ABSTRACT
This study aims to isolate and identify alkaloid group compounds from
some plant samples used. Alkaloid compounds are the most common
organic compounds found in nature. This method of review literature
study comes from library reviews and other studies by collecting a
variety of relevant literature. Almost all alkaloids are native to plants
and are widespread in various types of plants. Examination of plants
containing alkaloids there are several stages, namely drying,
extraction, fractionation, and isolation. Isolation of alkaloid
compounds can be done using several methods. In the extraction
process used 3x24 hours maceration method, then the fractionation
process using Vacuum Liquid Chromatography (KCV) with the silent
phase of silica gel and n-hexan motion phase: ethyl acetate and
Keywords: fractions are isolated again using Gravitational Column
alkaloids; extraction; Chromatography (KKG) with a silent phase of silica gel and nheksan
fractionation; motion phase: ethyl acetate. The fraction is analyzed for purity using
isolation Thin Layer Chromatography (KLT) with a still phase of silica gel254.
How to cite: Bara, Bismar Al. et,al. (2021) Isolasi Senyawa Alkaloid Bahan Alam. Jurnal Health Sains 2(7).
https://doi.org/10.46799/jhs.v2i7.217
E-ISSN: 2723-6927
Published by: Ridwan Institute
Isolasi Senyawa Alkaloid Bahan Alam
dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan. alkaloid dan manfaatnya. Pada penelitian ini
Bahan-bahan alam hayati yang berasal dari proses identifikasi senyawa alkaloid
tumbuh tumbuhan, hewan dan mikroorganism menggunakan beragam metode. Metode yang
e telah digunakan oleh umat manusia digunakan berasal dari berbagai literatur yang
untuk memenuhi berbagai keperluan hidup, relevan. Sumber tinjauan meliputi studi
seperti pangan, sandang, papan, energi, pencarian sistemasis database jurnal. Adapun
wangi-wangian, zat warna, insektisida, beragam bagian tumbuhan yang digunakan
herbisida dan obat-obatan (Achmad & sebagai bahan penelitian, meliputi daun
Hussein, 2004). Umumnya tumbuhan- alpukat, kulit buah mangrove pidada, kulit
tumbuhan digunakan oleh masyarakat sebagai batang mangga, biji sirsak, batang pelir
bahan obat-obatan tradisional yang lazim kambing, kulit batang klika faloak, daun
disebut sebagai jamu-jamuan. tempuyung, daun bulian, daun kayu jawa dan
Perkembangannya dapat dikatakan sangat rimpang lengkuas merah.
lambat apabila dibandingkan dengan obat Tujuannya penelitian ini adalah untuk
modern yang dihasilkan oleh industri farmasi mengetahui kandungan senyawa alkaloid dari
yang berkembang sangat pesat sejalan dengan sampel bahan alam yang di gunakan dan
kemajuan di bidang kesehatan (Lenny & mengetahui tata cara isolasi senyawa bahan
Barus, 2016). Untuk membuat sebuah obat, alam dari berbagai sumber jurnal yang dibuat
diperlukan penelitian terhadap kandungan dalam sebuah review jurnal.
suatu tumbuhan. Pada penelitian ini dilakukan Manfaat penelitian ini adalah kita dapat
pemeriksaan kandungan alkaloid dari mengetahui kandungan alkaloid dari beberapa
beragam macam tumbuhan. Alkaloid sampel bahan alam yang digunakan sehingga
merupakan senyawa metabolit sekunder yang tahu manfaat dari bahan alam tersebut, dan
mengandung satu atau lebih atom nitrogen. bisa mengetahui tata cara isolasi senyawa
Keberadaan alkaloid di alam tidak pernah bahan alam.
berdiri sendiri (Saragih, 2018).
