Anda di halaman 1dari 18

UJIAN TENGAH SEMESTER

MAKALAH MANAJEMEN LOGISTIK MEDIK DAN NON-


MEDIK RUMAH SAKIT

"Optimisasi Manajemen Logistik untuk Transportasi Medis


dan Non-Medis”

Dosen Pengampu: Safari Hasan,S.IP.,MMRS

Disusun oleh :

Muthia Fadillah Sudarsono


10822035

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS TEKNOLOGI MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2023/2024

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Optimisasi manajemen logistik untuk transportasi medis dan non-medis


merupakan elemen krusial dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan
kesehatan. Dengan populasi yang terus bertambah dan kompleksitas kebutuhan
kesehatan yang semakin meningkat, menjaga aliran yang lancar dan tepat waktu
dari barang-barang yang diperlukan adalah suatu keharusan. Inefisiensi dalam
manajemen logistik dapat menyebabkan keterlambatan dalam penyediaan obat-
obatan, peralatan medis, atau bahkan bahan-bahan penting seperti pakaian
pelindung bagi petugas kesehatan. Salah satu tantangan utama dalam
manajemen logistik untuk transportasi medis dan non-medis adalah jangkauan
geografis yang luas dan infrastruktur yang beragam. Di beberapa wilayah,
aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan mungkin terbatas, sementara di tempat
lain, jaringan transportasi yang baik mungkin telah tersedia. Hal ini menuntut
adanya strategi logistik yang dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lokal untuk
memastikan pengiriman yang efisien dan cepat.

Selain itu, aspek keamanan dan keselamatan juga menjadi perhatian


utama dalam transportasi barang-barang medis yang sering kali sensitif terhadap
kondisi lingkungan dan waktu. Ketidakstabilan politik, bencana alam, atau
bahkan gangguan teknis seperti kegagalan sistem komunikasi dapat
menghambat distribusi yang tepat waktu dan dapat mengancam ketersediaan
barang-barang penting bagi pasien. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi telah membuka peluang baru dalam meningkatkan manajemen
logistik untuk transportasi medis dan non-medis. Penggunaan sistem informasi
geografis (SIG) dapat membantu dalam perencanaan rute yang optimal,
pemantauan real-time, dan manajemen inventaris. Selain itu, integrasi teknologi
RFID (Radio Frequency Identification) dan IoT (Internet of Things)
memungkinkan pelacakan yang akurat dan transparan terhadap pergerakan

2
barang, sehingga meminimalkan risiko kehilangan atau kekurangan stok.
Dengan mengoptimalkan manajemen logistik, baik untuk transportasi medis
maupun non-medis, diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas layanan
kesehatan, mengurangi waktu tunggu pasien, serta mengurangi biaya
operasional bagi penyedia layanan kesehatan. Hal ini tidak hanya akan
memberikan manfaat bagi individu yang membutuhkan perawatan medis, tetapi
juga akan mendukung pembangunan infrastruktur kesehatan yang berkelanjutan
dan inklusif di seluruh dunia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi dalam


penyediaan obat-obatan dan peralatan medis melalui manajemen logistik yang
lebih baik?

2. Bagaimana mengatasi tantangan jangkauan geografis yang luas dan


infrastruktur yang beragam dalam transportasi medis dan non-medis?

3. Bagaimana meningkatkan keamanan dan keselamatan dalam transportasi


barang-barang medis yang sensitif terhadap kondisi lingkungan dan waktu?

4. Bagaimana mengintegrasikan teknologi informasi geografis (SIG), RFID, dan


IoT untuk meningkatkan pemantauan, manajemen inventaris, dan pelacakan
barang secara efektif?

5. Mengapa penting untuk mengukur dan mengevaluasi dampak dari optimisasi


manajemen logistik terhadap aksesibilitas layanan kesehatan, waktu tunggu
pasien, dan biaya operasional penyedia layanan kesehatan?

3
1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan Penulisan ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis strategi yang dapat diterapkan untuk


meningkatkan efisiensi dalam penyediaan obat-obatan dan peralatan medis
melalui manajemen logistik yang lebih baik.

