Anda di halaman 1dari 8

TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM

Nama Narasumber : Prof. Dr. Poltak Maruli John Liberty Hutagaol, SE., Ak., M. Acc,
M.Ec (Hons), CA
Jabatan/Instansi : Akademisi
Hari, Tanggal : Senin, 30 Oktober 2023
Waktu : 13.00 – 13:40
Tempat : Online Meeting (Zoom)
Keterangan
Peneliti =P
Narasumber =N
P: Oke, baik. Pertama-tama terima kasih Pak untuk kesediaan waktunya. Sebelumnya
saya sempat request ke Mbak Mailani untuk Bapak dari narasumbernya untuk
membicarakan pajak kripto di US Pak, atau kita mau bicara soal pajak kripto di
Indonesia pak? di Indonesia saja pak?

N: Sebaiknya di Indonesia aja lah ya

P: Oke, pertama-tama mungkin perkenalan dan sedikit latar belakang pak saya dari
Febrino Ramora Hagai mungkin biasa dipanggil Hagai mahasiswa di Universitas
Indonesia dan saat ini skripsi saya berjudul analisis pemenuhan asas certainty atas
kebijakan pajak di Indonesia dan di Amerika Serikat. Jadi ada dua negara yang
dikomparasikan. Mungkin untuk pertanyaan pertama terkait dari pajak kripto di
Indonesia sendiri, dari yang saya baca menimbang dalam menimbang itu ada untuk
kepastian hukum, kesederhanaan, dan kemudahan administrasi. Di antara tiga ini,
menurut Bapak apakah PMK 68 ini sudah berhasil untuk mengakmodir ke 3 dimensi
itu?

N: Ya, terima kasih atas pertanyaannya Febrino. Jadi, kita tahu bahwa transaksi crypto
ini sudah semakin berkembang di Indonesia, dan bahkan pemerintah sudah
mengeluarkan kajian maupun aturan terkait dengan bisnis kripto ini, dan kripto ini
oleh pemerintah dianggap sebagai komoditas, komoditi, sebagai komoditi. Nah
makanya sebagai komoditi, komoditi digital atau komoditi kripto yang merupakan
bagian dari sistem blockchain, ini diatur mengenai haknya, sehingga kategori
komoditi dalam undang-Undang nomor 32 tahun 1997 itu diatur ya tentang
perdagangan bursa komoditi. Ini adalah kajian dari Bappebti tahun 2020. Kemudian
aset kripto ini tadi saya katakan ditetapkan sebagai komoditi, sebagai komoditi sama
seperti yang lainnya, yang dapat dijadikan sebagai subjek kontrak berjangka yang
diperdagangkan di bursa berjangka. Nah ini sesuai dengan Peraturan Menteri
Perdagangan nomor 99 tahun 2018. Nah kemudian, keluarlah Undang-Undang nomor
7 tahun 2021 tentang harmonisasi peraturan perpajakan. Turunannya adalah peraturan
Menteri Keuangan yang seperti kau katakan nomor 68 tahun 2022 tentang PPN dan
PPH atas transaksi perdagangan aset kripto. Jadi ingat ya, jadi aset kripto itu
dipersamakan dengan komoditi. Nah tentunya dengan adanya aturan peraturan
menteri keuangan tersebut ini tentunya akan memberikan kepastian hukum bagi para
pelaku kripto yang diperdagangkan yang memperdagangkan aset kripto itu jadi ada
satu kepastian hukum. Nah kesederhanaannya memang di PMK 68 ini boleh
dikatakan sederhana ya, karena dia hanya mengatur bagaimana transaksi PPN dan
PPH bagi pelaku, bagi pelaku perdagangan aset tipto. Kemudian apa kewajiban dari
wallet atau exchanger. Demikian juga bagaimana perlakuan dari pelakuan pajak atas
pemberi jasa, jasa verifikasi transaksi aset kripto atau jasa manajemen kelompok
penambang aset kripto yang kita kenal dengan miner. Jadi, ini yang diatur. Pelaku
perdagangan aset kripto, kemudian yang memediasinya, yaitu exchanger yang kita
kenal, kemudian yang terakhir adalah miner-nya yang melakukan jasa verifikasi atas
transaksi kripto. Jadi tentu ini akan memberikan kepastian hukum itu dulu pertama,
karena harus diatur di PMK kemudian yang kedua, kesederhanaannya itu perlu dijaga,
karena kita tahu kan prinsip pemajakan itu kan pertama harus adil ya kan? Yang
kedua harus simpel, sederhana sehingga mudah diimplementasikan ya, yang ketiga
harus memberikan kepastian hukum ya, keempat harus non diskriminasi yang kelima
harus ekonomis di dalam melaksanakan regulasi tersebut jadi itu poin-poin yang
dikatakan oleh Adam Smith Four Maxims ya itu ada poin-poin tadi yang saya katakan
di PMK 68 ini merefleksikan itu. Kepastian hukum itu yang ditunggu oleh para wajib
pajak, para pelaku, maupun penyelenggara, perdagangan elektronik melalui sistem
perdagangan apa? PMSE, perdagangan melalui sistem elektronik. Dan tentunya bagi
mereka yang ditunjuk sebagai wajib potong atau wajib pungut dalam transaksi
perdagangan aset kipto. Jadi begitu, Febrino.

