Anda di halaman 1dari 3

TUGAS RUTIN 2

NAMA : CHINTYA EGLESYES


NIM : 4213131054
KELAS : PSPK 2021 B
MATA KULIAH : KIMIA FISIK LARUTAN
DOSEN PENGAMPU : Dr. AHMAD NASIR PULUNGAN M.Sc

Solubility
1. Suppose you are presented with a clear solution of sodium thiosulfate, Na2S2O3. How
could you determine whether the solution is unsaturated, saturated, or supersaturated?
2. Supersaturated solutions of most solids in water are prepared by cooling saturated
solutions. Supersaturated solutions of most gases in water are prepared by heating saturated
solutions. Explain the reasons for the difference in the two procedures.
3. 17. Suggest an explanation for the observations that ethanol, C2H5OH, is completely
miscible with water and that ethanethiol, C2H5SH, is soluble only to the extent of 1.5 g per
100 mL of water.

JAWABAN

1. Kita dapat menentukan apakah suatu larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) termasuk larutan
tak jenuh, jenuh, atau lewat jenuh dengan mengamati perilakunya dalam kondisi tertentu.
Langkah-langkahnya yaitu :

Solusi Tak Jenuh:


Jika larutan tidak jenuh berarti dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut (Na2S2O3) pada
suhu dan tekanan tertentu.
Untuk memeriksa ketidakjenuhan, kita dapat menambahkan sedikit natrium tiosulfat
(Na2S2O3) tambahan ke dalam larutan dan mengaduknya hingga merata. Jika zat terlarut
yang ditambahkan larut sempurna tanpa tersisa partikel yang tidak larut, maka larutan
tersebut tidak jenuh.

Solusi Jenuh:
Larutan jenuh adalah larutan dimana jumlah maksimum zat terlarut (Na2S2O3) telah
terlarut pada suhu dan tekanan tertentu.
Untuk menentukan apakah larutan sudah jenuh, kita dapat menambahkan sedikit zat
terlarut ke dalam larutan dan mengaduknya. Jika zat terlarut yang ditambahkan tidak larut
dan malah membentuk lapisan yang terlihat atau mengendap di dasar wadah, maka larutan
sudah jenuh.

Solusi lewat jenuh:


Larutan lewat jenuh mengandung lebih banyak zat terlarut (Na2S2O3) daripada yang
biasanya stabil pada suhu dan tekanan tertentu. Ia berada dalam keadaan metastabil dan
dapat mengkristal atau mengendap jika diganggu.
Untuk mengidentifikasi larutan lewat jenuh, amati apakah larutan tersebut tetap jernih dan
stabil seiring berjalannya waktu, meskipun secara teoritis larutan tersebut seharusnya
jenuh. Jika kita melihat kristalisasi atau pengendapan yang tiba-tiba (misalnya
pembentukan kristal padat) saat kita mengganggu larutan, kemungkinan besar larutan
tersebut jenuh.
Perlu kita ingat bahwa suatu larutan bersifat tak jenuh, jenuh, atau lewat jenuh bergantung
pada suhu dan konsentrasi awal zat terlarut. Jika suhu berubah atau lebih banyak zat terlarut
yang ditambahkan atau dihilangkan, keadaan jenuh larutan juga dapat berubah.

2. Perbedaan prosedur pembuatan larutan lewat jenuh padatan dalam air dibandingkan
dengan gas dalam air terutama disebabkan oleh termodinamika yang mendasarinya dan
sifat interaksi antara partikel zat terlarut (padatan atau gas) dan pelarut (air).
Untuk Padatan dalam Air (Supersaturasi dengan Pendinginan):

Termodinamika Pelarutan: Ketika padatan larut dalam cairan (seperti air), biasanya terjadi
proses eksotermik, yang berarti melepaskan panas. Saat Anda melarutkan zat padat dalam
air, partikel zat terlarut berinteraksi dengan molekul pelarut, membentuk gaya tarik-
menarik baru (seperti interaksi ion-dipol atau dipol-dipol) yang melepaskan energi dalam
bentuk panas.

Kelarutan dan Suhu: Secara umum, kelarutan sebagian besar padatan dalam air cenderung
meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Artinya lebih banyak zat terlarut yang dapat
larut dalam air panas dibandingkan dengan air dingin. Ketika larutan jenuh terbentuk pada
suhu tinggi dan kemudian didinginkan, kelarutan zat terlarut menurun. Akibatnya,
kelebihan zat terlarut yang dilarutkan pada suhu yang lebih tinggi tetap berada dalam
larutan, sehingga menghasilkan larutan lewat jenuh.

Untuk Gas dalam Air (Supersaturasi dengan Pemanasan):


Termodinamika Pelarutan: Melarutkan gas dalam cairan, seperti air, biasanya merupakan
proses endotermik, artinya ia menyerap panas. Ketika molekul gas larut dalam air, mereka
mengatasi gaya antarmolekul dan terlarut oleh molekul air. Proses ini memerlukan
masukan energi.

Kelarutan dan Suhu: Berbeda dengan padatan, kelarutan sebagian besar gas dalam air
menurun seiring dengan meningkatnya suhu. Artinya, lebih banyak gas yang dapat larut
dalam air dingin dibandingkan air panas. Ketika larutan jenuh suatu gas terbentuk pada
suhu rendah dan kemudian dipanaskan, kelarutan gas dalam air menurun seiring dengan
meningkatnya suhu. Hal ini menyebabkan gas keluar dari larutan, menyebabkan
terbentuknya gelembung dan terciptanya larutan lewat jenuh.

Singkatnya, perbedaan utama antara menyiapkan larutan jenuh padatan dan gas dalam air
terletak pada hubungan suhu-kelarutan. Untuk padatan, mendinginkan larutan jenuh akan
menurunkan kelarutan dan memungkinkan kelebihan zat terlarut tetap berada dalam
larutan. Untuk gas, memanaskan larutan jenuh akan menurunkan kelarutan dan
menyebabkan gas keluar dari larutan. Prosedur ini memanfaatkan termodinamika dan
perilaku kelarutan yang bergantung pada suhu dari masing-masing zat terlarut dalam air.

3. Perbedaan perilaku kelarutan antara etanol (C2H5OH) dan etanathiol (C2H5SH) dalam air
dapat dijelaskan oleh perbedaan struktur kimianya dan sifat gaya antarmolekul yang
terlibat.

1. Etanol (C2H5OH):
Etanol memiliki struktur molekul polar dengan gugus fungsi -OH (hidroksil). Atom
oksigen pada gugus -OH sangat elektronegatif dan mampu membentuk ikatan hidrogen
dengan molekul air.
Air adalah pelarut yang sangat polar yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
molekul polar seperti etanol. Ketika etanol dicampur dengan air, gugus -OH dalam etanol
dan air dapat terlibat dalam interaksi ikatan hidrogen.
Ikatan hidrogen antarmolekul yang kuat ini menghasilkan pencampuran sempurna antara
etanol dan air. Ikatan hidrogen antara molekul etanol dan air secara efektif mengatasi gaya
antarmolekul dalam zat murni, sehingga memungkinkan zat tersebut tercampur secara
seragam.

2. Etanetiol (C2H5SH):
Ethanethiol juga mengandung atom sulfur dan atom hidrogen tetapi tidak memiliki gugus
-OH yang sangat polar yang terdapat dalam etanol. Sebaliknya, ia memiliki gugus fungsi -
SH (tiol).
Meskipun belerang cukup elektronegatif, namun tidak elektronegatif seperti oksigen.
Akibatnya, gugus -SH pada etanathiol tidak seefektif gugus -OH dalam etanol.
Air adalah pelarut polar yang dapat mengikat hidrogen dengan molekul yang mengandung
gugus -OH, namun interaksinya kurang baik dengan molekul yang mengandung gugus -
SH karena kemampuan ikatan hidrogen yang lebih lemah.
Akibatnya, etanathiol kurang larut dalam air dibandingkan dengan etanol. Ia masih dapat
larut sampai batas tertentu karena lemahnya gaya dipol-dipol dan dispersi, tetapi
kelarutannya terbatas, sehingga etanathiol terlihat larut sebagian dalam air.
Singkatnya, perbedaan perilaku kelarutan etanol dan etanathiol dalam air terutama
disebabkan oleh adanya gugus -OH polar dalam etanol, yang memungkinkan interaksi
ikatan hidrogen yang kuat dengan molekul air. Sebaliknya, etanathiol tidak memiliki gugus
polar yang tinggi dan interaksinya dengan air lebih lemah, sehingga kelarutannya terbatas.

Anda mungkin juga menyukai