Anda di halaman 1dari 61

PERBANDINGAN KELENGKAPAN RESEP KONVENSIONAL

DENGAN RESEP BERBASIS ONLINE (ELEKTRONIK)


PADA ASPEK ADMINISTRATIF DAN FARMASETIKA
DI RSIA PURI ADHYA PARAMITA
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh
AMELIA SHEVIEYANTI
NIM. 2148401039

PROPOSAL TUGAS AKHIR


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN FARMASI
TAHUN 2023
ii

PERBANDINGAN KELENGKAPAN RESEP KONVENSIONAL


DENGAN RESEP BERBASIS ONLINE (ELEKTRONIK)
PADA ASPEK ADMINISTRATIF DAN FARMASETIKA
DI RSIA PURI ADHYA PARAMITA
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh
AMELIA SHEVIEYANTI
NIM. 2148401039

PROPOSAL TUGAS AKHIR


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN FARMASI
TAHUN 2023
iii

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN FARMASI
Laporan Tugas Akhir, Juni 2024

Amelia Shevieyanti

Perbandingan Kelengkapan Resep Konvensional Dengan Resep Berbasis Online


(Elektronik) Pada Aspek Administratif Dan Farmasetika Di RSIA Puri Adhya
Paramita Kabupaten Lampung Tengah

Xxx + 173 halaman, 7 tabel, 5 gambar, 7 lampiran

ABSTRAK

Program Rujuk Balik adalah suatu program dari BPJS Kesehatan dalam
menjamin kebutuhan obat bagi peserta yang memiliki penyakit kronis. Program
Rujuk Balik diberikan pada pasien penderita penyakit kronis dengan kondisi yang
stabil namun masih membutuhkan pengobatan dan perawatan jangka panjang yang
dilaksanakan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atas rekomendasi
rujukan dari dokter spesialis. Program Rujuk Balik (PRB) bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan mempermudah akses pasien kronis
dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Kepatuhan pengobatan pada pasien kronis
berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pengobatan. Jika pasien tidak patuh dalam
melakukan pengobatan maka akan meningkatnya biaya pengobatan, tidak berhasilnya
efek terapi pengobatan serta meningkatnya angka mortalitas (kematian). Salah satu
instrument yang dapat mengukur kepatuhan pengobatan yaitu metode Proportion of
Days Covered.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pengobatan pada
pasien Program Rujuk Balik dengan metode proportion of days covered di
Puskesmas Gading Rejo Kabupaten Pringsewu. penelitian ini merupakan jenis
penelitian jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode total sampling sebanyak 81 pasien yang memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi serta analisis yang digunakan yaitu analisis univariate. Tingkat
kepatuhan pengobatan berdasarkan metode proportion of days covered didapatkan
pasien patuh sebanyak 19 (27.1%) dan pasien tidak patuh sebanyak 51 (72.9%)..

Kata kunci : Kepatuhan, Program Rujuk Balik, proportion of days covered


Daftar bacaan : 63 (2005-2021)
iv

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN FARMASI
Final Project Report, June 2024

Amelia Shevieyanti

Overview of Medication Compliance in Patients with Referback Programs with the


Proportion of Days Covered Method at the Gading Rejo Health Center, Pringsewu
Regency

xvii + 173 pages, 7 tables, 5 images, 7 attachments

ABSTRACT

Referral Program is a program from BPJS Health in ensuring the need for
medicine for participants who have chronic diseases. Referral program is given to
patients with chronic diseases with stable conditions but still need long-term
treatment and care carried out at First Level Health Facilities (FKTP) on
recommendation of referrals from specialist doctors. The Referral Back Program
(PRB) aims to improve the quality of health services and facilitate access for chronic
patients to obtain health services. Treatment adherence in chronic patients affects the
success of a treatment. If the patient does not comply with treatment, the cost of
treatment will increase, the therapeutic effect of treatment will not work and the
mortality rate will increase (death). One instrument that can measure medication
adherence is the Proportion of Days Covered method.
This study aims to determine the level of medication adherence in patients
with the Referback Program using the proportion of days covered method at the
Gading Rejo Health Center, Pringsewu Regency. This research is a type of research
type descriptive quantitative research. The sampling technique used a total sampling
method of 81 patients who met the inclusion and exclusion criteria and the analysis
used was univariate analysis. The level of adherence to treatment based on the
proportion of days covered method was found to be compliant patients 19 (27.1%)
and non-adherent patients 51 (72.9%).

Keywords : Compliance, Referback Program, proportion of days covered


Reading list : 63 (2005-2021)
v

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Amelia Shevieyanti

NIM : 1948401039

Tempat Tanggal Lahir : Adi Jaya, 19 September 2003

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Mahasiswa : Reguler

Alamat : DS, Adi Luwih Adi Jaya RT 010/ RW 000


Kec. Terbanggi Besar Kab. Lampung Tengah
Prov. Lampung

Riwayat Pendidikan

TK (2008-2009) : TK Aisyiyah Bandar Jaya

SD (2009-2015) : SDN 3 Bandar Jaya

SMP (2015-2018) : Mts N 01 Lampung Tengah

SMA (2018-2021) : MAN 01 Lampung Tengah

DIII (2021-2024) : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


vi

LEMBAR PERSETUJUAN

“PERBANDINGAN KELENGKAPAN RESEP KONVENSIONAL DENGAN


RESEP BERBASIS ONLINE (ELEKTRONIK)
PADA ASPEK ADMINISTRATIF DAN FARMASETIKA
DI RSIA PURI ADHYA PARAMITA
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH”

Penulis

Amelia Shevieyanti
Telah diperiksa dan disetujui tim pembimbing Laporan Tugas Akhir
Program Diploma III Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.

Bandar Lampung, Juni 2024


Tim Pembimbing LTA

Pembimbing Utama

Siti Julaiha, M.Farm, Apt.


NIP. 198010102006042014

Pembimbing Pendamping

Dra. Pudji Rahayu, M.Kes., Apt.


NIP. 196502071991012000
vii

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir

“PERBANDINGAN KELENGKAPAN RESEP KONVENSIONAL DENGAN


RESEP BERBASIS ONLINE (ELEKTRONIK)
PADA ASPEK ADMINISTRATIF DAN FARMASETIKA
DI RSIA PURI ADHYA PARAMITA
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH”

Tim Penguji
Ketua

Siti Julaiha,.M.Farm., Apt.


NIP. 198010102006042014

Anggota

Dra. Pudji Rahayu, M.Kes., Apt.


NIP. 196502071991012000

Anggota

Isnenia,.M.Sc., Apt.
NIP. 198601192012122001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Farmasi

Dra. Pudji Rahayu, M.Kes., Apt.


NIP. 196502071991012000
viii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


Nama : Amelia Shevieyanti
NIM : 2148401039
Program Studi / Jurusan : D III / Farmasi

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan


Laporan Tugas Akhir yang berjudul :
Perbandingan Kelengkapan Resep Konvensional Dengan Resep Berbasis Online
(Elektronik) Pada Aspek Administratif Dan Farmasetika Di RSIA Puri Adhya
Paramita Kabupaten Lampung Tengah

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang ditetapkan.
Demikian surat pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandar Lampung, Juni 2024

Amelia Shevieyanti
ix

MOTTO

“Jalani, syukuri juga pelajari setiap masalah di dalam kehidupan dan ambilah semua
hikmah yang terjadi”
x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrobil’alamin..
Segala puji serta syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Gambaran
Kepatuhan Pengobatan Pada Pasien Program Rujuk Balik dengan Metode
Proportion of Days Covered di Puskesmas Gading Rejo Kabupaten
Pringsewu”. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Allah
Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang
senantiasa mengikuti sunnah beliau, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya
di hari kiamat kelak. Amiin.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam proses penulisan Proposal Tugas akhir ini. Proposal Tugas
Akhir ini dapat disusun atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, melalui Proposal Tugas Akhir ini penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Bapak Warjidin Aliyanto, S.KM., M.Kes. Selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Tanjung karang.
2. Ibu Dra. Pudji Rahayu, Apt.,M.Kes. selaku Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes
Tanjung karang.
3. Ibu Isnenia,.M.Sc,.Apt. selaku pembimbing pertama. Penulis mengucapkan
terimakasih untuk setiap waktu, tenaga, pikiran dan kesabarannya yang telah
diluangkan dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan Proposal Tugas
Akhir ini.
4. Ibu Dra.Pudji Rahayu,.Apt.M.Kes. selaku pembimbing pendamping. Penulis
mengucapkan terimakasih untuk setiap waktu, tenaga, pikran dan
kesabarannya yang telah diluangkan dalam membimbing penulis untuk
menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini.
5. Ibu Siti Julaiha,.M.Farm,.Apt. selaku dosen penguji. Penulis mengucapkan
terimakasih untuk setiap waktu, tenaga, pikiran dan kesabarannya yang telah
diluangkan dalam membimbing penulis untuk perbaikan Proposal Tugas
Akhir ini.
6. Kepada orang tua, kakak dan adik tercinta yang sangat kusayangi,
terimakasih untuk dukungan, motivasi serta doa yang selalu ada untuk
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini.
7. Semua rekan mahasiswa/i Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan dalam penyusunan Proposal Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Proposal Tugas Akhir ini masih banyak kelemahan
dan kekurangan dalam penulisannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata penulis
xi

mengucapkan terimakasih. Semoga Proposal Tugas Akhir ini dapat bermanfaat


bagi kita semua.
Bandar Lampung, Januari 2023

Amelia Shevieyanti
xii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR SAMPUL LUAR ....................................................................................i

LEMBAR SAMPUL DALAM ............................................................................... ii

ABSTRAK............................................................................................................. iii

ABSTRACT ...........................................................................................................iv

BIODATA PENULIS .............................................................................................. v

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. vi

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................vii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ viii

MOTTO ................................................................................................................. ix

PERSEMBAHAN ................................................................................................... x

KATA PENGANTAR ............................................................................................. x

DAFTAR ISI .........................................................................................................xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... ....1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 5
xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit............................................................................ 7
B. Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit ................................. 9
C. Tata Cara Penulisan Resep .................................................... 15
D. Format Penulisan Resep ........................................................ 16
E. Peresepan Obat Konvensional ............................................... 17
F. Peresepan Obat Elektronik .................................................... 18
G. Kerangka Teori .................................................................... 23
H. Kerangka Konsep ................................................................. 24
I. Definisi Operasional ............................................................. 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian ............................................................ 29
B. Subjek Penelitian................................................................... 29
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................ 31
D. Pengumpulan Data ................................................................ 32
E. Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 33

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 37

LAMPIRAN ........................................................................................................... 39
xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Keunggulan Resep Konvensional dibanding Manual ........... 23

Tabel 4.1 Definisi Operasional ........................................................... 26


xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 2.1 Contoh Resep Konvensional .............................................. 18

Gambar 2.2 Contoh Resep Online (Elektronik) ....................................... 21

Gambar 2.3 Contoh Resep Online (Elektronik) Aturan Waktu Minum .... 21

Gambar 2.4 Contoh Resep Online (Elektroik) Racikan Obat Anak .......... 22

Gambar 2.5 Kerangka Teori .................................................................... 24

Gambar 2.6 Kerangka Konsep................................................................. 25

Gambar 3.1 Prosedur Kerja Penelitian ..................................................... 32


xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor lampiran Halaman

Lampiran 1 Lembar Isian ........................................................................... 41


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan dokter hewan
kepada apoteker baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (Permenkes
No.9/2017). Resep harus ditulis dengan jelas agar dapat dibaca oleh apoteker
dengan penulisan yang lengkap dan memenuhi peraturan perundangan serta kaidah
yang berlaku agar tak terjadi kesalahan dalam penulisan resep (Amalia dan Sukohar,
2014 dalam Wanda, L. P. 2021). Setidaknya terdiri dari inscriptio, prescriptio,
signatura dan subscriptio. Inscriptio meliputi nama dan alamat dokter Standar
dalam penulisan resep rasional, nama kota serta tanggal penulisan resep. Prescriptio
terdiri atas nama dan dosis obat, jumlah, cara pembuatan atau bentuk sediaan yang
akan diberikan. Signatura ialah aturan pakai, nama, umur, berat badan pasien.
Subscriptio ialah tanda tangan atau paraf dari dokter yang menuliskan resep
(Ramkita, 2018 dalam Wanda, L. P. 2021).
Kesalahan dalam penulisan resep sering terjadi adalah salah dosis, tulisan tidak
terbaca, meresepkan obat yang salah dan kontraindikasi obat (Chaplin, 2012 dalam
Wanda, L. P. 2021). Seorang ahli farmasi wajib melakukan pengkajian terhadap
resep yang diterimanya yang meliputi pengkajian secara administratif, kesesuaian
farmasetika dan kesesuaian klinis untuk menjamin resep yang legal dan
meminimalkan kesalahan pengobatan. Untuk menghindari salah persepsi antara
penulis resep dan pembaca resep maka resep harus di tulis dengan jelas. Resep yang
benar, harus memuat informasi yang cukup supaya seorang ahli farmasi mengetahui
2

obat yang akan diberikan kepada pasien telah sesuai dengan instruksi dari penulis
resep (Rivaldy, 2020 dalam Hamdi, R., & Adrianto, D. 2023).
Resep yang baik memuat cukup informasi yang memungkinkan ahli farmasi
yang bersangkutan mengerti obat apa yang akan diberikan kepada pasien. Namun
pada kenyataannya, masih banyak permasalahan yang ditemui dalam peresepan.
Beberapa contoh permasalahan dalam peresepan antara lain kurang lengkapnya
informasi pasien, penulisan resep yang tidak jelas atau tidak terbaca, kesalahan
penulisan dosis, tidak dicantumkannya aturan pemakaian obat, tidak menuliskan
rute pemberian obat, dan tidak mencantumkan tanda tangan atau paraf penulis resep
(Permenkes, 2016; Cahyono, 2008; Sandy, 2008; Puteri, 2014 dalam Megawati, F.,
dan Santoso, P. 2017). Aspek admnistratif dan farmasetika pada resep dipilih karena
merupakan skrining awal pada saat resep dilayani, skrining admnistratif dan
farmasetika perlu dilakukan karena mencakup seluruh informasi di dalam resep
yang berkaitan dengan kejelasaan tulisan obat, keabsahan resep, dan kejelasan
informasi di dalam resep. Dalam penulisan resep kelengkapan aspek admnistratif
dan farmasetika sudah diatur dalam Permenkes No.72 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Akibat ketidak lengkapan aspek
admnistratif dan farmasetika pada resep bisa berdampak buruk bagi pasien, yang
merupakan tahap skrining awal guna mencegah terjadinya medication error
(Megawati dan Santoso, 2017 dalam Maulina Dewi, A., & Oktianti, D.2021.
Menurut permenkes RI No.72 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Rumah Sakit, menyebutkan medication error merupakan kejadian yang
menyebabkan kerugian pasien, akibat pemakaian obat selama dalam penanganan
tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah.
Bentuk medication error yang terjadi adalah pada fase prescribing (error terjadi
pada penulisan resep) yaitu kesalahan yang terjadi selama proses peresepan obat
atau penulisan resep. Dampak dari kesalahan tersebut sangat beragam, mulai yang
tidak memberi resiko sama sekali hingga terjadinya kecacatan bahkan kematian
(Siti, 2015 dalam Megawati, F., & Santoso, P. 2017). Pada kelengkapan resep
konvensional dengan resep online (elektronik) jika tidak dikaji dengan benar akan
3

mengakibatkan kejadian medication error. Penelitian yang dilakukan oleh Zahra


pada tahun 2017 di RSD Mayjend HM Ryacudu Kotabumi provinsi Lampung
menunjukkan angka kejadian medication error pada fase prescribing sebesar
63,6%. Tiga bagian kesalahan yang sering terjadi yaitu pada bagian inscription
sebesar 58,5%, bagian prescription sebesar 63,6%, dan bagian pro sebesar 81,9%.
Data ini menunjukkan bahwa fase prescribing berpotensi besar menimbulkan
kejadian medication error.
Organisasi kesehatan dunia banyak menyoroti dampak yang dapat di timbulkan
dari medication error pada tahap prescribing, baik finansial maupun klinik.
Sesungguhnya hal ini dapat di cegah, salah satu metode yang di kembangkan yaitu
sistem peresepan secara elektronik. Resep elektronik telah banyak digunakan untuk
menggantikan peresepan secara manual. Resep elektronik diperlukan juga untuk
meningkatkan kepatuhan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) terhadap
Formularium Rumah Sakit (Husnun Niam et al., 2021 dalam Hamdi, R., &
Adrianto, D. 2023).
Dari beberapa permasalahan di atas, maka peneliti ingin melihat perbandingan
kelengkapan resep konvensional dengan resep berbasis online (elektronik) pada
aspek administratif dan farmasetika di RSIA Puri Adhya Paramita wilayah Bandar
Jaya Kabupaten Lampung Tengah. Karna pada lokasi RSIA Puri Adhya Paramita
adalah salah satu rumah sakit yang sudah menerapkan sistem peresepan secara
online (elektronik) dan juga masih menggunakan sistem resep konvensional.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat disimpulkan rumusan masalah


adalah kelengkapan resep pada tahap pengkajian resep aspek administratif dan
farmasetika harus dikaji dengan benar guna tidak terjadinya kesalahan pada
pelayanan resep dan berpotensi mengancam keselamatan pasien. Apa saja
perbandingan kelengkapan resep konvensional dengan resep berbasis online
(elektronik) pada aspek administratif dan farmasetikadi RSIA Puri Adhya Paramita
diwilayah Bandar Jaya Kabupaten Lampung tengah.
4

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbandingan kelengkapan resep
konvensional dengan resep berbasis online (elektronik) pada aspek administratif dan
farmasetika berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72
Tahun 2016 di RSIA Puri Adhya Paramita Kabupaten Lampung Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Kelengkapan resep konvensional berdasarkan aspek administratif yang
meliputi nama pasien, umur pasien, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, nama
dokter, nomor izin dokter, alamat dokter, paraf dokter, tanggal resep, ruangan/unit
asal resep di RSIA Puri Adhya Paramita Kabupaten Lampung tengah.
b. Mengetahui Kelengkapan resep konvensional berdasarkan aspek farmasetik yang
meliputi nama obat, bentuk obat, kekuatan sediaan obat, dosis obat, jumlah obat,
aturan pakai dan cara penggunaan obat di RSIA Puri Adhya Paramita Kabupaten
Lampung tengah.
c. Mengetahui Kelengkapan resep elektronik berdasarkan aspek administratif yang
meliputi nama pasien, umur pasien, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, nama
dokter, nomor izin dokter, alamat dokter, paraf dokter, tanggal resep, ruangan/unit
asal resep di RSIA Puri Adhya Paramita Kabupaten Lampung tengah.
d. Mengetahui Kelengkapan resep elektronik berdasarkan aspek farmasetik yang
meliputi meliputi nama pasien, umur pasien, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, nama dokter, nomor izin dokter, alamat dokter, paraf dokter, tanggal resep,
ruangan/unit asal resep di RSIA Puri Adhya Paramita Kabupaten Lampung tengah.
e. Mengetahui perbandingan kelengkapan resep konvensional dan resep elektronik
berdasarkan aspek administratif di RSIA Puri Adhya Paramita Kabupaten Lampung
tengah.
f. Mengetahui perbandingan kelengkapan resep konvensional dan resep elektronik
berdasarkan aspek farmasetik di RSIA Puri Adhya Paramita Kabupaten Lampung
tengah.
5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti
Untuk menambah ilmu dan wawasan serta pengalaman khususnya dapat
membandingkan kelengkapan resep yang baik dan benar pada resep konvensional
dan resep online (elektronik) yang dilakukan di RSIA Puri Adhya Paramita.
2. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan menambah informasi dan pustaka bagi mahasiswa
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Farnasi dan menjadi sumber reverensi
bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian selanjutnya berkaitan dengan
resep konvensional dengan resep online (elektronik).
3. Bagi Instalasi Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan yang positif
kepada Rumah Sakit RSIA Puri Adhya Paramita untuk meningkatkan kinerja
terutama dalam kelengkapan penulisan resep agar dapat memberikan pelayanan
yang optimal kepada pasien.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada perbandingan kelengkapan


resep konvensional dengan resep berbasis online (elektronik) di RSIA Puri Adhya
Paramita diwilayah Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah mengginakan data
sekunder pada periode bulan Februari-April tahun 2024 meliputi kelengkapan resep
pada aspek administratif dan farmasetika.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:
a. Mengetahui presentase perbandingan kelengkapan resep kovensional dengan
resep berbasis online (elektronik) menurut persyaratan administrasi yaitu
meliputi:
1) Nama dokter
2) SIP dokter
3) Alamat dokter
4) Tanggal resep
6

5) Paraf dokter
6) Nama pasien
7) Umur pasien
8) Jenis kelamin pasien
9) Berat badan pasien
10) Ruangan/unit asal resep

b. Mengetahui presentase perbandingan kelengkapan resep kovensional dengan


resep berbasis online (elektronik) menurut persyaratan farmasetik yaitu
meliputi:
1) Nama obat dan bentuk sediaan
2) Dosis obat
3) Jumlah obat
4) Aturan pakai dan cara penggunaan
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

1. Definisi Rumah Sakit


Pengertian rumah sakit menurut Permenkes Nomor 3 Tahun 2020 Tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit menyebutkan bahwa “Rumah Sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan,dan gawat darurat”.
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Perumah sakitan, tugas dan fungsi Rumah Sakit adalah:
a. Tugas Rumah Sakit
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna.
b. Fungsi Rumah Sakit
Untuk menjalani tugas secara benar, Rumah Sakit memiliki beberapa fungsi
yaitu:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
8

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang


kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

3. Jenis Rumah Sakit


Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Perumah sakitan dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan, pengelolaan dan
menurut jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dapat dikategorikan dalam
Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
a. Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud memberikan pelayanan kesehatan
kepada semua bidang dan jenis penyakit.
b. Rumah Sakit Khusus sebagaimana yang dimaksud memberikan pelayanan yang
utama pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ atau jenis penyakit.
4. Klasifikasi Rumah Sakit
Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan
fungsi rujukan, Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan
berdasarkan fasilitas pelayanan Rumah Sakit. Menurut Peraturan Pemerintah No.47
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan yaitu:
a. Rumah Sakit Umum tipe A
Rumah Sakit tipe A adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima)
spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain, dan 13 (tiga belas)
subspesialis.
b. Rumah Sakit Umum tipe B
Rumah Sakit tipe B adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis
penunjang medik, 9 (delapan) spesialis lain, dan 2 (dua) subspesialis dasar.
9

c. Rumah Sakit Umum tipe C


Rumah Sakit tipe C adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, dan 4 (empat) spesialis
penunjang medik.
d. Rumah Sakit Umum tipe D
Rumah Sakit umum tipe D adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.

B. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.72 Tahun 2016


tentang standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, pelayanan kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes RI No.72/2016:1(3)). Pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat
manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus
didukung oleh sumber daya manusia, sarana, dan peralatan (Permenkes RI
No.72/2016:I).
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah sakit meliputi standar:
1. Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai meliputi (Permenkes RI No.72/2016:II):
a. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan Standar
pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
10

b. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi,
kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia.
c. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai
standar mutu.
d. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
e. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin
kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian
yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,
kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan. Dan Bahan Medis Habis Pakai.
f. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
11

Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit


pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jumlah, jenis, dan
ketepatan waktu.
g. Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan
cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
h. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan
Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit.
i. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.

2. Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan resiko terjadinya efek samping karena obat, untuk keselamatan
pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
(Permenkes RI No.72/2016:III):
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi :
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisa adanya terkait masalah
obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter
penulis Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai Persyaratan
Administrasi yang meliputi nama dokter, SIP dokter, alamat dokter, tanggal
12

resep, paraf dokter, nama pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, berat
badan pasien, ruangan/unit asal resep. Persyaratan Farmasetik yang meliputi
nama obat dan bentuk sediaan obat, dosis obat, jumlah obat, aturan dan cara
penggunaan obat, dan Persyaratan Klinis yang meliputi ketepatan indikasi,
dosis dan waktu penggunaan obat, duplikasi pengobatan, ROTD,
kontraindikasi, dan interaksi obat.
b. Penulusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penulusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang
pernah dan sedang digunakan.
c. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk
mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak
diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat
(medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah
Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang
keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar
Rumah Sakit.
e. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisiatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan
13

pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan


kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.
f. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada
dokter, pasien serta professional kesehatan lainnya.
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien.
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki yang terjadi pada dosis
lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnose dan
terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang
terkait dengan kerja farmakologi.
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi
penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan
kuantitatif.
j. Dispensing Sediaan Steril
Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi dengan
teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi
petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan
pemberian obat.
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi
hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang
14

merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker
kepada dokter.
Pelayanan farmasi klinik terbukti efektif dalam menangani terapi pada
pasien. Selain itu, pelayanan tersebut juga efektif untuk mengurangi biaya
pelayanan kesehatan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Hal itu
terutama diperoleh dengan melakukan pemantauan resep dan pelaporan efek
samping obat. Pelayanan ini terbukti dapat menurunkan angka kematian di
rumah sakit secara signifikan (Rusli, 2016:51 dalam Djamaluddin, F.,
Imbaruddin, A., & Muttaqin, M. 2019).

a. Pengkajian dan Pelayanan Resep


Berdasarkan Peraturan Kesehatan Republik Indonesia No. 72 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit menyatakan bahwa
pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan Kefarmasian salah satunya yaitu pelayanan resep (Permenkes RI,
2016). Adapun pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit yang harus memenuhi
standar adalah pengkajian dan pelayanan resep. Pengkajian resep dilakukan
untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah
terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Apoteker harus
melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan.

1) Persyaratan administrasi meliputi :


a) Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien
b) Nama, nomorizin, alamat dan paraf dokter
c) Tanggal Resep
d) Ruangan/unit asal resep
15

2) Persyaratan farmasetik meliputi :


a) Nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan
b) Dosis dan Jumlah Obat
c) Aturan dan cara penggunaan
3) Persyaratan klinis meliputi:
a) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat
b) Duplikasi pengobatan
c) Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)

Rumah sakit perlu memperlihatkan tentang tata cara peresepan, pemesanan dan
pencatatan yang aman diarahkan oleh kebijakan dan prosedur. Para staf medis,
keperawatan, farmasi dan administrasi berkolaborasi untuk mengembangkan dan
memonitor kebijakan dan prosedur. Staf yang terkait dilatih untuk praktek penulisan
resep. pemesanan dan pencatatan yang benar. Karena peresepan obat yang tidak
terbaca atau pemesanan yang mengacuankan keselamatan pasien bisa menunda
pengobatan, maka kebijakan rumah sakit mengatur tindakan untuk mengurangi
tidak terbacanya resep Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat cara penulisan resep yang tepat untuk
mengurangi kesalahan pemberian obat (medication error) berdasarkan sistem yang
ada di rumah sakit.

C. Tata Cara Penulisan Resep

Secara definisi dan teknis, resep artinya pemberian obat secara tidak langsung,
ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop resmi kepada pasien, format dan
kaidah penulisan sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku yang
mana permintaan tersebut disampaikan kepada farmasi atau apoteker di apotek agar
diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada
pasien yang berhak.
16

D. Format Penulisan Resep

Menurut Jas (2009), resep terdiri dari 6 bagian:


1. Inscriptio: Nama dokter, no.sip, alamat, telepon/hp, kota/tempat, tanggal penulisan
resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi. Sebagai
identitas dokter penulisan resep. Format inscriptio suatu resep dari rumah sakit
sedikit berbedadengan resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada
praktik pribadi.
2. Invocatio: Permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin "R/= resipe artinya
ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka
3. Presciptio/Ordonatio: Nama obat dan jumlah serta bentukkomunikasi apoteker di
apoteker.sediaan yang diinginkan
4. Signatura: Yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval
waktu pemberian harus jelas untuk keamananpenggunaan obat dan keberhasilan
terapi.
5. Subscrioptio: Yaitu tanda tangan/paraf dokter penulis resep berguna sebagai
legalitas dan keabsahan resep tersebut Pro (diperuntukkan): Dicantumkan nama dan
umur pasien. Teristimewa untuk obat narkotika juga harus dicantumkan alamat
pasien (untuk pelaporan ke Dinkes setempat).
Dengan kata lain: Penulisan resep artinya mengaplikasikan pengetahuan dokter
dalam memberikan obat kepada pasien melalui kertas resep menurut kiadah dan
peraturan yang berlaku, diajukan secara tertulis kepada apoteker di apotek agar obat
diberikan sesuai dengan yang tertulis. Pihak apoteker berkewajiban melayani secara
cermat, memberikan informasi terutama yang menyangkut dengan penggunaan dan
mengkoreksinya bila terjadi kesalahan dalam penulisan. Dengan demikian
pemberian obat lebih rasional, artinya tepat, aman, efektif dan ekonomis.
Persyaratan Administrasi meliputi nama pasien, umur pasien, jenis kelamin
pasien, berat badan pasien,tinggi badan pasien, nama dokter, Surat Izin Prakrek
(SIP) dokter, alamat dan paraf dokter, tanggal resep, unit asal resep. Sedangkan,
Persyaratan Farmasetik meliputi nama obat, bentuk sediaan dan kekuatan sediaan,
17

dosis obat dan jumlah obat, stabilitas obat, aturan dan cara penggunaan obat.
Persyaratan klinis meliputi ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat,
duplikasi pengobatan, alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (Permenkes
No. 72 tahun 2016).

E. Peresepan Obat Konvensional (manual/tulisan)

Peresepan obat yang dilakukan dengan melakukan perkalian langsung pada


dosis-dosis obat dimana masih di tulis secara langsung pada setiap pemberian obat
terhadap pasien(Lelo, 2010:7 dalam Bimuzulisna, M. D. 2012).
Adapun kelemahan dalam peresepan secara manual antara lain: (orchip, 2010:4 7
dalam Bimuzulisna, M. D. 2012)
1. Pasien sering kali tidak tau menahu dengan arti resep yang di pegangnya
2. Tulisan dokter yang kadang tidak dapat di baca.
3. Waktu tunggu yang lebih lama di banding EHR.
4. Resiko kekeliruan yang tinggi karena tulisan dokter yang susah dibaca dan
kerahasiaan resep yang kurang yang memungkinkan penyalahgunaan resep obat.
18

Sumber: Ilmu Resep (Syamsuni,2006)


Gambar 2.1 Contoh Resep Konvensional

F. Peresepan Obat Elektronik (Online/Tanpa Kertas)

Pengertian Peresepan Elektronik Peresepan elektronik atau e-prescribing


merupakan teknologi informasi kesehatan yang akan memungkinkan para dokter
mengirim resep langsung ke Instalasi Farmasi atau Apotek dari ruangan perawatan.
Sistem peresepan elektronik dapat memfasilitasi pelayanan farmasi sehingga
memberikan manfaat, contohnya adalah catatan riwayat pengobatan pasien, catatan
19

klinis, hasil laboratorium, diagnosis klinis, dan status pasien (Schleiden; et. al.,
2015 dalam Zetira, Z. 2019). Kecepatan dari peresepan elektronik dapat
memberikan kenyamanan pada pasien serta dengan kecepatan tersebut dapat
memberikan informasi tentang pilihan obat alternatif yang sama efektifnya sehingga
dapat menghemat biaya yang dikeluarkan oleh pasien (Schleiden; et. al., 2015
dalam Zetira, Z. 2019). Resep elektronik (e-resep) adalah cara elektronik untuk
menulis peresepan melalui proses entry data yang otomatis menggunakan software
tertentu dengan jaringan internet yang terhubung di bagian farmasi Rumah Sakit.
Sistem resep elektronik adalah pemanfaatan sistem elektronik untuk memfasilitasi
dan meningkatkan komunikasi urutan resep atau obat, membantu pilihan,
administrasi dan penyediaan obat melalui pengetahuan dan mendukung keputusan
serta jejak audit yang kuat untuk seluruh obat-obatan yang digunakan.
Dengan adanya penulisan resep elektronik tanpa kertas berarti bahwa resep
dapat dikirim langsung ke Instalasi Farmasi atau Apotek tanpa dibawa terlebih
dahulu oleh pasien. Hal ini memberikan kemudahan bagi dokter, apoteker, dan juga
pasien. Bagi dokter, resep elektronik dapat memberikan informasi tentang obat-
obatan yang akan diresepkan dan membantu membuat resep sesuai formularium
nasional. Bagi apoteker, resep menjadi lebih mudah dibaca sehingga mempersingkat
waktu penyiapan obat dan pelayanan obat. Bagi pasien, mereka bisa langsung ke
instalasi farmasi untuk mengambil obat dan tidak perlu menunggu terlalu lama,
sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian
(Adrizal, dkk., 2019). Umumnya, penggunaan e-prescription dapat menurunkan
kemungkinan terjadinya medication error, yakni kegagalan dalam proses
pengobatan yang berpotensi menyebabkan kerugian pasien dan dapat
membahayakan nyawa mereka. Salah satu kelompok medication error menurut
American Society of Hospital Pharmacists (ASHP) adalah prescribing error
(kesalahan penulisan resep). Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa e-
prescription dapat menurunkan kejadian prescribing errors, dari 39,1% sebelum
implementasi menjadi 1,6% setelah implementasi e-prescription (Sabila, FC dkk.,
2018).
20

Penelitian oleh Devine et al. menunjukkan bahwa implementasi e-prescription


tidak hanya menurunkan ketidaklengkapan resep, tetapi juga dapat menurunkan
76% interaksi obat. Hal ini dikarenakan sistem juga dilengkapi dengan clinical
decision support yang mana dapat memberikan rekomendasi terhadap interaksi obat
(Widiastusi, MS dan Dwiprahasto, I., 2014).
Kelengkapan E-prescribing Kelengkapan/fasilitas dalam e-resep hampir sama
dengan resep yang ditulis di kertas, tetapi terdapat kelengkapan data yang perlu
ditambahkan pada e-resep meliputi:
1. Nama apotek/depo farmasi yang dituju yang ada dalam jaringan e-
prescribing
2. Waktu penulisan resep
3. Jaminan pembiayaan
4. Diagnosis penyakit pasien
Sebelum resep tersebut disiapkan untuk diberikan kepada pasien,
instalasi/unit farmasi rumah sakit akan melakukan verifikasi terlebih dahulu
terhadap resep, meliputi:
1. Obat yang dipilih
2. Jumlah obat, termasuk jumlah antibiotik yang diberikan
3. Dosis obat, frekuensi dan aturan pemberian
4. Bentuk sediaan obat dan satuan obat
5. Interaksi obat
6. Obat substitusi
7. Hasil laboratorium terkait obat yang diberikan
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menulis e-resep:
1. Memilih depo farmasi/apotik yang dituju dalam jejaring
2. Ditentukan resep tersebut cito, biasa, untuk pasien rawat inap atau rawat
jalan (Gambar 1)
21

Gambar 2.2 Penentuan Resep Cito/Biasa atau Resep Untuk Pasien


Pulang/Dirawat
3. Ditentukan apakah akan dibuat resep racikan atau non-racikan
4. Ditentukan apakah akan diberikan obat generik atau obat paten
5. Ditentukan jumlah obat, frekuensi pemberian, dosis obat dan satuan obat
yang akan diberikan kepada pasien
6. Ditentukan waktu pemberian yang tepat dari pilihan frekuensi pemberian
obat per hari (Gambar 2)

Gambar 2.3 Contoh Aturan Waktu Minum Obat

7. Dapat dilihat informasi tentang kontra indikasi maupun interaksi obat


22

8. Tersedia fasilitas untuk informasi tambahan terkait aturan pemberian


(contoh: obat simvastatin diminum 1 kali per hari 1 tablet pada malam hari)
9. Tersedia informasi tentang harga obat di resep tersebut.
10.Sebelum diproses, resep harus lolos verifikasi oleh tim verifikasi
Contoh resep pada (Gambar 3) menunjukkan bahwa dokter minta kepada
apotek untuk dibuatkan sediaan puyer racikan yang berisi obat diazepam 1,5
mg/bungkus sebanyak 15 bungkus (packaging) dengan aturan minum 3 kali
sehari 1 bungkus puyer.

Gambar 2.4 Contoh Resep Racikan Puyer untuk Pasien Anak


23

Tabel 2.1 Keunggulan resep elektronik dibandingkan resep manual.

Aktivitas Peresepan Manual Peresepan Elektronik

Resep - Waktu untuk - Mengurangi waktu peresepan


mempersiapkan resep (terutama pada pasien yang
lama, seringkali harus mendapatkan resep untuk
mengulang pekerjaan. kedua kalinya).
- Dosis larutan - Dosis larutan parenteral
parenteral dihitung dihitung otomatis.
manual. - Tepat dalam menentukan
- Tulisan dokter kadang obat.
kadang tidak terbaca. - Dimungkinkan mengulang
resep pada situasi yang sama

Pemesanan - Pencatatan manual - Pemesanan obat otomatis.


resep pada saat - Tidak digunakan asisten
pemesanan. - Kode obat otomatis.
- Kemungkinan salah - Dimungkinkan mencari obat
pada saat pencatatan. dengan computer.
- Pencatatan oleh - Tepat dalam pembacaan
asisten. obat.
- Kode obat ditulis - Waktu pemesanan obat
manual. singkat
- Diperlukan waktu
yang
lama dalam
pencatatan.

Penyaluran - Tulisan tangan dapat - Data secara otomatis masuk.


menyebabkan error. - Tidak perlu mencatat.
- Tidak memerlukan - Kode obat diperiksa dari
label. kode resep.
- Labeling dengan barcode.

Transport - Waktu penyaluran - Pemesanan secara otomatis


pada periode tertentu. -

Secara umum - Sistem manual - Sistem otomatis dengan


berpotensi sedikit orang yang terlibat.
menimbulkan konflik - Lebih tepat dan transparan.
- Tidak adanya sistem
teknologi informasi
yang terstruktur.

(Sumber: Kusumarini, et. al., 2011)


24

G. Kerangka Teori

Standar Pelayanan
Farmasi Dirumah Sakit

Pengkajian resep,
Pelayanan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Pelayanan resep
Farmasi Klinik Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai

Persyaratan Administrasi:
-Nama Pasien
1. Pengkajian resep, -Umur Pasien
Pelayanan resep -Jenis Kelamin Pasien
2. Penelusuran riwayat -Berat Badan Pasien
penggunaan obat -Tinggi Badan Pasien
3. Rekonsiliasi Obat -Nama Dokter
-Paraf Dokter
4. Pelayanan Informasi
-Nomor Izin Dokter
Obat (PIO)
-Alamat Dokter
5. Konseling
-Tanggal Resep
6. Visite Pasien -Ruangan/ Unit asal Resep
7. Pemantauan Terapi Obat
(PTO)
8. Monitoring Efek Persyaratan Farmasetik:
Samping Obat (MESO) -Nama Obat, Bentuk dan
9. Evaluasi Penggunaan Kekuatan Sediaan Obat
Obat (EPO) -Dosis Obat
- Jumlah Obat
10. Dispensing sediaan steril,
-Aturan dan Cara Penggunaan
dan
11. Pemantauan Kadar Obat
dalam Darah (PKOD)
Persyaratan Klinis:
-Ketepatan indikasi, dosis dan
waktu penggunaan Obat;
- Duplikasi pengobatan
-Alergi dan Reaksi Obat yang
(SUMBER: Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.72 Tidak Dikehendaki (ROTD);
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit).

Gambar 2.5 Keranga Teori.


25

H. Kerangka Konsep

Analisis Administrasi
-Nama Pasien
-Umur Pasien
-Jenis Kelamin Pasien
-Berat Badan Pasien
-Tinggi Badan Pasien
-Nama Dokter
-Paraf Dokter
-Nomor Izin Dokter
-Alamat Dokter 1. Ya Ada
Pengkajian Resep -Tanggal Resep 2. Tidak
Konvensional dan -Ruangan/ Unit asal Resep Ada
Elektronik

Analisis Farmasetik
-Nama Obat, Bentuk dan
Kekuatan Sediaan Obat
-Dosis Obat
- Jumlah Obat
-Aturan dan Cara
Penggunaan

Gambar 2.6 Kerangka Konsep.


26

I. Definisi Operasional
Tabel 2.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

A. Persyaratan Administratif

Nama Identitas Nama Checklist Observasi 0=Ada Ordinal


1. pasien lengkap pada resep 1=Tidak Ada
seseorang yang konvensional
menerima resep dan elektonik
Umur Identitas Usia Checklist Observasi 0=Ada Ordinal
2. pasien hidup seseorang pada resep 1=Tidak Ada
yang dilihat dari konvensional
tanggal lahir dan elektonik
hingga pasien
bertahan hidup
Jenis Perbedaan Checklist Observasi 0=Ada Ordinal
3. Kelamin antara laki-laki pada resep 1=Tidak Ada
dan perempuan konvensional
secara biologis dan elektonik
sejak seseorang
lahir
Berat Ukuran berat Checklist Observasi 0=Ada Ordinal
4. badan tubuh seseorang pada resep 1=Tidak Ada
yang diukur konvensional
menggunakan dan elektonik
timbangan
badan
dengan satuan
kg
Tinggi Ukuran tinggi Checklist Observasi 0=Ada Ordinal
5. badan tubuh seseorang pada resep 1=Tidak Ada
yang diukur konvenvsional
menggunakan dan elektonik
stadiometer
badan
dengan satuan
meter (m)
Nama Nama seseorang Checklist Observasi 0=Ada Ordinal
6. dokter yang melakukan pada resep 1=Tidak Ada
pemeriksaan konvensional
dan menuliskan dan elektonik
resep
untuk pasien.
27

Nomor izin Nomor identitas Checklist Observasi 0=Ada Ordinal


7. dokter yang dimiliki pada resep 1=Tidak Ada
dokter yang konvensional
sudah dan elektonik
disahkan oleh
Ikatan Dokter
Indonesia (IDI)
Alamat Tempat tinggal Checklist Observasi 0=Ada Ordinal
8. dokter dokter yang pada resep 1=Tidak Ada
melakukan konvensional
pemeriksaan dan elektonik
dan menuliskan
resep
Paraf Tanda tangan Checklist Observasi 00=Ada Ordinal
9 dokter atau stempel pada resep 1=Tidak Ada
nama dokter konvensional
penulis resep dan elektonik
yang berguna
sebagai legalitas
resep tersebut
Tanggal Menjelaskan Checklist Observasi 0=Ada
10. resep waktu resep pada resep 1=Tidak Ada Ordinal
ditulis konvensional
dan elektonik

Ruangan / Asal mula resep Checklist Observasi 0=Ada


11. Unit asal dari pasienyang pada resep 1=Tidak Ada Ordinal
resep akan dikaji konvensional
dan elektonik

B. Persyaratan Farmasetik

Nama Obat Label atau Checklist Observasi 0=Ada Ordinal


1. sebutan yang pada resep 1=Tidak Ada
diberikan pada konvensional
obat dan elektonik
28

Bentuk Bentuk Obat Checklist Observasi 0=Ada Ordinal


2. obat tertulis di dalam pada resep 1=Tidak Ada
resep (Tablet, konvensional
kapsul, Puyer, dan elektonik
sirup)

Kekuatan Jumlah zat aktif Checklist Observasi 0=Ada Ordinal


3. sediaan yang terdapat pada resep 1=Tidak Ada
obat dalam suatu konvensional
obat dan elektonik

Dosis obat Takaran obat Checklist Observasi 0=Ada Ordinal


4. yang diminta pada resep 1=Tidak Ada
dokter yang konvensional
diberikan dan elektonik
kepada pasien

Jumlah Jumlah obat Checklist Observasi 0=Ada Ordinal


5. obat yang diresepkan pada resep 1=Tidak Ada
dokter konvensional
dan elektonik

Aturan Waktu yang Checklist Observasi 0=Ada Ordinal


6. pemakaian tepat untuk pada resep 1=Tidak Ada
obat meminum obat konvensional
agar mendapat dan elektonik
efek terapi yang
diinginkan

Cara Cara Checklist Observasi 0=Ada Ordinal


7. penggunaa penggunaan pada resep 1=Tidak
n obat harus konvensional Ada
sesuai dengan dan elektonik
anjuran perobat
(Oral,
parenteral,
topikal,rektal)
29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif dengan


metode retrospektif. Peneliti melihat kebelakang dengan menggunakan resep-resep
dibulan Oktober sampai bulan Desember tahun 2023 mendapatkan gambaran
perbandingan kelengkapan resep konvensional dengan resep berbasis online
(elektronik) berdasarkan persyaratan aspek administrasi dan farmasetik di RSIA
Puri Adhya Paramitha di wilayah Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah.