2. Menemukan solusi untuk mengatasi tantangan jangkauan geografis yang luas


dan infrastruktur yang beragam dalam transportasi medis dan non-medis.

3. Mengembangkan metode untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan


dalam transportasi barang-barang medis yang sensitif terhadap kondisi
lingkungan dan waktu.

4. Merancang integrasi teknologi informasi geografis (SIG), RFID, dan IoT untuk
meningkatkan pemantauan, manajemen inventaris, dan pelacakan barang
secara efektif.

5. Menyajikan pentingnya mengukur dan mengevaluasi dampak dari optimisasi


manajemen logistik terhadap aksesibilitas layanan kesehatan, waktu tunggu
pasien, dan biaya operasional penyedia layanan kesehatan dalam meningkatkan
efektivitas dan kualitas layanan kesehatan secara keseluruhan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Strategi Meningkatkan Efisiensi Penyediaan Obat-obatan dan Peralatan


Medis melalui Manajemen Logistik yang Lebih Baik

2.1.1 Analisis Proses Logistik yang Ada

Analisis proses logistik yang ada adalah langkah penting dalam


meningkatkan efisiensi penyediaan obat-obatan dan peralatan medis. Langkah
pertama dalam analisis ini adalah mengidentifikasi dan memahami setiap
langkah dalam rantai pasok yang terlibat dalam pengadaan dan distribusi
barang-barang kesehatan. Selanjutnya, evaluasi dilakukan untuk
mengidentifikasi area-area di mana terjadi kelebihan, kekurangan, atau
penyimpangan dari proses yang diinginkan. Dari sini, perbaikan dan penyesuaian
dapat diusulkan, seperti pengoptimalan rute pengiriman, peningkatan koordinasi
antara penyedia layanan kesehatan dan pemasok, atau penerapan teknologi
untuk mempercepat proses pemantauan dan pembaruan inventaris. Dengan
melakukan analisis yang komprehensif dan proaktif terhadap proses logistik yang
ada, penyedia layanan kesehatan dapat mengidentifikasi peluang untuk
meningkatkan efisiensi dan ketepatan dalam penyediaan barang-barang
kesehatan yang diperlukan.

2.1.2 Pengembangan Sistem Pengadaan yang Lebih Efisien

Pengembangan sistem pengadaan yang lebih efisien merupakan langkah


krusial dalam meningkatkan efisiensi penyediaan obat-obatan dan peralatan
medis di sektor layanan kesehatan. Salah satu strategi utama adalah
memanfaatkan teknologi informasi untuk mempermudah proses pengadaan, dari
tahap pemesanan hingga pengiriman. Dengan menerapkan sistem otomatisasi
dan integrasi dengan pemasok, proses pengadaan dapat dipercepat dan
kesalahan manusia dapat dikurangi. Selain itu, analisis permintaan dan

5
penggunaan historis dapat memberikan pandangan yang jelas tentang
kebutuhan masa depan, memungkinkan pengoptimalan inventaris yang lebih
efektif. Kerjasama yang erat dengan pemasok dan produsen juga merupakan
faktor penting. Melalui kolaborasi ini, penyedia layanan kesehatan dapat
memperoleh harga yang lebih kompetitif dan jaminan ketersediaan barang yang
lebih baik. Dengan memperbaiki sistem pengadaan, penyedia layanan kesehatan
dapat menjamin pasokan obat-obatan dan peralatan medis yang tepat waktu dan
sesuai dengan kebutuhan, sehingga meningkatkan efisiensi operasional dan
kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan.

