oleh Yayasan CIQAL dalam kegiatan ini. Terimakasih atas kehadiran perwakilan dari APH,
Pemerintah dan Dewan Masyarakat Umum penyandang Disabilitas serta ibu / bapak undangan yang
lainnya pada acara Gathering ini. Di tengah berbagai kesibukan semuanya, betapa besar perhatian
dan kepedulian kalian atas kehidupan para penyandang disabilitas
Hal ini terbukti dari berbagai macam prestasi yang telah diraih, baik mereka
yang berkecimpung dalam dunia bisnis, seni, olahraga dan bidang lainnya.
Salah satu contoh saja misalnya Angkie Yudistia seorang tuli yang
beberapa waktu lalu diangkat menjadi staf khusus presiden Jokowi. Tentu
saja itu adalah buah dari perjuangan yang dilakukan Angkie selama ini.
Semangat juang dari para difabel tentunya harus kita jadikan sebagai
motivasi untuk tetap semangat dan berjuang untuk meraih apa yang kita
inginkan. Apalagi kita yang terlahir normal dengan fisik yang sempurna,
tentu semangat juang kita harusnya lebih tinggi lagi.
Orang normal yang ingin sukses saja pasti diuji, apalagi para disabilitas
tentu ujian mereka jauh lebih berat. Untuk itu tidak ada alasan bagi kita
mengeluh dan menyerah, apa pun mimpimu percayalah dengan semangat
juang yang tinggi kamu pasti mampu untuk meraihnya.
Lalu bagai mana dengan kita? Harusnya kita juga bisa dong, menjadikan
kelemahan yang kita miliki sebagai kekuatan yang bisa mengantarkan kita
pada kesuksesan.
Menjalani hidup sebagai seorang difabel tentu tidak mudah, karena tidak
sedikit orang yang mencela, memandang sebelah mata, bahkan tak jarang
mendapat perlakuan diskriminatif dari orang lain, sehingga terkadang para
difabel merasa minder dan berkecil hati. Namun, semua itu mereka jalani
dengan sabar, mereka tetap menjalani hidup sebagai mana mestinya.
Tapi kamu harus tau bahwa mereka para difabel punya berbagai macam
cara untuk bisa tetap tersenyum bahagia meskipun mereka tau bahwa
mereka tidak seberuntung orang lain yang dilahirkan dengan fisik yang
sempurna.
Nah, itu dia beberapa motivasi hidup yang bisa kamu ambil dari para
penyandang disabilitas, jangan lupa untuk selalu menerapkan motivasi itu,
ya.
Menyadari betapa pentingnya arti kehidupan ini, betapa pentingnya kelengkapan fisik dan mental
yang kita punya, dan juga betapa sulitnya menjalani kehidupan bagi si penyandang disabilitas. Di
dunia ini, banyak sekali orang yang mengalami kecacatan. Baik merupakan cacat fisik maupun cacat
mental. Ada yang tidak bisa mendengar (Tuna Rungu), tidak bisa melihat (Tuna Netra), ataupun yang
tidak bisa berbicara (Tuna Wicara), dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya paparkan satu
persatu. Jadi, seharusnya kita perlu bersyukur kepada-Nya karena kita masih diberi kelengkapan,
baik fisik maupun mental. Karena bisa saja terjadi sesuatu kepada kita yang menyebabkan kita
kehilangan kaki atau tangan kita (Tuna Daksa).
Hidup ini tidak bisa ditebak, kadang di atas, kadang di bawah. Kadang senang kadang sedih. Kadang
lengkap kadang pula kurang. Maka dari itu kita tidak boleh meremehkan apalagi menjauhi mereka
yang menyandang cacat. Kita harus berusaha berempati kepada mereka. Coba kita bayangkan.
Bagaimana kalau anak kita nanti mengalami keterbelakangan mental. Atau bayangkan saja jika kita
sendiri yang mengalami kecacatan.
Bagaimana kalau terus dihina dan menyebabkan begitu terpukul. Begitu pula dengan penyandang
cacat dia pasti akan sedih bila terus dihina dan dijauhi. Saya terkadang berfikir dengan mereka yang
selalu memandang sebelah mata si penyandang cacat. Apakah mereka semua tidak puas melihat
kekurangan para penyandang cacat? Atau mungkin mata hatinya sudah tertutup. Mereka yang
menghina sebetulnya tidak lebih baik dari mereka yang dihina.
Saya lebih miris ketika mendengar kekerasan terjadi pada paradifabel. Jangan kan orang lain, masih
sering kita jumpai pihak keluarga tidak merawat anggota keluarganya yang difabel secara manusiawi.
Bahkan mereka cenderung malu dan menyembunyikan keluarga mereka yang menyandang difabel
tersebut. Rasa aman, nyaman, perhatian dan kasih sayang yang seharusnya dinikmati semua
anggota keluarga tidak diperoleh difabel. Namun perlakuan yang tidak manusiawi terhadap difabel
dalam keluarga masih dianggap sebagai sesuatu yang wajar di masyarakat. Buktinya sampai saat ini
belum ada keluarga yang memperlakukan difabel semena-mena dilaporkan ke pihak yang berwajib.
