Anda di halaman 1dari 7

POLA KEMITRAAN ANDALAN SEKTOR AGRIBISNIS

Pemerintah telah bertekad menjadikan sektor agribisnis sebagai sektor unggulan.


Untuk jangka panjangnya, diharapkan sektor ini dapat menjadi lokomotif bagi
stimulasi pembangunan nasional.
Pemerintah telah bertekad menjadikan sektor agribisnis sebagai sektor unggulan.
Untuk jangka panjangnya, diharapkan sektor ini dapat menjadi lokomotif bagi
stimulasi pembangunan nasional.
Indonesia mempunyai potensi besar di sektor agribisnis. Kekayaan sumber daya
agribisnis sangat besar, agribisnis berperan sebagai mata pencaharian sebagian
besar penduduk, serta agribisnis mempunyai potensi menghasilkan pemasukan
devisa bagi negara.
Ironisnya, potensi sektor agribisnis belum tergarap secara optimal. Pertumbuhan
kapasitas produksi dan utilisasi agribisnis dirasakan masih lambat.
Akibatnya, keinginan untuk mengandalkan sektor agribisnis sebagai salah satu
faktor pendu-kung stimulasi pemulihan ekonomi dirasakan masih akan
menghadapi kendala.
Saling terkait.
Untuk mengetahui penyebab ku-rang optimalnya kegiatan agribisnis di Indonesia
saat ini kita dapat mencermatinya melalui pendekatan anatomi agribisnis.
Agribisnis dapat dikelompokkan dalam tiga sub sistem agribisnis.
Pertama, sub sistem agribisnis hulu, yang meliputi kegiatan di luar pertanian (offfarm), seperti bio-technology; industri agrokimia (pupuk, pestisida); alat-alat
pertanian; dan pakan ternak. Kegiatan lainnya adalah kegiatan dalam pertanian
(on-farm), seperti pembibitan/pembenihan, budidaya perikanan; peternakan;
perkebunan; pertanian.
Kedua, sub sistem agribisnis hilir, yang meliputi kegiatan pengolahan hasil
produksi sektor agribisnis berupa industri terkait makanan dan industri bukan
makanan.
Ketiga, sub sistem jasa penunjang, yang meliputi kegiatan-kegiatan yang
menunjang kegiatan sektor agribisnis, seperti industri pengolahan/pengawetan,
agrowisata, perdagangan/jasa, transportasi, dan jasa pembiayaan/keuangan.

Pelaku usaha agribisnis di tingkat masyarakat banyak berada di sub sistem


agribisnis hulu on-farm. Kegiatan usaha mereka cenderung marginal, dalam arti
karena keterbatasan dukungan pendanaan serta relatif masih sederhananya teknis
produksi yang dipergunakan, menyebabkan pelaku usaha ini kurang dapat
berkembang.
Dilain pihak, pelaku usaha di sub sistem yang lain, rata-rata merupakan pengusaha
non marginal, dalam arti kapasitas usaha mereka relatif cukup besar serta
dukungan permodalan mereka cukup baik.
Ketimpangan kedua kelompok pelaku usaha ini semakin diperparah dengan
adanya penyebaran demografis yang kurang mendukung perkembangan sektor
agribisnis pada umumnya.
Kegiatan on-farm cenderung berada di daerah yang jauh dari pusat kegiatan pasar
maupun pusat kegiatan sub sistem agribisnis hulu off-farm maupun sub sistem
agribisnis hilir dan jasa penunjang.
Akibatnya, pelaku usaha on-farm sering terdiskriminasikan dalam hal penentuan
harga jual produknya karena faktor jarak distribusi, tingginya cost structure, serta
kesulitan memperoleh dukungan pendanaan.
Untuk dapat meningkatkan kinerja para pelaku sektor agribisnis, khususnya para
petani on-farm, harus dipahami bahwa kegiatan ketiga sub sistem agribisnis yang
ada sebenarnya saling terkait dan saling mendukung. Apabila dibiarkan masingmasing seolah-olah terkotak-kotak dalam aktivitas usahanya, dapat berakibat
kepada terjadinya diskrimanasi usaha.
Pola kemitraan
Alternatif yang dapat diambil untuk mengatasi kendala terkotaknya masingmasing sub-sistem agribisnis, khususnya dalam rangka meningkatkan peran
pelaku usaha on-farm adalah melalui pola kemitraan.
Pola kemitraan yang mengaitkan antara perusahaan inti dan petani plasma
mempunyai kekuatan ekonomi yang cukup tinggi, karena di samping pola
kemitraan ini dapat mengatasi kendala pendanaan maupun kualitas di tingkat
petani, kemitraan juga dapat menjamin pemasaran maupun tingkat harga hasil
produksi petani.

Perusahaan inti juga memperoleh manfaat yang besar antara lain mereka dapat
memasarkan produknya kepada plasma mitra mereka, atau mereka akan mendapat
jaminan pasokan bahan baku dari mitranya.
Contoh pola kemitraan agribisnis yang cukup berkembang saat ini adalah
kemitraan antara perusahaan pakan ternak dengan peternak ayam.
Perusahaan inti memberikan berbagai modal kepada peternak, mulai dari ayam
DOC (day old chicken); pakan; sampai obat-obatan. Peternak hanya menyiapkan
kandang dan tenaga.
Setelah ayam yang dipelihara berusia 35 hari dan laku dijual, peternak baru
mendapat hasilnya. Untuk pola kemitraan ternak ayam ini, bagi hasilnya meliputi
dua bentuk.
Pertama, setelah panen, peternak hanya mendapat upah sekitar Rp500 per
ekornya.
Kedua, peternak menerima upah dari selisih perhitungan antara jumlah modal
yang diberikan dan hasil penjualan ayam.
Dalam pola kemitraan ini, perusahaan akan menjamin harga minimum ayam siap
jual, artinya bila harga ayam di pasar jatuh, peternak tidak akan dirugikan karena
produksi ayam akan dibeli perusahaan inti dengan harga dasar yang telah
disepakati.
Pola kemitraan lain yang cukup potensial untuk dikembangkan adalah kemitraan
antara perusahaan pengolahan ikan dengan nelayan penangkap ikan.
Nelayan sebagai pemasok ikan, sedangkan perusahaan inti melaksanakan
beberapa fungsi dari pengadaan kapal sampai pembelian ikan.
Mengatasi kendala
Pola kemitraan ini cukup menjanjikan dan dapat diterapkan di hampir semua
kegiatan usaha agribisnis. Kemitraan ini diharapkan pula dapat mengatasi kendala
yang selama ini menjadi penghambat pengembangan pelaku usaha agribisnis, baik
dalam hal teknis budidaya; produksi; pemasaran; maupun pendanaannya.
Yang terpenting, pola kemitraan menjanjikan dihasilkannya kemajuan kegiatan
usaha yang sejajar antara perusahaan inti dengan plasma.
Bagi perbankan, pola kemitraan ini juga relatif cukup aman untuk diberikan
kredit. Dari sisi manajemen usaha, kemitraan menjanjikan keamanan pasokan

bahan baku maupun pemasaran. Kemitraan juga dapat mengatasi kendala agunan
bagi plasma, melalui mekanisme adanya jaminan avalis dari perusahaan inti.
Pola kemitraan ini juga memberikan peluang bagi perbankan untuk dapat lebih
meningkatkan penyaluran kreditnya, karena dalam kemitraan, kredit perbankan
dapat diberikan baik kepada inti saja, atau plasma saja, atau kepada inti dan
plasma secara bersama-sama.

SISTEM KEMITRAAN DALAM USAHA AGRIBISNIS PERTANIAN


Berkembangnya usaha agribisnis di Indonesia telah membuka wacana baru dalam
praktek-praktek agribisnis yang dialakukan tertutama oleh petani atau
pembudidaya. Salah satu bentuk usaha agribisnis yang cukup banyak dilakukan
adalah dengan konsep kemitraan. Beberapa perusahaan mencoba untuk
menawarkan konsep kemitraan ini kepada para petani untuk memproduksi suatu
komoditas tertentu dan menjamin pemasaran hasil produksinya. Konsep dan pola
kemitraan yang ditawarkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain
berbeda-beda. Beberapa hal yang mempengaruhi konsep dan pola kemitraan
adalah jenis komoditas yang dibudidayakan, permintaan konsumen dari
komoditas yang dibudidayakan, serta pangsa pasar dari komoditas yang
dibudidayakan.
Jenis komoditas yang satu dengan komoditas yang lain akan menghasilkan konsep
dan pola kemitraan yang berbeda. Begitu pula perusahaan yang memiliki pangsa
pasar tertentu terhadap suatu komoditas, akan memiliki konsep dan pola
kemitraan yang berbeda dengan perusahaan yang memiliki pangsa pasar lain
dengan komodiatas yang sama. Permintaan konsumen pun mempengaruhi pola
kemitraan yang ditawarkan oleh perusahaan atau perseorangan kepada petani.
Dengan adanya pola kemitraan ini, pada satu sisi petani mengalami beberapa
keuntungan, namun pada sisi lain, justru merasa tidak memiliki kebebasan.
Beberapa perusahaan yang mengadakan kemitraan kepada petani atau
pembudidaya sebagai pelaku agribisnis, bahkan ada yang menerapkan konsep dan
pola dengan pemberian modal usaha kepada petani atau pembudidaya. Hal ini
tentunya akan memberikan keuntungan tersendiri, terutama bagi petani yang
memiliki keterbatasan sektor permodalan. Berikut ini kami uraikan beberapa
gambaran mengenai kelebihan dan kekurangan konsep dan pola kemitraan yang
dikembangkan oleh para pelaku agribisnis.
Kelebihan sistem kemitraan dalam usaha agribisnis :

