Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH - F

TUGAS ANALISIS STUDI KASUS PERTEMUAN 7

Topik: Akuntansi Transaksi Istishna

Dosen Pengampu:
Dina Fitrisia Septiarini, SE., MM.,Ak.

Disusun oleh:
Kelompok 6

Razan Raif 144221030

Siti Nur Syaila 144221061

Muhammad Hidayat Ratnadi K 144221151

Evelyn Lindya Fitria 144221170

Nurika Okta Viani 144221197

Meilda Anggi S 144221217

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2024
Instruksi Kerja

Silahkan Anda membaca ringkasan artikel berikut ini:

PEMBIAYAAN MIKRO SYARIAH SANITASI KELUARGA SEHAT

Di Indonesia saat ini perhatian akan hadirnya jamban sehat lebih dikuatkan kembali dengan
adanya peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dimana salah satu poin dari pilar Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) adalah pentingnya kemandirian masyarakat untuk Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBABS). Berdasarkan kondisi tersebut maka Koperasi Syariah Indonesia
membuat produk pembiayaan skim mikro tata sanitasi dengan akad istishna’. Pihak Koperasi
Syariah Indonesia tidak melakukan pembangunan secara sendiri atas pesanan anggota,
melainkan melakukan kerja sama kembali kepada pihak lain yakni mitra konstruksi. Mitra
konstruksi tersebut adalah Koperasi Konsumen Muslim Indonesia yang akan menyelesaikan
pesanan jamban sehat sesuai dengan ketentuan kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten.
Jangka waktu pembayaran disesuaikan dengan kemampuan anggota, sedangkan jangka waktu
penyelesaian jamban sehat adalah 4 bulan Sumber: Implementasi Akad Istishna’ Pada Produk
Pembiayaan Skim Mikro Tata Sanitasi Di Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia,
Awaliyah dkk (2020), Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 26, Nomor 2, Desember 2020.

Metode Kerja

Setelah Anda membaca artikel tersebut di atas maka diskusikan pertanyaan berikut ini:

1. Susunlah skema mekanisme pembiayaan syariah mikro sanitasi keluarga sehat


berdasarkan ilustrasi tersebut di atas. Gunakan asumsi yang relevan dan dibutuhkan
dalam membuat skema mekanisme pembiayaan syariah tersebut!

Jawaban : Mekanisme akad istishna’ pada pembiayaan skim mikro syariah tata sanitasi
dilaksanakan secara istishna’ paralel. Akad istisna paralel melibatkan tiga pihak dan terdiri
dari dua kontrak terpisah. Kontrak pertama adalah antara pembeli akhir (nasabah) dan penjual
(bank syariah), di mana bank syariah sebagai penjual bertanggung jawab untuk menyerahkan
aset kepada pelanggan sesuai dengan spesifikasi yang diberikan. Yang dimaksudkan adalah
pihak Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia tidak melakukan pembangunan secara
sendiri atas pesanan anggota, melainkan melakukan kerja sama kembali kepada pihak lain
yakni mitra konstruksi. Berikut skema mekanisme pembiayaan syariah mikro sanitasi
keluarga sehat sebagai berikut.

Dari skema diatas dijelaskan secara garis besar bahwa pelaksanaan akad istishna’ pada produk
pembiayaan skim mikro tata sanitasi adalah sebelum terjadinya penandatangan akad
pembiayaan anggota terlebih dahulu melakukan wa’d (janji) dengan memesan fasilitas tata
sanitasi. Penandatangan akad dilaksanakan setelah konstruksi pesanan selesai dibangunkan
oleh mitra konstruksi. Tetapi walaupun secara praktek penandatangan akad dilakukan setelah
bangunan fasilitas sanitasi itu jadi, anggota koperasi sebagai wa’d dilibatkan secara penuh
dalam tahapan tahapan penilaian biaya dan penilaian kualitas untuk memenuhi kesesuaian
spesifikasi pesanan.