Alkaloid memiliki manfaat seperti anti Metode Penelitian
diabetes, anti diare, anti malaria dan anti Metode studi literatur review ini
mikroba. Namun, tidak seluruh alkaloid aman berasal dari tinjauan pustaka dan studi lainnya
untuk digunakan. Beberapa golongan alkaloid dengan mengumpulkan berbagai literatur
bersifat racun seperti alkaloid dioscorin yang yang relevan. Sumber tinjauan meliputi studi
terdapat pada umbi gadung. Oleh karena itu, pencarian sistematis database jurnal (google
perlu dilakukan identifikasi senyawa alkaloid cendikia, researchgate).
dalam tumbuhan guna mengetahui jenis
Tabel 1
Hasil Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid
Uji
Nama Ekstrak Penarikan
No Uji Fitokimia Fraksinasi Kemurn Hasil
Tumbuhan si Alkaloid
ian
1. Daun Maserasi • Lempengan mg dan - Ekstraksi KLT Menunjuk
Alpukat : larutan HCl Cair-cair kan noda
pelarut • H2 SO4 (ECC), dan tunggal =
metanol • NaOH KLT dan KLT isolat telah
• Pereaksi meyer KKG murni
• Pereaksi 2
dragendorff dimensi
• Pereaksi wagner
• Pereaksi lieberman
bauchard
2 Kulit Buah Maserasi • Pereaksi - KLT, KCV KLT Menunjuk
mangrove : liebermann dan KKF kan noda
pidada metanol Burchad (LB), 3 tunggal =
• Pereaksi Fecl3 1% dimensi isolat telah
• Pereaksi mayer murni
• Pereaksi wagner
3 Kulit Maserasi • NaOH - KLT dan KLT 1 Menunjuk
Batang : • H2SO4 KKG dan 2 kan noda
Mangga Metanol • Mg-HCL dimensi tunggal =
• Pereaksi hager isolat telah
• Pereaksi Mayer murni
• Pereaksi wagner
Pereaksi
liebermann
Burchad (LB)
4 Biji Sirsak Maserasi H2SO4 - Ekstraksi KLT Menunjuk
: Pereaksi Mayer cair-cair dimensi kan noda
Metanol Pereaksi wagner (ECC), tunggal =
Serbuk Mg-HCL KKG dan 2 isolat telah
NaOH KLT murni
5 Batang Pelir Maserasi Pereaksi dragendroff - Ekstraksi KLT Menunjuk
Kambing : pereaksi meyer cair-cair KLT kan noda
Metanol pereaksi wagner (ECC), dimensi tunggal =
Serbuk Mg-HCl KCV, KKT isolat telah
HCl 1 % dan 2 murni
Pereaksi FeCl3
Pereaksi liebermann
Burchad (LB)
6 Kulit Maserasi HCl - Ekstraksi KLT Menunjuk
Batang : Pereaksi wagner Cair-Cair dimensi kan noda
Klika Metanol Pereaksi mayer (ECC), tunggal =
Faloak Pereaksi liebermann KCV, KLT, 2 isolat telah
Burchard (LB) KLT murni
preparatif
7 Daun Maserasi Pereaksi mayer Penambaha Ekstraksi KLT Menunjukk
Tempuyung : Pereaksi dragendorf n HCl dan Cair-Cair KLT an noda
Metanol penambaha (ECC), dimensi tunggal =
n NH4OH KLT dan isolat telah
berbeda. Hasil kromatografi kolom, ekstraksi kulit batang pelir kambing sudah
kemudian dilanjutkan dengan pemurnian dikeringkan dan dibentuk serbuk. Serbuk
menggunakan kromatografi lapis tipis. batang kulit pelir kambing sebanyak 3,6
Analisa kemurnian terhadap isolat Kg diekstraksi dengan metode maserasi
dilakukan dengan cara KLT dua dimensi menggunakan pelarut metanol. Maserat
dengan menggunakan silika gel GF254 yang diperoleh kemudian dikentalkan
dengan perbandingan fasa gerak dengan bantuan alat penguap putar vakum
kloroform:metanol (Untoro et al., 2016) (rotary vacuum evapator) menghasilkan
dan nheksan:etil asetat (Afrida, 2014), ekstrak kental metanol dengan berat
dengan nilai Rf yang diperoleh dari 75,16gram berwarna hitam kecoklatan.
