Anda di halaman 1dari 3

Novel 7 prajurit bapak menceritakan 7 anak laki-laki yang merupakan anak dari seorang

pensiunan tentara bernama Pak Cahyo. Dava Bahari, merupakan si sulung yang sekarang bekerja
menjadi seorang pelaut. Bapak, dulu sempat menentang keinginan Dava untuk menjadi seorang
pelaut, karena bapak ingin Dava menjadi tentara, namun berkat mama yang dapat meyakinkan
Bapak “Bahwa setiap anak memiliki mimpinya masing-masing”. Akhirya Dava diberi izin untuk
melanjutkan Anak kedua, Rendi Firmansyah. Pupus sudah harapan bapak menjadikan Rendi
sebagai seorang tentara, karena Rendi memiliki tubuh yang mungil dan sejak kecil Rendi
gampang sakit. Dulu sewaktu kuliah, Rendi mengambil jurusan Ekonomi sekarang pun dia bekerja
menjadi seorang pegawai Bank.
Anak katiga, Raga Iswana. Laki-laki yang memiliki perawakan tegap, tinggi, dan tampan ini selalu
berlatih fisik dari pagi hingga senja tiba. Bapak sangat percaya jika Raga dapat lolos seleksi
menjadi calon tentara, namun dipertengahan jalan Raga membelotkan niatnya dan malah
mendaftarkan diri seorang Polisi. Tentu, bapak marah dengan Raga, saat tau Raga lulus menjadi
polisi bukan tentara, namun lama kelamaan bapak dapat menerimanya.
Setelah anak pertama, kedua, dan ketiga yang tak dapat memenuhi keinginan bapak menjadi
seorang tentara. Sekarang yang menjadi tumpuan bapak adalah anak keempatnya bernama Arma
Yoga. Namun, Yoga tak masuk dalam kriteria manjadi seorang abdi negara. Dulu sewaktu akan
mendaftar menjadi tentara, Yoga yang tak ingin pun, dengan sengaja menempelkan kaiknya pada
kenalpot motor tetangga dan sampai sekarang bekas luka itu akan terkenang dan memiliki cerita.
Yoga sangat suka menulis, mimpinya adalah menjadi seorang penulis yang dapat dikenang oleh
para pembacanya. Makanya, dia sekarang kuliah di jurusan sastra.

Untuk kesekian kalinya, harapan bapak dipatahkan karena anak keempatnya Iqbal, yang tak ingin
menjadi abdi negara. Iqbal merupakan sosok yang lemah lembut dari keenam saudara lainnya.
Iqbal bercita-cita menjadi seorang dokter, namun Iqbal tak lolos saat SNMPTN dan sekarang
kuliah di jurusan Keperawatan. Yang terakhir ada si bungsu Rai dan Putra. Mereka berdua, masih
duduk di bangku SMA dan menjadi harapan Bapak berikutnya, untuk menjadikan keduanya
sebagai seorang tentara. Dibanding Rai, Putra yang lebih manja dan sering menangis karena
dijahili oleh keenam Abangnya.
Setiapa pagi bunyi peluit akan terdengar hingga memekakan telinga, bapak akan mengajak
ketujuh prajuritnya untuk berlari mengelilingi komplek dan pulangnya Mama sudah menyiapakan
minuman dan makanan ringan untuk melepas dahaga. Bapak merupakan sosok yang dijadikan
panutan oleh ketujuh anaknya, bapak sangat berwibawa walapun usianya kini sudah tak muda.
Bapak, selalu tenang dalam mengatasi segala permasalah yang ada.
Jika ditanya perempuan mana yang paling Yoga cinta tentu yang pertama dia akan menjawab
mama dan yang kedua adalah Mei Liana. Gadis yang akrab dipanggil Lia itu merupakan pujaan
hati Arma Yoga. Jika ditanya apa yang Yoga sukai dari Lia, tentu akan banyak jawabannya. Lia
berbeda, Lia penyemangatnya, dan Yoga candu akan Lia. Hanya Lia, yang dengan tulus
mendukung mimpi Yoga, memang kelurganya mendukung secara material tetapi tak dengan
moral. Yoga butuh dukungan itu, namun dia malah mendapatkannya dari Lia.
Tentu, Yoga banyak mendapat cibiran. Katanya mau jadi apa kamu, mimpi kok jadi penulis. Tidak
sesuai dengan image keluarga, kebanyakan halu kamu Yog. Yoga tau, bapak tak pernah
memaksakan anak-anaknya untuk menjadi tentara, namun jika dilihat bapak kecewa, karena dari
kelima anaknya tak satpun yang dapat mengikuti jejak bapak menjadi tentara. Menjadi abdi
negara, seperti sudah tradisi turun temurun dari keluarga. Sampai-sampai saat acara keluarga
sering kali bapak, mama atau abang banyak mendapat cibiran.

