Anda di halaman 1dari 5

PEKERJA MIGRAN INDONESIA

DAN
TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

1. Dasar Hukum.

a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengesahan International


Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers and Members of Their
Families (Konvensi Internasional mengenai Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja
Migran dan Anggota Keluarganya).

c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Pelindungan Pekerja Migran


Indonesia.

d. UU Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan


Orang (TPPO)

2. Beberapa pelaku yang dapat dikategorikan sebagai pelaku TPPO :

a. Agen perekrutan Tenaga Kerja (legal atau illegal) yang membayar agen/calo
(perseorangan) untuk mencari buruh di desa-desa, mengelola penampungan, mengurus
identitas dan dokumen pejalanan, memberikan pelatihan dan pemeriksaan medis serta
menempatkan buruh dalam kerjaannya di negara tujuan. Meskipun tidak semua, namun
sebagian PJTK terdaftar melakukan tindakan demikian.

b. Agen/calo (mungkin orang asing) yang datang ke suatu desa, tetangga, teman,
bahkan kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh adat, maupun tokoh agama. Agen dapat
bekerja secara bersamaan untuk PJTK terdaftar dan tidak terdaftar, guna memperoleh
bayaran untuk tiap buruh yang direkrutnya.

c. Majikan yang memaksa buruh untuk bekerja dalam kondisi eksploitatif, tidak
membayar gaji, menyekap buruh di tempat kerja, melakukan kekerasan seksual atau
fisik terhadap buruh.

d. Pemerintah, yang terlibat dalam pemalsuan dokumen, mengabaikan


pelanggaran dalam perekrutan tenaga kerja atau memfasilitasi penyeberangan
perbatasan secara illegal (termasuk pembiaran oleh polisi/petugas imigrasi.

e. Pemilik/pengeloa rumah bordil yang memaksa perempuan untuk bekerja di luar


kemauan dan kemampuannya, tidak membayar gaji atau merekrut dan mempekerjakan
anak yang belum berusia 18 tahun.

3. Ciri-ciri perdagangan orang dalam konteks migrasi ketenagakerjaan.


a. Perekrutan tanpa Perjanjian Penempatan.

b. Ditempatkan tanpa perjanjian Kerja.

c. Perekrutan dibawah umur (-18 tahun) dokumen dipalsukan.

d. Perekrutan tanpa izin suami/orang tua/wali.

e. Ditempatkan tanpa sertifikat kompetensi (tidak dilatih).

f. Hanya menggunakan paspor dengan visa kunjungan.

g. Ditempatkan oleh perorangan, bukan Perusahaan yang memiliki izin dari Menteri
Tenaga Kerja.

h. Dipindahkan ke majikan lain tanpa perjanjian Kerja.

i. Dipindahkan ke negara lain yang peraturannya terbuka walaupun tidak sesuai


dengan peraturan Indonesia.

j. Beban biaya diatas ketentuan yang ditetapkan pemerintah (over charging).

4. Modus dan jalur yang digunakan :

a. Modus.

b. Jalur Asia Pasifik


c. Jalur Kalimantan

5. Adapun data Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Prov. NTT yang termonitor
meninggal dunia di luar negeri sebagai berikut :

a. Pada tahun 2018 sebanyak 89 orang.

b. Pada tahun 2019 sebanyak 14 orang.


c. Pada tahun 2020 sebanyak 87 orang.

d. Pada tahun 2021 sebanyak 121 orang.

e. Pada tahun 2022 sebanyak 99 orang.

f. Pada tahun 2023 sebanyak 102 orang (per tanggal 16 September 2023)

6. Bandara-bandara di Prov. NTT yang memiliki rute penerbangan keluar Prov. NTT.

a. Bandara El Tari, Kupang memiliki rute penerbangan luar NTT seperti :

1) Kupang – Denpasar dan Denpasar – Kupang.

2) Kupang – Surabaya dan Surabaya – Kupang.

3) Kupang – Jakarta dan Jakarta – Kupang.

b. Bandara Komodo, Labuan Bajo memiliki rute penerbangan luar NTT seperti :

1) Labuan Bajo – Denpasar dan Denpasar – Labuan – Bajo.

2) Labuan Bajo – Surabaya dan Surabaya – Labuan Bajo.

3) Labuan Bajo – Jakarta dan Jakarta Labuan Bajo.

c. Bandara Lede Kalumbang, Tambolaka (memiliki rute penerbangan luar NTT


seperti : Tambolaka – Denpasar dan Denpasar – Tambolaka.

d. Bandara Frans Seda Maumere, (memiliki rute penerbangan luar NTT seperti :
Maumere – Makassar dan Makassar – Maumere.

6. Preemtif Lanud El Tari dalam pencegahan TPPO dan pencegahan Pekerja Migran
Indonesia (PMI) Non Prosedural.

a. Seluruh Pos perwakilan TNI AU Lanud El Tari untuk membuat spanduk di


Bandara maupun kantor pos perwakilan TNI AU Lanud El Tari.

b. Membuat brosur/selebaran himbauan TPPO dan membagikan kepada


Masyarakat.

c. Melaksanakan awareness campaign melalui media.

d. Membuat posko trafficking bersama di tiap-tiap Bandara yang ada di Prov. NTT.

Anda mungkin juga menyukai