SKRIPSI
Oleh:
HANIFATU SAFIRA
G1B016074
Oleh:
HANIFATU SAFIRA
G1B016074
i
ii
iii
MOTTO
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “MIKROZONASI KERENTANAN
LIKUIFAKSI DI KECAMATAN SELEBAR KOTA BENGKULU
MENGGUNAKAN METODE LPI (LIQUEFACTION POTENTIAL
INDEX)”. Skripsi ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar sarjana pada
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bengkulu.
Penyusunan dalam skripsi ini dibantu oleh berbagai pihak, maka dalam kesempatan
ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1) Bapak Faisal Hadi, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bengkulu.
2) Bapak Mukhlis Islam, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
Universitas Bengkulu.
3) Bapak Lindung Zalbuin Mase, S.T., M.Eng., Ph.D., selaku dosen pembimbing utama
skripsi yang telah memberikan motivasi serta arahan demi memperlancar proses
pembuatan skripsi ini.
4) Dr. Hardiansyah, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing pendamping skripsi yang
telah memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5) Dr. Muhammad Fauzi, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dalam proses perkuliahan.
6) Dr. Drs. Muchammad Farid, M.S., selaku dosen penguji skripsi yang telah
memberikan banyak masukan serta ilmu kepada penyusun.
7) Dr. Khairul Amri, S.T., M.T., selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan
banyak masukan serta ilmu kepada penyusun.
8) Papa dan Mama dan keluarga tercinta, yang telah membantu baik do’a, moral, dan
materi dalam menjalani kuliah di Program Studi Teknik Sipil ini karena berkat
merekalah penulis bisa sampai ketahap ini.
9) Angga yang selalu menemani, membantu dan memberikan semangat setiap saat,
serta teman temanku yang tidak dapat disebut satu persatu, Icha, Dila, Kintan, Sisik,
Lia, Pelia, Hanun, Upik, Ara, Ejak, Danil, Ucen, Mas, Nur, Uci, Ayuk, Sin, Ezo,
Reki yang selalu memberikan semangat dan doa untuk penulis.
v
10) Tim research liquefaction Universitas Bengkulu yang telah menemani survei lokasi
serta telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
11) Seluruh teman-teman Program Studi Teknik Sipil angkatan 2016 (ASPAL) yang
telah banyak membantu, memberikan dukungan serta doa dalam penyusunan laporan
kerja praktik ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada semuanya. Penyusun
berharap agar skripsi ini dapat memberikan sumbangsih dalam rangka menambah
pengetahuan para pembaca, dan akhir kata dalam rangka perbaikan selanjutnya penyusun
akan terbuka terhadap kritik, saran dan masukan dari semua pihak karena penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak sekali kekurangan dan kesalahan.
Wassalamualaikum wr.wb.
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
vii
2.4.2 Metode HV-Inv ...................................................................... II-13
2.5 Percepatan Tanah Maksimum ....................................................... II-14
2.6 Kecepatan Gelombang Geser (VS) ................................................ II-15
2.7 Berat Volume Tanah dan Jenis Tanah .......................................... II-16
2.8 Analisis Likuifaksi Metode Simplified Procedure ........................ II-17
2.8.1 Cyclic Stress Ratio (CSR) ...................................................... II-18
2.8.2 Cyclic Resistance Ratio (CRR) .............................................. II-19
2.8.3 Factor Of Safety (FS) ............................................................. II-20
2.8.4 Analisis Likuifaksi dengan Metode Liquefaction Potential
Index (LPI) ............................................................................. II-20
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN ................................................ III-1
3.1 Lokasi Penelitian ........................................................................... III-1
3.2 Tahapan Penelitian ........................................................................ III-2
3.2.1 Gambaran Umum Penelitian .................................................. III-2
3.2.2 Alat dan Bahan....................................................................... III-2
3.2.3 Teknik Pengambilan Data ...................................................... III-2
3.2.4 Teknik Pengolahan Data ........................................................ III-3
3.2.5 Validasi .................................................................................. III-5
3.2.6 Proses Perhitungan Analisis Likuifaksi ................................. III-5
3.3 Hasil dan Pembahasan .................................................................. III-6
3.4 Bagan Alir Penelitian .................................................................... III-6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. IV-1
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. IV-1
4.1.1 Data Mikrotremor dengan Metode HVSR .............................. IV-1
4.1.2 I HVSR ................................................................................... IV-4
4.2 Pembahasan................................................................................... IV-6
4.2.1 Frekuensi Dominan (f0) dan Amplifikasi (A0) ....................... IV-6
4.2.2 Estimasi Gelombang Geser Kedalaman 30 Meter (Vs 30) ...... IV-8
4.2.3 Perbandingan Kelas Situs pada Penelitian yang Sekarang
dengan Penelitian Terdahulu ................................................. IV-12
4.2.4 Perhitungan Percepatan Tanah Maksimum (PGA) ................ IV-14
4.2.5 Analisis Potensi Likufaksi ..................................................... IV-16
viii
4.2.6 Mikrozonasi Potensi Likufaksi .............................................. IV-24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... V-1
5.1 Kesimpulan ................................................................................... V-1
5.2 Saran ............................................................................................. V-2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lokasi Kejadian Gempa Bumi dan Tsunami Di Indonesia ..... II-3
Gambar 2.2 Ilustrasi terjadinya Likuifaksi.................................................. II-5
Gambar 2.3 Contoh hasil pengujian sondir ................................................. II-10
Gambar 2.4 Bagan Perilaku Tanah Berdasarkan Data Sondir .................... II-11
Gambar 2.5 Contoh Kurva HVSR .............................................................. II-13
Gambar 2.6 Pusat Gempa Bumi dan Jaraknya Terhadap Stasiun ............... II-15
Gambar 2.7 Korelasi antara Berat Volume Tanah terhadap VS .................. II-17
Gambar 3.1 Titik Penyebaran Data ............................................................. III-1
Gambar 3.2 Kurva H/V Hasil Mikrotremor pada Titik Penelitian M1 ....... III-4
Gambar 4.1 Tampilan Data Hasil Pengukuran di Titik SL2 ....................... IV-1
Gambar 4.2 Hasil kurva HVSR di Titik SL2 .............................................. IV-2
Gambar 4.3 Grafik Hasil Inversi Kurva HVSR di Titik SL 2 ..................... IV-5
Gambar 4.4 Peta Sebaran Nilai Frekuensi Dominan (f0) ............................ IV-9
Gambar 4.5 Peta Sebaran Nilai Amplifikasi (A0)........................................ IV-10
Gambar 4.6 Ilustrasi Perambatan Gelombang Gempa ................................ IV-16
Gambar 4.7 Peta Kelas Situs ....................................................................... IV-20
Gambar 4.8 Peta Sebaran Nilai Percepatan Tanah Maksimum (PGA)....... IV-21
Gambar 4.9 Kondisi Pelapisan Tanah Berdasarkan Nilai FS pada Titik
SL2 ......................................................................................... IV-22
Gambar 4.10 Grafik Fungsi F.w(z) pada Titik Penelitian SL2 ................... IV-23
Gambar 4.11 Peta Sebaran Nilai Potensi Likuifaksi ................................... IV-26
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indeks Potensial Likuifaks (Iwasaki dkk., 1981) ........................ II-21
Tabel 3.1 Nilai rentang model awal untuk inversi data M89 ...................... III-5
Tabel 4.1 Nilai A₀ dan f₀ pada Penelitian .................................................... IV-3
Tabel 4.2 Nilai Rentang Model Awal untuk Inversi Data SL 2 .................. IV-4
Tabel 4.3 Best Model titik SL 2 .................................................................. IV-5
Tabel 4.4 Nilai Vs30 pada Titik SL2 ............................................................. IV-6
Tabel 4.5 Kecepatan Geser dan Kelas Situs Tanah..................................... IV-11
Tabel 4.6 Validasi Nilai LPI Terukur dengan LPI Terdahulu .................... IV-12
Tabel 4.7 Nilai Percepatan Tanah Maksimum Akibat Gempa bumi 2007 . IV-15
Tabel 4.8 Analisis LPI pada Titik Penelitian SL2....................................... IV-23
Tabel 4.9 Hasil Analisis Likuifaksi ............................................................. IV-25
xi
DAFTAR RUMUS
xii
DAFTAR ISTILAH
xiii
Likuifaksi : Fenomena yang terjadi ketika tanah
yang jenuh atau agak jenuh kehilangan
kekuatan dan kekakuan akibat adanya
tegangan, misalnya getaran gempa bumi
sehingga tanah yang padat berubah
wujud menjadi cair.
Liquefaction Potential Index : Suatu indeks yang digunakan untuk
estimasi potensi likuifaksi yang
menyebabkan kerusakan fondasi.
Magnitude : Ukuran kekuatan gempa bumi,
menggambarkan besarnya energi yang
terlepas pada saat gempa bumi terjadi
dan merupakan hasil pengamatan
Seismograf.
Mikrotremor : Merupakan alat yang digunakan untuk
menentukan karakterstik dinamika
tanah seperti faktor amplifikasi dan
frekuensi natural getaran tanah.
Peak Ground Acceleration (PGA) : Percepatan puncak di permukaan tanah
atau batuan.
Tahanan gesek : Tahanan atau perlawanan tanah
terhadap sisi konus.
Tahanan ujung : Tahanan atau perlawanan tanah
terhadap ujung sondir (konus).
Tekanan air pori : Tekanan air yang mengisi rongga antar
butiran padat.
Tekanan atmosfer : Tekanan pada titik manapun di atmosfer
bumi.
xiv
Hanifatu Safira Dosen Pembimbing :
G1B016074 I. Lindung Zalbuin Mase, Ph.D.
Program Studi Teknik Sipil II. Dr. Hardiansyah, S.T., M.T.
xv
Hanifatu Safira Dosen Pembimbing :
G1B016074 I. Lindung Zalbuin Mase, Ph.D.
Program Studi Teknik Sipil II. Dr. Hardiansyah, S.T., M.T.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
untuk mengembangkan penyebaran studi potensi likuifaksi di Kecamatan Selebar
yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pembangunan di
Kecamatan Selebar kedepannya.
Penelitian kerentanan likuifaksi ini dilakukan dengan menggunakan
pengukuran kecepatan gelombang geser (Vs) yang dapat memberikan pendekatan
yang menjanjikan untuk evaluasi kerentanan likuifaksi karena lebih mudah
dilaksanakan dengan biaya lebih rendah (Chen dkk., 2008). Daerah yang
berpotensi terjadi likuifaksi ditentukan berdasarkan faktor aman terhadap
likuifaksi dengan menggunakan metode Simplified Procedure yang diusulkan oleh
Idriss & Boulanger (2008). Seberapa besar tingkat kerentanan likuifaksi dilakukan
dengan menghitung nilai LPI (Liquefaction Potential Index) menggunakan
persamaan Iwasaki dkk. (1981). Hasil akhir yang didapatkan dari penelitian ini
berupa mikrozonasi kecamatan yang diharapkan digunakan sebagai acuan
pembangunan dan mitigasi bencana likuifaksi yang dapat terjadi di Kota
Bengkulu khususnya Kecamatan Selebar.
I-2
3. Memberikan gambaran berupa pemetaan mikrozinasi kerentanan likuifaksi
yang terjadi di Kecamatan Selebar.
