selain ketika ada yang mencoba mengalihkan
perhatiannya dari khotbah yang sedang disampaikannya. Akan
tetapi, sesuatu yang baik masih dapat dihasilkan dari peristiwa
buruk ini, sebab di sini Kristus mendapat kesempatan untuk
menolak segala keberatan yang dialamatkan kepada-Nya, dan
membuat para pengikut-Nya merasa terhibur. Jadi, saat musuh-
musuh-Nya berencana membungkam Dia dengan kuasa mereka,
justru merekalah yang dibungkamkan oleh hikmat-Nya.

 Nah, dalam perselisihan-Nya dengan mereka itu, kita bisa


melihat:

9
o . Bagaimana Dia dicecar dengan tidak sopan. Dengan kuasa
manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah
yang memberikan kuasa itu kepada-Mu? Seandainya saja
mereka telah memperhitungkan mujizat-mujizat yang
dilakukan-Nya dengan saksama, dan merenungkan tentang
kuasa siapa yang Ia pakai untuk melakukan semua itu,
tentunya mereka tidak perlu mengajukan pertanyaan
seperti itu. Akan tetapi, mereka harus mengatakan sesuatu
untuk menutupi kedegilan dan kekerasan hati mereka.
"Engkau datang ke Yerusalem dielu-elukan, menerima
sorakan hosana dari orang-orang, menguasai Bait Allah
dengan mengusir para penjual yang sebenarnya sudah
mendapat izin dari pembesar Bait Allah karena telah
membayar uang sewa, menyebarkan ajaran baru di sini,
siapa yang telah mengutus-Mu untuk melakukan semua ini?
Kaisar, Imam Kepala, ataukah Allah? Katakanlah dari mana
asal kuasa itu dan tunjukkan buktinya. Bukankah Engkau ini
sudah berbuat keterlaluan?" Perhatikanlah, setiap orang
hendaklah bertindak berdasarkan suatu wewenang. Ia
sebaiknya bertanya pada diri sendiri, "Siapa yang memberi
aku kuasa untuk ini?" Sebab, bila hati nurani orang tidak
bersih dalam hal ini, maka ia tidak dapat bertindak dengan
leluasa ataupun mengharapkan keberhasilan. Mereka yang
bergiat tanpa diutus, bekerja tanpa berkat (Yer. 23:21-22).

o Kristus telah sering mengatakannya dan membuktikannya


dengan jelas, dan Nikodemus, seorang guru besar di Israel
pun mengakui-Nya sebagai guru yang diutus Allah (Yoh.
3:2). Akan tetapi, justru di saat seperti itulah, sewaktu
semuanya telah begitu jelas, mereka datang kepada-Nya
dengan pertanyaan tentang hal itu lagi.

 (1) Sebagai imam kepala dan tua-tua, mereka ingin


menyombongkan diri dengan mempertunjukkan kuasa
mereka bahwa mereka berwewenang meminta
pertanggungjawaban dari Dia. Betapa angkuhnya
mereka bertanya, "Siapa yang memberi kuasa ini
pada-Mu?" Mereka ingin menegaskan bahwa Dia tidak
bisa memiliki wewenang apa pun sebab mereka tidak
memberikan hal itu kepada-Nya (1Raj. 22:24, Yer.
20:1). Perhatikan, orang yang menyalahgunakan
wewenang biasanya merupakan orang yang paling

10
teguh mempertahankannya, dan mereka gemar dan
bangga sekali memamerkan wewenang mereka itu.
 (2) Pertanyaan itu dimaksudkan untuk menjerat dan
menjebak-Nya. Jika Ia menolak untuk menjawab,
mereka akan memanfaatkan kesempatan itu untuk
melawan Dia dengan dalih Nihil dicit -- Dia tidak
mengatakan apa pun, dan hal ini akan mereka pakai
untuk mendakwa Dia karena berdiam diri. Dengan
cara ini mereka bisa menghasut orang banyak bahwa
dengan berdiam diri, Dia secara tidak langsung telah
mengakui diri-Nya sebagai pembohong. Tetapi,
apabila Dia menyatakan bahwa wewenang-Nya berasal
dari Allah, mereka pasti akan meminta sebuah tanda
dari langit, seperti yang telah mereka lakukan
sebelumnya, atau menggunakan pembelaan-Nya itu
sebagai senjata untuk melawan-Nya dengan menuduh
Dia sebagai seorang penghujat.
o . Bagaimana Ia menjawab pertanyaan mereka dengan
sebuah pertanyaan lain, yang akan membantu mereka
menjawab pertanyaan mereka sendiri (ay. 24-25), Aku juga
akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Dia tidak
mau memberi mereka sebuah jawaban langsung, sebab
mereka pasti akan menggunakan hal itu sebagai alat untuk
melawan-Nya. Sebaliknya, Ia balik mengajukan sebuah
pertanyaan. Orang-orang yang seperti domba di tengah-
tengah serigala, hendaklah cerdik seperti ular, sebab hati
orang bijak menimbang-nimbang jawabannya. Kita
harus mengemukakan pertanggungan jawab tentang
pengharapan yang ada pada kita, bukan saja dengan
kelemahlembutan, tetap juga dengan hormat (1Ptr. 3:15),
dengan hati-hati dan bijaksana, jangan sampai kebenaran
menjadi ternoda, atau membahayakan diri kita sendiri.

o Nah, pertanyaan yang diajukan Kristus adalah mengenai


baptisan Yohanes, yaitu keseluruhan pelayanannya, baik
dalam berkhotbah maupun dalam membaptis orang.
"Apakah berasal dari sorga atau dari manusia? Jawabannya
pasti adalah salah satu dari kedua hal tersebut, bahwa
semua yang dilakukannya itu berasal dari Yohanes sendiri,
atau dia memang benar-benar diutus Allah untuk
melakukannya." Nasihat Gamaliel juga didasarkan atas hal
tersebut (Kis. 5:38-39), maksud dan perbuatan orang-

