Anda di halaman 1dari 8

Perkembangan Ilmu Biologi Molekuler

DISUSUN OLEH

NAMA : THESA M. R. TAMPUBOLON


NIM : 4213141018
MATA KULIAH : BIOLOGI MOLEKULER
DOSEN PENGAMPU : EKO PRASETYA, S.Pd., M.Sc

JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024
Perkembangan Ilmu Biomolekuler
Perkembangan biologi molekuler tidak terlepas dari sejarah panjang ilmu pengetahuan
khususnya di bidang biologi. Pada awal tahun 1665, Robert Hooke memperkenalkan istilah sel.
Demikian hasil pengamatannya menggunakan mikroskop sederhana dengan perbesaran 30x. Sel
sebenarnya terbuat dari potongan melintang tumbuhan yang terlihat seperti dinding sel.
Pengetahuan ini bertahan selama lebih dari satu abad, hingga akhirnya Anton van Leeuwenhoek
(1680) menemukan mikroskop yang dapat melihat benda-benda kecil, dan makna Hooke
dibuktikan lebih detail. Anton van Leeuwenhoek juga menemukan adanya aktivitas seluler
berupa cairan kental yang berputar. Anton pertama kali menyebut cairan ini "jus" pada tahun .
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan pada tahun , "jus" ini sekarang sering kali
bersifat sitoplasma.
Perkembangan ilmu biologi molekuler dimulai 3 dasawarsa yang lalu. Evolusi telah
mengalami percepatan sejak selesainya Proyek Genom Manusia (HGP) . Tahun 2003 juga
menandai peringatan 50 tahun penemuan struktur heliks ganda DNA. Diterbitkan oleh Watson
Crick pada tahun 1953 sebagai tonggak awal era yang mempelajari DNA sebagai materi genetik
yang berperan dalam pewarisan sifat ke generasi berikutnya. Penemuan kedua Ilmuwan ini telah
membawa Biologi Molekuler menjadi ilmu yang mendasari pengkajian suatu bidang ilmu
lainnya seperti bidang kajian “Forensic Molecular Biology, Molecular Pathology,Molecular
virology, Molecular microbiology, Molecular parasitology” dan sebagainya. Temuan Watson &
Crick terus diikuti oleh penemuan-penemuan lainnya, seperti enzim “restriksi endonuclease”,
Rekombinan DNA, metoda sequensing Gilbert & Maxam. Polymerase Chain Reaction (PCR),
sintesis insulin, mesin sequenser otomatis, Bioteknologi. (Apriani et al, 2022).
Pada tahun 1833, Robert Brown memperkenalkan istilah nukleus untuk menggambarkan
inti sel. Pengamatan tersebut didasarkan pada adanya titik hitam yang muncul pada setiap
pengamatannya. Pada tahun 1839, Schleiden dan Schwann memperkenalkan istilah sel sebagai
unit dasar kehidupan. Sebagai kelanjutan dari karya Mendel pada tahun 1865, ia
memperkenalkan teori hibridisasi dengan menggambarkan istilah “faktor keturunan” sebagai
suatu unit yang diturunkan dari orang tua kepada keturunannya. Faktor genetik ini mengontrol
morfologi keturunan induknya. Empat tahun kemudian (1869), F. Miescher memperkenalkan
istilah nuklein, yang sebelumnya telah dijelaskan oleh Mendel.
Pada tahun 1879, W. Fleming menunjukkan bahwa terdapat kromosom yang sedang
mengalami proses mitosis, namun Fleming sendiri belum mengenal istilah kromosom dan tidak
memberikan namanya. Kromosom diperkenalkan oleh Waldeyer pada tahun 1888. Setahun
kemudian, Altman memperkenalkan istilah baru: asam nukleat, yang merupakan bagian dari
kromosom. Morgan, Sturtevant, Muller dan Bridges (1915) mencoba menjelaskan gen secara
lebih rinci dan menemukan bahwa gen terletak dan diwarisi dari kromosom. Hingga tahun 1950-
an, pengetahuan ini masih stagnan dan terus berkembang di bidang deskripsi dan
aktivitas kromosom. (Mushlih, 2019).