Integrasi teknologi informasi dalam proses pengadaan juga membuka


peluang untuk pemantauan yang lebih akurat dan transparan terhadap aliran
barang. Dengan data yang tersedia secara real-time, penyedia layanan
kesehatan dapat merespons dengan cepat terhadap perubahan permintaan atau
kondisi pasar, mengurangi risiko kekurangan stok atau kelebihan persediaan
yang tidak perlu. Selain itu, sistem pengadaan yang efisien juga berkontribusi
pada pengelolaan anggaran yang lebih baik. Dengan meminimalkan pemborosan
dan meningkatkan penggunaan sumber daya yang ada, penyedia layanan
kesehatan dapat mengalokasikan dana dengan lebih efektif untuk kebutuhan
lainnya, seperti pengembangan infrastruktur kesehatan atau peningkatan fasilitas
pelayanan. Secara keseluruhan, pengembangan sistem pengadaan yang lebih
efisien merupakan langkah strategis yang tidak hanya meningkatkan efisiensi
operasional, tetapi juga meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara
keseluruhan, memberikan manfaat yang signifikan bagi pasien dan penyedia
layanan kesehatan.

2.2 Penanganan Tantangan Jangkauan Geografis yang Luas dan


Infrastruktur yang Beragam dalam Transportasi Medis dan Non-Medis

Penanganan tantangan jangkauan geografis yang luas dan infrastruktur


yang beragam dalam transportasi medis dan non-medis merupakan aspek
penting dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan kesehatan.

6
dengan adanya perbedaan geografis dan infrastruktur yang beragam di setiap
wilayah, penyedia layanan kesehatan dihadapkan pada berbagai hambatan
dalam mengirimkan barang-barang medis dan non-medis ke tempat yang
membutuhkan Salah satu strategi yang dapat diterapkan untuk menangani
tantangan ini adalah dengan mengembangkan sistem pengiriman yang adaptif.
Hal ini mencakup identifikasi rute pengiriman alternatif yang efisien, terutama
untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau atau memiliki infrastruktur transportasi
yang terbatas. Penggunaan berbagai moda transportasi, seperti penggunaan
kendaraan darat, udara, atau bahkan transportasi air, dapat membantu dalam
menjangkau daerah-daerah terpencil atau yang sulit diakses.

Selain itu, penting untuk memperkuat kerjasama dengan pihak-pihak


terkait, termasuk pemerintah daerah, operator transportasi, dan lembaga
kesehatan setempat. Dengan adanya kolaborasi yang baik, penyedia layanan
kesehatan dapat memperoleh informasi tentang kondisi jalan, jadwal
transportasi, dan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi distribusi barang.
Kerjasama ini juga memungkinkan bagi penyedia layanan kesehatan untuk
mendapatkan dukungan dalam menangani hambatan-hambatan yang mungkin
timbul selama proses pengiriman. Penerapan teknologi informasi juga menjadi
kunci dalam menangani tantangan jangkauan geografis yang luas. Sistem
informasi geografis (SIG) dapat membantu dalam perencanaan rute yang optimal
berdasarkan kondisi geografis dan infrastruktur transportasi yang ada. Dengan
menggunakan SIG, penyedia layanan kesehatan dapat mengidentifikasi jalur-
jalur alternatif yang dapat menghemat waktu dan biaya dalam proses pengiriman.

Selain itu, integrasi teknologi seperti sensor dan pemantauan real-time


melalui Internet of Things (IoT) juga dapat membantu dalam memantau kondisi
barang selama transportasi. Sensor suhu dan kelembaban dapat memberikan
informasi yang akurat tentang kondisi lingkungan, yang sangat penting untuk
barang-barang medis yang sensitif terhadap perubahan suhu atau kelembaban.
Dengan pemantauan yang terus-menerus, penyedia layanan kesehatan dapat
mengidentifikasi potensi risiko dan mengambil tindakan pencegahan yang
diperlukan. Dalam mengatasi tantangan jangkauan geografis yang luas dan
infrastruktur yang beragam, penting untuk memiliki pendekatan yang holistik dan

7
terintegrasi. Kombinasi dari strategi pengiriman yang adaptif, kerjasama yang
kuat dengan pihak terkait, dan pemanfaatan teknologi informasi dapat membantu
penyedia layanan kesehatan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada,
sehingga memastikan pengiriman barang-barang kesehatan yang tepat waktu
dan sesuai dengan kebutuhan di seluruh wilayah. Dengan demikian, upaya ini
akan meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan dan membantu dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

