Anda di halaman 1dari 11

KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE NON-PERTANIAN (ALIH Pemasaran merupakan kegiatan produktif yang menciptakan kegunaan

FUNGSI LAHAN) #2 (utility) yaitu menciptakan barang dan jasa menjadi lebih berguna. Kegunaan
Menurut Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya pemasaran yang diciptakan pemasaran meliputi kegunaan bentuk (form utility),
disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kegunaan tempat (place utility), kegunaan waktu (time utility) dan kegunaan
kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi kepemilikan (possession utility). Pemasaran dalam kegunaan waktu (time
fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan utility) yaitu pemasaran menyebabkan produk tersedia sesuai pada waktu yang
potensi lahan itu sendiri. dinginkan (Nur Baladina, 2010).
Walaupun sektor pertanian memberikan kontribusi tertinggi dalam Kegiatan ini disebut fungsi tataniaga. Aliran produk pertanian dari produsen
penyerapan tenaga kerja, tapi perkembangannya dari tahun ke tahun sampai ke konsumen akhir disertai peningkatan nilai “guna” komoditi-komoditi
menunjukkan tingkat penurunan. Hal ini disebabkan mulai beralihnya tenaga pertanian tersebut. Peningkatan nilai guna ini terwujud hanya apabila terdapat
kerja tersebut ke sektor lain seperti sektor industri, perdagangan maupun jasa. lembaga-lembaga pemasaran yang melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran
Pada kasus ini menunjukkan jika sektor industry dan sektor lainnya lebih disukai komoditi pertanian tersebut. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh
oleh para pekerja dari pada sektor pertanian, karena mungkin mereka lembaga pemasaran tersebut bermacam-macam, pada prinsipnya terdapat tiga
beranggapan jika sektor industri bisa memberikan penghidupan yang lebih baik fungsi tipe fungsi pemasaran yaitu : Fungsi pertukaran (exchange function);
dibandingkan sektor pertanian. fungsi fisik (physical Function) dan fungsi pelancar atau penyediaan fasilitas
Akan tetapi sektor pertanian masih kalah jauh jika dibandingkan dengan (facilitating function).
sektor industry pengolahan, bahkan dalam dua tahun terakhir sektor pertanian Menurut Peter Drucker (1958) seorang pakar manajemen pemasaran
kalah oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Yang berarti bahwa sektor mengemukakan bahwa Tataniaga merupakan kunci bagi pertumbuhan ekonomi
pertanian mulai ditinggalkan, dan mulai menuju pada sektor lainnya yang Negara –negara berkembang. Tanpa suatu system pemasaran yang efektif,
dianggap lebih memberikan keuntungan.Dengan pertumbuhan ekonomi yang Negara –negara berkembang tidak akan menghindarkan diri dari lingkaran
semakin meningkat yang terjadi di Indonesia ini menuntut adanya pembangunan kemiskinan. Tataniaga efektif dibutuhkan untuk menghubungkan produsen
berbagai infrastruktur sehingga permintaan lahan pertanian yang ada menjadi dengan konsumen. Pemasaran yang efektif berarti menyerahkan barang – barang
cukup besar. Akibatnya banyak lahan pertanian yang beralih fungsi untuk dan jasa yang dibutuhkan konsumen dengan tepat waktu, tepat bentuk, tepat
memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu terjadinya alih fungsi lahan juga kualitas, yang sesuai dengan selera dan harga yang mereka bayar.
mungkin dikarenakan kurangnya insentif atau perhatian sektor pertanian ini oleh Sistem tataniaga dianggap efisien apabila memenuhi beberapa syarat yaitu:
pemerintah, sehingga masyarakat beralih ke sektor lainnya seperti sektor 1. Mampu menyampaikan hasil- hasil dari petani produsen ke petani konsumen
industri maupun perdagangan. dengan biaya semurah –murahnya, dan 2. Mampu mengadakan pembangian
Alih fungsi lahan yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah juga diakibatkan yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua
oleh adanya celah pada peraturan pemerintah. Kebanyakan pemerintah kurang pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan tataniaga barang itu. yang
memberikan sanksi yang tegas terhadap alih fungsi lahan tersebut. Selain itu dimaksud adil didalam hal ini adalah pemberian balas jasa fungsi – fungsi
kurangnya pengawasan dan kontrol dari pemerintah juga menyebabkan semakin pemasaran sesuai sumbangan masing-masing. Dengan melihat kedua hal ukuran
besarnya alih fungsi lahan ke non pertanian. Dengan peningkatan jumlah diatas, jelaslah bahwa kemungkinan peningkatan efisiensi tataniaga dinegara
penduduk dari tahun ke tahun yang terjadi menuntut jumlah produksi pangan kita masih kurang adil.kalau dimisalkan hanya sarat pertama yang dipenuhi,
yang semakin banyak. Sementara di sisi lain pertumbuhan ekonomi menuntut tetapi pembeli dan penjual hasil pertanian hanya satu perusahaan atau satu orang
adanya permintaan jumlah lahan untuk pembangunan infrastruktur. Padahal saja (monopsoni dan monopoli), maka perusahaan itu mungkin dapat menekan
peningkatan produktifitas sangat dipengaruhi oleh besarnya lahan yang harga yang relatif rendah (Mubyarto 2002).
digunakan. Jalur Tataniaga Ada Dua Macam:
Disini faktor lahan pertanian mempunyai pengaruh yang sangat penting,  Secara Langsung
sehingga jika keberadaanya menurun maka akan mengganggu jumlah produksi Disini produsen langsung berhadapan dengan konsumen. Harga yang
pangan yang ada. Sahid Susanto (2008) mengatakan lahan sawah beririgasi dibayar konsumen sama besarnya dengan yang diterima produsen. Dengan
mempunyai peran utama dalam menjaga stabilitas suplai pangan khususnya demikian, dari segi harga, produsen akan mendapatkan harga yang wajar. Di lain
beras, meningkatkan fungsi ekologis, menciptakan aktivitas sosial dan ekonomi pihak konsumen juga merasa untung karena mendapat produk yang lebih segar.
masyarakat pedesaan, wahana pembentuk peradaban masyarakat berbasis Meskipun demikian, jalur tata niaga ini mempunyai beberapa kelemahan seperti
agraris. lingkup atau kapasitas pasar atau konsumen yang tidak begitu luas, produsen
Akan tetapi seiring dengan semakin majunya perkembangan zaman banyak tidak tertarik untuk meningkatkan pendapatan dengan mengolah produk menjadi
lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi non pertanian. Peralihan lahan bentuk lain dan dengan harga yang lebih baik, serta produsen tidak dapat
tersebut banyak digunakan untuk pembangunan rumah, pembangunan industry meluaskan jaringan pemasaran karena dengan meluaskan jaringan pemasaran,
maupun pembangunan berbagai infrastruktur di Indo. berarti terlepas dari profesinya sebagai petani atau produsen.
Faktor2 yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan:  Secara Tidak Langsung
+ perubahab struktur ekonomi Jalur tata niaga ini melibatkan pedagang perantara sehingga produsen tidak
+ pertumbuhan pemb. Sarana transport dapat langsung berhubungan dengan konsumen. Yang dimaksud dengan
+ pertumbuhan penduduk pedagang perantara yaitu pedagang yang memiliki dan menguasai barang serta
+ pertumbuhan lahan u/ industri menyalurkan dengan tujuan mendapat keuntungan.
+ arus urbanisasi Pada produk-produk pertanian yang melekat sifat mudah busuk seperti
+ pertumbuhan sarana pemukiman buah-buahan dan sayur-sayuran, kadang terlihat keuntungan terbesar ada di
+ konsistensi implementasi rencana tata ruang pedagang pengecer, sebaliknya harga yang diterima petani lebih kecil. Upaya
+ sebaran lahan sawah untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan petani juga perlindungan
Kebijakan Pemerintah untuk Meminimalisir Alih Fungsi Lahan: konsumen telah dilakukan melalui berbagai instrumen, di antaranya pembatasan
 Menutup celah pada peraturan pemerintah agar alih fungsi lahan dapat impor, deficiency payment, kebijakan harga dasar, kebijakan harga tertinggi,
diminimalkan pembatasan luas tanam hingga perluasan permintaan. Masing-masing program
 Pemberian izin investasi pada sektor industry pada lahan yang kurang secara idealisme tujuannya baik, akan tetapi dalam tataran implementasi selalu
produktif melahirkan distorsi pasar.
 Penambahan penciptaan lahan pertanian pangan yang berkelanjutan Sebagai contoh, pembatasan impor dengan memberlakukan tariff biaya
 Memberikan insentif dan disinsentif bagi para petani impor atau dengan kuota impor tujuannya untuk melindungi petani. Tetapi
 Pembatasan pertumbuhan perkotaan kebijakan ini berbuah inefisiensi biaya sehingga ekonomi biaya tinggi terus
 Jaminan harga komoditas pangan pokok yang menguntungkan bagi para bergulir. Sebagai akibatnya dalam menghadapi kompetisi perdagangan global,
petani Indonesia seperti tak punya daya saing.
Untuk itu tata niaga pertanian yang ideal ke depan adalah adanya sistem
TATANIAGA PRODUK PERTANIAN #3 yang mampu memberikan jaminan kualitas, kuantitas dan kontinuitas bagi pasar
Khol dan uhl (2002) mendefinisikan tataniaga sebagai suatu aktivitas bisnis yang tidak ada distorsi. Inovasi diperlukan untuk meningkatkan kualitas produk.
yang didalamnya terdapat aliran barang dan jasa dari titik produksi sampai ke Spirit akan positioning baru dibutuhkan dalam struktur industri agar terus
titik konsumen. Produksi adalah penciptaan kepuasan, proses membuat tercipta temuan-temuan unik. Kualitas yang mampu bersaing dengan produk
kegunaan barang dan jasa. impor dengan kuantitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar merupakan
tuntutan yang tak dapat dihindarkan. Dan, potensi Indonesia sangat memadai antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup
untuk itu. komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan
Sedangkan beberapa batasan tata niaga (marketing)yang bersumber balas jasa pengusaha pengolahan (Hayami et al, 1987).
dari literatur dalam negeri adalah sebagai berikut: Berdasarkan pengertian tersebut, perubahan nilai bahan baku yang telah
 Panglaykim dan Hazil : Marketing adalah bagian daripada kegiatan usaha dan mengalami perlakuan pengolahan besar nilainya dapat diperkirakan. Dengan
dengan mana kebutuhan manusia dapat dipenuhi, yakni dengan tukar demikian, atas dasar nilai tambah yang diperoleh, marjin dapat dihitung dan
menukar barang-barang dan jasa-jasa untuk sesuatu yang dianggap selanjutnya imbalan bagi faktor produksi dapat diketahui. Nilai tambah yang
perlu dan berharga. semakin besar atas produk pertanian khususnya kelapa sawit dan karet tentunya
 Alex S. Nitisemito : Marketing adalah semua kegiatan aktivitas untuk dapat berperan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
memperlancar arus barang/jasa dari produsen kegiatan konsumen secara yang besar tentu saja berdampak bagi peningkatan lapangan usaha dan
paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif. pendapatan masyarakat yang muara akhirnya adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi kondisi yang terus berlangsung saat ini
 Winardi : Marketing terdiri dari tindakan-tindakan yang menyebabkan
produk kelapa sawit dan karet dalam jumlah yang signifikan diekspor tanpa
berpindahnya hak milik atas benda-benda dan jasa-jasa dan yang
mengalami pengolahan lebih lanjut di dalam negeri. Akhirnya keuntungan nilai
menimbulkan distribusi fisik mereka.
tambah atas kedua produk pertanian tersebut hanya dinikmati oleh pihak asing.
Setelah menelaah batasan-batasan tata niaga yang telah diutarakan diatas,
Produk turunan
maka dapat diambil kesimpulan bahwa tata niaga atau marketing itu meliputi
Komoditas agroindustri merupakan subsektor pertanian yang diharapkan
kegiatan-kegiatan yang sangat luas sekali, diantaranya: kegiatan pembelian
dapat berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi, penerimaan ekspor,
(buying), kegiatan menjual (selling), kegiatan pembungkusan (packing),
penyediaan lapangan kerja, pengurangan kemiskinan, dan pemerataan
kegiatan pemindahan (transport), kelancaran arus barang dan jasa dan lain
pembangunan wilayah. Ditinjau dari cakupan komoditasnya, terdapat ratusan
sebagainya. Atau dengan lebih singkat tataniaga
jenis tanaman tahunan dan tanaman musiman dapat tumbuh subur di Indonesia,
ituadalahsegala kegiatan yang bersangkut paut dengan aspek proses yang
sehingga pembangunan agroindustri akan dapat menjangkau berbagai tipe
terletak diantara fase kegiatan sektor produksi barang-barang dan jasa-jasa
komoditas yang sesuai dikembangkan di masing- masing daerah di Indonesia.
sampai kegiatan sektor konsumen. Jadi, marketing ini merupakan sesuatu
Dilihat dari hasil produksinya, komoditas perkebunan merupakan bahan baku
kegiatan moving process atau moving activities. Akan tetapi dengan adanya
industri dan barang ekspor, sehingga telah melekat adanya kebutuhan
kemajuan teknologi, baik dalam berproduksi, kelancaran komunikasi dan
keterkaitan kegiatan usaha dengan berbagai sektor dan subsektor lainnya. Di
perhubungan, teknik pembungkusan, handling dan sebagainya, tidak mustahil
samping itu, jika diamati dari sisi pengusahaannya, sekitar 85 persen komoditas
akan merubah strategi dan kebijakan tata niaga, sehingga batasan- batasan
agro merupakan usaha perkebunan rakyat yang tersebar di berbagai daerah.
tersebut di atas akan mengalami penyempurnaan atau perubahan secara dinamis
Dengan demikian pembangunan industri agro akan berdampak langsung
pada masa-masa mendatang.
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama melalui perannya
Kegiatan tata niaga umumnya kebanyakan berorientasi dengan utility
dalam menciptakan lapangan kerja dan distribusi pemerataan pendapatan.
tersebut. Sebagai contoh, pohon-pohon kayu di hutan belantara secara ekonomis