Sejarah biologi molekuler dimulai pada tahun 1930-an, ketika dikembangkan antara
berbagai cabang biologi dan fisika serta cabang ilmu lain seperti biokimia, genetika,
mikrobiologi, virologi, dan fisika, dimulai dengan pertemuan kedua. Biologi molekuler berperan
dalam memahami kehidupan pada tingkat paling mendasar. Biologi molekuler adalah cabang
biologi yang mempelajari dasar molekuler dari aktivitas biologis di dalam dan antar sel,
termasuk sintesis, modifikasi, mekanisme molekuler, dan interaksi. Biologi molekuler
menggambarkan proses dimana DNA ditranskripsi menjadi RNA dan kemudian diterjemahkan
menjadi protein. Biologi molekuler berupaya menjelaskan fenomena kehidupan berdasarkan
sifat-sifat makromolekul yang menghasilkannya. (Jannah, 2021).
Terdapat beberapa tokoh yang berperan dalam berkembangnya ilmu biologi molekuler
yang pesat hingga saat ini, yaitu;
a. Antoni Van Leeuwenhoek (1632 - 1723)
Adalah orang Belanda pertama yang menciptakan mikroskop. Hal ini menunjukkan adanya
partikel-partikel kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, dan sel mulai disebut
sebagai unit kehidupan. Antoni van Leeuwenhoek juga merupakan orang pertama yang berhasil
mengamati sel individu (bakteri, protozoa, ragi, dan alga, tidak termasuk virus), serta darah, air
mani, feses, dan email gigi.
b. Robert Hooke (1635 – 1703)
Pertama kali memperkenalkan istilah seluler yang berarti rongga/ruang (asal kata sel). Istilah
tersebut muncul dari pengamatan terhadap rongga kosong pada sayatan pada jaringan gabus
tanaman.
c. Robert Brown (1833)
Adalah orang yang mengamati inti sel dalam jaringan epidermis tanaman anggrek.
d. Theodor Schwann dan Sleiden (1839)
Kedua orang ini menerbitkan laporan komprehensif tentang dasar seluler kehidupan hewan.
Schwann menyimpulkan bahwa sel tumbuhan dan sel hewan memiliki struktur yang serupa, dan
kedua diagram ini merumuskan teori sel , yang hingga saat ini masih dikenal sebagai teori asal
usul sel. Prinsip-prinsip teori sel yang dikembangkan oleh Sleiden dan Schwann adalah sebagai
berikut : Semua makhluk hidup terdiri dari satu sel atau lebih, sel adalah unit struktural
kehidupan. Gagasan Schleiden dan Schwann tentang asal usul sel ternyata kurang mencerahkan,
karena keduanya sepakat bahwa sel dapat muncul dari materi non-seluler.
e. Rudolf Virchorw (1855)
Orang ini adalah seorang ahli patologi Jerman yang menetapkan bahwa sel tidak berasal dari
benda mati, melainkan dari sel yang sudah ada. Teori sel yang dikembangkan di sana adalah:
1. Semua makhluk hidup mempunyai asal usulnya masing-masing. satu atau dua sel
(Scleiden dan Schwann, 1838-1839)
2. Sel adalah satuan dasar struktur dan fungsi semua makhluk hidup (Sccleiden dan
Schwann, 1838-1839)
3. Semua sel ada yang berasal dari sel-sel dahulu (Virchow, 1855) (Apriani,et al . 2022).
Biologi mengalami perkembangan pesat tiap tahun .Fokus kajian biologi tidak terbatas
pada organisme atau sel tingkat , tetapi meluas ke tingkat molekuler yang lebih dalam dan
kemudian dikenal sebagai biologi molekuler. Perkembangan biologi molekuler dimulai dengan
ditemukannya struktur kimia DNA oleh Watson dan Crick. Produk perkembangan biologi
molekuler ini kemudian menjadi dasar bagi perkembangan biologi modern. Faktanya, biologi
menganggap sel sebagai unit dasar kehidupan, gen sebagai unit dasar pewarisan sifat, dan
evolusi sebagai mekanisme yang mendorong munculnya spesies baru. (Hariyadi, 2015).
Biologi molekuler adalah ilmu yang mempelajari fungsi dan organisasi makhluk hidup
(organisme) dilihat dari strukturnya dan kendali molekuler bagian atau komponennya. Biologi
molekuler juga merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan struktur-
fungsi biomolekul dan kontribusi hubungan tersebut terhadap pelaksanaan dan pengendalian
berbagai proses biokimia. Biologi molekuler mempelajari dasar molekuler dari semua
fenomena biologis. Perkembangan biologi molekuler tidak terlepas dari berbagai bidang
keilmuan lainnya seperti biologi sel, genetika, biokimia, kimia organik, dan biofisika. Pada
dasarnya ilmu-ilmu tersebut mempelajari pokok bahasan makhluk hidup yang sama namun
mempunyai pendekatan dan cara pandang yang berbeda. Organisme yang menjadi pokok
bahasan biologi molekuler meliputi dua kelompok besar: organisme seluler dan
organisme non seluler. (Kartini et al, 2023).