2.3 Peningkatan Keamanan dan Keselamatan dalam Transportasi Barang-


barang Medis yang Sensitif

Peningkatan keamanan dan keselamatan dalam transportasi barang-


barang medis yang sensitif menjadi kunci dalam menjaga integritas dan kualitas
produk serta memberikan perlindungan terhadap pasien yang menerima layanan
kesehatan. Dalam konteks ini, barang-barang medis yang sensitif termasuk obat-
obatan, alat medis, bahan kimia, dan sampel laboratorium yang memerlukan
perlakuan khusus selama transportasi untuk memastikan bahwa mereka tetap
aman, efektif, dan tidak terkontaminasi. Salah satu aspek penting dalam
meningkatkan keamanan dan keselamatan adalah penerapan standar
operasional prosedur (SOP) yang ketat. SOP ini mencakup langkah-langkah
untuk menangani, mengemas, dan mengirim barang-barang medis dengan benar
sesuai dengan persyaratan regulasi dan industri. Pelatihan yang teratur bagi
personel yang terlibat dalam proses transportasi juga diperlukan untuk
memastikan bahwa mereka memahami protokol keamanan dan keselamatan
yang berlaku.

Selain itu, pemilihan metode pengemasan yang sesuai juga sangat penting.
Barang-barang medis yang sensitif harus dikemas dengan material yang sesuai,
seperti kemasan isolasi termal untuk barang-barang yang memerlukan suhu
kontrol, atau kemasan khusus untuk barang-barang yang mudah pecah atau
berpotensi bocor. Pemilihan kemasan yang tepat akan membantu melindungi
barang dari kerusakan atau kontaminasi selama transportasi. Integrasi teknologi
juga dapat meningkatkan keamanan dan keselamatan dalam transportasi

8
barang-barang medis. Penggunaan teknologi RFID (Radio Frequency
Identification) dapat membantu dalam pelacakan real-time terhadap pergerakan
barang, sehingga memungkinkan pengawasan yang lebih ketat terhadap lokasi
dan kondisi barang selama transit. Sensor suhu dan kelembaban juga dapat
dipasang pada kemasan untuk memantau kondisi lingkungan selama
transportasi, sehingga memungkinkan deteksi dini terhadap perubahan suhu
atau kelembaban yang dapat membahayakan barang.

Ketidakstabilan politik atau kondisi lingkungan yang ekstrem juga


merupakan faktor risiko dalam transportasi barang-barang medis. Oleh karena
itu, perencanaan risiko yang matang harus dilakukan sebelum setiap pengiriman.
Ini termasuk identifikasi potensi risiko, seperti konflik bersenjata atau bencana
alam, dan pengembangan strategi untuk mengatasi risiko tersebut. Misalnya,
penggunaan rute alternatif atau kerjasama dengan penyedia layanan keamanan
dapat membantu mengurangi risiko kehilangan atau kerusakan barang selama
transportasi. Selain itu, penting untuk menjaga integritas dan keamanan data
selama transportasi barang-barang medis. Informasi sensitif, seperti data pasien
atau informasi klinis, harus dilindungi dari akses yang tidak sah selama transit.
Penggunaan teknologi enkripsi atau jaringan aman dapat membantu mencegah
pencurian data atau pelanggaran privasi selama transportasi.

Dengan mengimplementasikan strategi yang tepat, penyedia layanan


kesehatan dapat meningkatkan keamanan dan keselamatan dalam transportasi
barang-barang medis yang sensitif. Hal ini tidak hanya akan melindungi produk
dan pasien, tetapi juga akan memastikan kelancaran operasi layanan kesehatan
secara keseluruhan. Dengan demikian, investasi dalam sistem keamanan dan
keselamatan yang efektif akan membawa manfaat jangka panjang bagi
organisasi kesehatan dan masyarakat secara keseluruhan.