I-3
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu tentang Likuifaksi di daerah Kota Bengkulu
No. Peneliti Metode Hasil Kelemahan
1 Sugalang & a. Pengumpulan data Hampir semua daerah a. Analisis FS tidak
Buana primer uji sondir dan data penyelidikan di Kota menggunakan
(2012) sekunder dari instansi Bengkulu menunjukkan metode yang paling
terkait. potensi likuifaksi yang mendekati dalam
b. Analisis FS menggunakan tinggi terutama pada mengestimasi dan
metode Youd & Idriss daerah pesisir. menganalisis
(2001). likuifaksi.
c. Analisis tigkat kerentanan b. Tidak
likuifaksi menggunakan menggunakan
metode LPI oleh Iwasaki percepatan tanah
dkk. (1984). maksimum di Kota
Bengkulu.
c. Akurasi pemetaan
zonasi bahaya
likuifaksi belum
baik
2 Misliniyati a. Pengumpulan data Kelurahan Lempuing a. Titik investigasi
dkk. (2013) dilakukan dengan termasuk dalam wilayah masih sedikit.
menggunakan CPT. dengan potensi likuifaksi b. Tidak dilakukan
b. Analisis FS menggunakan tinggi hingga kedalaman analisis tingkat
metode Idriss & 2 meter. kerentanan
Boulanger (2008). likuifaksi.
c. Kondisi
perlapisan tanah
pada daerah
penelitian tidak
dijelaskan.
d. Belum dibuat peta
zonasi bahaya
likuifaksi.
3 Mase & a. Penyelidikan tanah Akibat PGA kritis rata- a. Titik investigasi
Somantri dilakukan dengan alat rata, nilai faktor aman masih sedikit.
(2016a) CPT yang dilakukan di 3 yang dihasilkan berkisar b. Tidak dilakukan
titik penyelidikan yang 0,503 dan 2,64. analisis tingkat
tersebar di Kelurahan Analisis probabilitas kerentanan
Lempuing. likuifaksi menunjukkan likuifaksi pada
b. Analisis balik dilakukan bahwa semakin besar daerah penelitian
dengan menggunakan faktor aman, maka c. Belum dibuat
persamaan CSR oleh Seed probabilitas likuifaksi peta zonasi
& Idriss (1971) untuk menjadi semakin kecil. bahaya likuifaksi
memperoleh besaran nilai Nilai FS yang diperoleh di daerah
percepatan maksimum dari hasil penelitian ini penelitian
kritis (PGA kritis). memberikan gambaran
bahwa nilai PGA kritis
mampu memicu
likuifaksi pada lapisan
batuan yang dangkal.
4 Mase & a. Analisis FS menggunakan Daerah Pantai Panjang a. Titik investigasi
Somantri metode Seed & Idriss pada titik penelitian masih sedikit.
(2016b) (1971). Analisis tigkat berpotensi rendah b. Analisis FS tidak
kerentanan likuifaksi terjadi likuifaksi, menggunakan
menggunakan metode LPI sedangkan daerah titik metode yang
oleh Iwasaki dkk. (1984). penelitian di Lempuing paling mendekati
dan Anggut memiliki dalam
I-4
Tabel 1.2 Lanjutan
No Peneliti Metode Hasil Kelemahan
tingkat kerentanan c. mengestimasi
likuifaksi sangat tinggi kesesuaian
khususnya ketika Mw prediksi dan
6. kejadian di
lapangan dalam
menganalisis
likuifaksi.
d. Belum dibuat
peta zonasi
5 Suhartini a. Analisis likuifaksi Hasil analisis a. Titik
(2019) menggunakan metode diinterpretasikan ke investigasi
MASW dan dalam peta masih sedikit.
mikrotremor. mikrozonasi untuk b. Titik
b. Analisis tigkat keperluan mitigasi investigasi
kerentanan likuifaksi bencana likuifaksi. belum rata.
menggunakan metode c. Investigasi
LPI oleh Iwasaki dkk. hanya berpusat
(1984). pada satu
Kecamatan.
I-5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bencana
Bencana merupakan suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor
alam dan non-alam. Akibat dari bencana dapat mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis (Triutomo, 2011). Salah satu bencana alam yang sering terjadi di
Bengkulu adalah gempa bumi.
II-1
karena kekuatannya cukup kecil, sehingga hanya dirasakan oleh orang-orang
yang berada dalam radius yang kecil saja.
