Anda di halaman 1dari 29

LAMPIRAN : PERATURAN WALI KOTA SUKABUMI

NOMOR : 39 TAHUN 2020


TENTANG : PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI STRATEGI
SATU WILAYAH SATU PENJAMIN ATAU ONE
REGION ONE OFFTAKER

IMPLEMENTASI STRATEGI SATU WILAYAH SATU PENJAMIN


ATAU ONE REGION ONE OFFTAKER

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian memegang peran strategis dalam perekonomian


nasional. Peran strategis tersebut digambarkan melalui kontribusi yang
nyata melalui pembentukan kapital, penyediaan bahan pangan, bahan baku
industri, pakan dan bio energi, penyerapan tenaga kerja, sumber devisa
negara dan sumber pendapatan, serta pelestarian lingkungan melalui
praktek usaha tani yang ramah lingkungan.

Dalam pengembangan sektor pertanian saat ini dan beberapa tahun


mendatang masih ditemui beberapa kendala, terutama dalam pengembangan
sistem pertanian yang berbasiskan agribisnis. Kendala yang dihadapi dalam
pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil, antara lain:
1. lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan;
2. ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah;
3. pengadaan dan penyaluran sarana produksi;
4. terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi; dan
5. lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani.
Selain itu juga petani menghadapi beberapa kendala untuk memasarkan
produk pertanian, antara lain:
1. kesinambungan produksi, panjangnya saluran pemasaran;
2. kurang memadainya pasar;
3. kurang tersedianya informasi pasar;
4. rendahnya kemampuan tawar-menawar;
5. berfluktuasinya harga;
6. rendahnya kualitas produksi;
7. kurang jelasnya jaringan pemasaran; dan
8. rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan
merupakan faktor penentu dalam usaha tani karena salah satu faktor
produksi penting dalam usaha tani adalah modal. Besar atau kecilnya skala
usaha tani yang dilakukan tergantung dari pemilikan modal. Secara umum
pemilikan modal petani masih relatif kecil, karena modal ini biasanya
bersumber dari penyisihan pendapatan usaha tani sebelumnya. Untuk
memodali usaha tani selanjutnya petani terpaksa memilih alternatif lain,
yaitu meminjam uang pada orang lain yang lebih mampu, dalam hal ini
misalnya tengkulak, atau segala kebutuhan usaha tani diambil dulu dari
toko dengan perjanjian pembayarannya dilakukan setelah panen. Kondisi
seperti inilah yang menyebabkan petani sering terjerat pada sistem pinjaman
yang secara ekonomi merugikan pihak petani.
Guna….
-2-

Guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani perlu dibangun


kemitraan usaha yang berbasis agribisnis. Kemitraan usaha tersebut harus
bersifat saling menguntungkan. Satu Wilayah Satu Penjamin atau One Region
One Offtaker yang selanjutnya disebut One Roof, diimplementasikan sebagai
mitra petani dalam hal jaminan modal pembiayaan usaha tani dan sekaligus
jaminan pasar produk petanian. Petani akan memperoleh fasilitas pinjaman
pembiayaan usaha dari offtaker dengan jaminan produk yang dihasilkan
dijual kepada offtaker dengan harga yang wajar. Keberadaan offtaker
diharapkan mampu mengurangi ketergantungan petani terhadap tengkulak
yang umumnya merugikan petani. Dengan adanya pinjaman modal tersebut,
maka diharapkan adanya peningkatan produktivitas dari petani. Peningkatan
produktivitas akan mendorong peningkatan pendapatan baik petani
penggarapnya maupun pemilik lahan.