masing-masing perbandingan adalah 0,652 Selanjutnya ekstrak kental metanol
dan 0,434. dipartisi menggunakan pelarut n-heksan,
Pemisahan dengan kromatografi etil asetat dan metanol. Ekstrak kental
kolom gravitasi secara bergradien metanol dipartisi dengan pelarut n-heksan
menghasilkan 15 fraksi yang di gabung lalu dikentalkan menggunakan rotary
berdasarkan warna yang di dapat (B1, B2, vacuum evapator menghasilkan fraksi n-
B3, B4, B5, B6, B7, B8, B9, B10, B11, heksan berwarna kuning kehijauan
B12, B13, B14, B15) masing-masing 0,02; sebanyak 7,92 gram (15,85%). Selanjutnya
0,01; 0,1; 0,04; 0,14; 0,1; 0,02; 0,09; 0,03; filtrat metanol dipartisi menggunakan etil
0,02; 0,05; 0,28; 0,06; 0,68; dan 0,17 asetat menghasilkan fraksi etil asetat
gram. Kelima belas fraksi hasil sebanyak 15,82gram (31,64 %)
kromatografi kolom gravitasi dilakukan uji menggunakan pelarut metanol dan n-
KLT. Pola pemisahan komponen- heksan, lalu fraksi n-heksan dikentalkan di
komponen fraksi hasil kromatografi kolom rotary vacuum evapator menghasilkan
gravitasi ekstrak kental metanol dianalisis fraksi n-heksan berwarna kuning
dengan kromatografi lapis tipis (KLT) kehijauan sebanyak 7,92gram (15,85 %)
dengan fasa gerak n-heksan: etil asetat dan ekstrak metanol dipartisi
(Aksara et al., 2013). Fraksi B12, B13, menggunakan pelarut metanol
dan B15 hasil kromatografi kolom menghasilkan fraksi metanol berwarna
gravitasi dengan berat masing-masing kecoklatan sebanyak 25,74 gram (51,48
sebanyak 0,28; 0,06; dan 0,17 gram di uji %).
KLT dengan fase gerak kloroform:metanol Selanjutnya ekstrak metanol, fraksi
(Tengo et al., 2013). Fraksi B13 hasil n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi
kromatografi kolom grafitasi sebanyak metanol dilakukan uji fitokimia. Pada uji
0,06 gram, menghasilkan bercak noda alkaloid menggunakan pereaksi
tunggal. Isolat berupa senyawa yang dragendroff, meyer dan wagner sedangkan
berbentuk padatan kristal berwarna kuning pada uji flavonoid menggunakan pereaksi
yang diduga sebagai senyawa alkaloid. Uji mg-HCl, pada uji tanin menggunakan
Fitokimia menunjukkan bahwa fraksi B13 pereaksi HCl 1%, pada uji saponin
mengandung senyawa metabolit sekunder menggunakan pereaksi FeCl3, pada uji
yaitu merupakan golongan senyawa terpenoid menggunakan pereaksi
alkaloid. liebermann buchard. Setelah direasikan
5. Kulit Batang Pelir Kambing pada ekstrak metanol memberikan hasil
Pada Penelitian ini menggunakan positif pada uji alkaloid, flavonoid,
sampel kulit batang pelir kambing (T. terpenoid dan steroid. Sedangkan fraksi n-
macrocarpa Jack). Sebelum melakukan heksan dan fraksi etil asetat memberikan
hasil positif pada uji terpenoid dan steroid disimpulkan bahwa fraksi FM 4.2.6 telah
dan fraksi metanol memberikan hasil murni.
