Anda di halaman 1dari 15

Nilai

Laporan Akhir

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

ANALISIS KADAR ASAM SALISILAT DALAM BEDAK TABUR


MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL

KELOMPOK B2-2

NAMA NIM
NANDA RAHMA S I1C020002
DAFFA FERDIANSYAH I1C020038
FADILLAH FATMAWATI I1C020052
ALFAIKAR WILDAN A I1C020064
SALSABILA PUTRI AULIA I1C020084

DOSEN PEMBIMBING PRAKTIKUM: Dr.nat.techn. apt. Hendri Wasito, M.Sc.

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2022
SKEMA KERJA
1. Pembuatan Larutan Stok Standar Asam Salisilat 100mM

2. Pembuatan Larutan Stok Standar Besi (III) Klorida 100mM

3. Penentuan Panjang Gelombang (λ) Maksimum Untuk Pengukuran

4. Penentuan Waktu Inkubasi Optimum (Operating Time) Pengukuran


5. Penentuan Kurva Baku Asam Salisilat

6. Pengukuran Absorbansi Asam Salisilat dalam Bedak Tabur


7. Perhitungan Kadar Asam Salisilat dalam Bedak
FORM DATA
1. Pembuatan Larutan Standar

Bahan Bobot (mg) Volume (mL) Konsentrasi


Larutan Stok (M)

Asam salisilat 343 25 0,1

Besi (III) klorida 405 25 0,1

Penimbangan Teoritis Asam salisilat


a. Kemurnian Asam Salisilat 100%
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
Konsentrasi larutan stok (M) = 𝑚𝑟
x 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,1 M = 138,12
x 25
Gram = 0,345 gram = 345 mg
b. Kemurnian Asam Salisilat 99%
99% x A = 0,345 gram
A = 0,3487 gram = 348,7 mg
Penimbangan Asam Salisilat Non-Teoritis
Bobot perkamen + asam salisilat 99% = 350,1 mg
Bobot perkamen + sisa asam salisilat 99% = 7,1 mg
Bobot asam salisilat 99% = 350,1 mg - 7,1 mg = 343 mg

Penimbangan Teoritis Besi (III) klorida


Kemurnian Besi (III) Klorida 100%
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
Konsentrasi larutan stok (M) = 𝑚𝑟
x 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,1 M = 162,5
x 25
Gram = 0,406 gram = 406 mg
Penimbangan Besi (III) klorida Non-Teoritis
Bobot perkamen + besi (III) klorida = 407,1 mg
Bobot perkamen + sisa besi (III) klorida = 2,1 mg
Bobot besi (III) klorida = 405 mg

2. Pengenceran Larutan Standar


● Konsentrasi 0,1 mM
100 x V1 = 0,1 x 10
V1 = 0,01 mL = 10 µl
● Konsentrasi 0,15 mM
100 x V1 = 0,15 x 10
V1 = 0,015 mL = 15 µl

● Konsentrasi 0,25 mM
100 x V1 = 0,25 x 10
V1 = 0,025 mL = 25 µl
● Konsentrasi 0,3 mM
100 x V1 = 0,3 x 10
V1 = 0,03 mL = 30 µl

3. Pembuatan Kurva Baku


Panjang gelombang maksimal yang didapatkan = 527 nm

Konsentrasi larutan stok (mM) Absorbansi Persamaan Regresi Linear

0,1 0,238 r = 0,9967


a = 0,0908
0,15 0,325 b = 1,502
Regresi linear
0,25 0,452 y = 1,502 x + 0,0908
0,3 0,550

GAMBAR 1. KURVA BAKU


4. Operating time

Operating time (menit) Absorbansi

0 1,420

10 1,407

20 1,403

5. Pembuatan Larutan Sampel


Bobot sampel = 500 mg
Volume = 10 mL
Absorbansi yang didapat = 0,225

6. Konsentrasi Asam Salisilat


(Absorbansi = 0,225)
y = 1,502 x + 0,0908
0,225 = 1,502 x + 0,0908
0,225−0,0908
x = 1,502
x = 0,0893 mg/L

