Anda di halaman 1dari 146

IDENTIFIKASI TINGKAT KEBUTUHAN FASILITAS

DISTABILITAS DI STASIUN BANDUNG

Oleh:
DAFFA SULTHAN ATTALAH
242019062

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2023
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Daffa Sulthan Attalah
NIM : 24-2019-062

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa


Judul Skripsi/Tesis :
“Identifikasi Tingkat Kebutuhan Fasilitas distabilitas di Stasiun Bandung”
sepenuhnya adalah merupakan karya sendiri, tidak ada bagian di dalamnya yang
merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan
atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini, saya
siap menerima sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandung, Juni 2023


Yang membuat pernyataan

i
Institut Teknologi Nasional
HALAMAN PENGESAHAN

IDENTIFIKASI TINGKAT KEBUTUHAN FASILITAS


DISABILITAS DI STASIUN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana
Pada
Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional Bandung

Bandung, Juni 2023

Mengetahui / Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Achmad Fauzan Iscahyono, S.T., M. P.W.K


NIP : 120200202

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota


Ketua,

Dr. Widya Suryadini, S.T., M.T.


NIP : 119960401

ii
Institut Teknologi Nasional
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi dengan judul "Identifikasi Tingkat Kebutuhan Fasilitas distabilitas di
Stasiun Bandung".

Penulisan skripsi ini merupakan bagian dari tugas akhir dalam rangka
menyelesaikan studi program sarjana di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Nasional, Bandung. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis
kebutuhan fasilitas distabilitas di Stasiun Bandung. Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi pemahaman yang lebih baik tentang ketersediaan
fasilitas distabilitas yang berada di segala jenis transportasi yang tersedia dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Penulis sangat sadar dalam hal ini masih banyak kekurangan dalam tugas
akhir ini, hal tersebut tidak terlepas dari pengetahuan dan kemampuan yang masih
sangat terbatas. Semua saran dan masukan yang bersifat membangun diharapkan
dengan senang hati, yang mana hal tersebut dapat bermanfaat dan berguna dalam
perbaikan dan penyempurnaan penelitian ini dimasa yang akan datang.
Penyusunan dan penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bimbingan serta
dukungan dari banyak pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas akhir ini terutama kepada:

1. Kepada Allah SWT dengan berkat dan rahmat karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik hingga akhir;
2. Ibu Dr. Widya Suryadini, S.T., M.T selaku ketua program studi perencanaan
wilayah dan kota Institut Teknologi Nasional Bandung;
3. Bapak Achmad Fauzan Iscahyono, S.T., M.P.W.K selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan segala arahan dalam proses penyusunan tugas akhir
ini;
4. Untuk kedua orang tua serta keluarga yang telah memberikan dukungan dan
kepercayaan bagi saya dalam menempuh pendidikan di kampus Institut
Teknologi Nasional Bandung;
5. Seluruh rekan-rekan sedarah dan seperjuangan perencanaan wilayah dan kota
Institut Teknologi Nasional Bandung angkatan 2019 yang telah saling
mendukung, baik dalam hal materi dan non materi;

iii
Institut Teknologi Nasional
6. Serta seluruh pihak lainnya yang turut membantu dalam proses penyusunan
dan penulisan tugas akhir ini.

Semoga apa yang ditulis ini dapat memberikan manfaat serta kegunaan dimasa
yang akan datang kedepannya. Akhir kata penulis berharap agar karya tugas akhir
ini dapat berguna bagi semua.

Bandung, Juni 2023

Penulis

iv
Institut Teknologi Nasional
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI/TESIS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Institut Teknologi Nasional, saya yang bertanda tangan
di bawah ini.

Nama : Daffa Sulthan Attalah


NIM : 24-2019-062
Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas : FTSP
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Institut Teknologi Nasional Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Identifikasi Tingkat Kebutuhan Fasilitas distabilitas di Stasiun Bandung

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Institut berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan skripsi
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Pada tanggal:

Yang menyatakan

(…………………..)

v
Institut Teknologi Nasional
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


SKRIPSI/TESIS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS................................v

DAFTAR ISI.........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL..................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi

DAFTAR GRAFIK.............................................................................................xiii

BAB 1......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................

1.3 Tujuan dan Sasaran.......................................................................................................

1.3.1 Tujuan.....................................................................................................4

1.3.2 Sasaran...................................................................................................4

1.4 Lingkup Penelitian.........................................................................................................

1.4.1 Lingkup Wilayah...................................................................................4

1.4.2 Lingkup Substansi.................................................................................7

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN......................................................................................

BAB II.....................................................................................................................9

2.1 Pengertian Transportasi................................................................................................

2.1.1 Stasiun Kereta Api...............................................................................10

2.2 Pengertian Fasilitas Disabilitas...................................................................................

2.2.1 Ruang dan Sirkulasi......................................................................12

vi
Institut Teknologi Nasional
2.2.2 Jalan Pemandu...............................................................................16

2.2.3 Ramp...............................................................................................18

2.2.4 Tangga.............................................................................................19

2.2.5 Toilet................................................................................................20

2.2.6 Rambu dan Marka.........................................................................21

2.2.7 Area Parkir.....................................................................................24

2.3 Sosial.........................................................................................................................

2.3.1 Tingkat pendidikan.............................................................................25

2.3.2 Usia........................................................................................................26

2.3.3 Jenis-jenis penyandang disabilitas.....................................................26

2.4 Ekonomi....................................................................................................................

2.4.1 Mata Pencaharian Penyandang Disabilitas......................................27

2.4.2 Jenis Pekerjaan Penyandang Disabilitas...........................................28

2.5 Pola Perjalanan.............................................................................................................

2.5.1 Domisili Penyandang Disabilitas........................................................28

2.5.2 Tujuan Keberangkatan Penyandang Disabilitas........................29

2.6 Penyandang Disabilitas................................................................................................

2.7 Kebijakan yang digunakan..........................................................................................

2.7.1 Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 30 Tahun 2006......................................

2.8 Benchmark Berkaitan dengan Fasilitas Penyandang Disabilitas............................

2.8.1 Stasiun Jepang Ramah Disabilitas.....................................................30

2.8.2 Stasiun Kereta Api Tugu dan Lempuyangan...................................31

2.9 Penelitian Terdahulu....................................................................................................

BAB III..................................................................................................................35

3.1 Metode Penelitian.........................................................................................................

vii
Institut Teknologi Nasional
3.2 Metode Pengumpulan Data.........................................................................................

3.2.1 Pengumpulan Data Primer.................................................................36

3.3 Populasi dan Sampel....................................................................................................

3.3.1 Populasi.................................................................................................37

3.3.2 Sampel...................................................................................................38

3.4 Metode Analisis Data...................................................................................................

3.4.1 Uji Validitas..........................................................................................39

3.4.2 Uji Reliabilitas......................................................................................40

3.4.3 Uji Tingkat Kebutuha Fasilitas Disabilitas.......................................40

3.5 Definisi Operasional Variabel.....................................................................................

3.6 Kerangka Berpikir.......................................................................................................

3.7 Kerangka Analisis........................................................................................................

BAB IV..................................................................................................................50

4.1 Gambaran Umum Kota Bandung...............................................................................

4.1.1 Kependudukan Kota Bandung...........................................................53

4.1.2 Penggunaan Lahan Kota Bandung....................................................54

4.2 Kondisi Ketersediaan Transportasi Kota Bandung..................................................

4.2.1 Trans Metro Bandung.........................................................................56

4.2.2 Angkutan Kota.....................................................................................56

4.2.3 Pesawat.................................................................................................56

4.2.4 Kereta Api............................................................................................56

4.3 Profil Staisun Bandung................................................................................................

4.3.1 Rute Kereta dan Jadwal Kereta.........................................................57

4.5.1 Ketersediaan Fasilitas Disabilitas......................................................59

4.4 Karakteristik Responden.............................................................................................

viii
Institut Teknologi Nasional
4.4.1 Karakteristik Penyandang Disabilitas Penggung Stasiun Bandung
........................................................................................................................66

BAB V...................................................................................................................73

5.1 Uji Hasil Kuesioner Tingkat Kebutuhan Fasilitas Penyandang


Disabilitas............................................................................................................................

5.1.1 Uji Validitas..........................................................................................74

5.1.2 Uji Reliabilitas......................................................................................75

5.2 Analisis Tingkat Kebutuhan Fasilitas Disabilitas.....................................................

5.2.1 Analisis Tingkat Kesesuaian...............................................................77

5.2.2 Analisis Gap.........................................................................................78

5.2.3 Analisis Tingkat Kebutuhan Fasilitas Disabilitas.............................79

BAB VI..................................................................................................................82

6.1 Kesimpulan...................................................................................................................

6.2 Rekomendasi.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................83

LAMPIRAN FORM KUESIONER PENELITIAN.........................................85

LAMPIRAN FORM OBSERVASI....................................................................89

LAMPIRAN HASIL JAWABAN KUESIONER..............................................93

ix
Institut Teknologi Nasional
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel DOV...........................................................................................44

Tabel 4.1 Luas Kecamatan..................................................................................52

Tabel 4.2 Penelitain Terdahulu 1.......................................................................53

Tabel 4.3 Rute dan Jadwal Kereta Stasiun Bandung.......................................57

Tabel 4.4 Ketersediaan Fasilitas Disabilitas......................................................60

Tabel 4.5 Domisili Penyandang Disabilitas.......................................................71

Tabel 5.1 Pernyataan Kinerja dan Kepentingan Fasilitas Disabilitas............73

Tabel 5.3 Uji Validitas Kuesioner Kepentingan................................................75

Tabel 5.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kinerja..........................................76

Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kepentingan..................................76

Tabel 5.6 Total Hasil Jawaban Kuesioner Kinerja dan Kepentingan............76

Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Tingkat Kesesuaian.............................................77

Institut Teknologi Nasional


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Titik Stasiun Bandung.............................................................6

Gambar 2.1 Penyandang Pengguna “Kruk”.....................................................12

................................................................................................................................13

Gambar 2.2 Penyanda Tuna Netra....................................................................13

Gambar 2. Pergerakan Kursi Roda didalam Gedung......................................14

Gambar 2.4 Pergerakan Kursi Roda Ketik Berbelok dan Berpapasan.........14

Gambar 2.5 Jangkauan ke samping untuk pengoprasian peralatan..............15

Gambar 2.6 Jangkauan Maksimal Kedepan Untuk Pengoprasian Peralatan


................................................................................................................................16

Gambar 2.8 Susunan Ubin Pemandu pada Belokan........................................16

Gambar 2.9 Susunan Ubin Pemandu pada Pintu Masuk................................17

Gambar 2.10 Penempatan Ubin Pemandu pada Anak Tangga......................17

Gambar 2.11 Kemiringan Ramp........................................................................18

Gambar 2.1 Handrail pada Ramp......................................................................19

Gambar 2.12 Bentuk ramp yang direkomendasikan.......................................19

Gambar 2.13 Tipikal Tangga..............................................................................20

Gambar 2.14 Ruang Gerak dalam Toilet..........................................................20

Gambar 2.15 Tinggi Perletakan Kloset.............................................................21

Gambar 2.16 Tinggi Perletakan Uriner.............................................................21

Gambar 2.17 Simbol Aksesibilitas......................................................................22

Gambar 2.18 Simbol Tuna Rungu dan Tuna Daksa........................................22

Gambar 2.19 Simbol Telepon penyandang cacat dan simbol ramp


penyandang cacat.................................................................................................22

Gambar 2.20 Simbol ramp dua arah dan simbol telepon untuk tuna rungu.22

Institut Teknologi Nasional


Gambar 2.21 Simbol petunjuk arah...................................................................22

Gambar 2.22 Fasilitas teletext tuna rungu........................................................23

Gambar 2.22 Perletakan rambu sesuai jarak dan sudut pandang.................23

Gambar 2.23 Jarak ke area parkir....................................................................24

Gambar 2.24 Rute aksesibilitas dari parkiran..................................................25

Gambar 3.1 Kuadran Metode Importance Performance Analysis.................42

Gambar 3.2 Kerangka Berpikir.........................................................................48

Gambar 3.3 Kerangka Analisis..........................................................................49

Gambar 4.1 Peta Admininstrasi Kota Bandung...............................................51

Gambar 4.2 Peta Guna Lahan Kota Bandung..................................................55

Gambar 5.1 Hasil IPA Fasilitas Disabilitas di Stasiun Bandung.....................79

Institut Teknologi Nasional


DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.................67

Grafik 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia..................................67

Grafik 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan......................68

Grafik 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Disabilitas..............69

Grafik 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan........................69

Grafik 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan.....................70

Tabel 4.5 Domisili Penyandang Disabilitas.......................................................71

Grafik 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tujuan Keberangkatan. 72

Grafik 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Terakhir Kali


Mengunjungi Stasiun Bandung..........................................................................73

Institut Teknologi Nasional


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki Undang-Undang nomor 8 tahun 2016 perihal
Penyandang distabilitas yang menggantikan Undang Undang nomor 4 tahun 1997
perihal Penyandang cacat yang dilihat belum perspektif hak asasi manusia, lebih
bersifat belas kasihan serta pemenuhan hak penyandang distabilitas masih dinilai
sebagai persoalan sosial yang kebijakan pemenuhan haknya baru bersifat jaminan
sosial, rehabilitasi sosial, bantuan sosial, serta peningkatan kesejahteraan sosial.
Penyandang distabilitas ini seharusnya mempunyai kesempatan yang sama dalam
upaya mengembangkan dirinya melalui kemandirian menjadi manusia yg
bermartabat (Situasi distabilitas, n.d.). Fasilitas umum merupakan fasilitas yang
tersedia untuk kepentingan umum. contoh dari fasilitas umum yaitu angkutan
umum, jembatan, saluran air, under pass, alat penerangan umum, halte, kawasan
pembuangan sampah, fly over, jalan, jaringan listrik, serta lain sebagainya.
berdasarkan pengertian fasilitas umum di atas, telah jelas bahwa fasilitas umum
diperuntukkan untuk setiap warga Negara serta penduduk di Indonesia (Mada,
2019).
Bagi masyarakat umum, distabilitas merupakan hal yang “tak normal”
sehingga menjadikan cacat atau asumsi jelek pada rakyat sekitar. stigma atau
anggapan tadi berdampak pada rendahnya penghargaan atas kemampuan serta
keterampilan yang dimiliki serta mengakibatkan rasa iba sebab adanya perbedaan
serta beranggapan akan membebani lingkungannya. Para penyandang distabilitas
membutuhkan persamaan kesempatan serta hak dari lingkungannya, dan bukan
rasa iba atau belas kasihan. (Lembaga Negara RI, 2009; Collbran, 2010;
Kusmuaningtyas, 2014).

1
Institut Teknologi Nasional
Eksistensi penyandang distabilitas pada seluruh kelompok rakyat beragam
seringkali tidak terlihat karena jumlahnya yang kecil dibanding kelompok
masyarakat yang lainnya. Kecilnya jumlah serta ketidaktahuan menyuarakan hak

2
Institut Teknologi Nasional
2

menjadi rakyat negara menyebabkan termarjinalkan dalam berbagai aspek


kehidupan. Utopia warga akan hal yang “ideal serta sempurna” menyebabkan
aneka macam tindakan yang merugikan penyandang distabilitas (Kurniasari,2012;
Propiona,2013). Hal ini tak bisa dipungkiri bahwa pada kehidupan bermasyarakat
di Indonesia masih banyak ditemukannya kendala bagi penyandang distabilitas,
terlalu banyaknya kendala yang didapat oleh penyandang distabilitas
menyebabkan munculnya hal-hal negatif yang dirasakan penyandang distabilitas
serta munculnya perasaan membuat malu sebab adanya perbedaan antara fungsi
tubuh dengan non distabilitas. konflik yang timbul ialah penyandang distabilitas
ini mengalami kesulitan pada mengakses layanan publik dalam kegiatan
kehidupan sehari-harinya (Rahayu et al., 2013).
Para penyandang distabilitas pula masyarakat negara Indonesia yang
memiliki kedudukan, kewajiban, serta hak buat memperoleh keadilan yang setara
dengan warna negara Indonesia yang lain. Seharusnya pemerintah telah
semestinya menyampaikan perhatian, proteksi serta fasilitas yang memadai bagi
penyandang distabilitas ini, termasuk pada hal aksesibilitas pelayanan public
khususnya bidang transportasi umum dengan tujuan buat mempertinggi kualitas
hidup penyandang distabilitas sesuai prinsip kesetaraan/persamaan kesempatan
serta partisipasi pada aneka macam aspek hidup serta kehidupan khususnya yang
berkaitan dengan persoalan aksesibilitas, rehabilitasi, kesempatan kerja, kesehatan
serta Pendidikan (Dwiyanto, 2008; Firdaus dan Iswahyudi, 2008). fenomena yang
terjadi di rakyat menerangkan keadaan yang berbeda. Akses sarana pelayanan
publik yang diperlukan penyandang distabilitas masih sangat terbatas. kendala
yang terdapat, umumnya terkait dengan kendala arsitektural yang sulit diakses
oleh penyandang distabilitas sebagai akibatnya mereka kehilangan hak dalam
menerima pelayanan (Tarsidi, 2008) dalam melihat aksesibilitas, kajian bisa
dibagi ke pada 2 fokus primer, yaitu: kawasan kemampuan penyandang
distabilitas. Analisis perihal kawasan terkait dengan apakah fasilitas serta
pelayanan publik telah mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan penyandang
disabilities, sementara analisis kemampuan penyandang distabilitas terkait apakah
individual dengan distabilitas telah bisa memakai fasilitas serta pelayanan yang

Institut Teknologi Nasional


3

tersedia. untuk itu pada konsep aksesibilitas berbicara suatu ukuran ketenangan
atau kemudahan pencapaian lokasi serta hubungannya satu sama lain, praktis atau
sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi (Leksono & DKK, 2010)

Pada beberapa tahun terakhir, Kota Bandung sedang banyak menciptakan fasilitas
fisik terkait pengembangan kota mulai dari pembangunan trotoar, jalan khusus
sepeda, taman, alun-alun serta fasilitas publik lainnya. Kenyataan di lapangan
membuktikan bahwa aksesibilitas Kota Bandung banyak yang belum memenuhi
standar universal design serta kriteria pengukuran aksesibilitas yang dipengaruhi
sebagai akibatnya banyak yang belum berfungsi secara optimal bagi penyandang
distabilitas (Joni Dawud & DKK, 2019). Harapannya dari yang akan terjadi
penelitian ini Pemerintah Kota Bandung bisa melakukan tindakan dimana para
penyandang distabilitas pula perlu melakukan mobilitas sendiri tidak wajib
menerima empati atau donasi dari orang lain, hal ini dilakukan supaya mobilitas
dari para penyandang distabilitas sangat praktis dilakukan baik pada pelayanan
publik serta/atau secara mobilitas perpindahan daerah. hasil dari penelitian ini
juga diharapkan bisa menjadi model untuk setiap pelayanan publik serta gedung-
gedung lainnya yang dipergunakan oleh semua masyarakat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Kota Bandung menjadi salah satu kota terbesar di provinsi Jawa Barat
dengan jumlah penduduk 2.510.103 jiwa dengan besar wilayah 167,3 km².
Pelayanan publik merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari untuk
semua kalangan termasuk para penyandang distabilitas. Penyandang distabilitas
adalah orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik dan metal tidak seperti
masyarakat non distabilitas lainnya. Penyandang distabilitas lebih membutuhkan
fasilitas publik atau sarana Prasana yang tersedia di semua pelayanan publik
lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari para penyandang distabilitas membutuhkan
bantuan dari orang-orang terdekat dan juga masyarakat sekitar menjadikan
bahwasanya para penyandang distabilitas di anggap memprihatinkan oleh
masyarakat sekitar atau masyarakat non distabilitas.

Institut Teknologi Nasional


4

Stasiun Bandung termasuk stasiun terbesar di Kota Bandung dengan kelas


stasiun yaitu type A menjadikan stasiun Bandung menjadi stasiun paling besar
dan paling ramai digunakan oleh warga Bandung itu sendiri. Dalam hal fasilitas
stasiun Bandung sudah menjadi stasiun dengan fasilitas yang lengkap untuk warga
atau aksesibilitas kemudahan. Tetapi apakah fasilitas penunjang untuk para
penyandang distabilitas sudah memenuhi standar.

Berdasarkan uraian diatas maka pertanyaan penelitian ini ialah “apakah


penyandang distabilitas sudah mendapatkan hak dan kemudahan untuk
mengakses fasilitas di Stasiun Bandung?”.

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah mengidentifikasi tingkat kebutuhan
fasilitas penyandang distabilitas di Stasiun Bandung dengan kriteria para
penyandang distabilitas mampu menggunakan fasilitas atau sarana prasarana di
Stasiun Bandung dengan baik dan merasa bahwa sarana dan prasarana yang
tersedia dapat digunakan oleh para penyandang distabilitas.

1.3.2 Sasaran
Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran yang akan dicapai dalam mencapai
tujuan, meliputi:

1. Mengidentifikasi kondisi fasilitas penyandang distabilitas menurut Peraturan


Menteri Pekerjaan Umum N0.30 Tahun 2006.
2. Mengidentifikasi karakteristik sosial, ekonomi, dan perjalanan penyandang
distabilitas yang berkunjung ke Stasiun Bandung.
3. Merumuskan tingkat kebutuhan fasilitas penyandang distabilitas.

1.4 Lingkup Penelitian


1.4.1 Lingkup Wilayah
Ruang lingkup yang akan dibahas pada penelitian ini adalah fasilitas
penyandang distabilitas yang berada di Stasiun Bandung Kota Bandung. Stasiun

Institut Teknologi Nasional


5

ini berada di Kecamatan Andir Kota Bandung. Adapun batas-batas dari Stasiun
Bandung itu sendiri antara lain ialah:

- Utara : Jalan Kebon Kawung


- Timur : Jalan Stasiun Timur
- Barat : Jalan Pasir Kaliki
- Selatan : Jalan Stasiun Barat

Institut Teknologi Nasional


6

Gambar 1.1 Peta Titik Stasiun Bandung

Institut Teknologi Nasional


7

1.4.2 Lingkup Substansi


Berdasarkan Ikhsan Nur Huda, Tatty Aryani Ramli (2020), stasiun kereta
api Bandung telah cukup ramah bagi penyandang distabilitas tuna daksa untuk
bisa mandiri dalam melakukan mobilitas keseharian nya di Stasiun Kereta api
Bandung. sebab sebagian besar fasilitas aksesibilitas bagi penyandang distabilitas
tuna daksa sudah tersedia mencakup informasi audio / visual, tanda petunjuk
khusus, pintu / gate, drop zone, ramp, serta toilet khusus bagi penyandang
distabilitas tuna daksa, yang tentu akan bisa dimanfaatkan dengan praktis, aman,
serta nyaman bagi penyandang distabilitas tuna daksa. Hanya saja ada beberapa
fasilitas yang belum disediakan baik sarana juga prasarana seperti kawasan parkir
khusus penyandang distabilitas, loket tiket khusus yang bisa dipergunakan dengan
praktis oleh penyandang distabilitas, dan ruang tunggu khusus buat penyandang
distabilitas, kemudian tak adanya helper atau petugas khusus yang bersiaga buat
membantu penyandang tuna daksa memakai kursi roda di dalam stasiun. pada hal
ini PT. KAI selaku pelaku usaha tidak bisa menjalankan kewajibannya secara
optimal sebab dengan adanya ke tidak tersedia beberapa fasilitas baik sarana juga
prasarana pada stasiun kereta api menghasilkan PT.KAI tidak memperlakukan
konsumen secara benar serta amanah dan diskriminatif terhadap konsumen
penyandang distabilitas tuna daksa, yang tak sesuai dengan kewajiban pelaku
usaha sebagaimana diatur pada Pasal 7 Undang-Undang perlindungan Konsumen.
Ruang lingkup yang akan dibahas pada penelitian ini adalah fasilitas penyandang
distabilitas yang berada di Stasiun Bandung.

Ruang lingkup dalam penelitian Evaluasi Fasilitas bagi Penyandang


Distabilitas di Stasiun Bandung ini meliputi standar-standar fasilitas yang di acu
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30 Tahun 2006. Hal ini
melingkupi kemudahan dalam aksesibilitas para penyandang distabilitas dalam
kehidupan sehari-hari.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


Untuk mempermudah melihat dan mengetahui pembahasan yang ada pada
skripsi ini secara menyeluruh, maka perlu dikemukakan sistematika yang

Institut Teknologi Nasional


8

merupakan kerangka dan pedoman penulisan skripsi. Adapun sistematika


penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab landasan teori ini berisi tentang pembahasan mengenai teori dalam
menunjang penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini penulis mengemukakan tentang metode penelitian yang akan
digunakan.

BAB IV PERKIRAAN KETERBATASAN STUDI DAN PERKIRAAN


OUTPUT

Pada bab ini menjelaskan terkait keterbatasan penelitian, perkiraan output dan
jadwal pelaksanaan penelitian.

Institut Teknologi Nasional


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Transportasi


Istilah transportasi berasal dari bahasa latin yaitu transportare yang mana
trans berarti mengangkat atau membawa. Jadi transportasi ialah membawa sesuatu
dari satu daerah ke daerah yang lain. berdasarkan Salim (2000) transportasi ialah
aktivitas pemindahan barang (muatan) serta penumpang dari suatu kawasan ke
kawasan lain. pada transportasi terdapat 2 unsur yang terpenting yaitu
pemindahan/pergerakan (movement) serta secara fisik mengganti kawasan dari
barang (commodity) serta penumpang ke daerah lain.

berdasarkan Miro (2005) transportasi bisa diartikan usaha memindahkan,


menggerakkan mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu kawasan ke
kawasan lain, dimana pada kawasan lain ini objek tadi lebih berguna atau bisa
berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan dari Nasution (2008) ialah
sebagai pemindahan barang serta manusia dari daerah asal ke daerah tujuan. Jadi
pengertian transportasi berarti sebuah proses, yakni proses pemindahan, proses
pergerakan, proses mengangkut, serta mengalihkan dimana proses ini tidak
mampu dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya
proses perpindahan sesuai dengan saat yang diinginkan.

Menurut Nasution (2008) terdapat unsur-unsur pengangkutan/transportasi


meliputi atas:

1. Ada muatan yang diangkut


2. Tersedia kendaraan sebagai alat angkut nya
3. Jalan/jalur yang dapat dilalui
4. Ada terminal asal dan terminal tujuan
5. Tersedianya sumber daya manusia dan organisasi atau manajemen yang
menggerakkan kegiatan transportasi tersebut.

9
Institut Teknologi Nasional
10

Masing-masing unsur tadi tidak mampu hadir serta beroperasi sendiri-sendiri


kesemuanya wajib terintegrasi secara serentak. andai saja terdapat salah satu saja
komponen tidak hadir, maka alat pendukung proses perpindahan (system
transportasi) tidak bisa bekerja atau berfungsi. Transportasi bukan hanya usaha
berupa gerakan manusia serta barang dari suatu kawasan ke kawasan lain
menggunakan gerakan secara tidak aktif tapi transportasi akan mengalami
perkembangan dan kemajuan dari waktu ke waktu baik sarana serta prasaran
annya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

Transportasi pula dijadikan sebagai salah satu dari bagian perkembangan yang
tidak bisa dipisahkan pada kehidupan manusia. Terjadi perkembangan yang
signifikan terhadap jumlah permintaan transportasi di setiap tahunnya (Parmana
dan Prihatini, 2017). pada mendukung aktifitas manusia, transportasi sebagai
sarana yang paling krusial pada aktivitas seperti pengiriman barang serta jasa, jasa
angkut penumpang, dan pada perekonomian. di Indonesia mempunyai banyak
sekali jenis alat transportasi baik itu darat, udara serta laut. Transportasi darat
ialah salah satu jenis transportasi yang menerima perhatian khusus baik itu berasal
pemerintah bahkan pengguna jasa transportasi darat tersebut, selain pemeliharaan
yang praktis pula biaya yang akan dikeluarkan oleh pengguna jasa transportasi
darat pun pula murah (Soleh DKK. 2018).

2.1.1 Stasiun Kereta Api


berdasarkan (UU. No. 13 tahun 1992) perihal perkeretaapian, stasiun ialah
tempat kereta api berangkat serta berhenti untuk melayani naik serta turunnya
penumpang dan /atau bongkar muat barang dan /atau untuk keperluan operasi
kereta api yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan serta keamanan serta
aktivitas penunjang stasiun dan menjadi tempat perpindahan intra serta antar
moda transportasi. Stasiun kereta api menjadi prasarana transportasi yang
mendukung kelancaran sistem transportasi darat mempunyai fungsi yang erat
kaitannya dengan faktor sosial dan ekonomi. Secara sosial stasiun sebagai fasilitas
publik dimana di dalamnya berlangsung hubungan antar pengguna juga penyedia
jasa. dilihat dari sisi ekonomi, eksistensi stasiun kereta api mendukung program

Institut Teknologi Nasional


11

kepariwisataan dimana stasiun memudahkan para pelancong mengunjungi suatu


wilayah. dengan memakai kereta api pengguna pula tidak akan merasakan
padatnya lalulintas seperti memakai bus maupun kendaraan pribadi sehingga lebih
bisa menghemat waktu serta biaya. keberadaan stasiun kereta api pula berkaitan
erat dengan kelancaran bepergian kereta api itu sendiri. Bila suatu daerah
mempunyai stasiun yang baik maka hal tersebut berdampak pula terhadap
kelancaran proses bongkar muat barang serta menaikkan dan menurunkan
penumpang.

berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan nomor 33 Tahun 2011 Pasal 2,


stasiun kereta api ialah prasarana kereta api menjadi kawasan pemberangkatan
serta pemberhentian kereta api. berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 23 Tahun 2007 yang disebutkan pada pasal 35 bahwa stasiun kereta api
berfungsi menjadi kawasan kereta api berangkat atau berhenti untuk melayani
naik turun penumpang, bongkar muat barang, serta/atau keperluan operasi kereta
api. Stasiun untuk keperluan naik turun penumpang sekurang-kurangnya
dilengkapi fasilitas sebagai berikut:

1. Keselamatan
2. Keamanan
3. Kenyamanan
4. Naik turun penumpang
5. Penyandang cacat
6. Kesehatan
7. Fasilitas umum

2.2 Pengertian Fasilitas Distabilitas


berdasarkan Zakiah Daradjat dan Arianto (2008) “fasilitas ialah segala sesuatu
yang bisa mempermudah upaya serta memperlancar kerja dalam rangka mencapai
suatu tujuan. Sedangkan dari Suryo Subroto di dalam Arianto (2008) “fasilitas
ialah segala sesuatu yang bisa memudahkan serta memperlancar pelaksanaan
suatu usaha bisa berupa benda-benda juga uang. Lebih luas lagi perihal pengertian
fasilitas Suharsimi Arikunto pada dalam Arianto (2008) ber opini, “fasilitas bisa

Institut Teknologi Nasional


12

diartikan menjadi segala sesuatu yang bisa memudahkan serta memperlancar


pelaksanaan segala sesuatu usaha.

2.2.1 Ruang dan Sirkulasi


Menurut Francis D.K. Ching dalam bukunya Teori Arsitektur (1993), alur
sirkulasi dapat diartikan sebagai “tali” yang mengikat ruang-ruang suatu
bangunan atau suatu deretan ruang-ruang dalam maupun luar, menjadi saling
berhubungan. Oleh karena itu kita bergerak dalam waktu melalui suatu tahapan
ruang. Kita merasakan ruang ketika kita berada di dalamnya dan ketika kita
menetapkan tempat tujuan. Berikut adalah detail penerapan standar:

Detail Penerapan Standar

A. JANGKAUAN KE SAMPING B. JANGKAUAN KE DEPAN A. JANGKAUAN KE SA

Gambar 2.1 Penyandang Pengguna “Kruk”

Institut Teknologi Nasional


13

A. JANGKAUAN KE DEPAN B. JANGKAUAN KE SAMPING

Gambar 2.2 Penyandang Tuna Netra

Institut Teknologi Nasional


14

PERPUTARAN PENUH MEMBUKA PINTU TANPA


MANUVER

Gambar 2. Pergerakan Kursi Roda di Dalam Gedung

Gambar 2.4 Pergerakan Kursi Roda Ketik Berbelok dan Berpapasan

Institut Teknologi Nasional


15

Gambar 2.5 Jangkauan ke Samping Untuk Pengoperasian Peralatan

Institut Teknologi Nasional


16

Gambar 2.6 Jangkauan Maksimal Ke Depan Untuk Pengoperasian Peralatan

2.2.2 Jalan Pemandu


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 30
Tahun 2006, jalan pemandu adalah tanda yang dikhususkan untuk penyandang
distabilitas khususnya untuk para penyandang tunanetra.

Gambar 2.8 Susunan Ubin Pemandu pada Belokan

Institut Teknologi Nasional


17

Gambar 2.9 Susunan Ubin Pemandu pada Pintu Masuk

Gambar 2.10 Penempatan Ubin Pemandu pada Anak Tangga

Institut Teknologi Nasional


18

2.2.3 Ramp
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PermenPUPR) Republik Indonesia Mo.13/PRT/M/2017 tentang Persyaratan
Kemudahan Bangunan Gedung. Ramp adalah sebagai jalur sirkulasi yang
memiliki bidang dengan kemiringan dan lebar tertentu untuk memudahkan akses
antar lantai bagi penyandang distabilitas dan/atau pengguna maupun pengunjung
bangunan gedung. Perancangan dan penyediaan ramp harus memperhatikan
keselamatan, kenyamanan, dan kemudahan pengguna dalam mencapai lokasi.
Ramp harus mudah terlihat dan memiliki kelengkapan rambu yang jelas dan
informatif.

Gambar 2.11 Kemiringan Ramp

Institut Teknologi Nasional


19

Gambar 2.1 Handrail pada Ramp

Gambar 2.12 Bentuk ramp yang direkomendasikan


2.2.4 Tangga
Rob Krier (1996) mengungkapkan bahwa ruang tangga adalah elemen
akses vertikal dalam sebuah bangunan yang berfungsi bagi seseorang untuk naik
atau turun dari satu tingkat ke tingkat berikutnya. Pada awalnya tangga yang
dikenal adalah tangga tegak (ladder).

Institut Teknologi Nasional


20

Gambar 2.13 Tipikal Tangga


2.2.5 Toilet
Menurut Peraturan dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2015 toilet
umum adalah sarana sanitasi yang mengakomodasi kebutuhan membuang hajat
yang digunakan oleh masyarakat umum yang berada di tempat-tempat domestik,
komersial maupun publik, tanpa membedakan usia dan jenis kelamin
penggunanya.

Institut Teknologi Nasional


21

Gambar 2.14 Ruang Gerak dalam Toilet

Gambar 2.15 Tinggi Perletakan Kloset

Institut Teknologi Nasional


22

Gambar 2.16 Tinggi Peletakan Uriner


2.2.6 Rambu dan Marka
Menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknik Aksesibilitas pada Bangunan Umum
dan Lingkungan. Rambu dan Marka adalah fasilitas dan elemen bangunan yang
digunakan untuk memberikan informasi, arah, penanda atau petunjuk termasuk di
dalamnya perangkat multimedia informasi dan komunikasi bagi penyandang
cacat.

Gambar 2.17 Simbol Aksesibilitas

Gambar 2.18 Simbol Tuna Rungu dan Tuna Daksa

Institut Teknologi Nasional


23

Gambar 2.19 Simbol Telepon penyandang cacat dan simbol ramp


penyandang cacat

Gambar 2.20 Simbol ramp dua arah dan simbol telepon untuk tuna rungu

Gambar 2.21 Simbol petunjuk arah

Gambar 2.22 Fasilitas teletext tuna rungu

Institut Teknologi Nasional


24

Gambar 2.22 Peletakan rambu sesuai jarak dan sudut pandang

Institut Teknologi Nasional


24

2.2.7 Area Parkir


Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat (1996), parkir merupakan keadaan
tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara sedangkan berhenti
adalah kendaraan tidak bergerak untuk sementara dengan pengemudi tidak
meninggalkan kendaraan. Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik
kendaraan dan menginginkan kendaraannya parkir di tempat, dimana tempat
tersebut mudah untuk dicapai. Kemudahan tersebut salah satunya adalah parkir di
badan jalan. Dengan demikian untuk mendesain suatu area parkir di badan jalan
ada 2 (dua) pilihan yakni, pola parkir paralel dan menyudut.

Dalam tulisannya mengenai parkir, Syaiful (2013), menjelaskan pengertian parkir


adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena
ditinggalkan oleh pengemudinya. Termasuk dalam pengertian parkir adalah setiap
kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang dinyatakan
dengan rambu lalu lintas ataupun tidak, serta tidak semata-mata untuk
kepentingan menaikkan dan/atau menurunkan orang dan/atau barang.

Gambar 2.23 Jarak ke area parkir

Institut Teknologi Nasional


25

Gambar 2.24 Rute aksesibilitas dari parkiran


2.3 Sosial
berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia kondisi diartikan menjadi suatu keadaan
atau situasi. Sedangkan kondisi sosial rakyat diartikan menjadi keadaan rakyat
suatu Negara di waktu tertentu (Kamus umum Bahasa Indonesia, 2000).
berdasarkan Linton (2000) kondisi sosial masyarakat memiliki 5 indikator yaitu:
umur dan kelamin, pekerjaan, martabat, keluarga atau kelompok tempat tinggal,
serta keanggotaan pada kelompok perserikatan. berasal kelima indikator tadi,
hanya indikator umur serta kelamin yang tidak terpengaruh oleh proses
pendidikan, sebagai akibatnya tinggal empat indikator yang perlu diukur tingkat
perbaikannya, guna mengetahui tingginya manfaat sosial bagi masyarakat.

2.3.1 Tingkat pendidikan


Ikhsan (2005) tingkat pendidikan ialah tahap pendidikan yang
berkelanjutan, yang ditetapkan sesuai tingkat perkembangan siswa, tingkat
kerumitan bahan pengajaran serta cara menyajikan bahan pengajaran. Sejalan
dengan pendapat Widi Lestari (2011) menyatakan bahwa taraf pendidikan ialah
suatu aktivitas seorang pada mengembangkan kemampuan, perilaku, serta bentuk
tingkah lakunya, baik untuk kehidupan masa yang akan tiba dimana melalui

Institut Teknologi Nasional


26

organisasi tertentu ataupun tak terorganisir. berdasarkan Fahrun pada Liza serta
Suktiarti (2013), dimensi asal taraf pendidikan yaitu (1) pendidikan formal
menggunakan indikator nya pendidikan yang diperoleh dibangku sekolah, serta
(2) pendidikan non formal menggunakan indikator nya pembinaan-pembinaan
yang pernah diikuti oleh pekerja. Sejalan menggunakan pandangan tadi, Widi
Lestari (2011) mengungkapkan dimensi serta indikator tingkat pendidikan
mencakup (1) dimensi pendidikan formal menggunakan indikator nya pendidikan
terakhir yang ditamatkan oleh setiap pekerja yang mencakup Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan perguruan tinggi, serta
(2) dimensi pendidikan informal menggunakan indikator nya perilaku dan
kepribadian yang dibuat dari keluarga dan lingkungan.

2.3.2 Usia
Usia ialah kurun waktu semenjak adanya seorang serta bisa diukur memakai
satuan waktu dilihat dari segi kronologis, individu normal bisa ditinjau derajat
perkembangan anatomis dan fisiologis sama (Nuswantari, 1998). Usia pula adalah
ketika lamanya hidup atau terdapat (semenjak dilahirkan atau diadakan)
(Hoetomo, 2005). berdasarkan departemen kesehatan RI tahun 2009
mengategorikan usia atau umur menjadi berikut:

a. Berusia 0 sampai dengan 5 Tahun merupakan Masa Balita


b. Usia 5 sampai dengan 11 Tahun merupakan Masa Kanak – kanak
c. Usia 12 sampai dengan 16 Tahun merupakan Masa Remaja Awal
d. Usia 17 sampai dengan 25 Tahun merupakan Masa Remaja Akhir
e. Usia 26 sampai dengan 35 Tahun merupakan Masa Dewasa Awal
f. Usia 36 sampai dengan 45 Tahun merupakan Masa Dewasa Akhir
g. Usia 46 sampai dengan 55 Tahun merupakan Masa Lansia Awal
h. Usia 56 sampai dengan 65 Tahun merupakan Masa Lansia Akhir
i. Seseorang dengan Usia 65 Tahun ke atas masuk Masa Manula

Institut Teknologi Nasional


27

2.3.3 Jenis-jenis penyandang distabilitas


Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang
cacat, penyandang distabilitas dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai
berikut:

1. Cacat fisik
Cacat fisik adalah kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi
tubuh, antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran, dan kemampuan
berbicara. Cacat fisik antara lain: a) cacat kaki, b) cacat punggung, c) cacat
tangan, d) cacat jari, e) cacat leher, f) cacat netra, g) cacat rungu, h) cacat
wicara, i) cacat raba (rasa), j) cacat pembawaan, Cacat tubuh atau tuna daksa
berasal dari kata tuna yang berarti rugi atau kurang, sedangkan daksa berarti
tubuh. Jadi tuna daksa ditujukan bagi mereka yang memiliki anggota tubuh
tidak sempurna.
2. Cacat mental
Cacat mental adalah kelainan mental dan atau tingkah laku, baik cacat bawaan
maupun akibat dari penyakit, antara lain: a) retardasi mental, b) gangguan
psikiatri fungsional, c) alkoholisme, d) gangguan mental organik dan epilepsi.
3. Cacat ganda atau cacat fisik dan mental
Yaitu keadaan seseorang yang menyandang dua jenis kecacatan sekaligus.
Apabila yang cacat adalah keduanya maka akan sangat mengganggu
penyandang cacatnya.

2.4 Ekonomi
Aspek ekonomi serta peluang kerja berkaitan erat dengan persoalan
kesejahteraan warga. Kecukupan pangan serta keperluan ekonomi bagi rakyat
baru terjangkau Jika pendapatan rumah tangga cukup buat menutupi keperluan
rumah tangga serta pengembangan usaha-usahanya (Mubyanto: 2001).

2.4.1 Mata Pencaharian Penyandang distabilitas


Mata pencaharian sendiri dapat didefinisikan sebagai pekerjaan pokok
yang dilakukan oleh masyarakat. Selain itu penjelasan mengenai mata
pencaharian, yaitu;

Institut Teknologi Nasional


28

The term livelihood tries to seize now not just what people do if you want to make
a living, but the assets that offer them with the functionality to construct a quality
living, the risk factors that they need to don't forget in coping with their sources,
and the institutional and coverage context that either allows or hinders them in
their pursuit of a viable or enhancing living (Frank Ellis, 2004).

Maksud pada kata mata pencaharian tersebut ialah tidak hanya apa yang
dilakukan manusia buat hidup, namun pula sumber daya yang menyediakan
mereka menggunakan kapabilitas untuk menciptakan kehidupan yg memuaskan,
faktor yang beresiko ialah mereka wajib memperhatikan pada mengurus sumber
daya, serta forum dan korelasi politik yg pula membantu dan menghalangi pada
tujuan mereka supaya bisa hidup serta meningkatkan taraf hidup

2.4.2 Jenis Pekerjaan Penyandang distabilitas


Wiltshire (2016) mendefinisikan kerja/pekerjaan menjadi konsep yang
dinamis dengan banyak sekali sinonim serta definisi. Pekerjaan mengacu pada
pentingnya suatu aktifitas, waktu, serta energi yang dihabiskan, serta imbalan
yang diperoleh. Pekerjaan ialah satu rangkaian keterampilan dan komprehensif
tertentu yang wajib selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Pekerjaan ialah
sebuah cara buat mempertahankan kedudukan daripada sekedar mencari nafkah.
Pekerjaan ialah aktivitas sosial dimana individu atau kelompok menempatkan
upaya selama waktu dan ruang tertentu, kadang-kadang menggunakan
mengharapkan penghargaan moneter (atau pada bentuk lain), atau tanpa
mengharapkan imbalan, namun menggunakan rasa kewajiban pada orang lain.

2.5 Pola Perjalanan


Pergerakan terjadi karena adanya aktivitas penduduk yg dilakukan bukan
di daerah tinggalnya, sebagai akibatnya antar wilayah serta ruang memiliki
keterkaitan yang sangat berperan pada terbentuknya perjalanan serta pola sebaran
tata guna lahan, hal ini sangat mempengaruhi pola bepergian orang (Tamin,
1997). Pola perjalanan dipengaruhi oleh tata letak pusat-pusat kegiatan perkotaan
seperti komersial, perkantoran, sekolah, rumah sakit, dan lain- lain. Pola

Institut Teknologi Nasional


29

perjalanan terdiri dari tiga hal yang, yaitu frekuensi perjalanan, tujuan perjalanan,
dan moda perjalanan.

2.5.1 Domisili Penyandang distabilitas


Domisili sendiri berasal dari kata domicile atau woonplaats yang artinya
tempat tinggal. Merujuk pada KBBI mendefinisikan alamat, domisili adalah
tempat kediaman yang sah dari seseorang. Apa itu domisili bisa dibilang
merupakan tempat tinggal resmi seseorang. Domisili adalah tempat tinggal yang
harus dimiliki orang

2.5.2 Tujuan Keberangkatan Penyandang distabilitas


Meyer serta Miller (1984) pada Morlok (1995) mengemukakan bahwa
perjalanan yang dilakukan oleh orang-orang bisa dicermati asal sejumlah atribut
atau ukuran-ukuran sebagai berikut:
 Maksud perjalanan
 Waktu perjalanan
 Tempat asal perjalanan
 Tempat tujuan perjalanan
 Kendaraan yang digunakan dalam perjalanan
 Rute dari tempat asal yang dipilih dalam melakukan perjalanan
 Frekuensi dalam perjalanan

Berdasarkan Morlok (1995) ciri perjalanan mempengaruhi pelaku perjalanan


dalam menentukan pilihan moda yang akan dipergunakan

2.6 Penyandang distabilitas


Berdasarkan Resolusi PBB nomor 61/106 tanggal 13 Desember 2006,
penyandang distabilitas ialah setiap orang yang tidak bisa menjamin oleh dirinya
sendiri, semua atau sebagian, kebutuhan individual normal serta/atau kehidupan
sosial, menjadi yang akan terjadi dari kecacatan mereka, baik yang bersifat
bawaan juga tidak, pada hal kemampuan fisik atau mentalnya. menurut Undang-
Undang nomor 39 tahun 1999 perihal Hak Asasi manusia, penyandang
cacat/distabilitas ialah kelompok rakyat rentan yang berhak memperoleh

Institut Teknologi Nasional


30

perlakuan serta perlindungan lebih berkenan dengan kekhususan nya. berdasarkan


Undang-Undang nomor 11 Tahun 2009 perihal Kesejahteraan Sosial, penyandang
cacat/distabilitas digolongkan sebagai bagian dari rakyat yang mempunyai
kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan mempunyai kriteria
persoalan sosial.

berdasarkan Undang-Undang nomor 4 Tahun 1997 perihal Penyandang


cacat, penyandang distabilitas merupakan setiap orang yang memiliki kelainan
fisik serta/atau mental, yang dapat mengganggu atau ialah rintangan dan kendala
baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari, penyandang cacat
fisik, penyandang cacat mental, penyandang cacat fisik dan mental. berdasarkan
Undang-Undang angka 8 Tahun 2016 perihal Penyandang Distabilitas,
Penyandang distabilitas ialah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental, dan atau sensoris pada jangka waktu usang yang pada
berinteraksi dengan lingkungan bisa mengalami kendala serta kesulitan untuk
berpartisipasi secara penuh serta efektif dengan masyarakat negara lainnya sesuai
kecenderungan hak.

2.7 Kebijakan yang digunakan


2.7.1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30 Tahun 2006
Peraturan ini tentang pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada
bangunan gedung dan lingkungan, yang memiliki tujuan yaitu mewujudkan
kesamaan, kesetaraan, kedudukan dan hak kewajiban serta peningkatan peran
penyandang cacat dan lansia diperlukan sarana dan upaya yang memadai,
terpadu/inklusif dan berkesinambungan yang pada akhirnya dapat mencapai
kemandirian dan kesejahteraan penyandang cacat dan lansia.

2.8 Benchmark Berkaitan dengan Fasilitas Penyandang distabilitas


2.8.1 Stasiun Jepang Ramah distabilitas
Jepang merupakan Negara Ramah Tuna Netra dan kaum Difabel yang mana
banyaknya layanan-layanan umum yang disediakan bagi orang-orang yang
mempunyai distabilitas. Mulai dari bandara hingga stasiun, banyak fasilitas-
fasilitas bantuan bagi kaum difabel (Fala Keena K, 2018)

Institut Teknologi Nasional


31

1. Jalan Braille di Stasiun


Di Stasiun Jepang jalur berwarna kuning untuk tunanetra yang dianggap jalan
Braille atau tenji block pada Bahasa Jepang serta tactile paving pada Bahasa
Inggris. Jalur tersebut memakai sistem braille dalam pembuatannya. Tekstur
bagian atas jalur yang terbuat asal benjolan karet itu mempunyai dua pola
yang tidak sama. Bagian menggunakan pola garis-garis menandakan jalur
yang lurus, sedangkan bagian yang berpola bundar -bundar menandakan
belokan, persimpangan juga area yang dekat dengan tangga. tak hanya jalanan
saja, huruf braille atau “tenji” pun beredar pada mana-mana, mulai dari
tombol elevator sampai tombol bidet di toilet-toilet umum, meski braille-nya
adalah braille Bahasa Jepang. Bahkan, penulis juga pernah menemukan peta
akses menggunakan braille pada sebuah stasiun di Tokyo. menggunakan
adanya jalan Braille akan sangat membantu tuna netra untuk menuju lokasi
yang diinginkan.
2. Tamokuteki toire atau “toilet multifungsi”
Pada Stasiun Jepang pula disediakan toilet multifungsi yang mana pada bahasa
jepang dianggap tamokuteki toire, yang merupakan toilet multifungsi.
berukuran toilet ini jauh lebih luas dari stall toilet umumnya, sebab ini
didesain untuk tidak hanya kaum pengguna kursi roda, tetapi pula manula
serta anak- anak.
3. Tangga stasiun Jepang
Setiap tangga yang berada pada Stasiun Jepang ada pertanda Braille/tactile
paving merah serta kuning di ujung pijakan tangga yang mana menjadi pola
warning berganti ketinggian tangga sebagai akibatnya mempermudah bagi
tuna netra untuk memakai tangga tersebut. desain tangga ini sangat
memperhatikan keamanan serta keselamatan untuk tuna netra pada
rancangannya.
4. Lift tombol Braille di stasiun Jepang
Lift yang berada di stasiun jepang dirancang supaya bisa dipergunakan untuk
tuna netra serta para difabel lainnya yang mana desain lift ini memakai tombol
Braille serta dirancang sesuai ukuran yang bisa dicapai para difabel/cacat fisik

Institut Teknologi Nasional


32

berasal segi keamanan serta sirkulasi pula dirancang sesuai Kebutuhan para
difabel.

2.8.2 Stasiun Kereta Api Tugu dan Lempuyangan


Stasiun Tugu menjadi stasiun terbesar di DIY pun belum memberikan
akses kemudahan bagi difabel. pada pintu masuk utama, difabel pengguna kursi
roda mengalami kesulitan untuk memasuki area stasiun sebab harus menaiki
tangga, tanpa terdapat jalan landai. hambatan lain ada yaitu dari peron menuju
kereta yang tidak aksesibil khususnya bagi pengguna kursi roda. Selain itu, pada
dalam kereta api pun kamar mandi tidak bisa diakses oleh pengguna kursi roda
sebab terlalu sempit. Beberapa saat yang kemudian, seorang penyandang difabel
mengadukan PT KAI khususnya Stasiun Tugu pada Ombudsman Republik
Indonesia (ORI) sebab kurang menyediakan fasilitas yang ramah difabel.
Menurutnya PT KAI belum mengakomodasi permintaan pelayanan non fisik bagi
kaum difabel, contohnya arahan menuju loket bagi difabel. Petugas khusus yang
berfungsi melayani serta membantu difabel pun menurutnya belum ada. tetapi
demikian, beberapa fasilitas umum seperti toilet pada stasiun sudah memberikan
kemudahan bagi difabel dengan penyediaan toilet khusus bagi difabel.

2.9 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu ini diambil berdasarkan kesamaan atau kemiripan tujuan
dengan penelitian yang dilakukan, berikut adalah tabel studi terdahulu:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


N Metode Metode Output
o Judul Penulis Variabel Pengump Analisis
ulan data data
1 EVALUAS Aan  Ubin tekstur Observas Kuantita Terbentuknya
I Qur’an, pemandu (guiding i tif 4 kuadran dari
FASILITA Eko block) dengan metode IPA.
S BAGI Priyo  Tanda/petunjuk metode Dengan
PENYAND Purnom  Informasi IPA kuadran 1
ANG o (Import prioritas

Institut Teknologi Nasional


33

N Metode Metode Output


o Judul Penulis Variabel Pengump Analisis
ulan data data
DISABILIT (2020) visual/audio ance utama, kuadran
AS DI  Pintu/gate aksesibel Perform 2pertahankan
STASIUN  Area menaikkan ance prestasi,
YOGYAK dan menurunkan Analysis kuadran 3
ARTA penumpang\ ) prioritas
 Ramp rendah, dan

 Akses untuk naik kuadran 4

turun penumpang berlebihan

 Toilet yang
aksesibil
 Loket tiket/counter
 Ruang tunggu
dengan kursi
prioritas
 Poliklinik
 Tempat parkir
 Akses bahaya
kebakaran
 Ketersediaan kursi
roda yang siap
pakai
 Ruang pusat
informasi
 Jenis kelamin Kuesione Terbentuknya
 Jenis distabilitas r karakteristik

 Penghasilan dan pola

 Usia perjalanan para

Institut Teknologi Nasional


34

N Metode Metode Output


o Judul Penulis Variabel Pengump Analisis
ulan data data
 Frekuensi naik penyandang
kereta disabilitas
 Waktu terakhir naik yang menaiki
kereta stasiun
 Tujuan perjalanan yogyakarta

 domisili
2 KUALITA Mayarn  Aksesibilitas Observas deskripti Pendapat para
S i, Nur (tangibles) i f penyandang
PELAYAN Laila  Responsiveness kualitati distabilitas
AN Meilani (Daya Tanggap) f kepada
PUBLIK , dan  Courtesy pelayanan
BAGI Zulkarn  Competence publik dengan
KAUM aini  Security aksesibilitas,
DIFABEL (2018) responsiveness
, courtesy,
competence,
dan security
menjadi faktor
utama
pembahasan
3 IMPLEME Jane  Aksesibilitas Bagi Studi Kualitati Mengimpleme
NTASI Kartika Penyandang Literatur f ntasikan apa
AKSESIBI Propion Distabilitas di yang ada di
LITAS a Provinsi DKI peraturan
FASILITA (2021) Jakarta dengan
S PUBLIK  Aksesibilitas membandingka
BAGI fasilitas pada n dengan yang
PENYAND transportasi publik ada di tempat

Institut Teknologi Nasional


35

N Metode Metode Output


o Judul Penulis Variabel Pengump Analisis
ulan data data
ANG  Aksesibilitas Observas Kualitati Melihat
DISABILIT fasilitas pada i dan f kondisi dan
AS transportasi publik wawanca ketersediaan
 Aksesibilitas pada ra fasilitas.
Jalan Umum

Institut Teknologi Nasional


35

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, berdasarkan Sugiyono
(2018) data kuantitatif ialah metode penelitian yang berlandaskan positivistic
(data konkrit), data penelitian berupa nomor -nomor yang akan diukur memakai
statistik menjadi alat uji penghitungan, berkaitan menggunakan persoalan yang
diteliti untuk membuat suatu kesimpulan. Dengan penggunaan metode IPA
(Importance Performance Analysis) sebagai dasar analisis sebagai alat untuk
mengukur fasilitas distabilitas yang berada di stasiun Bandung, hal ini dilakukan
untuk mengetahui fasilitas mana saja yang di prioritas kan oleh para penyandang
distabilitas jika mengunjungi/menggunakan kereta sebagai moda mobilitas yang
dipilih, dan fasilitas apa saja yang tidak tersedia tetapi diperlukan sebagai sarana
penunjang kemudahan menggunakan kereta api. Data penelitian diperoleh melalui
observasi langsung di Stasiun Bandung dan pengisian kuesioner tingkat kepuasan
dan tingkat pelayanan fasilitas khusus bagi penyandang distabilitas. Selain itu
dilakukan juga analisis untuk mengetahui terkait tingkat sosial, ekonomi para
penyandang distabilitas yang sudah melakukan perjalanan melalui Stasiun
Bandung. Dalam proses penelitian ini memanfaatkan software yang berkaitan
dengan metode IPA (Importance Performance Analysis) dimana metode IPA
(Importance Performance Analysis) menggunakan software SPSS (Statistical
Program for Social Science) dan penggunaan software MS Excel. Penggunaan
Software ini sebagai penunjang untuk mengetahui tingkat kepuasan dan tingkat
pelayanan.

35
Institut Teknologi Nasional
36

3.2 Metode Pengumpulan Data


berdasarkan (Sugiyono, 2017) Teknik pengumpulan data menjadi langkah
yang paling strategis pada penelitian karena tujuan utama dari penelitian tersebut
ialah buat mendapatkan data, cara atau teknik pengumpulan, berikut jenis

36
Institut Teknologi Nasional
36

pengumpulan data; interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi


(pengamatan) dan adonan ketiganya. Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa
data, yaitu terkait sosial, ekonomi para penyandang distabilitas dan juga pola
perjalanan para penyandang distabilitas ketika menggunakan kereta dan menaiki
nya di stasiun Bandung, hal ini dilakukan untuk mengetahui terkait pekerjaan dan
kepentingan para penyandang distabilitas dalam hal kehidupannya, ini juga dapat
menjadikan sebuah alasan mengapa fasilitas distabilitas di stasiun Bandung harus
dilengkapi sesuai kebijakan yang ada. Selain itu juga dibutuhkan penilaian terkait
fasilitas distabilitas baik yang tersedia di stasiun Bandung maupun yang tidak
tersedia di stasiun Bandung, hal itu dilakukan agar dapat diketahui bahwasanya
fasilitas yang tidak tersedia di stasiun Bandung dibutuhkan oleh para penyandang
distabilitas, setelah melakukan scoring terhadap fasilitas distabilitas di stasiun
Bandung dilakukan metode IPA (importance Performance Analysis) metode ini
akan mengeluarkan hasil tingkat prioritas setiap fasilitas yang ada di stasiun
Bandung.

3.2.1 Pengumpulan Data Primer


Menurut Sugiyono (2017) Sumber data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Pada penelitian ini,
information yang diambil dengan melakukan penyebaran kuesioner ke pada para
penyandang distabilitas untuk mengetahui nilai atau skor suatu fasilitas. Selain itu
adanya observasi/survey secara langsung untuk mengetahui ketersediaan fasilitas
distabilitas yang berada di stasiun Bandung.

Pengumpulan data secara primer digunakan untuk mengetahui keadaan


kondisi dan ketersediaan fasilitas distabilitas yang ada di stasiun Bandung,
pengumpulan data primer menggunakan teknik pengumpulan data secara
observasi dan kuesioner, dalam pengumpulan data secara observasi digunakan
untuk mengetahui dan membandingkan fasilitas distabilitas yang berada di stasiun
Bandung dengan standar yang sudah ditentukan di Indonesia. Penggunaan teknik
pengumpulan data dengan kuesioner adalah untuk mengetahui tingkat prioritas
fasilitas penyandang distabilitas yang berada di stasiun Bandung, pengumpulan

Institut Teknologi Nasional


37

data yang sudah dilakukan dengan membagikan kuesioner dilakukan pengolahan


data dengan metode Importance Performance Analysis (IPA) dimana setelah
melakukan metode IPA output yang dikeluarkan adalah kuadran 4 dengan tingkat
prioritas yang berbeda beda. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bahwa fasilitas
yang sangat dibutuhkan oleh para penyandang distabilitas.

1. Observasi
Menurut Sugiyono (2017) Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang
mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lainnya.
Observasi dilakukan dengan melihat langsung di lapangan misalnya kondisi
ruang kerja dan lingkungan kerja yang dapat digunakan untuk menentukan
faktor layak yang didukung dengan adanya wawancara dan kuesioner
mengenai analisis jabatan.
2. Kuesioner
Menurut Sekaran (2006) Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang
telah dibuat sebelumnya yang akan dijawab oleh responden, dan biasanya
dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Menurut Handayani (2020), populasi adalah totalitas dari setiap elemen
yang akan diteliti yang memiliki ciri sama, bisa berupa individu dari suatu
kelompok, peristiwa, atau sesuatu yang akan diteliti. Menurut BPS (Badan Pusat
Statistik) populasi penduduk kota Bandung 2,452,943 juta jiwa pada tahun 2021,
penduduk dengan jenis kelamin laki – laki sebesar 1,235,134 juta jiwa dan jenis
kelamin perempuan sebesar 1,217,809 juta jiwa. Kota Bandung menjadi salah satu
kota dengan populasi penduduk terbanyak di Indonesia. Jumlah penduduk
penyandang distabilitas di Kota Bandung menurut Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil ialah 1.814 jiwa pada tahun 2021, dengan klasifikasi cacat fisik
420 jiwa, Cacat netra/buta 237 jiwa, Cacat rungu/wicara 314 jiwa Cacat
Mental/jiwa 313, Cacat fisik dan Mental 145 jiwa, dan Cacat lainnya 385 jiwa.
Dibanding dengan jumlah populasi penduduk kota Bandung, penyandang

Institut Teknologi Nasional


38

distabilitas hanya mencangkup 0,09% dari populasi keseluruhan warga kota


Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah penyandang disabilitas yang
pernah mengunjungi dan penyandang distabilitas warga kota Bandung dalam
kurun waktu 1 tahun terakhir.

3.3.2 Sampel
Penelitian ini memperoleh data melalui metode survey seperti observasi
dan kuesioner. Sebelum melakukan survey, terlebih dahulu ditentukan sampel
yang akan diambil. Sampel dibutuhkan dalam penelitian karena peneliti ingin
mendapatkan objek yang akan diteliti dan melakukan generalisasi terhadap hasil
penelitiannya. Adapun sampel ini akan ditunjukkan kepada para penyandang
distabilitas untuk mengumpulkan data mengenai fasilitas distabilitas di stasiun
Bandung. Dalam pengambilan sampel objek yang diutamakan adalah para
penyandang distabilitas yang pernah melakukan perjalanan melalui stasiun
Bandung dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Sampel tersebut akan dihasilkan
melalui metode kuesioner. Adapun alat sampling yang akan dipergunakan
purposive sampling. berdasarkan Dana P. Turner (2020), purposive sampling
merupakan teknik pengambilan sampel yang dipergunakan saat peneliti telah
punya sasaran individu dengan ciri yang sesuai dengan penelitian. Alasan
menggunakan teknik purposive sampling ini sebab sesuai untuk dipergunakan
untuk penelitian kuantitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan
generalisasi berdasarkan Sugiyono, (2016: 85). Dalam penelitian ini sampel yang
diambil ialah para penyandang distabilitas yang pernah menggunakan stasiun
Bandung dalam kurun waktu 1 tahun terakhir.

3.4 Metode Analisis Data


Analisis data dari Sugiyono (2018) ialah proses mencari serta menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan serta
dokumentasi, menggunakan cara mengorganisasikan data ke pada kategori,
menjabarkan ke pada unit-unit, melakukan sentiasa, menyusun ke pada pola,
memilih mana yang krusial dan yang akan dipelajari, serta menghasilkan
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Institut Teknologi Nasional


39

Sedangkan berdasarkan Moleong (2017) analisis data ialah proses


mengorganisasikan serta mengurutkan data ke pada pola, kategori, serta satuan
uraian dasar sebagai akibatnya bisa ditemukan tema serta bisa dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Data yang dibutuhkan adalah
sosial, ekonomi dan pola perjalanan para penyandang distabilitas, ketersediaan
fasilitas penyandang distabilitas di stasiun Bandung dan penilaian dari para
penyandang distabilitas terhadap fasilitas yang tersedia dan yang tidak tersedia di
stasiun Bandung, dimana data ini dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik para
penyandang distabilitas, selain dibutuhkan sebagai karakteristik para penyandang
distabilitas, penilaian yang diberikan para penyandang distabilitas dibutuhkan
untuk mengetahui tingkat prioritas setiap fasilitas penyandang distabilitas di
stasiun Bandung. Dalam penelitian ini setiap data yang dibutuhkan memiliki
teknik pengumpulan data masing-masing, dimana untuk data sosial, ekonomi dan
pola perjalanan digunakan teknik pengumpulan data dengan cara menyebar
kuesioner kepada para penyandang distabilitas. Data ketersediaan fasilitas
distabilitas di stasiun Bandung menggunakan teknik pengumpulan data dengan
cara observasi/survey langsung, hal ini dilakukan agar dapat mengetahui
ketersediaan fasilitas distabilitas di stasiun Bandung secara langsung.