Beberapa perusahaan ada yang menawarkan dukungan permodalan kepada petani


atau pembudidaya, hal ini tentu sangat menguntungkan bagi petani atau
pembudidaya dengan modal yang terbatas.
Beberapa perusahaan ada yang menawarkan dukungan sarana-sarana produksi,
sehingga petani atau pembudidaya tidak kesulitan dalam mengadakan saranasarana produksi.
Sektor pemasaran akan lebih terjamin, karena hasil produksi akan dibeli atau
disalurkan oleh perusahaan mitra petani atau pembudidaya.
Adanya pendampingan teknis oleh perusahaan tentu akan memberikan tambahan
pengalaman kepada petani atau pembudidaya dalam hal teknologi budidaya.
Kualitas produksi akan lebih terkontrol, sehingga petani atau pembudidaya akan
lebih disiplin selama proses produksi
Penetapan target produksi, sehingga dapat memacu produtivitas di sektor
pertanian.
Jika sistem kemitraan berkembang dengan baik, dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat pada suatu daerah.
Produktifitas lahan yang tinggi akan memberikan pengaruh pada perekonomian
nasional.
Itulah beberapa keuntungan atau kelebihan secara umum pada sistem kemitraan
yang dikembangkan oleh para pelaku agribisnis. Dengan berembangnya sistem
kemitraan ini, diharapkan pengembangan usaha di sektor pertanian lebih cepat
sehingga akan membantu percepatan pertumbuhan perekonomian nasional.
Disamping memiliki beberapa kelebihan atau keunggulan, sistem kemitraan juga
memiliki beberapa kekurangan atau kelamahan diantaranya adalah:
Adanya keterkaitan dan tanggung jawab banyak orang, sehingga sistem kemitraan
ini akan memerlukan banyak proses dalam pelaksanaannya.
Aturan yang dibuat biasanya berdasarkan kepentingan perusahaan untuk
memenuhi pangsa pasar yang dikelolanya, sehingga petani atau pembudidaya
tidak memiliki nilai tawar yang kuat.

Jika salah satu pihak tidak menepati komitmen yang telah disepakati, maka akan
menimbulkan suatu perselisihan.
Dalam pola kemitraan dengan sistem inti plasma, biasanya pihak plasma akan
menggantungkan pada pihak inti, sehingga apabila terjadi kerugian pada
perusahaan inti, maka kegiatan pihak plasma pun akan terhenti.
Standarisasi produk yang sangat ketat, jika produksi yang dihasilkan oleh petani
banyak yang tidak masuk pada kriteria standar yang telah ditetapkan, maka akan
dilakukan sortasi dalam jumlah yang besar. Hal ini tentu saja sangat merugikan
petani atau pembudidaya.
Jika tenis budidaya yang dikembangkan mengikuti arahan teknis dari perusahaan,
dan pada suatu ketika dalam proses produksi mengalami kendala, misalnya
serangan hama atau penyait, maka penanganan pun akan sedikit terhambat, karena
tidak jarang yang menunggu instruksi atau persetujuan perusahaan untuk
menanggulangi serangan hama atau penyakit. Hal ini akan menimbulkan resiko
yang lebih besar terutama pada pihak produsen.
Demikian uraian singkat mengenai sistem kemitraan dalam usaha agribisni
pertanian. Semoga informasi yang kami sajikan dapat memberi manfaat bagi
pembaca sekalian. Terima kasih atas kunjungannya, salam Tanijogonegoro.
HomeHORTIKULTURASISTEM KEMITRAAN DALAM USAHA
AGRIBISNIS PERTANIAN
Diposkan Oleh Novik Kurnianti Pada Friday, September 20, 2013

Anda mungkin juga menyukai