tidak punya nilai guna, akan tetapi bila ditebang dan diangkat ke kampung paling
INFRASTRUKTUR PENUNJANG SEKTOR PERTANIAN #5
sedikit bernilai guna untuk bahan bakar (Place Utility). Jelas dalam hal ini ada
Infrastruktur sebagai Dongkrak Pembangunan Pertanian Indonesia
korban (input) kegiatan desa (paling sedikit tebang). Bila kayu balok tadi
Pembangunan negara Indonesia tidak akan bisa lepas dari pembangunan
dipotong dan dijadikan papan atau beroti (perobahan bentuk), maka faedah
sektor pertaniannya. Sektor pertanian memiliki kontribusi yang besar dalam
kegunaan semakin ditingkatkan (Form Utility). Bila dilanjutkan lagi papan
pembangunan Indonesia dan juga percepatan perekonomiannya. Sektor
diolah menjadi lemari, meja dan lain-lain.
pertanian berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja, penyedia pangan,
Dengan adanya fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga
penyedia bahan baku, serta menambah pendapatan dan devisa negara. Sehingga
pemasaran maka akan terjadi peningkatan nilai guna. Fungsi pemasaran ada 3
pembangunan pertanian ini menjadi hal yang sangat penting untuk mendorong
yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran
pembangunan Indonesia secara menyeluruh.
terdiri dari 2 bagian yaitu fungsi pertukaran yang dilakukan oleh penjual dan
Infrastruktur memiliki peranan vital dalam menyukseskan pembangunan
yang dilakukan oleh pembeli. Secara umum fungsi pertukarran menyangkut
pertanian. Ketersediaan infrastruktur dalam jumlah yang cukup dan kondisi
pengalihan hal kepemilikan dalam sistem pemasaran. Sedangkan fungsi fisik,
yang optimal akan memudahkan petani untuk mendapat hasil yang maksimal
meliputi kegiatan yang secara langsung diberlakukan terhadap komoditas
dari lahan pertaniannya. Petani akan lebih mudah dalam hal proses budidaya,
pertanian, sehingga mengalami tambahan guna dan waktu. Fungsi penyediaan
akses sarana produksi, hingga pemasaran hasil pertaniannya. Jika semua hal ini
fasilitas, fungsi ini untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik.
terpenuhi maka tidak ada petani yang kurang sejahtera lagi dan nantinya akan
mendorong pembangunan perekonomian negara secara menyeluruh.
PRODUK PERTANIAN DAN TURUNANNYA #4
Infrastruktur pertanian masih menjadi kendala dan penyebab ketertinggalan
Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas
pertanian Indonesia sampai sekarang. Hal terebut dapat dilihat dari sejumlah
karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan
infrastruktur pertanian yang kurang memadai dalam mendukung peningkatan
dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat
hasil pertanian, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Dalam hal distribusi
didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku
infrastruktur pertanian juga masih mengalami kendala keranda dapat dilihat
dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih
banyak daerah pedesaan yang masih belum terjamah oleh pembangunan
antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup
infrastruktur pertanian. Padahal tidak sedikit potensi yang dimiliki Indonesia
komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan
dari segi pertaniannya yang masih belum dimanfaatkan secara optimal.
balas jasa pengusaha pengolahan (Hayami et al, 1987).
Saat ini banyak petani mengeluhkan tentang infrastruktur pertanian yang
Berdasarkan pengertian tersebut, perubahan nilai bahan baku yang telah
ada. Para petani didorong untuk dapat memproduksi hasil yang tinggi namun
mengalami perlakuan pengolahan besar nilainya dapat diperkirakan. Dengan
infrastruktur yang disediakan masih kurang. Salah satunya adalah rusaknya jalan
demikian, atas dasar nilai tambah yang diperoleh, marjin dapat dihitung dan
usahatani di berbagai daerah yang menjadikan kegiatan bertani menjadi
selanjutnya imbalan bagi faktor produksi dapat diketahui. Nilai tambah yang
tersendat. Padahal jalan ini menjadi kebutuhan utama bagi petani untuk
semakin besar atas produk pertanian khususnya kelapa sawit dan karet tentunya
memasarkan hasil pertaniannya. Kerusakan jalan ini mengakibatkan para petani
dapat berperan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
terpaksa menjual hasil pertaniannya ke tengkulak dengan sistem ijon yang tidak
yang besar tentu saja berdampak bagi peningkatan lapangan usaha dan
jarang mempermainkan harga ke petani. Hal tersebut menyebabkan petani
pendapatan masyarakat yang muara akhirnya adalah meningkatkan
menjadi sulit mendapat keuntungan yang seharusnya dan menjadikan kehidupan
kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi kondisi yang terus berlangsung saat ini
mereka kurang sejahtera.
produk kelapa sawit dan karet dalam jumlah yang signifikan diekspor tanpa
Banyak harapan petani yang muncul dari program Kementrian Pertanian
mengalami pengolahan lebih lanjut di dalam negeri. Akhirnya keuntungan nilai
saat ini. Kementrian Pertanian sudah terus mencanangkan dan menjalan
tambah atas kedua produk pertanian tersebut hanya dinikmati oleh pihak asing.
sejumlah program strategis dalam rangka meningkatkan produktivitas di sektor
Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas
pertanian, terutama dalam hal infrastruktur pertanian. Pemerintah mulai
karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan
menjalankan upayanya dengan mengeluarkan dana 22 triliun rupiah untuk
dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat
memanfaatkan 3,97 juta hektar lahan tidur dengan membangun embung untuk
didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku
saluran irigasi di seluruh Indonesia. Hal ini dilakukan karena areal sawah
dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih
tersebut masih menjadi sawah tadah hujan yang hanya mampu memproduksi Skema Premi Subsidi Dana APBN
padi pada musim hujan saja, maka perlu dibangun embung untuk membantu + Pemerintah memiliki beban 80% pembayaran
pengairan sawan di musim kering sehingga sawah mampu tetap berproduksi. + Petani membayar 20% sisanya
Pembangunan irigasi di seluruh daerah sebenarnya sudah sangat terlambat Mekanisme Ganti Rugi:
namun tetap harus dilakukan. Kebutuhan air menjadi sangat krusial bagi dunia Kondisi Persyaratan (apabila banjir dan kekeringan):
pertanian. Keadaan topografi Indonesia yang mempunyai dataran tidak rata dan a. Umur padi sudah melewati 10 hari (10 hari setelah tanam/HST).
berbagai jenis tanah menjadi kendala tersendiri dalam proses manajemen air. b. Umur padi sudah melewati 30 hari (teknologi tabela).
Pengelolaan irigasi memang menjadi kunci pertumbuhan produksi hasil c. Intensitas kerusakan mencapai ≥75% dan luas kerusakan mencapai ≥75%
pertanian, namun harus dilaksanakan secara terpadu mulai dari jaringan irigasi pada setiap luas petak alami.
tingkat primer, sekunder, sampai dengan tersier. Harga Pertanggungan
Pembangunan infrastruktur pertanian harus secara berkesinambungan dan Dalam AUTP, harga pertanggungan ditetapkan sebesar Rp. 6.000.000,- per
holistis. Infrastruktur pertanian tidak hanya masalah irigasi, namun juga harus hektar per musim tanam. Harga pertanggungan menjadi dasar perhitungan premi
menyangkut optimalisasi lahan, alat mesin pertanian, sampai dengan teknologi dan batas maksimum ganti rugi.
informatika. Lahan yang mempunyai potensi harus dimanfaatkan semaksimal
mungkin dengan alat mesin pertanian yang memadai untuk meningkatkan hasil Kebijakan Harga Komoditas Produk Pertanian #7
produksi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga harus bisa Harga merupakan salah satu indikator kinerja pasar, termasuk pada
dimanfaatkan untuk mengelola produk pertanian secara langsung sehingga komoditas pertanian. Kementerian Perdagangan sebagai instansi pemerintah
mengurangi peran tengkulak yang merugikan dan permainan harga. memiliki peran yang penting dalam menciptakan iklim perdagangan komoditas
Pentingnya peranan infrastruktur pertanian dalam pembangunan pertanian pertanian yang efisien dan memperhatikan kepentingan produsen dan
Indonesia menegaskan bagaimana pentingnya perbaikan dan pengadaan konsumen.
infrastruktur tersebut. Pemerintah dapat fokus menciptakan sara infrastruktur Pada sektor pertanian, kebijakan harga merupakan instrumen penting untuk
pertanian dan juga pemberian stimulus petani agar petani lebih mudah dalam memberi dukungan bagi produsen maupun konsumen. Oleh karena itu, dalam
kegiatan usahataninya, dari mulai mendapat benih sampai dengan pemasaran beberapa literatur dikenal istilah price support sebagai instrumen dalam
produk pertaniannya. Sektor pertanian menjadi tulang punggung kemandirian penerapan kebijakan harga komoditas pertanian. Namun pada dasarnya,
pangan untuk mencapai target swasembada pangan nasional. kebijakan harga komoditas pertanian (agricultural price policy) memiliki tujuan
untuk melindungi produsen dan konsumen. Kebijakan harga untuk melindungi
AKSES PERMODALAN SEKTOR PERTANIAN #6 produsen diterapkan dalam bentuk harga dasar (price floor) sedangkan
Petani kita mengalami kesulitan mendapatkan modal untuk pertanaman kebijakan harga untuk melindungi konsumen diterapkan dalam bentuk harga
berikutnya ketika menghadapi gagal panen. Akses terhadap sumber pembiayaan atap (price ceiling).
juga sangat terbatas. Akibatnya, upaya mereka untuk meningkatkan McTaggart D, Findlay C, dan Parkin M (2009) menjelaskan bahwa
keterampilan dan manajemen usaha tani padi menjadi tidak maksimal. Untuk kebijakan harga merupakan salah satu langkah yang diambil ketika harga yang
mengatasi masalah tersebut, pemerintah meluncurkan program Asuransi Usaha terbentuk di pasar tidak berada dalam kondisi normal akibat kegagalan pasar
Tani Padi (AUTP). (market failure). Dalam hal ini, kebijakan harga merupakan intervensi regulator
Petani sasaran: petani pemilik atau penggarap sawah yang berpengairan teknis, (pemerintah) sehingga harga yang terbentuk tidak dalam titik equilibrium. Pada
semi teknis dan sederhana. beberapa negara berkembang seperti di India, kebijakan harga pertanian
Resiko yang dijamin: hama, kekeringan, banjir. biasanya diikuti dengan pembenahan kelembagaan sebagai instansi teknis
Ada tiga prinsip asuransi yang harus dipertimbangkan: penerapan kebijakan harga (Acharya, 2009).
+Risk spreading dan risk pooling, dimana risk spreading berarti bahwa individu- 1) Kebijakan Harga Dasar
individu petani berbagi resiko yang sama dengan lembaga penyedia asuransi dan McTaggart et al (2009) menjelaskan bahwa harga dasar (price floor)
risk pooling berarti bahwa individu-individu petani yang mempunyai resiko merupakan harga yang ditetapkan di atas titik equilibrium. Tujuan penetapan
berbeda menggabungkan resikonya kedalam satu wadah bersama (common kebijakan harga dasar adalah untuk melindungi produsen dari penurunan harga
pool). jual yang berdampak pada kerugian. Secara konsep, terdapat dua jenis kebijakan
+Insurable risks, resiko harus layak secara ekonomis untuk diasuransikan harga dasar, yaitu:
+Rational for buying insurance, artinya membeli asuransi harus rasional secara a) Harga minimum yang ditetapkan secara sah dalam bentuk peraturan oleh
ekonomi pemerintah (legal floors) dimana harga komoditas yang dijual produsen
Kesimpulan dan Saran: ditentukan batas minimal-nya. Dalam hal ini, pemerintah melalui regulasi
1. Asuransi pertanian adalah mekanisme finansial yang akan membantu menetapkan harga minimum suatu komoditas.
mengelola kerugian pertanian akibat bencana alam atau iklim yang tidak b) Dukungan program oleh pemerintah dimana pemerintah melakukan
mendukung diluar kemampuan petani untuk mengendalikanya. intervensi dengan melakukan sejumlah pembelian komoditas pertanian
2. Menurut Pusat Pembiayaan Pertanian, Departemen Pertanian RI, penerapan hingga tercapai harga yang diinginkan. Hal ini umumnya dikenal dengan
asuransi pertanian harus memperhatikan sembilan prinsip yang memuat tentang istilah price support program
peyelenggaraan asuransi, tingkat risiko, tanggunggan kerugian, peserta asuransi Kebijakan harga dasar dapat mendistorsi pasar yang memaksa harga yang
sampai pada biaya penyelenggaraan asuransi. terbentuk di atas titik equilibrium. Sebagai akibatnya, harga yang dibentuk tidak
3. Pengembangan asuransi pertanian perlu mempertimbangkan tujuan dan berdasarkan mekanisme pasar sehingga timbul inefisiensi. Secara umum,
prinsip pengembangan lembaga asuransi pertanian, perilaku petani dalam kebijakan harga dasar akan menimbulkan kehilangan (deadweight loss) bagi
menghadapi risiko, dan prasyarat yang harus dipenuhi untuk bekerjanya sistem seluruh pelaku pasar serta menimbulkan surplus penawaran.
asuransi pertanian. Kebijakan harga dasar juga menimbulkan dampak lain dimana besarnya
Asuransi Pertanian ini merupakan sebuah sistem yang cukup baik bagi tergantung pada jenis kebijakan harga dasar. Jika kebijakan harga dasar yang
modal dan pendorong mental dari para petani Indonesia, hanya saja sangat sulit diambil adalah jenis yang pertama (legal floors), maka beberapa dampak yang
untuk dicari dan mendapatkan asuransi pertanian ini sendiri. Maka dari itu timbul antara lain sebagai berikut:
Pemerintah dalam konteks ini bank juga harus lebih berani memberikan asuransi a) Inefisensi alokasi penjualan diantara produsen. Dalam pasar yang tidak
dan jaminan kepada para petani Indonesia agar hasil yang dihasilkannyapun bisa terdistorsi, alokasi penjualan antar produsen akan dipengaruhi oleh marginal
lebih maksimal, dan para petani bisa bertani tapa ada kekhawatiran walau tetap cost masing-masing produsen. Semakin kecil marginal cost suatu produsen,
