Perusahaan inti juga memperoleh manfaat yang besar antara lain mereka dapat
memasarkan produknya kepada plasma mitra mereka, atau mereka akan mendapat
jaminan pasokan bahan baku dari mitranya.
Contoh pola kemitraan agribisnis yang cukup berkembang saat ini adalah
kemitraan antara perusahaan pakan ternak dengan peternak ayam.
Perusahaan inti memberikan berbagai modal kepada peternak, mulai dari ayam
DOC (day old chicken); pakan; sampai obat-obatan. Peternak hanya menyiapkan
kandang dan tenaga.
Setelah ayam yang dipelihara berusia 35 hari dan laku dijual, peternak baru
mendapat hasilnya. Untuk pola kemitraan ternak ayam ini, bagi hasilnya meliputi
dua bentuk.
Pertama, setelah panen, peternak hanya mendapat upah sekitar Rp500 per
ekornya.
Kedua, peternak menerima upah dari selisih perhitungan antara jumlah modal
yang diberikan dan hasil penjualan ayam.
Dalam pola kemitraan ini, perusahaan akan menjamin harga minimum ayam siap
jual, artinya bila harga ayam di pasar jatuh, peternak tidak akan dirugikan karena
produksi ayam akan dibeli perusahaan inti dengan harga dasar yang telah
disepakati.
Pola kemitraan lain yang cukup potensial untuk dikembangkan adalah kemitraan
antara perusahaan pengolahan ikan dengan nelayan penangkap ikan.
Nelayan sebagai pemasok ikan, sedangkan perusahaan inti melaksanakan
beberapa fungsi dari pengadaan kapal sampai pembelian ikan.
Mengatasi kendala
Pola kemitraan ini cukup menjanjikan dan dapat diterapkan di hampir semua
kegiatan usaha agribisnis. Kemitraan ini diharapkan pula dapat mengatasi kendala
yang selama ini menjadi penghambat pengembangan pelaku usaha agribisnis, baik
dalam hal teknis budidaya; produksi; pemasaran; maupun pendanaannya.
Yang terpenting, pola kemitraan menjanjikan dihasilkannya kemajuan kegiatan
usaha yang sejajar antara perusahaan inti dengan plasma.
Bagi perbankan, pola kemitraan ini juga relatif cukup aman untuk diberikan
kredit. Dari sisi manajemen usaha, kemitraan menjanjikan keamanan pasokan
bahan baku maupun pemasaran. Kemitraan juga dapat mengatasi kendala agunan
bagi plasma, melalui mekanisme adanya jaminan avalis dari perusahaan inti.
Pola kemitraan ini juga memberikan peluang bagi perbankan untuk dapat lebih
meningkatkan penyaluran kreditnya, karena dalam kemitraan, kredit perbankan
dapat diberikan baik kepada inti saja, atau plasma saja, atau kepada inti dan
plasma secara bersama-sama.
Jika salah satu pihak tidak menepati komitmen yang telah disepakati, maka akan
menimbulkan suatu perselisihan.
Dalam pola kemitraan dengan sistem inti plasma, biasanya pihak plasma akan
menggantungkan pada pihak inti, sehingga apabila terjadi kerugian pada
perusahaan inti, maka kegiatan pihak plasma pun akan terhenti.
Standarisasi produk yang sangat ketat, jika produksi yang dihasilkan oleh petani
banyak yang tidak masuk pada kriteria standar yang telah ditetapkan, maka akan
dilakukan sortasi dalam jumlah yang besar. Hal ini tentu saja sangat merugikan
petani atau pembudidaya.
Jika tenis budidaya yang dikembangkan mengikuti arahan teknis dari perusahaan,
dan pada suatu ketika dalam proses produksi mengalami kendala, misalnya
serangan hama atau penyait, maka penanganan pun akan sedikit terhambat, karena
tidak jarang yang menunggu instruksi atau persetujuan perusahaan untuk
menanggulangi serangan hama atau penyakit. Hal ini akan menimbulkan resiko
yang lebih besar terutama pada pihak produsen.
Demikian uraian singkat mengenai sistem kemitraan dalam usaha agribisni
pertanian. Semoga informasi yang kami sajikan dapat memberi manfaat bagi
pembaca sekalian. Terima kasih atas kunjungannya, salam Tanijogonegoro.
HomeHORTIKULTURASISTEM KEMITRAAN DALAM USAHA
AGRIBISNIS PERTANIAN
Diposkan Oleh Novik Kurnianti Pada Friday, September 20, 2013