Biologi molekuler merupakan ilmu yang mempelajari dasar-dasar molekuler. Biologi
molekuler juga berkaitan dengan pemahaman interaksi antara berbagai sistem sel. Biologi
molekuler dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi dan organisme yang ditinjau
dari struktur dan regulasi molekuler unsur atau komponen penyusunnya. Biologi molekuler
memiliki keterkaitan dengan struktur komponen intrasel yang telah dipelajari dalam biologi sel.
Semua makhluk hidup atau organisme tersusun atas sel. Sel memiliki semua perangkat dan
kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan proses hidup seperti bergerak, memperbanyak
diri atau bereproduksi, beradaptasi atau merespon terhadap perubahan lingkungan. Proses hidup
tersebutlah yang menunjang berlangsungnya kehidupan pada makhluk hidup yang disusun oleh
sel tersebut. Memahami sel berarti memahami struktur dan fungsi sel terkecil. Informasi tentang
karakteristik setiap makhluk hidup sangat penting untuk menemukan, memeriksa kemungkinan,
dan menentukan upaya konservasi yang paling sesuai. Sel juga dapat digunakan sebagai
representasi untuk mempelajari sifat organisme yang sulit untuk dibawa dan dianalisis secara
langsung di laboratorium. Biologi sel dan molekuler berkesinambungan untuk belajar,
membudidayakan, dan memelihara berbagai mikroorganisme (Ibrahim, 2023).
Pembelajaran biologi sel dan molekuler memberikan pemahaman dasar untuk memahami
karakteristik utama seluruh organisme sumber daya hayati Indonesia pada level seluler. Setiap
organisme terdiri atas sel sebagai unit penyusun yang terkecil. Memahami sel berarti memahami
struktur dan fungsi pada makhluk hidup pada level terkecil. Informasi mengenai karakter pada
setiap organisme sangat diperlukan untuk identifikasi, meninjau potensi, dan menentukan upaya
konservasi yang tepat. Selain itu, sel dapat digunakan sebagai perwakilan untuk mempelajari
sifat- sifat organisme yang sulit untuk dibawa dan dianalisis langsung di laboratorium. Biologi
molekuler merupakan suatu cara mempelajari organisme hidup termasuk manusia (Subowo,
2011).
Teknik PCR merupakan salah satu teknik yang banyak digunakan untuk pengujian
molekuler, terutama untuk mengidentifikasi patogen penyebab penyakit.Teknik ini relatif cepat,
akurat, dan aman karena tidak memerlukan bakteri hidup atau berasal dari kultur bakteri menular
yang menimbulkan risiko kesehatan bawaan yang tinggi bagi pemeriksa.Sebuah alternatif
pengujian penyakit yang memberikan hasil konklusif. Human genome project (HGP) telah
mengembangkan lebih lanjut fasilitas dan infrastruktur teknis terkait, serta berbagai bahan kimia
yang digunakan sebagai bahan dasar penelitian genetika. Menganalisis genom manusia, hewan,
dan tumbuhan memerlukan alat yang dapat membaca rangkaian basa nukleotida berbagai gen.
Sejak dimulainya proyek HGP , teknik telah dikembangkan untuk menganalisis basis nukleotida
DNA (analisis urutan DNA). (Apriani et al, 2022).
Human Genome Project (HGP) semakin mempercepat pengembangan peralatan teknis dan
infrastruktur terkait, serta berbagai bahan kimia yang digunakan sebagai bahan dasar penelitian
genetika. Analisis genom manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan alat untuk membaca
rangkaian basa nukleotida berbagai gen. Jadi sejak awal proyek HGP, teknik analisis urutan basa
nukleotida DNA (DNA sequence analysis) telah mengalami kemajuan (Apriani, et al. 2022).
Alasan paling mendasar dari keberadaan Human gebome project adalah kesejahteraan
kesehatan manusia. Gagasan bahwa mengapa perlu memodifikasi kode genetik muncul
berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa gen (teori yang dikemukakan oleh Mendel) adalah
unit pewarisan, dan bahwa beberapa kelainan secara eksplisit diturunkan dari orang tua ke
keturunannya. orang teridentifikasi. Kompilasi data dalam jumlah besar dari berbagai
laboratorium di seluruh dunia telah menghasilkan adanya mekanisme pemrosesan bioinformatika
yang tepat, serta alat pendukung seperti alat pengurutan, yang merupakan kunci
keberhasilan HGP. (Mushlih, 2019).