2. Analisis jenis transaksi istishna yang Anda susun tersebut, dan berikan argurmentasi
jawaban Anda

Jawab : Menurut kelompok koperasi syariah Indonesia melakukan pemesanan pembuatan


jamban sehat kepada mitra konstruksi yaitu koperasi konsumen muslim Indonesia. Lalu mitra
konstruksi ini melaksanakan pembangunan dan setelah proyek selesai, maka dari itu
dilakukan penandatanganan akad. Akad transaksi yang dilakukan oleh koperasi syariah
Indonesia dengan koperasi konsumen muslim Indonesia adalah akad istishna’ tunai yang
mana pembayarannya dapat dilakukan secara tunai di akhir proyek.
3. Susunlah jurnal akuntansi pada setiap pihak yang terlibat dalam skema transaksi
tersebut untuk setiap tahapan pelaksanaan akad yaitu pada saat penyelesaian jamban,
penyerahan jamban, dan angsuran serta pelunasan jamban oleh anggota. Gunakan
asumsi yang relevan dan dibutuhkan untuk mendeskripsikan jawaban anda secara
detail dan komprehensif

Jawaban : Pada saat mulai penagihan akad istishna, pencatatan dari masing-masing pihak
adalah

Sisi Penjual Debit Kredit


(Koperasi
Konsumen Muslim)

Piutang istishna’ Rp100.000.000

Termin istishna’ Rp100.000.000

Sisi Pembeli Debit Kredit


(Koperasi Syariah
Indonesia)

Aset istishna’ dalam Rp100.000.000


penyelesaian

Utang istishna’ Rp100.000.000

❖ Pada saat mengangsur (asumsi selama 4 bulan), pencatatan dari masing-masing pihak
adalah

Sisi Penjual Debit Kredit


(Koperasi
Konsumen Muslim)

Kas xxx

Piutang istishna’ xxx

Sisi Pembeli Debit Kredit


(Koperasi Syariah
Indonesia)
Utang istishna’ xxx

Kas xxx

❖ Pada saat barang pesanan selesai dibuat, maka pencatatan yang dilakukan adalah
Sisi Penjual Debit Kredit
(Koperasi
Konsumen Muslim)

Persediaan xxx

Aset istishna’ dalam xxx


penyelesaian

❖ Pada saat penyerahan barang pesanan, pencatatan masing-masing pihak adalah


Sisi Penjual Debit Kredit
(Koperasi
Konsumen Muslim)

Termin istishna’ Rp100.000.000

kas Rp100.000.000

Sisi Pembeli Debit Kredit


(Koperasi Syariah
Indonesia)

Aset Rp100.000.000

Aset istishna’ dalam Rp100.000.000


penyelesaian

4. Bagaimanakah penyajian dalam laporan keuangan atas transaksi pembiayaan mikro syariah
sanitasi tersebut mulai dari awal sampai akhir untuk setiap pihak. Gunakan asumsi yang
relevan dan sesuai dengan kebutuhan