11
orang itu, jika tidak berasal dari manusia, pasti berasal
dari Allah. Meskipun hal yang jelas-jelas jahat tidak
mungkin berasal dari Allah, tetapi yang terlihat baik
mungkin saja berasal dari manusia, bahkan dari Iblis, ketika
ia menyamar sebagai malaikat terang. Jadi, pertanyaan ini
sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengelak dari
pertanyaan mereka, sebab:

 (1) Jika mereka menjawab pertanyaan ini, maka itu


juga akan menjawab pertanyaan mereka sendiri. Jika
mereka memilih untuk menentang hati nurani mereka
sendiri dengan mengatakan bahwa baptisan Yohanes
berasal dari manusia, maka mudah sekali
menjawabnya, Yohanes memang tidak membuat
satu tanda pun (Yoh. 10:41), tetapi Kristus membuat
banyak tanda. Tetapi jika mereka mengemukakan
sebuah jawaban yang mau tidak mau harus mereka
akui, bahwa baptisan Yohanes berasal dari sorga
(seperti yang terdapat dalam pertanyaan yang mereka
ajukan padanya dalam Yohanes 1:21, Apakah engkau
ini Elia ataukah nabi yang akan datang?), maka
terjawablah sudah pertanyaan mereka itu dengan
sendirinya, sebab Yohanes memberitakan kesaksian
mengenai Kristus. Perhatikan, kebenaran selalu
menampakkan diri dengan begitu jelas, jika saja
diperhatikan dengan baik-baik. Pemecahan atas
pertanyaan-pertanyaan sebelumnya akan menjadi
kunci jawaban bagi pertanyaan yang utama.
 (2) Jika mereka menolak untuk menjawab, maka itu
menjadi alasan yang kuat mengapa Ia tidak perlu
memberikan bukti atas kuasa yang Ia miliki kepada
manusia yang berkeras hati melawan keyakinan yang
paling kuat sekalipun, karena hal itu seperti
melemparkan mutiara kepada babi. Dengan begitu, Ia
telah menangkap orang berhikmat dalam
kecerdikannya (1Kor. 3:19). Mereka yang tidak mau
diyakinkan oleh kebenaran-kebenaran yang sudah
jelas-jelas nyata, akan didakwa karena kejahatan
yang sangat besar, pertama-tama terhadap Yohanes,
dan kemudian terhadap Kristus, dan dengan demikian
juga terhadap Allah.
o . Bagaimana mereka tersandung dan kalah. Mereka
terperangkap dalam jerat yang telah mereka pasang sendiri
12
terhadap Tuhan kita Yesus, sebab mereka tidak mau
mengakui kebenaran yang telah mereka ketahui.

o Perhatikanlah:

 (1) Bagaimana mereka memperbincangkannya di


antara mereka, bukan mengenai baik buruknya
perkara tersebut, atau tentang bukti apa saja yang
ada mengenai baptisan Yohanes yang berasal dari
sorga. Bukan, bukan begitu. Akan tetapi, mereka
hanyalah membicarakan tentang bagaimana caranya
membela diri melawan Kristus. Ada dua hal yang
mereka pertimbangkan dan perdebatkan dalam
perbincangan di antara mereka itu, yakni gengsi dan
keselamatan mereka sendiri, yaitu hal-hal yang selalu
mereka kejar, sebagai orang-orang yang hanya
mencari kepentingan mereka sendiri.
 [1] Mereka mementingkan gengsi yang harus
mereka pertaruhkan jika mereka mengakui
bahwa baptisan Yohanes itu berasal dari Allah,
sebab kalau demikian Kristus pasti akan
bertanya pada mereka di hadapan semua
orang, kalau begitu, mengapa kamu tidak
percaya padanya? Bila orang mengakui bahwa
sebuah ajaran berasal dari Allah tetapi tidak
mau menerima dan melakukannya, maka dia
bisa dipersalahkan telah melakukan sebuah
kefasikan dan pelanggaran paling besar. Banyak
orang tidak merasa takut untuk mengabaikan
dan menentang apa yang mereka ketahui benar
dan baik. Namun, walaupun tidak merasa takut,
mereka merasa malu untuk mengakui bahwa apa
yang telah mereka abaikan itu memang
merupakan hal yang baik dan benar. Dengan
begitu, mereka pun telah menolak maksud
Allah terhadap diri mereka, sebab mereka
tidak mau dibaptis oleh Yohanes, dan
membiarkan diri tanpa pengampunan.
 [2] Mereka mementingkan keselamatan diri
mereka, karena bila mereka mengatakan bahwa
baptisan Yohanes itu berasal dari manusia, hal
itu akan memancing kemarahan orang banyak
terhadap mereka. Kita takut kepada orang
13
banyak, sebab semua orang menganggap
Yohanes ini nabi.

 Jadi:

 Pertama, kelihatannya justru orang


banyaklah yang memiliki firasat lebih
benar mengenai Yohanes dibandingkan
imam-imam kepala dan tua-tua itu, atau
setidaknya, mereka lebih bebas dan setia
dalam mengemukakan perasaan mereka.
Orang banyak itu, yang dengan angkuhnya
disebut oleh para imam kepala dan tua-tua
sebagai orang yang tidak mengenal
hukum Taurat dan terkutuk (Yoh. 7:49),
sepertinya justru mengenal Injil, dan
diberkati karenanya.
 Kedua, kenyataan bahwa para imam
kepala dan tua-tua merasa gentar
terhadap orang awam menunjukkan
adanya ketidakberesan di antara mereka,
dan memperlihatkan adanya kedengkian
yang begitu besar satu terhadap yang lain,
sehingga pemerintah pun dapat menjadi
sasaran kebencian dan celaan orang
banyak. Dengan begitu, firman Aku telah
membuat kamu hina dan rendah (Mal.
2:8-9) pun tergenapi. Jika saja mereka
selalu menjaga kejujuran dalam
melaksanakan tugas mereka, mereka pasti
akan dapat mempertahankan wewenang
mereka dan tidak perlu takut pada orang
banyak. Apalagi, tampaknya orang banyak
itu juga terkadang takut terhadap mereka,
dan inilah yang menjadi alasan mengapa
orang banyak itu tidak berani mengakui
Kristus (Yoh. 9:22; 12:42). Perhatikan,
mereka yang hanya memikirkan bagaimana
supaya ditakuti orang banyak pasti akan
merasa takut juga terhadap orang banyak
itu.
 Ketiga, memang sudah menjadi sifat
umum orang banyak untuk selalu
14
bersemangat mempertahankan
kehormatan dari sesuatu yang mereka
anggap sakral atau ilahi. Jika mereka
telah menganggap Yohanes sebagai
nabi, mereka pasti tidak akan tinggal diam
mendengar pernyataan
bahwa baptisannya berasal dari manusia.
Demikianlah persaingan yang sangat sengit
selalu terjadi mengenai hal-hal yang
kudus.
 Keempat, para imam kepala dan tua-tua
itu tidak jadi menyangkal kebenaran,
sekalipun itu melawan keyakinan mereka
sendiri, bukan karena rasa takut terhadap
Allah, melainkan terhadap orang banyak.
Jadi, sebagaimana takut kepada orang
mendatangkan jerat bagi orang benar
(Ams. 29:25), begitu pula hal itu
terkadang mampu mencegah orang jahat
menjadi terlalu fasik, supaya
mereka tidak mati sebelum
waktunya (Pkh. 7:17). Kalau tidak begitu,
banyak orang jahat bahkan bisa menjadi
lebih jahat lagi.
 (2) Bagaimana mereka menjawab pertanyaan
Juruselamat kita, dan dengan begitu juga
membatalkan pertanyaan mereka sendiri. Mereka
mengakui begitu saja, "Kami tidak tahu," yang
artinya, "Kami tidak akan mengatakannya"; ouk oi
damen -- kami tidak pernah tahu. Hal tersebut
semakin membuat mereka malu, sebab mereka
terpaksa harus mengakui ketidaktahuan mereka
karena tidak mau mengakui apa yang mereka ketahui,
tepat di saat mereka berlagak menjadi pemimpin
orang banyak, yang mengharuskan mereka
mengetahui hal-hal semacam itu oleh karena jabatan
yang mereka emban. Perhatikanlah, saat mereka
berkata, "Kami tidak tahu," mereka juga sudah
berdusta, sebab mereka tahu benar bahwa baptisan
Yohanes berasal dari Allah. Perhatikanlah, banyak
orang lebih takut terhadap rasa malu karena telah
berbohong, daripada takut terhadap dosa, sehingga

15
mereka pun tak segan untuk tutup mulut mengenai
pemikiran, pemahaman, perasaan, dan maksud
mereka yang tidak benar, atau mengenai hal-hal yang
mereka ingat dan lupakan, sebab dengan berbuat
demikian, mereka tahu bahwa tidak ada seorang pun
yang dapat membuktikan kesalahan mereka.

 Demikianlah Kristus menghindar dari jerat yang


mereka pasang terhadap Dia, dan membuktikan
bahwa Ia benar dalam menolak menjawab
mereka. Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan
kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan
hal-hal itu. Jika mereka memang begitu bebal dan
rendah sampai-sampai tidak mau percaya atau
mengakui bahwa baptisan Yohanes berasal dari sorga
(padahal jelas-jelas baptisan itu mengharuskan
pertobatan, yang merupakan kewajiban besar, dan
memeteraikan Kerajaan Allah yang sudah dekat,
janji-Nya yang besar itu), mereka pun tidak layak
untuk diberikan pengetahuan mengenai kuasa Kristus,
sebab orang-orang seperti itu tidak akan pernah
percaya terhadap kebenaran, bahkan sebaliknya
mereka akan menjadi gusar karenanya. Jadi, jika ia
tidak mau tahu, biarkan ia demikian
seterusnya. Perhatikan, orang yang mengubur
kebenaran yang mereka ketahui di dalam kelaliman
(dengan cara tidak mau mengakuinya atau tidak mau
menerapkannya), tidak layak mengetahui kebenaran
lain yang lebih dalam yang mereka tanyakan (Rm.
1:18-19). Ambillah talenta itu dari orang yang
menguburkannya. Biarlah mereka yang tidak mau
melihat, tidak akan melihat.

SH: Mat 21:12-27 - Berubahkah Yesus? (Kamis, 26 Maret


1998)
Berubahkah Yesus?
Agak sulit kita terima bahwa Yesus yang lemah lembut kini bertindak
dengan garang. Yesus yang tadinya menunggang keledai dalam sikap
yang menimbulkan kesan damai kini mengusir orang dari halaman Bait

16
Allah, memutarbalikkan meja pedagang, mengutuk pohon ara.
Berubahkah Yesus? Apa yang sebenarnya terjadi? Yesus tidak berubah!
Kini, Ia sedang menyatakan siapa diri-Nya, segaris dengan sikap dan
tindakan-Nya sebelumnya. Ia masih mengasihi orang lemah dan tak
berdaya (ayat 14). Tetapi sebagai Yang Kudus, Ia bertindak
membersihkan Bait-Nya dari penyimpangan.
Hak dan Kuasa Yesus. Sikap kebanyakan orang Yahudi waktu itu
tercermin dalam sikap para pemimpin agama memperlakukan Bait
Allah. Dengan mencemarkan Bait Allah sama juga mereka
merendahkan Allah Bapa sendiri. Bila dalam Yohanes Ia menyebut
"Rumah BapaKu" di sini ia menyebut "Rumah-Ku". Ini berarti Ia
menyetarakan diri dengan Allah sendiri. Itu sebabnya Ia punya hak
membersihkan Bait Allah itu dari kecemaran. Ia punya wewenang untuk
menegur atau mengusir mereka yang salah. Ia punya hak untuk
menghukum seperti yang dilambangkan dengan mengutuk pohon ara.
Renungkan: Waspadalah pada semangat dan bentuk ibadah yang
berporoskan keinginan manusia dan bukan kehendak Allah.

SH: Mat 21:23-27 - Motivasi di balik pertanyaan. (Jumat,


25 Februari 2005)
Motivasi di balik pertanyaan.
Orang yang mencari kebenaran tentu akan banyak bertanya. Ia akan
mencari jawab yang boleh memuaskan pikirannya, hatinya, dan
akhirnya memutuskan untuk menerima atau menolak kebenaran itu.
Pertanyaan para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi tentang asal
muasal kuasa Tuhan Yesus adalah pertanyaan masuk di akal. Tuhan
Yesus tidak langsung menjawab pertanyaan mereka karena Ia mau
menguji ketulusan mereka, apakah mereka bertanya karena mau
percaya atau sedang mencari jalan menjebak Dia. Maka Ia balik
bertanya.
Pertanyaan Tuhan Yesus kepada para pemimpin Yahudi ini (ayat 25a)
ternyata tidak bisa mereka jawab. Lebih tepatnya mereka tidak mau
menjawab. Mereka menghadapi dilema. Di satu sisi orang banyak
mengagungkan Yohanes Pembaptis sebagai nabi (ayat 26). Kalau
mereka menjawab baptisan Yohanes bukan dari surga, orang banyak
akan kecewa dan meninggalkan mereka. Sebaliknya, kalau mereka
mengakui baptisan Yohanes berasal dari surga maka jawaban itu
menuding balik kepada mereka (ayat 25b). Kemunafikan mereka akan
terbongkar. Jadi, mereka lebih baik menjawab, "Kami tidak tahu."
(ayat 27a)

17
Sikap para pemimpin agama ini begitu munafik! Mereka mendengar,
melihat, dan menyaksikan kebenaran di depan mereka. Namun,
mereka menolak untuk memercayai-Nya. Mereka lebih memikirkan
keselamatan status mereka daripada keselamatan rohani, yaitu
dibenarkan oleh Tuhan Yesus.
Hari ini banyak orang yang hanya mencari selamat sendiri, bukan
mencari kebenaran. Mereka tidak bersedia menanggung konsekuensi
percaya dan menerima kebenaran karena hal itu bisa berarti
kehilangan popularitas, karir, dan kenyamanan hidup. Terhadap orang-
orang yang demikian, jawaban Tuhan Yesus kepada para pemimpin
agama di atas memang sepantasnya: "Aku juga tidak mengatakan
kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal
itu"(ayat 27b).
Renungkan: Bila kita tidak sungguh-sungguh percaya, maka
ketidakpercayaan itu sudah menghakimi kita!

SH: Mat 21:23-27 - Maju terus dalam kesesatan. (Rabu,


28 Februari 2001)
Maju terus dalam kesesatan.
Ada seorang musafir yang sedang menempuh perjalannya ke sebuah
desa. Beberapa orang telah mengingatkan bahwa jalan yang
ditempuhnya adalah jalan menuju sebuah jurang, namun dengan penuh
keyakinan diri dia tetap melangkah melewati jalan tersebut. Sama
sekali ia tidak menghiraukan nasihat orang-orang, ia maju terus dalam
kesesatan. Betapa malangnya ia, karena jurang di depan sedang
menantikannya.
Kebebalan hati manusia tercermin dalam sikap tokoh- tokoh agama
Yahudi, yakni imam-imam kepala dan tua- tua bangsa Yahudi, yang
menanyakan apa hak Yesus membuat mukjizat dan siapa yang
memberi-Nya kuasa. Mereka datang kepada Yesus pada saat Ia sedang
mengajar di Bait Allah. Seharusnya mereka tidak perlu menanyakan hal
ini (ayat 23) bila saja mereka mau mendengarkan pengajaran-Nya dan
melihat kuasa-Nya membuat mukjizat. Namun kebebalan hati mereka
membuat mereka maju terus melayani pikiran yang menyesatkan.
Tuhan Yesus tidak segera menjawab pertanyaan mereka, tetapi Ia
justru mengajukan pertanyaan sebagai syarat jawaban-Nya (ayat 24-
25). Yesus tidak dapat dijebak dengan cara apa pun, karena Dialah
Allah yang menciptakan pikiran manusia. Mereka kebingungan
menjawab pertanyaan Yesus, karena mereka tidak mau mengatakan
kebenaran yang akan menjebak mereka untuk mengakui kebenaran

18
perkataan Yohanes tentang siapakah Yesus. Jawaban hasil kesepakatan
mereka adalah "tidak tahu", suatu jawaban yang tidak
bertanggungjawab dan tidak berkualitas. Inilah akibatnya bila seorang
tetap maju dalam kesesatan, dan kebebalan hati memotivasinya untuk
tidak mau berbalik arah kepada kebenaran.
Mungkin banyak tokoh Kristen yang maju terus dalam kebenarannya
sendiri, karena mempertahankan konsep kebenaran sendiri ke dalam
kebenaran firman Tuhan, sehingga yang berotoritas bukan firman
Tuhan tetapi kebenaran sendiri. Dapat kita bayangkan betapa
berbahayanya bila kita sebagai pemimpin agama mengajar kaum
awam, bukan dengan kebenaran firman Tuhan tetapi dengan
kebenaran sendiri yang mengatasnamakan cuplikan ayat-ayat firman
Tuhan.
Renungkan: Sikap maju terus memang sikap yang baik, tetapi tindakan
maju terus membela ketidakbenaran akan menyesatkan diri sendiri dan
orang lain.

Renungan Harian 14 Desember 2015


KUASA YESUS 
(Matius 21:23-27) 

Bilangan 24:2-7,15-17a 
Mazmur 25:4-9 

Saudara/i dalam Yesus Kristus, 

Kita sudah memasuki masa Adven pekan ketiga; kita mempersiapkan diri : menyambut
kelahiran Yesus di hari Natal sebagai kedatanganNya pertama. dan membenahi diri
agar kedatanganNya kedua membawa kita ke rumah Bapa. 

seharusnya umat Katolik sudah tidak ragu-ragu mengakui Yesus adalah sungguh
manusia dan sungguh Allah. 

sebab jikalau masih meragukan apakah Yesus adalah Allah dan hanya mengakui Yesus
sebagai Nabi, berarti imannya masih sangat dangkal ! 

masih ada orang yang menjadi ragu atas ke-Ilahian Yesus meskipun di mulutnya
mengakui percaya kepada Yesus. 

hal ini bisa terjadi karena akal-budi atau logikanya sangat kuat mempengaruhi
pertumbuhan imannya. 