positif pada uji alkaloid, saponin dan 6. Kulit Batang Klika Faloak
terpenoid. Kulit batang faloak diekstraksi
Fraksi metanol dipisahkan dengan metode maserasi menggunakan
menggunakan kromotografi Cair Vakum pelarut metanol. Ekstrak metanol kulit
(KVC) dengan menggunakan fase diam batang faloak dipekatkan menggunakan
silika gel 60 dan fase gerak yang telah rotary evaporator. Dilakukan uji golongan
ditentukan dengan analisis kromotografi alkaloid dengan hasil positif mengandung
lapis tipis (KLT) menghasilkan 12 fraksi. alkaloid ditandai dengan terbentuknya
pada fraksi FM1 (0,17 gram), FM2 (0,85 endapan cokelat setelah penambahan
gram), FM3 (1,09 gram), FM4 (2,01 gram) pereaksi Wagner, endapan putih setelah
dan FM5 (5,91 gram) memiliki kemiripan penambahan pereaksi Mayer, dan endapan
pola noda yang relatif sama. Selanjutnya merah orange setelah penambahan
fraksi FM4 dipisahkan kembali pereaksi Dragendorff. Dilakukan uji
menggunakan KCV sehingga diperoleh 4 kelarutan dalam beberapa pelarut, yaitu
subfraksi (FM4.2), lalu gabungan FM4.2 air, metanol, etil asetat, kloroform, n-
diperoleh berat fraksi seberat 0,5726 gram. butanol, dan n-heksan yang didapatkan
Fraksi FM4.2 dilakukan uji alkaloid hasil ekstrak larut dalam air, metanol, dan
menghasilkan positif alkaloid dengan etil asetat serta agak larut dalam
ditandai adanya endapan. Setelah kloroform, n-butanol, dan n-heksan.
dilakukan uji alkalod fraksi FM4.2 Ekstrak kemudian dipartisi dengan pelarut
dimurnikan dengan kromotografi kolom nheksan, etil asetat, dan n-butanol. Hasil
tekan (KKT) dengan menggunakan fase dari partisi dilakukan visualisasi dengan
diam silika gel dan fase gerak kloroform: metode KLT. Digunakan fase diam silika
metanol menghasilkan 15 subfraksi, lalu gel GF254 dan fase gerak n-heksan: etil
subfraksi dianalisis menggunakan asetat (Idrus et al., 2013). Diperoleh noda
kromotografi lapis tipis (KLT). Pada dengan nilai Rf 0,89;0,94;0,78, dan pada
subfraksi FM4.2.6 terlihat cukup murni fraksi etil asetat diperoleh noda dengan
sebanyak 26,3. Selanjutnya fraksi FM4.2.6 nilai Rf 0,72. Dilakukan pemantauan
dilakukan uji alkaloid memberikan hasil dengan penampak bercak Dragendorff dan
positif alkaloid lalu fraksi FM4.2.6 fraksi yang dipilih adalah fraksi n-heksan
dimurnikan menggunakan KLTP dengan yang ditandai dengan terbentuknya noda
fase gerak kloroform: metanol, setelah orange atau jingga. Fraksi n-heksan
dielusi noda FM4.2.6 dikeruk dan difraksinasi dengan menggunakan metode
dilarutkan pada metanol dan disaring kromatografi cair vakum (KCV).
hingga diperoleh filtratnya. Filtrat yang Digunakan fase diam silika gel 60 dan fase
diperoleh dianalisis kembali menggunakan gerak sistem landaian yang kepolarannya
KLT pada eluen kloroform: metanol ditingkatkan dengan variasi konsentrasi n-
(Muhammad, 2019), etil asetat: metanol heksan, etil asetat, dan metanol, yaitu n-
(Aksara et al., 2013) dan aseton 100 % heksan: etil asetat dan etil asetat: metanol.
menghasilkan noda tunggal. Isolat yang Hasilnya diperoleh sebanyak 10 fraksi,
diperoleh Kemudian dilakukan uji setiap fraksinya ditampung, dipekatkan
kemurnian menggunakan KLT 2 dimensi dan dipantau menggunakan KLT. Hasil
menunjukkan noda tunggal sehingga dapat visualisasi KLT diperoleh fraksi no. 4
terpilih untuk isolasi. Hal ini ditandai
dengan adanya bercak warna orange atau pekat ditambahkan dengan asam asetat
jingga pada fraksi setelah disemprot 10% hingga suasana ekstrak etanol
dengan pereaksi penampak bercak menjadi asam, pemberian asam asetat 10%
Dragendorff. bertujuan untuk membentuk garam
Tahapan isolasi menggunakan KLT alkaloid. Ekstrak larutan asam diekstraksi
preparatif dilakukan terhadap fraksi no. 4 kembali dengan etil asetat sehingga
menggunakan fase diam silika gel GF254 terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan etil
dan fase gerak n-heksan: etil asetat (Idrus asetat dan lapisan asam. Pada lapisan asam
et al., 2013) dengan nilai Rf 0,67. Hasil terletak pada bagian bawah dimana
dari KLT preparatif diperoleh lima pita alkaloid akan berikatan pada lapisan asam.
