Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI PENANAMAN DANA BANK

Disusun oleh :
1. Firda Yulia Indasari ( 2023131006 )
2. Deviana Pujiastuti ( 2022131001 )

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah :

Akuntansi Perbankan
Dosen Irzan Syahrial Se. Ak. M. M

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI Y.A.I


PROGRAM STUDY AKUNTANSI
2023 / 2024

i
AKUNTANSI PENANAMAN DANA BANK

Bank merupakan lembaga perantara yang menghimpun dana dan menempatkannya dalam bentuk
aktiva produktif misalnya kredit. Penempatan dalam bentuk kredit akan memberikan kontribusi
pendapatan bunga bagi bank. Kontribusi pendapatan bunga kredit di Indonesia masih
mendominasi pendapatan bank dibanding dari fee based income.
Penanaman dana bank meliputi penanaman dana dalam alat likuid atau kas, penanaman dana pada
lembaga keuangan, penanaman dana dalam bentuk perkreditan dan penanaman dana dalam aktiva
tetap.Penanamandana bank yang harus dilakukan bertujuan untuk menciptakan pendapatan bank
melalui penciptaan aktiva produktif yang menghasilkan.
Besarnya penempatan dana harus selalu diperhitungkan oleh tiap bank agar pendapatan yang
dihasilkan dapat membayar biaya dana yang telah dipergunakan, menutupi kebutuhan biaya
operasional atau overhead, resiko yang diperhitungkan, dan sejumlah margin atau laba yang
dikendaki.
Jenis penanaman dana antara lain: remise atau pengiriman uang antar cabang dalam bentuk suatu
bank, penanaman pada bank lain dalam bentuk giro, deposito berjangka , call money, deposito
deposits on call, surat berharga, serta penanaman dana dalam bentuk kredit.

1. KAS DAN BANK


Dalam penanaman dana kas untuk tujuan operasional harus diperhatikan dasar kebutuhan dana
rata-rata uang tunai setiap hari. Sedangkan penanaman dana kas ke bank lain harus memperhatikan
syarat minimum yang harus dipelihara oleh bank (5% dari dana masyarakat yang dimiliki oleh
bank), sehingga terjada likuiditasnya.
Berkenaan dengan syarat minimum alat likuid yang harus ada, semua bank diwajibkan untuk
mempertahankan saldo giro minimal di Bank Indonesia sebesar lima persen dari dana masyarakat
yang dimiliki. Oleh sebab itu, setiap bank harus memiliki informasi akuntansi yang akurat akan
posisi dana masyarakat. Tujuan dari memelihara minimum alat likuid ini adalah selain untuk
memelihara likuiditas juga untuk menghindari terjadinya over atau under liquid, memanfaatkan
kelebihan dana untuk dapat disalurkan kepada aktiva yang dapat menciptakan pendapatan.
Tujuan penanaman uang kas
• Untuk kegiatan operasional
• Untuk memelihara likuiditas

1
• Untuk menghindari terjadinya over/underliquid
• Untuk memanfaatkan kelebihan dana
• Pendapatan

1.1. Remise
Remise adalah pengiriman uang secara fisik dari satu bank ke bank lain atau dari satu cabang
kecabang lainnya. Lazimnya remise dilakukan antar cabang suatu bank.
Akuntansi remise:
a. Saat pengiriman uang fisik ke cabang
D: RAK- Cabang
K: Kas
b. Saat menerima uang fisik dari cabang
D: Kas
K: RAK- Cabang

Contoh:
Bank Omega-Jakarta mengirim uang secara fisik sebesar Rp500.000.000 tunai kepada Bank
Omega-Bandung disebabkan kebutuhan alat likuid di cabang tersebut.

Oleh Bank Omega-Jakarta akan dibukukan:


RAK – Cabang Bandung Rp 500.000.000
Kas Rp 500.000.000
Oleh Bank Omega-Bandung, setelah menerima uang secara fisik tersebut akan dibukukan:
Kas Rp 500.000.000
RAK-Cabang Jakarta Rp 500.000.000

1.2. Penanaman Alat Likuit dalam Rekening Bank Lain


Akuntansi penanaman pada bank lain:
1. Saat Penanaman
D: Bank lain-deposito
D: Bank lain- Call money
K: BI- Giro

2
2. Saat Penerimaan Bunga:
D: Bank lain-deposito
K: pendapatan bunga-deposito

Contoh:
Apabila Bank Omega-Jakarta membeli deposito berjangka Bank ABC sebesar Rp
200.000.000 suku bunga 24% setahun, jangka waktu 3 bulan. Disamping itu, Bank Omega-
Jakarta menempatkan sebagian dananya pada Bank XYZ-Jakarta untuk call money sebesar
Rp 400.000.000 dengan suku bunga sebesar 30% setahun, dana dapat ditarik sewaktu-waktu.
Bank Omega juga menempatkan uangnya pada Bank RST-Jakarta dalam bentuk deposits on
call sebesar Rp 450.000.000 suku bunga 26% setahun, jangka waktu 2 bulan. Pembayaran
kepada Lembaga keuangan tersebut diatas dilakukan atas beban rekening giro Bank Omega-
Jakarta pada Bank Indonesia.

Oleh Bank Omega-Jakarta dibukukan sebagai berikut :


a. Saat Penanaman
Bank-Bank Lain-Deposito Berjangka-Rekening Bank ABC-Jakarta Rp 200.000.000
Bank-Bank Lain-Call Money- RekeningBank XYZ Jakarta Rp 400.000.000
Bank-Bank Lain-Deposits On Call-Rekening Bank RST-Jakarta Rp 450.000.000
Bank Indonesia Rp 1.050.000.000

b. Saat Penerimaan Bunga


Bank Lain -Giro-Rekening Bank ABC Rp 4.000.000
Bank Lain-Giro- Rekening Bank XYZ Rp 10.000.000
Bank Lain-Giro-Rekening Bank RST Rp 9.750.000
Pendapatan Bunga Penempatan Rp 4.000000
Deposito Berjangka Pendapatan Bunga Penempatan-Call Money Rp 10.000.000
Pendapatan Bunga Penempatan-Deposits On Call Rp 9.750.000

2. SURAT BERHARGA
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap
deveratifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim
diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.

3
Standar Akuntansi Keuangan mengatur perlakuan akuntansi untuk surat-surat berharga yang
segera dapat dijual merupakan bentuk penyertaan sementara dalam rangka pemanfaatan dana yang
tidak dapat digunakan. Karena sifatnya yang sementara ini, pernyataan ini harus mempunyai sifat
sebagai berikut:
a. Mempunyai pasaran dan dapat diperjual belikan dengan segera.
b. Dimaksudkan untuk dijual dalam jangka waktu dekat bila terdapat kebutuhan dana untuk
kegiatan umum perusahaan.
c. Tidak dimaksudkan untuk meguasai perusahaan lain.

Berbeda dengan penyertaan jangka panjang yang tujuannya adalah untuk menguasai perusahaan
lain, penyertaan sementara dimaksudkan hanya untuk pemanfaatan dana berlebih yang belum
dapat disalurkan kedalam sektor yang menguntungkan yang menjadi usaha utama suatu bank.
Jenis-jenis Surat Berharga :
▪ Saham
Ini merupakan bukti kepemilikan modal suatu perusahaan. Pemilik surat punya hak suara,
dividen, dan hak lainnya.
▪ Wesel
Dalam surat ini terdapat kata wesel, tanggal, dan tanda tangan penerbit. Isinya merupakan
perintah untuk membayar tagihan sesuai syarat dalam KUHD.
▪ Obligasi
Merupakan jenis surat utang jangka menengah hingga panjang yang dapat dipindahtangankan.
Obligasi sendiri berisi janji untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan
melunasi pokok utang pada waktu yang ditentukan kepada pihak pembeli obligasi. Obligasi
dapat diterbitkan oleh korporasi atau negara.
▪ Cek
Merupakan salah satu surat berharga yang sifatnya sebagai alat bayar.
▪ Sekuritas Kredit
Bukti hutang dari suatu emiten yang dijamin oleh harta atau kekayaan dengan janji untuk
melakukan pembayaran pinjaman pokok dan imbalan yang jumlahnya ditentukan terlebih
dahulu, dalam waktu antara 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal Emisi.
▪ Surat berharga lain yang lazim diperdagangkan di pasar uang dan pasar modal

4
Akuntansi Surat Berharga
Akuntansi untuk surat berharga meliputi pembelian, penjualan, penilaian, dan segi-segi khusus
seperti pengungkapan (disclosure) dan lainnya.
Pembeliaan setiap jenis surat berharga yang dilakukan oleh suatu bank harus dicatat menurut
harga beli yang telah disetujui dengan penjualan dan semua biaya-biaya yang terjadi dalam
transaksi pembeliaan tersebut, seperti komisi broker dan lainnya akan termasuk dan tercatat dalam
harga beli surat berharga. Karena terdapat berbagai jenis surat berharga yang dimiliki oleh suatu
bank, perlu penjelasan lebih lanjut mengenai tata cara akuntansi pembeliannya.

