Anda di halaman 1dari 9

Diana Sylvia, Vira Apriliana, La Ode Akbar Rasydy 2021

ANALISIS KANDUNGAN PROTEIN YANG TERDAPAT DALAM DAUN JAMBU BIJI (Psidium
guajava L.) MENGGUNAKAN METODE KJELDAHL & SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

ANALYSIS OF OBTAINED PROTEIN CONTENTS IN THE LEAVES OF GUAVA SEED (Psidium


guajava L.) USING THE KJELDAHL METHOD & UV-VIS SPECTROPHOTOMETRY

Diana Sylvia1*, Vira Apriliana1, La Ode Akbar Rasydy1


1Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang

*Corresponding Author Email : didisylvia817@gmail.com


DOI : http://dx.doi.org/10.47653/farm.v8i2.557

ABSTRAK
Protein merupakan salah satu makronutrisi yang memilki peranan penting dalam pembentukan
biomolekul. Protein dapat ditemukan dalam berbagai tumbuhan, salah satunya adalah daun jambu
biji. Daun jambu biji mempunyai manfaat bagi kesehatan yaitu sebagai antiinflamasi, antidiare,
analgesik, antibakteri, antidiabetes, antihipertensi, mengurangi demam dan penambah trombosit.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat kandungan protein pada daun jambu biji
(Psidium guajava L.) dan berapa besar kandungan protein daun jambu biji tersebut. Parameter yang
digunakan yaitu uji kualitatif dan uji kuantitatif, pada uji kualitatif dilakukan dengan menggunakan
metode biuret untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan protein pada daun jambu biji,
sedangkan uji kuantitatif dilakukan dengan metode kjeldahl dan Spektrofotometri UV-Vis untuk
mengetahui kadar protein yang terdapat pada daun jambu biji tersebut. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa terdapat kandungan daun jambu biji dengan uji biuret, dan pada metode kjeldahl
diperoleh kadar protein rata-rata 0,131% pada daun jambu biji tua dan diperoleh rata-rata 0,113%
pada daun jambu biji muda, sedangkan pada metode Spektrofotometri UV-Vis diperoleh rata-rata
pada daun jambu biji tua sebesar 0,142% dan daun jambu biji muda sebesar 0,053%.
Kata Kunci: Daun Jambu Biji, Kjeldahl, Protein, Spektrofotometri UV-Vis

ABSTRACT
Protein is a macronutrient that has an important role in ordering biomolecules. Protein can be found in
various plants, one of which is guava leaves. Guava leaves have health benefits, namely as anti-
inflammatory, anti-diarrhea, analgesic, antibacterial, anti-diabetic, antihypertensive, reduces fever and
increases platelets. The purpose of this study was to see whether there is protein content in guava
leaves (Psidium guajava L.) and how much protein content of guava leaves. The parameters used are
the qualitative test and the quantitative test, the qualitative test is carried out using the biuret method
to determine the presence or absence of protein content in guava leaves, Meanwhile, the quantitative
test was carried out using the Kjeldahl method and UV-vis spectrophotometry to determine the protein
content in the guava leaves from the results of the study it can be concluded that there is a guava leaf
content with the biuret test, and the kjeldahl method obtained an average protein content of 0.131% in
old guava leaves and an average of 0.113% was obtained in young guava leaves, Meanwhile, the
UV-vis spectrophotometric method obtained an average of 0.142% for old guava leaves and 0.053%
for young guava leaves.
Keywords: Guava Leaves, Kjeldahl, Protein, UV-Vis Spectrophotometry

PENDAHULUAN
Indonesia memiliki potensi sumber daya dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan
alam yang sangat berlimpah baik yang berasal obat-obatan adalah daun jambu biji (Psidium
dari hewan maupun dari tanaman, yang dapat guajava L.). Tanaman jambu biji atau
dijadikan sebagai sumber makanan ataupun Psidium guajava L termasuk familia
obat-obatan. Salah satu tanaman yang dapat Myrtaceae. Jambu biji memiliki beberapa
Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.2 Agustus 2021 64
Diana Sylvia, Vira Apriliana, La Ode Akbar Rasydy 2021

kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan Kandungan pada Daun Jambu Biji (Psidium
sebagai buah segar, dapat diolah menjadi guajava L.) muda dan Daun Jambu Biji tua,
berbagai bentuk makanan dan minuman. yang memiliki daging buah berwarna putih
Daun jambu biji mempunyai manfaat bagi dengan menggunakan Metode Kjeldahl &
kesehatan yaitu sebagai antiinflamasi, Spektrofotometri Uv-Vis.
antidiare, analgesik, antibakteri, antidiabetes,
antihipertensi, mengurangi demam dan METODE PENELITIAN
penambah trombosit (Susilowati, 2007). Penelitian ini merupakan penelitian
Protein merupakan salah satu deskriptif yang dianalisis secara kualitatif
makronutrisi yang memilki peranan penting dan kuantitatif yang dilakukan di
dalam pembentukan biomolekul. Protein Labolatorium Sekolah Tinggi Farmasi
merupakan makromolekul yang menyusun Muhammadiyah Tangerang yang bertujuan
lebih dari separuh bagian sel. Protein untuk menentukan kadar protein pada Daun
menentukan ukuran dan struktur sel, Jambu Biji (Psidium guajava L.) dengan
komponen utama dari enzim yaitu menggunakan metode kjeldahl &
biokatalisator berbagai reaksi metabolisme Spektrofotometri Uv-Vis.
dalam tubuh (Mustika, 2012).
Analisis kadar protein secara kualitatif Alat
dapat dilakukan dengan berbagai metode Alat-alat yang digunakan dalam
salah satunya dengan reaksi biuret, Larutan penelitian ini adalah Labu Kjeldahl,
protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian Seperangkat alat destilasi, Erlenmeyer
ditambahkan larutan CuSO4 encer. Uji ini (pyrex) 250 mL, Buret 50 mL, Seperangkat
untuk menunjukkan senyawa-senyawa yang alat destruksi, Timbangan digital, Pipet tetes
mengandung gugus amida asam yang berada 5 mL, 10 mL, 25 mL, Corong dan kertas
bersama gugus amida yang lain. Uji ini saring, Glass ukur (pyrex) 10 mL, 100 mL,
memberikan reaksi positif yang ditandai Beaker glass (pyrex) 100 mL, 250 mL, Labu
dengan timbulnya warna merah violet atau ukur (pyrex) 100 mL, Klem, statif dan ring
biruviolet (Apriandi, 2011). stand, Spatula, perkamen, Cawan, Neraca
Sedangkan analisis kuantitatif dapat analitik, Sentrifuge, Spektrofotometer UV-
dilakukan dengan berbagai metode, seperti: Vis.
cara dumas, cara lowry, spektrofotometri uv,
turbidimetri atau kekeruhan, cara pengecatan, Bahan
titrasi formol dan cara kjeldahl. Metode Bahan yang digunakan dalam
kjeldahl merupakan metode sederhana untuk penelitian ini adalah Sampel daun jambu biji
penetapan nitrogen total pada asam amino, sebanyak 5 kg (daun muda 2,5 kg dan
protein dan senyawa yang mengandung daun tua 2,5 kg), Asam Sulfat Pekat
nitrogen. Metode kjeldahl digunakan untuk (H2SO4), Aquadest, Natrium Hidroksida
menentukan jumlah Nitrogen total dimana (NaOH 10%, 50%, 0,1N, 1M), Tembaga
dengan mengalikan hasil analisis kadar Sulfat (CuSO4), Zinc (Zn), Kalium Sulfat
nitrogen tersebut dengan faktor konversi 6,25 (K2SO4), Asam Klorida Pekat (HCl 0,1 N),
diperoleh nilai protein dalam bahan makanan Natrium Kalium Tartarat, Indikator
tersebut (Winarno, 2004). Spektrofotometri Fenolftalein (PP), Batu Didih, Larutan Bovin
merupakan suatu metode analisa yang Serum Albumin (BSA).
didasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan Metode
berwarna pada panjang gelombang spesifik 1. Penentuan kadar air
dengan menggunakan monokromator prisma 3ULQVLS ³3HQJXUDQJDQ ERERW
atau kisi difraksi dengan detektor fototube. selama 8 jam pengeringan dalam oven
Spektrofotometer merupakan alat yang yang terkontrol pada suhu 90 ƒ&´
digunakan untuk mengukur absorbansi Timbang sebanyak 10 g (daun
dengan cara melewatkan cahaya dengan muda 5 g dan daun tua 5 g) ke dalam
panjang gelombang tertentu pada suatu obyek cawan bertutup yang terlebih dahulu
kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. telah ditetapkan bobotnya, Tempatkan
Berdasarkan banyaknya kandungan dan cawan beserta isinya di dalam oven
manfaat pada daun jambu biji, maka peneliti pada suhu 90 °C (cawan dalam
melakukan penelitian tentang Analisis keadaan terbuka) selama 8 jam,
Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.2 Agustus 2021 65
Diana Sylvia, Vira Apriliana, La Ode Akbar Rasydy 2021

dengan tidak sekali-kali membuka lahan sampai cairan tercampur,


oven, sesudah 8 jam, cawan ditutup kemudian dipanaskan dengan cepat
menggunakan penutupnya dan sampai mendidih. Tampung hasil
keluarkan dengan segera untuk destilat dalam Erlenmeyer yang telah
dimasukkan ke dalam desikator, diisi dengan larutan baku asam
Timbang cawan bertutup. klorida (HCL 0,1 N) sebanyak 50 mL
Kadar air dinyatakan dalam dan indikator fenolftalien 1%
persentase bobot / bobot sama dengan: sebanyak 3-5 tetes, ujung pipa
destilator dipastikan masuk ke dalam
Kadar air = (M1 ± M2) T 100% larutan asam klorida 0,1 N. Destilasi
(M1 ± M0) di akhiri setelah tetesan destilat
terakhir sudah tidak basa.
Dengan pengertian: 3).Tahap Titrasi
M0 = bobot cawan dan tutupnya, Hasil destilasi dititrasi dengan
dinyatakan dalam gram, natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N.
M1 = bobot cawan, tutup dan contoh uji Titik akhir titrasi tercapai jika terjadi
sebelum pengeringan, dinyatakan dalam perubahan warna sampai warna
gram, merah muda konstan. Kemudian
M2 = bobot cawan, tutup dan contoh uji dilakukan pengulangan duplo dan
sesudah pengeringan, dinyatakan dalam penetapan blanko.
gram.
2. Uji Kualitatif Protein Dengan Uji Biuret Perhitungan kadar Nitrogen:
Sampel yang sudah dilarutkan
dengan air sebanyak 2 ml ditambahkan
dengan pereaksi biuret 5 ml (0,15 gram
larutan tembaga sulfat (CuSO4), 0,6 gram
natrium kalium tartarat dan 30 ml NaOH Setelah diketahui kadar nitrogen,
10%) maka akan terbentuk warna ungu. selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan
3. Penetapan Kadar Protein pada Daun mengalikan faktor konversi daun jambu biji
Jambu Biji (Psidium guajava L.) (Psidium guajava L.).
a. Metode Kjeldahl
1). Tahap Dekstruksi Rumus perhitungan kadar protein :
Ditimbang 1,00 gram sampel
Kadar Protein (%) = Kadar Nitrogen x Faktor Konversi
yang telah dihaluskan, dimasukkan ke
dalam labu Kjeldahl dengan di Keterangan : Faktor konversi yaitu 6,25
tambahkan batu didih. Tambahkan 7,5
gram kalium sulfat (K2SO4) dan 0,35 b. Metode Spektrofotometri Uv-Vis
gram tembaga sulfat (CuSO4) dan 15 1) Pembuatan Larutan Induk (Li)
mL asam sulfat pekat (H2SO4), lalu Ditimbang 0,6 gram Bovin
gojog hingga homogen. Panaskan Serrum Albumin (BSA), dilarutkan
semua bahan dalam labu Kjeldahl di deangan air suling dalam labu ukur 6
dalam lemari asam sampai berhenti ml sampai tanda batas, sehingga
berasap dan diteruskan pemanasan diperoleh larutan induk dengan
sampai mendidih dan cairan sudah konsentrasi 10% b/v.
jernih. Diteruskan pemanasan kurang 2) Penentuan panjang gelombang
lebih 30 menit, pemanasan dimatikan optimum
dan dibiarkan dingin. Dalam tabung reaksi
2). Tahap Destilasi dimasukkan larutan standar BSA
Masukkan hasil dekstruksi ke dengan konsentrasi 3%, yaitu
dalam labu destilasi, bilas labu dengan cara mengambil sebanyak
kjeldahl dengan aquadest. 0,9 ml larutan BSA ditambahkan 0,8
Tambahkan 50 ml NaOH 50%, ml pereaksi Biuret kemudian
kemudian tambahkan Zn 200 mg, dicukupkan volume menjadi 3 ml
lalu tambahkan aquadest 100ml. dengan penambahan air suling.
Panaskan labu Kjeldahl perlahan- Larutan didiamkan selama ± 10
menit (agar bereaksi) lalu serapan
Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.2 Agustus 2021 66
Diana Sylvia, Vira Apriliana, La Ode Akbar Rasydy 2021

diukur pada panjang gelombang Tabung pertama diisi larutan blanko


500-600 nm. Dicatat panjang (pelarut). Pada tabung yang lain diisi
gelombang serapan maksimum yang larutan dengan komposisi sebagai
diperoleh. berikut:
3) Pembuatan Kurva Standar
Disiapkan enam tabung reaksi.

Tabel 1. Pembuatan kurva larutan standar


Larutan Induk PereaksiBiuret Air Suling Konsentrasi BSA
(ml) (ml) (ml) (%)
0 0 3,0 0
0,3 0,8 1,9 1
0,6 0,8 1,6 2
0,9 0,8 1,3 3
1,2 0,8 1,0 4
1,5 0,8 0,7 5

4) Penentuan Kadar Protein dalam pada suhu 90( selama 8 jam. Tujuan
Sampel dilakukannya pengujian kadar air yaitu
Sampel daun jambu biji yang untuk memberikan batasan minimal atau
telah dihaluskan ditimbang 5 gram, rentang besarnya kandungan air di
ditambah 5 ml NaOH 1 M dan aquades dalam bahan, pada penetapan kadar air
hingga 25 ml. Kemudian dipanaskan dan susut pengeringan memiliki
pada suhu 90( selama 10 menit. keterkaitan satu dengan yang lainnya
Setelah itu larutan didinginkan dan (Simbolan, 2008).
disentrifuse selama 10 menit. Standar mutu Materia Medika
Kemudian diambil 5 ml supernatan dan Indonesia (MMI) menetapkan bahwa nilai
ditambah 5 ml reagen Biuret. Campuran kadar air maksimal suatu bahan pangan
dihomogenkan dan diinkubasi selama DWDX VLPSOLVLD DGDODK ” 1LODL NDGDU
20 menit pada suhu kamar. Kemudian air suatu bahan yang lebih dari 10%
absorbansi sampel diukur dengan berpotensi mengalami kerusakan yang
spektrofotometer pada panjang lebih cepat dibandingkan nilai kadar air
gelombang 540 nm. Hasil absorbansi yang kurang dari 10% (Isnawati, 2006).
larutan sampel diinterpolasikan pada Berdasarkan hasil pengukuran
persamaan y = bx + a, sehingga sampel untuk penetapan kadar air
diperoleh konsentrasi protein dari dengan menggunakan oven pada suhu
larutan sampel. 90( selama 8 jam pada daun jambu biji
(Psidium guajava L.) tua sebesar 9,78%
HASIL DAN PEMBAHASAN dan daun jambu biji muda sebesar 7,82%
1. Pengujian kadar air hasil yang diperoleh telah memenuhi
Pengujian kadar air dilakukan di syarat.
Laboratorium Sekolah Tinggi Farmasi
Muhammadiyah Tangerang, pengujian
kadar air dilakukan menggunakan oven

Tabel 2. Hasil identifikasi kadar air


Sampel Rata-rata kadar air(%)
Daun Tua 9,78%
Daun Muda 7,82%

2. Pengujian Protein Secara Biuret adalah metode biuret, metode ini


Pengujian protein secara biuret, didasarkan pada prinsip zat yang
dilakukan untuk mengetahui adanya mengandung dua atau lebih ikatan
ikatan peptida yang ditandai dengan peptida dapat membentuk kompleks
timbulnya warna biru violet pada larutan berwarna ungu dengan garam Cu dalam
uji. Metode identifikasi yang digunakan larutan alkali. Metode biuret merupakan

Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.2 Agustus 2021 67


Diana Sylvia, Vira Apriliana, La Ode Akbar Rasydy 2021

metode yang baik untuk menentukan Dengan demikian uji biuret tidak
kandungan larutan protein karena hanya untuk protein tetapi zat lain seperti
seluruh protein mengandung ikatan biuret atau malonamida juga memberikan
peptida (Sudarmadji, 2007). reaksi positif yaitu ditandai dengan
Pengujian secara biuret ini sampel timbulnya warna merah-violet atau biru-
harus berupa larutan, selanjutnya sampel violet (Sudarmadji, 2007).
sebanyak 2 ml ditambahkan dengan 5 ml Dari hasil analisis semua sampel
pereaksi biuret maka akan terbentuk memberikan reaksi positif dengan warna
warna ungu. Untuk hasil yang lebih baik ungu yang terbentuk berbanding
maka menggunakan kontrol positif dan langsung dengan konsentrasi protein,
kontrol negatif sebagai pembanding, dimana semakin meningkat intensitas
kontrol positif yang digunakan yaitu putih warnannya konsentrasi protein semakin
telur. besar.

Tabel 3. Hasil identifikasi protein secara biuret


No Sampel Hasil Keterangan
1 Putih telur (kontrol positif) Warna ungu (+) Positif
2 Daun jambu bijitua Warna ungu (+) Positif
3 Daun jambu bijimuda Warna ungu (+) Positif

3. Penetapan Kadar Protein Pada Daun cepat. Setelah semua bahan dimasukkan
Jambu Biji Tua Dan Daun Jambu Biji kedalam labu Kjeldahl kemudian
Muda Dengan Menggunakan Metode ditambahkan 15 ml asam sulfat pekat.
Kjeldahl Penambahan asam sulfat pekat
Tujuan dilakukannya penelitian kali dilakukan agar terjadi penguraian unsur-
ini yaitu untuk mengetahui kadar protein unsurnya yaitu C, H, O, N, S dan P.
yang terdapat dalam daun jambu biji Unsur N adalah ciri khas protein dalam
(Psidium guajava L.) tua dan daun jambu suatu bahan. Setelah asam sulfat pekat
biji muda, metode yang digunakan dalam ditambahkan dilakukan penggojokan
penetapan kadar protein pada daun sehingga semua bahan yang berada di
jambu biji (Psidium guajava L.) tua dan dalam labu dapat bercampur pada saat
daun jambu biji muda ini secara kuantitatif destruksi. Kemudian dilakukan proses
dengan metode kjeldahl dimana metode destruksi dengan pemanasan api
ini dapat menentukan kandungan langsung sampai berhenti berasap dan
nitrogen total seacara kasar. Penetapan diteruskan pemanasan sampai mendidih
kadar protein dengan menggunakan dan cairan sudah jernih, lalu dibiarkan
metode Kjeldahl pada dasarnya dibagi dingin. Reaksi yang terjadi pada proses
menjadi tiga tahap yaitu:tahap dekstruksi adalah:
destruksi, tahap destilasi, dan tahap
titrasi (Sudarmadji, 2003). Protein + H2SO4 .DWDOLVDWRU : (NH4)2SO4
Pada tahap yang pertama yaitu + CO2 + SO2 + H2O
destruksi atau tahap penghancuran,
terlebih dahulu sampel ditimbang Setelah tahap destruksi selesai,
sebanyak 1 gram kemudian sampel diperoleh cairan berwarna hijau jernih
dimasukkan kedalam labu Kjeldahl kemudian ditambah akuades untuk
dengan ditambah dengan batu didih, mengencerkan hasil destruksi. Kemudian
fungsi penambahan batu didih adalah masuk pada tahap kedua yaitu tahap
membantu dalam proses pemanasan destilasi yang bertujuan untuk
agar panas yang ditimbulkan dalam memisahkan zat yang diinginkan, yaitu
proses destruksi merata. Kemudian dengan memecah ammonium sulfat
ditambahkan 7,5 gram kalium sulfat dan (NH3). Tambahkan 50 ml NaOH 50%
0,35 gram tembaga sulfat sebagai kedalam labu destilasi, dengan
katalisator yang bertujuan untuk menambahkan NaOH untuk memberikan
menaikkan titik didih dari asam sulfat suasana basa. Lalu ditambahkan 200 mg
sehingga destruksinya berjalan lebih zn agar tidak terjadi pemercikan cairan
atau timbulnya gelembung gas yang
Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.2 Agustus 2021 68
Diana Sylvia, Vira Apriliana, La Ode Akbar Rasydy 2021

besar, lalu tambahkan aquadest 100 ml. pembagian 100 dengan 16) (Sudarmadji,
Selanjutnya panaskan labu kjeldahl 2003).
perlahan-lahan sampai cairan tercampur Dari data-data yang dikumpulkan,
dan sampai mendidih. Tampung hasil diperoleh perhitungan antara satu dengan
destilat yang telah diisi dengan larutan sampel pengulangan rata-rata protein yaitu
baku asam klorida sebanyak 50 ml dan daun jambu biji tua 0,131% dan daun
indicator fenolplatein sebanyak 3-5 tetes. jambu biji muda 0,113%. Perbedaan ini
Ammonium (NH3) yang dibebaskan disebabkan karena daun jambu biji tua
selanjutnya akan ditangkap oleh larutan lebih banyak kandungan klorofil dari pada
asam penampungnya (HCl 0,1 N). Agar daun jambu biji muda, dari warna daunnya
ammonia dapat ditangkap secara pun dapat di bedakan pada daun jambu
maksimal, maka sebaiknya ujung alat biji muda berwarna hijau muda dan
destilasi harus benar-benar tercelup berubah menjadi hijau tua pada daun yang
kedalam larutan, sehingga ammonia sudah tua. Daun muda teksturnya lembut
(NH3) yang terbentuk tidak dapat dan lemas sedangkan daun tua agak kaku
menguap, karena langsung akan dan keras. Walaupun begitu daun jambu
bereaksi dengan larutan asam biji muda tetap dapat dijadikan sumber
penampungnya. Proses destilasi diakhiri protein nabati karena memiliki kandungan
bila ammonia yang telah terdestilasi tidak protein yang cukup. Daun merupakan organ
bereaksi basa terhadap fenolftalein yaitu tanaman tempat berlangsungnya
dengan dilakukan pengecekan pH fotosintesa yang sering digunakan dalam
menggunakan pH universal. Reaksi parameter pertumbuhan.
yang terjadi pada tahap destilasi yaitu: Pada proses fotosintesis, klorofil pada
tanaman aktif dalam mengubah senyawa
(NH4)2SO4 + 2NaOH : Na2SO4 + 2H2O + 2NH3 CO2 dan H2O menjadi C6H12O6 dan O2
serta energi (ATP) dengan bantuan cahaya
Setelah tahap destilasi selesai, matahari. Energi hasil fotosintesis tersebut
kemudian masuk pada tahap ketiga yaitu akan digunakan tanaman dalam melakukan
tahap titrasi, hasil destilat kemudian dititrasi proses-proses pembentukan unsur nutrisi
dengan natrium hidroksida (NaOH 0,1 N), tanaman seperti penyerapan N dalam
tahap titrasi yaitu kelebihan HCl 0,1 N yang penyusunan protein untuk peningkatan
tidak bereaksi dengan ammonia dititrasi kualitasnya.
dengan larutan standar NaOH 0,1 N Kaitan erat yang menghubungkan
sampai titik akhir titrasi ditandai dengan antara kandungan protein dan klorofil daun
berubahnya warna larutan menjadi merah adalah pada proses pemanfaatan unsur N
muda konstan yang tidak hilang selama 30 oleh tanaman. Nitrogen yang diserap
detik. Reaksi yang terjadi pada tahap titrasi tanaman aktif dalam proses fotosintesis
yaitu: yang mendorong penyusunan dari semua
protein dan asam nukleat dan dengan
NH3 + NaOH : NH4OH
demikian merupakan penyusun
protoplasma secara keseluruhan. Unsur
Titrasi merupakan tahap akhir dari
hara nitrogen berfungsi sebagai pendorong
seluruh metode Kjeldahl pada penentuan
pertumbuhan, menguatkan hijauan dan
kadar protein dalam bahan pangan yang
meningkatkan kadar protein serta
dianalisis. Dengan melakukan titrasi, dapat
pertumbuhan, mikroorganisme yang
diketahui banyaknya asam klorida yang
penting bagi kesuburan tanaman. Apabila
bereaksi dengan ammonia. Melalui titrasi
unsur nitrogen yang tersedia lebih banyak
ini, dapat diketahui kandungan N dalam
daripada unsur lainnya, dapat dihasilkan
bentuk NH4 sehingga kandungan N dalam
protein lebih banyak dan daun dapat
protein pada sampel dapat diketahui.
tumbuh lebih lebar dan lebih hijau. Oleh
Umumnya, metode ini didasarkan pada
sebab itu, diduga lebar dan hijaunya daun
amsumsi bahwa kadar nitrogen (N) di
yang mengandung klorofil yang tersedia
dalam protein adalah sekitar 16%. Oleh
bagi fotosintesis secara kasar sebanding
karena itu, untuk mengubah kadar nitrogen
dengan jumlah nitrogen yang diberikan.
menjadi kadar protein sering digunakan
Terdapat kecendrungan makin tingginya
faktor konversi sebesar 6,25 (yaitu hasil
dosis N yang diberikan tanaman, maka
Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.2 Agustus 2021 69
Diana Sylvia, Vira Apriliana, La Ode Akbar Rasydy 2021

produksi bahan kering yang dihasilkan akan (NO3), tapi nitrat yang terserap segera
semakin tinggi pula (Whiteman, 1974). tereduksi menjadi Amonium melalui enzim
Pada beberapa proses penyusunan yang mengandung molibdenim. Ion-ion
protein dari senyawa nitrogen dimulai saat Amonium dan beberapa karbohidrat
tanaman menyerap unsur hara dalam tanah mengalami sintesis dalam daun dan diubah
dalam bentuk kation dan anion. Jadi dalam menjadi asam amino yang akan
bentuk yang larut dalam air. Pada membentuk protein, terutama terjadi dalam
umumnya nitrogen diambil oleh tanaman daun hijau yang berklorofil (Syarief, 1985).
dalam bentuk Amonium (NH4+) dan Nitrat

Tabel 4. Hasil penetapan kadar protein pada daun jambu biji tua dan daun jambu biji muda
No Sampel Kadar Protein Kadar Protein Rata-rata (%)
(percobaanke-1) (percobaanke-2)
1 Daun jambu biji 0,122 0,14 0,131
tua
2 Daun jambubiji 0,113 0,131 0,113
muda

4. Penetapan Kadar Protein Pada Daun penelitian ini berfungsi untuk membuat
Jambu Biji Tua Dan Daun Jambu Biji
Muda Dengan Menggunakan Metode kurva standar. BSA digunakan karena
Spektrofotometri Uv-Vis stabilitas untuk meningkatkan sinyal dalam
Analisis kadar protein pada daun tes, kurangnya efek dalam reaksi biokimia,
jambu biji (Psidium guajava L.) tua dan dan biaya rendah, karena jumlah besar
daun jambu biji muda dilakukan dengan maka dapat segera dimurnikan dari darah
menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis sapi, produk sampingan dari industri ternak
yang dilakukan di Sekolah Tinggi Farmasi (Winarno, 1974).
Muhammadiyah Tangerang. Penelitian ini Tujuan dilakukannya panjang
dilakukan untuk mengetahui kadar protein gelombang maksimum adalah untuk
yang terdapat didalam daun jambu biji. mengetahui serapan optimum dari bovin
Protein adalah senyawa organik serum albumin selanjutnya Panjang
dengan berat molekul tinggi, mengandung gelombang ini akan digunakan untuk
unsur-unsur C, H, O dan N serta beberapa mengukur absorbansi sampel. Pada
protein mengandung unsure S dan P. penelitian ini digunakan metode
Protein merupakan komponen utama spektroskopi yaitu pengidentifikasian suatu
jaringan tubuh yang berfungsi dalam objek dengan menggunakan kriteria warna.
pertumbuhan sel, mengatur keseimbangan Dalam percobaan ini, menggunakan kriteria
air dalam jaringan, penyusun antibody, warna ungu dari protein. Untuk mendapat
hormone dan enzim, berdasarkan warna, maka larutan protein direaksikan
sumbernya, protein yang berasal dari dengan unsur tembaga dalam reagen biuret
tumbuhan disebut protein nabati dalam lingkungan alkali. Sehingga
(Prawirokusumo, 1994). didapatkan larutan protein yang berwarna
a. Penentuan Panjang Gelombang ungu pada masing-masing konsentrasi.
Maksimum Pada tahap pengukuran Panjang
Pada penelitian ini untuk gelombang maksimum diawali dengan
menentukan Panjan gelombang memasukan larutan blanko kedalam kuvet
dilakukan menggunakan kemudian diatur serapan hingga menjadi 0
Spektrofotometri UV-Vis dengan absorbansinya, larutan blanko yang
mengukur absorbansi dari baku Bovin digunakan yaitu aquadest, selanjutnya
Serum Albumin (BSA) yaitu antara 500- kuvet diangkat dan diisi dengan larutan
600 nm. Protein standar yang digunakan baku BSA (Bovin Serum Albumin)
adalah BSA (Bovine Serum Albumin) sebanyak 0,9 ml lalu ditambahkan larutan
atau albumin serum sapi. Albumin pereaksi biuret sebanyak 0,8 ml dan
merupakan salah satu jenis protein ditambahkan aquadest sampai volume
globuler yang larut dalam air dan menjadi 3 ml. kemudian dilakukan
terkoagulasi oleh panas. BSA dalam pengukuran panjang gelombang antara
Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.2 Agustus 2021 70
Diana Sylvia, Vira Apriliana, La Ode Akbar Rasydy 2021

500-600 nm.
Berdasarkan gambar grafik diatas
diperoleh persamaan regresi linear yang
menghubungkan antara konsentrasi
larutan standar dengan absorban,
sehingga didapatkan persamaan linear y
= 0,1103x + 0,174 dan r = 0,882 dimana
y adalah absorban, dan x adalah
konsentrasi dengan koefisien kolerasi
sebesar 0,882. Dari hasil data yang
diperoleh, didapatkan suatu kurva antara
absorbansi larutan protein dengannilai
Gambar 1. Hasil Spektrum baku BSA (Bovin yang didapat ini hubungan antara
Serum Albumin) konsentrasi dan absorbansi tidak terlalu
baik, hal ini dimungkinkan konsentrasi
Hasil yang diperoleh pada panjang BSA yang digunakan terlalu kecil.
gelombang maksimum larutan baku c. Pengukuran Kadar Protein Daun
BSA (Bovin Serum Albumin) yang JambuBiji
diperoleh yaitu 514 nm dengan nilai Setelah melakukan pengukuran
absorbansi 0,599, sedangkan yang kurva kalibrasi selanjutnya menghitung
tertera diliteratur adalah 540 nm kadar protein yang terdapat pada daun
(Andarwulan et al., 2011). Panjang jambu biji tua dan daun jambu biji
gelombang ini mengalami pergeseran muda, tujuan dilakukannya penetapan
hipsokromik yaitu pergeseran puncak kadar protein yaitu untuk mengetahui
absorbansi kearah Panjang gelombang jumlah kadar yang terdapat pada
yang lebih kecil karena adanya sampel. Pada tahap ini sampel daun
substitusi atau efek pelarut. (Depkes RI, jambu biji sebanyak 5 gram
2014). ditambahkan 5 ml NaOH 1 M dan
b. Pembuatan Kurva Standar aquadest hingga 25 ml. kemudian
Pada tahap pembuatan kurva baku dipanaskan pada suhu 90( selama 10
standar disiapkan enam tabung reaksi, menit. Setelah itu larutan didinginkan
tabung pertama diisi larutan blanko dan di sentrifus 2000 rpm selama 10
sedangkan pada tabung yang lain diisi menit, kemudian diambil 5 ml
larutan dengan konsentrasi yang telah supernatannya dan ditambah 5 ml
ditentukan, kemudian diukur dengan reagen biuret. Setelah itu dilakukan
panjang gelombang maksimun 514 nm. pengenceran dengan perbandingan
Tujuan pembuatan kurva baku yaitu 1:10 dimana larutan tersebut diambil
untuk memperoleh suatu persamaan sebanyak 1 ml dan ditambahkan
regresi linear yang digunakan untuk dengan 10 ml pereaksi biuret,
menghitung dan menetapkan kadar zat pengenceran ini dilakukan sebanyak 2
analit. Masing- masing serapan larutan kali sampai larutan menjadi encer atau
dengan berbagai konsentrasi diukur, tidak pekat. Selanjutnya larutan
kemudian dibuat kurva yang merupakan dihomogenkan dan diinkubasi selama
hubungan antara serapan dengan 20 menit, kemudian absorbansi
konsentrasi. sampel diukur dengan
spektrofotometer pada Panjang
gelombang 514 nm. Hasil kadar
protein pada daun jambu biji tua dan
daun jambu biji muda dengan
menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis
dapat dilihat pada tabel berikut:
Gambar 2. Hasil kurva kalibrasi BSA

Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.2 Agustus 2021 71


Diana Sylvia, Vira Apriliana, La Ode Akbar Rasydy 2021

Tabel 5. Hasil Kadar Protein Daun Jambu Biji


No Sampel Kadar Protein Kadar Protein Rata-rata
Percobaan ke-1 Percobaan ke-2 (%)
1 Daun Jambu Biji Tua 0,27 0,014 0,142
2 Daun JambuBiji 0,048 0,058 0,053
Muda

Dari hasil tabel diatas terdapat kadar protein Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi.
rata-rata pada daun jambu biji tua sebesar 2007. Analisa Bahan Makanan dan
0,142% dan pada daun jambu biji muda Pertanian. Cetakan Pertama. Yogyakarta:
sebesar 0,053%, dimana pada daun jambu biji Liberty. Hal. 141-145.
tua lebih banyak mengandung protein dari Sudarmadji, S. Haryono, B. Suhardi. 2003.
pada daun jambu biji muda. Hal ini dapat Analisa Bahan Makanan dan Pertanian
terjadi karena kandungan klorofil pada daun Liberty. Yogyakarta.
tua lebih banyak dari pada daun muda. Susilowati, E., Ariani, S.R.D., dan Nugraheni,
A. 2007. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
KESIMPULAN Kuersetin Dari Ekstrak Metanol Daun
Berdasarkan hasil dari penelitian yang Jambu Biji (Psidium guajava L.). Laporan
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa : Seminar Kimia P. MIPA FKIP UNS,
1. Berdasarkan uji kualitatif dengan Surakarta.
menggunakan metode biuret daun jambu Syarief, E. S. 1985. Kesuburan dan
biji (Psidium guajava L.) tua dan daun Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka
jambu biji muda positif mengandung Buana. Bandung.
protein. Whiteman, P. C. 1974. The Enviroment and
2. Berdasarkan uji kuantitatif dengan Pasture *URZWK ´ In A Course Manual in
menggunakan metode kjeldahl diperoleh Tropical Pasture Science´ A. V. C.
kadar protein pada daun jambu biji Watson Fergusson and co, Ltd. Brisbade.
(Psidium guajava L.). tua sebesar 0,131% Winarno, F.G. dan Rahman A. 1974. Protein
dan daun jambu biji muda sebesar 0,113%. Sumber dan Peranannya, Jakarta:
Sedangkan berdasarkan uji kuantitatif Gramedia Pustaka Utama
dengan menggunakan spektrofotometri uv- Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan
vis diperoleh kadar daun jambu biji Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
(Psidium guajava L.) tua sebesar 0,142% Winarno, F. G., Fardiaz, S., dan Fardiaz,
dan daun jambu biji muda sebesar 0,053%. D. 1995. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: PT. Gramedia. Hal. 5-6.
DAFTAR PUSTAKA Yazid, E., dan Nursanti, L. 2006. Penuntun
Apriandi, Azmim. 2011. Aktivitas Antioksidan Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa
dan Komponen Bioaktif Keong Ipong- Analisis. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Ipong (Fasciolaria Salmo). Hal. 65-68.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Yuniastuti, A. 2008. Gizi dan Makanan. Edisi
2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta:
Simbolan, M.J., Sitorus, M., dan Katharina, N. Graha Ilmu. Hal. 38,4.
2008. Cegah Malnutrisi dengan Kelor,
Penerbit Kansius,Yogyakarta.

Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.2 Agustus 2021 72

Anda mungkin juga menyukai