19
memang keraguannya tidak dinyatakan secara gamblang namun dalam dirinya ada
suatu keraguan karena tidak bisa memahami Kerahiman Allah Tritunggal Maha Kudus. 

di Masa Advent inilah saat yang tepat untuk membuka hati selebar-lebarnya
merenungkan kelahiran Yesus supaya mengalami hidup baru di dalam Kristus. 

sepertinya hal ini sepele tetapi jika dasar iman percaya kepada Yesus belum
sepenuhnya menyentuh hati nurani maka begitu datang masalah bertubi-tubi menerjang
hidupnya maka imannya akan goyah dan mulai meragukan Yesus. 

sering kita dengar, ada orang beriman berkata begini : " jika Yesus adalah Allah
mengapa membiarkan bencana alam terjadi sehingga banyak orang menderita padahal
banyak orang sudah berdoa." 

masalah bencana alam adalah akibat perbuatan manusia yang merusaknya sehingga
harmonisasi alam yang telah diatur Allah mengalami perubahan dari yang seharusnya
berlangsung normal. 

bukan berarti Yesus tidak berkuasa atas alam semesta ini bila bencana alam terjadi
disana-sini di pelosok dunia. 

jangan pernah meragukan Kuasa Yesus sebab Dia adalah Allah yang berkuasa atas
alam semesta ini dan hal ini Yesus nyatakan kuasaNya. 

Matius 28:18 
Yesus mendekati mereka dan berkata: "kepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga
dan di bumi. 
Para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi mempertanyakan Kuasa Yesus padahal
seharusnya mereka tidak perlu menanyakan hal itu setelah melihat perbuatan mukjizat
yang Yesus lakukan. 

Matius 21:23 
Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala
serta tua-tua bangsa Yahudi kepadaNya, dan bertanya: "dengan kuasa manakah
Engkau melakukan hal-hal itu? dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepadaMu?" 
hal-hal itu, apa maksudnya? 
yang mereka tanyakan darimana kuasa Yesus sebab sebelumnya Yesus melakukan
perbuatan mukjizat yang disaksikan para imam dan ahli taurat. 

1) Yesus mengusir pedagang yang berjualan di halaman Bait Allah (Matius 21:12-13). 

2) Yesus menyembuhkan orang-orang buta dan orang-orang timpang di Bait Allah 


     (Matius 21:14-15) 

20
terlebih ketika Yesus memasuki kota Yerusalem disambut banyak orang. 
Matius 21:9-10 
orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikutiNya dari belakang
berseru, katanya: "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama
Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!" dan ketika Ia masuk ke
Yerusalem, gemparlah seluruh kota dan orang berkata: "siapakah orang ini?"  
tentu saja membuat para imam kepala yang notabone sebagai pemegang otoritas
agama Yahudi berwenang mempertanyakan siapakah Yesus yang menggemparkan
kota Yerusalem karena banyak orang berseru bahwa Yesus adalah Anak Daud dan
diberkati Allah? 

sesungguhnya mereka tahu Kuasa Yesus dari Allah setelah banyak melihat perbuatan
mukjizat yang Yesus lakukan tetapi mereka tidak mau mengakuinya dan sengaja
mempertanyakan darimana kuasa Yesus berasal? 

biasalah, sikap orang yang memegang kekuasaan (termasuk di bidang agama) takut
kehilangan jabatan maka mencari gara-gara mau menjatuhkan saingannya dengan
berbagai cara. 

perkataan kuasa disini ada dua maksud: 


1) mereka mempersoalkan legitimasi Yesus yang tidak berhak melakukan kegiatan
keagamaan sebab hak kuasa atau otoritas keagamaan ada pada diri mereka. 

2) mereka tidak percaya kepada Yesus yang memliki Kuasa Allah yang mampu
melakukan perbuatan mukjizat. 

apa yang dilakukan para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi mencerminkan sikap
sombong sekaligus sikap pengecut yang tidak mau ada orang lain yang melebihi diri
mereka. 

hal ini masih terjadi sampai hari ini sikap busuk para penguasa jabatan di segala bidang
yang mencoba mengalihkan hal subtansial atau pokok masalah utama ke hal-hal lain
yang dipermasalahkan. 

mereka mempersoalkan kewenangan atau kuasa darimana yang Yesus lakukan


sedangkan pokok masalahnya yakni perbuatan mukjizat dan ajaran tentang kasih dari
Yesus justru diabaikan sehingga mereka berusaha mencegah bangsa Yahudi tidak
percaya kepada Yesus adalah Mesias. 

hal ini terlihat bagaimana mereka tidak berkutik ketika Yesus berbalik bertanya kepada
mereka tentang baptisan Yohanes Pembaptis. 

Matius 21:24-26 

21
jawab Yesus kepada mereka: "Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu
dan jikalau kamu memberi jawabnya kepadaKu, Aku akan mengatakan kepadamu
dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. 
dari manakah baptisan Yohanes? dari sorga atau dari manusia?" 
mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "jikalau kita katakan:
dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya
kepadanya? tetapi jikalau kita katakan: dari manusia, kita takut kepada orang banyak,
sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi." 
Apa maknanya bagi kita setelah melihat perilaku dan sikap para imam kepala dan tua-
tua bangsa Yahudi yang seharusnya menjadi panutan bagi bangsanya malah
menunjukkan sikap tidak terpuji? 

Pertama 
hendaknya hati kita terbuka menerima masukan dari orang lain yang berguna bagi
pertumbuhan iman kita. 

Roma 15:5-7   
semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan
kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan
satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.
Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita,
untuk kemuliaan Allah. 
Kedua 
hendaknya kita bersikap rendah hati mau mengakui kelebihan dan kehebatan orang lain
dengan memujinya dan bukan malah mempersulit orang lain karena sikap iri hati yang
tidak bisa menerima kenyataan bahwa orang lain lebih hebat dari kemampuan kita. 

Amsal 29:23 
keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian . 
Efesus 4:2 
hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar, tunjukkanlah kasihmu
dalam hal saling membantu. 
Ketiga 
hendaknya mengakui keterbatasan diri kita dan tunduk kepada Allah sebab kita ini
ciptaanNya dan tidak mungkin dapat menandingi dan mengalahkan hikmat Allah yang
jauh lebih sempurna. 

Yeremia 17:7 
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! 
Keempat 

22
hendaknya kita percaya kepada Yesus adalah sungguh manusia dan sungguh Allah
yang memliki Kuasa atas alam semesta ini yang diciptakanNya. 

Yohanes 17:5, 24 


oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang
Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada. Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku
berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau
berikan kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaanKu yang telah Engkau berikan
kepadaKu, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. 
1 Petrus 1:20 
Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diriNya
pada zaman akhir. 
Kelima 
hendaknya kita mempercayai Allah dan ijinkan Allah yang mengatur dan menguasai
seluruh diri kita. 

Mazmur 25:4-5a  
beritahukanlah jalan-jalanMu kepadaku, ya Tuhan, tunjukkanlah itu kepadaku. bawalah
aku berjalan dalam kebenaranMu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang
menyelamatkanku. 
REFLEKSI DIRI 

apakah aku dengan segenap hati sudah mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan
Yesus di hari Natal nanti? 

JANGAN MENGABAIKAN KEBENARAN


*(Mengikuti Lembaga Pancar Pijar Alkitab – Scripture Union di Indonesia, bagian dari The Scripture Union Worldwide
Family of National Movement, dengan pemilihan perikop yang seirama dengan kalender gereja dan target
menyelesaikan Alkitab dalam waktu delapan tahun.)

 Ayat di Alkitab

Di dalam pengadilan, terdakwa atau saksi disumpah untuk mengucapkan kebenaran


dan tak ada yang lain kecuali kebenaran. Saat mereka mengabaikan kebenaran, hal
itu berdampak buruk kepada diri sendiri juga orang lain. Para imam dan tua-tua
Yahudi dalam bacaan hari ini telah mengabaikan kebenaran.Apa yang terjadi
ketika kita mengabaikan kebenaran?

Pertama, kita menjadi tidak fokus terhadap hal yang esensial. Para pemuka Yahudi
ini mendatangi Yesus saat Ia mengajar. Mereka mempertanyakan sumber kuasa
Yesus di dalam menyembuhkan orang sakit (14), menyucikan Bait Allah (12-13),
dan mengajar (23). Pertanyaan mereka menunjukkan bahwa mereka tidak

23
memedulikan kebenaran.Mereka berkeras hati menolak kebenaran yang sudah
nyata. Yesus mengajak mereka kembali membicarakan kebenaran. Ia tidak
menjawab pertanyaan mereka secara langsung. Ia menjawab dengan memberikan
pertanyaan tentang Yohanes Pembaptis karena Yohanes Pembaptis mengakui Yesus
sebagai Anak Allah. Kalau mereka mengakui bahwa Yohanes Pembaptis dari Allah,
mereka harus mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah, sehingga memiliki kuasa
untuk melakukan apa yang Ia lakukan.

Kedua, kita bisa jatuh di dalam pragmatisme. Para pemuka Yahudi ini telah jatuh
ke dalam pragmatisme, yang hanya mementingkan hasil akhir tanpa memedulikan
benar tidaknya cara yang ditempuh. Tujuan mereka bukan mencari kebenaran,
tetapi apa yang menguntungkan mereka. Orang yang lebih mementingkan
keuntungan diri sendiri daripada prinsip, biasanya tidak akan menanyakan apakah
sesuatu itu benar, tetapi hanya apa yang aman untuk dikatakan. Pragmatisme juga
telah membuat mereka tidak takut kepada Allah, sehingga mereka berani berdusta
(27), sekalipun mereka sebenarnya tahu apa yang benar yang harus dikatakan.

Marilah kita mengarahkan hidup kita pada kebenaran firman Tuhan dan
menjauhkan diri kita dari pragmatisme, melihat setiap aspek kehidupan kita dari
sudut pandang kebenaran firman Tuhan.

Renungan Harian Senin, 16 Desember


2013
Pekan Adven III (U)
St. Sturmius, Sta. Teofanu;
B. Maria dr Malaikat
Bacaan I: Bil. 24: 2–7.15–17a
Mazmur: 25: 4b–5b.6–7c.8–9; R: 4b
Bacaan Injil: Mat. 21: 23–27

Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar


di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua
bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: ”Dengan
kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan
siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?”
Jawab Yesus kepada mereka: ”Aku juga akan
mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau
kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan
mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku
melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes?
Dari sorga atau dari manusia?” Mereka
memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata:

24
”Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata
kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak
percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari
manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua
orang menganggap Yohanes ini nabi.” Lalu mereka
menjawab Yesus: ”Kami tidak tahu.” Dan Yesus pun
berkata kepada mereka: ”Jika demikian, Aku juga tidak
mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku
melakukan hal-hal itu.”

Renungan
Dengan kehidupan sehari-hari, kita menjumpai orang-
orang yang memanfaatkan kuasa yang dimiliki untuk
kepentingan  pribadi atau kelompok dan cenderung
bertindak secara memaksa.
Raja Balak meminta Bileam, peramal, untuk mengutuki
orang-orang Israel. Sebaliknya Bileam justru melihat
berkat melimpah bagi orang-orang Israel. Bileam adalah
orang jujur dan hanya menginginkan apa yang
dikehendaki Tuhan. Ia tidak memanfaatkan kuasa dan
kemampuannya untuk mencelakakan orang lain.