Dalam dunia kedokteran, teknologi ini digunakan untuk mendiagnosis dan memantau
penyakit, mengidentifikasi risiko, dan menentukan pengobatan terbaik untuk setiap pasien.
Dalam biosekuriti pertanian, hal ini sama dengan memantau penyakit pada tanaman dan ternak,
menilai risiko, dan memutuskan tindakan karantina apa yang harus diambil. Diagnostik
molekuler adalah bidang diagnostik in vitro yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
penanda DNA dan turunannya pada manusia atau organisme lain.Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, khususnya teknologi diagnostik dan meningkatnya kesadaran kesehatan
masyarakat modern, kemungkinan besar akan mempengaruhi perkembangan bidang diagnostik
molekuler saat ini. (Ibrahim, 2023).
Perkembangan teknik biologi molekuler mewakili kemajuan baru dalam mendeteksi
sumber infeksi untuk membantu proses diagnostik. Metode biologi molekuler memiliki
beberapa keunggulan antara lain lebih sensitif, lebih spesifik, dan lebih cepat. Beberapa teknik
biologi molekuler untuk penelitian laboratorium bakteri yang saat ini sedang dikembangkan
antara lain adalah reaksi berantai polimerase (PCR), amplifikasi isotermal yang dimediasi loop
(LAMP), sidik jari, dan polimorfisme panjang fraksi restriksi (RFLP) dan sebagainya. Meskipun
metode ini sangat baik, salah satu keterbatasannya adalah prosedur ini sangat rentan terhadap
hasil positif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh kontaminasi pada saat
pengambilan sampel, penyimpanan, pengangkutan, atau saat pengujian dilakukan. Meskipun
masih memiliki beberapa keunggulan dibandingkan metode biologi molekuler, metode deteksi
bakteri dengan metode tradisional tetap menjadi standar emas dalam mengidentifikasi bakteri
sebagai sumber infeksi. Teknik biologi molekuler yang semakin maju di era 4.0 belum bisa
menggantikan metode tradisional. (Khariri et al, 2020).
Perkembangan awal Biologi molekuler dimulai dengan penemuan model struktur DNA
oleh James Watson dan Francis Crick pada tahun 1953. DNA adalah materi genetik yang tersusun
dari gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat, dan basa nitrogen. Ada dua jenis basa nitrogen
yang menyusun DNA: basa purin dan basa pirimidin. Basa purin tersusun atas adenin (A) dan
guanin (G) dengan struktur cincin ganda, dan basa pirimidin tersusun atas sitosin (C) dan timin
(T) dengan struktur cincin tunggal. Bahan penyusun DNA (komponen) terdiri dari gula pentosa,
gugus fosfat, dan pasangan basa, yang disebut nukleotida (Jannah, 2021).
Biologi molekuler merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan organisasi jasad hidup
(organisme) ditinjau dari struktur dan regulasi molekular unsur atau komponen penyusunnya.
Biologi molekuler juga merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara
struktur dan fungsi molekul-molekul hayati serta kontribusi hubungan tersebut terhadap
pelaksanaan dan pengendalian berbagai proses biokimia. Biologi molekuler mempelajari dasar-
dasar molekuler setiap fenomena hayati. Oleh karena itu, materi kajian utama dalam biologi
molekuler adalah makromolekul hayati, khususnya asam nukleat, serta proses pemeliharaan,
transmisi, dan ekspresi informasi hayati yang meliputi replikasi, transkripsi, dan translasi.
Perkembangan ilmu biologi molekular tidak dapat dipisahkan dengan berbagai macam disiplin
ilmu-ilmu yang lain, sperti biologi sel, genetika, biokimia, kimia organik, dan biofisika. Pada
dasarnya ilmu-ilmu tersebut mempelajari satu subjek yang sama yaitu makhluk hidup, namun
dengan pendekatan dan sudut pandang yang berbeda. Makhluk hidup yang menjadi objek dalam
biologi molekuler meliputi dua kelompok besar yaitu: organisme seluler dan organisme non
seluler (Kartini et al., 2023).