Kendala yang lain yang dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa


depan adalah berkurangnya ketersediaan lahan dan alih fungsi lahan. Dinas
Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sukabumi mencatat telah
terjadi penurunan lahan sawah di Kota Sukabumi sebanyak ±500 ha dalam
kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir dengan laju penurunan 2,7% (dua
koma tujuh persen) per tahun. Jika tidak ada interensi dari pemerintah maka
dipastikan penurunan lahan pertanian disebabkan alih fungsi lahan akan
terus terjadi. Upaya pemerintah Kota Sukabumi dalam mengurangi laju alih
fungsi lahan pertanian adalah melalui Peraturan Daerah Kota Sukabumi
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan. Atas dasar peraturan daerah dimaksud, lahan pertanian yang
telah ditetapkan menjadi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan tidak dapat
dialihfungsikan menjadi lahan non pertanian tanpa mengikuti mekanisme
yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Namun demikian, minat masyarakat pertanian masih sangat kurang


untuk ikut serta dalam program Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Hal
ini disebabkanbelum adanya jaminan pasar dan kepastian harga pada setiap
panen. Strategi kolaborasi implementasi One Roof yang dituangkan dalam
peraturan wali kota terkait Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan akan
memberikan jaminan harga dan pasar sehingga akan meningkatkan
keikutsertaan petani dalam program Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Pemberian insentif bantuan sarana dan prasarana pertanian serta insentif
lainnya akan meningkatkan pendapatan petani karena adanya pengurangan
biaya produksi untuk pembelian benih dan pupuk. Dengan demikian kendala
pengadaan sarana produksi juga teratasi. Adanya kepastian harga yang wajar
dan pasar yang jelas dari offtaker dapat menstimulasi petani untuk
mempertahankan lahan pertaniannya. Kolaborasi ini juga memberikan
keuntungan bagi offtaker karena mendapat jaminan kontinuitas produksi.

Program One Roof akan menjawab kendala yang ada dimasa depan.
Dengan One Roof, permasalahan modal, pemasaran, sarana produksi dapat
teratasi. Dengan kolaborasi program One Roof dan penerapan Peraturan Wali
Kota terkait Lahan Pertanian Pangan berkelanjutan akan mengurangi laju
pengurangan dan alih fungsi lahan pertanian, meningkatkan kesuburan
tanah, meningkatkan kemampuan penguasaaan teknologi karena mendapat
prioritas dalam pengawalan alih teknologi sehingga dapat meningkatkan
kualitas sumber daya petaninya.

Pedoman…
-3-

Gambar 1.1

Kerangka Berpikir Strategi One Roof

Pedoman ini merupakan acuan bagi stakeholder atau pemangku


kepentingan disektor pertanian dan dinas dalam penerapan strategi One Roof
sebagai upaya meningkatkan luasan Lahan Pertanian Pangan berkelanjutan
di Kota Sukabumi.

B. Tujuan

Konsep One Roof bertujuan untuk:


1. membangun kemitraan usaha antara petani dan Offtaker;
2. meningkatkan produktivitas dan kualitas produk pertanian;
3. meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan Offtaker; dan
4. meningkatkan minat keikutsertaan petani dan pemilik lahan dalam
program Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

C. Sasaran

Sasaran Konsep One Roof yaitu sebagai berikut:


1. terciptanya kolaborasi saling menguntungkan antara petani dan Offtaker;
2. terpenuhinya kebutuhan pembiayaan dan sarana prasarana petani dalam
melaksanakan usahanya;
3. terjadinya peningkatan produktivitas lahan;
4. terpenuhinya kepastian pasar dari produk petani yang dihasilkan;
5. terpenuhinya kebutuhan produk pertanian bagi Offtaker; dan
6. terlaksananya peningkatan luasan lahan pertanian pangan berkelanjutan
mandiri.

D. Manfaat

Manfaat Strategi One Roof yaitu sebagai berikut:

1. Bagi…
-4-

1. Bagi Petani:
a. mendapatkan kemudahan pembiayaan untuk kegiatan usahanya;
b. memberikan jaminan pasar atas produk pertanian yang dihasilkan; dan
c. mendapatkan harga yang wajar.