7. Penentuan Kadar Sampel


𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 𝑥 𝐹𝑝𝑥 𝑉
Kadar sampel = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
x 100%
0,0893 𝑚𝑔/𝐿 𝑥 100𝑥 0,01 𝐿
= 500 𝑚𝑔
x 100%
= 0,0178 %
PEMBAHASAN
Spektrofotometri Vis (Visible), merupakan salah satu jenis spektrofotometer yang
menggunakan sumber cahaya atau energi yang tampak (terlihat). Jenis cahaya visible termasuk
spektrum elektromagnetik yang bisa ditangkap oleh mata manusia. Spektrofotometri visibel
digunakan sebagai analisis suatu senyawa pada kisaran panjang gelombang 400-750 nm. Sinar
tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang
dikenal dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W dan nomor atom 74.
Tungsten mempunyai titik didih tertinggi (3442°C) dibanding logam lainnya sehingga bisa
digunakan sebagai sumber lampu. Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sampel
yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visibel.
Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat berwarna
dengan menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna dan produk
senyawa yang dihasilkan harus benar-benar stabil (Day & Underwood, 1999).
Senyawa yang digunakan dalam praktikum ini ada 3, yaitu asam salisilat, FeCl3, dan
pelarut etanol. Asam salisilat (C7H6O3) memiliki bobot molekul sebesar 138, 12 . Panjang
gelombang maksimal asam salisilat yaitu 296-300 nm. Asam salisilat memiliki sifat fisika berupa
serbuk hablur, berwarna putih, dan rasa yang agak manis. Asam salisilat memiliki kelarutan yang
agak sukar larut dalam air dan dalam benzena, larut dalam air mendidih ; mudah larut dalam
etanol dan dalam eter ; agak sukar larut dalam kloroform. Asam salisilat bersifat lipofilik dengan
koefisien partisi 2, 26. Titik didih dari asam salisilat yaitu 211°C dan titik lelehnya yaitu 158°C-
159°C. Sifat kimia dari asam salisilat yaitu bersifat basa lemah dan tidak higroskopis (PubChem,
2022).

Struktur Kimia Asam Salisilat

Besi(III) klorida (FeCl3) memiliki bobot molekul sebesar 162,20. Besi(III) klorida berupa
padatan oranye hingga coklat-hitam. Dengan kelarutan sedikit larut dalam air. Saat basah, korosif
terhadap aluminium dan sebagian besar logam. Besi(III) klorida dapat digunakan untuk
mengolah limbah, limbah industri, untuk memurnikan air , sebagai agen etsa untuk mengukir
papan sirkuit, dan digunakan dalam pembuatan bahan kimia lainnya. Titik didih FeCl3 yaitu 316
°C dan memiliki titik lebur yaitu 304°C (PubChem, 2022).
Struktur Kimia Besi(III) klorida

Etanol merupakan senyawa yang sering digunakan sebagai pelarut polar. Etanol sendiri
adalah alkohol primer etana yang salah satu gugus hidrogennya disubstitusi oleh hidroksi. Etanol
secara pemeriannya merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau khas anggur dan
rasa yang tajam. Etanol memiliki titik didih sebesar 78,2°C sedangkan untuk titik lelehnya yaitu
-114,1 °C (Pubchem, 2022).