P: Baik Pak, saya mungkin follow up sedikit dari bagian yang tadi. Kalau dari yang saya
baca kan, pajak ini digunakan dua, PPN dan PPh. Kemudian PPN dan PPh ini bersifat
final, artinya tidak memandang apakah pembeli atau penjualnya ini mendapatkan
keuntungan dari transaksi tersebut. Kalau dari sisi keadilan, apakah itu mencerminkan
keadilan untuk dari pembeli dan penjual, karena kalau dilihat dari pajak penghasilan
itu pajak atas penghasilan kalau sistemnya final seperti itu berarti walaupun dia jual
lebih rendah daripada nilai transaksi yang dia beli itu artinya dia tetap kena PPH
bagaimana dari sisi keadilan untuk pemain crypto ini?

N: Jadi yang ditekankan di sini selain memberikan kepasatan hukum juga kesederhanaan
supaya transaksi perdagangan kripto ini bisa bertumbuh. Jadi dia perlu dikasih
kesederhanaan di dalam pemungutan pajaknya. Jadi di sini, pemungutnya di sini
adalah penyelenggara PMSE yang berfungsi sebagai electronic wallet atau exchanger
misalnya. Jadi, para pemainnya itu tidak dipusingkan masalah pajak karena sudah
dipotong oleh pihak ketiga yang ditunjuk. Jadi, diberikan kesederhanaan di dalam
pemenuhan kewajiban perpajakan dikenakan final, itu memang kan diatur di dalam
pasal 4 ayat 2, dimungkinkan adanya jenis-jenis transaksi tertentu misalnya transaksi
persewaan, itu juga final kan jadi dimungkinkan untuk memberikan itu. Jadi yang
memang diutamakan di sini adalah kepastian hukumnya supaya bisnis sudah
berkembang. Yang kedua, kesederhanaannya. Ini justru menghambat pertumbuhan
perkembangan dari transaksi perdagangan kripto, aset kripto yang memang lagi
bertumbuh dan berkembang. Sehingga sekarang bagaimana kita bisa mengawasi ini
dengan baik sehingga ada tambahan penerimaan negara dari sektor perpajakan yang
bisa didapat dari bertumbuh-kembangnya transaksi perdagangan aset kripto.

P: Nah, kemudian kalau untuk terkait kepastian hukum, ini kan saya ada sebuah teori
yang menyebut salah satunya, dimensi dari kepastian hukum adalah kemudahan untuk
dipahami. Dari Bapak sendiri mungkin dari sebagai akademisi juga menurut Bapak,
apakah PMK ini sudah cukup mudah dipahami untuk orang yang, untuk masyarakat
umum gitu Pak?
N: Menurut saya ini mudah untuk dipahami apalagi pengenaan pajaknya untuk PPh-nya
juga final dan pemungut ataupun pemotong, pemungut PPN maupun pemotong PPh-
nya pasal 22 final ini juga adalah penyelenggara PMSE. Jadi bagi para pelaku,
pembeli atau penjual aset kripto ini sangat dimudahkan karena mereka dipotong,
dipungut oleh penyelenggara PMSE. Jadi menurut saya aturannya juga sederhana.
Kemudian proses pemungutan atau pemotongan pajaknya juga dilakukan oleh pihak
ketiga yang ditunjuk. Yang ditunjuk di sini adalah secara regulasi berdasarkan PMK
68 adalah penyelenggara PMSE. Di sini juga dijelaskan, kalau penyelenggaranya itu
terdaftar. Jadi di sini akan mendorong apa namanya governance, kalau dia terdaftar,
dia dapat insentif, maka nanti tentunya para pelaku aset kripto itu akan cenderung
mencari exchanger yang terdaftar, berbanding yang tidak terdaftar supaya pajaknya
lebih murah dibandingkan yang tidak terdaftar lebih murah 10% lah ya karena kalau
yang terdaftar di Bappebti, 50% sorry yang terdaftar di Bappebti itu tarifnya cuma 0,1
persen, yang tidak terdaftar 0,2 persen. Jadi ada pertambahan hampir 100 persen, 0,1
menjadi 0,2, 100 persen. Jadi ini akan mendorong para pelaku perdagangan aset
crypto akan mencari exchanger yang terdaftar di Bappebti ketimbang mencari yang
non-terdaftar. Dan ini akan mendorong ke government juga.