2. Bagi Offtaker:
Jaminan kontinuitas produk pertanian.

3. Bagi Pemerintah:
a. peningkatan luasan lahan pertanian pangan berkelanjutan mandiri;
dan
b. jaminan ketersediaan pangan.

E. Indikator Keberhasilan

Indikator Keberhasilan Konsep One Roof antara lain:


1. terlaksananya kemitraan antara petani dan Offtaker yang saling
menguntungkan dan tertuang dalam perjanjian kerjasama;
2. penambahan jumlah luasan penetapan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan mandiri oleh Wali Kota.

F. Pengertian dan Definisi

1. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya


atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi
usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang;.
2. Pemilik Lahan adalah orang atau badan hukum yang berdasarkan sesuatu
hak menguasai tanah.
3. Petani Penggarap adalah petani yang diperkenankan oleh pemilik lahan
untuk menyelenggarakan usaha pertanian diatas tanah pemilik lahan
tersebut.
4. Petani Pemilik Penggarap adalah petani yang menggarap lahan miliknya
sendiri.
5. Offtaker adalah pelaku usaha, badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah, dan atau badan hukum swasta lainnya yang bersedia
berkomitmen membantu petani dengan menjadi penjamin kebutuhan
petani mitranya baik dari aspek permodalan, sarana prasarana pertanian
lainnya dengan jaminan bahwa produk yang dihasilkan petani binaan
dijual kepada Offtakernya.
6. Usaha Agribisnis adalah usaha pertanian yang terdiri atas 4 (empat) sub-
sistem, yaitu:

a. sub-sistem hulu adalah kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana


produksi (input) pertanian;
b. sub-sistem pertanian primer (budidaya) adalah kegiatan ekonomi yang
menggunakan sarana produksi yaitu budidaya;
c. sub-sistem agribisnis hilir adalah mengolah dan memasarkan
komoditas pertanian dan (4) sub-sistem penunjang adalah kegiatan
yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan, teknologi
dan lain-lain.

7. Lahan….
-5-

7. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang selanjutnya disingkat LP2B


adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan
dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi
kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
8. Dinas adalah Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota
Sukabumi atau Perangkat Daerah yang membidangi urusan ketahanan
pangan, pertanian, dan perikanan di Daerah.
9. Asuransi Usaha Tani Padi adalah perjanjian antara petani dan
perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan
resiko usaha tani padi.
10. Surat Perjanjian Kerja Sama atau PKS adalah Surat Perjanjian Kerja Sama
antara Offtaker dan petani yang berisi hak dan kewajiban kedua belah
pihak sesuai kesepakatan;

BAB II…
-6-

BAB II

POLA DASAR DAN STRATEGI IMPLEMENTASI ONE ROOF

A. Pola Dasar

1. Konsep One Roof merupakan konsep membentuk satu Offtaker untuk


satu wilayah sesuai dengan kemampuan Offtaker.
2. One Region atau satu Wilayah yang dimaksud di atas dapat berupa
kawasan pertanian, kelurahan atau kecamatan atau kota disesuaikan
dengan kemampuan Offtaker dalam memfasilitasi petani.
3. One Offtaker atau satu penjamin yang bertanggungjawab menjalin
kemitraan dengan petani dalam wilayah tertentu dalam hal pembiayaan
dan penyediaan sarana prasarana produksi pertanian yang dibutuhkan
petani dengan jaminan produk yang dihasilkan petani dijual kepada
Offtaker.
4. Jumlah petani yang bermitra dengan Offtaker disesuaikan dengan
kemampuan dan kesediaan dari Offtaker.
5. Petani yang mengikuti program LP2B mandiri berhak memperoleh
fasilitasi dari Offtaker.
6. Petani yang telah bermitra dengan Offtaker diarahkan untuk
mendaftarkan lahannya menjadi lahan LP2B.

B. Strategi Dasar

Strategi dasar konsep One Roof adalah:


1. pemberdayaan masyarakat melalui Offtaker;
2. peningkatan produktivitas lahan pertanian;
3. penyediaan pembiayaan produksi dan jaminan pasar bagi petani; dan
4. pendampingan kemitraan petani dan Offtaker.