B. Subjek Penelitian

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Resep Konvensional dan Resep Elektronik
yang ada di Rumah Sakit Puri Adhya Paramitha Kabupaten Lampung Tengah
sebanyak 100 resep.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan (Quota sampling) diambil
dari total populasi yang diambil di Rumah Sakit Puri Adhya Paramitha Kabupaten
Lampung Tengah.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah kriteria yang perlu dapat diambil sebagai sampel
(Notoadmojo, 2010). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah Resep
konvensional dan Resep Elektronik di Instalasi Farmasi RSIA Puri Adhya
Paramitha Kabupaten Lampung Tengah.
30

1) Resep terbaca bulan Oktober-Desember


2) Resep rawat jalan
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi adalah anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai
sampel (Notoadmojo, 2010). Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :
1) Resep rusak/robek (cacat)
2) Resep ganda/double)

Dalam menentukan ukuran sampel ini, penulis menggunakan Rumus


Lemeshow. Rumus Lemeshow ini digunakan karena jumlah populasi yang tidak
diketahui atau tidak terbatas (infinite population). Adapun rumus Lemeshow
adalah sebagai berikut:

Keterangan:

n = jumlah sampel

z = skor z pada kepercayaan 95% = 1,96

p = maksimal estimasi = 0,5

d = sampling error = 10%

Melalui rumus di atas, maka dapat dihitung jumlah sampel yang akan digunakan
adalah sebagai berikut:
31

Dengan menggunakan rumus Lemeshow di atas, maka nilai sampel (n) yang
didapat adalah sebesar 96,04 yang kemudian dibulatkan menjadi 100 resep.

C. Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pengambilan data di RSIA Puri Adhya
Paramitha Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2024.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2024 menggunakan data
sekunder berupa resep yang sudah dilayani periode bulan Oktober-Desember
tahun 2023.

D. Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan cara melakukan observasi secara langsung dengan


menggunakan alat bantu Cheklist untuk mengobservasi data selama penelitian,
yang dilakukan peneliti terhadap peresepan konvensional dengan peresepan
elektronik yang sesuai dengan pengkajian resep pada aspek administratif dan
farmasetika menurut acuan Permenkes No. 72 tahun 2016 di RSIA Puri Adhya
Paramita Kabupaten Lampung Tengah. Pengambilan data dilakukan pada pukul
08.00-13.00 WIB.
32

E. Alur Penelitian

Membuat Proposal Penelitian

Izin Penelitian

Mengumpulkan Penelitian

Mengelola data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar. 3.1 Alur Penelitian


33

F. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan kembali isian
formulir atau lembar kuisioner (Notoatmodjo, 2018:176). Data yang
diperoleh dari resep yaitu berupa kelengkapan resep konvensional
menggunakan kertas (manual) dengan resep elektronik menggunakan
aplikasi yang terdapat di RSIA Puri Adhya Paramitha dengan kesesuaian
dengan Permenkkes No. 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Dirumah sakit.
b. Coding
Setelah dilakukan pengambilan data pada resep kemudian
membandingkan dengan melakukan peng”kodean” atau “coding”, yakni
mengubah data yang berbentuk kalimat menjadi sebuah data angka atau
bilangan (Notoatmodjo, 2018:177).
Contoh kategorinya meliputi :
1=Ada
0=Tidak Ada
c. Data Entry
Data yang telah selesai di editing dan coding selanjutnya di entry atau
dimasukkan ke dalam program pengelolaan data dan pengelolaan statistik
untuk dianalisis.
d. Cleaning
Apabila semua data selesai dimasukkan, perlu diperiksa kembali untuk
melihat kemungkinan adanya kesalahan serta dilakukan koreksi dan
membersihkan data-data yang tidak diperlukan.
34

2. Analisis Data
Analisis data merupakan kelanjutan dari pengolahan data. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat.
1. Analisis Univariat yaitu menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian yang menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel. Setelah semua data diolah kemudian dianalisis
data disajikan dengan menghitung persentase dari setiap variabel. Data yang
dianalisis yaitu: (Notoatmodjo, 2012: 182).

a. Nama Pasien
Jumlah Resep dengan mencantumkan Nama pasien
Rumus= x 100%
Jumlah seluruh pasien

b. Umur Pasien
Jumlah Resep dengan mencantumkan umur pasien
Rumus = x 100%
Jumlah seluruh pasien

c. Jenis Kelamin
Jumlah Resep dengan mencantumkan Jenis Kelamin
Rumus = x 100%
Jumlah seluruh pasien

d. Berat badan
Jumlah Resep dengan mencantumkan Berat badan
Rumus = x 100%
Jumlah seluruh pasien

e. Tinggi badan
Jumlah Resep dengan mencantumkan Tinggi badan
Rumus = x 100%
Jumlah seluruh pasien

f. Nama dokter
Jumlah Resep dengan mencantumkan Nama dokter
Rumus = x 100%
Jumlah seluruh pasien

g. SIP
Jumlah Resep dengan mencantumkan SIP
Rumus = x 100%
Jumlah seluruh pasien

h. Alamat dokter
Jumlah Resep dengan mencantumkan Alamat dokter
Rumus= x 100%
Jumlah seluruh pasien

i. Paraf dokter
35

Jumlah Resep dengan mencantumkan Paraf dokter


Rumus = x 100%
Jumlah seluruh pasien

j. Tanggal resep
Jumlah Resep dengan mencantumkan Tanggal resep
Rumus = x 100%
Jumlah seluruh pasien

k. Unit asal resep


Jumlah Resep dengan mencantumkan Unit asal resep
Rumus = x 100%
Jumlah seluruh pasien

l. Nama obat
Jumlah Resep dengan mencantumkan Nama obat
Rumus = x 100%
Jumlah seluruh pasien

m. Bentuk obat
Jumlah Resep dengan mencantumkan Bentuk obat
Rumus = x 100%
Jumlah seluruh pasien

n. Kekuatan sediaan obat


Jumlah Resep dengan mencantumkan kekuatan sediaan obat
Rumus= x 100%
Jumlah seluruh pasien

o. Dosis Obat
Jumlah Resep dengan mencantumkan Dosis Obat
Rumus = x 100%
Jumlah seluruh pasien

p. Jumlah obat
Jumlah Resep dengan mencantumkan jumlah obat
Rumus = x 100%
Jumlah seluruh pasien

q. Aturan pemakaian obat


Jumlah Resep dengan mencantumkan Aturan pemakaian obat
Rumus= x 100%
Jumlah seluruh pasien

r. Cara penggunaan
Jumlah Resep dengan mencantumkan Cara penggunaan
Rumus = x 100%
Jumlah seluruh pasien
36

2. Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk menguji hipotesis


penelitian, yaitu melihat hubungan antara variabel independen (bebas) dan
variabel dependen (terikat) dengan menggunakan uji statistik sesuai skala
data yang sesuai. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Chi Square (X2). Uji Chi Square digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian, dimana variabel yang dihubungkan baik variabel independen
maupun dependen berjenis kategorik. Adapun persamaan Chi Square adalah
sebagai berikut:
X2 = ∑ (0 – E)2
Df = (k-1) (b-1)
keterangan :
X3 = Chi Square
0 = nilai yang diamati
E = nilai yang diharapkan
Df = derajat kebebasan
k = kolom
b = baris

Hasil uji Chi Square dapat menunjukkan probabilitas kejadian, dimana jika
nilai p-value (sig.) > 0,05 maka H0 diterima, artinya secara statistik tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara variabel independen dan variabel
dependen. Sebaliknya, jika p-value (sig.) < 0,05 maka H0 ditolak, artinya
terdapat hubungan yang bermakna antara variabel independen dan variabel
dependen. Tahap selanjutnya adalah melihat kekuatan hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen yang dapat dilihat dari nilai Odds Ratio
(OR), dengan rumus:

𝐴𝐵
OR = 𝐵𝐶

Jika nilai OR = 1, berarti tidak terdapat hubungan antara variabel


37

independen dengan variabel dependen. Jika OR < 1, berarti variabel


independen memperkecil risiko kejadian variabel dependen. Sedangkan jika OR
> 1, artinya variabel independen meningkatkan risiko kejadian variabel
independen. Adapun penyajian data pada penelitian ini disajikan dalam bentuk
tabel dan narasi.
38

DAFTAR PUSTAKA

Adrizal, A., Sriwahyuni, F., & Aldi, Y. 2019. Analisis Pelayanan Resep Konvensional dan
Elektronik serta Pengaruhnya terhadap Kualitas Pelayanan Kefarmasian di
RSUD M. Natsir Solok Indonesia. JSFK (Jurnal Sains Farmasi &
Klinis), 6(3), 195-199.

Agustri, D., Rikomah, S. E., & Sari, Y. 2021. PENGKAJIAN KELENGKAPAN RESEP
PADA PASIEN RAWAT JALAN TAHUN 2020 DI RSUD BENGKULU TENGAH
(Doctoral dissertation, Stikes Al-Fatah Bengkulu).
Bimuzulisna, M. D. 2012. Sistem Informasi Peresepan Obat Rumah Sakit Patut Patuh Patju
Lombok Barat.

Djamaluddin, F., Imbaruddin, A., & Muttaqin, M. 2019. Kepatuhan Pelayanan Farmasi
Klinik di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Jurnal Administrasi Negara, 25(3),
176-193.

Farida, S., Krisnamurti, D. G. B., Hakim, R. W., Dwijayanti, A., & Purwaningsih, E. H.
2017. Implementation of Electronic Prescribing. eJournal Kedokteran Indonesia,
5(3), 16-211.

Hamdi, R., & Adrianto, D. 2023. Pengkajian Resep Elektronik Rawat Jalan Di Rumah
Sakit X Dari Aspek Administratif Pada Bulan Desember 2022. Indonesian
Journal of Health Science, 3(2), 76-80.

Kusumarini, P., Dwiprahasto, I., & Wardani, P. E. 2011. Penerimaan dokter dan waktu
tunggu pada peresepan elektronik dibandingkan peresepan manual. Gadjah
Mada University.

Maulina Dewi, A., & Oktianti, D. 2021. Analisis Kelengkapan Administratif Pada Resep Di
Apotek Sebantengan Ungaran Barat Semarang Periode Bulan April-Oktober
2020 (Doctoral dissertation, Universitas Ngudi Waluyo).

Megawati, F., & Santoso, P. 2017. Pengkajian Resep Secara Administratif Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 35 Tahun 2014 Pada Resep Dokter Spesialis
Kandungan di Apotek Sthira Dhipa. Jurnal Ilmiah Medicamento, 3(1).

Oktarlina, R. Z., & Wafiyatunisa, Z. 2017. Kejadian Medication Error pada Fase
Prescribing di Poliklinik Pasien Rawat Jalan RSD Mayjend HM Ryacudu
Kotabumi. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, 1(3), 540-545.

Permenkes No.72 tahun 2016, Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
39

Porterfield, A., Engelbert, K., & Coustasse, A. 2014. Electronic prescribing: improving the
efficiency and accuracy of prescribing in the ambulatory care setting.
Perspectives in health information management, 11(Spring).

Sabila, F. C., Oktarlina, R. Z., & Utami, N. 2018. Peresepan Elektronik (E-Prescribing)
Dalam Menurunkan Kesalahan Penulisan Resep. Jurnal Majority, 7(3), 271-275.

Versita, R., Ikhsan, I., & Kristiani, M. H. E. 2021. EVALUASI KELENGKAPAN


PENULISAN RESEP PASIEN DI INSTALASI FARMASI RSKJ SOEPRAPTO
PROVINSI BENGKULU SEBELUM DAN SESUDAH AKREDITASI.
JURNAL MEDIA KESEHATAN, 14(1), 18-26.

Wanda, L. P. 2021. Teori Tentang Pengetahuan Perespan Obat. Jurnal Medika Hutama,
2(04 Juli), 1036-1039.

Wardaya, A. W. W., & Erlani, L. 2022. PENGKAJIAN RESEP SECARA


ADMINISTRATIF, FARMASETIS DAN PROFIL PERESEPAN OBAT PADA
IBU HAMIL BERDASARKAN KEAMANAN OBAT PADA JANIN DI
APOTEK DEA. Jurnal Farmaku (Farmasi Muhammadiyah Kuningan), 7(2), 78-
81.

Widiastuti, M. S., & Dwiprahasto, I. 2014. Peran Resep Elektronik dalam meningkatkan
Medication Safety pada proses peresepan. Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan, 17(1), 30-36.

Zetira, Z. 2019. HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TERHADAP PERESEPAN


ELEKTRONIK DENGAN KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT IMANUEL BANDAR LAMPUNG.
40

LAMPIRAN
41

Lampiran 1 Data Kelengkapan Resep Konvensional dan Elektronik Rawat Jalan


RSIA Puri Adhya Paramitha Kabupaten Lampung Tengah

No Nama Aspek Administratif Aspek Farmasetik


Pasien 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
42

39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
43

82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
95.
96.
97.
98.
99
100.
Keterangan: 1= Ada 0=Tidak Ada

Kelengkapan Aspek Administratif

1. Nama Pasien
2. Umur Pasien
3. Jenis Kelamin
4. Berat Badan
5. Tinggi Badan
6. Nama Dokter
7. Nomor Izin Dokter
8. Alamat Dokter
9. Paraf Dokter
10. Tanggal Resep
11. Ruangan/Asal Resep

Kelengkapan Aspek Farmasetik

1. Nama Obat
2. Bentuk Obat
3. Kekuatan Sediaan Obat
44

4. Dosis Obat
5. Jumlah Obat
6. Aturan Pakai obat
7. Cara penggunaan
1

Anda mungkin juga menyukai