dan dari hasil penampak bercak pada Untuk membebaskan alkaloid dari
lempeng KLT sebelumnya hanya pita garamnya maka ditambahkan ammonium
empat yang positif menandakan adanya hidroksida (NH4OH) pekat sampai
alkaloid. Pemisahan dilakukan dengan suasana basa sehingga alkaloid akan
mengerok pita empat dan dilarutkan dalam terbentuk menjadi basa alkaloid kembali.
metanol. Hasil pengerokan kemudian Pada lapisan asam dilakukan ekstraksi
dipisahkan menggunakan magnetic stirrer kembali dengan etil asetat maka akan
dan disaring menggunakan kolom cair diperoleh lapisan basa dan lapisan etil
vakum. Kemudian isolat diuapkan dan asetat. Lapisan etil asetat inilah yang
dilakukan visualisasi profil KLT. Hasilnya mengandung alkaloid, sedangkan lapisan
diperoleh bercak tunggal (diberi nama basa mengandung air. Pemeriksaan
isolat F4a). Dilakukan elusi isolat F4a senyawa alkaloid dapat menggunakan
pada lempeng RP-18 menggunakan eluen pereaksi Dragendorff, pada lapisan etil
aseton: air (Idrus et al., 2013) untuk asetat ditambahkan pereaksi Dragendorff
memastikan kemurnian dari isolat dan menghasilkan endapan merah bata yang
didapatkan hasil adanya beberapa bercak menandakan pada lapisan etil asetat positif
lain pada lempeng, namun senyawa target adanya alkaloid. Alkaloid murni diisolasi
terlihat memiliki profil noda yang lebih dengan menggunakan KLT preparatif
dominan. Uji kemurnian dilakukan dengan dengan fase gerak menggunakan eluen etil
metode KLT 2 dimensi menggunakan fase asetat: etanol: n-heksan, dan fase diam
gerak n-heksan: etil asetat. Diperoleh noda menggunakan silika gel 60GF254,
tunggal yang merupakan senyawa murni menghasilkan 6 noda. Masing- masing
golongan alkaloid. noda menghasilkan nilai dengan
7. Daun Tempuyung menggunakan sistem eluen yang berbeda
Pada penelitian ini menggunakan maka diperoleh:
sampel daun tempuyumg (Sonchus a. Noda 1 menghasilkan Rf 0,2 merah
arvensis L.), sebelum melakukan ekstraksi kecoklatan
daun tempuyung sudah dikeringkan dan b. Noda 2 menghasilkan Rf 0,34 merah
ditimbang sebanyak 650 gram. Ekstraksi kecoklatan
daun tempuyung dengan pelarut etanol c. Noda 3 menghasilkan Rf 0,46 biru
96% menggunakan metode maserasi kehijauan
selama 24 jam. Kemudian hasil ekstraksi d. Noda 4 menghasilkan Rf 0,56 merah
etanol dipekatkan dengan cara diuapkan kecoklatan
pelarutnya menggunakan rotary e. Noda 5 menghasilkan Rf 0,68 merah
evaporator untuk memperoleh ekstrak kekuningan
kental sebanyak 8 gram. Hasil ekstraksi
dengan ditandai warna kuning kehijauan, pada fraksi, fraksi D7 membentuk kristal
penambahan pereaksi Lieberman-burchard jarum berwarna hijau. Fraksi yang
reaksi positif steroid dengan ditandai membentuk kristal direkristalisasi untuk
warna hijau, penambahan pereaksi Mayer memisahkan isolat dari pengotornya.
