Anda di halaman 1dari 66

KAJIAN KONSEPTUAL PERENCANAAN TERMINAL TIPE C

DI KABUPATEN MALAKA

(PENDEKATAN TRANSFORMSI ARSITEKTUR)

PROPOSAL SEMINAR ARSITEKTUR

OLEH:

KONNY HENRY MBOEIK (221 17 020)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR - FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG

2020
LEMBAR PENGESAHAN
KAJIAN KONSEPTUAL PERENCANAAN TERMINAL TIPE
C DI KABUPATEN MALAKA

PENDEKATAN TRANSFORMASI ARSITEKTUR

PROPOSAL PENELITIAN
OLEH

KONNY HENRY MBOEIK

221 17 020

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

DONATUS ARAKIAN, ST, MT YULIANA BHARA MBERU, ST, MT

MENGETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG

BENEDIKTUS BOLI, ST.,MT

I
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
segala bimbingan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga saya dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik.

Proposal penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan mata kuliah Seminar Arsitektur dengan judul penelitian “Kajian
Konseptual Perencanaan Terminal tipe C di Kabupaten Malaka, perkotaan
Besikama.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini


mengalami banyak kesulitan, namun hal ini dapat teratasi berkat kerja keras serta
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Saya sungguh menyadari bahwa
proposal penelitian ini masih jauh dari aspek kesempurnaan, karenanya kritik dan
saran serta tanggapan yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat saya
harapkan untuk penyempurnaan penulisan proposal ini.

Dengan terselesainya proposal ini, saya mengucapkan rasa hormat dan


terima kasih atas segala bantuan, bimbingan, saran dan motivasi kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan baik secara fisik, material, maupun
sumbangan berupa pikiran, terutama kepada:

1. Bapak Donates Arakian, ST.,MT, selaku dosen pembimbing I dan Ibu


Yuliana Bhara Mberu, ST.,MT selaku dosen pembimbing II yang selalu
membimbing dan memberi saran serta kritikan dalam penulisan proposal
penelitian ini.
2. Ir. Robert Rayawulan., MT selaku dosen pembimbing akademik
3. Kaka Daifis Hendra Mboeik., ST yang selalu memberi dukungan dan
motivasi, bagi saya.
4. Terimakasih Tuhan Yesus untuk segalanya yang Engkau berikan.

I
Saya sepenuhnya menyadari bahwa proposal penelitian ini, masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun sebagai masukan dalam perbaikan proposal penelitian ini. Akhirnya
saya beharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semua,
Amin.

Kupang, Desamber 2020

Penulis

KAJAIN KONSEPTUAL PERENCANAAN i


Daftar ISi

Halam Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar belakang............................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah.......................................................................................................3
1.3. Tujuan dan sasaran.....................................................................................................3
1.4. Ruang lingkup/batasan...............................................................................................4
1.5. Sistematika penulisan.................................................................................................4
1.6. kerangka berpikir........................................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................................6
2.1. Pengertian judul..........................................................................................................6
2.2. Pengertian Terminal...................................................................................................8
2.3. Arsitektur Transformsi.............................................................................................14
2.4. Objek studi banding..................................................................................................19
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI...............................................................................28
3.1. Tinjauan Umum Lokasi Perencanaan.......................................................................28
3.2. Karakteristik Fisik Dasar Kabupaten Malaka...........................................................34
3.3. Rencana Pengembangan system Jaringan prasarana transportasi darat.....................38
3.4. Tinajuan khusus lokasi perangcangan.......................................................................48
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..............................................................................51
4.1. Pengumpulan Data....................................................................................................51
BAB V RENCANA PENELITIAN........................................................................................54
5.1. Organisasi Penelitian................................................................................................54
5.2. Waktu pelakasanaan.................................................................................................55
5.3. Biaya penelitian........................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................58

KAJAIN KONSEPTUAL PERENCANAAN ii


Daftar Gambar

KAJAIN KONSEPTUAL PERENCANAAN iii


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Transportasi sangat penting dalam menunjang keberhasilan


pembangunan, terutama dalam medukung perekonomian masyarakat dan
perkembangan wilayah pedesaan maupun perkotaan. Sisitem transportasi
sistem transportasi yang ada dimaksudkan untuk meningkatkan mobilitas
penduduk dan sumberdaya lainnya yang dapat mendukung pertumbuhan
ekonomi. Transportasi juga menyediakan akses bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan barang dan jasa sehari-hari, serta meningkatkan
kehidupan sosial ekonomi (Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 tahun
1995)

Terminal di perkotaan Besikama, Malaka Barat, Kabupaten Malaka


dikelola oleh Dinas Perhubungan (Dishub). Dishub selaku pihak yang
bertanggung jawab atas terminal, wajib melakukan pengelolaan yang baik
terhadap aset-asetnya. Pengelolaan tersebut dimulai dari perencanaan
kebutuhan terminal, pengoperasian terminal, pemeliharaan terminal, hingga
pembaharuan terminal. Salah satu yang menjadi tanggung jawab Dishub yaitu
terminal tipe C. Terminal tipe C menjadi sorotan atau fokus utama dari
Dishub karena layanan moda transportasi ini menjadi tumpuan masyarakat
dalam menggunakan sarana transportasi. Terminal tipe C berfungsi melayani
kendaraan angkutan umum pedesaan dan angkutan kota yang dibutuhkan di
perkotaan Besikama dalam rangka menyediakan prasarana transportasi untuk
masyarakat di perkotaan Besikama Malaka Barat, kab. Malaka prov. Nusa
Tenggara Timur, Indonesia.

Permasalahan utama yang dihadapi oleh kota-kota yang sedang


berkembang khususnya perkotaan Besikama, akibat dari pertambahan
penduduk dan pertumbuhan ekonomi adalah masalah transportasi.
Pertumbuhan perkotaan Besikama yang sangat cepat menuntut adanya sistem
pelayanan transportasi yang baik untuk menunjang kelancaran pertumbuhan
pembangunan Kabupaten Malaka itu sendiri, sehingga untuk mengantisipasi
masalah tersebut perlu adanya suatu sistem transportasi massal (angkutan
pedesaan dan angkutan kota). Kebutuhan akan adanya suatu sistem
transportasi yang efektif dalam arti murah, mudah, lancar, cepat, aman, dan
nyaman baik untuk pergerakan manusia maupun barang. Untuk mengahsilkan
sistem transportasi yang efektif dan efisien perlu adanya suatu perencanaan
yang dilaksanakan secara terpadu, terkoordinasi dan sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan pembangunan yang ada.
Terminal sebagai salah satu komponen sistem transportasi juga
memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang kinerja sistem
transportasi jalan raya, karena sistem transportasi jalan raya merupakan
tulang punggung sistem transportasi nasional. Posisi perkotaan Besikama,
sangat strategis karena bebatasan langsung dengan Negara Timor Leste,
Potensi Kabupaten Malaka, juga ditandai dengan berkembangnya fungsi jasa
dan perdagangan internasional. Lintasan ini akan menjadi semakin strategis
dengan adanya terminal tipe C yang memadai dan layak digunakan.  Maksud
dari pembahasan ini adalah untuk menyediakan suatu wadah pelayanan
transportasi perkotaan Besikama, berupa terminal tepi C yang berkaitan
dengan perancangan Terminal Terpadu yang efektif dan efisien sebagai
wadah pelayanan kegiatan transportasi khususnya di bidang angkutan
pedesaan dan angkutan kota sebagai pedoman perencanaan terminal tipe C
yang baik.
Perencanaan terminal tepi C di perkotaan Besikama (Malaka Barat),
menggunakan penekanan pada tampilan arsitektur Transformasi yang di
ambil dari budaya malaka, yang memperhatiakan fasilitas bagi angkutan antar
pedesaan dan angkutan antar kota, yang melayani transportasi darat, dengan
penekanan pada tampilan bangunan yang menggunakan kaedah-kaedah
Arsitektur Transformasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka judul yang penulis ambil
adalah
“Perencanaan Terminal Tipe C di perkotaan Besikama, (Malaka Barat)
Dengan pendekatan Tranformasi Arsitektur”
1.2. Identifiksi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat menemukan
permasalahan sebagai berikut:
1. Mengahsilkan sistem transportasi Terminal tipe C yang efektif dan efisien
perlu adanya suatu perencanaan yang dilaksanakan secara terpadu.
2. Aktifitas pelayanan kegiatan transportasi, khususnya di bidang angkutan
pedesaan dan angkutan kota sebagai pedoman perencanaan terminal tipe C
yang baik.

1.3. Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana mewujutkan perencanaan dan perancangan Terminal Tipe C
di perkotaan Besikama, (Malaka Barat), dengan pendekatan Transformasi
Arsitektur.

1.4. Tujuan dan sasaran


1.4.1. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Membuat konsep perencanaan Terminal tipe C di perkotaan Besikama,
(Malaka Barat).
2. Desain Terminal Tipe C di perkotaan Besikama, (Malaka Barat), dengan
pendekatan Transformasi Arsitektur, sehingga aktifitas yang terdapat di
dalamnya dapat berjalan dengan lancer dan nyaman.

1.4.2. Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai pada perencanaan ini adalah:
1. Mereview kondisi exsisting perencanaan Terminal Tipe C di perkotaan
Besikama, (Malaka Barat)
2. Menganalisa kebutuhan
3. Membuat konsep perencanaan dan perancangan Terminal Tipe C di
perkotaan Besikama, (Malaka Barat)
4. Membuat desain Terminal Tipe C di perkotaan Besikama, (Malaka
Barat), dengan pendekatan Transformasi Arsitektur.

1.5. Ruang lingkup/batasan


Daerah studi adalah kawasan Terminal Tipe C di perkotaan Besikama, (Malaka
Barat), kabupaten Malaka. Desain Terminal Tipe C di perkotaan Besikama
lebih difokuskan pada:
1. Pola sirkulasi
2. Kapasitas terminal penumpang
3. Perencanaan tampilan Transformasi Arsitektur pada bangunan
4. Sistem utilitas

1.6. Sistematika penulisan


Sistematika penulisan terdiri dari 5 bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN yang meliputi:

Latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang


lingkup/batasan studi dan sistematika penulisan dan kerangka berpikir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA/LANDASAN TEORI berisi tentang:

Pengertian judul, pengertian Terminal, Arsitektur Tranformsi dan obyek


studi banding

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN meliputi:


Pembahasan tentang gambaran umum lokasi perencanaan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN meliputi:


Data, Teknik pengumpulan data, Teknik analisis data, Substansi Materi
Keluaran

BAB V RENCANA PENELITIAN meliputi:

Organisasi penelitian, Pembahasan tentang biaya penelitian dan waktu


penelitian

Daftaf Pustaka

1.7. kerangka berpikir

Latar Belakang

Tujuan

Rumusan Masalah Batasan Masalah

Landasan Teori

Data

Data Primer Data Skunder

Proses Analsisa

Konsep Perancangan

Kajian Konseptual Perencanaan Terminal Tipe C Di Kabupaten Malaka

Dengan Penekanan Transformasi Arsitektur


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian judul

Penulisan judul yang diambil adalah ”Kajian konseptual perencanaan


Terminal tipe C di Kabupaten Malaka”.

a. Kajian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kajian merupakan hasil
mengkaji.
(Sumber: https://kbbi.kemdikbud.go.id)
b. Konseptual
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Konseptual adalah yang
berhubungan dengan konsep.
(Sumber: https://kbbi.kemdikbud.go.id)
c. Perencanaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Perencanaan adalah
proses, cara, perbuatan merencanakan (merancangkan).
(Sumber: https://kbbi.kemdikbud.go.id)
d. Terminal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terminal adalah
Perhentian penghabisan (bus, kereta api, dan sebagainya); stasium
(Sumber: https://kbbi.kemdikbud.go.id)
e. Tipe

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Tipe adalah model;


contoh; corak

(Sumber: https://kbbi.kemdikbud.go.id)
f. C
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), C adalah hufur ke-3
abjad Indonesia
(Sumber: https://kbbi.kemdikbud.go.id)

g. Di
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Di adalah kata depan
untuk menandai tempat
(Sumber: https://kbbi.kemdikbud.go.id
h. Kabupaten
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kabupaten adalah
daerah swatantra tingkat II yang di kepalai oleh Bupati, setingkat dengan
kota (madya) merupakan bagian langsung dari Propinsi yang terdiri atas
beberapa kecamatan
(Sumber: https://kbbi.kemdikbud.go.id
i. Kabupaten Malaka
Kabupaten Malaka merupakan salah satu kabupaten/Kota di provinsi NTT,
yang di mekarkan dari kab. Belu pada tanggal 11 Januari 2013 sesuai
amanat Undang-undang no. 3 tahun 2013 tentang pembentukan Kabupaten
malaka di Provinsi Nusa Tengara Timur dan terletak di daratan timur.
(Sumbe: RPIJM, bidang cipta karya tahun 2017-2021)
j. Dengan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Dengan adalah
kata penghubung menyatakan hubungan kata kerja dengan pelengkap atau
keterangan
(Sumber: https://kbbi.kemdikbud.go.id)
k. Pendekatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pendekatan adalah
usaha dalam merangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan
dengan orang yang di teliti, metode untuk mencapain pengertian tentang
maslah penelitian; ancangan
(Sumber: https://kbbi.kemdikbud.go.id)
i. Trnsformasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Transformasi
adalah perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya)
(Sumber: https://kbbi.kemdikbud.go.id)

j. Arsitektur
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Arsitektur adalah
seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan
dan sebagainya; ilmu bangunan
(Sumber: https://kbbi.kemdikbud.go.id)

2.1.1. Kasimpulan judul

Berdasarkan kajian di atas mengenai judul dan tema, ‘Kajian Konseptual


Perencanaan Terminal Tipe C Di Kabupaten Malaka’, dapat di simpulkan:
suatu proses mengkaji secara konseptual, untuk merencanakan sebuah
bangunan, Terminal di Kab. Malaka dengan pendekatan Arsitektur
Transformasi.

2.2. Pengertian Terminal

Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal Transportasi merupakan

1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai


pelayanan umum.
2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian lalu
lintas.
3. Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk
melancarkan arus penumpang dan barang.
4. Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi
kehidupan kota.

2.2.1. Fungsi terminal

Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995. Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat


ditinjau dari 3 unsur:
1. Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu,
kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau
kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas parkir
kendaraan pribadi.
2. Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah dari segi perencanaan dan
manajemen lalu lintas untuk menata lalulintas dan angkutan serta
menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai
pengendali kendaraan umum.
3. Fungsi terminal bagi operntor/pengusaha adalah pengaturan operasi bus,
penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi swak bus dan sebagai
fasilitas pangkalan.

2.2.2. Jenis-jenis Terminal

Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995. Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat


angkutan, menjadi:

1. Terminal Penumpang, adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan


menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan uxra dan/atau antar
moda transportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan
kendaraan umum.
2. Terminal Barang, adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau antar
moda transportasi.

2.2.3. Ketentuan mengenai Terminal angkutan penumpang

Berdasarkan keputusan menteri Perhubungan No 31/1995 pasal 2,


Terminal penumpang berdasarkan fungsi pelayanannya dibagi menjadi:

1. Terminal Penumpang Tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk


angkutan antar kota antar propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
2. Terminal Penumpang Tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan
pedesaan.
3. Terminal Penumpang Tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan pedesaan.

2.2.4. Persyaratan Lokasi terminal

Menurut keputusan menteri Perhubungan No 31/1995 pasal 11, 12 dan


13 persyaratan lokasi Terminal sebagai berikut:

a) Persyaratan Lokasi Terminal Tipe A


 Terletak di Ibukota Propinsi, Kotamadya atau Kabupaten dalam
jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas
negara.
 Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III
A.
 Jarak antara dua terminal penumpang Tipe A sekurang-kurangnya 20
km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatera dan 50 km di pulau
lainnya. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk
terminal di pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 ha di pulau lainnya.
 Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal,
sekurang-kurangnya berjarak 100 meter di Pulau Jawa dan 50 meter di
pulau lainnya.
b) Persyaratan Lokasi Terminal Tipe B
 Terletak di Kotamadya atau Kabupaten dan dalam jaringan trayek
angkutan kota dalam propinsi.
 Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan
sekurangkurangnya kelas III B.
 Jarak antara dua terminal penumpang Tipe B atau dengan terminal tipe
A sekurang-kurangnya 15 km di pulau Jawa, 30 km di pulau lainnya.
 Tersedia luas lahan sekuarng-kurangnya 3 ha untuk terminal di pulau
Jawa dan Sumatera, dan 2 ha di pulau lainnya.
 Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal,
sekurang-kurangnya berjarak 50 meter di pulau Jawa dan 30 meter di
pulau lainnya.

c) Persyaratan Lokasi Terminal Tipe C


 Terletak di dalam wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II dan dalam
jaringan trayek angkutan pedesaan.
 Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi III
A. Tersedia lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan.
 Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal,
sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.

Pola Lokasi Terminal

Sesuai dengan kebutuhan rencana kota atau wilayah terdapat dua pola
lokasi Terminal yang dikenal yaitu:

1. Pola lokasi terminal terpusat, terjadi bila system pelayanan terpusat pada
satu tempat, artinya untuk mencapai lokasi kegiatan pada kota yang
mempunyai satu pusat kegiatan biasanya mempunyai satu pusat terminal
angkutan umum dan beberapa terminal lokal yang berada didalam kota.
Pada pola ini terminal angkutan umum antar kota terletak di pusat atau
menjadi satu dengan terminal induk.
2. Pola lokasi teminal tersebar, terjadi bila system pelayanan tidak terpusat
pada satu tempat, artinya kota yang mempunyai beberapa kegiatan akan
membentuk satu pusat terminal angkutan umum kota di tiap wilayah.
Setiap terminal wilayah dihubungkan oleh jaringan jalan melingkar. Pada
pola ini terminal angkutan antar kota yang akan disebarkan dan
ditempatkan di tiap pintu masuk Kota juga berfungsi sebagai suatu
terminal angkutan dalam kota bagi wilayahnya.

