Anda di halaman 1dari 10

Suryadi et al.

, 2021; Indonesian Journal of Pharmacetical Education (e-Journal); 2(1): 42-51


Indonesian Journal of Pharmaceutical Education (e-Journal) 2022;2 (1): 42 – 51
ISSN: 2775- 3670 (electronic)
Journal Homepage: http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/ijpe/index
DOI: 10.37311/ijpe.v2i1.11687

Identifikasi Senyawa Alkaloid Pada Daun Bidara Arab


(Ziziphus spina-christi L.) Menggunakan Metode
Spektrofotometri UV-Vis
A. Mu’thi Andy Suryadi1*, Mohammad Adam Mustapa2, Nur Khofifah Zahrah3

1,2,3Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo, Indonesia.
*E-mail: a.muthi@ung.ac.id
ABSTRACT
Article Info:
Christ's torn jujube (Ziziphus spina-christi L.) is a medicinal
Received: 4 Oktober 2021
in revised form: 25 plant that has many benefits for curing or treating diarrhea,
Desember 2021 fever, and cancer. One of the compounds that play role is an
Accepted: 25 Desember alkaloid. This study was generated to identify the alkaloid
2021 compounds in the leaves of the Christ’s jujube torn using the
Available Online: 1 Januari
2022
UV-Vis spectrophotometry method. Christ's torn jujube
leaves were macerated using 3 types of solvents with
Keywords: different polarity levels i.e., n-hexane, ethyl acetate, and
Christ’s Torn Jujube (Ziziphus methanol. Furthermore, phytochemical screening of
spina-christi L.), Thin Layer alkaloid compounds was carried out. A Christ jujube leaf
Chromatography, UV-Vis
Spectrophotometry sample that was positive for alkaloids was found in the ethyl
acetate extract; then identified using thin layer
Corresponding Author: chromatography with eluent n-hexane: ethyl acetate (8:2),
A. Mu’thi Andy Suryadi yielding 4 points with an Rf value of 0.25; 0.4 ; 0.52 ; and 0.62.
Jurusan Farmasi
Furthermore, phytochemical screening of alkaloid
Fakultas Olahraga dan
Kesehatan compounds was carried out. Christ' torn jujube which were
Universitas Negeri Gorontalo positive for alkaloids present in the ethyl acetate extract
Gorontalo were identified using thin layer chromatography with n-
Indonesia
hexane eluent: ethyl acetate (8:2), yielding four spots with an
E-mail: a.muthi@ung.ac.id
Rf value of 0.25; 0.4 ; 0.52 ; and 0.62. The four spots were
identified using UV-Vis spectrophotometry, obtained a
wavelength of 248 ; 268 ; 268 ; and 255. Based on the
identification results on the leaf extract, each stain was
suspected to contain cantin-6-one alkaloid compounds.

Copyright © 2022 IJPE-UNG


This open access article is distributed under a Creative Commons Attribution (CC-BY-NC-SA) 4.0
International license.
How to cite (APA 6th Style):
Suryadi, A.M.A.,Mustapa, M.A.,Zahrah, N.K. (2022). Identifikasi Senyawa Alkaloid Pada Daun Bidara
Arab (Ziziphus spina-christi L.) Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Indonesian Journal of
Pharmaceutical (e-Journal), 2(1), 42-51.

42
Indonesian Journal of Pharmaceutical Education. 2(1): 42-51

ABSTRAK
Bidara arab (Ziziphus spina-christi L.) adalah tanaman obat yang memiliki banyak manfaat,
dimana daun bidara arab dapat mengobati diare, penurun panas, dan kanker. Salah satu
senyawa yang berperan dalam daun bidara arab yaitu alkaloid. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengidentifikasi senyawa alkaloid pada daun bidara arab menggunakan
metode spektrofotometri UV-Vis. Daun bidara arab dimaserasi menggunakan 3 jenis
pelarut yang memiliki tingkat kepolaran berbeda yaitu, n-heksan, etil asetat, dan metanol.
Selanjutnya dilakukan skrining fitokimia senyawa alkaloid. Sampel daun bidara arab yang
positif mengandung alkaloid terdapat pada ekstrak etil asetat. Kemudian diidentifikasi
menggunakan kromatografi lapis tipis dengan eluen n-heksan : etil asetat (8:2),
menghasilkan 4 bercak noda dengan nilai Rf yaitu 0,25 ; 0,4 ; 0,52 ; dan 0,62. Selanjutnya 4
noda tersebut diidentifikasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis, yang didapatkan
panjang gelombang masing-masing 248 ; 268 ; 268 ; dan 255. Dari hasil identifikasi pada
ekstrak daun bidara arab masing-masing noda diduga memiliki senyawa alkaloid jenis
canthin-6-one.
Kata Kunci: Daun Bidara Arab (Ziziphus spina-christi L.), Kromatografi Lapis Tipis,
Spektrofotometri UV-Vis