C. Strategi Operasional

Strategi operasional dalam implementasi konsep One Roof adalah:


1. Pemberdayaan masyarakat melalui Offtaker:
a. perekrutan Offtaker potensial;
b. memfasilitasi petani untuk bermitra dengan Offtaker yang telah
ditentukan.

2. Peningkatan produktivitas lahan pertanian:


a. bimbingan teknis teknologi budi daya dan pengelolaan organisme
pengganggu tumbuhan bagi petani dari dinas;
b. bimbingan teknis dan pendampingan dalam pembenihan padi oleh
pengawas benih tanaman dan dinas; dan
c. bantuan sarana dan prasarana bagi petani yang mengikuti LP2B sesuai
dengan Peraturan Wali Kota Sukabumi Nomor 10 Tahun 2018 tentang
Insentif Perlindungan Lahan Pertanian.

3. Penyediaan pembiayaan produksi dan jaminan pasar bagi petani:


a. fasilitasi pinjaman biaya produksi dari Offtaker;

b. Jaminan….
-7-

b. jaminan pembelian produk pertanian oleh Offtaker;


c. rekomendasi pembiayaan KUR bagi petani; dan
d. fasilitasi Asuransi Usaha Tani Padi untuk menjamin keberlangsungan
usaha.

4. Pendampingan kemitraan Offtaker dan petani:


a. pembinaan dan supevisi dari tim teknis One Roof;
b. pendampingan dari penyuluh pertanian lapangan; dan
c. pendampingan dari perbankan.

D. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan ini meliputi:


1. identifikasi dan penetapan Calon Offtaker;
2. Identifikasi dan penetapan Calon Petani dan calon lokasi;
3. sosialisasi Konsep One Roof;
4. perjanjian Kerjasama antara Offtaker dan Petani;
5. pendampingan dan supervisi pelaksanaan kerjasama petani dan offtaker;
6. pembinaan dan pengendalian kegiatan;
7. penetapan lahan LP2B mandiri; dan
8. evaluasi dan pelaporan kegiatan.

BAB III….
-8-

BAB III

ORGANISASI PELAKSANA STRATEGI ONE ROOF

Dalam rangka kelancaran implementasi strategi One Roof, Kepala Dinas


membentuk Tim Teknis One Roof yang merupakan Tim Pelaksana One Roof.
Tim Teknis diketuai oleh Kepala Bidang yang menangani tanaman pangan,
yang dibantu anggota tim yang terdiri dari kepala seksi di bidang tanaman
pangan, penyuluh pertanian dan bidang terkait lainnya yang dianggap perlu.

Tugas utama dari tim Teknis adalah:


a. menyusun rencana kerja Tim Teknis One Roof;
b. menyusun Pedoman Umum One Roof;
c. mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan identifikasi dan
verifikasi calon Petani dan Calon Lokasi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
d. mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan identifikasi dan
verifikasi calon Offtaker;
e. membuat perjanjian kerja sama antara Offtaker dengan petani;
f. melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan One Roof; dan
g. melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pihak-pihak terkait dalam
rangka pelaksanaan tugas.

BAB IV…
-9-

BAB IV

KRITERIA OFFTAKER DAN PETANI

A. Kriteria Offtaker

1. memiliki komitmen untuk membantu Petani;


2. berdomisili di Kota Sukabumi;
3. dapat sebagai individu maupun lembaga;
4. mempunyai pengalaman sebagai pelaku usaha di bidang pertanian;
5. memiliki kemampuan finansial untuk menanggung kebutuhan biaya
produksi Petani mitranya;
6. memiliki jaringan pemasaran yang baik untuk menampung hasil produksi
Petani mitranya;
7. memiliki sarana pengolahan padi;
8. bersedia membeli produk Petani dengan harga yang wajar sesuai
kesepakatan dengan Petani; dan
9. bersedia bekerjasama dengan Dinas.