9
2.4 Integrasi Teknologi Informasi Geografis (SIG), RFID, dan IoT untuk
Pemantauan dan Manajemen Inventaris

2.4.1 Integrasi Teknologi Informasi Geografis (SIG) dalam Pemantauan dan


Manajemen Inventaris

Integrasi Teknologi Informasi Geografis (SIG) adalah teknologi yang


memungkinkan penggunaan data geografis untuk memetakan, menganalisis,
dan memahami pola-pola spasial dalam konteks tertentu. Dalam konteks
transportasi barang-barang medis, SIG dapat digunakan untuk memahami
kondisi geografis suatu wilayah, merencanakan rute pengiriman yang optimal,
serta mengidentifikasi area-area yang memerlukan perhatian khusus dalam
rantai pasok. Salah satu manfaat utama SIG adalah kemampuannya untuk
memetakan lokasi barang secara akurat. Dengan menggunakan peta digital yang
terintegrasi dengan data geografis, penyedia layanan kesehatan dapat melacak
posisi setiap barang medis dalam rantai pasok secara real-time. Hal ini
memungkinkan pengawasan yang lebih baik terhadap pergerakan barang dari
gudang pusat distribusi hingga ke lokasi tujuan akhir. Dengan demikian, pihak
terkait dapat mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang mungkin timbul
selama pengiriman, seperti keterlambatan atau kehilangan barang.

Selain itu, SIG juga dapat digunakan untuk merencanakan rute pengiriman
yang optimal berdasarkan kondisi geografis dan infrastruktur transportasi yang
ada. Dengan menganalisis data geografis seperti jalan, jalur kereta api, atau jalur
penerbangan, penyedia layanan kesehatan dapat memilih rute yang paling
efisien dan efektif dalam mengirimkan barang-barang medis ke lokasi tujuan.
Penggunaan rute yang optimal akan membantu mengurangi waktu dan biaya
pengiriman, serta meminimalkan risiko terjadinya keterlambatan atau kerusakan
barang.

Selain itu, SIG dapat membantu dalam mengidentifikasi area-area yang


memerlukan perhatian khusus dalam rantai pasok. Misalnya, SIG dapat
digunakan untuk memetakan lokasi fasilitas kesehatan atau pusat distribusi
utama, serta menganalisis pola-pola permintaan dan penggunaan barang di

10
setiap wilayah. Dengan memahami kondisi geografis dan kebutuhan lokal,
penyedia layanan kesehatan dapat mengalokasikan sumber daya dengan lebih
efisien, serta merencanakan strategi distribusi yang lebih adaptif dan responsif
terhadap perubahan permintaan.

Dalam konteks manajemen inventaris, SIG juga dapat digunakan untuk


memantau stok barang secara real-time. Dengan menggunakan sistem informasi
geografis yang terintegrasi dengan sistem manajemen inventaris, penyedia
layanan kesehatan dapat melacak jumlah barang yang tersedia di setiap lokasi
penyimpanan, serta mengidentifikasi area-area yang memerlukan restok lebih
lanjut. Dengan memantau inventaris secara terus-menerus, penyedia layanan
kesehatan dapat mengoptimalkan pengelolaan stok, menghindari kekurangan
atau kelebihan persediaan, serta meningkatkan efisiensi dalam pengadaan dan
distribusi barang-barang medis. Secara keseluruhan, integrasi Teknologi
Informasi Geografis (SIG) dalam pemantauan dan manajemen inventaris
merupakan langkah penting dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas
operasional dalam distribusi barang-barang medis. Dengan memanfaatkan SIG,
penyedia layanan kesehatan dapat memetakan lokasi barang secara akurat,
merencanakan rute pengiriman yang optimal, mengidentifikasi area-area yang
memerlukan perhatian khusus, serta memantau inventaris secara real-time. Hal
ini akan membantu meningkatkan kualitas layanan kesehatan, mempercepat
respon terhadap permintaan, serta mengoptimalkan penggunaan sumber daya
secara keseluruhan.