1. Pendahuluan
Indonesia termasuk negara dengan iklim tropis, serta juga dikenal negara
dengan memiliki banyak potensial akan tanaman yang bisa dipakai untuk obat
tradisional. Obat tradisional ialah ramuan obat yang terbentuk melalui beberapa
macam bahagian tumbuhan dengan turun-temurun dipakai warga dalam
menyembuhkan bermacam kelainan serta juga bisa dihasilkan dengan cara bebas
pada alam. Suatu tumbuhan yang dipakai untuk obat tradisional ialah bidara arab
(Ziziphus spina-christi L.).
Bidara arab adalah tanaman obat yang memiliki banyak manfaat. Biji bidara
arab diketahui memiliki efek sedatif, dan juga digunakan dalam menghentikan
mual muntah serta dapat sebagai antinyeri. Daun bidara arab dilaporkan dapat
mengobati diare, penurun panas, kanker [1][2]. Bidara arab mengandung banyak
zat metabolit sekunder dengan sangat berguna terhadap kesehatan masyarakat.
Zat yang dikandung pada bidara arab ialah flavonoid, tripernoid, saponin, tanin,
serta alkaloid [3].
Alkaloid memiliki kegunaan dalam bidang farmakologi yaitu sebagai
pemacu sistem syaraf, menaikkan tekanan darah, serta melawan infeksi mikroba,
dan juga berkhasiat sebagai pengobatan diare, penurun panas, diabetes [4][5].
Pengumpulan produk aktif melalui salah satu tumbuhan bisa dilaksanakan dalam
pengekstraksian. Ekstraksi ialah tahapan penarikkan kandungan kimiawi yang
bisa melarut melalui salah satu bubuk simplisia, sampai dipisahkan pada produk
yang belum bisa melarut.
Dalam penelitian ini dilaksanakan pengidentifikasian zat alkaloid, dimana
senyawa tersebut memiliki banyak kegunaan salah satunya dapat berfungsi
sebagai pengobatan diare dan anti diabetes, sehingga peneliti dapat melakukan
pengujian pada daun bidara arab khususnya senyawa alkaloid. Berdasarkan
penjelasan diatas maka dilakukan penelitian pada Daun Bidara Arab (Ziziphus
spina-christi L.) dengan memakai tata cara Spektro UV-Vis untuk menguji
kandungan zat yang dikandung oleh daun bidara arab.
43
Suryadi et al., 2021; Indonesian Journal of Pharmacetical Education (e-Journal); 2(1): 42-51

