Anda di halaman 1dari 63

PERANCANGAN

KANTOR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN MUNA BARAT

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md)
Pada Program Studi Diploma Tiga Teknik Arsitektur
Program Pendidikan Vokasi
Universitas Halu Oleo

Oleh:

SEPTARIANDI
P3B1 16 056

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNIK ARSITEKTUR


PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL : PERANCANGAN KANTOR DEWAN


PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN MUNA BARAT
DISUSUN OLEH : SEPTARIANDI
STAMBUK : P3B1 16 056
PROGRAM STUDI : D3 TEKNIK ARSITEKTUR
TAHUN AKADEMIK : 2019/2020

DISETUJUI OLEH :

PEMBIMBING

ASRI ANDREAS HB., ST., MT.


NIP. 19730210 200212 1 001

MENGETAHUI :

Direktur, Koordinator,
Program Pendidikan Vokasi Program Studi D3 Teknik Arsitektur
Universitas Halu Oleo Program Pendidikan Vokasi

ARMAN FASLIH, ST.,MT


NIP : 19700120 199903 1 002
AINUSSALBI AL IKHSAN, ST.,M.Sc
NIP : 19880716 201504 1 004
PERANCANGAN KANTOR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN MUNA BARAT

Septariandi
Program Studi D3 Teknik Arsitektur, Fakultas Program Pendidikan Vokasi

Abstrak

Kantor Dewan Perwakilan Rakyat ( DPRD ) merupakan sarana gedung


pemerintahan yang sangat dibutuhkan dalam susunan demokrasi pemerintahan
kabupaten Muna Barat, untuk itu di butuhkan sebuah rancangan serta mewadahi
semua aspirasi masyarakat dan meningkatkan mutu kerja para anggota, dan dewan
tanpa harus mengesampingkan kebutuhan masyarakat dalam tatanan demokrasi
berbangsa dan bernegara, serta di lingkungan pemerintahan kabupaten Muna
Barat maupun masyarakat.Dalam konsep perancangan mengutamakan fungsi dari
bangunan, dan oleh kerena itu perlu tema yang tepat maupun khusus untuk
penerapan dalam konsep perancangan, untuk itu penerapan tema metafora dalam
bentuk arsitektur dianggap paling tepat dalam menyampaikan kebudayaan serta
filosofi yang kuat akan fungsi bangunan tersebut tentunya sesudah melakukan
kajian serta penelitian, penerapan metafora dalam bentuk desain arsitektur di
tujukan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya fungsi
Dewan Perwakilan Rakyat dalam tatanan berdemokrasi. Bentuk kapal yang dipilih
sebagai metafora dalam konsep perancangan bentuk merupakan perwujudan dari
kebudayaan masyarakat Muna Barat.

Kata kunci : Perencanaan dan Perancangan,Demokrasi,Kabupaten Muna


Barat,Metafora Bentuk,Kebudayaan.
THE HOUSE OF REPRESENTATIVES MUNA BARAT DISTRICT
Septariandi
Program Studi D3 Teknik Arsitektur, Fakultas Program Pendidikan Vokasi
Abstract

The building for the House of Representatives (DPRD) is a means of


government buildings that are needed in the composition of the democratic
government of Muna Barat district, for it is in need of a design and accommodate
all the aspirations of the people and improve the quality of the work of the
members, and the board without having to override the needs of society in order
democratic nation and state, as well as in the field Muna Barat district
administration and the community. In the design concept prioritizes function of
the building, and by because they were necessary theme is appropriate and
specific to the application of the concept of the design, to the implementation of
the theme of the metaphor in the form of architecture was considered most
appropriate to convey the culture and philosophy of strong function of the
building certainly after reviewing as well as research, application of metaphor in
the form of architectural design aimed to increase public awareness of the
importance of the functions of the parliament in a democratic order. Preferred
forms of the ship as a metaphor in design concept form is a manifestation of the
culture community meadow Muna Barat.

Keywords: Planning and Design,Democracy,Muna Barat District,Metaphors


Shape,Culture.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, shalawat dan
salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah S.A.W, beserta keluarga, para
sahabat, serta orang-orang yang mencintai beliau. Karena atas rahmat dan
hidayah-Nyalah penulisan tugas akhir ini dapat di selesaikan.
Tugas akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar ahli Madya pada Jurusan Teknik Arsitektur D3 Program
Pendidikan Vokasi, Universitas Halu Oleo Kendari, dengan judul”Perancangan
Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Muna Barat”.Banyak
kendala dan masalah yang di hadapi penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini,
namun berkat berbagai pihak tugas akhir ini dapat selesai dengan segala
kekurangan penulis.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah memberikan kontribusi baik moril maupun materil kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Muh. Zamrun Firihu, S.Si.,M.Si.,M.sC Selaku Rektor
Universitas Haluoleo.
2. Bapak Arman Faslih, S.T, ,M.T. selaku Direktur Program Pendidikan Vokasi
Universitas Halu Oleo.
3. Bapak Ainussalbi Al Ikhsan, S.T., M.Sc selaku Kepala Koordinator Program
Pendidikan Vokasi D3 Teknik Arsitektur Universitas Halu Oleo.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Vokasi Khususnya dosen Jurusan
Arsitektur yang telah membimbing, memotivasi dan membagi ilmunya
selama studi di Pendidikan Vokasi.
5. Kedua Orang Tua saya yang telah memberikan kasih sayang dan dorongan
serta doa yang terucap dari hati.
6. Buat teman-teman angkatanku di D3 Teknik Arsitektur 2016 yang selalu
memberikan semangat, motivasi dan saran-saran yang positif..
Semoga Hasil tugas akhir ini dapat berguna dan membawa pengetahuan, serta
dapat memberikan informasi yang memadai pada kalangan ilmu pengetahuan
bidang Teknik Arsitektur, serta para pembaca lainnya.
Mohon maaf yang sebesar-besarnya, apabila ada kekurangan dalam
penyusunan Proposal tugas akhir ini.Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kendari , Juli 2019


Penulis

SEPTARIANDI
P3 B1 16 056
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................
ABSTRAK.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. viii
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B..Rumusan Masalah................................................................................... 3
C..Tujuan Dan Sasaran Pembahasan........................................................... 3
1. Tujuan Pembahasan............................................................................. 3
2. Sasaran Pembahasan........................................................................... 4
D. Lingkup dan Batasan Pembahasan.......................................................... 4
1. Lingkup Pembahasan.......................................................................... 4
2. Batasan Pembahasan................................................................................ 4
E. Metode Dan Sistematika Pembahasan.................................................... 5
1. Metode Pembahasan........................................................................... 5
2. Sistematika Pembahasan..................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Umum...................................................................................... 7
1. Pengertian Judul................................................................................. 7
2. Struktur Organisasi Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kabupaten Muna Barat....................................................... 7
B. Tinjauan Terhadap Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah............. 10
1. Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.......................................... 10
2. Tugas,Wewenang, dan Hak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah......... 15
C. Tinjauan Tentang Proses Pembentukan Peraturan Daerah.................... 17
1. Pengertian Peraturan Daerah............................................................... 17
2. Pembentukan Peraturan Daerah........................................................... 18
3. Tahapan Pembentukan Peraturan Daerah............................................ 20
D. Tinjauan tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan
Peraturan Daerah.................................................................................. 23
E. Elemen Dan Prinsip Dalam Perancangan Arsitektur............................... 30
1. Elemen perancangan arsitektur........................................................... 30
2. Prinsip-Prinsip Perancangan Arsitektur.............................................. 31
F. Studi Banding........................................................................................... 32
1. Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Batanghari.... 33
2. Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tanjung
Jabung Barat....................................................................................... 39
G. Tinjauan Terhadap RKS, RAB, dan DED............................................... 44
1. Tinjauan Terhadap RKS..................................................................... 44
2. Tinjauan Terhadap RAB.................................................................... 44
3. Tinjauan Terhadap DED.................................................................... 49

BAB III TINJAUAN LOKASI


A. Tinjauan Kabupaten Muna Barat............................................................ 51
1. Kondisi Fisik Kabupaten Muna Barat................................................. 51
2. Lokasi Perancangan............................................................................. 54
B. Fasilitas Kawasan Bangunan Gedung.......................................................... 55
1. Kawasan Wilayah Kabupaten Muna Barat......................................... 55
2. Pengertian Gedung ............................................................................. 57
C.Tinjauan Eksisting Terhadap Kantor DPRD Kabupaten Muna Barat .... 60
1. Lokasi / Tapak .................................................................................... 60
2.Fisik Bangunan..................................................................................... 61
BAB IV ACUAN PERANCANGAN KANTOR DPRD
A. Acuan Perancangan Makro..................................................................... 62
1. Penentuan Lokasi................................................................................ 62
2. Penentuan Entrance............................................................................. 63
3. Sistem Sirkulasi Pada Site................................................................... 64
4. Analisa Tapak...................................................................................... 65
5. Bentuk dan Penampilan Bangunan..................................................... 69
B. Acuan Perancangan Mikro...................................................................... 71
1. Kebutuhan Ruang................................................................................ 71
2. Pengelompokan Ruang........................................................................ 71
3. Perhitungan Besaran Ruang................................................................ 72
4. Hubungan Ruang................................................................................. 92
5. Persyaratan Ruang............................................................................... 94
6. Rencana Interior.................................................................................. 98
7. Penampilan Bangunan......................................................................... 98
8. Sistem Utilitas dan Perlengkapan Bangunan...................................... 99
9. Sistem Struktur dan Material............................................................... 105

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 119
B. Saran........................................................................................................ 120

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kantor Darurat DPRD Kabupaten Muna Barat........................... 2