3.4.1 Uji Validitas


Menurut Sugiharto dan Sitinjak (2006), validitas berhubungan dengan
suatu peubah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam penelitian
menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang
diukur. Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana
alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Ghozali (2009)
menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut.

1. Jika r hitung > r tabel maka instrumen atau item-item pernyataan


berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

Institut Teknologi Nasional


40

2. Jika r hitung < r tabel maka instrumen atau item-item pernyataan tidak
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

3.4.2 Uji Reliabilitas


Menurut Sugiyono (2017: 127), Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur
konsistensi kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruksi.
Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seorang terhadap
penyataan bersifat konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas
dimaksud untuk mengetahui instrument yang dilakukan dengan menggunakan
Cronbach Alpha. Sugiyono juga mengatakan bahwa jika instrument penelitian
dikatakan reliabel, jika nilai Cronbach Alpha besar 0,60 atau lebih.

3.4.3 Uji Tingkat Kebutuhan Fasilitas Distabilitas


Analisis dalam penelitian ini dilakukan secara bertahap. Analisis dalam
penelitian ini yaitu analisis terkait evaluasi fasilitas penyandang distabilitas di
stasiun Bandung, dengan teknik pengumpulan data secara observasi untuk
mengetahui kesesuaian fasilitas yang tersedia dengan standar atau peraturan yang
sudah ditetapkan, selain menggunakan teknik pengumpulan data secara
observasi , penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan
menyebar kuesioner dimana hasil dari kuesioner tersebut akan diolah kembali
dengan metode Importance Performance Analysis (IPA) hasil dari metode IPA
akan menghasilkan 4 (empat) kuadran skala prioritas setiap fasilitas yang akan
dikaji.

Data di penelitian ini dianalisis memakai metode IPA (Importance


Performance Analysis). berdasarkan Widiyanto (2019), Importance Performance
Analysis (IPA) adalah metode analisis untuk mengetahui perbandingan kinerja
atau pelayanan suatu jasa yang diterima oleh konsumen atau pengguna jasa
dengan tingkat kepuasan yang diinginkan. Di penelitian ini, kinerja atau
pelayanan yang dimaksud adalah kinerja serta pelayanan berasal fasilitas-fasilitas
bagi penyandang distabilitas pada stasiun Bandung, sedangkan konsumen atau
pengguna jasa ialah penumpang distabilitas. Faktor pelayanan ini meliputi
pendapat penumpang distabilitas tentang tingkat kinerja dari fasilitas stasiun serta

Institut Teknologi Nasional


41

tingkat kepentingan fasilitas tersebut Perhitungan memakai metode IPA


(Importance Performance Analysis) dimulai dari perhitungan tingkat kesesuaian
antara kinerja pelaksanaan fasilitas dengan tingkat kepentingan fasilitas yang
dirasakan responden lalu dicari skor rata-rata tingkat kinerja serta tingkat
kepentingan. Perhitungan dapat sebagai berikut;

Xi
Tki= x 100 %
Yi

Dengan,

Tki : Tingkat kesesuaian responden

Xi : Skor nilai kinerja fasilitas stasiun

Yi : Skor nilai kepentingan fasilitas

Xi Yi
X= ,Y =
n n

Dengan,

X : Skor rata-rata tingkat kinerja fasilitas stasiun

Y : Skor rata-rata tingkat kepentingan fasilitas stasiun

n : Jumlah responden

Kemudian dicari nilai rata-rata perhitungan berdasarkan atribut penilaian. Nilai


pada ratarata tingkat kinerja dinyatakan dalam X́ sedangkan rata-rata tingkat
kepentingan dinyatakan dalamÝ . Kedua nilai tersebut dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut;

n n

∑X ∑Y
i =1
X́ = , Ý = i=1
K K

Dengan,

X́ : Nilai rata-rata tingkat kinerja

Institut Teknologi Nasional


42

Ý : Nilai rata-rata tingkat kepentingan

K : Jumlah atribut penilaian

Setelah data analisis menggunakan IPA (Importance Performance Analysis),


didapatkan hasil analisis yang berbentuk 4 kuadran (pertahankan prestasi, prioritas
rendah, prioritas utama, dan berlebihan) sehingga dapat diambil prioritas
peningkatan pelayanan fasilitas-fasilitas di stasiun Bandung.

Gambar 3.1 Kuadran Metode Importance Performance Analysis


Sumber: Google Image

3.5 Definisi Operasional Variabel


Berikut adalah tabel definisi operasional variabel. Pada tabel Dov ini
digunakan beberapa variabel yang disesuaikan dengan sasaran yang akan diteliti,
variabel yang akan digunakan dalam tabel Dov dibawah adalah sebagai sasaran
pertama dilakukan identifikasi terhadap karakteristik penyandang distabilitas yang
mengunjungi stasiun bandung, dalam identifikasi karakteristik penyandang
distabilitas diperlukan beberapa variabel yaitu yang pertama terkait sosial dimana
sosial ini memiliki beberapa hal yang harus dicari yaitu tingkat pendidikan, usia,
dan jenis distabilitas yang pernah mengunjungi stasiun Bandung. Selain sosial ada

Institut Teknologi Nasional


43

juga ekonomi para penyandang distabilitas dimana kebutuhan data yang


diperlukan dalam variabel yang ini adalah pekerjaan penyandang distabilitas dan
penghasilan atau pendapatan dari penyandang distabilitas, yang terakhir terkait
sasaran pertama adalah pola perjalanan dari penyandang distabilitas yang pernah
mengunjungi stasiun bandung , terdapat 2 indikator dalam variabel pola
perjalanan yaitu domisili penyandang distabilitas dan tujuan keberangkatan
penyandang distabilitas ketika mengunjungi stasiun Bandung.

Sasaran kedua ialah ketersediaan fasilitas distabilitas yang berada di


stasiun Bandung, dimana fasilitas-fasilitas yang berada di stasiun Bandung
dilakukan perbandingan antara fasilitas yang tersedia dengan peraturan yang
sudah di tetapkan di Indonesia. Dimana kebijakan yang digunakan dalam
perbandingan fasilitas adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 30 Tahun
2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung
dan lingkungan. Terdapat beberapa fasilitas yang diperbandingkan seperti Ruang
dan sirkulasi, jalur pemandu, ramp, tangga, toilet, marka dan rambu, dan area
parkir penyandang distabilitas.

Sasaran ke tiga ialah penentuan tingkat prioritas fasilitas penyandang


distabilitas dimana dalam menentukan tingkat prioritas fasilitas penyandang
distabilitas diperlukan ketersediaan fasilitas distabilitas yang berada di stasiun
Bandung dengan menggunakan metode pengumpulan data observasi dan
dilakukan pengolahan data dengan menentukan tingkat kinerja fasilitas distabilitas
dan tingkat kepentingan fasilitas distabilitas. Dalam pengumpulan data ini
dilakukan kuesioner dengan metode skala Likert dengan penilaian dari Sangat
baik sampai Sangat tidak baik. Setelah melakukan penilaian terhadap fasilitas
distabilitas data yang sudah dikumpulkan diolah kembali dengan metode IPA
(Importance Performance Analysis) dengan output terakhir ialah 4 kuadran
sebagai penilaian tingkat prioritas setiap fasilitasnya.

Institut Teknologi Nasional


44

Metode
N Variab Kebutuha Jenis Metode
Sasaran Indikator Sumber Teori Pengum Output
o el n Data Data Analisis
pulan
1. Identifikasi Menurut (Widi Mengetahui
Karakteristik Lestari, 2011) tingkat
sosial, dalam Jurnal” Tingkat pendidikan
a. Tingkat Analisis
ekonomi dan Pengaruh tingkat pendidika dan jenis
Pendidikan Kuantitat
perjalanan pendidikan dan n para Data Kuesione pekerjaan
Sosial b. Usia if
penyandang Pengalaman penyandan Primer r para
c. Jenis Deskripti
distabilitas Kerja Terhadap g penyandang
distabilitas f
yang Kinerja distabilitas distabilitas.
berkunjung Karyawan”
ke stasiun
Bandung Ekono a. Jenis Menurut (Frank Jenis Data Kuesione Analisis
mi Pekerjaan Ellies, 2004) pekerjaan Primer r Kuantitat
b. Penghasilan dalam buku para if
Penyandang berjudul “Rural penyandan Deskripti
distabilitas Livelihoods and g f
Poverty distabilitas
Reduction

Institut Teknologi Nasional


45

Metode
N Variab Kebutuha Jenis Metode
Sasaran Indikator Sumber Teori Pengum Output
o el n Data Data Analisis
pulan
Strategies in Four
African
Countries”
Bangkitan
Para
a. Domisili
penyandan Analisis
Penyandang
Pola g Kuantitat
distabilitas Data Kuesione
Perjala distabilitas if
b. Tujuan Primer r
nan yang Deskripti
Pemberangk
melalui f
atan
Stasiun
Bandung

Institut Teknologi Nasional


46

Metode
N Variab Kebutuha Jenis Metode
Sasaran Indikator Sumber Teori Pengum Output
o el n Data Data Analisis
pulan
a. Ruang dan
Identifikasi
Sirkulasi
fasilitas Terpenuhi
Fasilita b. Jalur
penyandang Kondisi Analisis atau tidak
s Pemandu
distabilitas - Peraturan dan Kuantitat terpenuhiny
Penyan c. Ramp Data Observas
2 menurut Pemerintah Kesesuaia if a standar
dang d. Tangga Primer i
Peraturan No. 30 Tahun n Standar Deskripti fasilitas
distabil e. Toilet
Pemerintah 2006 Fasilitas. f penyandang
itas f. Rambu dan
No. 30 tahun distabilitas
Marka
2006
g. Area Parkir
3 Merumuskan Tingkat Jumlah tingkat Menurut Kesesuaia Data Observas Analisis Terdapat
tingkat Kinerja kinerja rata-rata (Widiyanto, n Standar Primer i - Kuantitat empat
kebutuhan fasilitas 2019) dikutip Fasilitas Kuesione if – kuadran

Institut Teknologi Nasional


47

Metode
N Variab Kebutuha Jenis Metode
Sasaran Indikator Sumber Teori Pengum Output
o el n Data Data Analisis
pulan
pada
metode IPA,
dimana tiap
pada jurnal Metode kuadran
“Evaluasi IPA dapat
fasilitas Jumlah tingkat Fasilitas Bagi (Importa memberikan
Tingkat
penyandang kepentingan Penyandang r nce informasi
kepenti
rata-rata
distabilitas ngan distabilitas di Performa manajemen
fasilitas
Stasiun nce atau strategi
Yogyakarta” Analysis) layanan
diantaranya
(Huang et
al., 2006):

Institut Teknologi Nasional


48

3.6 Kerangka Berpikir


Berikut adalah kerangka berpikir dalam penelitian ini:

Gambar 3.2 Kerangka Berpikir

Institut Teknologi Nasional


49

3.7 Kerangka Analisis


Berikut adalah kerangka berfikir dalam penelitian ini:

Gambar 3.3 Kerangka Analisis

Institut Teknologi Nasional


50

Sumber: Analisis 2022

Institut Teknologi Nasional


BAB IV
GAMBARAN UMUM FASILITAS DISABILITAS DI STASIUN
BANDUNG

4.1 Gambaran Umum Kota Bandung


Kota Bandung adalah ibukota Provinsi Jawa Barat dengan luas 16.729,65
ha. Kota ini merupakan dataran tinggi yang terletak pada ketinggian 675-1050
meter di atas permukaan laut, yang berada pada koordinat 6°50’38”– 6°58’50” LS
dan 107°33’34”–107°43’50” BT. Kota Bandung terdiri atas 30 kecamatan dan
151 kelurahan. Kota Bandung menjadi ibu kota dari Provinsi Jawa Barat dengan
menjadikan Kota Bandung sebagai pusat metropolitan Provinsi Jawa Barat.
Adapun batas-batas dari Kota Bandung sebagai berikut:

1. Utara : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat

2. Barat : Kota Cimahi

3. Timur : Kabupaten Bandung

4. Selatan : Kabupaten Bandung

50
Institut Teknologi Nasional
51

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Bandung

51
Institut Teknologi Nasional
52

Tabel 4.1 Luas Kecamatan

Luas Wilayah
No. Kecamatan
(ha)

1 Bandung Kulon 695


2 Babakan Ciparay 707
3 Bojongloa Kaler 312
4 Bojongloa Kidul 520
5 Astana Anyar 268
6 Regol 474
7 Lengkong 591
8 Bandung Kidul 542
9 Buah Batu 764
10 Rancasari 701
11 Gedebage 996
12 Cibiru 684
13 Panyileukan 531
14 Ujungberung 624
15 Cinambo 425
16 Arcamanik 759
17 Antapani 422
18 Mandalajati 480
19 Kiaracondong 580
20 Batununggal 482
21 Sumur Bandung 349
22 Andir 422
23 Cicendo 779
24 Bandung Wetan 344
25 Cibeunying Kidul 414
26 Cibeunying Kaler 464
27 Coblong 731
28 Sukajadi 528
29 Sukasari 636
30 Cidadap 842
Sumber: Kota Bandung Dalam Angka 2022

52
Institut Teknologi Nasional
53

Kecamatan Gedebage menjadi kecamatan terluas di Kota Bandung dengan luas


wilayah sebesar 996 ha. Sementara, kecamatan dengan luas wilayah terkecil ialah
Kecamatan Astanaanyar yang memiliki luas sebesar 268 ha.

4.1.1 Kependudukan Kota Bandung


Kota Bandung memiliki 30 kecamatan dengan jumlah penduduk pada
tahun 2022 sebesar 2.530.448 jiwa, dengan kecamatan yang memiliki penduduk
terbanyak terdapat pada Kecamatan Ciparay dimana jumlah penduduk pada
Kecamatan Ciparay ialah sebesar 143.651 jiwa, sedangkan kecamatan dengan
jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Cinambo dengan jumlah
penduduk yang berada di Kecamatan Cinambo sebesar 25.585 jiwa.

Tabel 4.2 Penelitain Terdahulu 1

No Jumlah
Kecamatan
. Penduduk

1 Bandung Kulon 136622


2 Babakan Ciparay 143651
3 Bojongloa Kaler 124323
4 Bojongloa Kidul 87988
5 Astanaanyar 73232
6 Regol 80609
7 Lengkong 71000
8 Bandung Kidul 61419
9 Buahbatu 104434
10 Rancasari 86725
11 Gedebage 42071
12 Cibiru 76236
13 Panyileukan 40772
14 Ujungberung 90562
15 Cinambo 25585
16 Arcamanik 80387
17 Antapani 80530
18 Mandalajati 73956
19 Kiaracondong 131413
20 Batununggal 121469

53
Institut Teknologi Nasional
54

No Jumlah
Kecamatan
. Penduduk

21 Sumur Bandung 38323


22 Andir 99119
23 Cicendo 96382
24 Bandung Wetan 28848
25 Cibeunying Kidul 113535
26 Cibeunying Kaler 70662
27 Coblong 115273
28 Sukajadi 103066
29 Sukasari 77576
30 Cidadap 54680
Kota Bandung 2530448
Sumber: BPS Dalam Angka Kota Bandung 2022
4.1.2 Penggunaan Lahan Kota Bandung
Guna lahan pada kota Bandung memiliki banyak klasifikasi terdapat 22 klasifikasi
yang terdiri dari bangunan social, gedung, jalur hijau/RTH, bandara udara,
bangunan budidaya, fasilitas Kesehatan, fasilitas umum, gelanggang olahraga,
hutan, industry, kantor pemerintahan, kawasan militer, kawasan pemakaman,
kawasan Pendidikan, kawasan peribadatan, kawasan taman wisata, terminal
bus/angkot, usaha/perdagangan, kawasan utilitas, zona stasiun kereta api, wilayah
tata ruang tani/pertanian, dan zona pemukiman. Guna Lahan Kota Bandung di
dominasi dengan warna merah yaitu zona pemukiman dimana diketahui
bahwasanya rumah-rumah yang berada di Kota Bandung terdapat banyak sekali
terutama terdapat sekitaran jalan yang berada di Kota Bandung menjadikan zona
pemukiman di guna lahan Kota Bandung mendominasi dengan warna merah.
Pada sekitaran Stasiun Bandung sendiri guna lahan yang mendominasi ialah
pemukiman dan berwarna kuning pucat yaitu wilayah pemakaman.

54
Institut Teknologi Nasional
55

Gambar 4.2 Peta Guna Lahan Kota Bandung

55
Institut Teknologi Nasional
56

4.2 Kondisi Ketersediaan Transportasi Kota Bandung


Terdapat beberapa kunci atau moda transportasi yang berada di Kota
Bandung, baik dalam kota maupun luar kota. Pada dalam kota terdapat Trans
Metro Bandung, angkutan kota. Sedangkan untuk luar kota, Bandung sendiri
memiliki beberapa moda pilihan yang dapat digunakan yaitu pesawat dan kereta
api.

4.2.1 Trans Metro Bandung


Bus rapid transit (BRT) atau yang biasa disebut dengan Trans Metro
Bandung adalah sebuah system bus yang cepat, aman, nyaman, dan tepat waktu
dari sisi infrastruktur, kendaraan dan jadwal. BRT/TMB dapat dijadikan alat
transportasi alternatif karena memiliki kualitas pelayanan yang lebih baik
daripada bis lain (Hook, 2009) Pada system BRT integritas moda dilakukan di
halte dan penumpang naik dan turun secara cepat di halte, sehingga dapat
menghemat waktu perjalanan, yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas
pelayanan bis (Kusuma et al, 2007).

4.2.2 Angkutan Kota


Angkutan kota menurut Setijowarno dan Frazila (2001) adalah angkutan
dari suatu tempat ke tempat lain dalam wilayah suatu kota dengan menggunakan
mobil bis umum dan/atau mobil penumpang umum yang terikat pada trayek tetap
dan teratur.

4.2.3 Pesawat
pengertian pesawat udara adalah semua alat yang ditempatkan dalam lingkungan
udara sehubungan dengan kekuatan/daya yang yang dipengaruhi oleh udara
(setiap alat yang mampu berada di atmosfir karena adanya reaksi udara
kepadanya) (K. Wisnu Wardhana, 2006)

4.2.4 Kereta Api


Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 32 Tahun 2011, Kereta api
adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun

56
Institut Teknologi Nasional
57

dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya yang akan ataupun sedang


bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api.

4.3 Profil Stasiun Bandung


Stasiun Bandung (BD), juga dikenal sebagai Stasiun Hall, adalah stasiun
kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Jalan Stasiun Timur (selatan) dan
Jalan Kebon Kawung (pintu utara), di Kebonjeruk, Andir, tepatnya di perbatasan
antara Pasirkaliki, Cicendo dan Kebonjeruk, Andir, Kota Bandung, Jawa Barat.
Stasiun yang terletak pada ketinggian +709 meter ini merupakan stasiun utama
wilayah Bandung Raya di Jawa Barat dalam pengelolaan Kereta Api
Indonesia (KAI) Daerah Operasi II Bandung dan KAI Commuter. Stasiun ini pada
awalnya hanya terdapat satu buah bangunan stasiun; tetapi setelah dilakukan
perbaikan oleh Pemerintah Kota Bandung, stasiun ini sekarang terbagi menjadi
dua bagian dan tetap di dalam satu kawasan. Stasiun ini melayani kereta api
antarkota kelas eksekutif dan sebagian besar kelas campuran ke berbagai tujuan di
Jawa.

4.3.1 Rute Kereta dan Jadwal Kereta


Gerbang Stasiun Bandung terbagi menjadi 2 yaitu gerbang selatan dan gerbang
utara, dimana gerbang utara melayani kepergian luar kota sedangkan gerbang
selatan melayani kepergian local. Berikut ialah jadwal kereta api di Stasiun
Bandung:

Tabel 4.3 Rute dan Jadwal Kereta Stasiun Bandung

No. Nama KA Tujuan Berangkat


1 Argo Parahyangan Gambir Jakarta 04.20
2 Argo Parahyangan Gambir Jakarta 04.55
3 Argo Parahyangan Gambir Jakarta 06.45
4 Argo Parahyangan Gambir Jakarta 09.10
5 Argo Parahyangan Gambir Jakarta 11.10
6 Argo Parahyangan Gambir Jakarta 11.35
7 Argo Parahyangan Gambir Jakarta 13.50
8 Argo Parahyangan Gambir Jakarta 15.00
9 Argo Parahyangan Gambir Jakarta 18.10

57
Institut Teknologi Nasional
58

No. Nama KA Tujuan Berangkat


10 Argo Parahyangan Gambir Jakarta 20.45
11 Argo Parahyangan Gambir Jakarta 22.05
12 Harina Surabaya Pasarturi 21.40
13 Ciremai Ekspres Semarang 08.10
14 Ciremai Ekspres Semarang 17.00
15 Argo Wilis Surabaya Gubeng 08.40
16 Argo Wilis Gambir 19.55
17 Turangga Surabaya Gubeng 18.05
18 Turangga Gambir 06.05
19 Mutiara Selatan Surabaya Malang 20.55
20 Mutiara Selatan Gambir 10.00
21 Malabar Malang 19.50
22 Malabar Pasar Senen 08.30
23 Lodaya Pagi Solobalapan 07.05
24 Lodaya Malam Solobalapan 19.10
25 Serayu Purwokerto 13.10
26 Serayu Pasar Senen 14.21
27 Pangandaran Banjar 11.45
28 Pangandaran Gambir 18.55
29 KRD Bandung Raya Padalarang 01.30
30 KRD Bandung Raya Padalarang 05.15
31 KRD Bandung Raya Padalarang 06.07
32 KRD Bandung Raya Padalarang 08.05
33 KRD Bandung Raya Padalarang 09.55
34 KRD Bandung Raya Padalarang 11.16
35 KRD Bandung Raya Padalarang 11.40
36 KRD Bandung Raya Padalarang 12.53
37 KRD Bandung Raya Padalarang 14.39
38 KRD Bandung Raya Padalarang 15.10
39 KRD Bandung Raya Padalarang 16.07
40 KRD Bandung Raya Padalarang 17.09
41 KRD Bandung Raya Padalarang 18.13
42 KRD Bandung Raya Padalarang 19.23
43 KRD Bandung Raya Padalarang 20.23
44 KRD Bandung Raya Padalarang 21.07
45 KRD Bandung Raya Padalarang 23.20
46 KRD Bandung Raya Kiaracondong 00.23
47 KRD Bandung Raya Kiaracondong 07.15
48 KRD Bandung Raya Cicalengka 05.40

58
Institut Teknologi Nasional
59

No. Nama KA Tujuan Berangkat


49 KRD Bandung Raya Cicalengka 18.11
50 KRD Bandung Raya Cicalengka 09.00
51 KRD Bandung Raya Cicalengka 10.18
52 KRD Bandung Raya Cicalengka 11.52
53 KRD Bandung Raya Cicalengka 12.48
54 KRD Bandung Raya Cicalengka 13.33
55 KRD Bandung Raya Cicalengka 14.53
56 KRD Bandung Raya Cicalengka 16.13
57 KRD Bandung Raya Cicalengka 17.20
58 KRD Bandung Raya Cicalengka 18.15
59 KRD Bandung Raya Cicalengka 18.58
60 KRD Bandung Raya Cicalengka 20.12
61 KRD Bandung Raya Cicalengka 21.13
62 KRD Bandung Raya Cicalengka 22.42
63 Lokal PWK CCL Kiaracondong 06.43
64 Lokal PWK CCL Purwakarta 22.00
65 Lokal Cibatu Purwakarta 13.35
66 Lokal Cibatu Cibatu 21.05
67 Lokal Cibatu Padalarang 06.57
68 Lokal Cibatu Cibatu 15.55

4.5 Kondisi Eksisting di Stasiun Bandung


Pada survey observasi terbagi menjadi dua tempat yaitu pada pintu masuk
utara dan pintu masuk selatan, dimana masing-masing dari pintu masuk pada
Stasiun Bandung memiliki beberapa perbedaan fasilitas distabilitas yang tersedia.
Hal ini menunjukan adanya perbedaan penempatan atau ketersediaan fasilitas
pada dua pintu masuk Stasiun Bandung tersebut. Dalam penelitian ini survey
dilakukan untuk mengetahui standar menurut Peraturan Menteri No. 30 Tahun
2006, lalu dilakukan pengumpulan data untuk mengetahui fasilitas-fasilitas yang
tersedia di Stasiun Bandung seperti ruang dan sirkulasi, jalur pemandu, ramp,
tangga, toilet, rambu dan marka, dan area parkiran.

4.5.1 Ketersediaan Fasilitas Distabilitas


Dalam penetapan standar yang digunakan untuk melihat ketersediaan
fasilitas yang verada di Stasiun Bandung, peneliti menggunakan Peraturan

59
Institut Teknologi Nasional
60

Menteri Pekerjaan Umum No. 30 Tahun 2006. Berikut ialah tabel ketersediaan
fasilitas distabilitas yang berada di Stasiun Bandung.

60
Institut Teknologi Nasional
61

Tabel 4.4 Ketersediaan Fasilitas distabilitas

No Variable Penerapan Standar Ketersediaan Keterangan


Tersedia Tidak
Tersedia
1 Ruang dan Jangkauan samping pada penyandang
Sirkulasi pengguna "Kruk" lebar ke samping min √
95cm dan panjang ke depan min 120cm
Jangkauan samping min 75cm dan

jangkauan ke depan min 60cm
jangkauan samping tuan netra pengguna Ruang dan sirkulasi pada Stasiun
tongkat min 90cm dan jangkauan depan min √ Bandung sudah baik dan sangat luas
95cm untuk jangkauan lebar kursi roda, jika
Rata-rata jangkauan ke samping maks dilihat dari tiap koridor yang ada pada

130cm Stasiun Bandung sudah bisa dilewati
jangkauan samping untuk pengguna kursi oleh kursi roda 2 arah
roda dalam penggunaan alat 30cm dengan √
tinggi alat maks 90cm
jangkauan ke depan pengguna kursi roda

dalam pengoperasian alat 105cm dari

61
Institut Teknologi Nasional
62

No Variable Penerapan Standar Ketersediaan Keterangan


Tersedia Tidak
Tersedia
belakang kursi roda dengan tinggi alat
120cm
2 Jalan Terdapat ubin pemandu pada belokan √
Pemandu
Ubit pemandu berukuran 30cm √

terdapat ubin pemandu pada pintu masuk √ Ketersediaan ubin pemandu di Stasiun
terdapat guild block pada anak tangga √ Bandung sudah lengkap, dari awal pintu
masuk hingga pintu keluar bahkan
terdapat guild block pada saat selesai anak
√ lorong-lorong tersedia jalur pemandu
tangga
lebar guild block pada anak tangga 30cm

3 Ramp ramp memiliki min 120cm ke landaian √


Ramp yang berada di Stasiun Bandung
ramp memiliki maks 900cm jalan menanjak √
sudah baik akan tetapi mash ada ramp
ramp memiliki handrail dengan tinggi 65cm
√ yang memiliki kecuraman berlebih,
untuk anak-anak

62
Institut Teknologi Nasional
63

No Variable Penerapan Standar Ketersediaan Keterangan


Tersedia Tidak
Tersedia
ramp memiliki handrail dengan tinggi 80- tetapi dari beberapa ramp yang

85cm untuk orang dewasa ditemukan sudah
ramp memiliki lebar 120cm untuk satu jalur

4 Tangga tangga memiliki anti slip pada awal turunan √

ketinggian anak tangga 15-19cm √

lebar anak tangga 27-30cm √ Tangga pada Stasiun Bandung


pada tangga memiliki handrail dengan tinggi sangatlah sedikit, gantinya Stasiun

60cm dan 80cm Bandung Membangun eskalator
5 Toilet pintu akses masuk min 90cm √

Lebar toilet min 160cm dan terdapat ruang



bebas berukuran min 160cm
Toilet distabilitas di Stasiun Bandung
jarak dari depan toilet ke tembok depannya √

63
Institut Teknologi Nasional
64

No Variable Penerapan Standar Ketersediaan Keterangan


Tersedia Tidak
Tersedia
110cm sudah memiliki lebar ruangan yang
terdapat pegangan rambat √ cukup dan akses masuk yang memadai,
akan tetapi jarak dari akses masuk toilet
tinggi peletakan kloset 45-50cm √
distabilitas masih sempit untuk
lebar ruang uriner 80cm √ melakukan manuver yang baik.
tinggi uriner 20cm √

terdapat pegangan rambat pada uriner


dengan tinggi 120cm √

6 Rambu dan terdapat simbol aksesibilitas √


Marka
terdapat simbol tuna rungu dan tuna daksa √

terdapat simbol telepon penyandang



distabilitas
Ketersediaan fasilitas rambu dan marka
terdapat simbol ramp penyandang cacat √ yang ada di Stasiun Bandung cukup

64
Institut Teknologi Nasional
65

No Variable Penerapan Standar Ketersediaan Keterangan


Tersedia Tidak
Tersedia
terdapat simbol ramp dua arah √ lengkap akan tetapi masih kurang untuk
rambu dan marka khusus untuk
terdapat simbol telepon tuna rungu √
penyandang distabilitas
terdapat simbol petunjuk arah √

peletakan simbol sesuai dengan jarak dan



sudut pandang
7 Area parkir jarak dari parkiran ke pintu masuk gedung

berjarak 60 m
letak parkiran distabilitas berdekatan dengan Ketersediaan fasilitas area parkir untuk

pedestrian penyandang distabilitas tidak tersedia
terdapat ram sebagai penghubung antara hanya terdapat tanda saja.

parkiran dengan pedestrian
lebar parkiran distabilitas 250cm dengan

bahu sebagai pendukung sebesar 120cm
Sumber: Hasil Analisis, 2023

65
Institut Teknologi Nasional
66

Dari tabel diatas menunjukan beberapa fasilitas penyandang distabilitas sudah


memadai akan tetapi terdapat beberapa fasilitas juga yang belum tersedia. Pada
pintu utara Stasiun Bandung fasilitas penyandang distabilitas sudah memenuhi
akan tetapi terdapat marka atau penanda yang masih sangat minim untuk
menunjang aksesibilitas penyandang distabilitas. Pintu masuk selatan kurang lebih
memiliki fasilitas yang sama dengan pintu utara akan tetapi pada bagian tempat
tunggu tidak terdapat jalur pemandu dan handrail yang memadai untuk menunjang
aksesibilitas penyandang distabilitas. Area parkir pada pintu utara terdapat
penanda parkir penyandang distabilitas akan tetapi lahan parkir yang
dipergunakan untuk parkir penyandang distabilitas belum tersedia dan pada pintu
selatan lahan parkir untuk penyandang distabilitas belum tersedia sama sekali.
Pada pintu selatan terdapat ramp untuk ke bagian drop zone ramp tersebut masih
memiliki kemiringan yang belum sesuai dengan peraturan yang ditetapkan, dan
tangga yang berada di Stasiun Bandung masih belum memiliki anti slip dan guild
block pada anak tangganya.

4.4 Karakteristik Responden


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini ialah penyebaran kuesioner secara
offline dan online, jumlah sample yang diperlukan dalam penelitian ini ialah 100
orang. Berikut ialah karakteristik responden pengguna Stasiun Bandung:

4.4.1 Karakteristik Penyandang Distabilitas Pengguna Stasiun Bandung


Karakteristik penyandang distabilitas yang pernah mengunjungi Stasiun Bandung
dikategorikan diantaranya jenis kelamin, tingkat Pendidikan, usia, jenis
distabilitas, pekerjaan, pendapatan, domisili, tujuan keberangkatan dan terakhir
kali mengunjungi Stasiun Bandung.

a. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis yaitu laki-laki
dan perempuan, berikut ialah hasil survey responden dikategori jenis
kelamin.

66
Institut Teknologi Nasional
67

25%

75%

Laki-Laki Perempuan

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Grafik 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa penyandang distabilitas yang


pernah mengunjungi Stasiun Bandung berjenis kelamin laki-laki
mendominasi sebesar 75%, sedangkan 25% merupakan perempuan.
b. Usia
Usia dalam penelitian ini terbagi menjadi 5 jangka usia yaitu 10-20 tahu,
21-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, dan >50 tahun. Berikut ialah hasil
survey dalam katagori usia.

16% 13%

24%

32%
15%

10-20 Tahun 21-30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun >50 Tahun

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Grafik 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Dari grafik diatas dapat diketahui penyandang distabilitas yang pernah


mengunjungi Stasiun Bandung memiliki komposisi yaitu usia 41-50 tahun
dengan 32%, lalu usia 21-30 tahun dengan 24%, lalu usia >50 tahun
dengan 16%, 31-40 tahun dengan 15%, dan 10-20 tahun. Dapat diketahui

67
Institut Teknologi Nasional
68

bahwa pada usia 41-50 tahun mendominasi penyandang distabilitas


mengunjungi Stasiun Bandung.
c. Pendidikan
Pendidikan dalam penelitian ini terbagi menjadi 6 yaitu tidak mengikuti
pendidikan, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah
akhir, dan perguruan tinggi. Berikut ialah hasil survey penyandang
distabilitas untuk katagori Pendidikan.
1%

5%
21%
17%
Tidak Mengikuti Pendidikan
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Akhir
Perguruan Tinggi

56%

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Grafik 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Dari grafik diatas penyandang distabilitas yang pernah mengunjungi


stasiun bandung memiliki komposisi yaitu tidak mengikuti pendidikan 1%,
sekolah dasar 5%, sekolah menengah pertama 17%, sekolah menengah
akhir 56%, sedangkan perguruan tinggi 21%.
d. Jenis Distabilitas
Jenis distabilitas dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 yaitu cacat fisik,
cacat mental dan cacat ganda. Berikut ialah hasil survey penyandang
distabilitas untuk katagori jenis distabilitas.

68
Institut Teknologi Nasional
69

2%

15%

Cacat Fisik
Cacat Mental
Cacat Ganda

83%

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Grafik 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Distabilitas

Dari hasil diatas penyandang distabilitas yang pernah mengunjungi Stasiun


Bandung memiliki komposisi yaitu cacat fisik 83%, cacat mental 15%, dan
cacat ganda 2%.
e. Pekerjaan
Pekerjaan dalam penelitian ini terbagi menjadi 7 bagian yaitu
pelajar/mahasiswa, ibu rumah tangga, PNS/pegawai negeri sipil, pegawai
swasta, wirausahawan, belum/tidak bekerja, dan kerja paruh waktu.
Berikut ialah hasil survey penyandang distabilitas untuk katagori
pekerjaan.

Kerja Paruh Waktu


1%
Belum/Tidak
Bekerja
22% Pelajar/Mahasiswa
Pelajar/ Ibu Rumah Tangga
Mahasiswa PNS
25%
Pegawai Swasta
Wirausahawan
Ibu Rumah
Tangga Belum/Tidak Bekerja
9% Kerja Paruh Waktu
Wirausa PNS
hawan 1%
26% Pegawai
Swasta
16%

Sumber: Hasil Analisis, 2023

69
Institut Teknologi Nasional
70

Grafik 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Dari grafik diatas pekerjaan penyandang distabilitas yang pernah


mengunjungi Stasiun Bandung memiliki beberapa komposisi yaitu
pelajar/mahasiswa 25%, ibu rumah tangga 9%, PNS 1%, pegawai swasta
16%, wirausahawan 25%, belum/tidak bekerja 22%, dan kerja paruh
waktu 1%. Dalam katagori pekerjaan didominasi dengan wirausahawan
26% lalu diikuti dengan belum/tidak bekerja sebesar 22%.
f. Pendapatan
Pendapatan pada penelitian ini terbagi menjadi 5 bagian yaitu <Rp.
1.000.000, Rp. 1.000.000-Rp. 3.000.000, Rp. 3.000.000-Rp. 5.000.000,
Rp. 5.000.000-Rp. 7.500.000, dan >Rp 7.500.000. Berikut ialah hasil
survey penyandang distabilitas dalam katagori pendapatan.
2%
14%

<Rp. 1.000.000
43% Rp. 1.000.000 - Rp. 3.000.000
Rp. 3.000.000 - Rp. 5.000.000
Rp. 5.000.000 - Rp. 7.500.000
>Rp. 7.500.000

41%

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Grafik 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Dari grafik diatas pendapatan penyandang distabilitas yang pernah


mengunjungi Stasiun Bandung memiliki komposisi yaitu <Rp. 1.000.000
43%, Rp. 1.000.000-Rp. 3.000.000 41%, Rp. 3.000.000-Rp. 5.000.000
14%, Rp. 5.000.000-Rp. 7.500.000 2%, dan >Rp 7.500.000 0%. Dalam
pendapatan penyandang distabilitas didominasi dengan pendapatan <Rp.
1.000.000 lalu diikuti dengan Rp. 1.000.000-Rp. 3.000.000.

70
Institut Teknologi Nasional
71

g. Domisili
Domisili dalam penelitian ini ialah alamat atau tempat tinggal penyandang
distabilitas yang pernah mengunjungi Stasiun Bandung. Berikut ialah hasil
survey penyandang distabilitas dalam katagori domisili.

Tabel 4.5 Domisili Penyandang distabilitas


Jumla
No Domisili
h
1 Kecamatan Andir 1
2 Kecamatan Arcamanik 1
3 Kecamatan Astanaanyar 8
4 Kecamatan Babakan Ciparay 13
5 Kecamatan Baleendah 1
6 Kecamatan Bandung Kidul 2
7 Kecamatan Bandung Kulon 13
8 Kecamatan Bojongloa Kaler 11
9 Kecamatan Cibeunying 1
10 Kecamatan Cibeunying Kidul 2
11 Kecamatan Cibiru 1
12 Kecamatan Cicendo 11
13 Kecamatan Cilengkrang 1
14 Kecamatan Cimahi Selatan 6
15 Kecamatan Cimenyan 1
16 Kecamatan Cimuncang 1
17 Kecamatan Coblong 2
18 Kecamatan Derwati 1
19 Kecamatan Kiaracondong 1
20 Kecamatan Regol 1
21 Kecamatan Solokan Jeruk 1
22 Kecamatan Sumur Bandung 11
23 Kota Cimahi 9
Sumber: Hasil Analisis, 2023
Dari tabel diatas domisili penyandang distabilitas yang pernah
mengunjungi Stasiun Bandung, penyandang distabilitas yang pernah
mengunjungi Stasiun Bandung tersebar menjadi 22 kecamatan dan 1 kota,
dalam kecamatan dan kota penyandang distabilitas yang pernah
mengunjungi Stasiun Bandung kebanyakan berasal dari Kecamatan
Babakan Ciparay dengan jumlah 13 orang, Kecamatan Bandung Kulon
dengan jumlah 13 orang, lalu diikuti oleh Kecamatan Bojongloa Kaler
dengan jumlah 11 orang, dan Kecamatan Cicendo dengan 11 orang.

71
Institut Teknologi Nasional
72

h. Tujuan Keberangkatan
Tujuan keberangkatan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pola perjalanan penyandang distabilitas ketika penyandang distabilitas
mengunjungi Stasiun Bandung. Berikut ialah hasil survey penyandang
distabilitas yang mengunjungi Stasiun Bandung dalam katagori tujuan
keberangkatan.
10% 11%
2% 1%
2%
2% D.I.Y Yogyakarta
5% Kota Banjar
Kota Bogor
10% Kota Cimahi
10% Kota Cirebon
Kota Garut
Kota Jakarta
Kota Purwakarta
Kota Semarang
9%
Kota Solo
Kota Surabaya
20%
Kota Tasikmalaya

18%

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Grafik 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tujuan


Keberangkatan

Dari grafik diatas penyandang distabilitas yang pernah mengunjungi


Stasiun Bandung memiliki komposisi dalam tujuan keberangkatannya
sebagai berikut D.I.Y Yogyakarta 11%, Kota Banjar 1%, Kota Bogor 5%,
Kota Cimahi 10%, Kota Cirebon 9%, Kota Garut 18%, Kota Jakarta 20%,
Kota Purwakarta 10%, Kota Semarang 2%, Kota Solo 2%, Kota Surabaya
2%, Kota Tasikmalaya 10%. Dalam tujuan keberangkatan penyandang
distabilitas yang mengunjungi Stasiun Bandung didominasi oleh Kota
Jakarta dengan persentase sebesar 20%, lalu diikuti Kota Garut dengan
persentase 18%.

72
Institut Teknologi Nasional
73

i. Terakhir Kali Penyandang Distabilitas Mengunjungi Stasiun


Bandung
Dalam kuesioner ini responden/penyandang distabilitas memiliki syarat
yaitu pernah mengunjungi Stasiun Bandung dalam kurun waktu 1 tahun
terakhir maksimal untuk dapat mengetahui fasilitas-fasilitas yang sudah
tersedia dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan memiliki pengalaman dan
pengetahuan fasilitas distabilitas di Stasiun Bandung yang terbaru. Berikut
ialah hasil survey penyandang distabilitas yang pernah mengunjungi
Stasiun Bandung dalam katagori terakhir kali penyandang distabilitas
mengunjungi Stasiun Bandung.

6%

11%
30%
1 Minggu Terakhir
1 Bulan Terakhir
3 Bulan Terakhir
6 Bulan Terakhir
9 Bulan Terakhir
25% 1 Tahun Terakhir
9%

19%

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Grafik 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Terakhir


Kali Mengunjungi Stasiun Bandung

Dari grafik diatas penyandang distabilitas yang pernah mengunjungi


Stasiun Bandung memiliki komposisi sebagai berikut dalam kurun waktu
1 minggu terakhir 6%, 1 bulan terakhir 11%, 3bulan terakhir 25%, 6 bulan
terakhir 25%, 9 bulan terakhir 9%, dan 1 tahun terakhir 30%. Dari hasil
diatas dapat diketahui responden penyandang distabilitas terakhir kali
mengunjungi Stasiun Bandung paling banyak yaitu pada kurun waktu 1
tahun terakhir dengan nilai 30%, lalu diikuti dengan kurun waktu 3 bulan
terakhir dengan nilai 25%.