2. Metode Penelitian
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah batang pengaduk,
blender, cawan porselen, chamber, corong, gelas kimia pyrex, gelas ukur, gunting,
kaca arloji, kain penyaring, lampu UV 366 nm, neraca analitik, penggaris, pipa
kapiler, pipet tetes, plat kaca, rak tabung, spektrofotometri UV-Vis, tabung reaksi,
vacum rotary evaporator, wadah.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah alkohol 70%,
aluminium foil, daun bidara arab, etil asetat, kertas saring, metanol, NaCl, n-
heksan, handscoon, HCl, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendrof, lempeng KLT,
tisu.
Prosedur Penelitian
Pengolahan Sampel
Penelitian ini diawali dengan pengumpulan sampel daun bidara arab
(Ziziphus spina-christi L.). Daun bidara arab yang segar dikumpulkan dan
dilakukan sortasi basah, kemudian sampel dicuci menggunakan air mengalir
sampai bersih. Sesudah itu sampel dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
diudara terbuka yang terhindar melalui cahaya matahari. Selanjutnya sampel
dirajang hingga halus, dan dilakukan pengeringan lagi hingga benar-benar kering.
Selanjutnya sampel dihaluskan menjadi serbuk simplisia sebanyak 200 gram dan
sampel sudah siap dilakukan ekstraksi.
Ekstraksi
Sampel serbuk daun bidara arab kemudian dilakukan ekstraksi dengan
menggunakan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda, dimana 3
jenis pelarut tersebut adalah n-heksan, etil asetat dengan metanol, proses ini
dilakukan selama 3x24 jam untuk masing-masing pelarut. Hasil ekstrak yang
didapat, yaitu filtrat dari masing-masing pelarut dipekatkan menggunakan rotary
evaporator, sehingga diperoleh ekstrak kental dari daun bidara arab.
Skrining Fitokimia
Uji skrining fitokimia menggunakan pereaksi kimia, dimana sampel ekstrak
kental ditimbang sebanyak 0,1 gram dan dilarutkan menggunakan pelarut yang
sesuai. Dimasukkan kedalam tabung reaksi, dan ditambahkan HCl sebanyak 3
tetes. Kemudian direaksikan dengan pereaksi mayer dan dragendrof, diamati
perubahan warna dan endapan yang terbentuk. Ketika sampel direaksikan pada
pereaksi mayer terjadi perubahan warna dan terdapat endapan putih, sedangkan
pada pereaksi dragendrof terdapat endapan orange.
Identifikasi Alkaloid Dengan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Metode ini menggunakan eluen n-heksan : etil asetat. Ekstrak dilarutkan
menggunakan pelarut yang sesuai, sampel ditotolkan pada lempeng dengan
menggunakan pipa kapiler tepat pada garis batas bawah. Kemudian lempeng
dipindahkan pada chamber yang berisi eluen yang digunakan, setelah proses elusi
selesai plat dikeluarkan dan dikeringkan.
Kemudian plat yang digunakan tersebut diamati pada lampu UV dengan
menggunakan panjang gelombang 366 nm, dalam mengamati penampakkan
bercak noda. Setelah mengamati bercak yang muncul dan ditandai, kemudian

44
Indonesian Journal of Pharmaceutical Education. 2(1): 42-51

dihitung nilai Rf-nya


Identifikasi Alkaloid Dengan Spektrofotometri UV-Vis
Ketika sampel yang dianalisa positif terkandung alkaloid, sampel kemudian
diidentifikasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis dalam panjang gelombang
standar untuk memperoleh panjang gelombang maksimum zat alkaloid. Panjang
gelombang maksimum zat alkaloid ialah 218-400 nm yang dimana termasuk
dalam golongan senyawa alkaloid indol [6].
3. Hasil dan Pembahasan
Ekstraksi dan Identifikasi Bidara Arab (Ziziphus spina-christi L.)
Sampel daun bidara arab (Ziziphus spina-christi L.) yang digunakan sebanyak
200 gr dan diekstraksi menggunakan metode maserasi bertingkat dengan 3 jenis
pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda-beda yaitu pelarut n-
heksan, etil asetat dan metanol sebanyak 2000 mL, menghasilkan berat ekstrak n-
heksan sebanyak 10,1 gr dengan persen rendemen 5,05%, etil asetat sebanyak 15,6
gr dengan persen rendemen 8,08% dan metanol sebanyak 14,2 gr dengan persen
rendemen 7,80% (tabel 1).
Tabel 1. Hasil Persen Rendemen Ekstrak Daun Bidara Arab (Ziziphus spina-
christi L.)
Pelarut Berat Sampel (g) Berat Ekstrak (g) Rendemen (%)
N-heksan 200 10,1 5,05
Etil Asetat 193 15,6 8,08
Metanol 182 14,2 7,80
Skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun bidara arab (Ziziphus
spina-christi L.) yang menggunakan pelarut etil asetat positif mengandung
golongan senyawa alkaloid (tabel 2). Hal ini dapat diketahui berdasarkan pada
tabel diatas yaitu ketika sampel direaksikan dengan perekasi terjadi perubahan
warna dan terdapat endapan putih dengan menggunakan pereaksi mayer, dan
endapan orange dengan menggunakan pereaksi dragendrof.
Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Senyawa Alkaloid Ekstark Daun Bidara Arab
(Ziziphus spina-christi L.)
Ekstrak Pereaksi Hasil
Mayer Terjadi perubahan warna
N-heksan
Dragendrof Tetapi tidak terdapat endapan
(+) Alkaloid
Mayer
Etil Asetat Terjadi perubahan
Dragendrof
Dan terdapat endapan
Mayer (-) Alkaloid
Metanol
Dragendrof Tidak terjadi perubahan