3. Gempa Runtuhan
Gempa Runtuhan adalah gempa lokal yang terjadi apabila suatu gua di daerah
pertambangan runtuh atau massa batuan yang cukup besar di sebuah lereng
bukit runtuh/longsor. Kekuatan gempa akibat runtuhan massa batuan ini juga
kecil sehingga tidak berbahaya.
4. Gempa Buatan
Gempa bumi ini disebabkan oleh aktivitas manusia, misalnya dalam kegiatan
eksplorasi bahan tambang atau untuk keperluan teknik sipil dalam rangka
mencari batuan dasar (bedrock) sebagai dasar fondasi bangunan.
II-2
pantai mencapai 525 km dan luas teritorial 48.075 km² dengan kepadatan
penduduk mencapai 81 jiwa per km persegi. Provinsi ini hampir sepenuhnya
berada di cekungan busur depan dari bukit barisan sehingga sering dilanda gempa
tektonik yang berepisentrum di pertemuan lempeng tektonik Samudera India dan
lempeng tektonik Asia, selain itu terdapat lebih dari 20 sungai yang membentang
secara umum relatif berarah Barat-Timur (Triutomo, 2011). Disisi utara, Provinsi
ini berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat dan Jambi yang dibatasi
oleh Gunung Kerinci yang merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia.
Terjadinya gempa bumi dengan skala besar dapat menimbulkan banyak kerugian,
beberapa dampak terjadinya gempa bumi di Bengkulu yaitu korban jiwa,
kerusakan infrastruktur, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dampak
psikologis dan yang paling berbahaya yaitu terjadinya likuifaksi.
2.2 Likuifaksi
Peristiwa gempa bumi sering kali menimbulkan kerusakan pada bangunan
yang terletak jauh dari sumber gempa. Perbedaan tingkat kerusakan pada
II-3
bangunan mengindikasikan bahwa kondisi lapisan tanah memberikan pengaruh
yang nyata terhadap karakteristik gelombang seismik (Tohari dkk., 2013). Getaran
gempa yang terjadi mengakibatkan partikel tanah berkontraksi, dan karena
berlangsung begitu cepat dalam kondisi tak terdrainase (undrained), hal tersebut
memicu naiknya tekanan air pori pada tanah (Kuningsih dan Wulansari, 2018).
Mempertimbangkan bahwa fenomena likuifaksi akan menjadi ancaman ikutan
saat gempa bumi besar terjadi, maka pengetahuan karakteristik daerah yang
rentanterhadap likuifaksi diperlukan untuk menentukan struktur bangunan tahan
likuifaksi.
II-4
Sumber :(www.dongenggeologi.com, 23-06-2020; 20:38)
Gambar 2.2 Ilustrasi terjadinya Likuifaksi
II-5
4. Hilangnya Kekuatan Tanah
Likuifaksi dapat menyebabkan tanah yang menopang bangunan atau
infrastruktur lainnya mencair dan kehilangan kekuatan, sehingga menyebabkan
amblasnya infrastruktur di atasnya.
5. Penurunan Tanah
Dalam banyak kasus, berat struktur tidak akan cukup besar untuk
menyebabkan penurunan tanah yang besar terkait dengan kegagalan kekuatan
tanah yang dijelaskan sebelumnya. Namun, penurunan tanah dapat terjadi
karena disipasi tekanan air pori tanah dan konsolidasi tanah.
II-6
terhadap likuifaksi. Meskipun turut dijumpai pula peristiwa likuifaksi yang
terjadi pada tanah kohesif, namun hampir sebagian besar kejadian ini dijumpai
pada tanah kepasiran. Alasan utama mengenai hal ini adalah tidak adanya gaya
antar ikatan antar butiran pada tanah kepasiran, sehingga membuat antar
partikel menjadi lebih mudah terlepas akibat naiknya tekanan air pori.
4. Kepadatan Relatif Tanah (Dr)
Tanah non-kohesif yang memiliki kepadatan relatif rendah rentan terhadap
likuifaksi. Tanah non-kohesif yang tidak padat akan berkontraksi selama
terkena getaran seismik yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan air
pori. Ketika mencapai kondisi batas awal likuifaksi, tanah tersebut akan
mengalami kenaikan perpindahan geser (shear displacement) secara drastis.