73
Institut Teknologi Nasional
BAB V
ANALISIS TINGKAT KEBUTUHAN FASILITAS
PENYANDANG DISABILITAS

5.1 Uji Hasil Kuesioner Tingkat Kebutuhan Fasilitas Penyandang


Distabilitas
Pernyataan terhadap tingkat kebutuhan fasilitas distabilitas di Stasiun Bandung
terbagi menjadi dua, diantaranya terkait kinerja fasilitas dan kepentingan dari
fasilitas tersebut. Kuesioner ini dibagikan kepada 100 responden yaitu
penyandang distabilitas yang pernah berkunjung ke Stasiun Bandung dalam kurun
waktu 1 tahun terakhir. Berikut ialah pernyataan terkait kinerja dan kepentingan
fasilitas distabilitas di Stasiun Bandung:

Tabel 5.1 Pernyataan Kinerja dan Kepentingan Fasilitas distabilitas


Kode
Kode
Kinerj Pernyataan
Kepentingan
a
ubin tekstur pemandu (guiding block) pada prasarana
K1 P1
transportasi (pedestrian, loket, toilet dan lain-lain)
tanda/petunjuk khusus pada area pelayanan yang mudah di
K2 P2
akses (parkir, loket, toilet dan lain-lain)
informasi visual/audio terkait informasi perjalanan (berupa
K3 tanda-tanda khusus, bunyi dan gambar-gambar serta huruf P3
Braille pada tempat khusus)
pintu/gate aksesibil dengan dimensi yang sesuai dengan
K4 P4
lebar kursi roda
K5 area menaikkan dan menurunkan penumpang (drop zone) P5
K6 ramp dengan kemiringan yang sesuai P6
akses untuk naik turun penumpang yang aksesibil pada
K7 P7
bangunan bertingkat
toilet yang aksesibil dengan dimensi pintu toilet yang sesuai
K8 P8
dengan lebar kursi roda
K9 loket tiket khusus tiket yang mudah diakses P9
K10 ruang tunggu dengan kursi prioritas P10
K11 poliklinik P11
K12 tempat parkir P12
K13 akses bahaya kebakaran P13
K14 ketersediaan kursi roda yang siap pakai P14
K15 ruang pusat informasi P15

73
Institut Teknologi Nasional
74

5.1.1 Uji Validitas


Pada bagian ini ialah uji validitas yang dilakukan pada hasil kuesioner yang sudah
dibagikan kepada 100 responden penyandang distabilitas. Uji validitas ini
dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data valid atau tidak valid, dimana keputusan validitas sebagai berikut:

Jika nilai r hitung ≥ r tabel, dimaksud data tersebut valid


Jika nilai r hitung ≤ r tabel, dimaksud data tersebut tidak valid

Data r tabel didapatkan dari jumlah sampel yang diperlukan, pada penelitian ini
dibutuhkan 100 sampel atau 100 responden, 100 responden tersebut memiliki nilai
signifikansi 1% sebesar 0,254. Dibawah ini ialah hasil uji validitas penelitian ini
dengan alat bantu SPSS.

Tabel 5.2 Uji Validasi Kuesioner Kinerja

Kode
r(Korelasi) r(Tabel) Keterangan
Kinerja
K1 0.661 0.254 Valid
K2 0.551 0.254 Valid
K3 0.58 0.254 Valid
K4 0.71 0.254 Valid
K5 0.696 0.254 Valid
K6 0.73 0.254 Valid
K7 0.684 0.254 Valid
K8 0.718 0.254 Valid
K9 0.591 0.254 Valid
K10 0.523 0.254 Valid
K11 0.479 0.254 Valid
K12 0.553 0.254 Valid
K13 0.512 0.254 Valid
K14 0.362 0.254 Valid
K15 0.376 0.254 Valid
Sumber: Hasil Analisis, 2023

Institut Teknologi Nasional


75

Tabel 5.3 Uji Validitas Kuesioner Kepentingan

Kode
r(Korelasi) r(Tabel) Keterangan
Kinerja
P1 0.621 0.254 Valid
P2 0.582 0.254 Valid
P3 0.634 0.254 Valid
P4 0.680 0.254 Valid
P5 0.592 0.254 Valid
P6 0.539 0.254 Valid
P7 0.582 0.254 Valid
P8 0.626 0.254 Valid
P9 0.575 0.254 Valid
P10 0.561 0.254 Valid
P11 0.634 0.254 Valid
P12 0.585 0.254 Valid
P13 0.695 0.254 Valid
P14 0.661 0.254 Valid
P15 0.690 0.254 Valid
Sumber: Hasil Analisis, 2023

Berdasarkan Tabel 5.2 dan 5.3 dapat diketahui bahwa 15 pernyataan yang
digunakan dalam kuesioner kinerja dan kepentingan dengan memakai skala likert
memiliki nilai r hitung ≥ r tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa 15 penyataan
dalam kuesioner penelitian ini valid.

5.1.2 Uji Reliabilitas


Dalam bagian ini dilakukan uji reliabilitas kepada hasil kuesioner yang telah
dibagikan kepada 100 responden penyandang distabilitas. Uji reliabilitas ini
dilakukan untuk mengetahui konsistensi pada kuesioner. Keputusan uji reliabilitas
ini dilihat dari nilai Alpha Cronbach’s yaitu:

Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka kuesioner dinyatakan reliabel.

Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,60 maka kuesioner tidak reliabel.

Berikut ialah hasil uji reliabilitas hasil kuesioner penelitian ini dengan
menggunakan alat bantu SPSS:

Institut Teknologi Nasional


76

Tabel 5.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kinerja

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.857 15
Sumber: Hasil Analisis, 2023

Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kepentingan

Reliability Statistics
Cronbach’s
Alpha N of Items
.884 15
Sumber: Hasil Analisis, 2023

Berdasarkan hasil dari Tabel 5.4 dan Tabel 5.5 bahwa nilai Cronbach’s Alpha pada
kuesioner kinerja memiliki nilai 0,857 dan kuesioner kepentingan memiliki nilai 0,884
dimana nilai Cronbach’s Alpha ini melebihi 0,60. Dapat disimpulkan bahwasanya nilai dari
kuesioner kinerja dan kuesioner kepentingan dalam penelitian ini dapat dikatakan reliabel.

5.2 Analisis Tingkat Kebutuhan Fasilitas Distabilitas


Hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada penyandang distabilitas yang pernah
mengunjungi Stasiun Bandung dengan pernyataan terkait kinerja dan kepentingan fasilitas
distabilitas yang ada di Stasiun Bandung akan dianalisis menggunakan IPA (Importance
Performance Analysis). Dibawah ini merupakan hasil dari kuesioner pernyataan terkait
kinerja dan kepentingan fasilitas distabilitas di Stasiun Bandung.

Tabel 5.6 Total Hasil Jawaban Kuesioner Kinerja dan Kepentingan

Nilai
Nilai Total
N Total
Pernyataan Kepentinga
o Kinerj
n
a
ubin tekstur pemandu (guiding block) pada
1 prasarana transportasi (pedestrian, loket, toilet 447 474
dan lain-lain)
tanda/petunjuk khusus pada area pelayanan
2 yang mudah di akses (parkir, loket, toilet dan 439 453
lain-lain)
informasi visual/audio terkait informasi
perjalanan (berupa tanda-tanda khusus, bunyi
3 446 458
dan gambar-gambar serta huruf Braille pada
tempat khusus)

Institut Teknologi Nasional


77

Nilai
Nilai Total
N Total
Pernyataan Kepentinga
o Kinerj
n
a
pintu/gate aksesibil dengan dimensi yang
4 412 457
sesuai dengan lebar kursi roda
area menaikkan dan menurunkan penumpang
5 422 451
(drop zone)
6 ramp dengan kemiringan yang sesuai 414 458
akses untuk naik turun penumpang yang
7 416 448
aksesibil pada bangunan bertingkat
toilet yang aksesibil dengan dimensi pintu
8 410 453
toilet yang sesuai dengan lebar kursi roda
9 loket tiket khusus tiket yang mudah diakses 424 455
10 ruang tunggu dengan kursi prioritas 411 450
11 poliklinik 397 452
12 tempat parkir 366 449
13 akses bahaya kebakaran 400 455
14 ketersediaan kursi roda yang siap pakai 328 461
15 ruang pusat informasi 442 458

Dari tabel diatas nilai total kinerja dari 15 pernyataan yang ada pada kuesioner penelitian ini
ialah 6174, sedangkan untuk nilai total kepentingan pada kuesioner penelitian ini ialah 6832.

5.2.1 Analisis Tingkat Kesesuaian


Menentukan tingkat kesesuaian adalah tahap menuju analisis IPA, dimana analisis tingkat
kesesuaian ini dilakukan untuk menentukan nilai kebutuhan pengguna fasilitas penyandang
distabilitas di Stasiun Bandung. Dibawah ini merupakan hasil dari perhitungan tingkat
kesesuaian dengan cara:

Total Nilai Kinerja


x 100
Total Nilai Kepentingan

Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Tingkat Kesesuaian

Pernyata Kiner Kepenting Rata-


an ja an Rata
94.30
1 447 474
%
96.91
2 439 453
%
97.38
3 446 458
%
90.15
4 412 457
%

Institut Teknologi Nasional


78

Pernyata Kiner Kepenting Rata-


an ja an Rata
93.57
5 422 451
%
90.39
6 414 458
%
92.86
7 416 448
%
90.51
8 410 453
%
93.19
9 424 455
%
91.33
10 411 450
%
87.83
11 397 452
%
81.51
12 366 449
%
87.91
13 400 455
%
71.15
14 328 461
%
96.51
15 442 458
%
90.37
Total 6174 6832
%
Sumber: Hasil Analisis, 2023

Dari hasil perhitungan tingkat kesesuaian antara kinerja dan kepentingan nilai yang terbesar
besar di nomer 3 dengan nilai 97,38% dimana hasil ini dimaksud dengan kinerja dari fasilitas
tersebut sangat baik akan tetapi kepentingan dalam fasilitas tersebut masih kurang, dan
fasilitas terendah nilainya berada pada nomer 14 dengan nilai 71,15% dimana nilai ini
dimaksud nilai kepentingan dari fasilitas tersebut jauh dari nilai yang ada pada kinerja
menjadikan fasilitas tersebut kinerjanya harus ditingkatkan. Dapat disimpulkan dari fasilitas-
fasilitas penyandang distabilitas di Stasiun Bandung memiliki nilai rata-rata yang tinggi yang
dimaksud ialah fasilitas tersebut memiliki nilai kinerja yang baik akan tetapi masih memiliki
kekurangan.

5.2.2 Analisis Gap


Dalam menentukan nilai Gap terlebih dahulu menentukan nilai rata-rata dari tiap indikator
pernyataan yang ada pada kuesioner, setelah menentukan nilai rata-rata tiap indikator
pernyataan yang ada pada kuesioner maka dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Institut Teknologi Nasional


79

Nilai rata-rata kinerja – Nilai rata-rata Kepentingan

Berikut ialah nilai rata-rata tiap indikator dan hasil perhitungan nilai Gap:

Tabel 5.8 Hasil Perhitungan Tingkat Kesesuaian

Indika Kine Kepentin G


tor rja gan ap

-
1 4.47 4.74 0.
3

-
2 4.39 4.53 0.
1

-
3 4.46 4.58 0.
1

-
4 4.12 4.57 0.
5

-
5 4.22 4.51 0.
3

-
6 4.14 4.58 0.
4

-
7 4.16 4.48 0.
3

8 4.1 4.53 -
0.

Institut Teknologi Nasional


80

Indika Kine Kepentin G


tor rja gan ap

-
9 4.24 4.55 0.
3

-
10 4.11 4.5 0.
4

-
11 3.97 4.52 0.
5

-
12 3.66 4.49 0.
8

-
13 4 4.55 0.
6

-
14 3.28 4.61 1.
3

-
15 4.42 4.58 0.
2

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Berdasarkan hasil Gap pada Tabel 5.8 maka dapat diketahui bahwasanya setiap indikator
memiliki nilai Gap minus dan tidak ada indikator yang memiliki nilai yang tidak minus, hal
itu dapat disimpulkan bahwasanya ada ketidakpuasan terhadap kinerja dari fasilitas
penyandang distabilitas di Stasiun Bandung atau penyandang distabilitas merasa bahwa

Institut Teknologi Nasional


81

kinerja yang diberikan setiap fasilitasnya masih memiliki kekurangan dari pada kebutuhan
yang seharusnya mempermudah aksesibilitas penyandang distabilitas ketika mengunjungi
atau menggunakan kereta api sebagai moda transportasi perjalanan.

5.2.3 Analisis Tingkat Kebutuhan Fasilitas Distabilitas

Gambar 5.1 Hasil IPA Fasilitas Distabilitas di Stasiun Bandung

Institut Teknologi Nasional


82

Berdasarkan diagram diatas yaitu pemetaan kinerja (Performance) dengan nilai X dan
kepentingan (Importance) dengan nilai Y ke dalam diagram kartesius Importance
Performance Analysis terbagi menjadi 4 kuadran yang berisikan 15 atribut, atribut ini
didapatkan dari pernyataan pada kuesioner yang disebarkan kepada responden penyandang
distabilitas yang pernah mengunjungi Stasiun Bandung dalam kurun waktu 1 tahun terakhir.
Pada pembuatan diagram kartesius dibantu menggunakan alat SPSS dimana nilai atribut yang
dimasukan ialah nilai rata-rata atribut tersebut. Berikut ialah hasil dari pernyataan yang
diberikan kepada responden penyandang distabilitas yang pernah mengunjungi Stasiun
Bandung:

1. Kuadran I (Prioritas Utama)


Variabel yang masuk dalam Kuadran I ialah pernyataan 14, dimana pernyataan ini
belum sesuai dengan harapan yang diinginkan penyandang distabilitas sehingga pihak
penyedia seharusnya dapat meningkatkan lagi faktor yang berada di Kuadran I. nilai
pernyataan 14 ini memasuki Kuadran I dikarenakan nilai kinerja pada pernyataan
lebih kecil sedangkan kepentingan dari pernyataan 14 lebih besar.
2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi)
Variabel yang masuk ke dalam Kuadran II ialah pernyataan 1, 3, 4 ,6, dan 15 dimana
pernyataan yang masuk ke dalam Kuadran II ini sudah memenuhi harapan
penyandang distabilitas yang pernah mengunjungi Stasiun Bandung, sehingga fasilitas
tersebut harus dipertahankan. Pernyataan yang masuk dalam Kuadran II ialah area
menaikkan dan menurunkan penumpang (drop zone) (pernyataan 1), informasi
visual/audio terkait informasi perjalanan (berupa tanda-tanda khusus, bunyi dan
gambar-gambar serta huruf Braille pada tempat khusus) (Pernyataan 3), pintu/gate
aksesibil dengan dimensi yang sesuai dengan lebar kursi roda (pernyataan 4), ramp
dengan kemiringan yang sesuai (pernyataan 6), ruang pusat informasi (pernyataan
15).
3. Kuadran III (Prioritas Rendah)
Variabel yang masuk dalam Kuadran III ialah pernyataan 8, 10, 11, 12, 13 dimana
variabel yang masuk dalam Kuadran III ialah variabel yang kurang penurun
penyandang distabilitas bukanlah hal yang begitu penting. Variabel yang dianggap
kurang penting di Kuadran III ialah toilet yang aksesibil dengan dimensi pintu toilet
yang sesuai dengan lebar kursi roda (pernyataan 8), ruang tunggu dengan kursi

Institut Teknologi Nasional


83

prioritas (pernyataan 10), poliklinik (pernyataan 11), tempat parkir (pernyataan 12),
akses bahaya kebakaran (pernyataan 13).

Institut Teknologi Nasional


84

4. Kuadran IV (Berlebihan)
Variabel yang masuk dalam Kuadran IV ialah pernyataan 2, 5, 7, dan 9 dimana
variabel yang masuk dalam Kuadran IV ini menurut penyandang distabilitas kurang
penting namun penyandang distabilitas merasa penyediaan fasilitas tersebut terlalu
berlebihan. Pernyataan yang masuk dalam Kuadran IV ini ialah tanda/petunjuk
khusus pada area pelayanan yang mudah di akses (parkir, loket, toilet dan lain-lain)
(pernyataan 2), area menaikkan dan menurunkan penumpang (drop zone) (pernyataan
5), akses untuk naik turun penumpang yang aksesibil pada bangunan bertingkat
(pernyataan 7), loket tiket/counter khusus ticketing yang mudah diakses (pernyataan
9).

Dari hasil analisis IPA (Importance Performance Analysis) diatas terdapat beberapa fasilitas
yang masuk dalam Kuadran I, Kuadran II, Kuadran III, dan Kuadran IV dimana hasil tersebut
memperjelas bahwasanya masih ada beberapa fasilitas yang dibutuhkan dalam aksesibilitas
penyandang distabilitas ketika penyandang distabilitas memilih kereta sebagai moda
transportasi, selain itu ada beberapa fasilitas yang tidak terlalu penting akan tetapi penyediaan
yang terlalu berlebihan.

Institut Teknologi Nasional


BAB VI
KESIMPULAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang sudah dilakukan menggunakan IPA (Importance Performance
Analysis) terdapat beberapa fasilitas yang masih harus dikembangkan baik itu ketersediaan
maupun tingkat kinerja dari fasilitas tersebut. Dalam ketersediaan fasilitas distabilitas di
Stasiun Bandung pun masih terdapat beberapa fasilitas yang belum tersedia yang sebenarnya
dibutuhkan baik itu menurut penyandang distabilitas penting atau tidaknya fasilitas tersebut
akan tetapi aturan tetaplah aturan dan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30
Tahun 2006 masih ada fasilitas yang belum tersedia dan masih belum memenuhi standar
yang sudah ditetapkan oleh peraturan tersebut. Dalam hasil analisis pun penyandang
distabilitas merasa ada beberapa fasilitas yang berlebihan dan ada juga fasilitas yang
ketersediaan atau tingkat kinerjanya masih kurang, selain itu beberapa fasilitas sudah baik
dalam hal ketersediaan baik dalam tingkat kinerja ataupun kepentingan fasilitas tersebut.

6.2 Rekomendasi
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan judul “Identifikasi Tingkat Kebutuhan Fasilitas
distabilitas di Stasiun Bandung” peneliti memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Fasilitas distabilitas yang ada di Stasiun Bandung seharusnya lebih diperhatikan


ketersediaan dan peletakan tempatnya karena tidak semua tempat tersedia fasilitas
distabilitas.
2. Terdapat fasilitas yang memiliki tingkat kinerja yang kurang dan penyandang
distabilitas merasa bahwa seharusnya fasilitas tersebut disediakan lebih baik karena
kebutuhan untuk aksesibilitas.
3. Mempertahankan tingkat kinerja pada fasilitas yang sudah baik
4. Tidak melupakan kesenjangan terhadap orang normal dan penyandang disabilitas baik
dalam hal pelayanan maupun fasilitas yang disediakan.

82
Institut Teknologi Nasional
83

DAFTAR PUSTAKA

Aan Qur’ana., Eko Priyo Purnomo. (2020) Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Terhadap
Fasilitas di Kota Yogyakarta. Journal of Politics and Policy, 3(1)

Anggraeni, A. D., Santosa, H., & Ramdlani, S. (2014). Aksesibilitas Bagi Penyandang
Disabilitas Pada Terminal Purabaya–Surabaya (Doctoral dissertation, Brawijaya
University).

Dawud, J., Mursalim, S. W., Anomsari, E. T., & Taufik, N. I. (2019). Strategi perwujudan
Kota Bandung sebagai kota ramah penyandang disabilitas: Sebuah perspektif
aksesibilitas pelayanan publik. Jurnal Administrasi Negara, 25(2), 141-159.

Disdukcapil.kotawaringinbaratkab.go.id (28 oktober 2021). Domisili dan Alamat KTP.


Diakses pada 30 desember 2022, dari
http://disdukcapil.kotawaringinbaratkab.go.id/berita/vw-domisili-dan-alamat-
ktp#:~:text=Domisili%20sendiri%20berasal%20dari%20kata,merupakan%20tempat
%20tinggal%20resmi%20seseorang.

Gultom, H. S. A., & Joewono, T. B. (2014). Kualitas Pelayanan Halte Trans Metro Bandung.
Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT).

Huda, I. N., & Ramli, T. A. (2020). Hak Aksesibilitas Penumpang Kereta Api Penyandang
Disabilitas Tuna Daksa dan Implementasinya Ditinjau dari Peraturan Menteri
Perhubungan No 98 Tahun 2017 Tentang Penyediaan Aksesibilitas pada Pelayanan
Jasa Transportasi Publik Bagi Pengguna Jasa Berkebutuhan Khusus. Prosiding Ilmu
Hukum, 6(2), 484-487.

Juariyah, S. (2010). Analisis kondisi sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat desa
Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur. Jurnal
ekonomi dan pendidikan, 7(1).

Kemenppppa.go.id (8 mei 2019). Pengertian, jenis dan hak penyandang disabilitas. Diakses
pada 30 desember 2022, dari
https://spa-pabk.kemenpppa.go.id/index.php/perlindungan-khusus/anak-penyandang-
disabilitas/723-penyandang-disabilitas

Institut Teknologi Nasional


84

Mayarni, M., Meilani, N. L., & Zulkarnaini, Z. KUALITAS PELAYANAN PUBLIK BAGI
KAUM DIFABEL. Jurnal Kebijakan Publik, 9(1), 11-18.

Peraturan menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Teknis


Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Propiona, J. K. (2021). Implementasi Aksesibilitas Fasilitas Publik bagi Penyandang


Disabilitas. Jurnal Analisa Sosiologi, 10.

Rizkiya, P., Yusuf, M. A., & Caisarina, I. (2021). AKSES PENYANDANG DISABILITAS
TERHADAP LAYANAN DAN FASILITAS TRANSPORTASI PUBLIK DI KOTA
BANDA ACEH. Arsitekno, 8(1), 37-44.

Safrianto, Y., & Meisartika, R. (2021). KARAKTERISTIK GAYA KEPEMIMPINAN


TERHADAP KINERJA KERJA PEGAWAI KANTOR CAMAT MEUREUBO
KABUPATEN ACEH BARAT. Fair Value: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Keuangan, 4(2), 507-518.

Sugi Rahayu, U. D., & Ahdiyana, M. (2013). Pelayanan publik bidang transportasi bagi
difabel di Daerah Istimewa Yogyakarta. SOCIA: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, 10(2).

Umum, M. P. (2006). Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Wardana, K. W. (2006). Tanggung Jawab Penyelenggara Penerbangan Charter. Risalah


Hukum, 112-118.

Institut Teknologi Nasional


85

LAMPIRAN FORM KUESIONER PENELITIAN serta kuesioner ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.