harus ada usaha ekstra dari para petani itu sendiri, demi memajukan pertanian di maka tingkat efisiensi yang dimiliki produsen tersebut semakin baik
Indonesia sehingga dapat menjual produk lebih cepat dibandingkan dengan produsen
Fasilitas Asuransi Pertanian: yang memiliki marginal cost yang relatif lebih tinggi. Dengan adanya legal
 Mudahnya Mendaftar Menjadi Anggota Asuransi = Petani dapat mendaftar floors, hal tersebut dapat diminimalisir karena seluruh produsen memiliki
melalui Dinas Kabupaten/ Kota dilanjutkan pada Pemerintah Provinsi dan harga minimum yang sama. Hanya saja inefisiensi alokasi penjualan akan
Kementrian Pertanian melalui Direktorat Jendral. tetapterjadi di antara produsen yang menerima kebijakan floor price dengan
 Mudahnya Akses Terhadap Perusahaan Asuransi= Jika data sudah tersedia yang tidak.
dan sudah terverifikasi oleh pemerintah maka petani dapat melakukan b) Kebijakan harga dasar legal floors menimbulkan sumberdaya yang terbuang
pertemuan dengan perusahaan asuransi (wasted resources). Kasus upah minimum merupakan contoh yang mudah
dipahami bahwa pencari kerja akan mengoptimalkan sumberdayanya untuk
mendapatkan pekerjaan sesuai dengan upah minimum yang ditetapkan ditambah nilai tukar sudah relatif stabil (setelah tahun 1998) sehingga harga
semetara tidak semua perusahaan mampu menyerap seluruh tenaga kerja beras juga menurun drastis (Sawit et al, 2007).
pada tingkat upah minimum. Fase ketiga adalah sejak tahun 2001 dimana pembenahan kebijakan
c) Legal floors pada dasarnya merupakan bagian dari peningkatan kualitas perberasan mulai dilakukan. Pada fase ini, peran BULOG mulai dioptimalkan
secara tidak efisien karena regulator (pemerintah) menentukan harga dan kebijakan harga beras dengan tujuan stabilisasi harga di tingkat produsen
minimum namun tidak menjamin kualitas produk yang dijual. dan konsumen mulai diaktifkan kembali dengan beberapa modifikasi dari fase
d) Legal floors akan membuka peluang terciptanya pasar illegal (black market) pertama. langkah ini diambil karena timbulnya dampak negatif liberalisasi pasar
dimana pemain pasar (misal broker) dapat menjual produk yang dibeli terhadap harga di tingkat produsen dan konsumen beras.
berdasarkan harga minimum dan menjualnya ke pasar umum untuk b. Kebijakan Harga Gula
mendapatkan margin yang tinggi. Kebijakan pergulaan nasional diterapkan secara intensif, identik dengan
Sedangkan jika kebijakan yang diambil adalah price support program, maka intensitas kebijakan yang berkaitan dengan industri beras. Di samping
beberapa dampak tambahan yang ditimbulkan antara lain sebagai berikut: intensitasnya tinggi, kebijakan pemerintah tersebut juga mempunyai dimensi
a) Pemerintah harus membeli kelebihan produksi sehingga jika tidak disertai yang cukup luas, mulai dari kebijakan lahan, input, produksi, distribusi,
dengan efisiensi kelembagaan seperti pergudangan, maka dapat kelembagaan, hingga kebijakan harga.
mengakibatkan pemborosan (wasted resources) Khusus untuk kebijakan harga, pemerintah telah menetapkan kebijakan
b) Price support program umumnya menyebabkan kebijakan pemerintah harga yang bertujuan untuk stabilisasi harga di tingkat produsen dan konsumen
menjadi meluas seperti intervensi tambahan pada sisi produksi. Hal ini akan sejak tahun 1987 perihal penetapan harga gula pasir produksi dalam negeri dan
semakin mendistorsi pasar. impor yang bertujuan untuk menjamin stabilitas harga, devisa, serta kesesuaian
c) Dana yang dibutuhkan relatif besar dan dibebankan pada pajak. Dalam hal pendapatan petani dan pabrik. Kemudian pada periode liberalisasi antara tahun
ini, pembayar pajak seolah-olah melakukan pembayaran ganda (double tax) 1997 – 2000, pemerintah mengeluarkan Kep. Menhutbun No. 282/Kpts-
yaitu pajak untuk pembelian kelebihan produksi dan harga komoditas yang IX/1999, tanggal 7 Mei 1999 perihal Penetapan harga provenue gula pasir
relatif lebih tinggi dari harga pasar. produksi petani yang bertujuan untuk menghindari kerugian petani serta
2) Kebijakan Harga Atap (Price Ceiling) peningkatan produksi tebu. Kebijakan harga gula kemudian direvisi mengikuti
McTaggart et al (2009) menjelaskan bahwa harga atap (price ceiling) perkembangan dan sejak tahun 2002, perihal tataniaga impor gula, kebijakan
merupakan harga yang ditetapkan di bawah titik equilibrium. Tujuan penetapan harga gula didukung dengan pengaturan importasi untuk menjaga pendapatan
kebijakan harga atap adalah untuk melindungi konsumen dari kenaikan harga petani dan produsen (pabrik gula). Dan pada tahun 2004 hingga saat ini,
yang berdampak pada penurunan daya beli. Secara umum, kebijakan harga atap pemerintah mengeluarkan Kep Menperindag No 527/MPP/Kep/2004 tentang
akan memberikan disinsentif bagi produsen sehingga berpotensi menimbulkan impor, kualitas gula impor, dan harga referensi sebagai pengganti peraturan
kelangkaan produk di pasar, dengan asumsi tidak ada impor. sebelumnya. Tujuannya masih sama yaitu stabilisasi harga terutama di tingkat
Sedangkan beberapa dampak tambahan dari kebijakan harga atap adalah produsen (Susila, 2005).
sebagai berikut: c. Kebijakan Harga Kedelai
a) Harga atap akan menyebabkan terbuangnya sumberdaya (wasted resources) Sebelum tahun 2013, kebijakan stabilisasi harga kedelai dilakukan dengan
terutama dari pihak konsumen yang akan mengeluarkan sumberdaya lebih pengaturan bea impor kedelai yang menyesuaikan pergerakan harga
untuk memperoleh barang yang terbatas. internasional. Pada tahun 2013, pemerintah mengeluarkan program stabilisasi
b) Kualitas barang akan menurun karena pada umumnya produsen merasa rugi harga kedelai (PSHK) yang bertujuan untuk stabilisasi harga di tingkat petani
dengan tingkat harga yang dibatasi di bawah harga pasar dan pengrajin tahu dan tempe secara bersamaan. Hal ini dilakukan mengingat
c) Harga atap akan membuka peluang terciptanya pasar illegal (black market) sejak tahun 2012 harga kedelai di dalam negeri berfluktuasi dan sulit
dimana pemain pasar (misal broker) dapat membeli produk berdasarkan dikendalikan sehingga menimbulkan gejolak di masyarakat.
harga minimum dan menjualnya ke pasar umum untuk mendapatkan margin Kebijakan PSHK dikeluarkan melalui Permendag No 23/M-
yang tinggi. DAG/PER/5/2013 tentang Program Stabilisasi Harga Kedelai yang merupakan
d) Harga atap akan menimbulkan inefisiensi alokasi bagi konsumen karena implementasi dari Perpres Nomor 32 Tahun 2013 tentang Penugasan kepada
harga yang terbentuk tidak berdasarkan penilaian konsumen (harga pasar) perum BULOG untuk pengamanan harga dan penyaluran kedelai. Melalui
Walaupun harga atap dapat merugikan konsumen, namun secara agregat kebijakan tersebut, pemerintah berupaya mengatur tataniaga kedelai melalui
konsumen akan tetap diuntungkan dari harga yang relatif rendah. pembelian kedelai petani dengan harga tertentu sehingga petani mendapatkan
Kebijakan Harga Komoditas Pertanian di Indonesia keuntungan yang layak, kemudian menjual kepada pengrajin tahu dan tempe
Kebijakan harga komoditas pertanian merupakan salah satu kebijakan dengan harga tertentu sehingga terjangkau masyarakat.
pembangunan dan pengembangan sektor pertanian di Indonesia. Pada d. Kebijakan Harga Referensi
umumnya, kebijakan harga komoditas pertanian ditujukan untuk melindungi Kebijakan harga referensi ditetapkan pada beberapa komoditas antara lain
produsen, namun dalam implementasinya, kebijakan harga juga ditujuan untuk daging sapi melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 46/M-
melindungi konsumen yang didukung dengan program stabilisai harga. Hingga DAG/PER/8/2013 tentang Ketentuan Impor dan Ekspor Hewan dan Produk
saat ini, setidaknya terdapat beberapa kebijakan harga untuk beberapa Hewan dan cabe dan bawang merah melalui Peraturan Menteri Perdagangan
komoditas pertanian yaitu beras, gula, kedelai, daging sapi, cabe, dan bawang. Nomor Permendag No. 47/M-DAG/PER/8/2013 tentang Perubahan Atas
a. Kebijakan Harga Beras Permendag No. 16/M-DAG/PER/4/2013 tentang Ketentuan Impor Produk
Kebijakan perberasan sudah diterapkan sejak tahun 1967, termasuk Hortikultura. Dalam implementasinya, harga referensi ditetapkan dalam periode
kebijakan harga yang ditujukan untuk stabilisasi harga beras di tingkat produsen tertentu sebagai landasan bagi pemerintah untuk menetapkan kebijakan impor.
dan konsumen. Dinamika politik Indonesia sangat mempengaruhi kebijakan Artinya, jika harga di tingkat eceran berada di atas harga referensi, maka
perberasan yang dapat dikelompokan menjadi tiga fase (Sawit et al, 2007). importasi akan dilakukan sampai harga eceran berada pada tingkat harga
Fase pertama adalah periode 1967-1996. Pada fase ini, pemerintah referensi yang ditetapkan. Saat ini harga referensi cabe merah adalah Rp
mengendalikan pasar beras di dalam negeri dengan melakukan intervensi pasar 26.300/kg dan bawang merah Rp 25.700/kg berdasarkan Surat Keputusan Dirjen
dalam rangka mendorong produksi padi dan menjaga stabilitas harga. Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Nomor 118/PDN/KEP/10/2013 tentang Penetapan
stabilisasi harga didukung melalui intervensi pengelolaan persediaan beras Harga Referensi Produk Hortikultura.
nasional melalui BULOG (Badan Usaha Logistik), yaitu lembaga pemerintah
yang bertanggung jawab mengelola logistik. POPULASI PENDUDUK DAN PERSEDIAAN MAKANAN #8
Fase kedua adalah periode 1997-2000. Pada fase ini, pemerintah Diversifikasi pangan menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 68 Tahun 2002
meliberalisasi sektor perberasan, memprivatiasi BULOG, dan menghapus Tentang Ketahanan Pangan adalah upaya peningkatan konsumsi aneka ragam
hambatan perdagangan. Praktis kebijakan harga beras tidak berlaku karena pangan dengan prinsip gizi seimbang.
sudah mengikuti mekanisme pasar. dampaknya, swasembada pangan Indonesia Prinsip dasar dari diversifikasi konsumsi pangan adalah bahwa tidak satupun
menurun, ketergantungan terhadap beras impor meningkat, dan harga di tingkat komoditas atau jenis pangan yang memenuhi unsur gizi secara keseluruhan yang
konsumen dan produsen beras menjadi tidak stabil. Pada periode ini terjadi diperlukan oleh tubuh.
lonjakan volume impor beras yang sangat tajam yaitu dari 911 ribu ton pada Namun, dengan adanya peranan pangan sebagai pangan fungsional seperti
periode 1996-1997 menjadi 3,8 juta ton pada 1998-1999. Pemerintah tidak adanya serat, zat antioksidan dan lain sebagainya sehingga dalam memilih jenis
mampu menahan serbuan impor ini akibat kebijakan liberalisasi perdagangan makanan tidak hanya mempertimbangkan unsure gizi seperti kandungan energy
protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral tetapi juga mempertimbangkan Untuk bertahan hidup, manusia membutuhkan makanan. Dengan
pangan dengan peranan sebagai pangan fungsional. bertambahnya jumlah populasi penduduk, maka jumlah makanan yang
Manfaat diversifikasi pada sisi konsumsi adalah semakin beragamnya diperlukan juga semakin banyak. Ketidakseimbangan antara bertambahnya
asupan zat gizi, baik makro maupun mikro, untuk menunjang pertumbuhan, jumlah penduduk dengan bertambahnya produksi pangan sangat mempengaruhi
daya tahan, dan produktivitas fisik masyarakat. Keragaman pangan juga kualitas hidup manusia. Akibatnya penduduk dapat kekurangan gizi atau bahkan
meningkatkan asupan zat-zat antioksidan, serat, serta penawar terhadap senyawa kurang pangan. Sebagian besar lahan pertanian di kota digunakan untuk lahan
yang merugikan kesehatan seperti kolesterol. Di samping itu, keragaman juga pembangunan pabrik, perumahan, kantor, dan pusat perbelanjaan. Untuk
memberikan lebih banyak pilihan kepada masyarakat untuk memperoleh pangan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat kota sangat tergantung dengan
sesuai preferensinya. tersedianya pangan dari desa. Jadi kenaikan jumlah penduduk akan meningkat
Manfaat diversifikasi dari aspek penyediaan adalah semakin beragamnya pula kebutuhan pangan dan lahan.
alternatif jenis pangan yang dapat ditawarkan, tidak terfokus pada pangan Thomas Robert Maltus seorang sosiolog Inggris, mengemukakan teori yang
tertentu saja. berjudul Essay on The Principle of Population. Maltus menyimpulkan bahwa
Faktor pengaruh diversifiaksi pertambahan penduduk mengikuti deret ukur, sedangkan pertambahan produksi
Penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, pangan mengikuti deret hitung. Jadi semakin meningkat pertumbuhan
antara lain: penduduk, semakin tinggi pula kebutuhan pangan. Oleh karena itu peningkatan
- faktor yang bersifat internal (individual) seperti pendapatan, preferensi, produksi pangan perlu digalakkan. Penduduk yang kekurangan makanan akan
keyakinan (budaya dan religi), serta pengetahuan gizi menyebabkan gangguan pada fungsi kerja tubuh dan dapat terjangkit penyakit
- faktor eksternal seperti faktor agro-ekologi, produksi, ketersediaan dan seperti busung lapar, anemia, dan beri-beri. Sedangkan akibat yang ditimbulkan
distribusi, anekaragam pangan, serta promosi/iklan. pada balita yang kekurangan asupan gizi dapat mengidap penyakit yang disebut
POTENSI DIVERSIFIKASI DI INDONESIA dengan kwarshiorkor dan marasmus.
- Mengurangi masalah ketergantungan terhadap pangan impor serta memelihara Akibat kurang meratanya persebaran bahan pangan di sejumlah daerah di
stabilitas ekonomi makro. Indonesia dan akibat permintaan akan beras yang terus meningkat setiap
- Strategi pemerintah dan ditetapkan sebagai program nasional tahunnya menyebabkan ketahanan pangan di Indonesia menjadi terganggu.
Pemerintah harus memiliki komitmen yang tinggi dalam memperbaiki nasib Padahal pada hakikatnya pangan adalah salah satu kebutuhan dasar yang paling
petani dan konsisten dalam pencapaian ketahanan pangan nasional. penting bagi setiap manusia. Yang mana dalam pemenuhannya, negara
Tantangan Diversifikasi Pangan bertanggung jawab dalam penyediaan dan pemenuhan bahan pangan bagi setiap
Diversifikasi pangan memiliki berbagai tantangan seperti: warganya sebagai bagian dari hak asasi manusia yang telah diatur dalam
- ketersediaan bahan baku yang terbatas Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
- Harga kurang kompetitif dibanding beras Melihat kondisi saat ini yang tidak stabil dimana jumlah penduduk yang
- produktivitas pangan lokal umumnya masih rendah karena riset terkait terus meningkat, di samping itu produktivitas bahan pangan malah justru terus
varietas maupun teknologi kurang intensif. menurun. Semua itu disebabkan karena laju pertumbuhan penduduk yang tidak
Program Diversifikasi Pangan Pemerintah pada Era Krisis Pangan terkontrol. Sehingga menimbulkan permasalahan serius di bidang ketahanan
Dimulai tahun 1960an dengan anjuran mengonsumsi pangan selain beras. Yang pangan. Untuk mengatasi permasalahan ini ada beberapa hal yang dapat
paling terkenal dilakukan oleh pemerintah untuk menekan tingkat pertumbuhan penduduk yang
1) campuran beras dengan jagung, dan sangat signifikan, diantaranya yaitu menggalakan kembali program Keluarga
2) penggantian konsumsi beras pada waktu-waktu tertentu dengan jagung. Berencana (KB) yang sempat terhenti untuk mengontrol laju kelahiran bayi.
Di akhir Pelita I (1974), secara eksplisit pemerintah mencanangkan Selain itu pemerintah juga perlu melakukan pembangunan berkelanjutan pada
kebijaksanaan diversifikasi pangan melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 14 semua aspek kehidupan baik di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi
tahun 1974 tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat (UPMMR), dan serta meningkatkan mutu pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan
disempurnakan melalui Inpres No.20 tahun 1979. masyarakat.
Program Diversifikasi Pangan Setelah Era Swasembada Beras Di 64 dari 105 negara berkembang (berdasarkah hasil riset dari UN Food
Masyarakat Indonesia menjadi ketergantungan terhadap beras. Pada tahun and Agriculture Organization) populasi penduduk mengalami peningkatan yang
1991/1992 pemerintah melalui Departemen Pertanian mulai menggarap sangat pesat dibandingkan dengan peningkatan ketersediaan makanan. Dampak
diversifikasi konsumsi melalui Program Diversifikasi Pangan dan Gizi (DPG). dari peningkatan populasi jumlah penduduk ini telah mengurangi sekitar 2 miliar
Kemudian pada tahun anggaran 1998/1999 dilakukan revitalisasi program DPG hektar lahan pertanian yang ada demi pembangunan infrastruktur dan area
untuk memberikan respon yang lebih baik dalam rangka meningkatkan pemukiman. Sedangkan persediaan air bersih sangat terbatas, tetapi permintaan
diversifikasi pangan pokok. akan air bersih semakin meningkat seiring dengan pesatnya peningkatan
Program Diversifikasi Pangan Kontemporer populasi jumlah penduduk dan penggunaan air bersih per kapita juga meningkat.
Upaya mencapai target sukses pembangunan pertanian pada RPJMN tahap-2 Di prediksikan pada tahun 2025, ketika populasi dunia diprojeksikan akan
(2010-2014) yang salah satunya meliputi peningkatan diversifikasi pangan. mencapai 8 miliar, 48 negara dengan jumlah penduduk gabungan sekitar 3 miliar
Peningkatan diversifikasi pangan menjadi sasaran strategis kementrian akan menghadapi masalah kekurangan pasokan air bersih.
pertanian tahun 2015-2019 Kemudian untuk mengatasi masalah ketahanan pangan yang terjadi,
pemerintah perlu memberikan perhatian khusus pada sektor pertanian seperti
Pertambahan populasi yang tidak terkontrol dapat mengurangi kualitas menyediakan lahan pertanian, sarana dan prasarana pertanian, bibit unggul,
hidup penduduknya karena pertambahan populasi berlebih dapat mengancam penyediaan pupuk dan sebagainya guna meningkatkan produktivitas pangan
ketersediaan sumber daya alam seperti air dan makanan yang merupakan dalam negeri. Sehingga kita tidak perlu mengimpor bahan pangan dari negara
kebutuhan utama manusia demi keberlangsungan hidupnya. Pertambahan lain dan mampu berswasembada pangan secara mandiri seperti yang pernah
populasi berlebih juga memperlambat pergerakan ekonomi dan mengurangi terjadi pada masa orde baru. Lalu pemerintah juga perlu melakukan
level keanekaragaman yang ada pada alam. pemberdayaan kepada para petani guna mecerdaskan dan memotivasi para
Ketersediaan sumber daya alam telah mengalami penekanan sejak di awal petani untuk meningkat hasil pertaniannya serta melakukan diversifikasi produk
abad 20. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kualitas kesehatan penduduknya pangan dalam pengembangan bibit lokal. Dalam hal ini pemerintah diharapkan
yang sangat lambat, keterbatasan persediaan air, kekeringan, hutan gundul, tidak berorientasi pada ekspor bahan pangan sebelum kebutuhan masyarakat
polusi udara yang semakin meningkat, serta meningkatnya kerusakan di area dalam negeri akan pangan tercukupi secara merata dan menyeluruh agar tidak
pesisir. Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk, usaha untuk terjadi kesenjangan sosial antara daerah satu dengan daerah yang lain. Hal ini
memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup tanpa harus memberi dampak bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lahiriah setiap manusia serta diharapkan
buruk pada lingkungan menjadi suatu tantangan sulit yang dihadapi di zaman dapat membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, mandiri dan mampu
modern ini. bersaing sebagai upaya penurunan angka kemiskinan secara menyeluruh.
Kebanyakan dari negara-negara dengan ekonomi yang sedang berkembang Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari alam. Untuk menjaga
saat ini mengkonsumsi sumber daya alam lebih banyak dari yang mereka kelangsungan hidupnya, manusia melakukan eksploitasi terhadap alam.
hasilkan. Negara-negara berkembang dengan pertumbuhan populasi yang Eksploitasi terhadap alam dapat menimbulkan berbagai masalah, terutama pada
sangat cepat ini menghadapi masalah darurat dimana mereka harus mencari sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Berbagai jenis bahan tambang
jalan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduknya yang sangat banyak seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara merupakan sumber daya alam
untuk menjadi lebih baik sesuai dengan standar yang ada. yang suatu saat akan habis dan tidak dapat diperbarui lagi.
Meningkatnya populasi penduduk berarti meningkat pula kebutuhan penyaluran kredit ini dirancang sedemikian rupa agar dapat diakses secara
hidup.Ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dan peningkatan mudah oleh petani, tanpa agunan dan prosedur yang rumit. Komoditas
produksi pangan akan memengaruhi kualitas hidup manusia. Usaha hortikultura yang dimaksud adalah:
meningkatkan kualitas hidup manusia makin berat apabila jumlah penduduknya 1. Tanaman buah-buahan: yaitu pisang, nanas, markisa, jeruk dan salak.
besar. Pertambahan penduduk yang tinggi dapat menghambat upaya untuk 2. Tanaman sayur-sayuran: yaitu cabe merah, kentang, dan bawang merah.
meningkatkan kemakmuran suatu negara. Apabila suatu negara memiliki 3. Tanaman obat-obatan : yaitu jahe.
pendapatan kecil dan jumlah penduduk banyak, pendapatan per kapita akan Untuk tanaman hortikultura yang berupa markisa, jeruk, salak diberikan
rendah. dalam rangka pemeliharan tanaman yang sudah menghasilkan.
Pertumbuhan populasi manusia yang pesat dapat menghambat upaya Ukuran keberhasilan Kredit Usaha Tani ini berpijak pada tiga hal, yaitu:
pemenuhan kebutuhan pangan dan nutrisi vang dikandungnya sesuai dengan 1. Sukses penyaluran
yang diharapkan. Kondisi tersebut terjadi karena semakin banyak jumlah 2. Sukses penggunaan
populasi manusia, kebutuhan pangan dan nutrisi juga bertambah banyak. 3. Sukses pengembalian
Kekurangan zat gizi makanan dalam jangka waktu lama disebut malnutrisi, Ketiga hal tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Kemudahan aksessibilitas
sedangkan apabila kekurangan vitamin disebut avitaminosis. Baik malnutrisi dalam penyaluran Kredit Usaha Tani bukan berarti bahwa Kredit Usaha Tani
maupun avitaminosis mengakibatkan timbulnya penyakit defisiensi, yaitu tersebut telah berhasil dalam ukuran-ukuran tri sukses yang disebutkan diatas.
penyakit yang disebabkan kekurangan zat makanan yang diperlukan tubuh. Agar KUT benar-benar berpengaruh terhadap produksi maka perlu
Malnutrisi biasanya dijumpai di negara-negara berkembang. diperhatikan pula beberapa hal berikut:
Manusia dengan pengetahuan dan teknologi yang dimiliki terus berupaya 1. Kredit Usaha Tani harus didukung oleh penyediaan sarana produksi.
dan mencoba meningkatkaif produksi bahan makanan melalui berbagai macam 2. Didukung oleh kondisi iklim yang normal dan tidak terjadi bencana
cara, misalnya revolusi hijau, revolusi biru, serta pemuliaan tanaman dan kekeringan atau banjir.
hewan. 3. Tidak terjadi kelangkan pupuk dan tersedia dalam jumlah yang cukup,
a. Revolusi Hijau waktu yang tepat dan terjangkau oleh petani.
Revolusi hijau merupakan usaha pengembangan teknologi pertanian untuk 4. Harga sarana produksi stabil, sehingga tidak mengurangi kemampuan daya
meningkatkan produksi bahan makanan, terutama biji-bijian (serealia). Saat ini beli petani terhadap pupuk. Adanya kemudahan KUT benar-benar harus
pengembangan serealia khususnya padi-padian telah dilakukan oleh suatu badan diikuti oleh penerapan teknologi.
yang disebut International Rice Research Institute (IRRI) di Los Banos, Keberadaan Kredit Usaha Tani selama ini telah memberikan beberapa
Filipina. Revolusi hijau di. Indonesia dilaksanakan meialui program manfaat. Manfaat-manfaat yang diberikan oleh Kredit Usaha Tani tersebut
intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Apakah program revolusi hijau selalu adalah sebagai berikut:
berdampak positif? Berdasarkan hasil penelitian diketahui pula beberapa 1. Membebaskan petani dari praktek-praktek ijon dan rentenir.
dampak negatif vari:menvertai pelaksanaan program ini. 2. Meningkatkan produksi hasil pertanian yang selanjutnya dapat
b. Revolusi Biru memperkuat ketahanan pangan nasional.
Revolusi biru adalah usaha pengembangan teknologi pemanfaatan kekayaan laut 3. Menyerap tenaga kerja.
untuk meningkatkan produksi bahan makanan. Sumber daya hayati laut yang Di dalam penggunaan Kredit Usaha Tani terdapat juga suatu permasalahan
dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan berasal dari hewan ataupun yang muncul yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
tumbuhan laut, antara sebagai berikut: 1. Pencairan Kredit Usaha Tani yang terlambat.
1) Hewan, misalnya ikan, udang, kerang, cumi-cumi, dan kepiting. 2. Moral hazard yang berasal dari mereka yang bukan petani murni tetapi
2) Tumbuhan, misalnya: mereka yang tadinya berasal dari kontraktor atau pelaku-pelaku yang
 Ganggang merah (Rhodophyceae), contohnya Eucheuma spinosum untuk secara sengaja masuk mendirikan koperasi atau LSM dengan tujuan untuk
bahan pembuat agar-agar. memanfaatkan KUT atau Kredit Usaha Tani
 Ganggang hijau (Chlorophyceae), contohnya Chlorella sp. sebagai sumber 3. Petani belum paham tentang kredit
protein. 4. Petani belum tahu tentang haknya terhadap kredit
Apakah yang akan terjadi apabila jumlah populasi manusia tumbuh sangat 5. Petani tidak mampu menolak saprodi yang tidak sesuai.
pesat? Dapatkah manusia memenuhi kebutuhan nutrisi seperti yang diharapkan? 6. Petani tidak mampu menolak pestisida, insektisida dan zat pengatur
Pertumbuhan populasi manusia yang sangat pesat dapat menghambat upaya tumbuh yang sudah dipaket.
pemenuhan kebutuhan pangan sekaligus nutrisi yang dikandungnva sesuai Selain Kredit Usaha Tani, pemerintah melalui Departemen Pertanian saat ini
dengan yang diharapkan. Dengan berkurangnya nutrisi dan pangan yang sedang menyiapkan 2 (dua) skim kredit khusus pertanian yaitu kredit untuk
chkonsumsi, tubuh menjadi lebih lemah dan mudah terserang penyakit sehingga ketahanan pangan dan kredit untuk pengembangan agribisnis. Dua jenis kredit
tingkat kesehatan masvarakat pun menjadi menurun. ini tidak dibatasi plafonnya karena kebutuhan petani yang berbeda-beda
bergantung pada komoditas yang ditanam dan luas lahannya.
MATERI PDF Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang dijelaskan diatas adalah kredit untuk
Kredit Usaha Tani usahatani tanaman pangan (padi dan palawija), tebu, peternakan, perikanan, dan
Keberadaan kredit benar-benar dibutuhkan oleh petani untuk tujuan
pengadaan pangan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan
produksi, pengeluaran hidup sehari-hari sebelum hasil panen terjual dan untuk
nasional dan meningkatkan pendapatan petani. Bunga pada Kredit Ketahanan
pertemuan sosial lainnya. Dikarenakan penguasaan lahan tergolong sempit,
Pangan akan lebih besar sedikit dari KUT. Sedangkan kredit pengembangan
upah yang mahal dan kesempatan kerja terbatas di luar musim tanam, sebagian
agribisnis, bunganya akan mendekati pasar yaitu sedikit rendah. Untuk
besar petani tidak dapat memenuhi biaya hidupnya dari satu musim ke musim
menghadapi resiko kredit, peserta KKP dianjurkan mengikuti program asuransi
lainnya tampa pinjaman. Kredit sudah menjadi bagian hidup dan ekonomi
jiwa dan asuransi kerugian.
usahatani, bila kredit tidak tersedia tingkat produksi dan pendapatan usahatani
KREDIT pertanian sejauh ini dapat diklasifikasikan aman-aman saja.
akan turun drastis. Sesuai pendapat Mears, L.A. (1961) bahwa kredit benar-
Kalaupun terjadi kemacetan, jumlahnya tidak lebih dari 1,1%. Itu pun bukan
benar dibutuhkan oleh petani padi Indonesia untuk beberapa tujuan, yaitu biaya
kesengajaan para petani, tetapi lebih banyak disebabkan kondisi eksternal yang
hidup sehari-hari sebelum hasil panen terjual dan untuk pertemuan–pertemuan
tidak dikuasai. Sebutlah iklim yang tidak bersahabat atau serangan
sosial yang sudah menjadi kebiasaan.
hama/penyakit yang kemudian menimbulkan puso atau penurunan produksi
Masalah utama dalam penyediaan kredit ke petani gurem adalah adanya
secara signifikan. Jarang ditemukan petani yang ngemplang kredit pertanian.
jurang pemisah antara penyaluran dengan penerimaan kredit. Banyak lembaga
Dalam berbagai keadaan petani akan tetap berusaha melunasi kredit dan jika
permodalan dengan berbagai skim kreditnya ditawarkan ke petani, tetapi pada
kenytaannya hanya dapat diakses oleh kelompok masyarakat tertentu sedangkan produksi usaha tani tidak mencukupi kebutuhan cicilan kredit, dipastikan
petani kecil masih tetap kesulitan. mereka akan menjual berbagai barang miliknya agar kredit dapat dilunasi sesuai
1.Kredit Usaha Tani dengan ketentuan bank penyalur. Kalaupun ada petani tidak taat asas dalam
Kredit usaha tani adalah kredit modal kerja yang disalurkan melalui pengembalian kredit, dipastikan bukan petani, melainkan para pengurus
koperasi/KUD dan LSM, untuk membiayai usaha tani dalam intensifikasi koperasi penyalur kredit pertanian.
tanaman padi, palawija dan hortikultura. Kredit program ini dirancang untuk Industri perbankan di Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak
membantu petani yang belum mampu membiayai sendiri usaha taninya. Sistem kebijakan deregulasi keuangan pada tahun 1983. Jumlah bank meningkat dari
111 buah pada tahun 1988 menjadi 238 pada bulan Juli 1997 (sebelum krisis cost/benefit bagi petani, pengusaha pertanian dan penyedia jasa asuransi dan
melanda Indonesia). Dalam kurun waktu yang sama, volume usaha perbankan yang tidak kalah pentingnya adalah asuransi yang diberikan didasarkan pada
sebagaimana tercermin dari aktiva dan kemampuan bank menghimpun dan pertimbangan apakah biaya asuransi tersebut cukup efektif dalam menanggung
menyalurkan dana masyarakat meningkat lebih dari 5 kali lipat sejak 1989-1996. sebuah risiko.
Sangat disayangkan, perkembangan spektakuler tadi tidak diikuti dengan Secara umum tujuan asuransi untuk sektor pertanian adalah untuk
fundamental pengembangan perbankan yang sehat. Banyak bank hanya memberikan proteksi atau penggantian terhadap risiko gagal panen akibat
menyalurkan kredit kepada kelompok usahanya sendiri, sementara sindikat bank
serangan hama, penyakit, ataupun bencana alam. Asuransi pertanian ini
BUMN dibobol konglomerat setelah mendapatkan memo sakti oleh para
diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi para pihak baik itu petani itu
penyelenggara negara. Walaupun kredit melimpah, tetapi tidak demikian halnya
penyaluran kredit untuk para petani, khususnya petani kecil berlahan kurang dari sendiri baik menyangkut tingkat produksi bahkan sampai pada perbaikan situasi
0,25 hektare. Akibatnya, pertanian tidak berkembang sebagaimana diharapkan. ekonomi maupun perusahaan penyedia jasa asuransi.
Keterpurukan pertanian pada gilirannya berakibat fatal terhadap fundamental Menurut Yamaguchi dalam Anonymous (2012), asuransi pertanian ini
ekonomi secara keseluruhan (Supriyatna, 2012) mempunyai beberapa manfaat, antara lain :
2.Sumber Kredit Pertanian di Tingkat Desa 1. Asuransi pertanian akan melindungi petani dari kerugian secara finansial
Keberadaan sumber kredit sangat penting dalam pengembangan produksi karena kegagalan panen melalui fungsi tanggunggan kerugian.
padi terutama untuk petani berlahan sempit dan petani tidak berlahan. Kredit 2. Asuransi pertanian akan meningkatkan posisi tawar petani terhadap kredit
digunakan baik untuk tujuan produksi, kegiatan ekonomi lainnya dan untuk pertanian. Hal ini karena asuransi pertanian menjamin perlindungan dari
memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Sudah banyak lembaga yang kegagalan panen maka petani peserta asuransi mendapat rasio kredit yang
menyediakan kredit di tingkat desa, berdasarkan organisasinya dapat lebih baik jika asuransi termasuk didalamnya.
dikelompokan ke dalam tiga bagian, yaitu: 3. Skim asuransi pertanian di samping meningkatkan stabilitas pendapatan
(a) lembaga kredit informal terdiri atas Bank keliling dikenal dengan nama lokal petani dengan menanggung kerugian mereka dari kerusakan tanaman juga
”Bank jongkok”, pedagang hasil pertanian, pelepas uang, pedagang sarana merupakan kebijakan yang positif dalam meningkatkan produktivitas
produksi dan penggilingan padi; dengan mencegah dan membatasi pengaruh bencana alam, khususnya hama
(b) lembaga kredit formal terdiri atas Koperasi Unit Desa (KUD), Bank dan penyakit.
Perkreditan Rakyat (BPR), BRI Unit Desa dan lembaga pegadaian; dan 4. Asuransi pertanian memberikan kontribusi terhadap stabilitas ekonomi yang
(c) kredit program pemerintah terdiri atas Usaha Pelayanan Kredit Desa (UPKD) lebih baik akibat dampak dari kerusakan tanaman dalam ruang dan waktu.
dana APBD dan Kredit Ketahanan Pangan (KKP) dana APBN. Sebagai salah satu bentuk usaha yang memiliki resiko pertanian, sudah
Lembaga kredit yang sudah lama terbentuk adalah lembaga informal, selayaknya diperlukan suatu bentuk asuransi usaha yang tepat bagi pertanian.
lembaga ini tidak dibangun oleh pemerintah tetapi berdiri sendiri sejalan dengan Resiko-resiko pertanian yang biasa melanda usaha ini adalah yang berakibat
tumbuhnya permintaan dari petani. Yang dijadikan pertimbangan dalam kepada gagal panen yang berasal dari kejadian peubahan iklim yang ekstrim,
pemberian kredit lembaga ini adalah aspek kepercayaan, kredit diberikan kepada serangan hama atau rendahnya penggunaan teknologi pertanian. Jika hal ini
para petani yang dipercaya melakukan pembayaran cukup lancar. Suku bunga tidak dapat diantisipasi dengan tepat, maka hal ini dapat melemahkan semangat
lembaga informal sangat tinggi, yaitu Bank kelililing (80%), pedagang hasil dan petani untuk tetap melaksanakan kegiatan pertanian.
pelepas uang (60%) dan kios saprotan serta penggilingan padi (24%) per tahun. Petani dalam kemampuannya beradaptasi dengan permasalahan ini dan
Pada tahun 2002, kisaran nilai kredit yang disalurkan lembaga kredit informal dalam mengembangkan usahanya selalu terkendala oleh modal, penguasaan
antara Rp.1,5 juta sampai Rp.10 juta dengan jumlah peminjam antara 15 sampai
teknologi dan akses pasar. Pendekatan konvensional dengan menerapkan salah
25 orang. Untuk mempercepat pembangunan ekonomi pedesaan dan
menghindari masyarakat, terutama petani gurem, terjerumus ke dalam jeratan satu atau kombinasi strategi produksi, pemasaran, finansial, dan pemanfaatan
lembaga kredit informal, maka pemerintah memfasilitasi pembangunan kredit informal diperkirakan kurang efektif. Oleh karena itu diperlukan sistem
lembaga kredit formal yang menyediakan suku bunga rendah, yaitu berturut- proteksi melalui pengembangan asuransi pertanian
turut KUD didirikan pada tahun 1977, BPR tahun 1988, BRI Unit Desa tahun Asuransi pertanian ini dilakukan dalam upaya untuk melindungi petani dari
1996 dan lembaga pegadaian yang didirikan pada tahun 2001. kegagalan panen dan saat terjadi over supply, dalam rangka melindungi
3. Asuransi Pertanian simpanan masyarakat di bank. Banyak petani telah mengetahui program
Asuransi bukan hanya dalam dunia bisnis, dalam kehidupan sehari-haripun asuransi, namun hampir tidak ada petani yang membeli polis asuransi dengan
asuransi sudah sangat dikenal. Anda tentu sudah sering dengar asuransi alasan:
kecelakaan kerja, asuransi rumah, dan berbagai jenis asuransi lainya. Di dalam a. Tidak mampu membayar premi.
dunia bisnis, asuransi sudah sangat dikenal sebagai salah satu cara yang sering b. Tidak percaya pada perusahaan asuransi.
c. Repot mengurusnya.
dijadikan alat untuk mengelola resiko dan berperan penting dalam mengatur
Jika asuransi pertanian akan diterapkan, ada tiga prinsip asuransi yang harus
risiko dalam berinvestasi. Dalam hal ini risiko yang dihadapi dalam berinvestasi dipertimbangkan, yaitu:
akan dialihkan menjadi risiko asuransi. 1. Risk spreading dan risk pooling, dimana risk spreading berarti bahwa
Dunia asuransi dewasa ini sudah begitu berkembang, namun pada saat yang individu-individu petani berbagi resiko yang sama dengan lembaga
sama asuransi masih sedikit sekali menyentuh dunia pertanian terutama di penyedia asuransi dan risk pooling berarti bahwa individu-individu petani
negara kita. Padahal seperti yang kita ketahui, sektor pertanian secara umum yang mempunyai resiko berbeda menggabungkan resikonya kedalam satu
adalah leading sector di Indonesia. Tercatat lebih dari 50% penduduk Indonesia wadah bersama (common pool).
menggantungkan hidupnya di sektor ini, bukan hanya menyediakan bahan 2. Insurable risks, resiko harus layak secara ekonomis untuk diasuransikan
pangan saja tetapi sektor pertanian juga menyediakan lapangan kerja yang cukup 3. Rational for buying insurance, artinya membeli asuransi harus rasional
besar. Sektor pertanian juga dikenal telah menyediakan 48 juta lapangan kerja, secara ekonomi.
menyediakan bahan baku industri serta penyedia bahan baku ekspor baik mentah Prakondisi yang diperlukan untuk dapat membangun sebuah sistem asuransi
maupun olahan. Berusaha di bidang pertanian secara umum mempunyai potensi tanaman pada sawah yang rasional bagi petani dan layak secara ekonomi bagi
lembaga penyedia asuransi adalah antara lain:
yang tinggi, namun risikonya juga sangat besar. Usaha pertanian memiliki
1. Jumlah petani yang menjadi peserta asuransi harus cukup besar, yang dapat
karakteristik sebagai usaha yang penuh risiko terhadap dinamika alam, bersifat
dicapai dengan mewajibkan petani penerima kredit usahatani (sekarang
biologis dan musiman, rentan terhadap serangan hama dan penyakit, yang Kredit Ketahanan Pangan = KKP) membeli polis asuransi pertanian.
kesemuanya secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri dapat menyebabkan 2. Para petani harus setuju untuk melaksanakan teknologi yang dianjurkan dan
kerugian. Oleh karena sudah selayaknya usaha pertanian juga mendapat ada jasa bank penyalur kredit yang sekaligus bertindak sebagai agen
perhatian khusus untuk memperkecil risiko, dalam hal ini dengan manajemen penjualan polis/sertifikat asuransi dan distribusi dokumen klaim dan
risiko dalam bentuk asuransi, yang kita sebut dengan asuransi pertanian. membayar klaim yang telah disetujui oleh lembaga penyedia asuransi.
Asuransi pertanian adalah mekanisme finansial yang akan membantu 3. Dukungan secara total dari Departemen Pertanian, khususnya dalam
mengelola kerugianpertanian akibat bencana alam atau iklim yang tidak pelaksanaan inspeksi resiko dan penilaian kerugian dan pengaturan asuransi
mendukung diluar kemampuan petani untuk mengendalikanya. Manajemen tanaman padi sawah lebih baik dilakukan secara terpusat.
risiko dibidang pertanian adalah masalah yang sangat penting dalam investasi 4. Tersedianya tenaga ahli yang berpengalaman khusus mengenai asuransi
dan keputusan finansial petani. Program asuransi sangat bergantung pada rasio perrtanian yang harus dimiliki oleh lembaga penyedia asuransi pertanian,
seperti tenaga underwriter, tim inspeksi resiko, tim agronomi dan tim penilai Mukomuko 9 persen, balita dengan kondisi kondisi buruk Kabupaten Seluma
kerugian. dan Lebong masing-masing 1 persen, sedang lainnya tidak ada data atau 0
5. Perlu diadakan uji-coba terlebih dahulu sebelum pelaksanaan asuransi Terkait dengan masalah gizi disebabkan asupan makanan yang tidak
secara masal agar dapat dirumuskan model asuransi yang sesuai dengan seimbang, secara nasional penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energy
kondisi lapangan. dibawah kebutuhan minimal (kurang dari 70 persen dari angka kecukupan gizi
6. Dilakukan studi banding dengan beberapa negara yang sudah bagi orang Indonesia) sebanyak 40,7 persen untuk Provinsi Bengkulu 42,3
berpengalaman dan berhasil dalam menyelenggarakan asuransi pertanian persen atau diatas rata-rata nasional. Faktor penyebab yaitu tingkat ketersediaan
baik dengan menggunkan fasilitas internet atau langsung ke negara-negara pangan dari produksi domestik per kapita pada tahun tertentu dengan
tersebut. meningkatkan produksi pangan harus sama dengan laju pertumbuhan penduduk
Dengan adanya persyaratan diatas maka diharapkan asuransi pertanian di tahunan, ketersediaan pangan mencukupi harus sama dengan mutu yang cukup
Indonesia ini dapat berjalan sesuai dengan ketepatan yang ada. Dan diharapkan baik dan aman dikonsumsi, aspek pendistribusian pangan merata dan
dengan adanya Kredit Usaha Tani dan Asuransi Pertanian tersebut dapat terjangkau.
membantu kehidupan para petani menjadi lebih baik.(Heru, 2010) Kebijakan ke depan diharapkan pemerintah melakukan :
 intensifikasi dan ektensifikasi serta menjaga luas lahan 
 pertanian tidak
Ketahanan Pangan
SHAUG (1985) Ketahanan pangan adanya sekeranjang pangan yang gizinya menyusut, 