Alternatif standar Terminal


Terminal penumpang berdasarkan tingkat pelayanan yang dinyatakan
dengan jumlah arus minimum kendaraan per satu satuan waktu mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:

1. Terminal tipe A 50 -100 kendaraan/jam


2. Terminal tipe B 25 50 kendaraan /jam
3. Terminal tipe C 25 kendaraan/jam

Luas kawasan Terminal penumpang

Untuk masing-masing tipe terminal memiliki luas berbeda, tergantung


Wilayah dan tipenya, dengan ketentuan ukuran minimal:

1. Untuk terminal tipe A di pulau Jawa dan Sumatra seluas 5 Ha, dan di
pulau lainnya seluas 3 Ha.
2. Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Jawa dan Sumatra seluas 3 Ha,
dan dipulau lainnya seluas 2 Ha.
3. Untuk terminal tipe C tergantung kebutuhan.

2.2.5. Jenis Jalan

Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Jalan dapat dikelompokkan atas tiga


golongan dengan karakteristik masing-masing sebagai berikut:

1. Jalan Arteri Jalan arteri merupakan jalan yang melayani angkutan umum
utama yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Perjalanan jarak jauh
b. Kecepatan rata-rata tinggi (60 km)
c. Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien dan lebar jalan 8 m.
2. Jalan kolektor Jalan kolektor meruapakan jalan yang melayani angkutan
penumpang cabang dari pedalaman ke pusat kegiatan, dengan ciriciri
sebagai berikut :
a. Perjalanan jarak sedang
b. Kecepatan rata-rata sedang (20 km)
c. Jumlah jalan masuk dibatasi dan lebar badan jalan 7 m.

3. Jalan lokal

Jalan lokal merupakan jalan yang melayani angkutan setempat, dengan


ciri-ciri sebagai berikut:

a. Perjalanan jarak dekat


b. Kecepatan rata-rata rendah (10 km)
c. Jalan masuk tidak dibatasi dan lebar jalan 3,5 m.
2.2.6. Fasilitas Terminal

Menurut keputusan menteri Perhubungan No 31/1995 pasal 3, fasilitas


terminal bus terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas penunjang.

1. Fasilitas Utama

Fasilitas utama terdiri dari:

a. Jalur Pemberangkatan yaitu: pelataran yang disediakan bagi kendaraan


angkutan penumpang umum untuk menaikkan dan memulai perjalanan.
b. Jalur Kedatangan yaitu: peralatan yang disediakan bagi kendaraan
angkutan penumpang umum untuk menurunkan penumpang yang dapat
pula merupakan akhir perjalanan.
c. Jalur tunggu kendaraan yaitu: pelataran yang disediakan bagi kendaraan
dan penumpang umum, untuk beristirahat dan siap menuju jalur
pemberangkatan.
d. Areal tunggu penumpang yaitu: pelataran tempat menunggu yang
disediakan bagi orang yang akan melakukan perjalanan dengan
kendaraan angkutan penumpang umum.
e. Jalur lintas yaitu: pelataran yang disediakan bagi kendaraan angkutan
penumpang umum yang akan langsung melanjutkan perjalanan setelah
menurunkan / menaikkan penumpang.
f. Bangunan Kantor terminal yaitu: berupa sebuah bangunan yang biasanya
berada di dalam wilayah terminal, yang biasanya digabung dengan
gedung operasional. .
g. Menara Pengawasan yang berfungsi sebagai tempat untuk memantau
pergerakan kendaraan dan penumpang dari atas menara.
h. Pos Retribusi: pos yang biasanya berlokasi dipintu masuk dari terminal.
i. Loket Penjualan Tiket yaitu: suatu ruangan yang dipergunakan oleh
masing-masing perusahaan untuk keperluan penjualan tiket bus yang
melayani perjalanan dari terminal yang bersangkutan, loket ini biasanya
tersedia hanya bagi terminal dengan tipe A dan B.
j. Rambu rambu dan petunjuk informasi yang berupa petunjuk Jurusan,
tarif dan jadwal perjalanan, hal ini harus tersedia karena sangat penting
untuk memberikan informasi bagi para penumpang baik yang akan
meninggalkan maupun yang baru tiba di terminal yang bersangkutan
tidak tersesat dan terkesan semrawut.
2. Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang terdiri dari:

a. Ruang informasi dan pengaduan.


b. Tempat penitipan barang
c. ATM
d. WC/toilet umum
e. Kios-kios dan kantin
f. Plasa/taman
g. Bangunan uji kendaraan
h. Rumah makan
i. Ruang genset
j. Pelataran ojek

2.3. Arsitektur Transformsi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) arti kata


transformasi adalah perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya.
Dapat dikaitkan juga dengan perubahan struktur gramatikal menjadi
struktur gramatikal lain dengan menambah, mengurangi, atau menata
kembali unsur- unsurnya. Menurut Amos Rapoport dalam bukunya tahun
1969 yang berjudul house form and culture yang membahas tentang
perubahan arsitektur vernakular menjadi arsitektur modern. Transformasi
arsitektur dapat diartikan menjadi sebuah hal yang lumrah yang dapat
terjadi pada manusia dan bangunan. Sebuah transformasi dapat dikaitkan
dengan usaha beradaptasi manusia ataupun bangunan. Seperti halnya
manusia yang beradaptasi melalui letak geografis, iklim cuaca dan
kebudayaan setempat, begitu juga dengan sebuah bangunan. Di dalam
bukunya di jelaskan bahwa arsitektur sangat ditentukan oleh budaya, maka
dari itu transformasi arsitektur sangat berkaitan dengan perubahan budaya
mencakup mikro atau makro.

1.3.1. Pengertian Transformasi

Menurut Josef Prijotomo dalam prastyanto dkk 2015, kata


Transformasi dalam bahasa Indonesia dapat disamakan dengan kata
pemalihan, yang artinya perubahan dari benda asal menjadi benda
hasilnya. Perubahan yang terjadi dapat dikategorikan perubahan yang
sudah tidak memperlihatkan kesamaan atau keserupaan dengan benda
asalnya, maupun perubahan yang benda hasilnya masih menunjukan
petunjuk benda asalnya.

Menurut Gatot Adi Susilo (2011) dalam kajiannya tentang


“Transformasi dalam Arsitektur jawa”, Transformasi dapat diartikan
mengadakan perubahan yang meliputi pada bentuk, tampilan luar, kondisi
alam atau fungsinya, dan transformasi juga dapat diartikan merubah
karakter pribadi.
Jadi kesimpulannya yang dimaksud dengan transformasi arsitektur
adalah membuat suatu perubahan atau penyesuaian beberapa elemen
bentuk fisik, karakter arsitektur. Baik itu masih terdapat unsur asli maupun
tidak dalam fisiknya. Namun dalam prosesnya masih bersumber dari
kajian keaslian objek transformasi.

1.3.2. Jenis-jenis Trnsformasi

Menurut Anthony C. Antoniades dalam bukunya “Poetics of


Architecture” tahun 1990 terdapat dua hal penting yang menjadi indikator
pada transformasi arsitektur, yaitu:

1. Toeri metafora
 Konsep Metafora

Konsep metafora dalam arsitektur pada dasarnya di bangun


melalui perwujudan konsep desain. Kemudian konsep tersebut
direalisasikan pada benuk tiga dimensi. Menurut Anthony (1990)
metafora adalah cara memahami suatu hal sehingga mendapat
pemahaman yang baik dari topik bahasan. Dengan bahasa lain yaitu
menerangkan suatu subjek dengan subjek lain

1. Prinsip Arsitektur Metafora


a. Mencoba memindahkan keterangan dari suatu objek ke
subjek lain
b. Berusaha melihat subjek seakan akan subjek yang lain
c. Mengganti fokus penelitian
2. Kegunaan Metafora
a. Melihat karya arsitektural dari sudut pandang yang lain
b. Mempengaruhi timbulnya interpretasi pengamat
c. Mempengaruhi pengertian pada subjek kemudian dianggap
menjadi hal yang sulit dimengerti
d. Menghasilkan arsitektur yang lebih ekspresif
3. Kategori Metafora
a. Intangible Metafora

Bersumber dari konsep, ide, hakikat, dan nilai-nilai


(komunkasi, budaya, tradisi, individualisme, naturalisme)

b. Tangible Metafora

Bersumber dari karakter materi atau visual yang nyata.


(Bangunan seperti Istana, Menara seperti Tongkat

c. Kombinasi Metafora
Penggabungan antara Intangible Metafora dan Tangble
Metafora dengan perbandingan objek visual dimana memiliki
pesamaan nilai konsep.
2. Strategi Transformasi
1. Traditional Strategy

Evolusi Progresif dari bentuk dengan penyesuaian langkah-


langkah terhadap batasan:

a. Eksternal

View, Site, Orientasi, arah angin, kriteria lingkungan

b. Internal

Fungsi, Program Ruang, Kriteria struktural

c. Artistik

Kemampuan, sikap untuk memanipulasi bentuk, dengan


pertimbangan dana dan kriteria pragmatis

2. Strategy Borrowing

Memijam dasar bentuk dari sebuah karya lukisan, patung dan


lain lain mempelajari dan mencari kedalam reintrepertasinya dengan
pertimbangan kelayakan dan validitas. Transformai pinjaman adalah
pemindahan rupa “pictorical transfering” serta dapat diklasifkasikan
sebagai “pictorical metaphora”.
3. Strategy Dekomposisi
a. Skala

Penambahan atau pengurangan ukuran dengan komposisi yang benar.

b. Keterkaitan antar bagian (whole vs parts)

Penjelasan dan penyatuan antara bentuk keseluruhan. Ruang dan


fungsi mempunyai peranan penting.

c. Pengaruh eksternal

Pengaruh atau tekanan dari luar adalah pertimbangan dari


transformasi yang tidak bisa dilepaskan dn sangat kuat untuk
mempengaruhi.

d. Semantik

Berdasarkan konotasi visual, berupa wujud, tipologi, gambaran,


tampak, dan bayangan.

Menurut Anthony C. Antoniades dalam Gatot (2011), bahwa cara


menciptakan karya arsitektur dalam wujud transformasi ada empat, yaitu:

1. Pernyataan visual dengan pendekatan konseptual terhadap


permasalahan dengan menggunakan gambar tiga demensional.
2. Evaluasi terhadap ide-ide dan memilih ide yang paling memuaskan
semua pihak sebagai alternatif maksimal, ide ini kemudian menjadi dasar
dari proses transformasi
3. Melakukan transformasi, yaitu dengan cara penggeseran, perputaran,
pencerminan, penarikan, pemampatan, skala dan memuntir (translation,
rotation, reflection, stretching, shrinking, scale, twisting).
4. Penyampaian informasi kepada pihak luar sehingga bisa diterima,
dibangun dan dinikmati.

Menurut D.K Ching dalam buku “Arsitektur Bentuk, Ruang dan


Tatanan” edisi kedua tahun 2000, ada beberapa elemen transformasi yaitu:

1. Bentuk
Bentuk dapat diartikan sebagai struktur internal maupun garis
eksternal serta prinsip yang memberikan kesatuan secara menyeluruh.

2. Bentuk dan Ruang


Bentuk visual ruang, dimensi, dan skalanya. Kualitas cahayanya
semua tergantung persepsi masing masing yang batasnya ditentukan dari
unsur pembentuknya. Arsitektur yang nyata adalah jika ruang telah
ditetapkan, terlingkup, dan di bentuk oleh unsur masa. Bentuk masa dan
ruang dalam arsitektur sangat sering kita jumpai dengan skala yang
berbeda.

3. Organisasi
Organisasi ruang bertujuan untuk penyusunan ruang agar dapat
menjelaskan tingkat kepentingan relatif dan fungsi serta peran simbolis
ruang ruang tersebut. Proporsi dan Skala

Perbandingan antara proporsi dan skala adalah jika skala


menyinggung pada ukuran sesuatu dibandingkan dengan suatu standar
referensi yang di jadikn sebuah patokan, maka proporsi lebih
menekankan pada hubungan sebenarnya atau harmonis dari bagian
menyeluruh. (Ching, 2000)

Teori proporsi:

a. Golden section
b. Penataan klasik
c. Teori renaissance
d. Modular
e. Ken’
f. Antropometri
g. Skala
2.4. Objek studi banding
Perancangan Terminal Tipe C berada di jalan manente kecamatan
Tahuna kota Tahuna
2.4.1. Lokasi Tapak dan perancangan

Lokasi tapak perancangan Terminal Tipe C berada di jalan manente


kecamatan Tahuna kota Tahuna dengan luas site 3 hectare seperti pada
gambar dibawah ini.

Gambar 2.1.: Peta Kepulauan Sangihe Tahuna


Sumber: Peta-kota.blogspot.com.
Gambar2.2.: Situasi Tapak

Pemilihan lokasi site yang terletak di Kota Tahuna Kec. Tahuna dan
didasarkan atas beberapa kriteria yaitu:

1) Berdasarkan rencana tata ruang wilayah kota Tahuna (RTRW) tahun 2014
– 2034 menyatakan lokasi site harus sesuai dengan peraturan pemerintah
yang ditetapkan sesuai dengan rencana peruntukan lahan gelanggang
olahraga.
2) Lingkungan tapak berada di lokasi dengan kondisi topografi yang datar.
3) Aksesibilitas lokasi tapak yang mudah dicapai.

2.4.2. Analisis Tapak dan Lingkungan

Analisa pengembangan lokasi dan tapak berada di jalan Manente


kecamatan Tahuna Kota Tahuna seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.3.: Tapak Perancangan


TEMA PERANCANGAN

2.4.3. Asosiasi Logis

Terminal Tipe C Tahuna di Kabupaten kepulauan sangihe, merupakan


sarana angkutan umum untuk masyarakat setempat. Mengingat bahwa kota
Tahuna juga merupakan salah satu tempat pariwisata di Sulawesi utara
sehingga yang datang di Terminal Tahuna ini bukan saja penduduk setempat
tetapi juga para turis maupun turis lokal ataupun macanegara. Oleh karena itu,
untuk merancang objek ini menggunakan tema arsitektur ‘’Neo Vernakular’’
yang menghasilkan karya modern namun tetap mempertahankan ciri khas
kebudayaan lokal ini dapat memudahkan arsitek untuk merancang suatu karya
arsitektural.‘’Neo Vernakular’’, ini dijadikan tema perancangan yang
diaplikasikan pada objek rancangan, sehingga dari sisi arsitektur bangunan
akan mencritakan sebuah bangunan modern tapi tetap mempertahankan ciri
khas lokal yang memiliki estetika yang menarik sehingga bagi para
pengguna lokal dan turis masih dapat melihat ciri khas kebudayaan Sangihe.

2.4.4. Kajian Tema

Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang
pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan
tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes
dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan
berbentuk kotakkotak). Oleh sebab itu, lahirlah aliran-aliran baru yaitu
Post Modern. Ada 6 aliran yang muncul pada era Post Modern menurut
Charles A. Jenck diantaranya, historiscism, straight revivalism, neo
vernakular, contextualism, methapor dan post modern space. Dimana
menurut Budi A Sukada (1988) dari semua aliran yang berkembang pada Era
Post Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut:

 Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.


 Membangkitkan kembali kenangan historik.
 Berkonteks urban.
 Menerapkan kembali teknik ornamentasi.
 Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).
 Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).
 Dihasilkan dari partisipasi.
 Mencerminkan aspirasi umum.
 Bersifat plural
 Bersifaf elektik

KONSEP PERANCANGAN

2.4.5. Konsep Dasar Perancangan

Konsep dasar perancangan objek mengadaptasi bentuk bangunan


tradisional sangihe yaitu Bale Lawo. Selain sebagai tranformasi aktivitas yang
diterapkan pada bentuk, konsep tema Neo Vernakular dihadirkan untuk
menciptakan unsur tradisional sangihe dengan panggunaan material dan
bentuk fisik dari bangunan Terminal Tipe C, sehingga menarik perhatian dan
minat masyarakat untuk mengunjungi dan Terminal Tipe C .

2.4.6. Konsep Gubahan Bentuk dan Ruang

Konsep gubahan bentuk berdasarkan kajian terhadap tema arsitektur


Neo Vernakular dengan mengadaptasi bentuk tradisional sangihe, didapatkan
beberapa bentuk pada bangunan Bale Lawo yang akan menjadi dasar
perencanaan dan perancangan Terminal Tipe C di Tahuna.

Gambar 2.4.: Gubahan Bentuk dan Ruang

Gambar 2.5.: Konsep Gubahan Bentuk dan Ruang

2.4.7. Konsep Sirkulasi dan Entrance

Pola sirkulasi yang digunakan adalah pola linear dimana sirkulasi satu
arah dari main entrance hingga keluar tapak.

Sirkulasi yang berada dalam tapak khusus kendaraan, terbagi menjadi


dua, yaitu:

kendaraan

pribadi bus
Gambar 2.6.: Konsep Sirkulasi dan Entrance

2.4.8. Konsep Gubahan Bentuk dan Konfigurasi Massa

Perletakan fungsi dalam site dibagi atas 2 fungsi fasilitas masa bangunan
dan fasilitas ruang luar yang terdiri dari ruang parkir, ruang luar taman dan ruang
luar buatan lainnya, seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.7.: Konsep Gubahan Bentuk dan Konfigurasi Massa

HASIL PERANCANGAN

2.4.9. Tata Letak dan Tata Tapak

Gambar 2.8: Layout plan, site plan, denah bangunan lantai dasar 2 & 3
Gambar 2.9.: Tampak bangunan

Gambar 2.10.: Perspektif, spot interior dan spot exterior baangunan.

PENUTUP

2.4.10. Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang bahwa tidak adanya ketersediaan wadah


untuk menunjang kegiatan mobilitas masyarakat sehinnga sirkulasi dalam
kota menjadi rancu dan kacau permasalahan ini dapat diatasi dengan
perancangan Terminal Tipe C Tahuna yang merupakan tempat dimana dapat
menunjang kegiatan masyarakat dan aktifitas dalam kota menjadi lebih efektif.
Pengembangan Terminal Tipe C Tahuna ketika telah berhasil memadukan
konsep fungsi dan teoritis arsitektur. Perancangan Terminal Tipe C
menerapkan Arsitektur Neo Vernakular yang dimana memberikan kesan
Tradisional pada bangunan Terminal. Dan lokasi terpilih berada di
Kecamatan Tahuna Manente yang dimana telah memenuhi standard
pembangunan Terminal Tipe C.

Saran

Berdasarkan proses penyusunan seminar tugas akhir penulis menyadari


bahwa masih banyak konsep pengembangan yang terbaru yang belum sempat
di kelola dan di gali secara optimal dan mungkin juga ada kesalahan
penulisan.untuk itu masukan dan saran sangat diperlukan untuk
penyempurnaan tulisan sangat di harapkan. Semoga tulisan ini dapat
menambah informasi dalam dunia arsitektur dan berguna bagi yang
membutuhkan.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
3.1. Tinjauan Umum Lokasi Perencanaan
3.1.1. Administrasi

Sumber: RTRW, Kabupaten Malaka

Gambar 3.1.: Peta Kabupaten Malaka

Secara geografis Kabupaten Malaka terletak pada 124 0-880 25 Bujur Timur dan
90-10,26 Lintang Selatan. Kabupaten Malaka merupakan salah Daerah Otonom Baru
(DOB), yang baru saja mekar pada tahun 2012 yang lalu, yang sebelumnya merupakan
sebagian wilayah dari Kabupaten Belu, Kabupaten Malaka sendiri terbentuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2013. Kabupaten Malaka memimiliki
wilayah seluas 1160,63 km 2 dengan keadaan morfologi sebagian besar wilayahnya
berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan derajat kemiringan (>50%).
Berdasarkan posisi geografisnya Kabupaten Malaka Memiliki batas-batas: bagian
Utara berbatasan dengan Kabupaten Belu; bagian Selatan berbatasan dengan Laut
Timor; bagin Timur berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste; kemudian
bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten TTU dan Kabupaten TTS. Kabupaten
Malaka sendiri memiliki 127 Desa. Kabupaten Malaka sendiri memiliki 12 Kecamatan
yaitu:

No. Kecamatan Luas/km2


1 Kecamatan Wewiku 97,92km2
2 Kecamatan Malaka Barat 87,42 km2
3 Kecamatan Weliman 88,25km2
4 Kecamatan Rinhat 151,72km2
5 Kecamatan Io Kufeu 67,69km2
6 Kecamatan Sasita Mean 65,48km2
7 Kecamatan Malaka Tengah 168,69km2
8 Kecamatan Botin Leobele 39,03km2
9 Kecamatan laen Manen 94,02km2
10 Kecamatan Malaka Timur 83,28km2
11 Kecamatan Kobalima 120,95km2
12 Kecamatan Kobalima Timur 96,11km2
Sumber data: BPS MALAKA 2018

Tabel 3.1.: Daftar Kecamatan, Kabupaten Malaka

3.1.2. Demografi dan Urbanisasi

Berdasarkan data BPS tahun 2014 (Kabupaten Malaka Dalam Angka


2015) Data menunjukan Jumlah Penduduk Kabupaten Malaka pada tahun
2015 sebanyak 174.668 yang tersebar di 12 Kecamatan. Kecamatan Malaka
Tengah merupakan Kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi, yakni
mencapai 37.265 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 9202 KK.
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Malaka setiap tahun mengalami
peningkatan, baik yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan penduduk
Kabupaten Malaka maupun disebabkan oleh adanya migrasi dari daerah sekitar
Kabupaten Malaka. Pada dasarnya tingkat perkembangan jumlah penduduk
dapat digunakan untuk mengestimasi perkiraan jumlah penduduk di masa yang
akan datang. Proyeksi jumlah penduduk di masa yang akan datang dilakukan
dengan pendekatan matematik dan menggunakan kecendrungan pertumbuhan
penduduk 5 tahun terakhir.

Tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah diperoleh dari jumlah


penduduk dibagi dengan luas wilayah. Data registrasi penduduk Kabupaten
Malaka tahun 2014 luas wilayah adalah sebesar 1.160,63 km2, dengan jumlah
penduduk sebesar 174.668 jiwa. Dengan demikian tingkat kepadatan penduduk
Kabupaten Malaka adalah sebesar 150 jiwa/km2. Kecamatan yang paling padat
penduduknya adalah Kecamatan Malaka Barat dengan tingkat kepadatan 234
jiwa/km2, sedangkan Kecamatan Kobalima Timur adalah kecamatan yang
tingkat kepadatannya terendah dengan tingkat kepadatan 66 jiwa/km2. Tabel
berikut ini akan menguraikan secara detail kepadatan penduduk Kabupaten
Malaka periode Tahun 2014.

Sumber: Malaka Dalam Angka 2015

Tabel 3.2.: Kepadatan Penduduk Kabupaten Malaka Tahun 2014


Kabupaten Malaka memiliki rata – rata pertumbuhan penduduk sebesar
0.304 % per tahun (Sumber: Dokumen RTRW Kabupaten Malaka Tahun
2016–2035). Proyeksi penduduk untuk 5 tahun ke depan tahun 2020
diprediksikan penduduk Kabupaten Malaka mencapai 177. 333 Jiwa dengan
jumlah rumah tangga sebanyak 46. 607 KK, di mana setiap keluarga rata -
rata memiliki anggota keluarga sebanyak 4 orang. Kecamatan Malaka
Tengah memiliki jumlah penduduk terbesar di tahun 2020 yakni 37.835 jiwa
sedangkan Kecamatan Botin Leobele memiliki jumlah penduduk terendah
yakni 4. 978 jiwa.

3.1.3. Data perkembangan PDRB dan potensi ekonomi

Gambaran umum kondisi daerah ditinjau dari kesejahteraan dan


pemerataan ekonomi didasarkan atas indikator pertumbuhan ekonomi, laju
inflasi, PDRB perkapita dan pemerataan pendapatan. Indikator umum dipakai
untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah dengan
melihat perkembangan PDRB daerah yang bersangkutan, baik dengan
minyak dan gas (migas) maupun tanpa migas. PDRB Kabupaten Malaka
selama 2009-2013 berdasarkan harga konstan relatif tidak mengalami
peningkatan, dimana pada tahun 2013 terjadi pemekaran menjadi dua yaitu
Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka.
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten

Tabel 3.3: Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2012-2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa PDRB Kabupaten Malaka


ditopang oleh sektor (1) Pertanian, (2) Jasa- jasa, (3) Konstruksi Bangunan,
(4) pengangkutan dan komunikasi. Jika dilihat dari trend perkembangnnya,
sektor pertanian dan sektor jasa menyumbang persentase yang relative
lebih besar daripada sektor lainnya. Perkembangan sektor pertanian
cenderung turun, diman pada tahun 2009 sebesar 55,69%, kemudian turun
pada tahun 2010, 2011, 2012 sebesar 53,70%, 51,71%, 50,79% dan 2013
turun menjadi 50,02%. Walaupun mengalami penurunan, sektor pertanian
sampai tahun 2013 tetap penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten
Malaka. Hal ini memberikan gambaran bahwa pertanian memiliki prospek
yang cukup baik untuk terus dikembangkan sebagai pilar ekonomi
Kabupaten Malaka. Sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan dan
komunikasi mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai tahun 2013
sedangkan sektor konstruksi bangunan cenderung naik turun.
Kondisi ekonomi Kabupaten Malaka dapat dilihat dari keadaan PDRB
yang pada tahun 2015 mencapai Rp. 966.397.521.978,68,- dengan kontribusi
terbesar berasal dari sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang
mencapai 23,5%% dari Produk Domenstik Regional Broto sedangkan
sektor Industri menyumbang 1,1% dan sektor Gas dan Listrik sebagai sektor
dengan kontribusi terkecil yaitu sebesar 0,1% terhadap PDRB. Distribusi
persentase PDRB kabupaten Malaka berdasarkan Lapangan usaha tahun
2015 dapat dilihat pada gambar diagram 22.3 Berdasarkan Data APBD
Kabupaten Malaka Tahun 2015 menunjukan bahwa pendapatan tahun 2015
sebesar Rp.547.772.995.281,68,- dari pendapatan tersebut yang digunakan
untuk belanja atau pengeluaran sebesar Rp. 418.624.526.697,00,-. Belanja
langsung digunakan untuk Belanja barang dan Belanja modal
(Pembangunan) sebesar Rp. 135.557.419.070,00 atau 32,38%. Sedangkan
belanja terbesar masih dianggarkan untuk belanja Pegawai yang mencapai
67,62% dari total belanja tahun 2005.

PENDAPATAN UMLAH (Rp) UMLAH (Rp) UMLAH (Rp)


ian Pendapatan Asli Daerah 3.821.368.066,00 15.664. 563.061,39 101.339.624,68
ian Dana Perimbangan 5.405.527.314,00 .735.311.754,00 119.024.450,00
ian Pinjaman Daerah - - -
n-lain Penerimaan yang sah 1.975.982.864,00 5.945.676.676,00 552.631.207,00
TOTAL 202.878.244,00 345.551.491,39 772.995.281,68
BELANJA UMLAH (Rp) UMLAH (Rp) UMLAH (Rp)
lanja Tidak Langsung 4.884.465.398,00 3.025.787.000,00 067.107.627,00
lanja Langsung 5.350.704.192,00 .146.366.888,00 557.419.070,00
TOTAL 235.169.590,00 172.153.888,00 624.526.697,00
Sumber : Malaka Dalam Angka Tahun 2015.

Tabel 3.4: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Malaka


Tahun 2013 – 2015.
Sumber: Malaka Dalam Angka Tahun 2015

Gambar 3.2.: Diagram Pie PDRB Kabupaten Malaka Tahun 2015

3.2. Karakteristik Fisik Dasar Kabupaten Malaka


3.2.1. Topografi

Keadaan topografi di Kabupaten Malaka sendiri bervariasi antara


ketingian 0 sampai dengan +806 m. dpal (meter diatas permuskaan air laut).
Mendominasi wilayah bagian selatan yaitu Kecamatan Wewiku, Kecamatan
Malaka Barat, sebagian Kecamatan Malaka Tengah dan Kecamatan Kobalima.
Sementara pada bagian tengah ini terdiri dari area dengan dataran sedang (270-
537 m.dpal) yaitu sebagian Kecamatan Weliman, Kecamatan Malaka Tengah,
Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Botin Leobele. Kemudian daerah dataran
tinggi berada di kawasan utara Kabupaten Malaka (538-806 m.dpal) yaitu
berada di Kecamatan Laen Manen, Kecamatan Io Kufeu, sebagian Kecamatan
Malaka Timur dan Kobalima Timur, bentuk topografi Kabupaten Malaka
merupakan daerah datar berbukit-bukit hingga pegunungan dengan sungai-
sungai yang mengalir kearah utara dan selatan mengikuti arah kemiringan
lerengnya. Sungai-sungai di Kabupaten Malaka mengalir dari bagian selatan
dan bermuara di selat Ombai dan Laut Timor.

Ditinjau dari kemiringan lereng, pada umumnya kemiringan lereng


Kabupaten Malaka didominasi kemiringan antara 0-45%, keadaan kemiringan
lereng wilayah Kabupaten Malaka dikelompokan menjadi 5 kelas dengan
masing-masing lokasi sebagai berikut:

 Daerah dengan kemiringan lereng 0-8% yang merupakan dataran landai


yaitu terdapat diwilayah pesisir pantai selatan Kabupaten Malaka, yakni
Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Barat dan sebagia besar
Kecamatan Weliman, Kecamatan Malaka Tengah dan Kecamatan
Kobalima
 Daerah kemiringan lereng 8-15%, yang merupakan daerah datar terdapatat
di Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima Timur dan sebagian
terdapat di Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima Timur,
Kecamatan LeanManen, Kecamatan Rinhat, Kecamatan Malaka Tengah
dan Kecamatan Botin Leobele.
 Daerah dengan kemiringan lereng 15-30% yang merupakan dataran landau
atau bergelombang meliputi daerah lembah yang terletak diantara
pegunungan, terdapat di sebagian besar Kecamatan Sasita Mean dn
Kecamatan Io Kufeu kemudian sebagiannya terdapat di Kecamatan
Kobalima Timur, Kecamatan Malaka Timur, Kecamatan Rinhat dan
Kecamatan Botin Leobele
 Daerah dengan kemiringan 30-45% yaitu daerah yang bergelombang dan
berbukit terdapat di sebagian wilayah yang ada di Kecamatan Malaka
Timur.

Rincian kemiringan lereng yang ada di Kabupaten Malaka dapat dilihat


pada tabel berikut:

Kemiringa Luas
H %
Lereng
a
0-3% 29 26,7
,8 7
81
,9
6
3-8% 20 18,6
,8 5
09
,9
1
8-15% 37 33,3
,2 8
58
,6
0
15-25% 18 16,8
,8 8
43
,9
7
25-40% 4, 4,26
75
9,
49
>40% 54 0,05
,8
5
Total 11 100.
1, 00
60
7,
79
Sumber data: BPS MALAKA 2018.

Tabel 3.5.: Kemiringan Lereng.


Berdasarkan data kemiringan lereng yang ada di BPS Kabupaten Malaka,
di wilayah Kecamatan Malaka Tengah memiliki kondisi lereng yang berbeda
yaitu dibagian wilayah pesisir Kecamatan Malaka Tengah memiliki kemiringan
lereng 0-8%, kemudian sebagian wilayah Kecamatan Malaka Tengah, memiliki
kemiringan lereng yang datar yaitu 8-15%. Dilihat dari data kemiringan lereng
Kecamatan Malaka Tengah dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wilayah
Kecamatan Malaka Tengah Memiliki kondisi lereng yang datar dan sebagian
wilayahnya merupakan daerah pesisir sehingga memiliki kemiringan lereng
dari 0-8%.

3.2.2. Jenis tanah di Kabupaten malaka

Jenis tanah di Kecamatan Malaka Tengah terdapat diklafikasikan


menjadi 3 jenis tanah yaitu:

1. Jenis tanah aluvial


Tanah alluvial sendiri merupakan jenis tanah yang berasal dari
sedimen lumpur yang dibawah oleh air sungai, ciri dari tanah alluvial
sendiri yaitu bisa terlihat dengan jelas dari warnanya yang kecoklatan
namun cenderung agak kelabu, hal ini disebabkan oleh tingginya
kandungan mineral yang terdapat didalam tanah alluvial.
Luas jenis tanah alluvial yang ada di Kecamatan Malaka Tengah
sebesar 27,940,075 Ha.
2. Jenis tanah latosol
Tanah latosol sendiri merupakan salah satu jenis tanah yang
memiliki beberapa ciri atau karakteristik tersendiri yaitu warnanya merah,
coklat, hingga kekuning-kuningan dan mengandung unsur hara yang
sedang hingga tinggi kemudian tanahnya juga lumayan tahan terhadap
erosi tanah.
Luas jenis tanah latosol yang ada di Kecamatan Malaka Tengah
sendiri sebesar 171,21,583 Ha.
3. Jenis tanah renzina
Tanah renzina merupakan tanah organik diatas tanah kapur yang
memiliki kadar lempung seperti virtisol, tanah renzina sendiri memiliki
karakteristik sendiri yaitu tanah ini memiliki tekstur halus dan memiliki
kemampuan mengikat air yang tinggi.

Luas jenis tanah renzina yang ada di Kecamatan Malaka Tengah


sebesar 11,100,833 Ha.

3.2.3. Curah hujan Kabupaten Malaka


Temperatur rata-rata 24-340C beriklim tropis, umumnya berubah-ubah
tiap setengah tahun berganti dari musim kemarau dan musim penghujan
dengan musim kemarau yang lebih dominan. Hal tersebut bisa dilihat dari data
hari hujan dan curah hujan yang rendah. Musim hujan yang sangat singkat
dimulai dari bulan hingga bulan Desember. Letak geografis yang dekat dengan
Australia dibanding Asia, sehingga memiliki curah hujan yang rendah. Untuk
lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada tabel berikut:

Bulan Curah Hujan (mm)


Januari 261
Februari 269
Maret 193
April 172
Mei 310
Juni 64
Juli 27
Agustus 1
September 0
Oktober 19
November 0
Desember 39
Jumlah 1355

Sumber data: BPS MALAKA 2018.

Tabel 3.6.: curah hujan.


3.3. Rencana Pengembangan system Jaringan prasarana transportasi darat
3.3.1. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan
1. Rencana Jaringan Jalan Nasional
Sistem jaringan jalan nasional terdiri atas jaringan jalan arteri, jalan
primer, jalan kolektor primer, jalan strategis nasional, dan jalan tol. Jaringan
jalan arteri primer dikembangkan berdasarkan kesatuan sistem orientasi untuk
menghubungkan:

 Antara Pusat Kegiatan Nasional (PKN)


 Antara Pusat Kegiatan Nasional dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);
 Antara PKN atau PKW dengan bandar udara, pusat penyebaran skala
pelayanan primer/sekunder/ tersier dan pelabuhan internasional/nasional.
Sistem jaringan jalan kolektor primer adalah jaringan jalan yang
dikembangkan untuk menghubungkan:

 Antar-Pusat Kegiatan Wilayah (PKW),


 Antara Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

Untuk ruas jalan nasional sebagai Arteri Primer yang sudah ada di
Kabupaten Malaka meliputi ruas jalan batas Kabupaten TTU - simpang
Halilulik (yang melewati Kecamatan Laen Manen dan Kecamatan
Raimanuk).
2. Rencana Jaringan Strategis Nasional

Adalah jalan strategis nasional yang berfungsi sebagai Jalan Kolektor I


berdasarkan kepentingan perbatasan Negara dan pertumbuhan ekonomi, yang
meliputi, ruas jalan:

a. Ruas Jalan Boking (Kabupaten TTS)-Lamea-Wanibesak-Webriamata-


Besikama-Sp. Haitimuk-Betun-Sp.Webua-Motamasin;
b. Ruas Jalan Metamauk-Fatusakar menuju Laktutus (Kabupaten Belu).

3. Rencana Jaringan Jalan Provinsi

Jalan provinsi adalah jalan kolektor II dalam sistem jaringan jalan


primer yang menghubungkan ibukota pronvinsi dengan ibukota
kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
Rencana pengembangan ruas jalan provinsi sebagai kolektor primer 2 meliputi:

a. Ruas Jalan Simpang Hailulik - Besikama


b. Ruas Jalan Besikama – Wanibesak
4. Rencana Jaringan Jalan Kabupaten
Jalan kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat
kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam
wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. Rencana pengembangan
pada jalan kabupaten adalah dengan melakukan pelebaran jalan dan
peningkatan kualitas perkerasan jalan. Rencana jaringan jalan provinsi sebagai
jalan lokal primer meliputi:

1. Ruas Jalan Leunklot-Wekmidar;


2. Ruas Jalan Boas-Kotabot;
3. Ruas Jalan Sp. Kotabot-Kada;
4. Ruas Jalan Seon-Kakuun;
5. Ruas Jalan Numponi-Uabau;
6. Ruas Jalan Fatubesi-Fatuknutuk;
7. Ruas Jalan Biudukfoho-Tafuli;
8. Ruas Jalan Kereana-Kaputu;
9. Ruas Jalan Sp. Weliman-Webriamata;
10. Ruas Jalan Weliman-Biudukfoho;
11. Ruas Jalan Kada – Maubesi;
12. Ruas Jalan Wederok – Umaklolok;
13. Ruas Jalan Webua – Kletek;
14. Ruas Jalan Betun – Fahiluka;
15. Ruas Jalan Wemasa – Uarau;
16. Ruas Jalan Biudukfoho – Kakase;
17. Ruas Jalan Haitimuk – Kakaniuk;
18. Ruas Jalan Wemasa – Masinlulik;
19. Ruas Jalan Besikama – Fahiluka;
20. Ruas Jalan Koka – Biudukfoho;
21. Ruas Jalan Fatuknutuk – Koka.

5. Jaringan jalan

sistem sekunder yang berfungsi sebagai jalan dalam wilayah perkotaan


akan di atur dalam Rencana Rinci.

Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Pengembangan Jaringan Jalan,


Dapat dilihat lihat pada Gambar 3.4 (Peta Rencana Pengembangan Jalan)

6. Rencana Peningkatan Status Jalan.


a. Jalan Provinsi menjadi Jalan Nasional :
1. Simpang Halilulik-Teun-Simpang Webua menuju Motamasin
2. Webua/Kecamatan Malaka Tengah - Besikama/Kecamatan Malaka
Barat - Lamea/Kecamatan Wewiku - Boking (TTS)
b. Jalan Kabupaten menjadi Jalan Provinsi :

1. Ruas Jalan Rainino – Kaputu


2. Ruas Jalan Umasukaer – Kaputu

7. Rencana Dimensi jalan

Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006, klasifikasi fungsional ruas


jalan terdiri atas bagian-bagian jalan yaitu ruang manfaat jalan, ruang milik
jalan dan ruang pengawasan jalan. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan,
saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Ruang manfaat jalan
diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan,
saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian,
gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya. Ruang
milik jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar
ruang manfaat jalan ruang milik jalan sebagaimana merupakan ruang
sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, kedalaman, dan tinggi tertentu. Ruang
milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan
penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta kebutuhan ruangan
untuk pengamanan jalan. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di
luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan
penyelenggara jalan. Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan
bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi
jalan yang terdiri dari ruang sepanjang jalan di luar ruang milik jalan yang
dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu. Rencana dimensi minimum dan
persyaratan kecepatan minimum kendaraan pada jaringan jalan adalah seperti
diperlihatkan pada Tabel 3.7 berikut. Sedangkan bagian-bagian jalan
diperlihatkan pada Gambar 3.3 (Gambar Bagian-bagian Jalan).
Sumber: RTRW, kabupaten Malaka
Gambar 3.3.: Peta jalan

Lebar Lebar Ruang


Ruang
Kecepatan Min Jalur Lebar Pengaw
Milik
No Jenis Jalan Rencana Min Badan lalu Bahu asan
Jalan
( Km/Jam) Jalan lintas (M) Jalan
Min (m)
(m) min (m) Min (m)
1 Arteri Primer 60 11 7 2 25 15
2 Kolektor Primer 40 9 6 1.5 15 10
3 Lokal Primer 20 7.5 5.5 1.0 11 7
4 Lingkungan Primer 15 6.5 4.5 1.0 11 5
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006

Muatan Lebar
Tinggi
Sumbu Kendaraan Panjang Kendaraan
Fungsi kelas Maksimum
Terberat Maksimum Maksimum (mm)
(mm)
MST (Ton) (mm)

Khusus >10 >2.500 >18.000 4.200

I 10 2.500 18.000 4.200


Arteri
II 8 2.500 12.000 4.200

III 8 2.100 9.000 3.500

II 8 2.500 12.000 4.200


Kolektor
III 8 2.100 9.000 3.500

II 8 2.500 12.000 4.200


Lokal
III 8 2.100 9.000 3.500

Sumber: UU. No.22. Tahun 2009.

Tabel 3.7: Standar Dimensi Minimal Ruas Jalan Primer.


Gambar 3.4.: Bagian-Bagian Badan Jalan (PP. N0. 34 Tahun 2006)

Jaringan jalan primer berfungsi sebagai pelayanan distribusi barang dan


jasa yang menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-
pusat kegiatan. Kekuatan jalan memikul beban kendaraan yang melintas di
atasnya direncanakan sesuai dengan kelas fungsional ruas jalan. Standar beban
kendaraan yang melintas pada ruas jalan didasarkan kepada Muatan Sumbu
Terberat Kendaraan (MST). Klasifikasi ruas jalan berdasarkan kemampuan
memikul beban kendaraan di kelompokan atas Jalan Kelas I, Jalan Kelas II,
Jalan Kelas IIIA, Jalan Kelas IIIB, Jalan Kelas IIIC seperti diperlihatkan pada
Tabel 3.4 berikut.

2.3.2. Rencana Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi

Untuk meningkatkan layanan transportasi angkutan umum maka perlu


dilakukan pembenahan pada sarana dan prasarana transportasi. Pembenahan
prasarana transportasi dilakukan dengan merencanakan pembangunan terminal
angkutan umum dan terminal angkutan barang. Sedangkan pembenahan sarana
transportasi dilakukan dengan menyediakan moda transportasi angkutan umum
dengan trayek yang dapat menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Malaka.

1. Rencana Pembangunan Terminal


Rencana terminal angkutan terdiri atas terminal penumpang dan
terminal barang. Terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan
untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra
antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan
kendaraan umum. Sedangkan terminal barang adalah prasarana transportasi
jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan
intra atau antar moda transportasi angkutan barang. Terminal penumpang
diklasifikasikan atas terminal tipe A, tipe B dan tipe C.
Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota antar provinsi dan angkutan lintas batas negara, angkutan
antar kota dalam provinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Terminal
penumpang tipe B adalah berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota dalam provinsi, angkutan kota atau angkutan pedesaan.
Sedangkan terminal penumpang tipe C adalah berfungsi melayani kendaraan
umum untuk angkutan pedesaan.
Adapun persyaratan untuk masing-masing terminal penumpang adalah
sebagai berikut. Terminal penumpang tipe A disyaratkan sebagai berikut:
a. Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar provinsi dan/atau
angkutan lintas batas negara;
b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya
kelas IIIA ;
c. Jarak antara dua terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya
20 Km di Pulau Jawa, 30 Km di Pulau Sumatra dan 50 Km di pulau
lainnya;
d. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal
di Pulau Jawa dan Sumatra, dan 3 Ha di pulau lainnya;
e. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari
terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m di Pulau Jawa dan 50
m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk
terminal.
Terminal penumpang tipe B disyaratkan:
a. Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam provinsi;
a. Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-
kurangnya kelas IIIB;
b. Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal
penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 15 Km di Pulau Jawa dan 30
Km di pulau lainnya;
c. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 Ha untuk terminal di Pulau
Jawa dan Sumatera, dan 2 Ha untuk terminal di pulau lainnya;
d. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari
terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m di Pulau Jawa dan 30 m
di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.
Terminal penumpang tipe C memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Terletak di dalam wilayah kabupaten dan dalam jaringan trayek
pedesaan;
b. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling
tinggi kelas IIIA;
c. Tersedia lahan sesuai dengan permintaan angkutan;
d. Mempunyai akses jalan masuk atau keluar ke dan dari terminal,
sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.
Pada kodisi eksisting di Kabupaten Malaka terdapat 1 unit terminal tipe C di
Desa Wehali Kecamatan Malaka Tengah. Terminal di Desa Mehali ini
melayani dalam kota dan antar kabupaten.
Rencana pengembangan terminal meliputi:
a. Rencana pembangunan Terminal B di Betun (Kecamatan
Malaka Tengah)
b. Terminal tipe C di PLB Motamasin (Kecamatan Kobalima
Timur), Perkotaan Eokpuran (Kecamatan Laen Manen) dan Perkotaan
Besikama (Kecamatan Malaka Barat)

2. Rencana Pengembangan Trayek Angkutan Umum


Untuk meningkatkan layanan transportasi angkutan umum maka
direncanakan trayek angkutan umum yang dapat menjangkau seluruh wilayah
Kabupaten Malaka. Rencana pengembangan trayek angkutan umum,
meliputi:

 Rencana rute lintas kabupaten, meliputi:


a) Rute Betun – Kupang
b) Rute Betun – Atambua
c) Rute Betun - Soe
d) Rute Betun - Kefamenanu
 Rencana rute dalam kabupaten, meliputi:
a) Rute Betun – Besikama
b) Rute Betun – Raihenek – Motamasin
c) Rute Betun – Eokpuran

3.4. Tinajuan khusus lokasi perangcangan


3.4.1. Lokasi studi

Berdasarkan RTRW Kabupaten Malaka, lokasi studi berada di sub


satuan wilaya pengembangan (SSWP) IV dengan luas 22.7711,21 Ha. Terletak
di Kecamatan Malaka Barat, Desa Besikama

Batas-batas fungsional BWK IV sebagai berikut:

Utara : SSWP 1

Timur : Laut Timor

Selatan : Laut Timor

Barat : SSWP 1

BWK IV memiliki arah pengembangan sebagai:


 Pusat pengembangan Minapolitan
 Pusat pengembangan perkebunan;
 Pusat pengembangan peternakan; dan
 Pusat pengembangan Bandara.
Peta RTRW dan Peta Lokasi :

Sumber: RTRW Kab. Malaka Sumber: data Pribadi


Gambar 3.5.: Peta RTRW, Kabupaten Malaka Gambar 3.6: Peta SSWP
IV
Sumber: data pribadi Sumber: Googl earth

Gambar 3.6.: peta lokasi Gambar 3.7.: peta desa


Besikama

Lokasi perancangan berada di Desa Besikam, Kacamatan Malaka Barat,


Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

3.4.2. Kondisi eksisting


Sumber: Data Pribadi

Gambar 3.8.: Lokasi berada di Desa Besikama, Kec. Malaka Barat, Kab.
Malaka, NTT.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data meliputi:

a. Data primer yaitu data yang langsung diambil oleh peneliti.


Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara:
1. Observasi (pengamatan lapangan), yaitu:

Melakukan pengamatan langsung dilapangan untuk mendapatkan data


mengenai:

 Eksisting site

Data-data eksisting yang perlu di ambil seperti data vegetasi,


topografi, kebisingan, arah angin, orientasi matahari dan fasilitas-
fasilitas yang ada di site.

 Luasan lokasi

Melakukan pengukuran lokasi untuk mengetahui luas lahan


yang akan di gunakan untuk perencanaan.

 Aktivitas Masyarakat

Melihat langsung aktivitas masyarakat dan melakukan wawancara


dengan masyarakat untuk mengetahui aktivitas masyarakat setempat

 Keadaan lingkungan non-fisik sekitar lokasi


2. Wawancaran

Wawancara dilakukan dengan menyiapkan sejumlah pertanyaan


dan melakukan wawancara langsung atau tatap muka langsung dengan
narasumber.
3. Foto dan sketsa

Mengambil foto yang diperlukan dalam perencanaan untuk


menjadikan sebuah dokumentasi. Gambar yang diambil antara lain:
Eksisting site, Fasilitas, potensi dan masalah site, situasi sekitar site
dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perencanaan.

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dengan cara


mengumpukan data-data yang berkaitan dengan studi literatur atau studi
pustaka.

No. Sumber
J data
Pengambilan Data I M
e n e
n s t
i t o
s r d
u e
D m Analisa
a e
t n
a p
e
n
g
a
m
b
i
l
a
n
d
a
t
a

Melakukan studi
Studi Literatur
Mencari data tentang
Buku dan InternetPenataan aktivitas
literatur literature Terminal dan
tentang yang penataannya
Terminal tipe digunakan
C
Melakukan studi
Studi Literatur
Mencari data tentang
Buku dan Internet Penerapan
literatur literature Transformasi
tentang yang pada
Transformasi digunakan perencanaan
Arsitektur Terminal tipe
C
Melakukan studi
Studi Literatur
Mencari data tentang
Buku dan Internet Melakukan
literatur literature perbandingan
tentang obyek yang
studi Terminal digunakan
tipe C

4.2. Metode Analisa


Metode analisa dilakukan dengan 2 cara yaitu:
4.2.1. Kualitatif

Analisa hubungan sebab akibat, penentuan masalah, penentuan dan


konsep yang relevan dalam kaitan dengan perencanaan Terminal tipe C serta
pemahaman tentang penggunaan konsep Transformasi Arsitektur.

4.2.2. Kuantitatif
Analisa ini dilakukan dengan membuat perhitungan-perhitungan
tertentu untuk menentukan besaran atau luasan ruang.
BAB V
RENCANA PENELITIAN
5.1. Organisasi Penelitian
I. Pembimbing Seminar Proposal
Pembimbing 1

Nama : Donatus Arakian, St, Mt

Jabatan : Dosen tetap Program Studi Arsitektur Kupang


Hubungan Kerja : Pembimbing I
Alamat : Fakultas Teknik Unwira Kupang
Pembimbing 2
Nama : Yuliana Bhara Mheru, St, Mt

Jabatan : Sekertaris Program Studi Arsitektur


Hubungan Kerja : Pembimbing II
Alamat : Fakultas Teknik Unwira Kupang
II. Penulis/Pelaksana Penelitian
Nama : Konny Henry Mboeik
No. Reg. : 221 17 020
Jabatan : Mahasiswa
Fak / Jur : Teknik / Arsitektur
Semester : VII
Alamat : Liliba
III. Pembimbing Akademik

Nama : Yuliana Bhara Mheru, St, Mt

Jabatan : Sekertaris Program Studi Arsitektur


Alamat : Fakultas Teknik Unwira Kupang

5.2. Waktu pelakasanaan

Tabel Waktu Pelaksanaan Kegiatan Seminar Arsitektur Semester Ganjil


2020/2021

Bulan
September Oktober November Desember
No Rencana Kegiatan 1 1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6
A. KULIAH :
1. Penjelasan Substansi
Mk Seminar &
penjelasan Tugas

2. Evaluasi Akademik

3 Pendalaman Materi

B. PRA PROPOSAL

1. Penyusunan Sinopsis

2. Persentasi Sinopsis

C. PROPOSAL

Penyusunan Proposal
1.
& Asistensi

2. Seminar Proposal

PENGUMPULAN
DATA
D.
DAN
PENYUSUNAN
MAKALAH

1. Survei Data

Penyusunan Makalah
2.
& Asistensi

E. SEMINAR
Seminar I (seminar Bab
Pendahuluan, Teori dan
data

Perbaikan Makalah dan


2 Penyusunan Analisis
dan Konsep

Seminar II (Seminar
3
Anaisisi dan Konsep

Perbaikan Makalah
4
Lengkap

5 Seminar III (Ujian


Akhir)

PERBAIKAN DAN
F PEMASUKAN
MAKALAH

1 Perbaikan Makalah

2 Perbaikan Makalah

5.3. Biaya penelitian


Rencana Anggaran Biaya

No Jenis Kegiatan Jumlah (Rp) Keterangan


1. Tahap Persiapan Rp. 200.000 Pengajuan
proposal
2. Pengumpulan data dan Rp. 300.000 Referensi,
pengadaan literatur download

3. Tahap Penelitian Rp. 1.700.000 Peng


etik
(pengumpulan, Ako
pengolahan dan mo
Obs
pengetikan data) erv
Inter

4. Penulisan makalah Rp. 400.00 vie


Ketik, asistensi
via WA dan jilid
Jumlah Rp. 2600.000

DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 tahun 1995

https://kbbi.kemdikbud.go.id

Juknis LLAJ, 1995.

keputusan menteri Perhubungan No 31/1995 pasal 2

keputusan menteri Perhubungan No 31/1995 pasal 11, 12 dan 13

keputusan menteri Perhubungan No 31/1995 pasal 3

Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI)

Menurut Josef Prijotomo dalam prastyanto dkk 2015

Menurut Gatot Adi Susilo (2011)


Menurut Anthony C. Antoniades dalam bukunya “Poetics of Architecture”
tahun 1990

Menurut Anthony C. Antoniades dalam Gatot (2011)

Menurut D.K Ching dalam buku “Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan”
edisi kedua tahun 2000.

RTRW, Kabupaten Malaka

Dokumen RTRW Kabupaten Malaka Tahun 2016–2035

BPS MALAKA 2018

Googl earth

data Pribadi

Anda mungkin juga menyukai