2.4.2 Pemanfaatan RFID dan IoT untuk Pemantauan dan Manajemen Inventaris

Pemanfaatan Radio Frequency Identification (RFID) dan Internet of Things


(IoT) untuk pemantauan dan manajemen inventaris telah menjadi poin kunci
dalam meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam rantai pasok barang-barang
medis. RFID adalah teknologi yang memungkinkan identifikasi dan pelacakan
objek melalui gelombang radio, sementara IoT adalah konsep di mana perangkat
elektronik terhubung ke internet dan berkomunikasi satu sama lain. Salah satu
keuntungan utama dari pemanfaatan RFID adalah kemampuannya untuk
memberikan identifikasi unik pada setiap barang secara elektronik. Setiap item

11
medis dapat dilengkapi dengan tag RFID yang menyimpan informasi penting
seperti nomor seri, tanggal kedaluwarsa, atau informasi penggunaan. Dengan
demikian, setiap barang dapat dilacak secara individu selama perjalanan melalui
rantai pasok, mulai dari gudang pusat distribusi hingga ke lokasi penggunaan
akhir.

Teknologi RFID juga memungkinkan pelacakan real-time terhadap


pergerakan barang, yang memungkinkan pemantauan yang lebih akurat
terhadap lokasi dan status setiap item. Hal ini memungkinkan penyedia layanan
kesehatan untuk memantau aliran barang secara langsung dan merespons
dengan cepat terhadap perubahan kondisi atau kebutuhan. Misalnya, jika terjadi
keterlambatan dalam pengiriman atau jika ada barang yang hilang, pihak terkait
dapat dengan cepat mengidentifikasi masalah tersebut dan mengambil tindakan
yang diperlukan. Selain RFID, Internet of Things (IoT) juga memainkan peran
penting dalam pemantauan dan manajemen inventaris barang-barang medis. IoT
memungkinkan integrasi sensor pada kemasan barang untuk memantau kondisi
lingkungan selama transportasi. Sensor suhu dan kelembaban dapat dipasang
pada kemasan untuk memastikan bahwa barang-barang medis yang sensitif
terhadap perubahan lingkungan tetap terjaga dalam kondisi yang optimal selama
transit. Selain itu, sensor lain seperti sensor getaran atau tekanan juga dapat
dipasang untuk mendeteksi manipulasi atau kerusakan pada barang selama
pengiriman.

Integrasi antara RFID dan IoT memungkinkan pengumpulan data yang


lebih komprehensif tentang pergerakan dan kondisi barang selama transit. Data
ini dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut tentang kinerja rantai pasok,
seperti waktu tempuh rata-rata, frekuensi keterlambatan, atau tingkat
keberhasilan pengiriman. Dengan memahami pola-pola ini, penyedia layanan
kesehatan dapat mengidentifikasi area-area yang memerlukan perhatian khusus
dan merencanakan strategi untuk meningkatkan efisiensi dan keandalan
operasional.
Selain manfaat dalam pemantauan, pemanfaatan RFID dan IoT juga
memberikan kontribusi yang signifikan dalam manajemen inventaris. Data yang
dikumpulkan melalui teknologi ini dapat digunakan untuk melacak jumlah stok

12
barang yang tersedia di setiap lokasi penyimpanan, serta memprediksi
kebutuhan inventaris di masa mendatang. Dengan memantau inventaris secara
real-time dan menggunakan analisis data yang tepat, penyedia layanan
kesehatan dapat mengoptimalkan pengelolaan stok, menghindari kekurangan
atau kelebihan persediaan, dan meningkatkan efisiensi dalam pengadaan dan
distribusi barang-barang medis.

Secara keseluruhan, pemanfaatan RFID dan IoT untuk pemantauan dan


manajemen inventaris merupakan langkah penting dalam meningkatkan efisiensi,
keakuratan, dan keandalan dalam rantai pasok barang-barang medis. Dengan
memanfaatkan teknologi ini secara efektif, penyedia layanan kesehatan dapat
meningkatkan kualitas layanan, mengoptimalkan penggunaan sumber daya, dan
mengurangi risiko terjadinya keterlambatan atau kekurangan stok barang.

2.5 Pentingnya Pengukuran dan Evaluasi Dampak Optimisasi Manajemen


Logistik

Pengukuran dan evaluasi dampak optimisasi manajemen logistik


merupakan langkah penting dalam memahami efektivitas perubahan yang
dilakukan dalam sistem logistik kesehatan. Ini adalah tahap kritis dalam siklus
perbaikan berkelanjutan, yang memungkinkan penyedia layanan kesehatan
untuk mengevaluasi kinerja mereka, mengidentifikasi area-area yang perlu
diperbaiki, dan membuat keputusan strategis berdasarkan data yang terukur.