Hasil analisis senyawa alkaloid ekstark daun bidara arab (Ziziphus spina-
christi L.) menggunakan kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa
perbandingan eluen yang baik untuk mengidentifikasi senyawa alkaloid ekstrak
daun bidara arab (Ziziphus spina-christi L.) yaitu dengan menggunakan
perbandingan eluen n-heksan : etil asetat (8:2) dengan nilai Rf yang didapatkan
yaitu 0,25 ; 0,4 ; 0,52 dan 0,62 (tabel 3 dan gambar 1).
45
Suryadi et al., 2021; Indonesian Journal of Pharmacetical Education (e-Journal); 2(1): 42-51

Tabel 3. Hasil Analisis Senyawa Alkaloid Ekstark Daun Bidara Arab (Ziziphus
spina-christi L.) Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
Fase Gerak
Noda Rf
N-Heksan : Etil Asetat
1 0,25
2 0,4
8:2
3 0,52
4 0,62

Gambar 1. Noda hasil KLT dengan eluen n-heksan : etil asetat (8:2) pada
lampu UV 366

Gambar 2. Noda hasil pada KLTP pada lampu UV 366


Tabel 4. Hasil Optimasi Panjang Gelombang Dan Absorbansi Senyawa Alkaloid
Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis

KLT Spektrofotometri UV-Vis


Sampel
Panjang
Noda Rf Absorbansi
Gelombang (nm)
1 0,25 412,50, 248,50 0,021, 0,213
Daun bidara arab 2 0,4 658,00, 268,50 0,010, 0,397
(Ziziphus spina-christi L.) 3 0,52 658,50, 268,50 0,012, 0,244
4 0,62 609,00, 255,50 0,006, 0,340
Sampel di identifikasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang standar 200-800 nm untuk memperoleh panjang gelombang
maksimum untuk senyawa alkaloid (tabel 4). Spektrum UV-Vis daun bidara arab

46
Indonesian Journal of Pharmaceutical Education. 2(1): 42-51

(Ziziphus spina-christi L.) dari masing-masing noda yang didapat dari hasil kerokan
pada KLTP dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3. Hasil spektrum UV-Vis daun bidara arab pada noda 1


Berdasarkan hasil spektrum yang tampak terdapat dua pita pada noda 1
(gambar 3), pita pertama mempunyai panjang gelombang 412,50 nm pada
absorbansi 0,021, dan pada pita kedua mempunyai panjang gelombang 248,50 nm
pada absorbansi 0,213. Ini menyatakan bahwa pada noda 1 yang dibaca pada pita
kedua positif mengandung alkaloid, dimana dapat diindikasikan bahwa senyawa
tersebut merupakan golongan alkaloid indol.

Gambar 4. Hasil spektrum UV-Vis daun bidara arab pada noda 2


Berdasarkan spektrum yang tampak terdapat dua pita pada noda 2, pita
pertama mempunyai panjang gelombang 658,00 nm pada absorbansi 0,010, dan
pada pita kedua mempunyai panjang gelombang 268,50 nm pada absorbansi 0,397
(gambar 4). Ini menyatakan bahwa pada noda 2 yang dibaca pada pita kedua
positif mengandung alkaloid, dimana dapat diindikasikan bahwa senyawa
tersebut merupakan golongan alkalold indol.

Gambar 5. Hasil spektrum UV-Vis daun bidara arab pada noda 3


Berdasarkan spektrum yang tampak terdapat dua pita pada noda 3 (gambar
5), pita pertama mempunyai panjang gelombang 658,50 nm pada absorbansi 0,012,
dan pada pita kedua mempunyai panjang gelombang 268,50 nm pada absorbansi
0,244. Ini menyatakan bahwa pada noda 3 yang dibaca pada pita kedua positif
mengandung alkaloid, dimana dapat diindikasikan bahwa senyawa tersebut
merupakan golongan alkaloid indol.