Jawab : Jawaban:
● Pada sisi penjual, dapat menyajikan susunan laporan keuangan sebagai berikut:
a. Piutang istishna dari transaksi istishna sebesar jumlah yang belum
dilunasi oleh pembeli akhir
b. Termin atas istishna dari jumlah tagihan atas termin penjual kepada
pembeli akhir
● Pada sisi pembeli, dapat menyajikan susunan laporan keuangan sebagai berikut:
a. Utang atas istishna yang berasal dari tagihan produsen atau kontraktor
yang belum dilunasi
b. Aset istishna dalam penyelesaian sebesar:
1. Persentase, penyelesaian, dari nilai atas kontrak penjualan
kepada pembeli akhir
2. Kapitalisasi biaya perolehan
Contoh atas asumsi tersebut:
7 Juni 2012: Koperasi syariah Indonesia mendapatkan uang muka dari pembeli
sebesar Rp100.000.000 dengan biaya pra akad sebesar Rp1.000.000 1 Juli 2012: Pihak
pengembang atau Mitra dari Kontruksi Koperasi Konsumen Muslim Indonesia
menagih untuk pembangunan aktiva Istishan sebesar Rp40.000.000 1 Oktober 2012:
Pihak pengembang atau Mitra dari Kontruksi Koperasi Konsumen Muslim Indonesia
menagih untuk pembangunan aktiva istishna Rp100.000.000 1 Januari 2012: Pihak
pengembang atau Mitra dari Kontruksi Koperasi Konsumen Muslim Indonesia
menagih untuk pembangunan aktiva istishna sebesar Rp80.000.000 1 Februari 2012:
Pihak pengembang atau Mitra dari Kontruksi Koperasi Konsumen Muslim Indonesia
telah menyerahkan aktiva istishna yang telah diselesaikan kepada Koperasi Syariah
1 Febuari 2012: Koperasi Syariah mulai untuk mengangsur pembayaran rumah
dengan jangka waktu 5 tahun. Koperasi syariah mengenakan keuntungan yang
didapatkan atas istishna tersebut adalah 10% dari jumlah pembiayaan Perhitungan:
● Pemesan akan melunasi pesanannya pada saat pembangunan selesai proyek
pesanan dan diserahkan Koperasi Konsumen Muslim Indonesia kepada
Koperasi syariah Indoneisa, dengan harga kontrak 250.000.000. Harga pokok
proyek STBM) =Rp220.000.000.
● Jadi laba bank syariah: Rp250.000.000 – Rp221.000.000 = Rp29.000.000 ●
Harga jual bila diangsur 5 tahun: Rp250.000.000 + 10% (Rp250.000.000) =
Rp275.000.000
Angsuran/bulan= Rp275.000.000/60=Rp4.583.333 atau apabila dibulatkan
sebesar Rp4.583.500
Margin/bulan = Rp. 25.000.000/60= Rp416.666 atau apabila dibulatkan
sebesar Rp417.000
Jurnal yang akan dibuat:
1. 7 Juni 2012: saat Kontruksi Koperasi Konsumen Muslim Indonesia (KSMI)
menerima uang muka dari Koperasi Syariah Indonesia (KSI) sebesar
Rp100.000.000 dengan biaya pra akad Rp1.000.000
Dr. Kas Rp100.000.000
Cr. Piutang Istishna Rp100.000.000
Dr. Beban Pra-akad tangguhan Rp1.000.000
Cr. Kas Rp1.000.000
Apabila telah terjadi kepastian akad antara KSMI dengan KSI, maka biaya atas
pra akad tersebut dapat dikembalikan kepada KSMI
Dr. Aset Istishna dalam penyelesaian Rp1.000.000
Cr. Beban Pra akad tangguhan Rp1.000.000
2. 1 Juli 2012: KSI menerima tagihan dari pihak pengembang dan
membayarkannya sebesar Rp40.000.000
Dr. Aset Istishna dalam penyelesaian Rp40.000.000
Cr. Utang Istishna Rp40.000.000
Apabila bank syariah akan membayarkan utang atas istishna tersebut, maka
Dr. Utang Istishna Rp40.000.000
Cr. Kas Rp40.000.000
3. Pada tanggal 1 Oktober, Pihak pengembang atau Mitra dari Kontruksi Koperasi
Konsumen Muslim Indonesia menagih untuk pembangunan aktiva istishna
Rp100.000.000
Dr. ASet Istishna dalam penyelesaian Rp100.000.000
Cr. Utang Istishna Rp100.000.000
Apabila bank membayarkan utang istishna tersebut, maka
Dr. Utang Istishna Rp100.000.000
Cr. Kas Rp100.000.000
4. Pada tanggal 1 Januari 2012 Pihak pengembang atau Mitra dari Kontruksi
Koperasi Konsumen Muslim Indonesia menagih untuk pembangunan aktiva
istishna sebesar Rp80.000.000
Dr. Aset Istishna dalam Penyelesaian Rp80.000.000
Cr. Utang Istishna Rp80.000.000
Pada saat bank syariah membayar atas utang Istishna
Dr. Utang Istishna Rp80.000.000
Cr. Kas Rp80.000.000
5. Pada 1 Februari 2012, Koperasi Syariah mulai untuk mengangsur pembayaran
rumah dengan jangka waktu 2 tahun. Koperasi syariah mengenakan
keuntungan yang didapatkan atas istishna tersebut adalah 10% dari jumlah
pembiayaan
Dr. Aset Istishna Rp275.000.000
Cr. Aset Istishan dalam penyelesaian Rp275.000.000
Pada saat KSI menyerahkan proyek
Dr. Piutang Istishna Rp275.000.000
Cr. Persediaan barang Istishna Rp221.000.000
Cr. Pendapatan Margin Istishna Rp29.000.000
Cr. Margin Istishna Tangguhan Rp25.000.000
Uang muka Istishna Rp100.000.000
Piutang Istishna Rp100.000.000
Pada saat KSMI menerima angsuran perbulan KSI
Dr. Ka/Rek KSI Rp4.583.333
Cr. Piutang Istishna Rp4.583.333
Dr. Margin Istishna Tangguhan Rp417.000
Cr. Pendapatan Margin Istishna Rp417.000