Struktur Kimia Etanol

Pembahasan Cara Kerja dan Hasil Pengujian


Pengujian yang dilakukan pada praktikum ini yaitu menentukan kadar asam salisilat pada
bedak tabur. Terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan. Langkah-langkah yang dilakukan
yaitu: pembuatan larutan stok standar asam salisilat, pembuatan larutan stok standar besi(III)
klorida 100 mM, penentuan panjang gelombang (λ) maksimum untuk pengukuran, penentuan
waktu inkubasi optimum (operating time) pengukuran, penentuan kurva baku asam salisilat,
pengukuran absorbansi asam salisilat dalam bedak tabur, dan perhitungan kadar asam salisilat
dalam bedak.
Langkah pertama yaitu membuat larutan stok standar asam salisilat 100 mM. Asam
salisilat ditimbang sebanyak 435 mg secara akurat dengan kertas perkamen. Bobot kertas
perkamen + asam salisilat 99% yang didapatkan yaitu 350,1 mg, bobot perkamen + sisa asam
salisilat 99% yaitu 7,1 mg, sehingga bobot asam salisilat 99% yang didapatkan adalah 350,1 mg -
7,1 mg = 343 mg. Penimbangan yang dilakukan kurang dari berat yang seharusnya ditetapkan.
Setelah itu, asam salisilat yang ditimbang dipindahkan ke labu ukur 25 mL dan ditambahkan
pelarut etanol hingga tanda batas. Digunakan pelarut etanol karena asam salisilat praktis larut
dalam etanol dan dalam eter (Kemenkes RI, 2020). Setelah itu, larutan dilarutkan secara
sempurna dan divortex agar lebih larut. Didapatkan larutan stok standar asam salisilat 100 mM
yang homogen berwarna putih bening sesuai literatur (Mitchell-Koch et al. 2008).
Langkah selanjutnya yaitu pembuatan larutan stok standar besi(III) klorida 100 mM.
Serbuk FeCl3 ditimbang sebanyak 406 mg secara akurat dengan kertas perkamen. Bobot
perkamen + besi(III) klorida yaitu 407,1 mg, bobot perkamen + sisa besi(III) klorida yaitu 2,1
mg, sehingga bobot besi(III) klorida yang didapatkan adalah 405 mg. Penimbangan yang
dilakukan kurang dari berat yang seharusnya ditetapkan. Setelah itu, serbuk FeCl3 yang
ditimbang dipindahkan ke labu ukur 25 mL dan ditambahkan pelarut etanol hingga tanda batas.
Digunakan pelarut etanol karena FeCl3 larut dalam etanol serta disamakan dengan pelarut yang
dilakukan sebelumnya (Kemenkes RI, 2020). Setelah itu, larutan dilarutkan secara sempurna dan
divortex agar lebih larut. Didapatkan larutan stok standar standar besi(III) klorida 100 mM yang
homogen berwarna coklat sesuai literatur (Mitchell-Koch et al. 2008).
Langkah berikutnya yaitu penentuan panjang gelombang (λ) maksimum untuk
pengukuran serta penentuan waktu inkubasi optimum (operating time) pengukuran.
Masing-masing larutan stok standar asam salisilat 100 mM dan larutan stok standar besi(III)
klorida 100 mM disiapkan sebanyak 100 μL menggunakan mikropipet pada labu ukur 10 mL
yang sama dan direaksikan. Setelah itu pada masing-masing labu ukur ditambahkan etanol
hingga tanda batas. Fungsi pereaksian larutan besi(III) klorida yaitu berfungsi sebagai reagen
pembentuk warna yang memberikan hasil spesifik dengan asam salisilat yaitu terbentuknya
larutan berwarna ungu (Ulfa & Nofita, 2016). Larutan didiamkan selama 1 menit pada suhu
kamar. Didapatkan larutan berwarna biru violet/ungu sesuai literatur (Mitchell-Koch et al. 2008).
Selanjutnya diukur absorbansinya dengan spektrofotometer Visible pada panjang gelombang (λ)
400-800 nm karena pada rentang panjang gelombang tersebut dapat dibaca oleh spektrofotometri
visibel (Warono & Syamsudin, 2013). Didapatkan nilai panjang gelombang maksimum sebesar
527 nm. Setelah itu diukur kembali dengan panjang gelombang 527 nm pada menit 1, 10, dan 20
untuk melihat melihat adakah perbedaan absorbansi yang menunjukkan reaksi larutan belum
sempurna. Didapatkan absorbansi pada menit tersebut secara berurutan 1,420; 1,407; dan 1,403.
Perbedaan absorbansi tidak terlalu signifikan sehingga pengukuran larutan dapat digunakan dari
menit 1. Namun larutan yang digunakan pada penentuan operating time ini tidak dapat
digunakan dimana nilai absorbansi optimal ada pada rentang 0,2-0 sebagai daerah berlaku sesuai
hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004). Jika absorbansi yang diperoleh lebih besar maka
hubungan absorbansi tidak linear lagi. Diperlukan pengenceran larutan untuk menentukan kurva