P: Pertanyaan lanjutan, Pak, dari yang crypto ini. Pak, aku kan studinya mengenai
komparasi dengan Amerika Serikat. Nah, di Amerika Serikat ini setelah saya pelajari,
itu kripto waransi terdapat 4 definisi, Pak. Terdapat 4 definisi, Pak. Dari IRS itu dia
mengeluarkan definisi kripto sebagai property kemudian dari SEC itu mengeluarkan
bahwa kripto ini adalah bagian dari efek atau surat berharga kemudian dari CFTC itu
menganggap kripto sebagai komoditi dan dari The Fed, Bank Sentral itu
mengeluarkan bahwa kripto ini bisa digunakan sebagai mata uang. Nah terkait ini
pak, kalau dari Indonesia sendiri kan memang definisi hanya ada satu ya

N: Ini kan berbeda, apakah dengan begitu kripto yang mirip-mirip seperti surat berharga
jadinya pengenaan pajaknya tidak sesuai dengan surat berharga pada umumnya,
begitu mungkin jadi kan tadi pilihannya, tadi saya katakan, kalau di Amerika tadi
kalau ulangi coba FED apa itu, SEC ngomong apa? SEC itu sebagai efek atau surat
berharga ya berarti kan kalau surat berharga disini kan ada capital and loss iya capital
gain and loss kalau surat berharga, ini berarti ini terus B.I nya Amerika, FED itu
sebagai mata uang bisa digunakan sebagai currency? Berarti kan ada selisih kurs ya
kan. Ada selisih kurs itu, terus apalagi satu lagi kalau IRS. IRS itu sebagai sebagai
properti ya. Berarti ada capital gain ya kan terus siapa lagi CFTC di Bappebti nya
Amerika dia bilang ini sebagai apa? Komoditi. Ya jadi memang kita tuh mirip
dengan, jadi memang pengaturan mengenai perdagangan crypto itu diatur ya di
undang-undangnya ini perdagangan bursa berjangka. Jadi dia itu di Permendag nomor
99 tahun 2018. Jadi dia bukan alat pembayaran dia, tapi dia alat komoditi dia sebagai
komoditi seperti komoditi berjangka lainnya seperti misalnya kelapa sawit, ya seperti
karet yang diperdagangkan di komoditi berjangka itu di bursa berjangka jadi dia
dipersamakan dengan itu. Nah, karena dia dipersamakan sebagai komoditi maka kita
atur perpajakannya. Jadi perpajakan itu mengikuti bagaimana pengaturan di core
business-nya. Core business-nya kan di perdagangan bursa berjangka. Jadi pajak itu
mengikuti bagaimana aturan mainnya, yaitu dibuat aturan pajaknya. Jadi kalau di
Amerika itu memang dia lebih detail ya, dia bisa sebagai currency jadi kan seperti
transaksi kita bayarnya pakai pakai kripto kan ya kan. Di Indonesia gak boleh, bayar
mesti pakai rupiah kayak misalnya kau beli rumah terus bayarnya pakai aset kripto,
nggak boleh di sini kalau di Amerika bisa ya kan? Nanti kita bingung tentuin kursnya
kemudian yang kedua seperti di Bursa Efek Indonesia dia tidak diperdagangkan di
Bursa Efek Indonesia gitu kan dia diperdagangkan di Bursa Berjangka Komoditas
Berjangka ya. Komoditas Berjangka dia di Bursa Berjangka, bukan di Bursa Efek ya.
Kemudian kantor pajak Amerika menganggap itu sebagai properti, seperti aset,
seperti tanah, bangunan, apartemen. Kita kan enggak. Kantor pajak mengikuti
bagaimana aturan hukum di Indonesia yang diatur di pajak ini adalah bagaimana kita
bisa memungut pajak dari bisnis tersebut tanpa mengganggu bisnis itu bertumbuh.
Nah ini kan masih bisnis seumur jagung gitu kurang lebih lah. Ya jadi kalau yang kita
berikan adalah kemudahan, selain kepastian hukum adalah kemudahan. Gitu ya mas
ya, Febrino. Berarti dalam hal ini DJP nggak bisa seperti AS yang mengeluarkan
definisi sendiri, kita mengikuti.