B. Kriteria Petani

1. Kriteria Umum
a. memiliki lahan garapan di Kota Sukabumi;
b. terdaftar dalam Sistem Informasi Penyuluh Pertanian; dan
c. bersedia mematuhi syarat dan kewajiban selama mengikuti program ini.

2. Kriteria Khusus
a. bersedia menjalin kerjasama kemitraan dengan Offtaker yang ditunjuk
dinas dalam penjualan padi;
b. tidak sedang memiliki keterikatan kerja sama yang serupa dengan
pihak lain;
c. bersedia mematuhi perjanjian kerja sama dengan Offtaker yang
ditunjuk dinas;
d. bersedia lahan yang dikerjasamakan dengan Offtaker untuk ditetapkan
sebagai lahan LP2B;
e. bersedia menjual padi sesuai dengan standar yang tertuang dalam
perjanjian kepada Offtaker.

C. Penetapan Offtaker
1. calon Offtaker membuat permohonan kepada kepala Dinas sebagai dasar
untuk diajukan oleh bidang teknis sebagai Offtaker.
2. bidang teknis melalui tim teknis One Roof melakukan verifikasi terhadap
Calon Offtaker;
3. hasil verifikasi tim teknis One Roof terhadap calon Offtaker, selanjutnya
disampaikan kepada kepala Dinas;
4. kepala Dinas menetapkan Offtaker berdasarkan hasil verifikasi Tim Teknis.

BAB V….
- 10 -

BAB V

TATA CARA IMPLEMENTASI STRATEGI ONE ROOF

Implementasi strategi One Roof terdiri dari beberapa tahapan yaitu

1. Tahap Persiapan dan sosialisasi adalah sebagai berikut:


a. kepala Dinas membentuk Tim Teknis;
b. sosialisasi One Roof kepada calon Offtaker dan petani;

2. Tahap pelaksanaan program One Roof adalah sebagai berikut:


a. calon Offtaker membuat permohonan menjadi Offtaker yang ditujukan
kepada kepala Dinas, dengan mengisi formulir sebagai berikut:

Gambar 5.1
Form Pengajuan Offtaker

b. Tim….
- 11 -

b. Tim teknis melaksanakan verifikasi calon Offtaker, dengan mengisi


formulir sebagai berikut:

Gambar 5.2

Formulir Verifikasi Calon Offtaker

c. Tim….
- 12 -

c. Tim teknis membuat berita acara hasil verifikasi calon Offtaker, dengan
format sebagai berikut sebagai berikut:

Gambar 5.3

Berita Acara Hasil Verifikasi Calon Offtaker

KOP DINAS

Berita Acara Hasil Verifikasi Calon Offtaker

Nomor:

Pada hari ini, ………tanggal ………………….. bulan ………………..


tahun ………., yang bertanda tangan di bawah ini:

1 Nama : (Koordinator Tim Teknis)


NIP :

2 Nama : (Anggota Tim Teknis)


NIP :

3 Nama : (Anggota Tim Teknis)


NIP :

4 Nama : (Anggota Tim Teknis)


NIP :

menyatakan bahwa telah melakukan verifikasi kelayakan Calon


Offtaker dengan hasil sebagaimana terlampir.

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya dan


ditandatangani untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tim Teknis:

1. ……………….. (Koordinator Tim Teknis) (………………………………)

2. ……………….. (Anggota Tim Teknis) (………………………………)

3. ……………….. (Anggota Tim Teknis) (………………………………)

4. ……………….. (Anggota Tim Teknis) (………………………………)

d. Penetapan…
- 13 -

d. Penetapan Offtaker oleh Kepala Dinas berdasarkan hasil verifikasi tim


teknis, dengan format sebagai berikut:

Gambar 5.4

Surat Keputusan Penetapan Offtaker

KOP DINAS

KEPUTUSAN KEPALA DINAS


....................

NOMOR: 800/ /DKP3/2020

TENTANG

PENETAPAN OFFTAKER PADA PROGRAM ONE ROOF


ATAU ONE REGION ONE OFFTAKER

Menimbang : bahwa dalam rangka percepatan implementasi One


Region One Off Taker sebagai bagian dari upaya
peningkatan produktivitas dan kualitas produk
pertanian, pendapatan dan kesejahteraan petani,
maka perlu dibentuk off taker yang ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Dinas Ketahanan
Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Sukabumi.

Mengingat : 1. Undang-Undang
2. dst

Memperhatikan : Berita Acara hasil verifikasi calon Offtaker Nomor

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

KESATU : Menetapkan nama–nama yang sebagaimana


tercantum dalam lampiran ini sebagai Offtaker.

KEDUA : Offtaker sebagaimana dimaksud pada Diktum


KESATU dalam melaksanakan tugasnya
berpedoman pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

KETIGA...
- 14 -

KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal


ditetapkan dengan ketentuan akan diadakan
perubahan dan atau perbaikan seperlunya apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan di
dalamnya atau terjadi perubahan
kebijakan/peraturan perundang-undangan yang
kedudukan hukumnya lebih tinggi.

Ditetapkan di Sukabumi
Pada tanggal

KEPALA DINAS
..........................
KOTA SUKABUMI,

(______________________)

e. Tim teknis mengidentifikasi calon petani yang bersedia berkomitmen


dengan Offtaker;

f. Penandatanganan perjanjian kerjasama antara Offtaker dan petani,


dengan format sebagai berikut:

Gambar 5.5

Surat Perjanjian Kerjasama

PERJANJIAN KERJASAMA
KEMITRAAN OFFTAKER DAN PETANI

Pada hari ini…..tanggal….bulan…..tahun….., Kami yang bertanda


tangan dibawah ini:

1. Nama : ................................................................
No KTP/NIK : ................................................................
Alamat : ................................................................
No.Tlp : ................................................................
Pekerjaan :
bertindak untuk dan atas nama pribadi dan
selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA

2. Nama : ................................................................
No KTP/NIK : ................................................................
Alamat : ................................................................
Nomor Tlp/HP : ................................................................
Pekerjaan :
Bertindak untuk dan atas nama pribadi dan
selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA

Dengan….
- 15 -

Dengan ini menerangkan bahwa PIHAK PERTAMA dan PIHAK


KEDUA sepakat untuk mengadakan perjanjian kerjasama
kemitraan usaha pertanian, dengan ketentuan dan syarat–syarat
sebagai berikut:

Hak dan Kewajiban

Pasal 1

(1) Hak dan Kewajiban PIHAK PERTAMA


a. Hak PIHAK PERTAMA
1. Mengajukan pinjaman pembiayaan untuk usaha
padi sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kesepakatan;
2. memperoleh bimbingan teknis dan teknologi dalam
usaha budidayanya;
3. Memperoleh bantuan jaminan asuransi pertanian
atau AUTP;
4. Memperoleh harga jual gabah dengan kualitas
standar Rp.100,- /kg lebih tinggi dari harga pasar.
5. Memperoleh kemudahan sarana prasarana yang
dibutuhkan untuk usaha pertaniannya;
6. Mendapat bantuan pemasaran produk padi atau
gabah yang dihasilkan dengan harga yang wajar; dan
7. Memperoleh hasil penjualan produk padi atau gabah
yang dihasilkan setelah dikurangi dengan bantuan
pinjaman pembiayaan dan sarana produksi lainya
pada masa produksi.

b. Kewajiban PIHAK PERTAMA


1. Menggunakan bantuan pembiayaan dari Pihak Kedua
untuk keperluan usaha Budi daya padi;
2. Menjual produk pertanian yang dihasilkan kepada Pihak
Kedua sesuai dengan kesepakatan antara Pihak Pertama
dan Pihak Kedua;
3. Mengembalikan seluruh bantuan biaya dan sarana
prasarana dari Pihak Kedua melalui penjualan produk
yang dihasilkan Pihak Pertama kepada pihak kedua;
4. bersedia lahan pertaniannya untuk ditetapkan menjadi
lahan LP2B.
5. dalam hal Pihak Pertama meninggal dunia, maka
kewajiban pinjaman kepada Pihak Kedua dialihkan
kepada ahli waris Pihak Pertama.