Hingga bapak pergi tak satupun yang dapat memenuhi keinginan bapak menjadikan anaknya
sebagai abdi negra. Ya, bapak pergi. Meninggalkan ketujuh prajuritnya yang kini sedang
manangis memintanya untuk kembali, kini pilar mereka sudah pergi, tertimbun oleh gelapnya
bumi. Mereka saling bahu membahu untuk menguatkan diri, karena sekarang ada mama yang
harus mereka jaga. Bang Dava dan Mas Rendi kini menggantikan sosok bapak sebagai tulang
punggung keluarga.
Begitu bapak pergi banyak masalah datang bertubi-tubi, dari masalah keuangan yang merosot,
hingga yang paling mengagetkan yaitu dalang dari orang yang mebunuh bapak, yaitu orang tua
dari gadis yang Yoga cintai. mama dan abang tentu melarang Yoga utuk menemui Lia lagi,
meraka tak merestui hubungan Yoga dengan Lia, sungguh ini sangat menyesakan bagi Yoga.
Yoga bingung harus memilih keluarga atau cinta. Sekarang, bapak sudah tidak ada, kemana Yoga
harus meminta pendapat, dengan mantap Yoga memutuskan tetap akan mempertahankan Lia
dan tetap menjadi garda terdepan untuk kelurganya.

Hingga suatu hari kekacauan itu semakin menjadi, Yoga hendak pergi menolong Lia yang sedang
dipukuli oleh ayah Lia. Namun, naas nasib baik tak berpihak kepada Yoga, kedua adik bungsunya
mengikuti Yoga dan kini Putra menjadi korban kebringasan ayah Lia. Yoga sudah siap di hajar
oleh Bang Dava, Mas Rendi, dan Bang Raga ini memang salahnya yang tak dapat menjaga si
bungsu dengan baik. Sejak saat itu Yoga tak pernah bertemu lagi dengan Lia.
Sore itu Yoga mengantar Putra untuk mencari jajan di alun-alun. Putra sudah dinyatakan sembuh
dan bisa berjalan lagi. Namun, tak disangka, Yoga bertemu dengan Lia di sana. Yoga banyak
berpikir mengenai ini, dulu bapak pernah berkata “Pilih satu, jangan serakah mau keduanya.
Karena, kamu tak dapat menggenggam dau hal sekaligus.” Yoga memilih menyudahi
hubungannya dengan Lia, keluarganya lebih penting, terutama mama yang harus Yoga jamin
kebahagiaannya.

Yoga, mulai membiasakan hidup tanpa bergantung pada sosok Lia. Sekarang Yoga akan fokus
pada keluarga dan mimpinya menjadi seorang penulis. Yoga akan membuktikan bahwa mimpinya
bukan hal yang memalukan atau salah. Yoga sangat berterim kasih kepada Gisel, perempuan
yang belum Yoga kenal lama ini, dapat membantu Yoga merevisi tulisan dalam cerita Yoga. Kala
itu, Yoga mengikuti Lomba menulis Novel terbaik dan siapa sangka Yoga keluar menjadi
pemenang terbaiknya dengan novel berjudul “7 Prajurit Bapak”. Sunggh Yoga sangat senang
dapat membuktikan bahwa mimpinya bukan halu semata, dia sekarang menjadi seorang penulis.
Malam itu, Yoga akan menemui Gisel untuk berterima ksih karena telah membantu dia selama ini.
Namun, takdir berkata lain, Yoga tertabrak oleh bus yang melaju sangat kencang, Raga dan Iqbal
melihat itu dengan jelas, Raga tak dapat berkata apapun lagi sedangkan Iqbal bergetar hebat,
Yoga tergeletak bersimbuh darah dan dikerubungi oleh warga. Dalam semalam semua berubah,
kacau sudah. Mama, Iqbal, Rai, dan Putra menangis. Dava, Rendi, dan Raga termenung di depan
Ruang oprasi. Sudah beberapa hari ini, Yoga belum sadarkan diri. Bak disambar petir di siang
bolong dokter menyataka Yoga mati otak atau sudah meninggal, Yoga masih bisa bernafas
karena perelatan medis yang masih melekat pada tubuhnya.
Penengah di keluarga ini pun ikut pergi menyusul bapak, sungguh hancur sudah hati mereka.
Banyak kata belasungkawa dan tabah yg mereka dapati, namun itu tak dapat membuat Yoga
kembali. Bahkan mimpi yang selama ini Yoga dambakan belum sempat dia lihat, buku itu belum
sempat Yoga peluk. Tak dapat dipungkiri kehilangan Bapak saja masih membaksa dan luka itu
belum sepenuhnya sembuh, tetapi kini Yoga lebih memilih pergi.
Kehidupan akan terus berjalan, yang pergi tak akan kembali dan yang ditinggal pergi akan akan
merasakn luka yang akan terus membekas di hati. Kini Bang Dava sudah memiliki anak bersama
Mbak Wulan dan dua bungsu juga sudah dewasa Rai menjadi seorang pilot dan Putra menjadi
tentara.

Judul Buku : 7 Prajurit Bapak


Penulis : Wulan Nurmali
Penerbit : Mediakita
Cetakan Pertama : 2022
Halaman : 440 hlm

Anda mungkin juga menyukai