47
Suryadi et al., 2021; Indonesian Journal of Pharmacetical Education (e-Journal); 2(1): 42-51

Gambar 6. Hasil spektrum UV-Vis daun bidara arab pada noda 4


Dari hasil spektrum yang tampak terdapat dua pita pada noda 4 (gambar 6),
pita pertama mempunyai panjang gelombang 609,00 nm pada absorbansi 0,006,
dan pada pita kedua mempunyai panjang gelombang 255,50 nm pada absorbansi
0,340. Ini menyatakan bahwa pada noda 4 yang dibaca pada pita kedua positif
mengandung alkaloid, dimana dapat diindikasikan bahwa senyawa tersebut
merupakan golongan alkaloid indol.
Pembahasan
Ekstraksi
Penelitian ini menggunakan daun bidara arab sebagai sampel penelitian
yang diambil dari wilayah kecamatan kota barat, kabupaten gorontalo, provinsi
gorontalo. Daun bidara arab yang telah dipetik dibersihkakan menggunakan air
bersih yang mengalir. Kemudian sampel dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan diudara terbuka yang terlindung dari sinar matahari, sehingga dapat
mengurangi kadar air, dengan melakukan proses pengeringan dengan baik akan
menghasilkan ekstrak yang mempunyai kemurnian yang lebih tinggi [4].
Kemudian sampel dirajang dan dilakukan sortasi kering. Setelah disortasi, sampel
dihaluskan menggunakan blender sampai menjadi serbuk simplisia. Pengecilan
ukuran sampel akan memudahkan pada saat ekstraksi yang dapat memperluas
bidang kontak antara sampel yang akan diekstrak dengan pelarut yang
digunakan, dan menyebabkan ekstrak yang dihasilkan semakin banyak [7].
Serbuk daun bidara arab diekstraksi dengan metode maserasi bertingkat
yang menggunakan 3 jenis pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda-
beda yaitu, n-heksan (non polar), etil asetat (semi polar) dan metanol (polar),
proses ini dilakukan selama 3x24 jam untuk masing-masing pelarut.
Dari hasil yang didapatkan ekstrak dengan pelarut etil asetat (semi polar)
memiliki rendemen paling tinggi, diikuti ekstrak dengan pelarut metanol (polar)
dan selanjutnya ekstrak dengan pelarut n-heksan (non polar). Hal ini dapat dilihat
pada tabel 1. Selanjutnya ekstrak kental yang didapatkan dari masing-masing jenis
pelarut diuji skrining fitokimia untuk memastikan adanya kandungan senyawa
alkaloid dalam ekstrak.
Skrining Fitokimia
Uji kandungan senyawa kimia dilakukan dengan tujuan dapat memberikan
gambaran awal jenis senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam suatu
ekstrak [11]. Uji alkaloid dilakukan dengan menggunakan pereaksi mayer dan
pereaksi dragendrof. Sampel yang dimasukkan kedalam tabung reaksi
ditambahkan HCl, dimana alkaloid bersifat basa sehingga perlu untuk diekstrak
menggunakan pelarut asam [9]. Penambahan HCl dalam ekstrak dapat menarik