Contoh Kasus:
Pada tanggal 31 Juli Bank Mega membeli selembar obligasi PT Jasa marga yang berjangka waktu
10 tahun dengan nilai nominal 10 juta pada kurs sebesar 98% dan suku bunga sebesar 15% setahun
dibayarkan setiap tanggal 1 Juni dan 1 Desember.
a. Pembelian
Surat Berharga – Obligasi Rp 10.000.000
Pendapatan Bunga Obligasi Rp 250.000
Pendapatan Premi Obligasi - ditangguhkan Rp 200.000
Kas Rp 10.050.000

b. Pembayaran bunga tanggal 1 Desember


Kas Rp 750.000
Pendapatan Bunga Obligasi Rp 750.000

Pada tanggal 31 Desember obligasi harus disajikan di neraca dan diamortisasi dari pendapatan
yang ditangguhkan.
Pendapatan Premi Obligasi yang ditangguhkan Rp 10.000
Pendapatan Premi Obligasi Rp 10.000

c. Penjualan
Surat berharga yang hendak dijual memiliki harga pokok yang dapat dihitung dengan metode
FIFO atau metode rata (terutama apabila terdapat lebih dari satu macam surat berharga
obligasi atau portfolio.

5
Contoh Kasus :
Obligasi Jasa Marga tersebut dijual setelah 8 bulan dimiliki atau pada tanggal 1 Maret dengan
harga Rp 101
Pencataan untuk pengalokasian terakhir premi obligasi dengan ayat jurnal :
Pendapatan Premi yang ditangguhkan Rp 3.333
Pendapatan premi obligasi Rp 3.333

Pencatatan penjualan obligasi dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut:


Kas Rp 10.475.000
Pendapatan Premi Obligasi Yang ditangguhkan Rp 186.667
Pendapatan premi obligasi Rp 186.667
Surat berharga Obligasi Rp 10.000.000
Pendapatan Bunga Obligasi Rp 375.000
Keuntungan dari Penjualan surat berharga Rp 100.000

d. Penilaian Surat Berharga Pasar Uang


Contoh Kasus:
Bank Omega membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan nominal Rp 500 juta dengan
suku bunga 12% setahun. Bunga SBI diterima di muka dan jangka waktu selama 2
bulan. Pembayaran dilakukan atas beban rekening giro pada Bank Indonesia.

Saat pembelian :
Surat berharga – SBI Rp 500.000.000
Pedapatan bunga SBI - belum diamortisasi Rp 10.000.000
BI- Giro Rp 490.000.000

Pada akhir bulan pertama setelah pembelian SBI dilakukan pengalokasian pendapatan
bunga SBI sebagai berikut:
Pendapatan Bunga SBI - belum diamortisasi Rp 5.000.000
Pendapatan Bunga SBI Rp 5.000.000

6
Penyajian SBI dalam Neraca setelah akhir bulan pertama:
BI-Giro Rp 500.000.000
Pendapatan Bunga SBI - belum diamortisasi Rp 5.000.000
Surat berharga –SBI Rp 500.000.000
Pendapatan bunga SBI Rp 5.000.000

Penilaian Terhadap surat berharga yang dimiliki dalam bentuk portfolio harus dinilai
berdasarkan harga riil:
1. Sebesar harga perolehan (cost)
2. Sebesar harga terendah antara cost dan market (COMWIL).

Apabila terjadi selisih harga diakui sebagai kerugian penurunan nilai SB. dengan mengkredit
perkiraan surat berharga yang bersangkutan “Penyisihan untuk penurunan nilai surat
berharga”.

Contoh Kasus:
Bank Omega memiliki portfolio surat berharga sebesar harga perolehan Rp 125.000.000dan
kemudian setealh dilakukan penilaian harga pasar bernilai Rp 115.000.000, maka kerugian ini
akan dibukukan dengan ayat jurnal:
Biaya Kerugian Penurunan Nilai surat berharga Rp 10.000.000
Penyisihan untuk Penurunan nilai surat berharga Rp 10.000.000

Sehingga nilai surat berharga setelah penurunan nilai adalah:


Surat berharga Rp 125.000.000
Dikurangi: Penyisihan untuk penurunan nilai suara berharga Rp 10.000.0000
Surat berharga bersih Rp 115.000.000

3. KREDIT YANG DIBERIKAN


Aktiva produktif yang sangat diandalkan oleh bank yang menghasilkan pendapatan besar adalah
debitur/kredit.Akuntansi untuk kredit ini harus dilakukan dengan cermat agar mampu memberikan
informasi yang efektif kepada manajemen.
Jenis kredit menurut penggunaannya :

7
a. Kredit Investasi
Yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai investasi suatu usaha, misalnya kredit untuk
pembangunan pabrik, pembelian mesin, dan penyiapan infrastruktur lainnya.
b. Kredit Modal Kerja
Yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membiayai modal kerja usaha, misalnya
untuk pembelian barang dagangan.
c. Kredit Konsumsi
Yaitu kredit yang diberikan untuk keperluan konsumsi. Kredit ini sering disebut juga
personal loan. Misalnya kredit untuk pembelian kendaraan, kredit untuk pendidikan.

Jenis kredit menurut jangka waktunya :


a. Kredit jangka pendek
Yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun, namun termasuk kredit tanaman
musiman yang berjangka waktu lebih dari satu tahun.
b. Kredit jangka panjang
Yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun. Misalnya kredit produktif, kredit
perumahan, kredit kendaraan.

3.1 Akuntansi Kredit


Akuntansi kredit meliputi beberapa prosedur:
a. Persetujuan dan Pemberian Pagu Kredit
Saat persetujuan kredit dicatat:
K: Rek.Admin rupiah-kredit yg disetujui

Contoh Kasus:
Bank Omega–Jakarta telah menyetujui pemberian kredit investasi kepada PT Pizzaria
sebesar Rp 250.000.000 untuk rencana expansi usaha dengan suku bunga sebesar Rp
1.500.000, biaya materai dan lainnya Rp 50.000, biaya notariat pada notary Andi sebesar Rp
5.000.000 dibebankan dan dibayar lansung oleh calon nasabah pada bank Omega-Jakarta.

Oleh Bank Jakarta komitmen ini dicatat:


K: Rek. Administrasi-Kredit yang telah disetujui Rp 250.000.000

8
Sedangkan untuk perhitungan provisi kredit dicatat:
D: Giro – debitur
K: Pendapatan provisi kredit

Giro-Rekening PT Pizaria Rp 6.550.000


Pendapatan Provisi Kredit Rp 1.500.000
Persediaan Formulir Berharga Rp 50.000
Giro – Rekening Tn Andi Rp 5.000.000

b. Penarikan Cek Oleh Nasabah/Debitur


Setiap terjadi penarikan oleh debitur dibukukan dalam rekening efektif
D: Debitur
K: BI – Giro

Contoh kasus:
PT Pizzaria menarik selembar cek debitur yang telah disetujui sebesar Rp 35.000.000 kepada
PT MNA, kemudian cek disetorkan ke Bank Omega – Jakarta untuk keuntungan PT MNA,
nasabah Bank ABC – Jakarta melalui kliring.
Oleh Bank Omega Jakata dibukukan:
Debitur-Rekening PT Pizzaria Rp 35.000.000
Bank Indonesia-Giro Rp 35.000.000

Dan dicatat pada rek.Administratif :


D: Rek. Adm.rupiah – kredit yg disetujui Rp 35.000.000

c. Pembebanan Bunga Pada Debitur


Besarnya bunga dihitung dari lamanya hari outstanding kredit.
Pengakuan pendapatan bunga dilakukan:
1. Accrual basis (saat jatuh tempo)
D: Debitur tunggakan bunga
K: Pendapatan bunga debitur
2. Cash basis (saat penerimaan): bila debitur merupakan non-performing loan:
D: Rek.Admin-tunggakan bunga debitur

9
Contoh Kasus:
Sampai akhir bulan PT Pizzaria tidak melakukan mutasi lagi. Maka pencatan bunganya
(bunga 28%/tahun) :
• Accrual basis (saat jatuh tempo)
Debitur Tunggakan Bunga- Rekening PT Pizzaria Rp 816.667
Pendapatan Bunga Debitur Rp 816.667

• Cash basis (saat penerimaan)


D: Rek.Admin-tunggakan bunga debitur Rp 816.667

d. Pelunasan Pokok Pinjaman


Pelunasan pokok pinjaman. Pada saat pelunasan kredit dicatat:
D: Kas
K: Debitur- rek.debitur

Koletibilitas meliputi:
• Lancar(standar)
• Kurang lancar (sub-standar)
• Diragukan (doubtful)
• Macet (uncollectible)

e. Wanprestasi Pembayaran
Bila terjadi wanpestasi dalam pelunasan pokok, maka pencatatnya harus dipisah kan dari
debitur yang masih aktif
D: Debitur tunggakan pokok
K: Debitur – Rek. debitur

Praktek kredit yang berjalan saat ini harus membeda-bedakan berdasarkan kolektibilitasnya.
Kolektibilitas terdiri dari :
1. Lancar :
Bila nasabah yang bersangkutan tidak pernah melakukan penunggakan (bayar tepat
waktu).