Gambar 1.2. Struktur Organisasi DPRD Kabupaten Muna Barat.................... 8
Gambar 1.3. Struktur Organisasi Sekretariat DPRD Kabupaten Muna Barat. 9
Gambar 1.4. Kantor DPRD Kabupaten Batanghari.......................................... 33
Gambar 1.5. Struktur Organisasi DPRD Kabupaten Batanghari...................... 34
Gambar 1.6. Struktur Organisasi dan Alat Kelengkapan DPRD
Kabupaten Batanghari................................................................. 38
Gambar 1.7. Kantor DPRD Kabupaten Tanjung Jabung Barat........................ 39
Gambar 1.8. Struktur Organisasi DPRD Kabupaten Tanjung Jabung Barat.... 40
Gambar 1.9. Struktur Organisasi Sekretariat DPRD Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.................................................................. 43
Gambar 1.10. Peta Kabupaten Muna Barat...................................................... 51
Gambar 2.1. Lokasi Tapak Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Muna Barat................................................................ 54
Gambar 2.2. Tampak Dari Depan Jalan Masuk Kantor DPRD........................ 61
Gambar 2.3. Tampilan Perspektif Kantor DPRD............................................. 61
Gambar 2.4. Lokasi Site Perancangan.............................................................. 62
Gambar 2.5. Site Entrance................................................................................ 64
Gambar 2.6. Analisa Kebisingan...................................................................... 65
Gambar 2.7. Analisa View................................................................................ 66
Gambar 2.8. Arah Matahari.............................................................................. 67
Gambar 2.9. Analisa Sirkulasi Dalam Tapak................................................... 68
Gambar 2.10. Analisa Penzoningan.................................................................. 69
Gambar 3.1. Skema Pola Hubungan Ruang Makro.......................................... 92
Gambar 3.2. Skema Pola Hubungan Ruang Sidang......................................... 92
Gambar 3.3. Skema Pola Hubungan Ruang Administrasi................................ 93
Gambar 3.4. Skema Pola Hubungan Ruang Penunjang................................... 93
Gambar 3.5. Skema Pola Hubungan Ruang Servis.......................................... 94
Gambar 3.6. Sistem Pencahayaan Alami.......................................................... 95
Gambar 3.7. Sistem Pencahayaan Buatan........................................................ 96
Gambar 3.8. Sistem Penghawaan alami........................................................... 96
Gambar 3.9. Sistem Penghawaan Buatan AC Central...................................... 97
Gambar 3.10. Sistem Penghawaan Buatan AC Split........................................ 97
Gambar 4.1. Skema Utilitas.............................................................................. 100
Gambar 4.2. Skema Sistem Pembuangan Air Kotor........................................ 100
Gambar 4.3. Skema Sistem Pembuangan Sampah........................................... 101
Gambar 4.4. Skema Aliran Listrik PLN dan Genset........................................ 102
Gambar 4.5. Skema Sistem Komunikasi Telpon.............................................. 103
Gambar 4.6. Skema Sistem Pemadam Kebakaran............................................ 104
Gambar 4.7. Konstruksi Atap........................................................................... 106
Gambar 4.8. Kuda-kuda.................................................................................... 107
Gambar 4.9. Pengukuran.................................................................................. 110
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang menjunjung tinggi asas
Demokrasi yaitu musyawarah mufakat. Dimana dalam asas ini berlaku system
keterbukaan dalam memecahkan masalah-masalah yang kompleks di
Indonesia baik dari sektor ekonomi, politik, sosial, budaya, maupun
pertahanan keamanan. Dalam aktivitasnya kegiatan tersebut dirangkum dalam
suatu lembaga legislatif yang bernama DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
Anggota DPR merupakan wakil-wakil rakyat dari berbagai propinsi/daerah
yang ada di Indonesia, dengan tujuan menyuarakan permasalahan-
permasalahan yang terdapat pada daerahnya masing-masing ke lembaga
legislatif. Apabila di pusat lembaga tingginya disebut DPR, maka di Daerah
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.DPRD bertujuan menyampaikan
aspirasi maupun permasalahan yang terdapat di daerah masing-masing.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan
rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah di provinsi / kabupaten / kota) di Indonesia.DPRD disebutkan
dalam UUD 1945 pasal 18 ayat 3: "Pemerintahan daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum". DPRD kemudian
diatur lebih lanjut dengan undang-undang, terakhir melalui Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2014. (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Sejalan dengan perkembangan situasi dan politik nasional yang telah
berubah secara drastis, yaitu dengan berkembangnya demokrasi. Diiringi
munculnya parpolparpol dengan jumlah puluhan parpol (terlampir 1), maka
penataan perwakilan suara rakyat berupa kelembagaan DPRD juga mengalami
perubahan, baik kwalitas maupun kwantitas.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Muna Barat
merupakan suatu badan yang anggotanya dipilih oleh rakyat untuk mewakili
dan menyalurkan aspirasi mereka pada pemerintah Kabupaten Muna Barat
dimana mereka berada. Rakyat memilih para penyalur aspirasi mereka kepada
orang-orang yang mereka percaya dan mereka anggap dapat menyampaikan
keinginan mereka kepada pemerintah kabupaten Muna Barat.
Pentingnya di adakan perancangan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Muna Barat ini agar mampu menampung aspirasi
masyarakat.Mengingat Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Muna Barat yang sekarang ini masih sangat minim atau tidak maksimal dalam
melakukan kegiatan ataupun menyangkut penyampaian aspirasi masyarakat
Kabupaten Muna Barat.Fisik bangunan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Muna Barat sekarang ini masih menggunakan gedung
darurat sehingga menyebabkan efisiensi dan aktifitas yang ada tidak terpenuhi.
Pada saat ini Gedung DPRD Kabupaten Muna Barat masih menggunakan
bangunan darurat dalam menjalankan kegiatan dan aktifitas seperti terlihat
pada gambar 1.1. di bawah ini.

Gambar 1.1. Kantor Darurat DPRD Kabupaten Muna Barat


Sumber : Survey Pribadi ,2019

Dengan kondisi bangunan yang seperti ini, gedung DPRD Kabupaten Muna
Barat di anggap kurang memadai sebagai sebuah gedung wakil rakyat yang di
harapkan dapat mendukung perkembangan dan pembangunan Kabupaten
Muna Barat di karenakan sarana dan prasarana yang kurang mendukung
jalannya kegiatan dan aktifitas yang di lakukan oleh anggota dewan yang
seharusnya memiliki ruang-ruang pribadi untuk menjalankan aktifitasnya,
ruang tiap komisi, ruang tiap badan-badan di dalam DPRD,dan juga ruang
sidang paripurna.
Melihat struktur organisasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Muna Barat yang sekarang ini masih minim (jabtan-jabatan yang belum
ada),yakni jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Muna Barat yang skarang ini masih 21 orang,maka dalam perancangan ini
akan di rencanakan kebtuhan-kebutuhan ruang yang akan di sesuaikan dengan
study banding kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang di peroleh di
Sulawesi Tenggara untuk persiapan 20 tahun kedepan.
Kabupaten Muna Barat merupakan salah satu Kabupaten berkembang, yang
terus menerus berusaha untuk meningkatkan hasil yang maksimal dalam
bidang pengembangan.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan Perancangan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah ( DPRD ) adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana Perancangan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
( DPRD ) untuk mewadahi kegiatan pelayanan aspirasi masyarakat di
Kabupaten Muna Barat ?
b. Bagaimana metode pelaksanaan pembangunan Kantor Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah ( DPRD )?
c. Berapa besar biaya yang di butuhkan untuk pembangunan Kantor Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD )?
C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan

1. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
a. Merancang Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD ) untuk
mewadahi kegiatan pelayanan aspirasi masyarakat di Kabupaten Muna
Barat.
b. Mendeskripsikan metode pelaksanaan pembangunan Kantor Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD ) di Kabupaten Muna Barat.
c. Menghitung biaya yang di butuhkan dalam pembangunan Kantor Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD ) di Kabupaten Muna Barat.
2. Sasaran Pembahasan
Sasaran pembahasan untuk mendapatkan besaran ruang dan
perwujudan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD ) yang
sesuai dengan tata ruang kota serta fisik bangunan yang memenuhi syarat
sesuai dengan fungsi bangunan sebagai Kantor yang memenuhi aktifitas
yang sedang berlangsung.
C. Lingkup dan Batasan Pembahasan
1. Lingkup Pembahasan
Pembahasan dititik beratkan pada masalah-masalah dalam lingkup
disiplin ilmu arsitektur, antara lain :
a. Aspek fungsional yang menekankan pada kebutuhan ruang dan fasilitas
yang berhubungan dengan aktivitas kegiatan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Muna Barat dengan pembinaan yang terarah dan
berkesinambungan.
b. Fungsi bangunan DPRD sebagai fasilitas pemerintahan dalam
menyampaikan aspirasi masyarakat dan permasalahan-permasalahan di
daerah.
c. Lokasi Kantor DPRD Kabupaten Muna Barat dengan perencanaan
bangunan yang di sesuaikan dengan arahan kebijakan perencanaan
pemerintah Kabupaten Muna Barat.
Perancangan ini hanya terbatas pada desain fisik dan desain
arsitektural yang di kaitkan dengan aktifitas yang ada di dalamnya.
2. Batasan Pembahasan
Untuk merencanakan besaran ruang sebuah bangunan kantor yang
sesuai dengan prinsip desain sebuah kantor sehingga mendapatkan hasil
perancangan yang sesuai dengan standar dan kenyamanan bagi
penghuninya.
D. Metode dan Sistematika Pembahasan
1. Metode pembahasan
Pembahasan di lakukan dengan metode sebagai berikut:
a. Metode Literatur
Merupakan penelitian kepustakaan yang dimaksudkan untuk
mengetahui hal-hal mengenai kantor
b. Metode Observasi
Merupakan tahap untuk memperoleh suatu data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis.
c. Metode Interview
Merupakan tahap untuk memperoleh suatu data dengan melakukan
Tanya jawab kepada mereka yang berkompeten.
2. Sistematika pembahasan
Sistematika penulisan yang dimaksud untuk mempermudah pengertian
kearah pemahaman penulisan proposal sesuai dengan tujuan dan ruang
lingkup, maka uraian ini d isusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Memuat tentang latar belakang, rumusan dan batasan masalah,tujuan
dan sasaran pembahasan, pengertian dan batasan judul serta sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Mengemukakan tinjauan umum dan khusus suatu perencanaan
arsitektural dalam suatu pembangunan.
BAB III TINJAUAN LOKASI
Menggambarkan konsep dasar untuk selanjutnya dipakai sebagai titik-
titik tolak Penempatan area perencanaan desain fisik serta fasilitas
penunjang.
BAB IV ACUAN PERANCANGAN
Menggambarkan mengenai konsep dasar perancangan, untuk
selanjutnya di pakai sebagai titik tolak ke desain fisik.

BAB V PENUTUP
Merupakan BAB penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran
yang di laksanakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum
1. Pengertian Judul

Judul “Perancangan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


(DPRD) Kabupaten Muna Barat” dapat diartikan menurut bahasa
sebagai berikut:
a) Perancangan adalah penggambaran, perencanaan dan pembuatan
sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah dalam
satu kesatuan yang utuh dan berfungsi.
b) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan suatu badan
yang anggotanya dipilih oleh rakyat untuk mewakili dan
menyalurkan aspirasi mereka pada pemerintah dimana mereka
berada.
c) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Muna Barat
merupakan suatu badan yang anggotanya dipilih oleh rakyat untuk
mewakili dan menyalurkan aspirasi mereka pada pemerintah
Kabupaten Muna Barat dimana mereka berada. Rakyat memilih para
penyalur aspirasi mereka kepada orang-orang yang mereka percaya
dan mereka anggap dapat menyampaikan keinginan mereka kepada
pemerintah kabupaten Muna Barat.
2. Struktur Organisasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Kabupaten Muna Barat
Adapun struktur organisasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kabupaten Muna Barat sebagai berikut:
KETUA DPRD

WAKIL KETUA
DPRD

KOMISI I KOMISI II KOMISI III

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

Gambar 1.2. Struktur Organisasi DPRD Kabupaten Muna Barat


Sumber : DPRD Kabupaten Muna Barat ,2019

Pegawai/staf adalah orang yang menangani masalah administrasi dan kegiatan


tertentu sesuai dengan tanggung jawab dan fungsi.Adapun jumlah pegawai
anggota/pegawai/staf pada kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Muna Barat sebagai berikut:
a. Anggota Dewan berjumlah 21 orang yang terdiri dari :
1. Pimpinan Dewan : 1 orang
2. Wakil Ketua Dewan : 1 orang
3. Ketua Komisi I : 1 orang
4. Anggota Komisi I : 6 orang
5. Ketua Komisi II : 1 orang
6. Anggota Komisi II : 4 orang
7. Ketua Komisi III : 1 orang
8. Anggota Komisi III : 6 orang
SEKRETARIS DPRD

KABAG
PERSIDANGAN
KABAG LEGISLASI
HUKUM DAN PENGKAJIAN

KABAG
UMUM,PERENCANAANTDAN
KEUANGAN
KASUBAG PENGKAJIAN
DATA DAN INFORMASI

KASUBAG HUMAS PROTOKOLER


B
DAN ASPIRASI

KASUBAG RAPAT,ALAT
KELENGKAPAN DEWAN DAN
RISALAH
KASUBAG
PERENCANAAN,
VERIFIKASI DAN
KASUBAG HUKUM DAN
LEGISLASI
KASUBAG TU
DAN
KEPEGAWAIAN
BENDAHAR
A
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF

Gambar 1.3. Struktur Organisasi Sekretariat DPRD Kabupaten Muna Barat


Sumber : DPRD Kabupaten Muna Barat ,2019
b. Sekretaris Dewan : 1 orang
c. Kepala Legislasi Hukum dan Pengkajian : 1 orang
d. Kepala Bagian Persidangan : 1 orang
e. Kepala Bagian Umum Perencanaan : 1 orang
dan Keuangan
f. Kepala Sub Bagian Pengkajian Data : 1 orang
dan Informasi
g. Kepala Sub Bagian Hukum dan Legislasi : 1 orang
h. Kepala Sub Bagian Rapat, : 1 orang
Alat Kelengkapan Dewan dan Risalah
i. Kepala Sub Bagian Humas Protokoler dan : 1 orang
Aspirasi
j. Kepala Sub Bagian TU dan Kepegawaian : 1 orang
k. Kepala Sub Bagian Perencanaan, : 1 orang
Verivikasi,dan Pelaporan
l. Bendahara : 1 orang
m. Staf : 6 orang

B. Tinjauan terhadap Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


(DPRD)
1. Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Berdasarkan Pasal 96 Undang-Undang No 23 Tahun 2014 DPRD
sebagai salah satu unsur penyelenggara pemerintahan daerah
memilikiperanan yang penting. Menurut Budiarjo dan Ambong
peranan DPR atau DPRD yang paling penting adalah:
a. Menentukan (policy) kebijaksanaan dan membuat undang undang
untuk itu DPR atau DPRD diberi hak inisiatif, hak untuk
mengadakan amandemen terhadap rancangan undangundang atau
rancangan peraturan daerah yang disusun olehpemerintah serta hak
budget;
b. Mengontrol badan eksekutif dalam arti menjaga semua tindakan
eksekutif sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Untuk
menyelenggarakan tugas ini, badan perwakilan rakyat diberi hak-
hak kontrol khusus.
Selanjutnya mengenai fungsi DPRD, Sanit mengatakan bahwa
aktivitas DPRD bertujuan untuk menjalankan fungsi2:
a. Fungsi Perwakilan, melalui fungsi ini badan legislatif membuat
kebijakan atas nama anggota masyarakat yang secara keseluruhan
terwakili dalam lembaga tersebut. Dalam hal ini DPRD bertindak
sebagai pelindung kepentingan dan penyalur masyarakat yang
diwakilinya;
b. Fungsi Perundang-Undangan, memungkingkan badan legislatif
sebagai wakil rakyat menuangkan kepentingan dan aspirasi
anggota masyarakat ke dalam kebijaksanaan formal dalam bentuk
undang-undang;
c. Fungsi Pengawasan, dimana lembaga legislatif melindungi
kepentingan rakyat, sebab penggunaan kekuasaan yang dilandasi
fungsi DPRD dapat mengoreksi semua kegiatan lembaga
kenegaraan lainnya melalui pelaksanaan berbagai hak.
Kemudian menurut Max Boboy, lemabaga perwakilan atau
parlemen mempunyai fungsi yaitu3:
a. Fungsi Perundang-Undangan ialah fungsi membuat undang- undang;
b. Fungsi pengawasan ialah fungsi untuk melakukan pengawasan
terhadap eksekutif.Aktualisasi fungsi ini, lembaga perwakilan
diberi hak seperti hak memintaketerangan (interpelasi), hak
mengadakan penyelidikan (angket), hak bertanya, hal mengadakan
perubahan (amandemen), hak mengajukan rancangan undang-
undang (inisiatif) dan sebagainya;
c. Sarana pendidikan politik, melalui pembicaraan lembaga
perwakilan, maka rakyat dididik untuk mengetahui berbagai
persoalan yang menyangkut kepentingan umum dan sadar akan
tanggungjawabnya sebagai warga negara.
Sedangkan Marbun membagi fungsi DPRD ke dalam 5 (lima)
fungsi yaitu4:
a. Fungsi memilih dan menyeleksi yaitu, fungsi ini mempunyai
peranan yang menetukan tentang masa depan suatu daerah, apabila
pelaksanaannya kurang tepat maka akan mendatangkan masalah
bagi daerah yang bersangkutan;
b. Fungsi pengendalian dan pengawasan yaitu, maksud dari
pengendalian dan pengawasan adalah DPRD bertanggung jawab
melaksanakan salah satu fungsi manajemen pemerintahan daerah
yaitu pengendalian dan pengawasan;
c. Fungsi pembuatan undang-undang dan peraturan daerah yaitu,
fungsi ini merupakan fungsi utama DPRD sebagai badan legislatif.
Melalui fungsi pembuat undang-undang dapat menunjukkan warna
dan karakter serta kualitas baik secara materiil maupun fungsional
dari DPRD;
d. Fungsi debat yaitu, melalui fungsi debat dan perdebatan yang jitu
baik anggota DPRD maupun DPRD dengan pihak eksekutif di
refleksikan secara nyata kemampuan, integritas, rasa tanggung
jawab, kenasionalan dari setiap anggota DPRD dan DPRD tersebut
sebagai suatu lembaga yang hidup dan dinamis;
e. Fungsi representasi yaitu, maksud dari fungsi representasi adalah
bahwa anggota DPRD harus bertindak dan berperilaku sebagai
represant (wakil) untuk setiap tindak tanduknya dan seluruh
kegiatannya dalam menjalankan tugas sebagai anggota DPRD.
Sedangkan Kaho menyebutkan bahwa DPRD mempunyai 2
(dua) fungsi, yaitu5:
a. Sebagai partner Kepala Daerah dalam merumuskan kebijaksanaan
oleh Kepala Daerah;
b. Sebagai pengawas atau pelaksanaan kebijaksanaan daerah yang
dijalani oleh Kepala Daerah.
Dalam perkembangannya fungsi-fungsi DPRD mengalami
perubahan yang disesuaikan dengan keadaan dan peraturan
yangberlaku, berdasarkan Pasal 149 Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa DPRD
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi legislasi yaitu, fungsi ini dapat diartikan bahwa antara DPRD
dan pemerintah daerah bekerja sama dalam penyusunan Peraturan
Daerah. Dalam Pasal 151 Undangundang No 23 Tahun 2014
disebutkan bahwa Dalam menetapkan program pembentukan Perda
kabupaten/kota, DPRD melakukan koordinasi dengan kepala
daerah.
b. Fungsi anggaran yaitu, berdasarkan fungsi ini, penyusunan
anggaran/APBD harus melibatkan pemerintah daerah dan DPRD.
Dalam Pasal 152 Undang-undang No 23 Tahun 2014 disebutkan
bahwa membahas KUA dan PPAS yang disusun oleh bupati/wali
kota berdasarkan RKPD, membahas rancangan Perda
Kabupaten/Kota tentang APBD kabupaten/kota, membahas
rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang perubahan APBD
kabupaten/kota, dan membahas rancangan Perda Kabupaten/Kota
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kabupaten/kota.
Selain itu dalam Pasal 154 juga disebutkan bahwa DPRD
mempunyai tugas dan wewenang membahas dan memberikan
persetujuan rancangan Perda mengenai APBD yang diajukan oleh
Kepala Daerah.
c. Fungsi pengawasan, dalam fungsi pengawasan ini, DPRD bertugas
mengawasi jalannya pemerintahan daerah, dalam hal ini berkaitan
dengan pelaksanaan produk hukum daerah. Dalam Pasal 153
Undang-undang No 23 Tahun 2014 disebutkan bahwa diwujudkan
dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan Perda
Kabupaten/Kota dan peraturan bupati/wali kota, pelaksanaan
ketentuan peraturan Perundang-Undangan lain yang terkait dengan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota dan
pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan laporan keuangan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan laporan
keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan DPRD kabupaten/kota
berhak mendapatkan laporan hasil pemeriksaan keuangan yang
dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Dari ketiga fungsi
DPRD yakni fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi
pengawasan, fungsi legislasi atau pembentukan peraturan daerah
merupakan fungsi utama karena kedua fungsi lainnya memiliki
kaitan yang erat dengan fungsi legislasi. Pelaksanaan fungsi
anggaran misalnya, pada dasarnya merupakan pelaksanaan fungsi
legislasi, karenabentuk APBD disusun dan diformat perda yang
diawali dengan mengajukan RUU tentang APBD.
Demikian pula pada fungsi pengawasan, pada dasarnya
pengawasan yang dilakukan adalah pengawasan politis yang mengacu
kepada peraturan daerah. Pengawasan yang dilakukan adalah
pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan APBD. Oleh karena itu
dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada fungsi legislasi.
Fungsi legislasi merupakan salah satu fungsi penting DPRD untuk
merancang dan menyusun kebijakan publik yang akan mengarahkan,
menjaga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Disamping itu, dalam menjalankan fungsi legislasi tersebut DPRD
berperan pula sebagai pengawasan terhadap berjalannya pemerintahan
di daerah.
Sesuai dengan fungsi dari DPRD untuk memberikan arah dan
kebijakan setiap pembangunan daerah, maka fungsi legislasi dari
DPRD merupakan fungsi yang sangat strategis serta terhormat. DPRD
sebagai pengemban amanah rakyat memiliki kewenangan untuk
memperjuangkan aspirasi masyarakat daerah dalam melakukan
pengembangan serta keinginan dan harapan masyarakat. Adapun
dalam melakukan sebuah fungsi melakukan kebijakan serta menjadi
penentu arah pembangunan dalam pemerintah daerah, serta perumus
kebijakan publik di daerah, maka fungsi legislasi daerah sebagai
sarana instrumen awal dalam melakukan pengawalan setiap keinginan
dan harapan masyarakat daerah.
2. Tugas, Wewenang, dan Hak DPRD
Untuk menjalankan peranan dan fungsinya agar berjalan
dengan baik maka DPRD diberikan tugas dan wewenang dalam
pelaksanaannya. Pada Pasal 154 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa DPRD mempunyai
tugas dan wewenang :
a. Membentuk Perda Kabupaten/Kota bersama bupati/wali kota;
b. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan Perda mengenai
APBD kabupaten/kota yang diajukan oleh bupati/walikota;
c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan APBD
kabupaten/kota;
d. Memilih bupati/wali kota;
e. Mengusulkan pengangkatan dan perberhentian bupati/wali kota
kepada Menteri melalui Gubernur sebagai wakil Pemerintahan
Pusat untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan
pemberhentian;
f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintahan
Daerah kabupaten/kota terhadap rencana perjanjian internasional di
Daerah;
g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota;
h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/wali kota
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota;
i. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah
lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan
daerah;
j. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam
ketentuan peraturan Perundang-Undangan.
Selanjutnya untuk dapat merealisasikan fungsinya dengan baik dan
untuk menentukan kebijaksanaan yang sesuai dengan kehendak rakyat
yang diwakilinya maka DPRD diberikan hak-hak yang diatur dalam
Pasal 159 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah yaitu DPRD mempunyai hak:
a. Hak interpelasi yakni hak DPRD untuk meminta keterangan kepada
kepala daerah mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting
dan strategis yang berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.
b. Hak angket yakni hak DPRD untuk melakukan penyelidikan
terhadap kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis
serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan
negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan
Perundang-Undangan.
c. Hak menyatakan pendapat yakni hak DPRD untuk menyatakan
pendapat terhadap kebiajakan kepala daerah atau mengenai kejadian
luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi
penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak
interpelasi dan hak angket.
Berkaitan dengan pelaksanaan fungsi legislasi DPRD yaitu dalam
membentuk peraturan daerah maka hak yang dapat digunakan untuk
menunjang fungsi legislasi yaitu 6:
a. Hak Penyelidikan
Hak penyelidikan dapat dipergunakan sebagai sarana melakukan
evaluasi, menemukan gagasan untuk menciptakan atau mengubah
perda yang ada. Hak penyelidikan bukan semata-mata menyelidiki
kebijaksanaan pemerintah daerah yang sedang berjalan, tetapi untuk
berbagai kepentingan legislasi.
b. Hak Inisiatif (hak mengajukan Ranperda)
DPRD atas inisiatif sendiri dapat memnyusun dan mengajukan
Ranperda. Dalam praktik, hak inisiatif DPRD kurang produktif.
Pada umumnya, inisiatif datang dari pemerintah daerah.
c. Hak Amandemen (Mengadakan Perubahan atas Ranperda)
Hak perubahan ini pada dasarnya berlaku pada Ranperda
inisiatif pemerintah daerah, tetapi tidak menutup kemungkinan
perubahan Ranperda inisiatif DPRD sendiri. Secara teknis, hak
amandemen tidak pernah dilaksanakan. Hal ini terjadi karena
Ranperda yang sedang dibahas DPRD selalu dilakukan bersama
pemerintah daerah.

C. Tinjauan tentang Proses Pembentukan Peraturan Daerah

1. Pengertian Peraturan Daerah


Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-Undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala
Daerah (Gubernur Atau Bupati/Wali Kota). Peraturan Daerah terdiri atas:
Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota . Di
Provinsi Aceh, Peraturan Daerah dikenal dengan istilah Qanun. Sementara
di Provinsi Papua, dikenal istilah Peraturan Daerah Khusus dan Peraturan
Daerah Provinsi.
Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundang-Undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan
persetujuan bersama Gubernur penjelasan ini dapat ditemukan dalam Pasal 1
ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan. Sedangkan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-Undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan
bersama Bupati/Walikota. pengertian peraturan daerah kabupaten/kota
disebutkan pula dalam Pasal 1 angka (8) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
2. Pembentukan Peraturan Daerah
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No 12 Tahun 2011 tetang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan menyebutkan bahwa
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan adalah pembuatan Peraturan
Perundang-Undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Peraturan
Perundang-Undangan merupakan peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam Peraturan Perundang-Undangan. Sedangkan menurut Pasal
7 dan Pasal 8 Undangundang No 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang Undangan menjelaskan bahwa Peraturan Daerah
Provinsi adalah Peraturan Perundang-Undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.
Dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang
Undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota.
Pembentukan Perundang-Undangan harus sesuai dengan Undangundang
yang berlaku dan setiap daerah mempunyai produk hukum tersendiri yang di
sesuaikan dengan kondisi masing-masing Daerah. Ada 8 prinsip yang
diungkapkan oleh Rival G Ahmad mengenai optimalisasi partisipasi
masyarakat dalam pembentukan perda7, yaitu:
a. Adanya kewajiban publikasi yang efektif;
b. Adanya kewajiban informasi dan dokumentasi yang sistematis, debas
dan aksesabel;
c. Adanya jaminan prosedur dan forum yang terbuka dan efektif bagi
masyarakat untuk terlibat dalam mengawasi proses sejak perencanaan;
d. Adanya prosedur yang menjamin publik bisa mengajukan
RUU selain anggota DPRD dan Pemerintah;
e. Adanya pengaturan yang jelas mengenai dokumen dasar yang wajib
tersedia dan aksesabel seperti naskah akademik dan Raperda;
f. Adanya jaminan banding bagi publik bila proses pembentukan perda
tidak dilakukan secara partisipatif;
g. Ada pengaturan jangka waktu yang memadai untuk seluruh proses
penyusunan, pembahasan Raperda dan diseminasi perda yang telah
dilaksanakan;
h. Ada pertanggung jawaban yang jelas dan memadai bagi pembentukan
peraturan daerah yang dengan sengaja menutup peluang masyarakat
untuk berpartisipasi.
Terdapat beberapa prinsip dasar dalam proses penyusunan perda
yaitu8:
a. Transparansi / keterbukaan Proses yang transparan memberikan kepada
masyarakat adalah informasi tentang akan ditetapkan suatu kebijakan, dan
peluang bagi masyarakat untuk memberikan masukan dan melakukan
pengawasan terhadap pemerintah.
b. Partisipasi Partisipasi dapat menciptakan komunikasi publik untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap prosespengambilan
keputusan pemerintah, dan keterbukaan informasi pemerintah yang lebih
baik untuk kemudian menyediakan gagasan barudalam memperluas
pemahaman komprehensif terhadap suatu isu.
Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah menjelaskan bahwa pembentukan Perda Kabupaten/Kota dilakukan
dengan cara :
a. Membahas bersama bupati/wali kota dan menyetujui atau tidak
menyetujui rancangan Perda Kabupaten/Kota;
b. Mengajukan usul rancangan Perda Kabupaten/Kota; dan
c. Menyusun program pembentukan Perda Kabupaten/Kota bersama
bupati/wali kota.
Apabila dalam satu masa sidang DPRD dan Bupati/Walikota
menyampaikan rancangan Perda mengenai materi yang sama, maka yang
dibahas adalah rancangan Perda yang di sampaikan oleh DPRD, sedangkan
rancangan Perda yang di sampaikan Bupati/ Walikota di gunakan sebagai
bahan untuk di persandingkan. Rancangan Perda yang telah di setujui
bersama oleh DPRD dan Gubernur atau Bupati/Walikota disampaikan oleh
pimpinan DPRD kepada Gubernur atau Bupati/Walikota untuk di tetapkan
sebagai Perda. Penyampaian rancangan Perda dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 7 ( tujuh ) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.
Rancangan Perda di tetapkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota paling
lama 30 (tigapuluh) hari sejak rancangan tersebut di setujui bersama. Dalam
hal rancangan Perda tidak di tetapkan Gubernur atau Bupati/Walikota dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari, rancangan Perda tersebut sah menjadi Perda dan
wajib diundangkan dengan memuatnya dalam Lembaran Daerah .
3. Tahapan Pembentukan Peraturan Daerah
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan adalah pembuatan
Peraturan Perundang-Undangan yang mencakup tahapan:
a. Perencanaan
Perencanaan penyusunan Peraturan Daerah dilakukan dalam Program
Legislasi Daerah. Program Legislasi Daerah yang selanjutnya disebut
Prolegda adalah instrumen perencanaan program pembentukan Peraturan
Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang disusun
secara terencana, terpadu dan sistematis. Perencanaan Peraturan Daerah
Provinsi dilakukan dalam Prolegda Provinsi. Penyusunan Prolegda
Provinsi dilaksanakan oleh DPRD Provinsi dan Pemerintah Daerah
Provinsi. Prolegda Provinsi ditetapkan untuk jangka waktu 1 tahun
berdasarkan skala prioritas pembentukan Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi. Penyusunan dan penetapan Prolegda Provinsi dilakukan setiap
tahun sebelum penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang
APBD Provinsi. Kriteria skala prioritas penyusunan daftar rancangan
peraturan daerah dalam Prolegda didasarkan pada:
1) Perintah Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi;
2) Rencana pembangunan daerah;
3) Penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan
4) Aspirasi masyarakat daerah.
b. Penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat berasal dari DPRD
Provinsi atau Gubernur. Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
sebagaimana dimaksud disertai dengan penjelasan atau keterangan
dan/atau Naskah Akademik. Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi mengenai:
1) Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah Provinsi;
2) Pencabutan Peraturan Daerah Provinsi; atau
3) Perubahan Peraturan Daerah Provinsi yang hanya sebatas mengubah
beberapa materi, disertai dengan keterangan yang memuat pokok
pikiran dan materi muatan yang diatur.
Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian
hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatumasalah tertentu yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan
masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.
Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsep Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur atau Bupati
dikoordinasikan oleh biro hukum dan dapat mengikutsertakan instansi
dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum, sedangkan yang berasal dari DPRD Provinsi dikoordinasikan
oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang
legislasi. Ketentuan mengenai penyusunan Peraturan Daerah Provinsi
berlaku secara mutatis mutandis terhadap penyusunan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.
c. Pembahasan.
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah di DPRD dilakukan oleh
DPRD bersama Kepala Daerah. Pembahasan bersama tersebut dilakukan
melalui tingkat-tingkat pembicaraan,yang dilakukan dalam rapat: komisi,
panitia, alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi,
dan paripurna. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembahasan
Ranperda diatur dengan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Rancangan Peraturan Daerah dapat ditarik kembali sebelum dibahas
bersama oleh DPRD dan Kepala Daerah. Sedangkan Rancangan
Peraturan Daerah yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali
berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan Kepala Daerah. Ketentuan
mengenai tata cara penarikan kembali Rancangan Peraturan Daerah diatur
dengan Peraturan DPRD.
d. Pengesahan atau Penetapan.
Rancangan Peraturan Daerah yang telah disetujui bersama oleh
DPRD dan Kepala Daerah disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada
Kepala Daerah untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah. Penyampaian
Ranperda tersebut dilakukan paling lama 7 hari sejak tanggal persetujuan
bersama. Ranperda tersebut ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menjadi
Peraturan Daerah dengan membubuhkan tanda tangan dan dalam jangka
waktu paling lama 30 hari sejak Ranperda disetujui bersama. Dalam
jangka waktu 30 hari Kepala Daerah tidak menandatangani Ranperda
yang sudah disetujui bersama, maka Ranperda tersebut sah menjadi
Peraturan Daerah dan wajib diundangkan.
e. Pengundangan
Peraturan Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) diundangkan dalam
Lembaran Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota). Peraturan Gubernur dan
Peraturan Bupati/Walikota diundangkan dalamBerita Daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota). Pengundangan Peraturan Daerah dalam
Lembaran Daerah dan Berita Daerah dilaksanakan oleh Sekretaris
Daerah. Peraturan PerundangUndangan mulai berlaku dan mempunyai
kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan lain di
dalam Peraturan Perundang-Undangan yang bersangkutan.
f. Penyebarluasan.
Penyebarluasan dilakukan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah sejak
penyusunan Propemperda, penyusunan Rancangan Peraturan Daerah,
pembahasan Rancangan Peraturan Daerah, hingga Pengundangan
Peraturan Daerah. Penyebarluasan dilakukan untuk dapat memberikan
informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku
kepentingan. Penyebarluasan Prolegda dilakukan bersama oleh DPRD
dan Pemerintah Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota yang
dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani
bidang legislasi. Penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah yang
berasal dari DPRD dilaksanakan oleh alat kelengkapan DPRD.
Penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Gubernur
atau Bupati/Walikota dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah.
Penyebarluasan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah
dilakukan bersamaoleh DPRD dan Pemerintah Daerah Provinsi atau
Kabupaten/Kota.Naskah Peraturan Perundang-Undangan yang
disebarluaskan harus merupakan salinan naskah yang telah diundangkan
dalam Lembaran Daerah, Tambahan Lembaran Daerah, dan Berita
Daerah.

D. Tinjauan tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Peraturan


Daerah
Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Peraturan Daerah Titik tolak
dari penyusunan peraturan daerah adalah efektivitas dan efisiensi pada
masyarakat. Tujuan dasar dari peran serta masyarakat adalah untuk
menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga negara dan
masyarakat yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan, karena dengan melibatkan masyarakat yang terkena
dampak akibat kebijakan dan kelompok kepentingan para pengambil
keputusan dapat menangkap pandangan, kebutuhan dan penghargaan dari
masyarakat dan kelompok tersebut, untuk kemudian menuangkannya ke
dalam satu konsep.
Partisipasi masayarakat merupakan unsur yang penting dalam
pembentukan Peraturan daerah. Pokok-pokok pikiran yang melandasi
perlunya partisipasi masyarakat dikemukakan oleh Hardjasoemantri yaitu:
1. Memberi informasi kepada pemerintah Partisipasi masyarakat sangat
diperlukan untuk memberi masukan kepada pemerintah tentang masalah
yang di timbulkan oleh suatu rencana tindakan pemerintah dengan
berbagai konsekuensinya. Dengan demikian, pemerintah akan dapat
mengetahui adanya berbagai kepentingan yang perlu diperhatikan.
Partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan peraturan
Perundang-Undangan akan dapat meningkatkan kualitas keputusan
tersebut.
2. Meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan Suatu
keputusan tidak akan pernah memuaskan kepentingan semua golongan
atau semua warga masyarakat, namun kesediaan masyarakat untuk
menerima keputusan dapat di tingkatkan.
3. Membantu perlindungan hukum Apabila sebuah keputusan mempunyai
konsekuensi begitu jauh, diharapkan setiap orang yang terkena akibat
keputusan itu diberitahu dan di beri kesempatan untuk mengajukan
keberatan-keberatan sebelum keputusan itu di ambil.
4. Mendemokrasikan pengambilan keputusan Di dalam hubungannya dengan
partisipasi masyarakat ini, ada pendapat menyatakan, bahwa dalam
pemerintahan dengan sistem perwakilan, maka hak untuk melaksanakan
kekuasaan ada pada wakil-wakil rakyat yang di pilih oleh rakyat .
Menurut Bagir Manan partisipasi dapat dilakukan dengan cara mengikut
sertakan dalam tim, melakukan publik hearing atau mengundang dalam rapat-
rapat penyusunan Perda, melakukan uji sahih kepada pihak-pihak tertentu
untuk mendapat tanggapan, atas Raperda sebelum secara resmi dibahas oleh
DPRD, dan mempublikasikan Raperda agar mendapat tanggapan publik12.
Menurut Sad Dian Utomo sebagaimana manfaat partisipasi dalam pembuatan
kebijakan publik, termasuk dalam pembuatan perda adalah:
1. Memberikan landasan yang lebih baik untuk pembuatan kebijakan publik.
2. Memastikan adanya implementasi yang lebih efektif karena warga
mengetahui dan melihat dalam pembuatan kebijakan publik.
3. Meningkatkan kepercayaan warga kepada eksekutif dan legislatif.
4. Efisiensi sumber daya, sebab dengan keterlibatan masyarakat dalam
pembuatan kebijakan publik dan mengetahui kebijakan publik,
makasumber daya yang digunakan dalam sosialisasi kebijakan publik
dapat dihemat.
Terkait partisipasi masyarakat dalam Pembentukan Peraturan Perundang
Undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 bahwa masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan
atau tertulis dalam rangka penetapan maupun pembahasan rancangan
undang-undang dan rancangan peraturan daerah. Selanjutnya dalam Pasal
354 Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyatakan
bahwa hak masyarakat untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan
secara lisan atau tertulis dalam rangka penyampaian atau pembahasan
rancangan peraturan daerah. Pemerintahan yang baik dan demokratis harus
menjamin terealisasinya prinsip-prinsip tersebut. Bentuk upaya menjaring
partisipasi masyarakat yang dapat dilakukan oleh pembentukan perda yaitu
melakukan penelitian terpadu sebelum perancangan perda, menggelar rapat
dengar pendapat umum materi yang akan diajukan dan memberi kesempatan
warga dengan mengikuti persidangan di Kantor DPRD (dengan membuka
informasi jadwal sidang pembentukan perda). Apabila pemerintah telah
memenuhi kewajiban untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat, maka
masyarakat harus mampu secara aktif dan efektif menggunakan haknya
untuk melakukan pengawasan, memantau DPRD atau Partai politik sehingga
masyarakat dapat menjadi kekuatan kontrol tersendiri.
Partisipasi dimaksudkan sebagai keikutsertaan pihak-pihak luar DPRD
dan pemerintah daerah dalam menyusun dan membentuk rancangan
peraturan daerah. Ada dua sumber partisipasi;
1. Dari unsur pemerintahan diluar DPRD dan pemerintah daerah, seperti
polisi, kejaksaan, pengadilan, perguruan tinggi dan lain-lain.
2. Dari masyarakat, baik individual seperti ahli-ahli atau yang memiliki
pengalaman atau dari kelompok seperti LSM.
Mengikut sertakan pihak-pihak luar DPRD dan pemerintah daerah sangat
penting untuk menjaring pengetahuan, keahlian atau pengalaman masyarakat
sehingga Perda benar-benar memenuhi syarat peraturan Perundang-
Undangan yang baik dan menjamin Perda sesuai dengan kenyataan yang
hidup dalam masyarakat. Untuk membentuk peraturan daerah yang dapat
memenuhi aspirasi yang diinginkan masyarakat tentunya harus diimbangi
dengan keterlibatan masyarakat dalam penyusunan rancangan peraturan
daerah. Pada tah ap ini masyarakat dapat terlibat dalam proses penyusunan
dalam tim/kelompok kerja, terlibat dalam penyiapan naskah akademik,
maupun penyampaian masukan yang disampaikan secara lisan, tulisan,
ataupun melalui media massa ditujukan kepada penggagas peraturan
daerah/tim. Adapun yang menjadi kendala adalah sejauh mana transparansi
serta komitmen sehingga masyarakat mengetahui dan dapat memberi
masukan tentang agenda yang sedang dan akan dibahas. Keterlibatan dalam
proses pembahasan peraturan daerah, proses ini sebagian besar berada pada
posisi pembahasan antara DPRD dan Pemerintah Daerah.
Dalam tahap ini seharusnya sebelum dibahas terlebih dahulu diumumkan
di media massa untuk memberi kesempatan kepada masyarakat
menyampaikan aspirasinya. Selanjutnya dalam proses pembahasan
masyarakat bisa memberikan masukan secara lisan, tertulis ataupun pada saat
rapat-rapat pembahasan perda. Terhadap kehadiran dalam rapat memang
menjadi dilema, karena hal tersebut tergantung keinginan DPRD maupun
pemerintah daerah apakah akan mengundang masyarakat atau membiarkan
proses pembahasan berjalan tanpa keterlibatan masyarakat. Keterlibatan
masyarakat pada tahap ini bisa terlihat bagaimana masyarakat patuh terhadap
materi peraturan daerah karena merasa sudah sesuai aspirasi, atau justru
kebalikannya masyarakat merasa dirugikan atau tidak merasa tersalurkan
aspirasi.
Menurut Pasal 5 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 menyebutkan
bahwa dalam pembentukan Peraturan Perundang-Undangan harus dilakukan
berdasarkan pada Asas pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang
baik, yang meliputi:
1. Kejelasan Tujuan;
2. Kelembagaan Atau Pejabat Pembentuk Yang Tepat;
3. Kesesuaian Antara Jenis, Hierarki, Dan Materi Muatan;
4. Dapat Dilaksanakan;
5. Kedayagunaan dan Kehasilgunaan;
6. Kejelasan Rumusan; dan
7. Keterbukaan.
Yang dimaksut dengan Asas Tujuan Yang Jelas (beginsel van duidelijke
doelstelling), yakni setiap pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
harus mempunyai tujuan dan manfaat yang jelas untuk apa dibuat. Asas
Organ/Lembaga Yang Tepat (beginsel van het juiste orgaan), yakni setiap
jenis Peraturan Perundang-Undangan harus dibuat oleh lembaga atau organ
pembentuk peraturan perundagundagan yang berwenang; peraturan
perundangundangan tersebut dapat dibatalkan (vernietegbaar) atau batal demi
hukum (vanrechtswege nieteg), bila dibuat oleh lembaga atau organ yang
tidak berwenang;kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan. Asas
Kedapatlaksanaan (dapat dilaksanakan) (het beginsel van uitvoerbaarheid),
yakni setiap pembentukan Peraturan Perundang Undangan harus didasarkan
pada perhitungan bahwa Peraturan Perundang Undangan yang dibentuk
nantinya dapat berlaku secara efektif di masyarakat karena telah mendapat
dukungan baik secara filosofis, yuridis, maupun sosiologis sejak tahap
penyusunannya. Asas Kedayagunaan dan Kehasilgunaan adalah
bahwasetiap Peraturan Perundang – undangan dibuat karena memang
benar - benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Asas Kejelasan Rumusan yakni
setiap Peraturan Perundang – undangan harus memenuhi persyaratan teknis
penyusunan peraturan perundang - undangan, sistematika dan pilihan kata
atau termonologi, serta bahasa hukuumnya jelas dan mudah dimengerti,
sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam
pelaksanaannya. Asas Keterbukaan yakni dalam proses pembentukan
peraturran perundang -undangan mulai dari perencanaan, persiapan,
penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka.
Menurut Pasal 6 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Materi muatan
Peraturan Perundang-Undangan harus mencerminkan asas:
1. Pengayoman;
2. Kemanusiaan;
3. Kebangsaan;
4. Kekeluargaan;
5. Kenusantaraan;
6. Bhinneka Tunggal Ika;
7. Keadilan;
8. Kesamaan Kedudukan Dalam Hukum dan Pemerintahan;
9. Ketertiban dan Kepastian Hukum; dan/atau
10. Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan.
Yang dimaksud dengan Asas Pengayoman yakni setiap Materi Muatan
Peraturan Perundangundangan harus berfungsi memberikan pelindungan
untuk menciptakan ketentraman masyarakat. Asas Kemanusiaan yakni setiap
Materi Muatan Peraturan Perundangundangan harus mencerminkan
pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat
setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional. Asas
Kebangsaan yakni setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan
harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan
tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asas
Kekeluargaan yakni setiap Materi Muatan Peraturan Perundangundangan
harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap
pengambilan keputusan. Asas Kenusantaraan yakni setiap MateriMuatan
Peraturan Perundang-Undangan senantiasa memperhatikan kepentingan
seluruh wilayah Indonesia dan Materi muatan Peraturan Perundang-
Undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum
nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Asas Bhinneka Tunggal Ika yakni Materi
Muatan Peraturan Perundangundangan harus memperhatikan keragaman
penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Asas Keadilan
yakni setiap Materi Muatan Peraturan Perundang Undangan harus
mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara. Asas
Kesamaan Kedudukan Dalam Hukum dan Pemerintahan yakni setiap Materi
Muatan Peraturan Perundang-Undangan tidak boleh memuat hal yang
bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku,
ras, golongan, gender, atau status sosial. Asas Ketertiban dan Kepastian
Hukum yakni setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan harus
dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian.
Asas Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan yakni setiap Materi
Muatan Peraturan Perundang Undangan harus mencerminkan keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu, masyarakat dan
kepentingan bangsa dan negara.
Apabila masyarakat merasa dirugikan dapat menempuh jalur
memberikan masukan kepada lembaga pembentuk Peraturan Perundang-
Undangan, dan bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan
perubahan ataupun mencabut peraturan tersebut. Selanjutnya juga bisa
diambil langkah melalui judicial review. Mahkamah Agung mempunyai
kewenangan menguji PeraturanPerundang-Undangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang.Pernyataan tidak berlaku Peraturan
Perundang-Undangan sebagai hasil pengujian,dapat diambil baik dalam
pemeriksaan tingkat kasasi maupun berdasarkan permohonan langsung
kepada MA. Termasuk salah satu kendala dalam mewujudkan peraturan
daerah yang partisipatif adalah dari sisi Peraturan Perundang-Undangan
memang tidak diatur secara tegas bahwa proses pembentukan peraturan
daerah harus ada partisipasi masyarakat.
E. Elemen Dan Prinsip Dalam Perancangan Arsitektur
1. Elemen perancangan arsitektur
a. Titik
Pengertian Titik adalah : Awal dan akhir dari sebuah garis;
Menunjukkan posisi dalam sebuah ruang; Merupakan pusat perhatian;
Titik tidak memiliki panjang, lebar, luas, atau pealaman.
b. Garis
Garis adalah sebuah titik yang diperpanjang, yang memiliki panjang,
tapi tidak memiliki lebar dan tinggi.
1. Elemen garis di bagi 2 antara lain yaitu : elemen linear
vertical.Contohnya : kolam, tiang, menara, dll.
2. Elemen linear Horizontal. Contohnya : denah.
c. Bidang
Bidang adalah Sebuah garis yang diteruskan kearah yang berbeda dari
arah asalnya . Sebuah bidang memiliki panjang dan lebar tapi tidak
memiliki tinggi.
d. Ruang
Ruang adalah gabungan dari beberapa bidang, pembentuk ruang
yaitu, harus ada pembatas, harus ada benda atau manusia.
e. Bentuk
Bentuk adalah karasteristik pengenal volume yang utama .Bentuk
juga adalah cirri utama yang menunjukkan suatu volume, hal ini
ditentukan oleh volume, wujud, dan hubungan antara bidang – bidang
yang menggambarkan batas – batas.Secara konseptual volume
mempunyai 3 dimensi yaitu panjang, lebar dan tinggi.
f. Tekstur
Tekstur adalah Gambaran mengenai sifat permukaan suatu benda
yang dapat menimbulkan kesan–kesan tertentu seperti kasar, halus licin,
mengkilat dan buram.
g. Warna
Warna adalah Intensitas dan nilai pada permukaan bentuk. Fungsi
utama warna dalam karya perancangan adalah ; Meningkatkan kualitas
atau memberi nilai tambah. Sebagai media komunikasi yang memiliki
makna untuk penyalur kesan dan informasi.Untuk menutupi kelemahan
atau kekurangan suatu permukaan bentuk atau benda yang di anggap
kurang menarik.

2. Prinsip-Prinsip Perancangan Arsitektur


a. Keseimbangan
Keseimbangan/balance adalah suatu kualitas nyata dari setiap obyek
dimana perhatian visuil dari dua bagian pada dua sisi dari pusat
keseimbangan (pusat perhatian) adalah sama.
b. Irama
Irama adalah elemen desain yang dapat menggugah emosi atau
perasaan yang terdalam.Didalam seni visuil irama merupakan suatu
obyek yang ditandai dengan sistim pengulangan secara teratur.Cara yang
paling meyakinkan untuk mendapatkan irama adalah dengan memberi
pola pada keadaan-keadaan tertentu.Pola yang dapat dikenal dan diingat
dengan mudah. Contohnya kumpulan titik-titik sembarangan akan sukar
untuk diingat letaknya, apabila kumpulan titik-titik tersebut
dikelompokkan sedemikian dengan cara pengulangan bentuk yang
mudah dikenal, kumpulan tadi satu sama lainnya menjadi berkaitan dan
memiliki pola.
c. Tekanan/Point Of Interest
Tekanan adalah fokal point atau pusat perhatian dalam sebuah
komposisi/bangunan,yaitu berupa area yang pertama kali ditangkap oleh
pandangan mata. Tekan ini sangat dominan, bagian-bagian atau
kelompok lain dari komposisiatau bangunan berkaitan padanya.
d. Skala
Skala adalah suatu Sistem pengukuran (alat pengukur) yang
menyenangkan,dapat dalam satuan cm, inchi atau apa saja dari unit-unit
yang akan diukur. Dalam arsitektur yang dimaksut dengan skala adalah
hubungan harmonis antara bangunan beserta komponen-komponennya
dengan manusia. Skala-skala itu ada beberapa jenis yaitu: skala intim,
skala manusiawi, skala monumental/megah, skala kejutan.
e. Proporsi
Menurut Vitruvius proporsi berkaitan dengan keberadaan hubungan
tertentu antara ukuran bagian terkecil dengan ukuran keselurahan.
Proporsi merupakan hasil perhitungan bersifat rasional dan terjadi bila
dua buah perbandingan adalah sama. Proporsi dalam arsitektur adalah
hubungan antar bagian dari suatu desain dan hubungan antara bagian
dengan keseluruhan.
f. Urut-Urutan/Sequence
Menurut H.K Ishar (1992) urut-urutan adalah suatu peralihan atau
perubahan pengalaman dalam pengamatan terhadap komposisi.urut-
urutan yang baik peralihan atau perpindahan inimengalir dengan baik,
tanpa kejutan yang tak terduga, tanpa perubahan yang mendadak. Tujuan
penerapan prinsip urut-urutan seperti dalam arsitektur adalah untuk
membimbing pengunjung ketempat yang dituju dan sebagai persiapan
menuju klimaks.
g. Kesatuan/Unity
Unity/kesatuan adalah keterpaduan yang berarti tersusunnya beberapa
unsur menjadi satu kesatuan yang utuh dan serasi.Dalam hal ini seluruh
unsur saling menunjang dan membentuk satu kesatuan yang lengkap,
tidak berlebihan, dan tidak kurang.Cara membentuk kesatuan adalah
dengan penerapan tema desain. Ide yang dominan akan membentuk
kekuatan dalam desain tersebut. Unsur-unsur rupa yang dipilih disusun
dengan atau untuk mendukung tema.

F. Studi banding
a. Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Batanghari

Gambar 1.4. : Kantor DPRD Kabupaten Batanghari


Sumber :.Google,2019

Alamat lokasi : Jalan Jendral Sudirman, Muara Bulian, Batang Har,


Jambi 36611, Indonesia.
Kabupaten Batanghari adalah salah satu kabupaten di bagian
timur Provinsi Jambi,Indonesia.Ibu kotanya ialah Muara Bulian.
Kabupaten ini adalah salah satu Kabupaten yang paling tinggi Tingkat
Laju Pertumbuhan Penduduknya,Sesudah Kabupaten Merangin.
Secara topografis Kabupaten Batanghari merupakan wilayah dataran
rendah dan rawa yang dibelah Sungai Batanghari dan sepanjang tahun
tergenang air, di mana menurut elevasinya daerah ini terdiri dari:

1) 0-10 meter dari permukaan laut (11,80 %),


2) 11-100 meter dari permukaan laut (83,70 %),
3) 4,50 % wilayahnya berada pada ketinggian 101-500 meter dari
permukaan laut.

Luas Wilayah Kabupaten Batanghari adalah 5.804,83 km² atau 580.483


Ha salah satu Kabupaten terluas di Provinsi Jambi.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Batanghari
adalah lembaga perwakilan rakyat daerah tingkat kabupaten yang ada
di Kabupaten Batanghari, Jambi, Indonesia.DPRD Batanghari memiliki
anggota berjumlah 35 orang.Unsur pimpinan DPRD Batanghari terdiri dari
1 ketua dan 2 wakil ketua.
Struktur organisasi DPRD Sekretariat DPRD Kabupaten Batanghari
sebagai berikut :

KETUA DPRD

WAKIL KETUA
1

WAKIL KETUA
2

KOMISI 1 KOMISI 2 KOMISI 3

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

Gambar 1.5. : Struktur Organisasi DPRD Kabupaten Batanghari


Sumber :.Google,2019
KOMISI I
BIDANG HUKUM DAN PEMERINTAHAN

Tabel 1.1. Nama,Fraksi dan Jabatan Komisi I DPRD Kabupaten Batanghari


NO NAMA ASAL FRAKSI JABATAN
1. M.ALPANDI, S.Kom F-GERINDRA KETUA
2. ASMUNI. MS F-GOLKAR WAKIL KETUA
3. QUZWAINI. M F-DEMOKRAT SEKRETARIS
4. HERMAYATI ROSARI, F-PAN ANGGOTA
SE
5. YUNIARTI F-PKB ANGGOTA
HENDANINGSIH, S.Pdi
6. PURWANTO F-PDI ANGGOTA
PERJUANGAN
7. HIPNI WATI F-DEMOKRAT ANGGOTA
8. JON KENEDI, S.Ag, F-PKS ANGGOTA
M.HUM
9. MINARTI F-PKS ANGGOTA
10. RUSMAN F-NHN ANGGOTA

KOMISI II
Tabel 1.2. Nama,Fraksi dan Jabatan Komisi II DPRD Kabupaten Batanghari
NO NAMA ASAL FRAKSI JABATAN

1. BAHARUDDIN F-PAN KETUA

2. A.BUTSIYANTONI, F-NHN WAKIL KETUA


S.Ag
3. Ir.H. IBRAHIM F-PDI SEKRETARIS
PERJUANGAN
4. MUHAMMAD ZEN F-PAN ANGGOTA

6. SIROJUDDIN, SE F-GOLKAR ANGGOTA

7. ALI AHBAR, S.Ag F-PKB ANGGOTA

8. ADI SUSANTO F-DEMOKRAT ANGGOTA

9. JANGTEH, SE F-GERINDRA ANGGOTA

10. MUHAMAD ZAKI F-PKS ANGGOTA

11. SYAHRUDI, S F-PKS ANGGOTA

12. CHANDRA BUDIMAN, F-NHN ANGGOTA


ST

KOMISI III
Tabel 1.3. Nama,Fraksi dan Jabatan Komisi III DPRD Kabupaten Batanghari
NO NAMA ASAL FRAKSI JABATAN

1. HABIBULLAH F-DEMOKRAT KETUA

2. MASHURI, SE F-NHN WAKIL KETUA

3. ADISON, S.Pd F-PKS SEKRETARIS

4. AZIZAH, SE F-PAN ANGGOTA

5. NASRUL F-PAN ANGGOTA

6. SUPRIADI, ST F-GOLKAR ANGGOTA

7. M.JAAFAR F-GOLKAR ANGGOTA

8. MAKNUDDIN F-PKB ANGGOTA

9. SYAFRIANDI F-PDI ANGGOTA


PERJUANGAN
10. AHMAD DAILAMI F-PDI ANGGOTA
PERJUANGAN
11. NAJAMUDDIN, SE F-GERINDRA ANGGOTA

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Batanghari ini berjumlah


35 orang yang terdiri dari :

1. Pimpinan Dewan : 1 orang


2. Wakil Ketua Dewan : 2 orang
3. Ketua Komisi 1 : 1 orang
4. Wakil Ketua Komisi 1 : 1 orang
5. Sekretaris Komisi 1 : 1 orang
6. Anggota Komisi 1 : 7 orang
7. Ketua Komisi 2 : 1 orang
8. Wakil Ketua Komisi 2 : 1 orang
9. Sekretaris Komisi 2 : 1 orang
10. Anggota Komisi 2 : 8 orang
11. Ketua Komisi 3 : 1 orang
12. Wakil Ketua Komisi 3 : 1 orang
13. Sekretaris Komisi 3 : 1 orang
14. Anggota Komisi 3 : orang

Berikut struktur organisasi sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


Kabupaten Batanghari :

SEKRETARIS
BAGIAN BAGIAN BAGIAN
UMUM DAN HUKUM DAN FASILITAS
KEUANGAN PERSIDANGAN PENGANGGARAN
DAN
PENGAWASAN

SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN


PROGRAM KAJIAN FASILITASI
DAN PERUNDANG- PENGANGGAR
KEUANGAN UNDANGAN AN

SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN


TATA USAHA PERSIDANGAN FASILITASI
DAN DAN RISALAH PENGAWASAN
KEPEGAWAIA
N

SUB BAGIAN SUB BAGIAN


RUMAH HUMAS,PROTOKO SUB BAGIAN
TANGGA DAN L,DAN PUBLIKASI KERJASAMA
PERLENGKAPA
N
Gambar 1.6. : Struktur Organisasi dan Alat Kelengkapan DPRD
Kabupaten Batanghari
Sumber :.Google,2019

b. Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten


Tanjung Jabung Barat
Gambar 1.7. : Kantor DPRD Kabupaten
Tanjung Jabung Barat
Sumber :.Google,2019

Alamat lokasi : Jl. Prof. Dr. Sri Soedewi MS. SH, Tungkal Harapan,
TungkalIlir, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi 36514, Indonesia.
Selain fungsi DPRD sebagai perwakilan suara rakyat, DPRD ini juga
menjadi lembaga yang berwenang dalam melakukan tugas legislasi atau
persetujuan terhadap aturan daerah dan pengawasan penggunaan anggaran
pemerintah daerah. Tugas DPRD tersebut membuatnya memiliki hak
legislatif membentuk peraturan daerah bersama dengan eksekutif,
memberikan persetujuan rancangan anggaran dan peraturan, memberikan
pendapat, hingga pengawasan kekuasaan dan kebijakan eksekutif dalam
ruang lingkup daerah.
Struktur organisasi DPRD dan Sekretariat DPRD Kabupaten Tanjung
Jabung Barat sebagai berikut :

KETUA DPRD
WAKIL KETUA
1

WAKIL KETUA
2

KOMISI 1 KOMISI 2 KOMISI 3

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

Gambar 1.8. : Struktur Organisasi DPRD Kabupaten Tanjung Jabung Barat


Sumber :.Google,2019

KOMISI I
BIDANG PEMERINTAHAN,HUKUM,POLITIK,KEAMANAN,DAN
KETERTIBAN

Tabel 1.4. Nama,Fraksi dan Jabatan Komisi I DPRD


Kabupaten Tanjung Jabung Barat
NO NAMA ASAL FRAKSI JABATAN
1. JAMAL DARMAWAN F-DEMOKRAT KETUA
SIE, SE, MM HANURA
2. HASMELY HASAN F-PDI PERJUANGAN WAKIL KETUA
3. OMBING SUKIMAN, F-GOLKAR SEKRETARIS
S.iP
4. SYAMSUL ALAM F-PAN ANGGOTA
5. HJ. YENNI, SE F-PAN ANGGOTA
6. H. MUHAMMAD F-PKB ANGGOTA
FADLI, SH
7. MARIATUL KIFTIAH F-RESTORASI ANGGOTA
KEADILAN
8. J. SIMAMORA F-GERINDRA ANGGOTA

KOMISI II
BIDANG EKONOMI DAN KEUANGAN

Tabel 1.5. Nama,Fraksi dan Jabatan Komisi II DPRD


Kabupaten Tanjung Jabung Barat
NO NAMA ASAL FRAKSI JABATAN
1. DEDI HADI F-GOLKAR KETUA
2. ALAMSYAH, SH F-GERINDRA WAKIL KETUA
3. HJ. NURASIAH, S.Pd.I F-PKB SEKRETARIS
4. HERRY JUANDA, SH F-DEMOKRAT ANGGOTA
HANURA
5. AMBO ANGKA, SH F-GERINDRA ANGGOTA
6. H.M. ZULDI IKROM F-PDI PERJUANGAN ANGGOTA
7. HJ. CICI HALIMAH, SE F-PDI PERJUANGAN ANGGOTA
8. BUDI AZWAR F-GOLKAR ANGGOTA
9. H. REDWAR M. NUR, F-PAN ANGGOTA
SE
10. AZHADI F-PKB ANGGOTA
11. ADAM F-PAN ANGGOTA
12. RAMZIA, A.M.Kep F-RESTORASI ANGGOTA
KEADILAN

KOMISI III
BIDANG PEMBANGUNAN DAN KESEJAHTERAAN

Tabel 1.6. Nama,Fraksi dan Jabatan Komisi II DPRD


Kabupaten Tanjung Jabung BaraT
NO NAMA ASAL FRAKSI JABATAN
1. H. ABDUL HAMID, SH F-PKB KETUA
2. HANDANI, SE F-PDI PERJUANGAN WAKIL KETUA
3. RIANO F-RESTORASI SEKRETARIS
JAYAWARDHANA. NSt, KEADILAN
SH
4. AZIZ ROHMAN F-RESTORASI ANGGOTA
KEADILAN
5. SYAFRIZAL LUBIS, SH F-GOLKAR ANGGOTA
6. H.M. NASIR. HS F-GOL KAR ANGGOTA
7. ZULKARNAIN F-PARTAI GERINDRA ANGGOTA
SUCIPTO SIANIPAR
8. H. ASSEK F-PARTAI GERINDRA ANGGOTA
9. H. ABDULLAH, SE F-PDI PERJUANGAN ANGGOTA
10. H. SYAIFUDDIN, SE F-PAN ANGGOTA
11. H. NAZARUDDIN F-PAN ANGGOTA
12. H. ABDUL HALIM F-DEMOKRAT ANGGOTA
USMAN, SH HANURA

Anggota Dewan berjumlah 35 orang yang terdiri dari :


15. Pimpinan Dewan : 1 orang
16. Wakil Ketua Dewan : 2 orang
17. Ketua Komisi 1 : 1 orang
18. Wakil Ketua Komisi 1 : 1 orang
19. Sekretaris Komisi 1 : 1 orang
20. Anggota Komisi 1 : 5 orang
21. Ketua Komisi 2 : 1 orang
22. Wakil Ketua Komisi 2 : 1 orang

23. Sekretaris Komisi 2 : 1 orang


24. Anggota Komisi 2 : 9 orang
25. Ketua Komisi 3 : 1 orang
26. Wakil Ketua Komisi 3 : 1 orang
27. Sekretaris Komisi 3 : 1 orang
28. Anggota Komisi 3 : 9 orang

SEKRETARIS DPRD

KEPALA BAGIAN KEPALA BAGIAN


KEPALA SUB BAGIAN PERSIDANGAN PERUNDANG-
UMUM UNDANGAN

KEPALA SUB BAGIAN


KEUANGAN KEPALA SUB BAGIAN KEPALA SUB BAGIAN
PERSIAPAN PERSIDANGAN BANTUAN HUKUM
KEPEGAWAIAN DAN
ADMINISTRASI

KEPALA SUB BAGIAN


KEPALA SUB BAGIAN KEPALA SUB BAGIAN PERATURAN
HUMAS DAN RAPAT-RAPAT PERUNDANG-
PROTOKOL UNDANGAN

KEPALA SUB BAGIAN KEPALA SUB BAGIAN


PERLENGKAPAN DAN KEPALA SUB BAGIAN DOKUMENTASI HUKUM
RUMAH TANGGA RISALAH DAN PERPUSTAKAAN

Gambar 1.9. : Struktur Organisasi Sekretariat DPRD


Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Sumber :.Google,2019
G. Tinjauan terhadap RKS, RAB dan DED
a. Tinjauan terhadap RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat)
Rencana kerja dan syarat-syarat pekerjaan merupakan
pedoman/petunjuk lebih lanjut bagi pelaksanaan bangunan dan harus
ditaati oleh semua pihak, berdasarkan persetujuan serta merupakan
penjelasan bagi gambar pelaksanaan yang kurang jelas atau tercantum.
Menurut dinas pekerjaan umum (PU) (2010) komponen-komponen
RKS adalah sebagai berikut:
a. Bab i. Administrasi umum
b. Bab ii. Syarat administrasi
c. Bab iii. Syarat teknik umum
d. Bab iv. Pekerjaan persiapan dan spesifikasi umumbahan material yang
digunakan
e. Bab v. Spesifikasi teknis pekerjaan arsitektur
f. Bab vi. Spesifikasi teknis pekerjaan struktur
g. Bab vii. Spesifikasi teknis pekerjaansanitasi
b. Tinjauan terhadap RAB (Rencana Anggaran Biaya)
a. Pengertian Anggaran
Anggaran merupakan suatu rumusan rencana atau sasaran yang
bersifat kuantitatif dan merupakan pedoman dalam menilai prestasi
yang telah dicapai.
b. Jenis-Jenis Anggaran
1) Anggaran biaya terdiri dari :
1. Anggaran biaya usaha, yaitu anggaran biaya umum dan
administrasi, anggaran biaya penjualan dan anggaran biaya lain-
lain.
2. Anggaran biaya produksi, yaitu anggaran biaya bahan baku,
anggaran biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
2) Anggaran investasi, terdiri dari :
1. Anggaran investasi bangunan.

