Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM - D1

KUIS PERTEMUAN 9

Dosen Pengampu:
Meri Indri Hapsari, SE., M.Si., Ph.D

Disusun oleh:
Nurika Okta Viani
144221197

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2024
QUIZ PERTEMUAN 9

1. . Bagaimana pemikiran Al-Syatibi terkait Maqashid Syariah? Berikan contoh


tingkatan Maqashid Syariah dalam aktivitas ekonomi pada masa kontemporer
ini. Jawab : Pemikiran Al-Syatibi tentang Maqashid Syariah sebagai pelopor dalam
pengembangan ilmu Maqashid Syariah. Ia mendedikasikan karyanya yang
monumental, al-Muwafaqat, untuk menguraikan konsep Maqashid Syariah secara
komprehensif. Menurutnya, syariat Islam diturunkan dengan tujuan untuk
mewujudkan kemaslahatan bagi manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Maqashid
Syariah ini menjadi landasan bagi penafsiran hukum Islam dan pedoman dalam
merumuskan kebijakan publik. Al-Syatibi mengklasifikasikan Maqashid Syariah ke
dalam lima kategori utama, yang dikenal sebagai "kulliyat khamsah":
1. Hifz ad-Din (Pemeliharaan Agama): Menjaga keyakinan dan praktik
keagamaan. Contoh: Kewajiban sholat, zakat, haji, dan puasa.
2. Hifz an-Nafs (Pemeliharaan Jiwa): Melindungi nyawa manusia dari bahaya.
Contoh: Hukum qisas dan diyat dalam kasus pembunuhan.
3. Hifz al-Mal (Pemeliharaan Harta): Melindungi harta benda dari pencurian dan
perampasan. Contoh: Hukum larangan mencuri dan riba.
4. Hifz al-Aql (Pemeliharaan Akal): Menjaga kesehatan mental dan kemampuan
berpikir manusia. Contoh: Larangan atas zat memabukkan dan perjudian.
5. Hifz an-Nasl (Pemeliharaan Keturunan): Menjaga kelangsungan hidup dan
kehormatan keturunan. Contoh: Hukum pernikahan dan perceraian.
Tingkatan Maqashid Syariah dalam Aktivitas Ekonomi Kontemporer bahwa dalam
konteks ekonomi kontemporer, Maqashid Syariah dapat diterapkan untuk
mengevaluasi sistem ekonomi, merumuskan kebijakan ekonomi yang adil dan
berkelanjutan, serta menyelesaikan berbagai permasalahan ekonomi yang kompleks.
Berikut beberapa contoh tingkatan Maqashid Syariah dalam aktivitas ekonomi:
Dharuriyyat (Kebutuhan Primer):
1. Memenuhi kebutuhan pokok manusia seperti pangan, sandang, dan
papan.
2. Menciptakan lapangan kerja dan memberantas kemiskinan.
3. Memastikan akses yang merata terhadap sumber daya alam dan
layanan publik.
Hajiyyat (Kebutuhan Sekunder):
1. Meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat.
2. Mengembangkan infrastruktur dan teknologi untuk mendukung
kegiatan ekonomi.
3. Memperkuat sistem keuangan dan perdagangan yang stabil dan adil.
Tahsiniyyat (Kebutuhan Tersier):

1. Meningkatkan daya saing dan produktivitas ekonomi.


2. Mengembangkan inovasi dan kreativitas dalam bidang ekonomi.
3. Mewujudkan ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
2. Bagaimana hubungan teori inflasi dan penerapan fiat money menurut
Al-Maqrizi? Berikan pendapat anda. Jawab : Menurut Al-Maqrizi, sistem fiat
money berpotensi memicu inflasi yang tinggi dan merusak stabilitas ekonomi. Hal ini
disebabkan karena nilai mata uang fiat tidak terikat pada nilai intrinsik komoditas
berharga seperti emas atau perak, melainkan ditentukan oleh kebijakan pemerintah.
Ia mengemukakan beberapa argumen untuk mendukung kritiknya:
● Penurunan Nilai Intrinsik: Uang fiat tidak memiliki nilai intrinsik seperti emas
atau perak, sehingga nilainya mudah terdepresiasi jika terjadi pencetakan uang
yang berlebihan.
● Manipulasi Pemerintah: Penguasa dapat memanipulasi nilai mata uang fiat
untuk keuntungan mereka sendiri, yang dapat merugikan rakyat.
● Ketidakstabilan Ekonomi: Inflasi yang tinggi akibat sistem fiat money dapat
menyebabkan ketidakstabilan ekonomi, mengganggu perdagangan, dan
menurunkan daya beli masyarakat.
Al-Maqrizi menganjurkan penggunaan mata uang berbasis komoditas seperti emas
atau perak sebagai solusi untuk mengatasi masalah inflasi dan stabilitas ekonomi. Ia
berpendapat bahwa sistem ini lebih stabil dan terhindar dari manipulasi pemerintah.
Serta menurut Pendapat Saya: Pandangan Al-Maqrizi tentang hubungan antara teori
inflasi dan penerapan fiat money masih relevan hingga saat ini. Sistem fiat money
yang digunakan di banyak negara memang memiliki potensi untuk memicu inflasi,
terutama jika tidak dikelola dengan hati-hati oleh bank sentral. Meskipun demikian,
penting untuk dicatat bahwa sistem mata uang fiat juga memiliki beberapa
keuntungan, seperti kemudahan penggunaan dan fleksibilitas dalam menyesuaikan
kebijakan moneter. Dalam konteks modern, bank sentral menerapkan berbagai
instrumen kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas harga dan mengendalikan
inflasi. Kebijakan ini termasuk operasi pasar terbuka, penetapan suku bunga, dan
regulasi perbankan.

3. Bagaimana pemikiran Ibnu Hazm terkait sistem penguasaan tanah?


Jawab :
● Sumber Kepemilikan Tanah: Ibnu Hazm mengakui berbagai sumber
kepemilikan tanah yang sah, termasuk warisan, pembelian, pembukaan lahan
kosong (ihya'), dan pemberian dari penguasa.
● Hak Atas Tanah: Ia menekankan pentingnya hak individu atas tanah yang
mereka miliki. Hak ini dilindungi oleh syariat Islam dan tidak boleh dilanggar
oleh pihak lain.
● Pengelolaan Tanah: Ibnu Hazm menganjurkan pengelolaan tanah yang
bertanggung jawab dan berkelanjutan. Ia mendorong para pemilik tanah untuk
memaksimalkan potensi tanah mereka dengan cara yang tidak merusak
lingkungan.
● Kewajiban Sosial: Ia juga menekankan kewajiban sosial para pemilik tanah,
seperti membayar zakat dan membantu mereka yang membutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai