Support
2 NPSN/NSS 20265292
6 Kabupaten/Kota KARAWANG
8 Website www.smkrosma.sch.id
9 E-mail smkrosmakrw@yahoo.co.id
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui,
Kepala Sekolah Kurikulum
Menyetujui,
Ketua Yayasan
Pendidikan Rosma
Proposal ini disusun sebagai bahan acuan bagi pemerintah dalam memberikan
bantuan tersebut, sehingga dapat menjalankan proses kegiatan belajar mengajar secara
efektif dan efisien serta dapat mencapai sasaran yang diinginkan yaitu meningkatnya
kualitas dan skill peserta didik.
Segala saran, kritik dan pendapat untuk khazanah kemajuan Bersama kami terima
dengan lapang dada. Bimbingan dan arahan dari semua pihak dalam kemajuan
Pendidikan sangat kami harapkan sehingga dapat meningkatnya indeks Pendidikan di
Kabupaten Karawang, dan Jawa Barat.
3.4 Kelas Industri Bnet untuk Guru Produktif dan Alokasi Waktu ............. 10
i
DAFTAR TABEL
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagaimana dapat kita ketahui bahwa sumberdaya manusia (SDM) yang
memiliki keterampilan serta memiliki kesiapan untuk dapat langsung terjun kedalam
dunia kerja adalah salah satu faktor penting yang diharapkan pemerintah agar SDM
dapat tersedia, dan tidak kalah bersaing ditengah perkembangan dunia industri saat ini.
Pemerintah memberikan perhatian lebih pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
yang berorientasi pada permintaan pasar dan tenaga kerja masyarakat ekonomi ASEAN
(MEA), dan tentunya para lulusan wajib dipersiapkan dengan matang dengan
memberikan pembekalan karakter kewirausahaan (entrepreneurship) yang memiliki
hubungan erat dengan dunia industri sebagai mitra utama dalam penerapan Teaching
Factory. Pengalaman dari sejumlah industri yang telah bekerja sama dengan beberapa
SMK yang telah menerapkan pola pembelajaran Teaching Factory, unit produksi, dan
sejenisnya, mendapatkan respon positif dari Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) atas
peningkatan kualitas lulusannya. Hubungan Kerjasama antar SMK dengan industry
dalam pola pembelajaran Teaching factory akan berdampak positif pada peningkatan
Kerjasama (partnership) secara sistematis dan terencana berdasarkan pada posisi win-
win solution. Penerapan pada pola pembelajaran Teaching Factory merupakan
sinkronasi dunia Pendidikan kejuruan dengan dunia industry, sehingga terjadi check
and balance terhadap proses Pendidikan pada SMK untuk menjaga dan memelihara
keselaran (link and Match) dengan kebutuhan pasar kerja.
Kualitas guru pada kompetensi keahlian di SMK, saat ini menjadi permasalahan
trending topik yang belum menemukan jalan keluarnya, dimana mayoritas dari mereka
masing kurang memiliki pengalaman kerja industri yang memadai. Melalui
pembelajaran pola Teaching Factory yang hakekatnya memboyong sistem industri,
yang pada gilirannya kualitas guru akan meningkat. Pola pemnbelajaran Teaching
Factory dirancang berbasis produksi barang/jasa dengan mengadopsi dan mengadaptasi
standar prosedur dan mutu kerja industri, akan memberikan pengalaman pembelajaran
yang dapat menambahkan kompetensi terutama pada soft skill seperti etos kerja
disiplin, jujur, bertanggung jawab, kreatif, inovatif, karakter kewirausahaan, dapat
bekerjasama, berkompetisi secara cerdas, dan sebagainya. Kompetensi tersebut sangat
1
sulit diperoleh melalui Pendidikan kejuruan yang diselenggarakan secara konvensional,
yang pada pembelajarannya hanya dilaksanakan sampai pada pencapaian kompetensi
keahlian sebagai hard skill.
2
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM
2.1 Mekanisme dan Strategi Pelaksanaan
Pembelajaran Teaching Factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis
produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan
dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di insdustri. Pelaksanaan Teaching
Factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industry sebagai pihak yang relevan
menilai kualitas hasil Pendidikan di SMK. Pelaksanaan TEFA juga harus melibatkan
pemerintah, pemerintah daerah, dan stakeholders lainnya didalam pembuatan regulasi,
perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.
Pelaksaaan TEFA harus sesuai dengan direktorat PMK yang terbagi kedalam 4 model,
dan dapat digunakan sebagai alat pemetaan SMK yang telah melaksanakan TEFA.
Adapun model tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dual Sistem dalam bentuk Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) yaitu pola
pembelajaran kejuruan ditempat kerja yang dikenal debagai experience based
training atau enterprise based training.