P: Oke pak, berarti sejauh ini belum ada ini pak, ketidakcocokan antara kebijakan pajak
ini dengan UU lain atau dengan UU PPH dan UU PPN yang sebelumnya?

N: Ya ini adalah PMK 68, ini adalah aturan pelaksanaan dari Undang-Undang nomor 7
tahun 2021 mengenai harmonisasi peraturan perpajakan. Jadi, itu dia. Jadi,
sebenarnya, ya, ini adalah aturannya. Jadi, mendukung aturan Pemendak nomor 99
tahun 2018 yang mengatakan bahwa aset crypto itu sebagai komoditi. Nah, untuk
memberikan kepastian hukum supaya para pelakunya itu merasa nyaman. Kan kalau
tidak ada kepastian hukum mereka bingung bagaimana cara menghitung pajaknya.
Apakah dengan tarif 22 persen? Apakah dengan tarif 35 persen orang pribadi?
Apakah dengan tarif 22% kalau itu perusahaan, badan? Kan bingung nih. Nanti kalau
dia katakan swap aset kripto dari aset kripto A ke aset kripto B, nanti ada capital gain.
Bagaimana cara dia mengitung keuntungan versi pajak, bukan komersial ya? Dan
bagaimana dia membayar pajaknya? Dia kan bingung. Apakah turut ke ketentuan
umum atau ketentuan yang khusus seperti ini, di PMK 68 ini? Ini kan aturan khusus
untuk perdagangan aset kripto. jadi paham ya? Jadi memang lagi, mereka lagi butuh
aturan ini kalau aturan ini gak keluar bingung semua bukan bingung sih mereka akan
menganggap ikut ketentuan umum, ini kan malah memberikan ketidakpastian hukum
kan? Ini akan mengganggu bertumbuh kembangnya perdagangan aset kripto di
Indonesia. Jadi dengan adanya PMK 68 ini sangat membantu bagi para pelaku apalagi
mekanisme pemungutan pemotongan pajaknya sangat sederhana. Ya, dan tarifnya
juga enggak mahal-mahal, ya. 0,1 persen. Ini kan sama aja kayak yang di bursa ini.
Sama kan? 0,1 sama 0,1 kan? Cuma kalau kau kalau kau berdagangnya menggunakan
jasa exchanger yang tercatat di Bappebti, maka kena 100%. Gitu ya, oke.

P: Oke, kalau gitu mungkin sebagai akademisi melihat peraturan ini, kira-kira ada
potensi keberhasilan atau kegagalan dari PMK ini, apakah, kalau tadi keberhasilan
mungkin kita sudah bicara tentang kapasitas loko dan lain-lain, mungkin itu sudah
cukup clear gitu, tapi kira-kira apa mungkin akan ada potensi kegagalannya?

N: Jadi keberhasilan dari PMK ini, pertama, tolak ukurnya ya, kriteriannya ya. Pertama,
kita melihat apakah volume besaran perdagangan aset kripto di Indonesia ini
berkembang tidak? Semakin membesar tidak? Itu satu ya. Tentunya penerimaan pajak
yang diperoleh dari transaksi perdagangan aset kripto ini penerimaan negara
bertambah nggak dari tahun ke tahun, dari waktu ke waktu gitu ya. Kalau misalnya
PMK ini dapat dikatakan tidak atau kurang berhasil kalau para pelaku di bursa
berjangka atau para pelaku perdagangan aset kripto itu merasa tidak nyaman dengan
adanya aturan ini sehingga mereka mengalihkan bukan lagi perdagangan aset kripto
tetapi ke perdagangan komoditi lainnya seperti misalnya kelapa sawit atau karet atau
misalnya timah, batu bara, emas, atau bahkan mereka pindah ke bursa lain yaitu bursa
efek Indonesia. Mereka bermain saham, artinya perdangan aset kripto ini ditinggalkan
oleh mereka. Nanti kita bisa lihat, nanti kamu bisa cek juga di Bappebti, volumenya,
besarannya meningkat enggak dari tahun ke tahun setelah diterapannya PMK 68 ini.
Nanti kalau ternyata dengan adanya kepastian hukum dan kesederhanaan dari aturan
ini, ternyata perdagangan berjangka itu untuk komoditi aset crypto itu meningkat
volume besarannya maupun penerimaan pajaknya berarti PMK ini bagus dong.