2. Anggaran investasi mesin dan instalasi.


3. Anggaran investasi alat ukur atau perkakas kerja.
4. Anggaran perabot kantor atau gudang.
5. Anggaran investasi alat olah data.Anggaran investasi alih
tekhnologi.
6. Anggaran investasi pengembangan.
7. Anggaran investasi aktiva dan pelaksanaan.
3) Financial budget, terdiri dari proyek laba/rugi dan proyeksi neraca
4) Anggaran kas/bank
5) Proyeksi sumber dan penggunaan dana
Proyeksi posisi modal kerja perusahaan dan perubahan modal
kerja.
6) Proyeksi rasio keuangan.
c. Manfaat dan Fungsi Anggaran
1) Manfaat
Menurut M. Nafarin (2004), anggaran mempunyai banyak manfaat
antara lain:
1. Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.
2. Dapat dipergunakan sebagai alat menilai kelebihan dan
kekurangan pegawai.
3. Dapat memotivasi pegawai.
4. Menimbulkan rasa tanggung jawab pada pegawai.
5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.
6. Sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana yang
dapat dimanfaatkan seefisien mungkin.
7. Alat pendidikan bagi para manajer.
2) Fungsi anggaran.
Fungsi pengawasan anggaran merupakan alat pengawasan
(controlling) untuk mengevaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
dengan membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran).
d. Prosedur penyusunan anggaran.
Penyusunan anggaran biasanya dilaksanakan oleh komite
anggaran. Komite anggaran tersebut meliputi: manajer pemasaran,
manajer produksi, manajer teknik, manajer pengawasan dan keuangan.
Supriyono (2001), mengatakan bahwa penyusunan anggaran adalah
sebagai berikut :
1) Menganalisis informasi masa lalu yang diantisipasi untuk
mengetahui swot. Manajemen puncak atau chief executive officer
(CEO) menganalisis informasi masa lalu dan perubahan lingkungan
eksternal dimasa depan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,
kesempatan, dan ancaman (swot) yang dihadapi perusahaan.
2) Menentukan perencanaan strategis atas swot manajemen puncak,
atau chief excecutive officer (ceo). Dengan menentukan
perencanaan strategis yaitu penentuan tujuan organisasi dan
rencana jangka panjang.
3) Mengkomunikasikan tujuan organisasi dan rencana jangka panjang.
Rencana jangka panjang dikomunikasikan kepada manajer divisi
dan manajer dibawahnya serta komite anggaran agar mereka
mengetahui tujuan yang akan dicapai dan cara-cara proyek untuk
mencapai tujuan tersebut
4) Memilih taktik, mengkoordinasikan kegiatan, dan mengawasi
kegiatan. Atas dasar tujuan organisasi dan rencana jangka panjang
yang telah disusun oleh manajer puncak, manajer divisi menyusun
rencana pemilihan taktik.
5) Menyusun usulan anggaran. Setiap manajer divisi menyusun dan
mengkoordinasikan penyusunan untuk bagian organisasi
dibawahnya yaitu seksi usulan anggaran semua divisi selanjutnya
diserahkan pada komite anggaran.
6) Menyarankan revisi usulan anggaran. Komite anggaran
menyarankan revisi terhadap usulan anggaran.
7) Menyetujui revisi usulan anggaran dan merakit menjadi anggaran
perusahaan. Revisinya disetujui oleh komite anggaran,
8) Revisi dan pengesahan anggaran perusahaan untuk sebagai
pedoman pelaksanaan kegiatan dan sekaligus sebagai alat
pengendalian.
e. Cara Menghitung Volume Pekerjaan.
1. Pekerjaan Awal
a) Pengukuran.
Yang dimaksud dengan pengukuran adalah sebelum
memulai pekerjaan, untuk menentukan posisi dari bangunan
dilakukan pengukuran batas-batas. Volume: diperkirakan
dikerjakan 2 hari dengan 2 tukang, sehingga perhitungan = upah
tukang x 2 x 2 .= rp….
b) Bowplank
Digunakan untuk membantu menentukan as atau letak titik
dari bangunan, dengan cara membuat pagar menggunakan papan
2/15 dipaku pada kayu ukuran 5/7 sebagai tiang, dibuat dengan
jarak 1 meter dari as bangunan dipasang keliling
bangunan. Misal rumah ukuran 6 x 7, Volume : bowplank adalah
(6+1+1)+(7+1+1)=17 m.
2. Pekerjaan galian.
a) Galian
Adalah pekerjaan menggali yang berhubungan dengan
pembuatan fondasi, dalam dan lebarnya fondasi ditentukan oleh
tipe pondasi. Volume : alas bawa + alas atas/2 x tinggi x
panjang = m3.
b) Urugan
Adalah pekerjaan mengurug lantai bangunan, volume dihitung
luas bangunan dikalikan tinggi urugan satuan m 3, kebutuhan
material urugan dan jumlah tenaga atau upah dapat dilihat pada
analisa pekerjaan.Volume : alas bawa + alas atas/2 x tinggi x
panjang = m3
c) Urugan kembali
Adalah mengurug bekas galian pondasi. Volume : alas bawa +
alas atas/2 x tinggi x panjang = m3
3. Pekerjaan pondasi
a) Lantai kerja Adalah suatu item pekerjaan yang lokasinya
dibawah pondasi. Volume : luas x tebal/tinggi= l x t = m2.
b) Pasangan pondasi adalah Pondasi yang kami maksudkan disini
adalah pondasi batu kali (stala) untuk bangunan rumah lantai 1.
Volume : alas bawa + alas atas/2 x tinggi x panjang = m3.
Pekerjan beton
c) Sloof Pondasi yang kami maksudkan disini adalah pondasi
batu kali (stal) untuk bangunan rumah lantai 1. Volume : alas
bawa + alas atas/2 x tinggi x panjang = m3
d) Kolom Volume : panjang x lebar x tebal = m3 Ringbalk
Volume : panjang x lebar x tebal x = m3
4. Pekerjaan dinding
a) Pasangan bataVolume : luas keseluruhan dinding - luas
bukaan= m2 Plesteran Volume : 2 x volume pasangan bata =
m3.
b) Acian Volume : 2 x volume pasangan bata = m2
5. Pekerjaan kusen,pintu,jendela.
a) Pembuatan kusen Volume : panjang x lebar x tebal = m3
b) Daun pintu dan jendela Volume : 1(unit) x banyaknya daun
pintu = buah
6. Pekerjaan atap
a) Pembuatan kuda-kuda Volume : panjang x lebar x tebal = m3
b) Pembuatan gording Volume : panjang x lebar x tebal = m3
c) Pembuatan jurai.Volume : panjang x lebar x tebal = m3
Pembuatan balok nok.Volume : panjang x lebar x tebal = m3
d) Reng.Volume : panjang x lebar x tebal = m3
e) Pasangan seng Volume : panjang x lebar( tergantung dari
bentuk atap yang digunakan.) = m2
f) Lisplank Volume : panjang x lebar x tebal x2 = m3
g) Pekerjaan penggantung dan pengunci
h) Rangka plafond Volume : panjang x lebar = m2
i) pasang plafond Volume : panjang x lebar = m2
j) pasang kunci tanam, grendel, hak angin Volume : perhitungan
menggunkan satuan unit, atau buah.
k) pasang kaca.Volume : panjang x lebar = m2
l) list plafond Volume : satuan volume adalah m’
7. Pekerjaan lantai dan keramik
a) Beton lantai 1:3:5 Volume : panjang x lebar x tebal = m3
b) pasang keramik lantai utama dan wc.Volume: panjang x lebar =
m2Pasang keramik dinding.Volume: panjang x lebar = m2
8. Pekerjaan sanitasi
a) Pasang saluran air bersih pvc ¾”. Volume: perhitungan volume
adalah panjang dengan satuan m’.
b) Pasang saluran air kotor pvc 4” Volume: perhitungan volume
adalah panjang dengan satuan m’.
c) Pasang closet, kran Volume: perhitungan volume adalah buah
atau unit.
d) Pembuatan septick tank atau beerput. Volume: biasanya
perhitungan volume adalah unit (lansung jadi).
e) Saluran peresapan atau sumur peresapan. Volume : perhitungan
adalah unit.
9. Pekerjaan akhir
a) Pembersihan akhir Volume : diperkirakan dikerjakan 2 hari
dengan 2 tukang, sehingga perhitungan = upah tukang x 2 x 2
= rp….
b) Tinjauan terhadap DED (Detail Engineering Drawing)
c. Tinjauan terhadap DED (Detail Engineering Drawing)
1. Pengertian DED/ gambar bestek
Gambar bestek ialah bentuk rencana pembuatan suatu bangunan yang
di buat di lembaran kertas sebagai acuan perencanaan bangunan.
2. Fungsi DED/ gambar bestek DED
gambar bestek menghubungkan antara gambar dan konstruksi.
Berikut adalah contoh-contoh gambar DED :
d. Gambar arsitektur
Gambar arsitektur terdiri dari site plan, denah layout, denah,
potongan/section, tampak, rencana tegel/keramik + section, rencana
kusen + detail, rencana plafon + detail.
2. Gambar struktur
Gambar struktur terdiri dari rencana pondasi + detail, rencana
sloef, rencana kolom, rencana balok latei, rencana ringbalk, rencana
kap atap + detail, pembesian/portal/tabel struktur.
3. Gambar mechanical/electrical
Gambar mechanical/electrical terdiri dari rencana sanitasi + detail
septictank, rencana instalasi penerangan, rencana instalasi stop
kontak, rencana instalasi kebakaran, rencana instalasi exhaust (jika
ada), rencana sound system (jika ada), rencana instalasi unit
pendingin ruangan (jika ada).

Anda mungkin juga menyukai