10
2. Kurang lancar :
Nasabah telah menungggak pelunasan bunga atau pokok pinjaman (<dari 6 bulan)
3. Diragukan :
Nasabah telah menungggak pelunasan bunga atau pokok pinjaman >dari 6 bulan)
4. Macet :
Nasabah telah tidak mampu lagi melunasi kewajibannya baik bunga ataupun pokok.
Tujuannya untuk memberikan informasi kepada manajemen dalam mengambil keputusan.

f. Penilaian Debitur Pada Neraca


• Penilaian debitur pada neraca dilakukan atas dasar kolektibilitas debitur yang
outstanding
• Penyisihan dibebankan ke ikhtisar laba-rugi dalam rek.Biaya penyisihan debitur
diragukan

D: Biaya debitur ragu


K: Penyisihan debitur diragukan

Saldo debitur Bank Omega –Jakarta sebesar Rp 20.000.000.000 terdiri dari :


Kolektibilitas I Rp 18.000.000.000
Kolektibilitas II Rp 2.000.000.000

Penyisihan debitur ragu-ragu :


Kolektibilitas I = 1% (Rp 18.000.000.000*50%) = Rp 90.000.000
Kolektibilitas II = 5% (Rp 2.000.000.000*50%) = Rp 50.000.000

Besarnya penyisihan debitur:


D: Biaya Debitur ragu Rp 140.000.000
K: Penyisihan Debitur diragukan Rp 140.000.000

Dengan demikian rekening debitur disajikan dineraca :


Debitur (pokok) Rp 20.000.000.000
Penyisihan Debitur Ragu Rp 140.000.000
Bersih Rp 19.860.000.000

11
4. KARTU KREDIT
Kartu kredit (Credit Card) yaitu fasilitas/kredit yang diberikan oleh bank yang penarikannya
dilakukan melalui pembayaran transaksi jasa dan perdagangan serta penarikan tunai (Cash
Advance) sampai dengan jumlah tertentu sesuai dengan batas/limit yang ditentukan oleh bank.
Kartu kredit merupakan alat pembayaran yang memiliki prinsip “ buy now pay later” , dimana
pada saat transaksi kewajiban pemegang kartu (card holder) ditalangi terlebih dahulu oleh penerbit
kartu kredit. Pemegang kartu dapat melunasi pembayaran berdasarkan waktu yang disepakati
antara pemegang kartu dan penerbit.
Pemegang kartu kredit (card holder) akan diberikan kredit limit, sehingga penggunaan kartu kredit
tidak boleh melebihi limit yang telah ditetapkan oleh bank penerbit (issuer). Kartu kredit yang
telah disetujui dapat digunakan untuk transaksi dengan pihak merchant. Card holder cukup
menunjukkan kartu kredit dan kemudian akan digesekkan pada mesin tertentu untuk mengetahui
kebenaran kartu kredit dan pihak card holder langsung menandatanganinya. Penggunaan kartu
kredit ini bisa dilakukan dimana saja pada tempat yang telah menjalin kerja sama dengan bank
penerbit kartu kredit. Merchant adalah pihak yang menyediakan barang dan jasa, contoh: hotel,
supermarket, toko sepatu, mini market, dan sebagainya.
Pada akhir bulan tertentu, card holder akan mendapat tagihan dari bank dan kemudian card holder
membayarnya. Bank memperhitungkan besar tagihan yang terdiri dari nilai pokok penggunaan
kartu kredit dan bunga. Pembayaran ini bisa dilakukan secara angsuran, secara total atau dengan
jumlah minimum tertentu yang ditentukan bank.

Mekanisme Transaksi Kartu Kredit Tanpa Acquirer

Bank Penerbit
2 1
6 7 8 5

3
Card Holder Merchant
4
Keterangan:
1. Perjanjian antara bank penerbit dengan pihak merchant mengenai penggunaan kartu
kredit yang diterbitkan oleh bank yang bersangkutan.
2. Kartu kredit disetujui dan card holder setuju dengan segala ketentuan kartu kredit yang
berlaku di bank yang bersangkutan.Card holder diberikan kartu kredit.

12
3. Card holder melakukan transaksi dengan merchant, misalnya membeli barang, jasa hotel,
dan sebagainya. Card holder membayar kepada merchant atas pembelian barang dan jasa
dengan menunjukkan kartu kredit dan menandatangani slip atau langsung dilayar.
4. Merchant menyerahkan barang atau memberikan jasa kepada card holder.
5. Merchant melakukan tagihan pada bank.
6. Bank mengirikan slip tagihan yang dibuat untuk card holder.
7. Card holder melakukan pembayaran, dapat menggunakan fasilitas ATM atau pendebetan
giro, tabungan secara langsung atau secara tunai.
8. Diskon diberikan kepada merchant.

Contoh Transaksi 1:
Tanggal 5 Maret 2019 Bank Setia Hati Surabaya melakukan otorisasi penerbitan kartu kredit untuk
Sdr. Karina dengan limit Rp 10.000.000 untuk Sdr. Karina dibebani iuran tahunan (annual fee)
untuk kartu kredit Rp 150.000, uang pangkal Rp 100.000. Beban ini didebetkan dari rekening giro
Karina dengan suku bunga kredit 3% per bulan.
a. Pencatatan untuk komitmen kredit ketika kartu kredit disetujui 5 Maret 2019 :
K: Rek. Adm. Rupiah – Kartu Kredit Rp 10.000.000

b. Pencatatan jurnal beban nasabah kartu kredit ketika menerbitkan kartu kredit :
D: Giro – Karina Rp 250.000
K: Annual Fee kartu kredit Rp 150.000
K: Uang pangkal kartu kredit Rp 100.000

Contoh Transaksi 2:
Pada tanggal 10 Maret 2019 Karina menggunakan kartu kreditnya sebesar Rp 5.000.000 di
Supermarket Surabaya. Dan pada hari yang sama, supermarket tersebut melakukan penagihan ke
Bank Setia Hati Surabaya dengan komisi 4% dari penggunaan kartu kredit.
Bank Setia Hati Surabaya melakukan pencatatan atas pemakaian Kartu Kredit :
D: Rek. Adm. Rupiah – Kartu Kredit Rp 5.000.000

D: Kredit yang Diberikan – Kartu Kredit Rp 5.000.000


K: Giro – Mercant(Supermarket Surabaya) Rp 4.800.000
K: Pendapatan Komisi Kartu Kredit Rp 200.000

13
Contoh Transaksi 3:
Hotel Istana Indah Pekalongan menagih ke Bank Setia Hati Pekalongan atas penggunaan kartu
kredit Bank Setia Hati dengan komisi 3%.
Bank Setia Hati Surabaya melakukan pencatatan atas penagihan Kartu Kredit :
D: Rek. Adm. Rupiah – Kartu Kredit Rp 1.500.000

D: Kredit yang Diberikan – Kartu Kredit Rp 1.500.000


K: Giro – Mercant (Hotel Istana Indah) Rp 1.455.000
K: Pendapatan Komisi Kartu Kredit Rp 45.000

Bank Setia Hati Pekalongan melakukan pencatatan :


D: RAK – Cabang Surabaya
K: Giro – Mercant (Hotel Istana Indah)

Dalam hal ini Bank Setia Hati Pekalongan tidak mendapatkan komisi kartu kredit, tetapi
akan diperhitungkan bunga RAK pada setiap akhir bulan. Beberapa bank memang
memperhitungkan komisi kartu kredit untuk cabang lain, tetapi akan didebet atau
dikreditkan pada setiap akhir bulan dengan pembagian masing – masing 50% dari komisi
yang diperhitungkan.

Contoh Transaksi 4:
Tanggal 31 Maret 2019, Karina membayar penggunaan kartu kredit Rp. 1.000.000 beserta
bunganya atas beban giro.
Bank Setia Hati Surabaya melakukan pencatatan jurnal transaksi:
K: Rek. Adm. Rupiah – Kartu Kredit Rp 1.000.000

D: Giro – Karina Rp 1.101.613


K: Kredit yang Diberikan – Kartu Kredit Rp 1.000.000
K: Pendapatan Bunga Kartu Kredit Rp 101.613
(Bunga CC= 3% x 5.000.000 x 21/31)