48
Indonesian Journal of Pharmaceutical Education. 2(1): 42-51

garam alkaloid yang terbentuk dapat larut dalam air, fase air asam ditambah
amonia bertujuan untuk melarutkan alkaloid basa [13].
Berdasarkan hasil skrining fitokimia yang telah dilakukan pada ekstrak
daun bidara arab (Ziziphus spina-christi L.) pelarut etil asetat dengan pereaksi
mayer dan pereaksi dragendrof menyatakan positif mengandung senyawa
alkaloid. Hasil uji alkaloid pada ekstrak etil asetat terjadi perubahan warna dan
terdapat endapan putih dengan menggunakan pereaksi mayer, dan endapan
orange dengan menggunakan pereaksi dragendrof. Sedangkan hasil uji alkaloid
pada ekstrak n-heksan dengan menggunakan pereaksi mayer dan pereaksi
dragendrof terjadi perubahan warna, tetapi tidak terdapat endapan. Hal ini
membuktikan bahwa senyawa alkaloid pada ekstrak n-heksan masih diragukan,
karena menurut Muksin [9], hasil uji positif alkaloid dengan menggunakan
pereaksi mayer adalah terjadinya perubahan warna serta terbentuknya endapan
putih, dan untuk pereaksi dragendrof terjadinya perubahan warna dan juga
terbentuk endapan berwarna orange. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.
Selanjutnya hasil uji skrining fitokimia daun bidara arab yang positif
mengandung alkaloid dilakukan pengujian dengan menggunakan kromatografi
lapis tipis untuk mengidentifikasi senyawa alkaloid yang terkandung.
Pemisahan suatu senyawa alkaloid pada sampel dilakukan dengan
menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Ekstrak etil asetat daun
bidara arab ditotolkan pada Plat KLT dengan ukuran plat 5 cm dan lebar 1 cm
serta batas atas dan batas bawah masing-masing 0,5 cm, selanjutnya dimasukkan
kedalam chamber. Plat KLT selanjutnya dikeringkan dan penampakan noda
dilihat dibawah sinar 366 nm.
Dari hasil yang dilihat dibawah sinar lampu UV, didapatkan 4 noda pada
lempeng KLT. Hasil yang didapatkan menyatakan bahwa ekstrak etil asetat daun
bidara arab mengandung senyawa alkaloid, yang diketahui dengan menghitung
nilai Rf. Hasil perhitungan nilai Rf dari ekstrak etil asetat daun bidara arab yaitu
0,25 ; 0,4 ; 0,52 ; 0,62, hasil ini sesuai dengan persyaratan yang dijelaskan Harbone
[11], dimana standar nilai Rf alkaloid berkisar antara 0,07-0,62. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 3.
Identifikasi Alkaloid
Setelah digunakan kromatografi lapis tipis dilanjutkan dengan kromatografi
lapis tipis preparatif (KLTP). Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP)
merupakan salah satu metode pemisahan yang digunakan dengan harga relatif
murah serta pemakaian peralatan paling dasar [12]. Ekstrak ditotolkan pada
lempeng dan dielusi menggunakan eluen terbaik dari proses kromatografi lapis
tipis (KLT), dimana eluen yang digunakan yaitu n-heksan : etil asetat (8:2). Setelah
dielusi plat KLTP dilihat dibawah sinar UV 366 nm dan menunjukkan terdapat 4
noda, hal ini dapat dilihat pada gambar 2. Hasil pemisahan dengan KLTP
kemudian dikerok dan dilarutkan menggunakan pelarut metanol yang akan
dilanjutkan pada instrumen spektrofotometri UV-Vis untuk melihat panjang
gelombang dari senyawa tersebut.
Panjang gelombang senyawa alkaloid ditentukan dengan menggunakan
metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil pengerokan pada KLTP kemudian diamati
pada spektrofotometri UV-Vis, dimana untuk memperoleh panjang gelombang