Padahal kekerasan yang dialami difabel sudah memenuhi unsur kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT).Undang-undang No. 24/ 2003 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Pasal 1 (2) yang berbunyi “kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga”.
Bukankah membiarkan difabel dalam kondisi tanpa perawatan yang layak merupakan sebuah
penelantaran yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap difabel? Bukankah kekerasan yang
dialami oleh difabel merupakan sebuah bentuk pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan
terhadap kemanusiaan karena difabel juga manusia?
Di lain sisi, sementara para difabel tengah bergulat melawan stigma diri dan stigma sosial, para
pelaku kekerasan seksual mengambil kesempatan dari ketidakberdayaan mereka.Pandangan
masyarakat terhadap perempuan difabel sebagai orang yang sakit, tidak memiliki harapan, tidak
cakap, gila, aseksual dan tidak berdaya menjadi ruang bagi para pelaku kekerasan yang melihat
difabel sebagai korban yang mudah diperdaya.
Perempuan penyandang disabilitas tuna rungu dan tuna grahita paling banyak menjadi korban
kekerasan seksual Perempuan tuna rungu tidak bisa berteriak dan sangat ketakutan ketika diancam
untuk diam oleh pelaku. Sedangkan perempuan tuna grahita secara mental dan intelektual sulit
membedakan antara eksploitasi dan kekerasan seksual dengan cinta. Pelaku pun merasa aman
karena biasanya korban sulit untuk diajak berkomunikasi dengan baik. Keluarga korban juga masih
sedikit yang paham tentang hukum sehingga seringkali kekerasan seksual yang terjadi pada para
difabel diabaikan. Berapa banyak pelaporan tindak kejahatan yang dialami oleh difabel? Sedikit sekali
bukan, bahkan hampir tidak ada.
Difabilitas menjadi kendala utama bagi seorang difabel. Dalam kasus difabel yang menjadi korban
kekerasan tidak bisa mendapatkan keadilan karena sulitnya mendapatkan keterangan yang konsisten
dari korban. Padahal korban merupakan salah satu saksi kunci pengungkapan kasus kekerasan
seksual yang biasanya dilakukan di tempat yang sepi.
Kondisi korban dengan difabilitas mental seringkali membuat kasus yang dihadapinya berhenti begitu
saja karena sulitnya mendapatkan keterangan dari korban. Hal ini merupakan sebuah bentuk
diskriminasi yang dilakukan oleh kepolisian karena mereka tidak menyediakan pendamping yang
paham tentang difabilitas untuk mendampingi korban. Padahal pendampingan khusus dari ahli dapat
membantu polisi untuk mengungkap kesaksian korban
Meskipun beberapa undang-undang telah mengakomodir hak-hak difabel namun masih ada
beberapa undang-undang dan peraturan yang masih diskriminatif sehingga memperlemah posisi
difabel untuk mendapatkan keadilan. Belum ada pula undang undang terkait kekerasan seksual
terhadap para difabel. Saya dan kita semuanya tentu mendukung sekali penyegeraan pegesyahan
RUU Pencegahan Kekerasan seksual. Kita harus segera mengakhiri segala bentuk kekerasan
seksual kepada siapa pun, dan di manapun.
Kita hentikan stigma terhadap para korban yang hanya membuat korban semakin menjadi korban.
Tidak boleh ada yang ditutup-tutupi lagi. Membungkam korban, mengubur peristiwa kekerasan
seksual, sama saja dengan membiarkan semakin banyak korban jatuh dan semakin banyak pelaku.
Kekerasan seksual membunuh martabat kemanusiaan, menciptakan trauma dan masa depan yang
gelap tidak hanya bagi korban dan keluarganya, tapi sesungguhnya bagi pelaku dan keluarga, serta
lingkungannya.
Hari ini di berbagai belahan dunia, masyarakat internasional tengah bersama-sama merayakan Hari
Disabilitas Internasional. Semoga ini menggugah kesadaran dunia, kesadaran kita semuanya akan
pentingnya pemenuhan perlindungan dan penegakan hak penyandang disabilitas di berbagai sektor
kehidupan. Semoga para penyandang disabilitas senantiasa bersemangat untuk lebih maju.
Dan kita sebagai manusia normal selalu memberikan dorongan, motivasi, dan kasih sayang kita
kepada mereka. Pemerintah juga perlu kiranya segera membuat aksi nyata untuk membantu para
difabel. Kita semua menyadari apa yang dilakukan warga masyarakat haruslah juga diimbangi dan
diperkuat dengan kehadiran negara, salah satunya melalui hadirnya undang-undang. Harapannya,
dengan semua itu, sayap yang patah bisa berangsur pulih, dan jagalah terus sayap tersebut agar ia
terus bersinar. Jadi, sekarang Cacat Bukan Lagi Halangan. Cacat juga bukan alasan untuk dibedakan
dan direndahkan.