Assalamualaikum Wr.Wb.
Perkenalkan Nama saya Daffa Sulthan Attalah mahasiswa
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi
Nasional Bandung (ITENAS). saya sedang melaksanakan tugas 1. Nama Responden
akhir penelitian berjudul “Identifikasi Tingkat Kebutuhan Fasilitas
Disabilitas di Stasiun Bandung” dimana dengan kuesioner ini
bertujuan untuk mengetahui Karakteristik dari penyandang
disabilitas dan juga terkait kinerja dan kepentingan suatu fasilitas 2. Jenis Kelamin
disabilitas yang berada di Stasiun Bandung. o Laki – laki
Penyebaran kuesioner ini dilakukan secara offline dan online o Perempuan
melalui form dimana untuk mengisi kuesioner ini diperlukan
beberapa kriteria responden sebagai berikut : 3. Usia
1. Pernah mengunjungi Stasiun Bandung dalam kurun waktu o 10 – 20 Tahun
1 tahun terakhir
o 21 – 30 Tahun
2. Usia minimal 10 tahun
o 31 – 40 Tahun
3. Penyandang Disabilitas
o 41 – 50 Tahun
4. Warga Kota Bandung
o >51 Tahun
Kepada Bapak/Ibu/Saudara/i yang telah memenuhi kriteria di atas,
kami memohon untuk berpartisipasi mengisi semua pertanyaan- 4. Pendidikan
pertanyaan yang ada pada kuesioner ini secara jujur dan terbuka. o Tidak Mengikuti Pendidikan
Adanya data dan jawaban lengkap yang Bapak/Ibu/Saudara/i o Sekolah Dasar
berikan akan sangat membantu dalam penelitian ini. Atas
o Sekolah Menengah Pertama
partisipasi, kesediaan, dan waktu yang Bapak/Ibu/Saudara/i
o Sekolah Menengah Akhir
berikan kami megucapkan terima kasih dan semoga penelitian

Institut Teknologi Nasional


86

o Perguruan Tinggi o Kecamatan Astanaanyar


o Kecamatan Bojongloa Kaler
5. Jenis Disabilitas o Kecamatan Babakan Ciparay
o Cacat Fisik o Kecamatan Bandung Kulon
o Cacat Mental o Kecamatan Cimahi Selatan
o Cacat Ganda/Cacat Fisik dan Cacat Mental o Kota Cimahi
o Kecamatan
6. Pekerjaan
o Pelajar/Mahasiswa 9. Tujuan Keberangkatan
o Ibu Rumah Tangga o Kota Cimahi
o PNS o Kota Tasikmalaya
o Pegawai Swasta o Kota Garut
o Wirausahawan o Kota Jakarta
o Belum/Tidak Bekerja o Kota Purwakarta
o Lainnyaa o Kota Cirebon
o Kota Bogor
7. Pendapatan Perbulan o D.I.Y Yogyakarta
o <Rp. 1.000.000 o Kota Surabaya
o Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000
o Rp. 3.000.000 – Rp. 5.000.000 10. Kapan terakhir kali mengunjungi stasiun Bandung?
o Rp. 5.000.000 – Rp 7.500.000 o 1 Minggu Terakhir
o >Rp. 7.500.000 o 1 Bulan Terakhir
o 3 Bulan Terakhir
8. Domisili/Daerah asal o 6 Bulan Terakhir
o Kecamatan Cicendo o 9 Bulan Terakhir
o Kecamatan Sumur Bandung o 1 Tahun Terakhir

Institut Teknologi Nasional


87

Penilaian
N
Pertanyaan Bai
o Sangat baik Kurang Baik
k Tidak Baik Sangat Tidak Baik
Bagaimana Kinerja dari ubin tekstur pemandu (guiding block) pada
1
prasarana transportasi (pedestrian, loket, toilet dan lain-lain)
Bagaimana Kinerja dari tanda/petunjuk khusus pada area
2
pelayanan yang mudah di akses (parkir, loket, toilet dan lain-lain)
Bagaimana Kinerja dari informasi visual/audio terkait informasi
3 perjalanan (berupa tanda-tanda khusus, bunyi dan gambargambar
serta huruf Braille pada tempat khusus)
Bagaimana Kinerja dari pintu/gate aksesibel dengan dimensi yang
4
sesuai dengan lebar kursi roda
Bagaimana Kinerja dari area menaikkan dan menurunkan
5
penumpang (drop zone)
6 Bagaimana Kinerja dari ramp dengan kemiringan yang sesuai
Bagaimana Kinerja dari akses untuk naik turun penumpang yang
7
aksesibel pada bangunan bertingkat
Bagaimana Kinerja dari toilet yang aksesibel dengan dimensi pintu
8
toilet yang sesuai dengan lebar kursi roda
Bagaimana Kinerja dari loket tiket/counter khusus ticketing yang
9
mudah diakses
10 Bagaimana Kinerja dari ruang tunggu dengan kursi prioritas
11 Bagaimana Kinerja dari poliklinik
12 Bagaimana Kinerja dari tempat parkir
13 Bagaimana Kinerja dari akses bahaya kebakaran
14 Bagaimana Kinerja dari ketersediaan kursi roda yang siap pakai
15 Bagaimana Kinerja dari ruang pusat informasi

Institut Teknologi Nasional


88

Penilaian
N
Pertanyaan Sangat Pentin Kurang Tidak Sangat Tidak
o
Penting g Penting Penting Penting
Bagaimana Kepentingan dari ubin tekstur pemandu (guiding
1 block) pada prasarana transportasi (pedestrian, loket, toilet dan
lain-lain)
Bagaimana Kepentingan dari tanda/petunjuk khusus pada area
2
pelayanan yang mudah di akses (parkir, loket, toilet dan lain-lain)
Bagaimana Kepentingan dari informasi visual/audio terkait
3 informasi perjalanan (berupa tanda-tanda khusus, bunyi dan
gambargambar serta huruf Braille pada tempat khusus)
Bagaimana Kepentingan dari pintu/gate aksesibel dengan
4
dimensi yang sesuai dengan lebar kursi roda
Bagaimana Kepentingan dari area menaikkan dan menurunkan
5
penumpang (drop zone)
Bagaimana Kepentingan dari ramp dengan kemiringan yang
6
sesuai
Bagaimana Kepentingan dari akses untuk naik turun penumpang
7
yang aksesibel pada bangunan bertingkat
Bagaimana Kepentingan dari toilet yang aksesibel dengan
8
dimensi pintu toilet yang sesuai dengan lebar kursi roda
Bagaimana Kepentingan dari loket tiket/counter khusus ticketing
9
yang mudah diakses
10 Bagaimana Kepentingan dari ruang tunggu dengan kursi prioritas
11 Bagaimana Kepentingan dari poliklinik
12 Bagaimana Kepentingan dari tempat parkir
13 Bagaimana Kepentingan dari akses bahaya kebakaran
Bagaimana Kepentingan dari ketersediaan kursi roda yang siap
14
pakai
15 Bagaimana Kepentingan dari ruang pusat informasi

Institut Teknologi Nasional


89

Institut Teknologi Nasional


90

LAMPIRAN FORM OBSERVASI


Ketersediaan
No Variable Penerapan Standar Tidak Keterangan Gambar
Tersedia
Tersedia
Jangkauan samping pada
penyandang pengguna
"Kruk" lebar ke samping √
min 95cm dan panjang
kedepan min 120cm
Jangkauan samping min Ruang dan
75cm dan jangkauan ke √ sirkulasi pada
depan min 60cm Stasiun
jangkauan samping tuan Bandung sudah
netra pengguna tongkoat baik dan sangat

min 90cm dan jangkauan luas untuk
depan min 95cm jangkauan lebar
Ruang dan
1 rata rata jangkauan ke kursi roda, jika
Sirkulasi √
samping maks 130cm dilihat dari tiap
koridor yang
jangkauan samping untuk ada pada Stasiun
pengguna kursi roda dalam Bandung sudah
penggunaan alat 30cm √ bisa dilewati
dengan tinggi alat maks oelh kursi roda
90cm 2 arah
jangkauan ke depan
pengguna kursi roda dalam
pengoprasian alat 105cm √
dari belakang kursi roda
dengan tinggi alat 120cm

Institut Teknologi Nasional


91

Ketersediaan
No Variable Penerapan Standar Tidak Keterangan Gambar
Tersedia
Tersedia
Terdapat ubin pemandu
√ Ketersediaan
pada beloka
Ubit pemandu berukuran ubin pemandu di
√ Stasiun
30cm
Bandung sudah
terdapat ubin pemandu
√ lengkap, dari
pada pintu masuk
2 Jalan Pemandu awal pintu
terdapat guild block pada masuk hinggi

anak tangga pintu keluar
terdapat guild block pada bahkan lorong-

saat selesai anak tangga lorong tersedia
lebar guild block pada anak jalur pemandu

tangga 30cm
ramp memiliki min 120cm Ramp yang

kelandayan berada di
ramp memiliki maks Stasiun
√ Bandung sudah
900cm jalan menanjak
baik akan tetapi
ramp memiliki handrail
mash ada ramp
dengan tinggi 65cm untuk √
3 Ramp yang memiliki
anak anak
kecuraman
ramp memiliki handrail berlebih, tetaoi
dengan tinggi 80-85cm √ dari beberapa
untuk orang dewasa ramp yang
ramp memiliki lebar ditemukan

120cm untuk satu jalur sudah
Tangga pada
tangga memiliki anti slip
4 Tangga √ Stasiun
pada awal turunan
Bandung

Institut Teknologi Nasional


92

Ketersediaan
No Variable Penerapan Standar Tidak Keterangan Gambar
Tersedia
Tersedia
ketinggian anak tangga 15-

19cm sangatlah
sedikit, gantinya
lebar anak tangga 27-30cm √ Stasiun
Bandung
pada tangga memiliki Membangun
handrail dengan tinggi √ eskalator
60cm dan 80cm
pintu akses masuk min Toilet disabilitas

90cm di Stasiun
Lebar toilet min 160cm Bandung sudah
dan terdapat ruang bebas √ memiliki lebar
berukuran min 160cm ruangan yang
jarak dari depan toilet ke cukup dan akses
√ masuk yang
tembok depannya 110cm
terdapat pegangan rambat √ memadai, akan
5 Toilet
tinggi perletakan kloset 45- tetapi jarak dari
√ akses masuk
50cm
lebar ruang uriner 80cm √ toilet disabilitas
tinggi uriner 20cm √ masih sempit
untuk
terdapat pegangan rambat melakukan
pada uriner dengan tinggi √ manuver yang
120cm baik.
terdapat simbol Ketersediaan

Rambu dan aksesibilitas fasilitas rambu
6
Marka terdapat simbol tuna rungu dan marka yang

dan runa daksa ada di Stasiun

Institut Teknologi Nasional


93

Ketersediaan
No Variable Penerapan Standar Tidak Keterangan Gambar
Tersedia
Tersedia
terdapat simbol telepon Bandung cukup
√ lengkap akan
penyandang disabilitas
terdapat simbol ramp tetapi masih
√ kurang untuk
penyandang cacat
terdapat simbol ramp dua rambu dan
√ marka khusus
arah
terdapat simbol telepon untuk
√ penyandang
tuna rungu
terdapat simbol petunjuk disabilitas

arah
peletakan simbol sesuai
dengan jarak dan sudut √
pandang
jarak dari parkiran ke pintu
masuk gedung berjarak 60 √
m Ketersediaan
fasilitas area
letak parkiran disabilitas
parkir untuk
berdekatan dengan √
penyandang
7 Area parkir pedestrian
disabilitas tidak
terdapat ram sebagai
tersedia hanya
penghubung antara √
terdapat tanda
parkiran dengan pedestrian
saja.
lebar parkiran disabilitas

250cm dengan bahu 120cm

Institut Teknologi Nasional


94

LAMPIRAN HASIL JAWABAN KUESIONER


Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
41 -
<Rp
Perempu 50 Pergurua Cacat Ibu Rumah Kecamatan 3 Bulan
1.000.00 Kota Bogor
an Tah n Tinggi Mental Tangga arcamanik Terakhir
0
un
Rp.
21 -
3.000.00
30 Pergurua Cacat Pelajar/ Kecamatan D.I.Y 1 Bulan
Laki-Laki 0 - Rp
Tah n Tinggi Fisik Mahasiswa Bandung kidul Yogyakarta Terakhir
5.000.00
un
0
31 -
Sekolah <Rp
40 Cacat Belum/Tidak Kecamatan 6 Bulan
Laki-Laki Menenga 1.000.00 Kota Jakarta
Tah Fisik Bekerja Kiaracondong Terakhir
h Akhir 0
un
10 -
Sekolah <Rp Kecamatan
Perempu 20 Cacat Pelajar/ D.I.Y 1 Tahun
Menenga 1.000.00 Babakan
an Tah Fisik Mahasiswa Yogyakarta Terakhir
h Akhir 0 Ciparay
un
Rp.
41 - Sekolah
3.000.00
50 Menenga Cacat Kecamatan 3 Bulan
Laki-Laki Wirausahawan 0 - Rp Kota Garut
Tah h Fisik Astanaanyar Terakhir
5.000.00
un Pertama
0
21 -
<Rp Kecamatan
30 Pergurua Cacat Pelajar/ 6 Bulan
Laki-Laki 1.000.00 Bandung Kota Jakarta
Tah n Tinggi Fisik Mahasiswa Terakhir
0 Kulon
un
Laki-Laki 21 - Sekolah Cacat Belum/Tidak <Rp Kecamatan Kota 3 Bulan

Institut Teknologi Nasional


95

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
30
Menenga 1.000.00 Cimahi
Tah Fisik Bekerja Purwakarta Terakhir
h Akhir 0 Selatan
un
10 - Sekolah
<Rp Kecamatan
20 Menenga Cacat Pelajar/ 6 Bulan
Laki-Laki 1.000.00 Bojongloa Kota Cirebon
Tah h Mental Mahasiswa Terakhir
0 Kaler
un Pertama
21 -
Sekolah <Rp Kecamatan
30 Cacat Belum/Tidak 3 Bulan
Laki-Laki Menenga 1.000.00 Babakan Kota Cirebon
Tah Fisik Bekerja Terakhir
h Akhir 0 Ciparay
un
Rp.
21 -
1.000.00 Kecamatan
30 Pergurua Cacat 1 Tahun
Laki-Laki Wirausahawan 0 - Rp Babakan Kota Jakarta
Tah n Tinggi Fisik Terakhir
3.000.00 Ciparay
un
0
Rp.
>51 3.000.00 Kecamatan
Pergurua Cacat Pegawai D.I.Y 6 Bulan
Laki-Laki Tah 0 - Rp Sumur
n Tinggi Fisik Swasta Yogyakarta Terakhir
un 5.000.00 Bandung
0
21 -
<Rp Kecamatan
30 Pergurua Cacat Pelajar/ 9 Bulan
Laki-Laki 1.000.00 Bojongloa Kota Jakarta
Tah n Tinggi Fisik Mahasiswa Terakhir
0 Kaler
un
21 -
<Rp Kecamatan
30 Pergurua Cacat Pelajar/ 1 Tahun
Laki-Laki 1.000.00 Bandung Kota Cirebon
Tah n Tinggi Fisik Mahasiswa Terakhir
0 Kulon
un

Institut Teknologi Nasional


96

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
21 -
Sekolah <Rp Kecamatan
30 Cacat Belum/Tidak 1 Tahun
Laki-Laki Menenga 1.000.00 Cimahi Kota Garut
Tah Fisik Bekerja Terakhir
h Akhir 0 Selatan
un
Rp.
31 -
Sekolah 1.000.00 Kecamatan
40 Cacat 6 Bulan
Laki-Laki Menenga Wirausahawan 0 - Rp Babakan Kota Cirebon
Tah Fisik Terakhir
h Akhir 3.000.00 Ciparay
un
0
Rp.
21 -
1.000.00 Kecamatan
Perempu 30 Pergurua Cacat Pelajar/ Kota 9 Bulan
0 - Rp Bandung
an Tah n Tinggi Fisik Mahasiswa Purwakarta Terakhir
3.000.00 Kulon
un
0
10 -
Sekolah <Rp
Perempu 20 Cacat Pelajar/ Kecamatan 1 Tahun
Menenga 1.000.00 Kota Garut
an Tah Mental Mahasiswa Cicendo Terakhir
h Akhir 0
un
21 -
Sekolah <Rp Kecamatan
Perempu 30 Cacat Ibu Rumah Kota 1 Tahun
Menenga 1.000.00 Babakan
an Tah Fisik Tangga Surabaya Terakhir
h Akhir 0 Ciparay
un
41 -
Sekolah <Rp Kecamatan
Perempu 50 Cacat Ibu Rumah 3 Bulan
Menenga 1.000.00 Bandung Kota Bogor
an Tah Fisik Tangga Terakhir
h Akhir 0 Kulon
un

Institut Teknologi Nasional


97

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
Rp.
>51 Sekolah 1.000.00 Kecamatan
Perempu Cacat Pegawai D.I.Y 6 Bulan
Tah Menenga 0 - Rp Babakan
an Fisik Swasta Yogyakarta Terakhir
un h Akhir 3.000.00 Ciparay
0
Rp.
41 -
Sekolah 1.000.00
50 Cacat Pegawai Kecamatan 1 Bulan
Laki-Laki Menenga 0 - Rp Kota Cimahi
Tah Fisik Swasta Cicendo Terakhir
h Akhir 3.000.00
un
0
Rp.
>51 Sekolah 1.000.00
Cacat Pegawai Kecamatan Kota 9 Bulan
Laki-Laki Tah Menenga 0 - Rp
Fisik Swasta Astanaanyar Purwakarta Terakhir
un h Akhir 3.000.00
0
Rp.
41 -
Sekolah 1.000.00
50 Cacat Belum/Tidak Kecamatan 1 Bulan
Laki-Laki Menenga 0 - Rp Kota Cirebon
Tah Fisik Bekerja Cicendo Terakhir
h Akhir 3.000.00
un
0
Rp.
>51 Sekolah 1.000.00 Kecamatan
Cacat Pegawai Kota 6 Bulan
Laki-Laki Tah Menenga 0 - Rp Sumur
Fisik Swasta Purwakarta Terakhir
un h Akhir 3.000.00 Bandung
0

Institut Teknologi Nasional


98

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
Rp.
>51 Sekolah 3.000.00 Kecamatan
Cacat Kota 3 Bulan
Laki-Laki Tah Menenga Wirausahawan 0 - Rp Cimahi
Fisik Purwakarta Terakhir
un h Akhir 5.000.00 Selatan
0
31 - Sekolah
<Rp Kecamatan
Perempu 40 Menenga Cacat Ibu Rumah Kota 3 Bulan
1.000.00 Bandung
an Tah h Fisik Tangga Tasikmalaya Terakhir
0 Kulon
un Pertama
Rp.
21 -
1.000.00
Perempu 30 Pergurua Cacat Pelajar/ Kecamatan Kota 9 Bulan
0 - Rp
an Tah n Tinggi Fisik Mahasiswa Cimuncang Tasikmalaya Terakhir
3.000.00
un
0
Rp
>51 5.000.00 Kecamatan
Pergurua Cacat Pegawai 1 Bulan
Laki-Laki Tah 0 - Rp Bojongloa Kota Jakarta
n Tinggi Fisik Swasta Terakhir
un 7.500.00 Kaler
0
31 -
Sekolah <Rp Kecamatan
40 Cacat Belum/Tidak Kota 1 Tahun
Laki-Laki Menenga 1.000.00 Cimahi
Tah Fisik Bekerja Purwakarta Terakhir
h Akhir 0 Selatan
un
Rp.
21 -
1.000.00 Kecamatan
30 Pergurua Cacat Pelajar/ 3 Bulan
Laki-Laki 0 - Rp Babakan Kota Cirebon
Tah n Tinggi Fisik Mahasiswa Terakhir
3.000.00 Ciparay
un
0
Laki-Laki 10 - Sekolah Cacat Pelajar/ <Rp Kecamatan Kota 3 Bulan

Institut Teknologi Nasional


99

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
20
Menenga 1.000.00
Tah Mental Mahasiswa Cicendo Purwakarta Terakhir
h Akhir 0
un
41 -
Sekolah <Rp Kecamatan
Perempu 50 Cacat Ibu Rumah D.I.Y 6 Bulan
Menenga 1.000.00 Bandung
an Tah Fisik Tangga Yogyakarta Terakhir
h Akhir 0 Kulon
un
>51 Sekolah <Rp
Perempu Cacat Ibu Rumah 3 Bulan
Tah Menenga 1.000.00 Kota Cimahi Kota Bogor
an Fisik Tangga Terakhir
un h Akhir 0
Rp.
10 -
Sekolah 1.000.00
20 Cacat Pelajar/ Kecamatan D.I.Y 1 Tahun
Laki-Laki Menenga 0 - Rp
Tah Mental Mahasiswa Cicendo Yogyakarta Terakhir
h Akhir 3.000.00
un
0
Rp.
41 -
1.000.00
Perempu 50 Pergurua Cacat Ibu Rumah Kecamatan D.I.Y 6 Bulan
0 - Rp
an Tah n Tinggi Fisik Tangga Astanaanyar Yogyakarta Terakhir
3.000.00
un
0
Rp.
31 -
Sekolah 1.000.00 Kecamatan
40 Cacat 1 Tahun
Laki-Laki Menenga Wirausahawan 0 - Rp Bojongloa Kota Bogor
Tah Fisik Terakhir
h Akhir 3.000.00 Kaler
un
0

Institut Teknologi Nasional


100

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
Rp.
41 -
Sekolah 3.000.00
50 Cacat Kecamatan D.I.Y 6 Bulan
Laki-Laki Menenga Wirausahawan 0 - Rp
Tah Mental Cicendo Yogyakarta Terakhir
h Akhir 5.000.00
un
0
Rp.
21 -
Sekolah 1.000.00 Kecamatan
30 Cacat 3 Bulan
Laki-Laki Menenga Wirausahawan 0 - Rp Bojongloa Kota Garut
Tah Fisik Terakhir
h Akhir 3.000.00 Kaler
un
0
10 - Sekolah
<Rp
20 Menenga Cacat Pelajar/ 1 Minggu
Laki-Laki 1.000.00 Kota Cimahi Kota Cimahi
Tah h Mental Mahasiswa Terakhir
0
un Pertama
31 - Sekolah
<Rp Kecamatan
40 Menenga Cacat Belum/Tidak 3 Bulan
Laki-Laki 1.000.00 Bandung Kota Garut
Tah h Fisik Bekerja Terakhir
0 Kulon
un Pertama
Rp.
41 -
Sekolah 1.000.00 Kecamatan
50 Cacat Kota 3 Bulan
Laki-Laki Menenga Wirausahawan 0 - Rp Babakan
Tah Fisik Semarang Terakhir
h Akhir 3.000.00 Ciparay
un
0
Rp.
10 - Tidak
1.000.00 Kecamatan
20 mengikuti Cacat Belum/Tidak Kota 1 Tahun
Laki-Laki 0 - Rp Sumur
Tah pendidika Fisik Bekerja Tasikmalaya Terakhir
3.000.00 Bandung
un n
0

Institut Teknologi Nasional


101

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
21 -
<Rp
Perempu 30 Pergurua Cacat Pelajar/ Kecamatan 1 Tahun
1.000.00 Kota Jakarta
an Tah n Tinggi Fisik Mahasiswa Cilengkrang Terakhir
0
un
Rp.
21 -
Sekolah 1.000.00
Perempu 30 Cacat Belum/Tidak Kecamatan 9 Bulan
Menenga 0 - Rp Kota Garut
an Tah Fisik Bekerja Derwati Terakhir
h Akhir 3.000.00
un
0
Rp.
10 -
Sekolah 1.000.00
Perempu 20 Cacat Pelajar/ Kecamatan 1 Tahun
Menenga 0 - Rp Kota Garut
an Tah Fisik Mahasiswa Cibiru Terakhir
h Akhir 3.000.00
un
0
10 - Sekolah
<Rp Kecamatan
20 Menenga Cacat Pelajar/ 1 Bulan
Laki-Laki 1.000.00 Sumur Kota Garut
Tah h Fisik Mahasiswa Terakhir
0 Bandung
un Pertama
Rp.
41 -
Sekolah 1.000.00 Kecamatan
50 Cacat Kerja Paruh 6 Bulan
Laki-Laki Menenga 0 - Rp Sumur Kota Cimahi
Tah Fisik Waktu Terakhir
h Akhir 3.000.00 Bandung
un
0
Rp.
41 -
3.000.00
50 Pergurua Cacat 1 Tahun
Laki-Laki Wirausahawan 0 - Rp Kota Cimahi Kota Jakarta
Tah n Tinggi Fisik Terakhir
5.000.00
un
0
Laki-Laki >51 Sekolah Cacat Belum/Tidak <Rp Kecamatan Kota Banjar 1 Tahun

Institut Teknologi Nasional


102

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
Menenga
Tah 1.000.00
h Fisik Bekerja Coblong Terakhir
un 0
Pertama
Rp.
>51 Sekolah 1.000.00
Cacat Pegawai Kecamatan 1 Tahun
Laki-Laki Tah Menenga 0 - Rp Kota Solo
Fisik Swasta Regol Terakhir
un h Akhir 3.000.00
0
21 -
Sekolah <Rp
30 Cacat Belum/Tidak Kecamatan Kota 6 Bulan
Laki-Laki Menenga 1.000.00
Tah Fisik Bekerja Cicendo Purwakarta Terakhir
h Akhir 0
un
31 -
Sekolah <Rp
40 Cacat Belum/Tidak Kecamatan Kota 1 Tahun
Laki-Laki Menenga 1.000.00
Tah Mental Bekerja Coblong Tasikmalaya Terakhir
h Akhir 0
un
Rp.
31 -
Sekolah 3.000.00 Kecamatan
40 Cacat Kota 9 Bulan
Laki-Laki Menenga Wirausahawan 0 - Rp Babakan
Tah Fisik Tasikmalaya Terakhir
h Akhir 5.000.00 Ciparay
un
0
41 -
Sekolah <Rp
50 Cacat Belum/Tidak 1 Bulan
Laki-Laki Menenga 1.000.00 Kota Cimahi Kota Cimahi
Tah Fisik Bekerja Terakhir
h Akhir 0
un
Rp.
41 -
Sekolah 1.000.00 Kecamatan
50 Cacat 1 Tahun
Laki-Laki Menenga Wirausahawan 0 - Rp Babakan Kota Garut
Tah Fisik Terakhir
h Akhir 3.000.00 Ciparay
un
0

Institut Teknologi Nasional


103

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
Rp
41 - Sekolah
5.000.00 Kecamatan
50 Menenga Cacat Kota 6 Bulan
Laki-Laki Wirausahawan 0 - Rp Cibeunying
Tah h Fisik Semarang Terakhir
7.500.00 Kidul
un Pertama
0
Rp.
41 -
Sekolah 3.000.00
50 Cacat Pegawai Kecamatan D.I.Y 1 Tahun
Laki-Laki Menenga 0 - Rp
Tah Fisik Swasta Solokan Jeruk Yogyakarta Terakhir
h Akhir 5.000.00
un
0
Rp.
41 -
Sekolah 1.000.00 Kecamatan
50 Cacat D.I.Y 1 Tahun
Laki-Laki Menenga Wirausahawan 0 - Rp Bandung
Tah Fisik Yogyakarta Terakhir
h Akhir 3.000.00 Kidul
un
0
41 -
Sekolah <Rp Kecamatan
50 Cacat Belum/Tidak 1 Minggu
Laki-Laki Menenga 1.000.00 Bojongloa Kota Cimahi
Tah Fisik Bekerja Terakhir
h Akhir 0 Kaler
un
Rp.
41 - Sekolah
1.000.00
50 Menenga Cacat Pegawai Kecamatan 1 Minggu
Laki-Laki 0 - Rp Kota Cimahi
Tah h Mental Swasta Cimenyan Terakhir
3.000.00
un Pertama
0
Rp.
41 -
Sekolah 1.000.00
50 Cacat Kecamatan 1 Tahun
Laki-Laki Menenga Wirausahawan 0 - Rp Kota Garut
Tah Fisik Cicendo Terakhir
h Akhir 3.000.00
un
0

Institut Teknologi Nasional


104

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
Rp.
41 -
Sekolah 1.000.00
50 Cacat 3 Bulan
Laki-Laki Menenga Wirausahawan 0 - Rp Kota Cimahi Kota Cimahi
Tah Fisik Terakhir
h Akhir 3.000.00
un
0
Rp.
31 - Sekolah
1.000.00 Kecamatan
40 Menenga Cacat 1 Tahun
Laki-Laki Wirausahawan 0 - Rp Cimahi Kota Cimahi
Tah h Fisik Terakhir
3.000.00 Selatan
un Pertama
0
Rp.
41 -
1.000.00
50 Pergurua Cacat Kecamatan 1 Tahun
Laki-Laki Wirausahawan 0 - Rp Kota Jakarta
Tah n Tinggi Fisik Andir Terakhir
3.000.00
un
0
Rp.
31 -
Sekolah 3.000.00
Perempu 40 Cacat 1 Tahun
Menenga Wirausahawan 0 - Rp Kota Cimahi Kota Cimahi
an Tah Fisik Terakhir
h Akhir 5.000.00
un
0
Rp.
41 -
Sekolah 3.000.00 Kecamatan
50 Cacat 1 Tahun
Laki-Laki Menenga Wirausahawan 0 - Rp Cibeunying Kota Jakarta
Tah Fisik Terakhir
h Akhir 5.000.00 Kidul
un
0

Institut Teknologi Nasional


105

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
Rp.
31 -
Sekolah 1.000.00
40 Cacat 1 Tahun
Laki-Laki Menenga Wirausahawan 0 - Rp Kota Cimahi Kota Jakarta
Tah Fisik Terakhir
h Akhir 3.000.00
un
0
21 -
Sekolah <Rp
30 Cacat Pelajar/ 1 Bulan
Laki-Laki Menenga 1.000.00 Kota Cimahi Kota Cirebon
Tah Mental Mahasiswa Terakhir
h Akhir 0
un
10 -
Sekolah <Rp
Perempu 20 Cacat Pelajar/ Kecamatan 1 Minggu
Menenga 1.000.00 Kota Jakarta
an Tah Mental Mahasiswa Astanaanyar Terakhir
h Akhir 0
un
Rp.
21 - Sekolah
1.000.00 Kecamatan
30 Menenga Cacat Pelajar/ 3 Bulan
Laki-Laki 0 - Rp Bojongloa Kota Garut
Tah h Mental Mahasiswa Terakhir
3.000.00 Kaler
un Pertama
0

>51 <Rp Kecamatan


Sekolah Cacat Belum/Tidak 3 Bulan
Laki-Laki Tah 1.000.00 Bojongloa Kota Bogor
Dasar Fisik Bekerja Terakhir
un 0 Kaler

Rp.
21 -
1.000.00
30 Pergurua Cacat Pelajar/ 1 Minggu
Laki-Laki 0 - Rp Kota Cimahi Kota Jakarta
Tah n Tinggi Fisik Mahasiswa Terakhir
3.000.00
un
0

Institut Teknologi Nasional


106

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
Rp.
Sekolah
>51 1.000.00 Kecamatan
Menenga Cacat 3 Bulan
Laki-Laki Tah Wirausahawan 0 - Rp Bojongloa Kota Jakarta
h Fisik Terakhir
un 3.000.00 Kaler
Pertama
0
Sekolah
>51 <Rp Kecamatan
Menenga Cacat Belum/Tidak 3 Bulan
Laki-Laki Tah 1.000.00 Cimahi Kota Garut
h Fisik Bekerja Terakhir
un 0 Selatan
Pertama
41 - Sekolah
<Rp Kecamatan
Perempu 50 Menenga Cacat Ibu Rumah 9 Bulan
1.000.00 Bandung Kota Garut
an Tah h Fisik Tangga Terakhir
0 Kulon
un Pertama
Rp.
41 -
Sekolah 1.000.00 Kecamatan
50 Cacat 1 Bulan
Laki-Laki Menenga Wirausahawan 0 - Rp Babakan Kota Jakarta
Tah Fisik Terakhir
h Akhir 3.000.00 Ciparay
un
0
21 -
<Rp Kecamatan
30 Pergurua Cacat Pelajar/ Kota 3 Bulan
Laki-Laki 1.000.00 Sumur
Tah n Tinggi Fisik Mahasiswa Purwakarta Terakhir
0 Bandung
un
Rp.
21 -
1.000.00 Kecamatan
Perempu 30 Pergurua Cacat Pelajar/ D.I.Y 6 Bulan
0 - Rp Bandung
an Tah n Tinggi Fisik Mahasiswa Yogyakarta Terakhir
3.000.00 Kulon
un
0

Institut Teknologi Nasional


107

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
Rp.
31 -
Sekolah 1.000.00
Perempu 40 Cacat Kecamatan 1 Minggu
Menenga Wirausahawan 0 - Rp Kota Cirebon
an Tah Fisik Cibeunying Terakhir
h Akhir 3.000.00
un
0
10 -
Sekolah <Rp Kecamatan
Perempu 20 Cacat Pelajar/ Kota 3 Bulan
Menenga 1.000.00 Sumur
an Tah Mental Mahasiswa Tasikmalaya Terakhir
h Akhir 0 Bandung
un
Rp.
>51 1.000.00 Kecamatan
Sekolah Cacat 1 Tahun
Laki-Laki Tah Wirausahawan 0 - Rp Bojongloa Kota Cimahi
Dasar Fisik Terakhir
un 3.000.00 Kaler
0
21 -
Sekolah <Rp Kecamatan
Perempu 30 Cacat Belum/Tidak 6 Bulan
Menenga 1.000.00 Bandung Kota Jakarta
an Tah Mental Bekerja Terakhir
h Akhir 0 Kulon
un
41 -
<Rp
50 Sekolah Cacat Belum/Tidak Kecamatan Kota 3 Bulan
Laki-Laki 1.000.00
Tah Dasar Fisik Bekerja Cicendo Tasikmalaya Terakhir
0
un
41 - Sekolah
<Rp
50 Menenga Cacat Belum/Tidak Kecamatan 1 Bulan
Laki-Laki 1.000.00 Kota Cirebon
Tah h Fisik Bekerja Astanaanyar Terakhir
0
un Pertama

Institut Teknologi Nasional


108

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
21 -
Sekolah <Rp
30 Cacat Belum/Tidak Kecamatan 3 Bulan
Laki-Laki Menenga 1.000.00 Kota Garut
Tah Mental Bekerja Astanaanyar Terakhir
h Akhir 0
un
21 -
<Rp Kecamatan
Perempu 30 Pergurua Cacat Pelajar/ 6 Bulan
1.000.00 Bojongloa Kota Garut
an Tah n Tinggi Fisik Mahasiswa Terakhir
0 Kaler
un
Rp.
41 -
Sekolah 1.000.00
Perempu 50 Cacat Pegawai Kecamatan Kota 1 Tahun
Menenga 0 - Rp
an Tah Fisik Swasta Cicendo Tasikmalaya Terakhir
h Akhir 3.000.00
un
0
31 -
Sekolah <Rp Kecamatan
Perempu 40 Cacat Ibu Rumah 9 Bulan
Menenga 1.000.00 Babakan Kota Garut
an Tah Fisik Tangga Terakhir
h Akhir 0 Ciparay
un
Rp.
31 - Sekolah
1.000.00 Kecamatan
40 Menenga Cacat Pegawai 1 Tahun
Laki-Laki 0 - Rp Bandung Kota Garut
Tah h Fisik Swasta Terakhir
3.000.00 Kulon
un Pertama
0
Rp.
41 -
3.000.00
50 Pergurua Cacat Kecamatan 1 Bulan
Laki-Laki PNS 0 - Rp Kota Jakarta
Tah n Tinggi Fisik Astanaanyar Terakhir
5.000.00
un
0

Institut Teknologi Nasional


109

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
Rp.
>51 Sekolah 1.000.00
Cacat Pegawai Kecamatan 6 Bulan
Laki-Laki Tah Menenga 0 - Rp Kota Jakarta
Fisik Swasta Astanaanyar Terakhir
un h Akhir 3.000.00
0
Rp.
31 -
Sekolah 1.000.00 Kecamatan
40 Cacat Pegawai 3 Bulan
Laki-Laki Menenga 0 - Rp Sumur Kota Jakarta
Tah Fisik Swasta Terakhir
h Akhir 3.000.00 Bandung
un
0
41 - Sekolah
<Rp Kecamatan
50 Menenga Cacat Belum/Tidak Kota 1 Tahun
Laki-Laki 1.000.00 Sumur
Tah h Fisik Bekerja Tasikmalaya Terakhir
0 Bandung
un Pertama
41 -
Sekolah <Rp Kecamatan
50 Cacat Belum/Tidak 9 Bulan
Laki-Laki Menenga 1.000.00 Sumur Kota Garut
Tah Fisik Bekerja Terakhir
h Akhir 0 Bandung
un
Rp.
41 -
Sekolah 1.000.00
50 Cacat Pegawai Kecamatan 1 Tahun
Laki-Laki Menenga 0 - Rp Kota Jakarta
Tah Fisik Swasta Cicendo Terakhir
h Akhir 3.000.00
un
0
Rp.
>51 1.000.00 Kecamatan
Sekolah Cacat 6 Bulan
Laki-Laki Tah Wirausahawan 0 - Rp Bandung Kota Solo
Dasar Fisik Terakhir
un 3.000.00 Kulon
0

Institut Teknologi Nasional


110

Terakhir
Jenis kali
Jenis Pendapat Tujuan
Kelami Usi Pendidik Domisili/ mengunju
Disabilita Pekerjaan an Keberangka
n a an Daerah Asal ngi
s Perbulan tan
Stasiun
Bandung?
Rp.
>51 3.000.00 Kecamatan
Pergurua Cacat Pegawai Kota 1 Bulan
Laki-Laki Tah 0 - Rp Babakan
n Tinggi Fisik Swasta Tasikmalaya Terakhir
un 5.000.00 Ciparay
0
Rp.
41 -
Sekolah 3.000.00 Kecamatan
50 Cacat Pegawai Kota 3 Bulan
Laki-Laki Menenga 0 - Rp Bandung
Tah Fisik Swasta Purwakarta Terakhir
h Akhir 5.000.00 Kulon
un
0

Cacat
10 -
Sekolah Ganda/Ca <Rp Kecamatan
20 3 Bulan
Laki-Laki Menenga cat Fisik Wirausahawan 1.000.00 Sumur Kota Jakarta
Tah Terakhir
h Akhir dan Cacat 0 Bandung
un
Mental

Cacat Rp.
10 -
Ganda/Ca 3.000.00
20 Sekolah Pelajar/ Kecamatan Kota 6 Bulan
Laki-Laki cat Fisik 0 - Rp
Tah Dasar Mahasiswa Baleendah Surabaya Terakhir
dan Cacat 5.000.00
un
Mental 0

Dibawah ini ialah tabel hasil kuesioner kinerja

Institut Teknologi Nasional


111

K K K K K K K K K K1 K1 K1 K1 K1 K1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Institut Teknologi Nasional


112

K K K K K K K K K K1 K1 K1 K1 K1 K1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
4 4 5 1 5 4 3 1 3 4 4 4 4 3 5

5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4

5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 3 2 4 2 4

5 5 4 5 4 5 4 4 3 4 3 3 4 2 4

5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 3 5

5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 3 4 3 2 5

5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 3 5

5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 3 4

5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 3 2 4

5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 3 5

5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 3 5 2 5

5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 3 5 3 4

5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 3 5 1 4

4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 3 4 2 5

4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 3 5 2 4

Institut Teknologi Nasional


113

K K K K K K K K K K1 K1 K1 K1 K1 K1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 5

5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 3 3 4

5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 3 4 2 5

5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 3 4 3 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 2 5

5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 2 3 2 4

5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 3 2 4 3 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 3 4 2 4

5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 3 4

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4

5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4

5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 3 4 3 4

4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4

5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 4 5 4

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Institut Teknologi Nasional


114

K K K K K K K K K K1 K1 K1 K1 K1 K1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 3 3 4

5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5 3 4

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

5 5 5 5 5 4 4 5 4 3 4 3 4 3 5

5 5 5 5 4 4 4 5 4 3 5 4 5 3 4

5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 3 4 4 3 5

5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 5 3 3 4 4

4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 3 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4

Institut Teknologi Nasional


115

K K K K K K K K K K1 K1 K1 K1 K1 K1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
4 5 5 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4

4 4 5 4 4 4 3 3 4 5 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 5 4 3 4 2 3 4 4 1 4 1 4

4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4

4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4

3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4

4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5

5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4

4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 3 4 4 4

4 4 5 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

3 4 4 3 5 2 2 5 4 4 4 3 4 3 5

Institut Teknologi Nasional


116

K K K K K K K K K K1 K1 K1 K1 K1 K1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4 4 5 5 5

4 4 3 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 3 4

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 1 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 4 2 3 3 4 3 5 4 4 2 3 1 4

5 4 5 4 5 4 5 4 4 3 5 4 5 2 4

5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 3 5

5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 3 4 3 2 5

5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 3 4 5

5 5 5 5 4 5 5 4 5 3 3 4 4 3 5

4 5 5 5 4 5 5 5 4 3 3 3 3 4 5

5 5 5 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 5

5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 3 5

5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4

Institut Teknologi Nasional


117

K K K K K K K K K K1 K1 K1 K1 K1 K1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5

4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 3 3 4 4

5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4

5 4 5 4 4 4 5 4 4 3 3 3 4 3 5

5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 3 3 4 3 5

4 4 4 3 3 4 4 3 5 4 3 3 4 3 5

4 4 3 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5

4 5 5 4 4 3 3 3 5 4 4 4 4 3 5

4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4

4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5

4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4

Institut Teknologi Nasional


118

K K K K K K K K K K1 K1 K1 K1 K1 K1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4

5 5 5 5 4 3 5 4 4 5 5 5 4 4 5

4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4

4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4

4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 5

5 5 4 4 3 3 5 4 3 4 3 3 3 3 4

5 5 4 2 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 5

4 4 3 4 4 5 2 4 4 3 5 4 4 5 4

4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3

Institut Teknologi Nasional


119

Dibawah ini ialah hasil kuesioner kepentingan:

P P1
P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P12 P13 P14 P15
1 1
5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4

4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4

5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5

4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4

5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5

4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4

5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5

5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4

5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5

5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5

5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5

4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5

5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4

4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5

5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4

5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5

5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5

5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4

Institut Teknologi Nasional


120

P P1
P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P12 P13 P14 P15
1 1
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4

5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5

5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 3 4 4 4 5

4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5

5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5

4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 3 4 3 5 4

5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5

3 3 4 2 3 4 4 3 4 4 4 3 2 4 4

4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Institut Teknologi Nasional


121

P P1
P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P12 P13 P14 P15
1 1
5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5

5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5

5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4

4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4

5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4

5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4

5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4

5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4

5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5

5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4

5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5

Institut Teknologi Nasional


122

P P1
P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P12 P13 P14 P15
1 1
5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5

5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4

5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4

5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4

5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5

5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5

4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4

5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5

5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5

5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5

5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5

4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4

5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Institut Teknologi Nasional


123

P P1
P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P12 P13 P14 P15
1 1
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5

5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5

5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5

5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4

5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5

4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4

5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4

5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4

4 4 3 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4

4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3

Institut Teknologi Nasional

Anda mungkin juga menyukai