baku asam salisilat yang pada selanjutnya digunakan untuk menentukan kadar sampel.
Langkah berikutnya yaitu penentuan kurva baku asam salisilat. Larutan stok standar asam
salisilat 100 mM diencerkan menjadi 5 seri pengenceran dengan konsentrasi 0,1 mM, 0,15 mM,
0,2 mM, 0,25 mM, dan 0,3 mM. Setiap larutan pengenceran ditambahkan larutan stok FeCl3 100
μL dan etanol hingga tanda batas pada tiap serinya. Diukur absorbansinya tiap larutan dengan
larutan blanko berisi etanol sebagai pengoreksi nilai absorbansi. Didapatkan absorbansi pada
konsentrasi 0,1 mM sebesar 0,238; 0,15 mM sebesar 0,325; 0,25 mM sebesar 0,452; dan 0,3 mM
sebesar 0,550. Pada konsentrasi 0,2 mM tidak dilakukan pengukuran karena keterbatasan waktu
praktikum. Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi regresi linier C vs Abs dari data tersebut.
Diperoleh nilai r = 0,9967, a = 0,0908, b = 1,502 sehingga diperoleh regresi linier y = 1,502 x +
0,0908.
Langkah berikutnya yaitu pengukuran absorbansi asam salisilat dalam bedak tabur.
Sampel bedak tabur merk salicyl fresh produksi kimia farma ditimbang sebanyak 500 mg secara
akurat dan dipindahkan ke dalam labu ukur 10 mL lalu ditambahkan etanol hingga tanda batas.
Larutan disonikasi dan divortex selama 2 menit agar larutan lebih homogen. Larutan sampel
dipipet sebanyak 100 μL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL lalu ditambahkan 100 μL
larutan FeCl3 dan etanol hingga tanda batas. Larutan difiltrasi dengan kertas saring sehingga
didapatkan larutan berwarna ungu bening. Diukur nilai absorbansinya dengan larutan blanko
berisi etanol sebagai pengoreksi nilai absorbansi dengan spektrofotometer Visible pada panjang
gelombang pengukuran (λ) 400-800 nm. Diperoleh absorbansi larutan sampel sebesar 0,225.
Langkah berikutnya yaitu penentuan kadar asam salisilat dalam bedak dari nilai
absorbansi yang diperoleh sebelumnya. Didapatkan 0,225 = 1,502 x + 0,0908 dengan nilai x =
0,0893 mg/L. Selanjutnya dilakukan penentuan kadar sampel dengan rumus (konsentrasi terukur
x faktor pengenceran x volume ÷ bobot yang ditimbang) x 100%. Didapatkan kadar asam
salisilat dalam bedak merk salicyl fresh pada analisis ini sebesar 0,0178%. Berdasarkan etiket,
bedak salicyl fresh mengandung asam salisilat sebanyak 2%. Berdasarkan hasil analisis kami,
kandungan asam salisilat pada produk tidak sesuai dengan etiket dengan selisih yang signifikan.
KESIMPULAN
Spektrofotometri visibel digunakan sebagai analisis suatu senyawa pada kisaran panjang
gelombang 400-750 nm. Pada hasil praktikum kami, panjang gelombang maksimum yang
didapatkan sebesar 527 nm dan didapat hasil perhitungan penetapan kadar asam salisilat pada
serbuk bedak asam salisilat “Salicylfresh” yaitu sebesar 0,0178% .
DAFTAR PUSTAKA
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang: LPTIK
Universitas Andalas.
Day, R. A. & Underwood, A. L., 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta :
Erlangga.
Kemenkes RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Kemenkes RI
Mitchell-Koch, J. T., Reid, K. R., & Meyerhoff, M. E. (2008). Salicylate Detection by
Complexation with Iron (III) and Optical Absorbance Spectroscopy: An Undergraduate
Quantitative Analysis Experiment. Journal of Chemical Education, 85(12), 1658-1659.
Pubchem. 2022. Ethanol. Diakses pada tanggal 29 April 2022.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/702#section=2D-Structure
Pubchem. 2022. Ferric-chloride. Diakses pada tanggal 29 April 2022.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/24380
Pubchem. 2022. Salicylic acid. Diakses pada tanggal 29 April 2022.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/338#section=2D-Structure
Ulfa, A.M., & Nofita. 2016. Analisa Asam Benzoat dan Asam Salisilat Dalam Obat Panu
Sediaan Cair. Jurnal Kebidanan, 2(2):51-59.
Warono, D., & Syamsudin. 2013. Unjuk Kerja Spektrofotometer untuk Analisa Zat Aktif
Ketoprofen. Jurnal Konversi, 2(2), pp. 57-65.
LAMPIRAN
1. Peralatan yang digunakan dan penimbangan

2. Proses sonifikasi dan vortex

3. Pengenceran larutan stok


4. Sampel yang digunakan

5. Pengukuran waktu optimum


- Menit ke-0

- Menit ke-10

- Menit ke-20
6. Preparasi larutan sampel

Anda mungkin juga menyukai