(2) Hak dan Kewajiban PIHAK KEDUA


. a. Hak PIHAK KEDUA
1. Membeli semua produk padi yang dihasilkan oleh Pihak
Pertama; dan
2. Mendapat pengembalian pinjaman pembiayaan dan
sarana prasarana yang diberikan kepada Pihak Pertama
semasa produksi.
b. Kewajiban…
- 16 -

b. Kewajiban PIHAK KEDUA


1. memenuhi kebutuhan pembiayaan dan sarana prasarana
Pihak Pertama semasa proses produksi sesuai kesepakatan;
2. membantu pemasaran produk padi yang dihasilkan pleh
Pihak Pertama;
3. membeli semua produk padi/gabah yang dihasilkan oleh
pihak pertama dengan harga Rp. 100,-/kg lebih tinggi dari
harga pasar; dan
4. membantu permasalahan yang dihadapi petani mitra
semasa proses produksi.

Larangan

Pasal 2

PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA dilarang: jika melanggar


kesepakatan yang telah disepakati.

a. Memindahkan kewajiban tanggung jawab masing- masing pihak


kepada pihak lain tanpa sepengetahuan dan persetujuan tertulis
dari masing- masing pihak;
b. Pihak Pertama mendapatkan/menerima dana/bantuan dari
pihak lain yang bertentangan dengan hak dan kewajiban dari
para pihak.
c. Pihak Pertama menjual produk gabah/padi yang dihasilkan
kepada selain pihak kedua;

Ketentuan Bantuan Pembiayaan

Pasal 3

(1) Besarnya pinjaman pembiayaan dan sarana prasarana yang


diberikan Pihak Kedua kepada Pihak Pertama disesuaikan
dengan kebutuhan pihak pertama dan kemampuan Pihak
Kedua.

(2) Pengembalian pinjaman pembiayaan oleh pihak pertama


dilakukan secara tunai bersamaan dengan proses panen.

Waktu Pelaksanaan

Pasal 4

Perjanjian kerjasama ini berlaku selama 3 (tiga) kali masa tanam (1


tahun).

Pengakhiran….
- 17 -

Pengakhiran Perjanjian

Pasal 5

PIHAK PERTAMA atau PIHAK KEDUA dapat mengakhiri/


memutuskan perjanjian ini secara sepihak, apabila:

a. PIHAK PERTAMA dan atau PIHAK KEDUA lalai/tidak


melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal
1 ayat (1) huruf b dan ayat (2) huruf b;
b. PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA, melanggar larangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2; dan
c. PIHAK KEDUA baik sengaja atau karena kelalaiannya
membuat dan atau menyerahkan catatan/ laporan palsu
kepada PIHAK PERTAMA.

Force Majeure

Pasal 6

(1) Masing–masing pihak dibebaskan dari tanggung jawab atas


keterlambatan atau kegagalan dalam memenuhi kewajiban
yang tercantum dalam surat perjanjian ini yang disebabkan
oleh kejadian sebagai akibat dari kejadian di luar
kekuasaan masing–masing pihak yang digolongkan sebagai
force majeure diluar tanggungan asuransi.

(2) Apabila terjadi Force majeure maka pihak yang terlebih


dahulu mengetahui wajib memberitahukan kepada pihak
lainnya paling lambat 7 ( tujuh ) hari sejak terjadinya Force
majeure

Penyelesaian Perselisihan

Pasal 7

(1) Apabila terjadi perselisihan dalam perjanjian kerjasama ini,


maka PIHAK PERTAMA dengan PIHAK KEDUA sepakat
menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat atau
dapat menggunakan mediator.