Salah satu alasan utama mengapa pengukuran dan evaluasi dampak


sangat penting adalah untuk memastikan bahwa investasi dan upaya yang
dilakukan dalam optimisasi manajemen logistik menghasilkan hasil yang
diinginkan. Dengan memiliki metrik yang jelas dan terukur, penyedia layanan
kesehatan dapat menilai apakah perubahan yang dilakukan telah membawa
perbaikan yang signifikan dalam efisiensi, efektivitas, dan kualitas layanan
kesehatan secara keseluruhan. Misalnya, dengan mengukur waktu tunggu
pasien untuk menerima perawatan atau frekuensi keterlambatan dalam
pengiriman barang-barang medis, penyedia layanan kesehatan dapat

13
menentukan apakah langkah-langkah yang diambil telah berhasil mengurangi
waktu tunggu atau meningkatkan ketepatan pengiriman. Selain itu, pengukuran
dan evaluasi dampak juga penting untuk mengidentifikasi area-area yang perlu
diperbaiki atau dioptimalkan lebih lanjut. Dengan menganalisis data yang
terkumpul, penyedia layanan kesehatan dapat mengidentifikasi titik-titik lemah
dalam sistem logistik mereka, seperti area dengan tingkat keterlambatan yang
tinggi atau masalah dalam manajemen inventaris. Hal ini memungkinkan mereka
untuk membuat perubahan yang diperlukan dalam proses atau kebijakan
mereka, serta mengalokasikan sumber daya dengan lebih efektif untuk
meningkatkan kinerja keseluruhan sistem.

Selain itu, pengukuran dan evaluasi dampak juga memberikan dasar yang
kuat untuk pengambilan keputusan strategis yang lebih baik. Dengan memiliki
data yang terukur tentang kinerja sistem logistik mereka, penyedia layanan
kesehatan dapat membuat keputusan tentang alokasi sumber daya, investasi
dalam teknologi baru, atau pengembangan strategi baru untuk meningkatkan
kinerja sistem. Misalnya, jika pengukuran menunjukkan bahwa penggunaan
teknologi RFID telah berhasil meningkatkan akurasi inventaris dan mengurangi
waktu tunggu pasien, penyedia layanan kesehatan dapat memutuskan untuk
meluaskan penggunaan teknologi ini ke area lain atau menginvestasikan lebih
banyak sumber daya dalam pengembangan solusi berbasis teknologi. Selain itu,
pengukuran dan evaluasi dampak juga merupakan alat yang penting dalam
memvalidasi investasi dan upaya yang dilakukan dalam optimisasi manajemen
logistik kepada pemangku kepentingan eksternal, seperti pemerintah, donatur,
atau masyarakat umum. Dengan memiliki data yang terukur tentang keberhasilan
perubahan yang dilakukan, penyedia layanan kesehatan dapat menunjukkan
bukti konkret tentang dampak positif yang telah dicapai dan mengkomunikasikan
kesuksesan mereka dengan lebih efektif kepada pihak yang berkepentingan.

Dalam keseluruhan, pentingnya pengukuran dan evaluasi dampak


optimisasi manajemen logistik tidak dapat diabaikan. Ini adalah langkah kritis
dalam meningkatkan kinerja sistem logistik kesehatan, memastikan investasi
yang efektif dalam perubahan proses, serta memberikan dasar yang kuat untuk
pengambilan keputusan strategis yang lebih baik. Dengan memiliki metrik yang

14
jelas dan terukur, penyedia layanan kesehatan dapat mengukur keberhasilan
mereka, mengidentifikasi area-area yang perlu diperbaiki, dan membuat
keputusan yang didukung oleh bukti-bukti yang kuat.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam mengoptimalkan manajemen logistik untuk transportasi medis dan


non-medis, langkah-langkah strategis seperti identifikasi rute pengiriman
alternatif, penguatan kerjasama dengan pihak terkait, dan penerapan teknologi
informasi menjadi kunci utama. Dengan implementasi strategi ini, penyedia
layanan kesehatan dapat mengatasi tantangan jangkauan geografis yang luas
dan infrastruktur transportasi yang beragam, meningkatkan aksesibilitas layanan
kesehatan, serta memastikan pengiriman barang-barang kesehatan yang tepat
waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, kesimpulan dari upaya
ini adalah bahwa optimisasi manajemen logistik adalah elemen krusial dalam
meningkatkan kinerja sistem kesehatan secara keseluruhan.