cukup, secara budaya dapat diterima, dapat diperoleh sesuai dengan martabat  Memberikan kredit lunak untuk pembelian bibit dan pupuk 
 secara murah 

manusia, dan bertahan sepanjang waktu. Presiden Susilo Bambang Yudoyono
pada Hari Pangan Sedunia di Bandar Lampung Tengah, 5 Desember 2007  Memperbaiki saluran irigrasi sehingga panen padi dapat 
 panen minimal 2
menyatakan bahwa sebuah negara dikatakan memiliki ketahanan pangan yang kali dalam setahun 

baik apabila pangan itu tersedia, rakyat dapat membeli dengan harga terjangkau,
dan kita tidak harus tergantung secara mutlak kepada sumber- sumber pangan Ketahanan pangan 2
dari negara lain Pangan dan penduduk tidak dapat dilepaspisahkan karena pangan menjadi
Ketahanan pangan mencakup empat pilar ialah aspek ketersediaan (food kebutuhan utama setiap penduduk selama ia hidup. Seiring dengan pertumbuhan
availability), aspek ketersediaan atau pasokan (stability of supplies), aspek penduduk yang selalu meningkat dari waktu ke waktu, kebutuhan terhadap
keterjangkauan (access to supplies) dan aspek konsumsi pangan (food pangan juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pangan di Indonesia
utilization). identik dengan beras, padahal ketersediaan sumber pangan utama sangat
Dalam pembangunan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan beragam dengan konsumsi beras yang meningkat tajam. Wilayah pulau kecil
diarahkan untuk menopang kekuatan ekonomi domestik sehingga mampu seperti halnya Kabupaten Maluku Tenggara Barat alasan geografis, sosial dan
menyediakan pangan yang cukup secara berkelanjutan bagi seluruh penduduk, budaya masyarakat setempat turut berkontribusi terhadap pola konsumsi pangan
utamanya dari produksi dalam negeri, dalam jumlah dan keragaman yang cukup, dan kondisi ketahanan pangan masyarakat setempat.
aman dan terjangkau dari waktu ke waktu. Pangan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia. Selama manusia hidup
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Provinsi pangan tetap diperlukan untuk dikonsumsi. Permintaan terhadap pangan akan
Bengkulu 1.715.518 jiwa dan terus akan bertambah 1,67 persen per tahun jika terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk yang juga meningkat.
tidak dikendalikan, oleh karena itu keperluan penyediaan pangan akan terus Ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi dimana tersedianya pangan dalam
membesar, dengan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan manusia, permintaan akan jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga yang terjangkau dan
kualitas pangan, keamanan akan meningkat. aman dikonsumsi masyarakat, sehingga dapat menjalankan aktifitas sehari-hari
Dengan penduduk pada tahun 2010 sebesar 1.715.518 jiwa diasumsikan sepanjang waktu (UU No. 7 Tahun 1996; FAO 1996). Pada tingkat rumah
setiap satu jiwa penduduk di Provinsi Bengkulu kebutuhan beras 10 Kg per tangga, ketahanan pangan meliputi kemampuan rumah tangga untuk
bulan maka dibutuhkan beras 205.862,16 ton, Kota Bengkulu tertinggi mengamankan pangan serta kecukupan gizi anggota keluarga. Dengan definisi
seperti ini, maka pangan tidak hanya harus tersedia pada tingkat global akan
37.025,28 ton, produksi padi tahun 2010 sebesar 12.532 bila diasumsikan
tetapi harus juga tersedia pada tingkat nasional, regional, rumah tangga bahkan
menjadi beras 45 persen maka di Kota Bengkulu ketersediaan pangan sebesar individu.
5.012,80 dan minus 32.012,48 ton, Kabupaten yang mengalami minus terhadap Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan RT
ketersediaan beras selain Kota Bengkulu adalah Mukomuko sebesar 3.675,96 Ketahanan pangan dipengaruhi oleh faktor sosial demografi, ekonomi dan
ton dari kebutuhan tahun 2010 beras 18.690,36 ton, kabupaten Rejang Lebong budaya. Karena sasaran penelitian ini adalah RT maka kepala rumah tangga
tahun 2010 kebutuhan beras minus 2.716,04 ton dari kebutuhan 29.614,44 dan (KRT) dipilih sebagai responden, tetapi informasi yang dijaring meliputi
Kepahiang minus 2,444,60 dari kebutuhan beras tahun 2010 sebesar 14.983,80 keseluruhan RT. Indikator sosial demografi yang diteliti meliputi jenis kelamin
ton, Sedangkan Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Seluma, Kaur, KRT, usia KRT, pendidikan KRT, jumlah tanggungan KRT, pekerjaan utama,
Lebong dan Bengku Tengah mengalami surplus antara panen padi dengan pekerjaan sampingan, usia istri dan pendidikan istri. Indikator ekonominya
kebutuhan beras pada tahun 2010. adalah pendapatan keluarga yang merupakan penjumlahan dari seluruh sumber
Kualitas/keamanan jenis pangan yang dikonsumsi untuk memenuhi pendapatan yang ada, dan aset yang dimiliki berupa kepemilikan barang tahan
kebutuhan gizi, dilihat dari ‘ada’ atau ‘tidak’nya bahan makanan yang lama seperti TV, parabola, radio, sepeda motor, dan perahu ataupun hewan
peliharaan yang harganya tinggi seperti sapi dan babi. Indikator budaya seperti
mengandung protein hewani dan/atau nabati yang dikonsumsi dalam rumah
peran istri, sistim pertanian, perubahan pola konsumsi dianalisis secara kualitatif
tangga. Berbagai program untuk mengatasi masalah kelaparan dan kurang gizi
dengan jalan wawancara mendalam melalui FGD, dengan demikian analisis
di Indonesia dan Provinsi Bengkulu sudah banyak dilakukan, Namun demikian faktor budaya tidak dimasukan dalam model analisis. Selanjutnya digunakan
capaian masih terus ditingkatkan, prevalensi gizi kurang di Indonesia tahun analisis regresi model binary log untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor
2010 hasil RISKEASDAS tahun 2010 kondisi stagnan 13 persen sesuai hasil tersebut terhadap ketahanan pangan RT.
SDKI tahun 2007, Disisi lain sudah terjadi penurunan prevalensi kurang gizi Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usahatani Padi Tahun Anggaran 2017
(berat badan menurut umur) pada balita dari 18,4 persen tahun 2007 turun Upaya Kementerian Pertanian untuk mensukseskan pencapaian target
menjadi 17,9 persen tahun 2010, penurunan terjadi pada prevalensi gizi buruk swasembada pangan sudah menjadi tekad dan harus berhasil. Berkenaan dengan
secara nasional yaitu dari 5,4 persen pada tahun 2007 menjadi 4,9 persen tahun itu, mulai tahun 2015, pemerintah melaksanakan Upaya Khusus (UPSUS)
2010. Untuk Provinsi Bengkulu hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) swasembada padi dengan target produksi padi tahun 2016 mencapai 75,13 juta
tahun 2010 menunjukkan Balita yang mengalami gizi buruk 4,3 persen, gizi ton. Tetapi usaha di sektor pertanian, khususnya usahatani padi dihadapkan pada
kurang 11 persen, gizi baik 73,7 persen balita dengan gizi lebih 10,9 persen. risiko ketidakpastian sebagai akibat dampak negatif perubahan iklim yang
Untuk tingkat kabupaten/kota pada tahun yang sama, kondisi balita dengan merugikan petani. Untuk mengatasi kerugian petani, maka pemerintah
membantu mengupayakan perlindungan usahatani dalam bentuk asuransi
kondisi lebih kabupaten Bengkulu Utara 81 persen,sebagai pencapaian tertinggi
pertanian, sebagaimana tercantum pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013
sedagkan enam kabupaten/kota tidak mempunyai data (0). Balita dengan gizi tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, yang telah ditindaklanjuti
baik tertinggi di enam kabupaten/kota rata-rata diatas 90 persen, sebaliknya dengan penerbitan Peraturan Menteri Pertanian No 40 Tahun 2015 tentang
balita dengan kondisi kurang tertinggi di Kepahiang dengan 10 persen dan
Fasilitasi Asuransi Pertanian. 
 Asuransi pertanian sangat penting bagi para  Biaya usahatani adalah sejumlah uang yang dikeluarkan petani untuk
membiayai proses produksi pada rangkaian kegiatan usahatani, yang terdiri
petani untuk melindungi usahataninya. Asuransi Pertanian merupakan
dari biaya benih, pupuk dan tenaga kerja pengolahan lahan, penanaman dan
pengalihan risiko yang dapat memberikan ganti rugi akibat kerugian usahatani
sehingga keberlangsungan usahatani dapat terjamin. Melalui asuransi usahatani pemeliharaan. 

padi memberikan jaminan terhadap kerusakan tanaman akibat banjir,  Kelompok Tani adalah kumpulan atau organisasi sosial tani yang
kekeringan, serta serangan hama dan penyakit tumbuhan atau organisme beranggotakan petani tanaman pangan/usahatani padi yang dibentuk dan
pengganggu tumbuhan (OPT), sehingga petani akan memperoleh ganti rugi berkembang berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan
sebagai modal kerja untuk keberlangsungan usahataninya. Berkenaan dengan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian. 

hal tersebut diatas, maka pada tahun 2017, Kementerian Pertanian akan
mengembangkan pelaksanaan AUTP dan memberikan bantuan premi kepada  Penyuluh Pertanian adalah PNS maupun tenaga harian lepas yang diberi tugas,
tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang
petani yang menjadi peserta AUTP. 
 berwenang pada suatu organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan
Maksud, Tujuan dan Sasaran 
 penyuluhan. 

Maksud penyelanggaaraan AUTP ini adalah untuk melindungi kerugian  Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang
nilai ekonomi usahatani padi akibat gagal panen, sehingga petani memiliki dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian pada
modal kerja untuk pertanaman berikutnya. 
 Tujuan penyelenggaraan AUTP tanaman, termasuk didalamnya hama, penyakit, dan gulma. 

adalah untuk:  Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama Penyakit
 Memberikan perlindungan kepada petani jika terjadi gagal panen sebagai (POPT-PHP) adalah petugas yang diberi tanggungjawab serta hak secara
akibat risiko banjir, kekeringan, dan serangan OPT. 
 penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengelolaan
 Mengalihkan kerugian akibat risiko banjir, kekeringan, dan serangan OPT banjir, kekeringan dan serangan OPT yang bertugas di kecamatan yang
ditetapkan sebagai wilayah kerjanya yang dilakukan setiap hari di lapangan
kepada pihak lain melalui pertanggungan asuransi. 

dan dilaporkan secara berkala setiap dua minggu. 

Sasaran penyelenggaraan asuransi usahatani padi adalah:
 Terlindunginya petani dari kerugian karena memperoleh ganti rugi jika terjadi  Koordinator POPT-PHP adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi
gagal panen sebagai akibat risiko banjir, kekeringan, dan atau serangan OPT. tanggungjawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
 Teralihkannya kerugian petani akibat risiko banjir, kekeringan, dan atau mengkoordinasikan POPT-PHP di wilayah kerja kabupaten. 

serangan OPT kepada pihak lain melalui skema pertanggungan asuransi. 
  Perubahan iklim atau iklim ekstrim adalah keadaan cuaca yang berubah-rubah
Manfaat yang dapat diberikan petani melalui AUTP adalah: diluar pengendalian manusia yang berdampak buruk langsung atau tidak
a. Memperoleh ganti rugi keuangan yang akan digunakan sebagai modal kerja langsung pada usahatani padi, seperti banjir, kekeringan dan serangan OPT.
usahatani untuk pertanaman berikutnya. 
 

 Petani adalah seseorang yang memiliki mata pencaharian pokok
b.Meningkatkan aksesibilitas petani terhadap sumber-sumber pembiayaan. 

mengusahakan lahan untuk budidaya tanaman pangan atau usahatani padi. 

c. Mendorong petani untuk menggunakan input produksi sesuai anjuran
 Banjir atau kebanjiran adalah tergenangnya lahan pertanian selama periode
usahatani yang baik. 

pertumbuhan tanaman dengan kedalaman dan jangka waktu tertentu, sehingga
Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan ini adalah: berakibat kerusakan pada tanaman dan menurunkan tingkat produksi tanaman.
a. Petani membayar premi asuransi. 
  Kekeringan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air tanaman selama periode
b.Bantuan premi diberikan kepada petani dengan mengikuti prosedur pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak
penyaluran bantuan sesuai dengan Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Premi optimal, kerusakan pada tanaman dan menurunkan tingkat produksi tanaman.
Asuransi Usahatani Padi. 
  Tanaman terserang adalah tanaman yang digunakan sebagai inang OPT
dan/atau mengalami kerusakan karena serangan OPT pada tingkat populasi
c. Petani mendapat perlindungan asuransi bila mengalami gagal panen. 
 atau intensitas kerusakan/serangan tertentu sesuai jenis OPT-nya. 

Dalam pelaksanaan AUTP ini yang dimaksud dengan:
 Intensitas serangan adalah tingkat serangan atau tingkat kerusakan tanaman
 Asuransi adalah mekanisme pengalihan risiko dari tertanggung kepada yang disebabkan oleh OPT yang dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif.
penanggung dengan pembayaran premi asuransi sehingga penanggung
 Kerusakan dijamin polis adalah kerusakan tanaman pada setiap sawah garapan
berkewajiban membayar kerugian yang terjadi dan dijamin. 
 per petani tertanggung, yang diakibatkan oleh banjir, kekeringan atau
 Asuransi Usahatani Padi adalah perjanjian antara petani dan pihak perusahaan serangan OPT dengan intensitas kerusakan mencapai ≥75% dan atau luas
asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan risiko Usahatani Padi. kerusakan tersebut mencapai ≥75% pada setiap luas petak alami. 