Para pemuka agama Yahudi merasa tidak tenang dengan


cara Yesus mengajar maka mereka bertanya: ”Dengan
kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan
siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?”
Yesus menjawab dengan mengajukan pertanyaan baru
kepada mereka, karena bagi Dia seharusnya mereka
sudah memahami melalui sabda dan tindakan-tindakan-
Nya. Atas pertanyaan Yesus mereka menjawab: ”Kami
tidak tahu.” Mereka tidak berani bertanggung jawab dan
ambil risiko.

Sesungguhnya kuasa atau otoritas (kata latin auctoritas


= kuasa berasal dari  augere = menambah, membuat
lebih besar) bukanlah untuk memaksakan kehendak
seorang yang berkuasa. Kuasa yang dimiliki bukanlah
untuk mengontrol orang, tetapi untuk memberdayakan,
25
membuat orang lain bertumbuh/berkembang dan
memajukan kepentingan orang lain. Kuasa Yesus adalah
kuasa pelayanan dan kasih. Ia mengundang orang-orang
untuk mengikuti-Nya agar bertumbuh dalam kasih. Ia
datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani.
Marilah kita  menggunakan kuasa/jalan kita untuk
melayani sesama dari terciptanya tujuan kasih Allah di
dunia ini.

Tuhan Yesus, berdayakanlah aku dengan kuasa cinta-Mu


agar aku mampu melayani sesamaku dengan
kelembutan dan kasih sayang. Amin.

Matius 21:23-27: Pertanyaan Mengenai


Kuasa Yesus
Matthew / Matius 21:23-27

Pelayanan Yesus Kristus (4:12-25:46).

Analisis Matius terhadap pelayanan Kristus, dibuat berdasarkan empat


wilayah geografis yang tercantum dengan jelas: Galilea (4:12), Daerah
Seberang Sungai Yordan (19:1), Yudea (20:17) dan Yerusalem (21:1).

Bersama dengan Injil Sinoptis lainnya, ia menghilangkan pelayanan awal di


Yudea, yang secara kronologis terjadi di antara 4:11 dan 4:12 (bdg. Yoh. 1-
4).

Matius mungkin bertolak dari Kapernaum di Galilea, karena di situ pula ia


mulai mengenal Kristus (9:9).Pelayanan Yesus Kristus (4:12-25:46).

Analisis Matius terhadap pelayanan Kristus, dibuat berdasarkan empat


wilayah geografis yang tercantum dengan jelas: Galilea (4:12), Daerah
Seberang Sungai Yordan (19:1), Yudea (20:17) dan Yerusalem (21:1).

Bersama dengan Injil Sinoptis lainnya, ia menghilangkan pelayanan awal di


26
Yudea, yang secara kronologis terjadi di antara 4:11 dan 4:12 (bdg. Yoh. 1-
4).

Matius mungkin bertolak dari Kapernaum di Galilea, karena di situ pula ia


mulai mengenal Kristus (9:9).

Di Yerusalem (21:1-25:46).

Dalam menelusuri gerakan Yesus sampai ke Yerusalem, Matius


mengabaikan perjalanan dari Yerikho ke Betania enam hari sebelum
Paskah (Yoh. 12:1), yang terjadi satu hari sebelum Kedatangan Penuh
Kemenangan di Yerusalem (Yoh. 12:12).
23. Sepanjang kunjungan ketiga ke Bait Allah selama tiga hari berturut-turut ini, Yesus
dihampiri oleh para pejabat dari Sanhedrin (imam-imam kepala, tua-tua bangsa dan
ahli-ahli Taurat, Mrk. 11:27).
Dengan kuasa manakah? Pemberian kuasa pada umumnya diberikan oleh Sanhedrin,
atau oleh seorang rabi terkemuka yang berani menjamin kebenaran pengajaran yang
seharusnya diterima dari sumber-sumber tradisional yang benar (lihat Edersheim, Life
and Times of Jesus, II, 381-383).
Hal-hal itu. Sebuah acuan terhadap tindakan-tindakan Kristus (membersihkan Bait
Allah, mengadakan mukjizat), maupun ajaran dan kesediaan-Nya menerima
pengakuan sebagai Mesias.
25-27. Baptisan Yohanes. Wakil dari pelayanan Yohanes.
Pertanyaan balik Kristus, bukan merupakan pengelakan tuntutan Sanhedrin, tetapi
memiliki tujuan ganda, yang memberikan jawaban secara tersirat (bdg. Yoh. 5:33-35),
dan menyingkapkan ketidakjujuran Sanhedrin.
Pelayanan Yohanes Pembaptis, yang secara popular diakui sebagai pelayanan
kenabian, telah menyatakan di hadapan umum, bahwa Yesus adalah Mesias dan
mengajarkan orang untuk percaya kepada-Nya (Yoh. 3:26-30; Yoh. 1:29-37; Kis. 19:4).
Dengan demikian, para pejabat tersebut melihat dengan jelas, dilema yang
dimunculkan oleh pertanyaan Kristus kepada mereka.
Apabila mereka mengakui pemberian kuasa ilahi kepada Yohanes, mereka wajib
mengakui apa yang telah diajarkan Yohanes tentang Yesus, bahwa Dia adalah Mesias.
Tetapi, menyangkal Yohanes akan membuat mereka dibenci oleh masyarakat.

27
Orang yang licik dan tidak jujur seperti mereka, memang tidak layak memperoleh
jawaban yang lain.

Matius 21: 23-32 | Mengakui Kuasa


Allah Dengan Berbuahkan Ketaatan
 Bacaan Firman Tuhan: Matius 21: 23-32

Awalnya para imam-imam, tua-tua Yahudi dan ahli-ahli taurat (pejabat Sanhedrin)
meminta jawab Yesus (“dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?”),
namun pada akhirnya justru mereka yang mendapatkan kecaman dari Tuhan
Yesus “Meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal”.

