FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRISAKTI 2023 KASUS Pada awalnya, Bukalapak berhasil mengubah kerugian yang dialami pada Triwulan 1 2021 menjadi laba bersih pada periode Triwulan 1 2022. Menurut laporan keuangan perusahaan, Bukalapak berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp 14,55 triliun pada tanggal 31 Maret 2022. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, Bukalapak masih mengalami kerugian bersih sebesar Rp 323,25 miliar. Perubahan dari kerugian bersih menjadi laba bersih yang dialami oleh Bukalapak terjadi seiring dengan peningkatan laba usaha yang signifikan menjadi Rp 14,42 triliun pada Triwulan I 2022, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan kerugian usaha sebesar Rp 327,99 miliar. Permasalahan yang dihadapi Bukalapak memiliki kesamaan dengan situasi yang dialami oleh Garuda Indonesia, walaupun tidak identik. Bukalapak telah melakukan investasi di beberapa perusahaan, termasuk di bank (Bank Harda) dan PT Belajar Tumbuh Berbagi. Terdapat lima permasalahan utama yang menarik perhatian. Pertama, terdapat kesalahan dalam penyajian materi pada laporan interim per 30 September 2021. Kedua, terdapat potensi kesalahan dalam pencatatan akun/pos agar sesuai dengan PSAK 71. Ketiga, terdapat kekhawatiran terkait keterbukaan informasi yang disebabkan oleh kesalahan materi yang signifikan. Keempat, ada pertanyaan mengenai kecukupan kompetensi dalam bidang akuntansi dari pihak-pihak yang terlibat. Terakhir, terdapat peningkatan harga saham yang mencolok. Ada beberapa kesalahan dalam penyajian laporan keuangan terkait dengan nilai investasi di entitas anak, di mana satu juta dolar AS telah dicatat sebagai satu miliar dolar AS oleh manajemen. Selanjutnya, laporan keuangan kuartal 1 - 2022 juga diperiksa oleh BEI dua kali, yaitu pada tanggal 17 Mei 2022 dan 23 Mei 2022, karena laporan keuangan kuartal 1-2022 yang disampaikan oleh Bukalapak tidak melalui proses audit. Hal ini menimbulkan keanehan, di mana laba usaha yang sebelumnya mencatatkan kerugian hampir Rp 328 miliar pada 31 Desember 2021, tiba-tiba berubah menjadi laba sebesar Rp 14,4 triliun. Permasalahan berikutnya melibatkan kesalahan penyajian lainnya dalam laporan keuangan. Pada kuartal III tahun 2021, terdapat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan PT Bukalapak.com Tbk. Kesalahan tersebut terjadi pada nilai akuisisi PT Belajar Tumbuh Berbagi sebesar 1 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 14,3 triliun (berdasarkan kurs saat itu sebesar 14.341 per dollar AS). Seharusnya nilai akuisisi tersebut adalah 1 juta dollar AS atau setara dengan 14,36 miliar. BEI juga terus mengorek informasi yang dianggap tidak wajar dari BUKA. Pihak regulator mempertanyakan mengapa Bukalapak menampilkan laba dari nilai investasi sebagai bagian dari laba usaha, bukan setelah laba usaha, serta mengapa hal ini menjadi komponen laba (rugi) sebelum pajak, sementara Bukalapak seharusnya berfokus pada kegiatan operasional utama perusahaan, bukan mencari keuntungan melalui transaksi efek. Fairuza Ahmad Iqbal, sebagai Kepala Media & Komunikasi Bukalapak, mengakui kesalahan dalam pencatatan. Bukalapak juga memberikan klarifikasi mengenai kesalahan nilai akuisisi kepada BEI, menyatakan bahwa transaksi jual beli saham antara PT Kolaborasi Kreasi Investa (KKI) dan PT Bina Unggul Kencana (BUK) pada 4 November 2021, yang melibatkan pembelian 100% saham PT Belajar Tumbuh Berbagi sebanyak 11.340 saham, seharusnya bernilai 1 juta dollar AS, bukan 1 miliar dollar AS. Fairuz juga menyebutkan bahwa informasi tentang nilai jual beli saham telah dimasukkan dalam Addendum Atas Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat yang ditandatangani oleh KKI dan BUK pada 11 Januari 2022. Informasi lebih lanjut akan disampaikan dalam Laporan Keuangan Kuartal IV 2021. Berdasarkan keterbukaan informasi di BEI, tidak ada dampak terhadap operasional atau kelangsungan usaha perusahaan. Dari masalah tersebut, terlihat bahwa Bukalapak tidak mematuhi aturan dalam PSAK 1. PSAK 1 menetapkan bahwa laporan keuangan harus memenuhi standar tertentu untuk dibandingkan dengan laporan sebelumnya atau laporan dari perusahaan lain. Terjadi ketidakcocokan antara laporan keuangan pada 31 Desember 2021 dengan laporan pada kuartal I 2022. PSAK 1 juga mencatat bahwa laporan laba rugi harus mencakup semua pendapatan dan beban yang diakui dalam periode berjalan, kecuali ada standar atau interpretasi khusus yang menentangnya. Dalam kasus ini, Bukalapak menggabungkan semua pendapatan, termasuk pendapatan komprehensif, yang seharusnya disajikan sebagai laba dari nilai investasi, bukan sebagai bagian dari laba usaha atau sebelumnya. Poin-poin ini menunjukkan ketidaksesuaian dengan PSAK 1 yang mengatur dasar penyajian laporan keuangan yang wajar dan transparan. Kejadian ini menyoroti pentingnya penyusunan laporan keuangan sesuai dengan aturan yang berlaku. Laporan keuangan harus mencerminkan kondisi sebenarnya tanpa manipulasi atau penyajian yang tidak tepat. Laporan keuangan juga harus disusun secara jelas dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan untuk memastikan akuntabilitas kepada pemilik perusahaan. PEMBAHASAN
PT Bukalapak Tbk mengalami masalah terkait penyajian laporan keuangan terkait
nilai investasi di perusahaan anak yang seharusnya sebesar 1 juta dolar AS, namun dicatatkan sebagai 1 miliar dolar oleh manajemen. Akibatnya, perusahaan ini ditanyai oleh BEI karena laporan keuangannya pada kuartal pertama tahun 2022 tidak diaudit, sehingga terjadi ketidaksesuaian yang mencolok seperti laba usaha yang sebelumnya mengalami kerugian tiba-tiba berubah menjadi keuntungan pada 31 Desember 2021. Selain itu, terdapat juga masalah dalam penyajian laporan keuangan PT Bukalapak pada kuartal III tahun 2021. Dari perspektif PSAK 1, masalah ini mengindikasikan bahwa PT Bukalapak tidak mengikuti ketentuan dalam PSAK 1 yang bertujuan untuk menyajikan laporan keuangan yang dapat dibandingkan dengan laporan sebelumnya atau dari entitas lain. PSAK 1 juga mengklarifikasi bahwa dalam laporan laba rugi, perbedaan antara pendapatan dan beban tidak mencakup komponen pendapatan komprehensif lainnya. Selain itu, kepemilikan saham kurang dari 20% dalam pasar modal tidak memiliki dampak signifikan, karena perusahaan mengakui dan mencatat investasi tersebut sesuai dengan PSAK 71. Investasi tersebut diakui sebagai aset keuangan pada nilai wajar dengan perubahan melalui laporan laba rugi dan dipresentasikan sebagai aset jangka pendek sesuai dengan PSAK 1. Dalam konteks Bukalapak, terdapat informasi menarik pada laporan sementara per 31/03/2022, dimana "Hasil investasi yang belum dan telah terealisasi" mencapai Rp 15,49 triliun. Meskipun kesalahan dalam pencatatan nilai perolehan tidak berdampak pada laporan keuangan, namun memengaruhi catatan atas laporan keuangan konsolidasian tahun 2021, termasuk laporan akuntansi tahunan dan prinsip perhitungannya. CALK bertujuan untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dipersiapkan oleh manajemen perusahaan dapat dipertanggungjawabkan kepada pemiliknya. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa setiap perusahaan harus menyajikan laporan keuangannya sesuai dengan PSAK 1. Perusahaan harus menghadirkan dan melaporkan informasi dengan jujur, tanpa melakukan manipulasi atau penyajian yang berlebihan. Laporan keuangan juga harus dipresentasikan dengan cara yang wajar dan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Jika dihubungkan dengan Kerangka Konseptual Laporan Keuangan, terdapat beberapa pelanggaran yang terlihat dalam kasus Bukalapak: 1. Relevansi dan Kecocokan: Laporan keuangan Bukalapak tidak sepenuhnya relevan dan cocok dengan kebutuhan pengguna informasi. Terdapat kesalahan dalam penyajian laporan interim dan laporan keuangan kuartal, serta kesalahan dalam pencatatan nilai investasi yang signifikan, yang mengarah pada informasi yang tidak akurat. 2. Keterandalan dan Penyajian yang Wajar: Laporan keuangan tidak mengikuti prinsip keterandalan dan penyajian yang wajar. Kesalahan dalam pencatatan nilai investasi menyebabkan informasi yang tidak dapat diandalkan, serta tidak sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang mengatur penyajian informasi secara objektif dan netral. 3. Kesalahan dalam Pencatatan dan Pengukuran: Terdapat kesalahan dalam pencatatan nilai investasi di entitas anak, yang seharusnya disajikan sesuai dengan nilai sebenarnya dan diukur secara tepat sesuai PSAK yang berlaku. 4. Keterbukaan dan Transparansi: Laporan keuangan tidak mencerminkan tingkat keterbukaan dan transparansi yang diharapkan. Terdapat kekhawatiran terkait keterbukaan informasi akibat kesalahan materi yang signifikan, yang dapat mengurangi tingkat kepercayaan pemangku kepentingan terhadap informasi yang disajikan. 5. Komparabilitas dan Konsistensi: Laporan keuangan tidak mencapai tingkat komparabilitas dan konsistensi yang diharapkan. Terdapat perubahan signifikan dari kerugian bersih menjadi laba bersih tanpa penjelasan yang memadai, yang dapat mempersulit perbandingan dan analisis antara periode laporan yang berbeda.