(2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


tidak tercapai, PIHAK PERTAMA dengan PIHAK KEDUA
sepakat untuk menyelesaikannya menurut ketentuan yang
berlaku dengan memilih domisili hukum di Pengadilan
Negeri Sukabumi.

Addendum…
- 18 -

Addendum

Pasal 8

g. Apabila dalam perjalanan waktu ada perubahan atau hal–hal yang


belum cukup diatur dalam perjanjian ini, akan diatur dan
ditentukan kemudian oleh kedua belah pihak dalam ketentuan
tersendiri (Adendum) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
perjanjian ini.
h. Demikian perjanjian kerjasama ini dibuat dan ditandatangani oleh
kedua belah pihak di Kota Sukabumi pada hari dan tanggal
sebagaimana tersebut di atas dan dibuat sebanyak rangkap 3
(tiga), 2 (dua) dibubuhi materai cukup dan masing–masing
mempunyai kekuatan hukum yang sama .

PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,

( ) ( )

SAKSI – SAKSI

( ) ( )

Mengetahui,
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian Dan Perikanan
Kota Sukabumi

( )

g. Tim teknis melaksanakan pembinaan dan pengawasan kemitraan


antara petani dan Offtaker;

h. Lahan pertanian milik petani yang bermitra dengan Offtaker diusulkan


untuk ditetapkan sebagai kawasan LP2B mandiri.

8. Tata Cara Penetapan LP2B mandiri

Tata cara penetapan LP2B mandiri bagi Pemilik Lahan mengacu kepada
ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

4. Tahap…
- 19 -

9. Tata Cara Pemberian Insentif bagi LP2B mandiri

Tata cara pemberian insentif bagi Pemilik Lahan yang telah ditetapkan
menjadi LP2B mandiri mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

BAB VI….
- 20 -

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

A. Pembinaan

Dalam rangka menjaga kesinambungan dan keberhasilan pelaksanaan


Strategi One Roof, Tim Teknis One Roof melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan One Roof di setiap wilayah offtaker.
Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan One Roof oleh Tim Teknis One
Roof difokuskan kepada:

1. koordinasi dan Pengendalian; dan


2. fasilitasi antara Offtaker dan Petani.

B. Pengendalian

Pengendalian pelaksanaan One Roof oleh Tim Teknis melalui pertemuan


rutin dan kunjungan lapangan. Pengendalian ini untuk menjamin
pelaksanaan kerja sama antara Offtaker dan Petani sesuai dengan
perjanjian kerja sama serta menyelesaikan permasalahan yang terjadi di
lapangan.

BAB VII….
- 21 -

BAB VII

EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Evaluasi

Evalusi pelaksanaan One Roof dilaksanakan oleh tim teknis. Tim teknis
bertanggung jawab melakukan evaluasi awal, evaluasi pelaksanaan yang
sedang berjalan, dan evaluasi akhir.

B. Pelaporan

Sesuai dengan alur pembinaan dan pengendalian One Roof, maka terdapat
laporan yang harus disampaikan oleh Tim Teknis One Roof kepada Kepala
Dinas.

BAB VIII….
- 22 -

BAB VIII

PENUTUP

Implementasi Strategi One Roof merupakan langkah terobosan Dinas


untuk peningkatan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Selain itu, konsep
ini merupakan langkah awal pelaksanaan kolaborasi antara pemerintah dan
swasta dalam upaya meningkatkan kesejahteraan Petani. Keberhasilan
Strategi One Roof sangat ditentukan oleh kerjasama dan komitmen seluruh
pemangku kepentingan dalam pelaksanaan strategi ini dilapangan.

Sukabumi, 25 September 2020

WALI KOTA SUKABUMI,

ttd.

ACHMAD FAHMI

Anda mungkin juga menyukai