49
Suryadi et al., 2021; Indonesian Journal of Pharmacetical Education (e-Journal); 2(1): 42-51

maksimum senyawa alkaloid diamati pada panjang gelombang standar 200-800


nm [13][14].
Hasil noda yang diperoleh dari pengerokan pada KLTP diiedentifikasi
menggunakan spektrofotometri uv-vis. Pengaturan panjang gelombang untuk
senyawa alkaloid diatur pada rentang 200-800 nm. Data-data yang dikeluarkan
oleh spektrofotometri UV-Vis berupa spektrum. Hasil analisis pada
spektrofotometri UV-Vis memberikan dua pita serapan maksimum, selain adanya
serapan pada 248,50, 268,00, 268,50 dan 255,50 juga menunjukkan adanya serapan
pada 412,50, 658,00, 658,50 dan 609,00 yang disebabkan adanya pengaruh gugus
karboksilat dan pengaruh ikatan C=C terkonjugasi dalam senyawa tersebut.
Menurut Worsfold [15], spektrum yang memiliki panjang gelombang lebih dari
210 nm menunjukkan adanya sistem terkonjugasi, dimana semakin panjang
sistem konjugasi maka akan tidak aktif pada daerah UV 200-360 nm, tetapi akan
aktif pada daerah Vissible 360-729 nm.
Hasil spektrofotometri UV-Vis untuk sampel bidara arab didapatkan
panjang gelombang yaitu untuk noda 1 248,50 pada absorbansi 0,213, noda 2
dengan panjang gelombang 268,50 pada absorbansi 0,397, noda 3 dengan panjang
gelombang 268,50 pada absorbansi 0,244 dan noda 4 dengan panjang gelombang
255,50 pada absorbansi 0,340. Menurut Nessel [6], senyawa canthin-6-one
merupakan alkaloid turunan dari tryptophan memberikan panjang gelombang
sebagai berikut, untuk panjang gelombang 248 nm, 255 nm, 268 nm, 300 nm, 346
nm, 364 nm dan 381 nm. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa hasil identifikasi senyawa alkaloid pada daun bidara arab (Ziziphus spina-
christi L.) dengan menggunakan spektrofotometri uv-vis menunjukkan adanya
senyawa canthin-6-one turunan dari alkaloid tryptophan dan merupakan
kelompok besar dari alkaloid indol.

Referensi
[1] Bonofiglio D., Plastina P., Vizza D. 2012. Identification Of Bioactive
Constituents Of Ziziphus Jujube Fruit Extracts Exerting Antiproliferative And
Apoptotic Effects In Human Breast Cancer Cells. J Ethnopharmacol. 325-338.
[2] Lestari T., Ruswanto., Garna IM., Tuslinah L., Richa M., Nofianti T. 2018.
Kuersetin : Penghambat Uridin 5-Monofosfat Sintase Sebagai Kandidat Antikanker.
Alchemy Jurnal Penelitian Kimia.
[3] Mauludiyah, Elsya Nurul., Fitrianti Darusman., Gita Cahya Eka Darma.
2020. Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder Dari Simplisia Dan Ekstrak
Air Daun Bidara Arab (Ziziphus Spina-Christi L.). Bandung : Universitas Islam
Bandung. 1084-1089.
[4] Nururrahmah Hammado., Ilmiati Illing. 2013. Identifikasi Senyawa Bahan Aktif
Alkaloid Pada Tanaman Lahuna (Eupatorium odoratum). Makassar : Universitas
Cokroaminoto Palopo.
[5] Ningrum R., Purwanti E., Sukarsono. 2016. Identifikasi Senyawa Alkaloid Dari
Batang Karamunting (Rhodomyrtus Tomentosa) Sebagai Bahan Ajar Biologi Untuk
SMA Kelas X. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang. 231-236.

50
Indonesian Journal of Pharmaceutical Education. 2(1): 42-51

[6] Nessel, F. M. 2008. Isolasi Alkaloid Utama dari Tumbuhan Lerchea interrupta
Korth. Jambi : Balai Pengawasan Obat dan Makanan.
[7] Feriyanto, Y. 2013. Pengambilan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Sereh
Wangi (Cymbopogonwinterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap Air dengan
Pemanasan microwave. Surabaya : Institut Teknologi 10 November.
[11] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
[9] Muksin Maulana. 2018. Profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Ekstrak Daun
Bidara Arab (Ziziphus spina-christi l.) Berdasarkan Variasi Pelarut. Malang :
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
[10] Christina Astutiningsih., Frida Nuzulia., Agus Suprijono. 2012. Isolasi Dan
Identifikasi Senyawaalkaloid Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.)
Boerl) Secara Spektrofotometri Uv-Vis Dan Ir Serta Uji Toksisitas Akut Terhadap
Larva Artemia salina Leach. Semarang : Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan
Pharmasi”.
[11] Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia. Bandung : Penerbit ITB.
[12] Hostettmann K., M Hostettman, MD., Marston A. 1995. Cara kromatografi
preparatif. Penggunan pada Isolasi Senyawa Alam. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
[13] Gasparic, J., Churacek, J. 1978. Laboratory Handbook of Paper and. Thin Layer
Chromatography. New York : John Wiley and Sons.
[14] Gandjar, I. G., Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
[15] Worsfold, P., Townshend, A., Poole, C., Miro, M. 2019. Encyclopedia of
Analytical Science (3rd Ed.). Belanda : Amsterdam.

51

Anda mungkin juga menyukai