3.2 Saran

Untuk lebih meningkatkan manajemen logistik dalam transportasi medis dan non-
medis, beberapa saran dapat dipertimbangkan:

1. Melakukan evaluasi mendalam terhadap infrastruktur transportasi yang ada


dan mengidentifikasi rute pengiriman alternatif yang lebih efisien untuk daerah-
daerah terpencil atau sulit dijangkau.
2. Mengintensifkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti pemerintah
daerah, operator transportasi, dan lembaga kesehatan setempat untuk
mendukung pengiriman barang-barang kesehatan secara lebih efektif.
3. Menerapkan teknologi informasi seperti sistem informasi geografis (SIG) dan
pemantauan real-time melalui Internet of Things (IoT) untuk memperkuat
pemetaan rute pengiriman dan pemantauan kondisi barang selama transit.
4. Melakukan pelatihan reguler bagi personel yang terlibat dalam proses
transportasi untuk meningkatkan pemahaman tentang protokol keamanan,
penggunaan teknologi, dan manajemen risiko.

16
5. Melakukan evaluasi terus-menerus terhadap kinerja sistem logistik untuk
mengidentifikasi peluang perbaikan dan memastikan pencapaian tujuan yang
ditetapkan dalam pengiriman barang-barang medis dan non-medis.

17
DAFTAR PUSTAKA

Malinggas, Novianne ER. "Analisis Manajemen Logistik Obat di Instalasi Farmasi


Rumah Sakit Umum Daerah DR Sam Ratulangi Tondano." Jikmu 5.5 (2015).

Rahmatullah, Madani, Abdul Mahsyar, dan Samsir Rahim. "Manajemen logistik


non medis di rumah sakit umum daerah salewangan maros." Kajian Ilmiah
Mahasiswa Administrasi Publik (KIMAP) 1.3 (2020): 834-847.

Afiya, Naela, Yulian Wahyu Permadi, dan Wulan Agustin Ningrum. "Analisis
Pengelolaan Manajemen Logistik Obat Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Qim
Batang Tahun 2021." Jurnal Ilmiah Jophus: Journal of Pharmacy UMUS 3.02
(2022): 138-145.

Lestari, Elisa Sri Puji, Indira Chotimah, dan Siti Khodijah Parinduri. "ANALISIS
MANAJEMEN LOGISTIK BAGIAN PENGADAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH
SAKIT ISLAM BOGOR TAHUN 2019." PROMOTOR 4.2 (2021): 106-103.

Astiena, Adila Kasni, dan Rika Ampuh Hadiguna. "MANAJEMEN LOGISTIK


FARMASI DI INSTITUSI PELAYANAN KESEHATAN." Uwais Inspirasi Indonesia
(2024).

Karmawan, Budi. "Penyusunan Rencana Strategis Rumah Sakit Pertamina Jaya


Tahun 2017-2022." Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia 2.2 (2018).

Nur Rochim, Zahrul Jannah, dan Irwan Endrayanto. "Model masalah


penjadwalan transporterpasien dengan pendekatan Dial-A-Ride Problem
(DARP)." Pythagoras 16.1 (2021).

Rizaldy, Moch Fahmy Rizki, Imron Zainuddin Lapi, Muhammad Adam Akbar, dan
Parama Diptya Widayaka. "Inventarisasi Peminjaman Buku Secara Otomatis
Pada Perpustakaan Menggunakan RFID Berbasis IOT Via Telegram." JIPI
(Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi) 8.1 (2023): 1-16.

18

Anda mungkin juga menyukai