P: Kalau untuk potensi kegagalannya sendiri Pak? Kalau tadi ada kah mungkin dari segi
akademisnya mungkin melihat ini banyak celahnya gitu Pak?

N: Ini peraturannya sederhana. Nah yang penting disini adalah bagaimana menjaga
governance, terutama mereka yang berdasarkan aturan ini, ditunjuk secara aturan ya,
terutama penyelenggara PMSE, e-wallet atau exchanger, ini governance di dalam
masalah fungsinya, termasuk juga miner yang memverifikasi transaksi ini. Itu juga as
governance. Kegagalan undang-undang ini bila exchanger-nya maupun miner-nya ini
tidak governance. Nah, ini tugas siapa? Tugas kita semua termasuk Bappebti. Kalau
Direktur Jenderal Pajak ini membuat aturan main dia Rule of the game nya.

P: Kalau dari sisi wajib wajib sendiri, menurut Bapak, ini kan mungkin banyak yang
saya catat ada 26 PFAK yang sebagai PPMSE ya, sebagai tadi yang exchanger yang
memungut pajak tadi dari wajib pajak. Yang di luar itu bagaimana menurut bapak?
Maksudnya mungkin tadi menjamin kepastian hukum, dia dari 0,22 ke 0,11 gitu, tapi
apakah justru bukan yang diluar PFAK tadi jadi tidak diawasi oleh DJP?

N: Jadi begini, ya exchanger atau e-wallet ini kan ada yang terdaftar, ada yang tidak
terdaftar di Bappebti ya dengan diberikan tarif lebih murah bagi yang terdaftar, ini
akan mendorong para pembeli, penjual aset kripto untuk memilih exchanger yang ada
di, yang terdaftar di Bappebti kan? Karena mereka pasti tidak mau yang di luar, yang
belum terdaftar di Bappebti. Ya, jadi mereka tentu akan memilih yang terdaftar
karena pajaknya lebih murah kalau dia pakai exchanger yang diluar atau
penyelenggara PMSE yang diluar yang belum tercatat di Bapeti, dia akan kena lebih
mahal 100% semacam di punish ya karena tentu orang by system akan meninggalkan
yang tidak terdaftar. Mau tidak mau, exchanger yang belum terdaftar di Bappebti
akan secara voluntary akan mendaftarkan diri, supaya diminati oleh para pembeli
maupun penjual aset kripto. Gitu ya.

P: Mungkin itu sudah cukup jelas, Pak. Jadi dari kepastian hukum, kesederhanaan,
kemudahan administrasi, sepertinya PMK ini cukup sederhana dan mudah untuk
dipahami. Dan kepastian hukum juga sepertinya sudah cukup clear. Mungkin kalau
pertanyaan terakhir dari saya, Pak, sebagai akademisi, apakah PMK ini ada potensi
atau perlu disempurnakan lagi di kedepannya? Dan apa poin yang perlu
disempurnakan di PMK ini?

N: Jadi PMK ini kan masih baru, kemudian kok langsung diganti? Jadi dilaksanakan
dulu aja, kita lihat apakah ada yang terganggu dengan peraturan ini. Kalau terganggu
dengan peraturan ini. Kalau terganggu, apa yang terganggu?. Jadi biar dulu aturan ini
berjalan, sambil kita mengevaluasi pelaksanaannya di lapangan, apa kendala,
kesulitan, obstacle yang dihadapi oleh para pelaku di sini, baik pembeli, penjual aset
kripto, maupun penyelenggara PMSE dan minernya. Sebenarnya aturan pajak ini kan
hanya mekanisme bagaimana memungut pajak dari transaksi tersebut tanpa
mengganggu iklim kondusif dari perdagangan kripto tadi. Kalau ini mengganggu
kondusivitasnya ya kita lihat, kita evaluasi. Dan ini juga subjek untuk bisa diperbaiki,
disempurnakan, kalau memang demikian. Tapi biarlah aturan ini berjalan dulu, ya
nanti bisa kita lihat 3-4 tahun ke depan bagaimana dampaknya ini terhadap
pertumbuhan perkembangan dari bisnis perdagangan aset kripto.

P: Baik mungkin itu sudah cukup dari saya mungkin cukup itu saja pak. Terima kasih
banyak pak untuk kesediaan waktunya sekali lagi

N: Ya, baik. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai