PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa
masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini dikembangkan berdasarkan
budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan di masa yang akan datang. Mempersiapkan peserta
didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum. Hal ini
mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk
mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa.
Kurikulum perlu dikembangkan dan dapat memberikan pengalaman
belajar dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan.
Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu
pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan
ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi
pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan akan
memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
PJOK merupakan mata pelajaran di dalam struktur kurikulum SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Mata pelajaran PJOK di dalam kerangka
Kurikulum penyederhanaan diintegrasikan dengan pengembangan budaya lokal.
Hal ini berarti budaya lokal yang berkaitan dengan konteks gerak dapat
dimasukkan ke dalam lingkup materi mata pelajaran PJOK.
PJOK pada penjelasan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal
37 UU dituliskan, bahwa bahan kajian pendidikan jasmani, dan olahraga
dimaksudkan untuk membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan
rohani, dan menumbuhkan rasa sportivitas. PJOK ditekankan untuk mendorong
pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan
dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap mental, emosional, sportivitas,
spiritual, dan sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang
seimbang. Selain tujuan utama tersebut dimungkinkan adanya tujuan pengiring,
tetapi porsinya tidak dominan.
Sesuai dengan penjelasan tersebut William H Freeman (2007:27-28)
menyatakan bahwa pendidikan jasmani menggunakan aktivitas jasmani untuk
B. Tujuan
Pengembangan panduan ini bertujuan untuk memberikan inspirasi guru dalam
melakukan pengelolaan dan penyelenggaraan pembelajaran PJOK dalam:
1. Memahami dan mampu mempraktikkan konsep Pendidikan Jasmani.
2. Memahami dan mampu mengimplementasikan konsep Kurikulum
penyederhanaan.
3. Memahami dan mampu mengembangkan alur tujuan pembelajaran pada
fase setiap jenjang pendidikan.
4. Memahami lingkup materi pembelajaran di setiap jenjang pendidikan.
5. Memahami dan mampu mengelola kegiatan belajar mengajar yang memuat
pengembangan profil pelajar Pancasila, keterampilan, dan pengetahuan.
6. Mengintegrasikan muatan lokal ke mata pelajaran pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan.
C. Ruang Lingkup
Buku ini memuat empat Bab yang saling berkaitan, yakni:
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan.
Bab III : Profil Pelajar Pancasila, Capaian Pembelajaran, dan Alur Tujuan
Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.
Bab IV : Pemetaan Learning Progression pada Elemen Capaian
Pembelajaran Fase D (Jenjang SMP/M.Ts Kelas VII).
D. Sasaran
Sasaran dari pengembangan alur tujuan pembelajaran ini adalah:
1. Guru mata pelajaran PJOK pada satuan pendidikan SMP/M.Ts.
2. Kepala Sekolah.
A. Rasional
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun
2019-2024 salah satu visi Pemerintah Republik Indonesia berfokus pada
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan manajemen talenta. Visi ini berkesesuaian dengan kesiapsiagaan
insan pendidikan nasional dalam menghadapi tantangan global Abad ke-21,
dimana sudah tidak ada lagi sekat-sekat antar negara diberbagai bidang
kehidupan. Risiko dari kondisi ini adalah perlu dipersiapkan peserta didik yang
memiliki daya saing untuk menghadapinya.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan cara utama untuk
mewujudkan hal tersebut. Layanan pendidikan diselenggarakan dalam rangka
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar senyaman mungkin
dalam suasana bahagia, menanantang, bermakna, namun menyenangkan dan
tanpa adanya rasa tertekan.
Kondisi ini yang memungkinkan peserta didik dapat belajar untuk
mendapatkan kecakapan umum (general capabilities) berupa kemampuan
berpikir ke tingkat yang lebih tinggi atau higher order thinking skills (HOTS),
kemampuan berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity), kolabaratif
(coolaborative), dan memiliki keterampilan berkomunikasi (communication
skills) atau yang biasa dikenal sebagai 4 C, pelajar yang berkarakter baik, dan
terliterasi. Kemampuan penguasaan pengetahuan dan keterampilan pada setiap
mata pelajaran sebagai area pembelajaran (learning area) juga akan terfasilitasi
dengan baik.
Kondisi saat ini yang terjadi adalah tersedianya berbagai kemudahan akses
dan layanan berbagai kebutuhan kehidupan, sehingga selain berdampak positif
pada sisi tertentu juga adanya risiko negatif pada sisi lain. Anak-anak yang
malas bergerak dan melakukan aktivitas jasmani merupakan salah satu contoh
sisi negatif ini. Padahal disadari bahwa kekurangan gerak dan aktivitas jasmani
(tuna gerak) berakibat munculnya penyakit degeneratif pada tubuh yang pada
akhirnya mengurangi produktivitas dan daya saing seseorang.
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (PJOK) merupakan bagian
integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Sebagai sebuah mata
pelajaran di sekolah, PJOK menjamin tersedianya aktivitas jasmani bagi peserta
didik. Pelaksanaan PJOK bukan hanya merupakan aktivitas jasmani dan
bertujuan untuk itu saja, akan tetapi untuk mengembangkan seluruh potensi
peserta didik secara utuh melalui aktivitas jasmani.
Hal krusial dan mendasar dalam menyelenggarakan pembelajaran PJOK
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi mata pelajaran PJOK SMP/M.Ts berdasarkan elemen-
elemen adalah sebagai berikut:
Rencana Pembelajaran PJOK Jenjang SMP/M.Ts Fase D Kelas VII 5
1. Elemen Keterampilan Gerak
Elemen ini berupa kekhasan dari pembelajaran PJOK yang merupakan
proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, terdiri dari sub
elemen: 1) Aktivitas Pola Gerak Dasar, 2) Aktivitas Senam, 3) Aktivitas
Gerak Berirama, 4) Aktivitas Pilihan Permainan dan Olahraga sederhana
dan/atau tradisional, serta 5) Aktivitas Permainan dan aktivitas olahraga air
(kondisional).
2. Elemen Pengetahuan Gerak
Elemen ini berupa penerapan pengetahuan (konsep, prinsip, prosedur,
taktik, dan strategi) sebagai landasan dalam melakukan keterampilan gerak,
kinerja, dan budaya hidup aktif pada setiap sub elemen: 1) Aktivitas Pola
Gerak Dasar, 2) Aktivitas Senam, 3) Aktivitas Gerak Berirama, 4) Aktivitas
Pilihan Permainan dan Olahraga sederhana dan/ atau tradisional, serta 5)
Aktivitas Permainan dan aktivitas olahraga air (kondisional)
3. Elemen Pemanfaatan Gerak
Elemen ini berupa pemanfaatan gerak di dalam kehidupan sehari-hari yang
terdiri dari sub elemen: 1) Aktivitas Kebugaran Jasmani untuk Kesehatan,
dan 2) Pola Hidup Sehat.
4. Elemen Pengembangan Karakter dan Internalisasi Nilai-Nilai Gerak
Elemen ini berupa pengembangan karakter secara gradual yang dirancang
melalui berbagai aktivitas jasmani, terdiri dari: 1) Pengembangan Tanggung
Jawab Personal (jujur, disiplin, patuh dan taat pada aturan, menghormati diri
sendiri, dll.) dan 2) Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (kerja sama,
toleran, peduli, empati, menghormati orang lain, gotong-royong, dan lain-
lain).
Istilah “Pelajar” atau learner digunakan dalam penamaan profil ini merupakan
representasi seluruh individu yang belajar. Istilah ini lebih inklusif daripada
“Peserta didik” ataupun “Peserta Didik” yang hanya mewakili individu yang
tengah menempuh program pendidikan yang terorganisir. Menjadi pelajar
sepanjang hayat (lifelong learner) adalah salah satu atribut yang dinyatakan
dalam Profil Pelajar Pancasila, sehingga harapannya meskipun sudah tidak
menjadi peserta didik lagi, sudah menamatkan pendidikannya, seseorang dapat
senantiasa menjadi pelajar.
Profil ini juga tidak menggunakan istilah “Profil Lulusan” (graduate
profile). Selain karena seorang pelajar sepanjang hayat tidak mengenal akhir
atau ujung dari proses belajar, profil lulusan memberi kesan bahwa karakter
serta kemampuan yang dituju baru akan dicapai saat seseorang lulus.
Dengan demikian, Profil Pelajar Pancasila adalah karakter dan
kemampuan yang sehari-hari dibangun dan dihidupkan dalam diri setiap
individu pelajar. Karakter dan kemampuan ini adalah perwujudan dari nilai-nilai
Pancasila. Dengan adanya Profil Pelajar Pancasila, sistem pendidikan nasional
menempatkan Pancasila tidak saja sebagai dasar, tetapi juga ditempatkan sebagai
tujuan yang utama. Dalam kerangka kurikulum, misalnya, Profil ini berada di
paling atas, menjadi luaran (learning outcomes) yang dicapai melalui berbagai
program dan kegiatan pembelajaran.
Profil Pelajar Pancasila, yaitu tujuan besar (atau bahkan misi) yang ingin
diwujudkan melalui sistem pendidikan. Profil lulusan, dalam konteks ini adalah
Profil Pelajar Pancasila, merupakan jawaban dari pertanyaan penting: “karakter
serta kemampuan esensial apa yang perlu dipelajari dan dikembangkan terus-
menerus oleh setiap individu warga negara Indonesia, sejak pendidikan anak
usia dini hingga mereka menamatkan sekolah menengah atas?” Kemampuan
esensial yang dimaksud adalah kemampuan yang tidak lagi melekat pada mata
pelajaran, yang bertahan lama (dibandingkan pengetahuan yang diingat) bahkan
hingga individu sudah bertahun-tahun menyelesaikan sekolah (Posner, 2004).
Jawaban untuk pertanyaan tersebut adalah rangkaian kemampuan yang
lintas batas ruang lingkup disiplin ilmu (transversal skills). Sebagian pihak
menyebutnya sebagai kompetensi atau keterampilan umum (general skills atau
Gambar 3.1.
Keterkaitan antar empat komponen budaya sekolah, pembelajaran intra
kurikuler, ko-kurikuler maupun ektra kurikuler
Keterangan:
Untuk mengetahui indikator alur perkembangan setiap dimensi profil
pelajar pancasila pada semua fase, guru dapat mempelajari dokumen
profil pelajar Pancasila.
Tabel 3.1
Indikator Alur Perkembangan Dimensi Mandiri dan Gotong Royong
pada Fase E
Dimensi Mandiri
Elemen Kolaborasi
Kerja sama Menyelaraskan tindakan sendiri dengan tindakan
orang lain untuk melaksanakan kegiatan dan
mencapai tujuan kelompok di lingkungan sekitar,
serta memberi semangat kepada orang lain untuk
bekerja efektif dan mencapai tujuan bersama.
Komunikasi untuk Memahami informasi, gagasan, emosi, keterampilan
mencapai tujuan dan keprihatinan yang diungkap-kan oleh orang lain
bersama menggunakan berbagai simbol dan media secara
efektif, serta memanfaatkannya untuk meningkatkan
kualitas hubungan interpersonal guna mencapai
tujuan bersama.
Saling ketergantung- Mendemonstrasikan kegiatan kelompok yang
an positif menunjukkan bahwa anggota kelompok dengan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing perlu
dan dapat saling membantu memenuhi kebutuhan.
Koordinasi sosial Membagi peran dan menyelaraskan tindakan dalam
kelompok serta menjaga tindakan agar selaras untuk
mencapai tujuan bersama.
Elemen Kepedulian
Tanggap terhadap Tanggap terhadap lingkungan sosial sesuai dengan
lingkungan sosial tuntutan peran sosialnya dan berkontribusi sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
Persepsi sosial Menggunakan pengetahuan tentang sebab dan
alasan orang lain menampilkan reaksi tertentu
untuk menentukan tindakan yang tepat agar orang
lain menampilkan respon yang diharapkan.
Mengupayakan memberi hal yang dianggap
penting dan berharga kepada masyarakat yang
membutuhkan bantuan di sekitar tempat tinggal.
Elemen Berbagi
Mengupayakan memberi hal yang dianggap penting
dan berharga kepada orang-orang yang
membutuhkan di masyarakat yang lebih luas (negara,
dunia).
Pada buku panduan guru PJOK ini indikator alur perkembangan yang
akan dijadikan poin pembelajaran dan indikator penilaian, seperti terlihat pada
tabel 3.2 berikut ini.
B. Capaian Pembelajaran ( CP )
Tabel 3.2
Fase D (Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Mata Pelajaran PJOK
Rencana Pembelajaran PJOK Jenjang SMP/M.Ts Fase D Kelas VII 19
Elemen Keterampilan Gerak
Pada akhir fase ini peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dalam
mempraktikkan hasil analisis keterampilan gerak spesifik berupa permainan dan
olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan
olahraga air (kondisional).
Elemen Pengetahuan Gerak
Pada akhir fase ini peserta didik dapat menganalisis fakta, konsep, dan prosedur
dalam melakukan berbagai keterampilan gerak spesifik berupa permainan dan
olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan
olahraga air (kondisional).
Elemen Pemanfaatan Gerak
Pada akhir fase ini peserta didik dapat menganalisis fakta, konsep, dan prosedur
serta mempraktikkan latihan pengembangan kebugaran jasmani terkait kesehatan
(physicsl fittness related health) dan kebugaran jasmani terkait keterampilan
(physicsl fittness related skills), berdasarkan prinsip latihan (Frequency, Intensity,
Time, Type/FITT) untuk mendapatkan kebugaran dengan status baik. Peserta didik
juga dapat menunjukkan kemampuan dalam mengembangkan pola perilaku hidup
sehat berupa melakukan pencegahan bahaya pergaulan bebas dan memahami peran
aktivitas jasmani terhadap pencegahan penyakit tidak menular disebabkan
kurangnya aktivitas jasmani.
Elemen Pengembangan Karakter dan Internalisasi Nilai-Nilai Gerak
Pada akhir fase ini peserta didik proaktif melakukan dan mengajak untuk
memelihara dan memonitor peningkatan derajat kebugaran jasmani dan
kemampuan aktivitas jasmani lainnya, serta menunjukkan keterampilan bekerja
sama dengan merujuk peraturan dan pedoman untuk menyelesaikan perbedaan dan
konflik antar individu. Peserta didik juga dapat mempertahankan adanya interaksi
sosial yang baik dalam aktivitas jasmani.
Tabel 3.3
Indikator Alur Perkembangan yang Dijadikan Poin Pembelajaran
dan Indikator Penilaian