Pada tahun 1953, ketika James Watson dan Francis Crick menemukan struktur DNA,
biokimia digabungkan dengan biologi molekuler, yang mempelajari bagaimana informasi
genetik disimpan dalam struktur biomolekul, yaitu DNA, yang kemudian ditransfer ke RNA dan
kemudian ke protein atau yang disebut dogma sentral. (Saudale, 2020) Biologi molekuler adalah
ilmu pengetahuan biokimia, biologi sel, dan genetika yang mempelajari aktivitas biologis pada
tingkat molekuler, termasuk interaksi antara berbagai jenis DNA, RNA, protein, dan
biosintesisnya. (Wahyudi, 2015). Jadi, dapat disimpulkan bahwa biokimia dan biologi molekuler
merupakan dua disiplin ilmu yang saling berkaitan. Meskipun sama-sama fokus pada tingkat
molekuler organisme, keduanya memiliki fokus dan pendekatan yang sedikit berbeda.
Secara umum genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang hereditas (pewarisan sifat)
dan variasi hereditas. Pada semua tingkatan organisme mulai dari tingkatan sel sampai molekul
dapat ditemukan genetika. Pada praktiknya sekarang genetika terus berkembang dan telah
dimanfaatkan pada berbagai bidang seperti bidang pertanian dan kedokteran. Hal ini berkaitan
dengan manipulasi DNA sebagai materi genetic. Genetika juga mencakup banyak topik yang
berkaitan dengan evolusi pada tingkat molekuler, yang juga dikenal sebagai evolusi genom.
Faktanya, metode dan penemuan genetika merupakan katalis pertama dalam semua bidang
biologi, mulai dari biologi sel hingga fisiologi, perkembangan organisme, perilaku organisme,
dan bahkan ekologi. Genetika dan biologi molekuler memiliki substansi kajian yang sangat erat
kaitannya. Substansi genetika yang merupakan bagian dari kajian genetika molekular, dalam
berbagai penelitian yang ada, terungkap sering menjadi miskonsepsi pada beberapa konsepnya.
Diagnostik molekuler adalah kumpulan teknik untuk menganalisis penanda biologis dalam
genom dan proteom serta bagaimana sel mengekspresikan gen sebagai protein, menerapkan
biologi molekuler pada pengujian medis.(Idama, Z. 2023).
Dengan penjelasan di atas dapat simpulkan bahwa ilmu genetika sangat berkaitan dengan
biologi molekuler. Penemuan dan perkembangan DNA yang mendasari perkembangan ilmu
biologi molekuler dimana dengan adanya DNA maka molekuler dari organisme dapat diamati
dan dianalisis tipe DNA, RNA, Protein dan biosintesisnya. Selain itu, dengan berhasilnya Human
Genome Project (HGP) menambah perkembangan ilmu genetika dan biologi molekuler yang di
dalam keberhasilan projek ini peneliti pasti menggunakan ilmu gentika dan biologi molekuler.
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, A., Wijayanti, D. R. W., Kartini, K., Darmawi, D., Lestari, P. L., Faisal, M. F., ... &
Siregar, F. M. S. (2022). Buku Ajar Biologi Molekuler.
Hariyadi, S. (2015). Evaluasi akademik mahasiswa biologi terhadap perkuliahan genetika di
universitas jember. Jurnal Bioedukasi, 3(2).
Ibrahim, R. (2023). Biologi Molekuler I: Konsep Dan Teori. Deepublish.
Idami, Z. (2023). Genetika. Medan: PT Cahaya Rahmat Rahmani.
Jannah, M., Sari, N. K., Mushlih, M., Hariri, M. R., Priyambodo, P., Pratiwi, R. H., ... &
Awwanah, M. (2021). Metode Biologi Molekuler.
Khariri, K., Amalia, N., Nursofiah, S., Muna, F., Rukminiati, Y., & Mursinah, M. (2020).
Akankah Perkembangan Metode Deteksi Biomolekuler Era 4.0 Mampu Menggantikan
Pemeriksaan Laboratorium Bakteri Secara Konvensional?. In Seminar Nasional Riset
Kedokteran (Vol. 1, No. 1).
Kartini, K., Anggraini, F. T., Khairuddin, K., Supardan, A. D., Darsono, K., Syahbanu, F., ... &
Sukweenadhi, J. (2023). Pengantar Biomolekuler.
Mushlih, M. (2019). Buku Ajar Mata Kuliah Biologi Molekuler “Aplikasi Dasar Di Dunia
Kesehatan”. Umsida Press, 1-66.
Subowo. (2011). Biologi Sel. (Edisi 6). Jakarta: CV. Agung Set.

Anda mungkin juga menyukai