negatif alkaloid dengan ditandai Fraksi D7 direkritalisasi dengan n-heksan
terbentuknya endapan cokelat, dan dan aseton yang menghasilkan isolat
penambahan wagner reaksi positif alkaloid berupa kristal berbentuk jarum berwarna
dengan ditandai warna hijau kekuningan. putih dengan berat 0,0142gram hanya
Kemudian ekstrak nheksan. Sebanyak isolat tersebut yang berbentuk kristal
8.0247 gr di analisis menggunakan KLT setelah proses KKT dari 12 frasi isolat D.
untuk menentukan eluen yang akan Isolat D7 diduga senyawa metabolit
digunakan pada proses fraksinasi. Hasil sekunder golongan alkaloid. Kemudian di
KLT n-heksan: etil asetat memberikan uji kemurniannya menggunakan KLT
pola pemisahan yang baik dan jelas. sistem tiga eluen dengan perbandingan
Fraksinasi awal dilakukan dengan metode yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk
kromatografi kolom cair vakum (KKCV) memastikan kemurnian dari suatu isolat
menggunakan fase diam silika gel G60 yang ditunjukan dengan munculnya satu
dan fase geraknya menggunakan pelarut n- noda pada tiap KLT dan uji titik leleh.
heksan, etil asetat, aseton dan metanol Hasil dari analisis KLT menunjukan satu
yang ditingkatkan kepolarannya secara noda pada tiga macam eluen yaitu eluen n-
bergradien. Hasil KKCV diperoleh heksan: kloroform (Afrida, 2014), n-
sebanyak 41 fraksi, fraksi 1-41 yang heksan: etil asetat, dan etil asetat:
diperoleh di KLT dengan eluen n-heksan: kloroform (Rahasasti, 2017). Deteksi
etil asetat (Aksara et al., 2013). Fraksi – dengan lampu UV 254 dan UV 366
fraksi yang menunjukan pola menunjukan adanya noda yang berpender,
kromatogram yang sama digabungkan, hal ini menunjukan bahwa struktur kimia
sehingga diperoleh 7 fraksi gabungan. isolat memiliki ikatan rangkap
Fraksi gabungan D dilanjutkan untuk terkonjugasi. Noda hasil elusi yang tidak
mendapatkan senyawa murni. Fraksi D tampak dibawah lampu UV disemprot
sebelum di fraksinasi menggunakan dengan reagen penampak noda CeSO4 2%
Kromatografi Kolom Tekan (KKT) di dan dipanaskan diatas hotplate sehingga
KLT terlebih dahulu untuk menentukan diperoleh noda yang berwarna ungu
eluen yang akan digunakan pada KKT. kemerahan. Isolat fraksi D7 dinyatakan
Hasil KLT diperoleh eluen n- relatif murni secara KLT, dan uji titik
heksan: etil asetat memberikan pola leleh menunjukan bahwa isolat D7
pemisahan noda yang baik, kemudian meleleh pada suhu 140, 20 C.
fraksi D di fraksinasi menggunakan fase 10.Rimpang Lengkuas Merah
diam silika gel G60 (230 – 400 mesh), dan Pada penelitian ini menggunakan
fase geraknya menggunakan eluen n- sampel Rimpang Lengkuas Merah.
heksan, etil asetat, metanol, dan aseton Rimpang lengkuas merah dibersihkan dan
yang ditingkatkan kepolarannya. dicuci, setelah pencucian lalu dikeringkan.
Kemudian, eluet ditampung dalam vial- Sampel yang sudah kering dihaluskan
vial diperoleh sebanyak 12 fraksi. Fraksi- menjadi serbuk. Rimpang lengkuas merah
fraksi hasil dari KKT dan KLT diuapkan yang sudah menjadi serbuk dilakukan uji
pada suhu ruang untuk mengetahui fitokimia. Berdasarkan uji fitokimia
komponen senyawa kimia yang terdapat diketahui bahwa rimpang lengkuas merah