5. Apa saja yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan masing masing
pihak atas transaksi pembiayaan sanitasi tersebut!

Jawab : ➔ Berdasarkan sisi Penjual

a. Rincian dari piutang Istishna yaitu berdasarkan dari jangka waktu, jenis
valuta, kualitas piutang dan penyisihan penghapusan aset piutang
Istishna.
b. Besarnya piutang Istishna baik yang dibiayai oleh Bank maupun secara
bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan Bank,
apabila ada.
c. Metode akuntansi yang dipakai dalam pengukuran pendapatan kontrak
istishna.
d. Metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian
kontrak yang sedang berjalan.
e. Rincian utang Istishna berdasarkan jumlah, tujuan (supplier atau
nasabah), jangka waktu, dan jenis mata uang.
➔ Berdasarkan sisi Pembeli
a. Rincian piutang Istishna berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta,
kualitas piutang dan Penyisihan Penghapusan Aset piutang Istishna.
b. Jumlah piutang Istishna yang diberikan kepada pihak yang berelasi.
c. Rincian utang istishna berdasarkan jumlah dan jangka waktu.
d. Pengungkapan yang diperlukan disesuaikan dengan PSAK 101 yaitu
mengenai penyajian laporan keuangan syariah.
e. Utang Istishna kepada nasabah yang merupakan pihak berelasi.

6. Identifikasi resiko apa yang terjadi dalam transaksi pembiayaan tersebut di atas? Pihak
mana saja yang akan menanggung resiko tersebut? Dan bagaimana akuntansi atas resiko
tersebut pada masing masing pihak? Berikan analisis dan argumentasi atas jawaban Anda!

Jawab : Pembiayaan yang dilakukan pada akad istishna dapat menimbulkan beberapa titik
risiko pembiayaan bagi Koperasi Syariah Indonesia, seperti kegagalan mitra konstruksi dalam
hal menyerahkan pesanan jamban sehat pada waktu yang dijanjikan, tidak sepenuhnya
spesifikasi pesanan jamban sehat atau gagal bayarnya debitur selama masa kontrak.
Tentu saja ketika terjadinya sebuah kerugian atau risiko yang terjadi, pastinya ada
faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi gagalnya bayar pada
akad istishna, yang pertama adalah karena koperasi syariah Indonesia bukan pemilik material
yang digunakan developer (produsen dan subkontraktor) untuk memproduksi aset dalam
kasus istishna paralel, sehingga Koperasi Syariah Indonesia tidak memiliki hak klaim atas
aset jika terjadi kasus wanprestasi. Lalu, yang kedua adalah risiko pengiriman yang terjadi
akibat mitra konstruksi tidak mampu menyelesaikan produksi barang sesuai jadwal akibat
keterlambatan pengiriman barang dari subkontraktor. Dan mungkin yang terakhir adalah
koperasi Syariah Indonesia mengalami risiko kualitas atas pengiriman barang inferior oleh
subkontraktor.

Anda mungkin juga menyukai