2. Competency Based Training (CBT) atau pelatihan berbasis kompetensi
merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
pengembangan dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta didik
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Pada metode ini, penilaian peserta didik
dirancang sehingga dapat memastikan bahwa setiap peserta didik telah mencapai
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan pada setiap unit kompetensi yang
ditempuh.
3. Production Based Education and Training (PBET) merupakan pendekatan
pembelajran berbasis produksi. Kompetensi yang telah dimiliki oleh peserta didik
perlu diperkuat dan dipastikan keterampilannya dengan memberikan pengetahuan
pembuatan produk nyata yang dibutuhkan dunia kerja (industry dan masyarakat)
4. Teaching Factory adalah konsep pembelajaran berbasis industry (produk dan
jasa) melalui sinergi sekolah dan industry untuk menghasilkan lulusan yang
kompeten dengan kebutuhan pasar.
3
2.2 Tujuan Pembelajaran Teaching Factory
1. Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja, dan wirausaha.
2. Membantu siswa memilih bidang kerja yag sesuai dengan kompetensinya.
3. Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing.
4. Mmemberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
5. Memperluas cakupan kesempatan rekrutmen bagi lulusan SMK.
6. Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta
membantu menjalin Kerjasama dengan dunia kerja yang actual, dll.
7. Memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya
sehingga dapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih.
1. Merancang produk
2. Membuar prototype
3. Memvalidasi dan memverifikasi prototype
4. Membuat produk masal
1. Menerima order
2. Menganalaisis order
4
3. Menyatakan kesiapan mengerjakan order
4. Mengerjakan order
5. Mengevaluasi produk
6. Menyerahkan order
1. Merancang produk
2. Membuat prototype
3. Memvalidasi dan memverifikasi prototype
4. Membuat produk masal
1. Menerima order
2. Menganalisis order
3. Menyatakan kesiapan mengerjakan order
4. Mengerjakan order
5. Mengevaluasi produk
6. Menyerahkan order
5
BAB III
DESAIN PEMBELAJARAN
3.1 Desain Pembentukan TEFA
Dalam pencapaian target goal lulusan yang berkopeten dan terserap oleh
dunia industry secara linier dengan background Pendidikan IT, serta bisa menciptakan
TEFA di Sekolah SMK Rosma pada prodi TJKT maka pembelajaran kelas industry ini
di buat dengan kurikulum setiap tahunnya yang harus di capai oleh siswa/siswi TKJ
6
3.2 Strategi dan metode pembelajaran kelas industry/TEFA
Tahun 2023/2024/ Tingkat 1
TINGKATAN/
NO TAHUN MATERI HASIL/ GOAL
JENJANG
1 2023 Dikelas X Networ a. Mikrotik Siswa mempunya
king MTCNA bekal khusus di
b. Mikrotik bidang IT sebagai
MTCRE Networking
c. Cisco CCNA Engginer yang di
d. Fiber persiapkan di
OptikPower dan kelas X Ketika
K3 PKL di kelas XI
e. Career siswa tersebut
Development sudah siap
melaksanakan
Pendampingan Prakerin
pembelajaran
Bersama PT. BNET
7
Tahun Ajaran 2024/2025/ Tingkat 2
TINGKATAN/
NO TAHUN MATERI HASIL/ GOAL
JENJANG
2 2024 Dikelas XI Project/ a. Pembuatan Ketika siswa telah
Prakerin Super Lab di mempunya bekal
Sekolah/SMK khusus di
b. Prakrin di hardskill siswa
perusahaan IT/ akan diberikan
ISP pembekalan
c. Kewirausahaan khusus lagi di
- Entrepren bidang softskill
eurship yang diharapkan
- Desain mampu memiliki
Thinking daya jual tinggi
d. Pembuatan diperusahaan
TEFA
disekolah
SMK
Pendampinga
n
pembelajaran
Bersama PT.
BNET
8
1. Prakerin
2. Pembuatan superlab
3. Pembuatan TEFA di sekolah
4. Pengembangan kewirausahaan
TINGKATAN/
NO TAHUN MATERI HASIL/ GOAL
JENJANG
2025 Dikelas XII Pengaku Ketika selesai kelas
a. Ujikom yang
an 12 siswa ini
akan
Siswa diharapkan sudah
dilaksanaakn
Miliki langsung
oleh pihak BNET
Kompet mendapatkan
b. Sertifikasi
ensi pekerjaan/
Kemampuan oleh
TKJ diboking oleh
BNET
perusahaan karena
c. Penyaluran siswa
siswa tersebut
kedunia
sudah diketahui
kerja/industry
kemampuannya
sebagai spesialis
saat kelas xi/
IT
sedang Prakerin
9
yang baru, yakni lebih sederhana dan sesuai dengan kebutuhan industri karena
disusun bersama industri. Dimana Program Upskilling adalah program untuk
meningkatkan kemampuan guru. bersama PT. Bnet guru guru produktif Teknik
Jaringan Komputer Dan Tekomunikasi bekerja sama dalam upskilling guru guru
produktif TJKT yang diharapkan dengan meningkatnya kemampuan pengtahuan dan
skill guru guru produktif TJKT bisa di sampaikan dalam metode pembelajaran
kepada siswa/siswi kelas industry TJKT.
3.4 Kelas Industri Bnet untuk Guru Produktif dan Alokasi Waktu
Kurikulum dinas digunakan 100% dengan penambahan dan pengurangan hasil
analisis yang disebut responsi. Penambahan dan pengurangan yang terjadi di sesuaikan
dengan prospek kerja industry yang disebut dengan kurikulum implementasi dan
kurikulum alternatif, Adapun penambahan akan terjadi focus pada materi normative
dan adaptif yang meliputi materi matematika, Bahasa, fisika, kimia (mafikib)
dipersiapkan bagi mereka yang akan melanjutkan Pendidikan dengan menggunakan
prinsip matery learning, siswa yang sudah tuntas dengan daya serap lebih dari 80%
diberi pengayaan (enrichmen) sedangkan siswa yang belum tuntas (saya serap kurang
dari 80%) diberi remedial hingga mencapai taraf tuntas.
Tempat
No Tahun Hari Jumlah Guru
Magang
1 2023/2024 Hari ke 1 2 Orang Guru Kantor Bnet
10
2 Hari ke 2 2 orang Guru Kantor Bnet
Hari Ke 3 2 orang Guru Kantor Bnet
Hari Ke 4 2 orang Guru Kantor Bnet
3 Hari Ke 5 2 orang Guru Kantor Bnet
Kerjasama antar SMK dan Industri harus dapat ditingkatkan, karena kebutuhan
terhadap tenaga kerja yang kompeten mutlak harus disiapkan sejak masa pendidikan
menengah. SMK didorong agar proaktif dalam menjalin kerjasama dengan Industri,
serta Industri dituntut untuk dapat membuka diri dan ikut serta membangun ekosistem
pendidikan vokasi. pemerintah saat ini sedang mengkaji kebijakan fiskal yang akan
diterapkan agar industri memiliki dorongan untuk dapat membantu SMK, baik dalam
sarana dan prasarana maupun kerjasama dalam bentuk lainnya.
Mini ISP
11
No Ruang Lingkup Pihak Sekolah Ruang Lingkup Pihak Bnet
12
Managed Service dan Project IT
13
BAB IV
MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
4.1 Media Pembelajaran
Media merupakan sarana untuk membantu dalam proses belajar mengajar
sehingga akan tercapai tingkat efisiensi dan efektifitas yang tinggi. Hal ini bertujuan
untuk menarik perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan. Media yang
digunakan dalam mata pelajaran produktif computer dan jaringan yaitu berupa
perangkat computer dan jaringan dengan perangkat penunjang lainnya.
BAB V
PENUTUP
Proposal Kompetensi Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan SMK ROSMA
KARAWANG yang telah tersusun ini akan menjadi acuan dalam perencanaan,
pelaksanan dan evaluasi pada paket keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. Dalam
kenyataan pelaksanaannya membutuhkan Kerjasama personil tim dalam urusan
kurikulum dan seluruh warga SMK ROSMA KARAWANG sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi (tupoksi) masing-masing maka mendukung kelancaran proses pembelajaran
serta tercapainya visi misi dan tujuan sekolah.
14
RINCIAN ANGGARAN BIAYA KEGIATAN TEACHING
FACTORY SMK ROSMA KARAWANG
15
KELAS INDUSTRI LITE BNET
Rp. 7.500.000/month
16
1. Rancangan Anggaran Biaya Pertahun Kelas Industry
Semester 1
Siswa Total
No Semester Bulan Bayar siswa Jumlah /Bulan
perkelas persemester
Semester 2
Siswa Total
No Semester Bulan Bayar siswa Jumlah /Bulan
perkelas persemester
17
No Tahun Semester Anggaran Pertahun
Note :
18
2. Rancangan Anggaran Biaya Pertahun Kelas Industry
Lite Bnet
Semester 1
Siswa Total
No Semester Bulan Bayar siswa Jumlah /Bulan
perkelas persemester
Semester 2
Siswa Total
No Semester Bulan Bayar siswa Jumlah /Bulan
perkelas persemester
19
No Tahun Semester Anggaran Pertahun
Note :
20