 Polis Asuransi adalah dokumen perikatan asuransi antara tertanggung dan
penanggung, ditandatangani oleh penanggung, yang memuat antara lain hak Pendanaan
dan kewajiban masing-masing pihak dan merupakan bukti tertulis adanya
 Sumber Pembiayaan 
 Sumber pembiayaan pelaksanaan AUTP dapat berasal
perjanjian asuransi. 

dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran
 Ikhtisar Polis (policy schedule) adalah lembar lampiran pada Polis yang berisi
informasi tentang tertanggung, pokok-pokok pertanggungan, harga Pendapatan Belanja Daerah (APBD). 

pertanggungan dan perhitungan premi.  Rincian Pembiayaan 
 Rincian pembiayaan pelaksanaan AUTP terdiri dari
 Premi adalah sejumlah nilai uang yang ditetapkan oleh penanggung dan pembiayaan fisik (bantuan premi pemerintah), pembiayaan operasional
dibayar oleh tertanggung sebagai syarat sahnya perjanjian asuransi dan
(perjalanan, 
 pertemuan, dan lainnya). Dukungan pembiayaan operasional
memberikan hak kepada tertanggung untuk menuntut kerugian.
 Klaim adalah tuntutan ganti rugi karena terjadinya bencana yang berakibat AUTP yang bersumber dari APBN dapat memanfaatkan anggaran
pada kerugian keuangan bagi tertanggung dan memberi hak kepadanya untuk operasional yang tertuang dalam DIPA Satker Ditjen Prasarana dan Sarana
Pertanian.
mengajukan tuntutan gantirugi kepada penanggung. 
 Pelaksanaan kegiatan
 Tertanggung adalah pihak yang mengalihkan risiko kepada penanggung, Kriteria pemilihan calon peserta AUTP adalah:
berkewajiban membayar premi sebagai harga risiko dan mendapatkan hak  Petani yang memiliki lahan sawah dan melakukan usaha budidaya tanaman
mengajukan tuntutan klaim jika obyek pertanggungan mengalami kerugian
padi pada lahan paling luas 2 (dua) hektar. 

yang dijamin polis. 
  Petani penggarap yang tidak memiliki lahan usahatani dan menggarap lahan
 Penanggung adalah pihak yang menerima pengalihan risiko dari tertanggung,
sawah paling luas 2 (dua) hektar. 

menerbitkan polis dan menerima premi asuransi dan berkewajiban membayar
Kriteria lokasi
tuntutan klaim jika terjadi dan dijamin polis. 
 Lokasi AUTP dilaksanakan pada sawah irigasi (irigasi teknis, irigasi
setengah teknis, irigasi desa/sederhana, dan lahan rawa pasang surut/lebak yang selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) melalui KPPN mencairkan dana
telah memiliki sistem tata air yang berfungsi) dan lahan sawah tadah hujan yang bantuan premi asuransi kepada perusahaan asuransi pelaksana untuk dan
tersedia sumber-sumber air (air permukaan dan air tanah), diprioritaskan pada : atas nama kelompok tani
a. Wilayah sentra produksi padi dan atau wilayah penyelenggaraan Upsus padi. Ketentuan klaim
b. Lokasi terletak dalam satu hamparan. Jika terjadi risiko terhadap tanaman yang diasuransikan, kerusakan tanaman
Resiko yang dijamin atau gagal panen dapat diklaim. Klaim AUTP akan diproses jika memenuhi
 AUTP memberikan jaminan atas kerusakan pada tanaman yang diasuransikan ketentuan sebagai berikut:
yang diakibatkan oleh banjir, kekeringan, dan serangan OPT dengan batasan-  Tertanggung menyampaikan secara tertulis pemberitahuan kejadian
batasan sebagai berikut: kerusakan (Form AUTP-7) kepada PPL/POPT-PHP dan Petugas Asuransi
 Banjir adalah tergenangnya lahan pertanian selama periode pertumbuhan tentang indikasi terjadinya kerusakan (banjir, kekeringan dan OPT pada
tanaman dengan kedalaman dan jangka waktu tertentu, sehingga menurunkan tanaman padi yang diasuransikan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender
tingkat produksi tanaman. setelah diketahui terjadinya kerusakan.
 Kekeringan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air tanaman selama periode  Tertanggung tidak diperkenankan menghilangkan bukti kerusakan tanaman
pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak sebelum petugas asuransi dan penilai kerugian melakukan pemeriksaan. 

optimal, sehingga menurunkan tingkat produksi tanaman.
 Saran pengendalian diberikan oleh PPL/POPT-PHP dan asuransi pelaksana
 Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah organisme yang dapat
mengganggu dan merusak kehidupan tanaman atau menyebabkan kematian dalam upaya menghindari kerusakan yang lebih luas. 

pada tanaman pangan, termasuk di dalamnya: (i) Hama Tanaman: Penggerek  Tertanggung mengambil langkah-langkah pengendalian yang dianggap perlu
batang, Wereng batang coklat, 
 Walang sangit, Tikus, dan Ulat grayak dan bersama-sama dengan petugas dinas pertanian setempat untuk menghindari
Keong mas. (ii)Penyakit Tanaman: Blast, Bercak coklat, Tungro, Busuk kerusakan tanaman yang lebih luas. 

batang,Kerdil hampa, Kerdil Rumput/Kerdil Kuning dan Kresek. 
  Jika kerusakan tanaman tidak dapat dikendalikan lagi, PPL/POPT-PHP
bersama petugas penilai kerugian (loss adjuster) yang ditunjuk oleh
Ganti Rugi
Ganti rugi diberikan kepada peserta AUTP apabila terjadi banjir, kekeringan perusahaan asuransi pelaksana, melakukan pemeriksaan dan perhitungan
dan atau serangan OPT yang mengakibatkan kerusakan tanaman padi yang kerusakan. 

dipertanggungkan dengan kondisi persyaratan:  Berita Acara Hasil Pemeriksaan Kerusakan (Form AUTP-8) diisi oleh
a. Umur padi sudah melewati 10 hari (10 hari setelah tanam/HST). Tertanggung dengan melampirkan bukti kerusakan (foto-foto kerusakan)
b. Umur padi sudah melewati 30 hari (teknologi tabela). 
 ditandatangani oleh Tertanggung, POPT, dan petugas dari asuransi pelaksana,
c. Intensitas kerusakan mencapai ≥75% dan luas kerusakan mencapai ≥75% serta diketahui oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. 

pada setiap luas petak alami. Persetujuan klaim
Harga Pertanggungan  Berita Acara Hasil Pemeriksaan Kerusakan merupakan persetujuan klaim oleh
Dalam AUTP, harga pertanggungan ditetapkan sebesar Rp. 6.000.000,- per
asuransi pelaksana kepada Tertanggung. 

hektar per musim tanam. Harga pertanggungan menjadi dasar perhitungan premi
 Jika dalam waktu 30 hari kalender sejak pemberitahuan kejadian kerusakan,
dan batas maksimum ganti rugi. 

belum terbit Berita Acara Hasil Pemeriksaan Kerusakan, maka asuransi
Premi asuransi usahatani padi
Premi asuransi adalah sejumlah uang yang dibayar sebagai biaya untuk pelaksana dinyatakan setuju terhadap klaim yang diajukan. 

mendapatkan perlindungan asuransi. Total premi asuransi sebesar Rp.180.000,- Pembayaran ganti rugi
 Pembayaran atas klaim yang diajukan akibat gagal panen diukur sesuai dengan
/ha/MT. 
 Besaran bantuan premi dari pemerintah Rp.144.000,-/ha/MT dan
sisanya swadaya petani Rp.36.000,-/ha/MT. Jika luas lahan yang diasuransikan tingkat kerusakan yang terjadi. 

kurang atau lebih dari 1 (satu) ha, maka besarnya premi (dan ganti rugi) dihitung  Pembayaran Ganti Rugi atas klaim dilaksanakan paling lambat 14 (empat
secara proporsional. 
 belas) hari kalender sejak Berita Acara Hasil Pemeriksaan Kerusakan. 

Jangka waktu pertanggungan  Pembayaran Ganti Rugi dilaksanakan melalui pemindahbukuan ke rekening
Polis asuransi diterbitkan untuk satu musim tanam dengan jangka waktu Tertanggung 

pertanggungan dimulai pada tanggal perkiraan tanam dan berakhir pada tanggal
perkiraan panen. 
 TRANSFORMASI STRUKTURAL.
Pencairan Bantuan Premi Pertumbuhan ekonomi yang terjadi secara terus-menerus dapat
a) Penyaluran bantuan premi untuk dan atas nama petani melalui perusahaan menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur perekonomian wilayah.
asuransi pelaksana, dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang sah meliputi Transformasi structural berarti suatu proses perubahan struktur perekonomian
 SuratPenagihan 
 dari sektor pertanian ke sector industri atau jasa, dimana masing-masing sektor
akan mengalami proses transformasi yang berbeda-beda. Proses perubahan
 Suratpenugasanpelaksana 
 struktur ekonomi terkadang diartikan sebagai proses industrialisasi. Tahapan ini
 Perjanjiankerjasama 
 diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi sektor industry
manufaktur dalam permintaan konsumen, total Produk Domestik Regional
 PaktaIntegritas 
 Bruto (PDRB), ekspor dan kesempatan kerja.
 SuratPernyataanTanggungjawabMutlak(SPTJM) 
 Selanjutnya Chenery dalam Tambunan (2001) juga menyatakan bahwa
perubahan struktur ekonomi yang umum disebut dengan transformasi struktural
 Kuitansi 
 diartikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan
 Berita Acara Serah Terima Uang 
 yang lainnya dalam komposisi Agregat Demand, perdagangan luar negeri
(ekspor dan impor), Agregat Supply (produksi dan penggunaan faktor-faktor
 SKDefinitifdariKabupatenbesertaRekapitulasiPesertaDefinitifAUTP 
 produksi seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung
 Asli Polis (Master Polis) 
 proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Transformasi ekonomi merupakan salah satu indikator terjadinya pembangunan
 Rekening bank perekonomian wilayah. Jika terjadi proses transformasi ekonomi maka dapat
b) Direktur Pembiayaan Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dinyatakan bahwa telah terjadi pembangunan ekonomi dan perlu pengembangan
selaku Pejabat Pembuat Komitmen melakukan seleksi dan menetapkan lebih lanjut, akantetapi jika tidak terjadi proses transformasi maka pemerintah
Daftar Peserta AUTP (Form AUTP-6) dan disahkan oleh Direktur Jenderal daerah perlu mengadakan perbaikan dalam penyusunan perencanaan
Prasarana dan Sarana Pertanian selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), wilayahnya, sehingga kebijakan pembangunan yang disusun menjadi lebih
berdasarkan hasil sinkronisasi DPD dari Kabupaten/Kota dan rekapitulasi terarah agar tujuan pembangunan dapat tercapai.
peserta asuransi dari asuransi pelaksana. 
 FAKTOR PENYEBAB TRANSFORMASI STUKTURAL.
c) Direktur Pembiayaan Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian
Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya transformasi ekonomi yaitu,
pertama disebabkan oleh sifat manusia dalam kegiatan konsumsinya. Sesuai
dengan Hukum Engels bahwa makin tinggi pendapatan masyarakat, maka makin
sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian,
sebaliknya proporsi
pendapatan yang digunakan untuk membeli barang-barang produksi industri
menjadi bertambah besar. Dengan demikian peranan sektor industri akan
semakin besar dibandingkan sektor pertanian. Kedua, perubahan struktur
ekonomi disebabkan pula oleh perubahan teknologi yang berlangsung secara
terus–menerus. Proses transformasi struktural akan berjalan cepat jika terjadi
pergeseran pola permintaan domestik kearah output industri manufaktur
diperkuat oleh perubahan yang serupa dalam komposisi perdagangan luar negeri
atau ekspor.
TERJADINYA TRANSFORMASI STRUKTURAL.
Sukirno (2006) menjelaskan bahwa, berdasarkan lapangan usaha maka sektor-
sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam tiga kelompok
utama yaitu:
1. Sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan,
perikanan, pertambangan dan penggalian.
2. Sektor sekunder, terdiri dari industri pengolahan, listrik, gas dan air,
bangunan.
3. Sektor tertier, terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan
komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lain (termasuk
pemerintahan) Pada umumnya, transformasi yang terjadi di negara
berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri,
atau terjadinya transformasi dari sektor primer kepada sektor non primer
(sekunder dan tertier).

Anda mungkin juga menyukai