Terlepas dari sikap mereka mau menjebak Tuhan Yesus atau sekedar ingin mendengar
jawaban langsung dariNya yang mempertanyakan kuasa yang dipakai Yesus, namun
mereka selaku pejabat Sanhedrin yang sangat menguasai masalah keagamaan
pastinya mereka sudah dapat mengetahui kuasa Yesus dari apa yang telah
diperbuatNya. Sehingga ketika Yesus bertanya kembali tentang asal baptisan Yohanes
sebenarnya sudah menjawab secara tersirat atas pertanyaan mereka, karena Yohanes
juga secara umum telah dianggap melakukan tugas kenabian dan bahkan Yohanes pun
telah menyatakan di depan umum bahwa Yesus adalah Mesias (Yoh. 5:33, 3:26-30,
1:29-37).

Pertanyaan Yesus tentang baptisan Yohanes telah memperlihatkan bagaimana sikap


mereka yang kelihatannya taat dan dekat kepada Tuhan, namun hatinya jauh dari sikap
ketaatan untuk melakukan. Hal ini semakin diperjelas Yesus melalui perumpamaan
tentang dua orang anak, yang mana mereka sebagai pejabat Sanhedrin telah
diposisikan sebagai anak yang kelihatannya taat, namun tidak berbuat dalam
ketaatannya, merasa diri benar dan tidak memerlukan pertobatan. Sementara pemungut
cukai dan perempuan-perempuan sundal merasa membutuhkan pertobatan setelah
mendengar seruan yang disampaikan oleh Yohanes pembaptis.

Dalam perumpamaan itu seharusnya anak yang dapat dianggap layak melakukan
perintah bapanya adalah “yang taat dan melakukan perintah bapanya”. Namun, jika
melihat perumpamaan Tuhan Yesus ini, kedua anak tersebut sebenarnya tidak ada
yang dianggap layak dihadapan bapanya:

- Anak pertama: Jawaban yang kelihatan taat tetapi tidak melakukan

- Anak kedua: Jawaban yang membantah perintah bapanya

28
namun akhirnya terlihat juga siapa yang dianggap layak dihadapan bapanya, yakni anak
kedua yang semula membantah namun timbul penyesalan dan pergi melakukan
perintah bapanya. Perilaku kedua anak tersebut tidak dapat dibenarkan sebagai
seorang anak yang semestinya turut perintah bapanya. Tetapi dapat dilihat bahwa
ternyata anak yang kedua dilayakkan hanya karena penyesalan atas sikapnya yang
salah kepada bapanya.

Demikian halnya kita dihadapan Allah, sesungguhnya seorangpun kita tidak ada yang
benar dihadapan Allah. Hanya karena kasihNya yang menyerukan pertobatan kita
dilayakkan menjadi anak-anak Allah yang setia dan taat. Sehingga jika diperhadapkan
dengan sikap para pejabat Sanhedrin tadi pantaslah jika Yesus mengatakan kepada
mereka “Meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal”. Yang
menganggap diri mereka orang benar tanpa perlu pertobatan dan mereka nyaman atas
praktek-praktek keagamaan yang telah mereka jalani selama ini.

Nas ini mengingatkan kita kembali pada ayat-ayat sebelumnya ketika Yesus mengutuk
pohon ara, ternyata Tuhan Yesus tidak menemukan buah pohon ara diantara daun-daun
pohon tersebut. Demikian halnya dengan perumpamaan Yesus tentang dua orang anak
ini, bagaimana indahnya ucapan anak yang pertama tadi yang sepertinya penuh
ketaatan, namun tidak dilakukan. Jika melihat dari luar, pohon yang besar dengan daun
yang lebat maka ada harapan bahwa pohon tersebut akan memberikan buah yang baik
untuk dinikmati, namun ternyata tidak ada buah yang bisa diharapkan. Ternyata pohon
tersebut hanya berdaun lebat tetapi tidak berbuah. Coba kita lihat diri kita apakah hanya
tumbuh dengan daun yang lebat saja, namun Tuhan Yesus tidak dapat menemukan
buah dari hidup kita. Layaknya seperti para pejabat Sanhedrin tadi yang dari luar
kelihatannya penuh dengan kekudusan dan memahami segala hukum Tuhan, namun
ternyata tidak didapati buah hidup mereka yang dekat dan memahami hukum Tuhan
dengan tidak menerima suara pertobatan.

Ketika orang melihat kita yang begitu rajin beribadah, berdoa, menyanyikan kidung
pujian, maka orang lain akan memuji kita layaknya sebuah pohon yang dipuji karena
pertumbuhannya yang begitu baik kelihatan. Tetapi yang Allah cari dari kita adalah buah
ketaatan kita kepadaNya. Tuhan menyatakan keselamatanNya bagi kita manusia
bukan supaya kita mendapatkan pujian, tetapi supaya nama Tuhan dimuliakan
melalui kehidupa kita.

Penerimaan suara pertobatan dari Tuhan tidak lain adalah ketaatan dalam pertobatan
itu sendiri. Kita mulai memasuki jalan keselamatan dari Tuhan ketika buah-buah
ketaatan itu muncul dari hidup kita. Tuhan Yesus mengatakan: "Akulah pokok anggur
dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa yang tinggal di dalam Aku, dan Aku
di dalam dia, ia berbuah banyak...." (Yoh. 15:5). Untuk dapat berbuah, maka kita
harus tinggal bersama Allah, seperti pokok dan ranting yang tidak terpisahkan. Hidup

29
kita hanya akan berbuah jika kita tetap dengan Allah, sebab mustahil kita berbuah jika
menghadapi dan menjalani kehidupan ini kita hanya mengandalkan perasaan, pikiran
dan keinginan kita.

Disinilah kita diingatkan dan disadarkan, apakah kita mau mengakui dan menghargai
kuasa Allah dalam diri kita. Maukah kita agar kuasa Allah bekerja, sehingga
menghasilkan buah yang baik dalam hidup kita? Hidup dalam pertobatan adalah selalu
merendahkan diri dengan tidak bertindak melalui keinginan perasaan dan pikiran kita,
tetapi akan bertindak dan berbuat sesuai dengan kuasa Firman Allah yang
menyelamatkan. Masakan kita sudah mendengar dan tahu perintah Tuhan tetapi kita
tidak taat untuk melakukannya? Bukankah itu bagian dari sikap penolakan suara
pertobatan dari Tuhan?

30

Anda mungkin juga menyukai