14
5. PENYERTAAN
Penyertaan merupakan salah satu kegiatan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu bank.
Penyertaan ini dilakukan kepada perusahaan lain khususnya pada lembaga keuangan. Contoh
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), commercial paper, kredit jangka pendek, atau pada aktiva jangka
panjang.Penyertaan bertujuan untuk memperoleh pendapatandan memelihara likuiditas bank.
Bentuk pecatatan penyertaan :
a. Cost Method (Tidak memiliki pengaruh signigfikan)
Contoh:
Apabila Bank ABC membeli 10.000 lembar saham PT Bank PQR @ Rp. 15.000 yang
dibayarkan dengan cek giro bank lain, dan penyertaan tersebut mencerminkanpenyertaan
Bank ABC dengan harga pangsa 16%. Pengeluaran tunai atas biaya untuk pembelian saham
tersebut sebesar Rp. 200.000, maka dengan menggunakan cost method transaksi ini dicatat:
D : Penyertaan PT Bank PQR Rp 15.200.000
K: Bank-bank lain – Giro Rp 15.000.000
K: Kas Rp 200.000
Apabila kemudian PT Bank PQR membagi deviden secara tunai sebesar Rp. 1.500 untuk
setiap lembar saham, maka akun yang muncul yang akan dicatat oleh Bank ABC adalah:
D: Kas Rp 1.500.000
K: Pendapatan lainnya Rp 1.500.000

b. Equity Method (Memiliki pengaruh signifikan)


Contoh:
Jika Bank ABC membeli saham PT Bank XYZ sebanyak 2000 lembar yang mencerminkan
pangsa sebesar 35% yang dibayar @ Rp. 18.000 tunai ditambah dengan biaya Rp. 350.000,
maka jika dicatat akun yang muncul adalah:
D: Penyertaan PT Bank XYZ Rp 36.530.000
K: Kas Rp 36.530.000

Apabila di akhir tahun PT Bank XYZ mengumumkan laba sebesar Rp. 210.000.000, maka
dicatat oleh Bank ABC:
D: Penyertaan PT Bank XYZ Rp 73.500.000
K: Pendapatan lainnya Rp73.500.000
(Laba: 35% x Rp. 210.000.000 = Rp. 73.500.000)

15
Jika sebulan kemudian mendapat deviden Rp. 3.000/lembar, oleh Bank ABC akan dicatat:
D: Kas Rp 12.000.000
K: Penyertaan – Bank XYZ Rp 12.000.000

Apabila setahun kemudian Bank XYZ menderita kerugian sebesar Rp. 120.000.000, maka
Bank ABC akan mencatatnya :
D: Beban kerugian lainnya Rp 42.000.000
K: Penyertaan – PT Bank XYZ Rp 42.000.000
(Pangsa kerugian = 35% x Rp. 120.000.000 = Rp. 42.000.000)

6. AKTIVA TETAP
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun
lebih dahulu, yang digunakan dalam operasional bank, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
rangka kegiatan normal bank dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Contoh aktiva
tetap adalah gedung, tanah, kantor, kendaraan.
Ciri –ciri aktiva tetap berwujud :
a. Berwujud fisik artinya aktiva-aktiva tersebut dapat dilihat dan dapat dipegang atau diraba,
karena fisiknya ada.
b. Dibeli untuk dipakai bukan untuk dijual kembali. Artinya aktiva tetap yang dibeli oleh
perusahaan dimaksudkan untuk kegiatan operasi perusahaan dan bukan untuk diperjual
belikan.
c. Mempunyai masa manfaat atau umur ekonomis lebih dari satu tahun. Artinya aktiva-aktiva
itu dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang.

Yang termasuk dalam aktiva tetap antara lain:


a. Tanah (Land)
b. Bangunan (Building)
c. Mesin-mesin (Machinery)
d. Peralatan (Equipment)

Aktiva tetap selalu dicatat sebesar nilai perolehnya (cost) yaitu semua biaya-biaya yang
dikeluarkan sampai aktiva itu sipa pakai dan dapat dipergunakan.

16
Jurnal nilai perolehan tanah:
Land xxx
Cash xxx

Misalnya: dibeli sebidang tanah secara tunai dengan harga Rp. 50.000.000, biaya balik nama
Rp1.000.000, maka jurnalnya :
Land Rp. 51.000.000
Cash Rp 51.000.000

6.1 Masalah-Masalah Akuntansi Untuk Aktiva Tetap


Secara garis besar masalah-masalah akuntansi aktiva tetap dapat digolongkan menjadi 4,
yaitu:
1. Penentuan harga perolehan aktiva tetap
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan cara sbb:
a. Dibeli secara tunai
Bila suatu aktiva tetap dibeli secara tunai, maka nilai aktiva tersebut dicatat sebesar
uang yang dibayarkan.
b. Dibeli secara kredit
Bila suatu aktiva tetap dibeli secara kredit, maka nilai aktiva tersebut dicatat
sebesar harga tunainya. Sedangkan bunga yang dibayar dari sisa cicilan tidak
menambah nilai aktiva yang dibeli melainkan dicatat dalam Interest Expense.
2. Biaya selama aktiva tetap dipakai
3. Depresiasi (penyusutan) aktiva tetap
Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya depresiasi aktiva tetap:
a. Nilai perolehan aktiva tetap (Cost)
b. Nilai residu (Salvage Value)
c. Umur ekonomis (Useful Life)
d. Metode penyusutan (Depreciation)
4. Pelepasan aktiva tetap

6.2 Pertukaran aktiva tetap (Exchange of Fixed Assets)


Bila suatu aktiva tetap ditukar dengan aktiva tetap lain maka ada kemungkinan ada pertukaran
tersebut:

17
a. Ditukar dengan akiva sejenis, didalam pertukaran aktiva yang sejenis (fungsinya sama),
misalnya mobil Toyota ditukar dengan mobil Mitsubisi, maka perlakuan akuntansi
terhadap laba dan ruginya berbeda. Jika rugi maka harus dicatat, sedangkan jika laba
maka harus ditangguhkan pecatatannya, laba tersebut mengurangi laba pasar aktiva
yang baru.
b. Ditukar dengan aktiva tidak sejenis (berbeda fungsinya). Misalnya mobil dengan
komputer, jika pertukaran aktiva tetap tersebut dilakukan maka perlakuan terhadap rugi
atau laba berbeda dengan pertukaran yang sejenis. Perlakuan baik rugi ataupun laba
didalam pertukaran ini ke dua-duanya diakui dan harus dicatat.

Pada prinsipnya pertukaran aktiva tetap terdapat dua jurnal seperti dalam penjualan aktiva
tetap, yaitu:
1. Jurnal depresiasi dari tanggal 1 januari ke tanggal pertukaran.
2. Jurnal pertukaran aktiva tetap tersebut dengan terlebih dahulu menghitung besarnya
akumulasi depresiasi.

7. AKTIVA LAINNYA
Aktiva lain –lain dapat disebut juga dengan harta lainnya atau other assets. Aktiva lain –lain
memiliki beberapa pengertian, yaitu:
Harta lain adalah perkiraan atau akun yang tidak dapat dikategorikan pada harta ( asset) diatas baik
dalam bentuk asset tetap, asset investasi, asset tak berwujud dan asset lancar. Contoh mesin rusak,
uang jaminan, harta yang masih dalam proses kepengurusan yang sah, dll
Aktiva lain –lain adalah aktiva yang digunakan untuk mencatat dan melaporkan aktiva perusahaan
yang memiliki umur lebih dari 1 tahun, tetapi tidak sepenuhnya memenuhi syarat seperti aktiva
tetap berwujud.
Aktiva lain – lain adalah aktiva yang memiliki umur relative tetap tetapi tidak digunakan untuk
operasional perusahaan sehari – hari. Contohnya bangunan dalam proses, uang jaminan dari
pelanggan.

7.1 Aktiva yang tidak dapat dipakai


Aktiva tetap yang tidak digunakan adalah aktiva tetap yang tidak dapat dihentikan dari
penggunaan aktif (operasional) dan ditahan untuk dilepaskan.

18
Aktiva tetap tidak berwujud
Istilah aktiva tetap tidak berwujud digunakan untuk mewujudkan aktiva – aktiva yamg
umurnya lebih dari satu tahun dan tidak mempunyai bentuk fisik. Pada umumnya aktiva
tetap tidak berwujud merupakan hak – hak yang dimiliki dan dapat digunakan lebih dari
satu tahun.
Aktiva seperti ini mempunyai nilai karena diharapkan dapat memberikan sumbangan pada
laba. Yang termasuk dalam pengertian aktiva tetap tidak berwujud adalah patent, hak cipta,
merk dagang, leasehold, goodwill dan lain – lain.

Penilaian aktiva tetap tidak berwujud


Aktiva tetap tidak berwujud yang memiliki catatan dalam rekening sebesar harga
perolehannya. Harga perolehan isi tergantung pada cara perolehan aktiva tetap tidak
berwujud. Jika diperoleh dari pembelian maka harga perolehannya sebesar jumlah uang
yang dikeluarkan dalam pembeliannya. Jika aktiva tetap tidak berwujud diperoleh dari
penukaran dengan aktiva maka harga perolehannya sebesar harga pasar aktiva yang dipakai
sebagai penukar.
Apabila aktiva tidak berwujud diperoleh tanpa ada pengeluaran maka tidak diperbolehkan
untuk menyantumkan aktiva tidak berwujud dalam neraca.

19

Anda mungkin juga menyukai