Untuk lapisan tanah non-kohesif padat, kondisi awal likuifaksi tidak
menghasilkan deformasi yang besar karena perilaku penyebaran (dilation) dari
tanah tersebut ketika menerima tegangan geser siklik.
5. Gradasi Ukuran Butiran
Gradasi butiran seragam yang dimiliki tanah kepasiran cenderung membentuk
konfigurasi susunan partikel yang tidak stabil dan lebih rentan terhadap
likuifaksi daripada tanah kepasiran bergradasi baik. Hal ini dikarenakan pada
tanah bergradasi baik rongga-rongga antara partikel yang besar dapat diisi oleh
partikel-partikel yang berukuran lebih kecil, sehingga mengurangi kontraksi
pada tanah dan mengakibatkan kenaikan tekanan air pori yang terbentuk
menjadi lebih rendah selama gempa terjadi.
6. Kondisi Penempatan Lapisan Tanah Pada Lingkungan
Penempatan tanah timbunan yang berada di bawah muka air mengakibatkan
rentannya terjadi likuifaksi karena proses jatuhnya partikel tanah di dalam air
mengakibatkan segregasi struktur tanah sehingga menjadi tidak padat.
Timbunan tanah alami yang terbentuk di sekitar danau, sungai, atau tepi laut
lebih rentan terhadap likuifaksi karena memiliki kecenderungan terbentuknya
struktur tanah yang tersegregasi dan tidak padat.
7. Kondisi Drainase
Kenaikan tekanan air pori pada tanah dapat secara cepat terdisipasi, maka tanah
tidak akan terlikuifaksi. Oleh karena itu, metode perbaikan tanah seperti
II-7
kolom-kolom batu (stone columns) dapat mengurangi potensi terjadinya
likuifaksi.
8. Tekanan Kekang (Confining Pressures)
Pada beberapa studi kasus ditunjukkan bahwa tanah yang rentan terjadi
likuifaksi adalah dihitung mulai dari permukaan hingga kedalaman 15 meter.
Tanah yang terletak lebih dalam pada umumnya tidak mengalami likuifaksi
dikarenakan tegangan kekangnya yang semakin besar. Semakin besar tekanan
kekang terhadap suatu elemen tanah, maka tanah tersebut semakin tahan
terhadap likuifaksi. Kondisi yang dapat menghasilkan tekanan kekang yang
tinggi adalah elevasi muka air tanah yang dalam, elemen tanah yang terdapat
pada kedalaman yang cukup dalam, serta adanya tekanan tambahan (surcharge)
pada permukaan tanah. Namun, hal ini tidak berarti bahwa tanah yang berada
pada kedalaman lebih dari 15 meter tidak diperlukan analisis likuifaksi.
Analisis likuifaksi harus dilakukan pada setiap timbunan tanah yang ditimbun
air. Kawasan timbunan tanah aluvial juga membutuhkan analisis likuifaksi
pada kedalaman lebih dari 15 meter.
9. Bentuk Partikel Tanah
Bentuk partikel juga dapat mempengaruhi potensi likuifaksi. Tanah yang
partikelnya berbentuk bundar cenderung lebih mudah mengalami likuifaksi
karena bidang kontak antar partikelnya tidak dapat menghasilkan ikatan yang
kuat, terutama saat mendapat tekanan dari tekanan air pori berlebih saat gempa
terjadi. Partikel tanah yang terbentuk menyudut cenderung lebih tahan terhadap
likuifaksi karena antar partikelnya dapat saling mengunci satu sama lain.
10. Faktor Umur dan Sementasi
Timbunan tanah yang baru saja ditimbun memiliki kerentanan likuifaksi lebih
tinggi daripada timbunan tanah yang sudah lama umurnya. Penelitian
menunjukkan bahwa semakin lama sebuah lapisan tanah menerima tekanan
kekang, semakin besar ketahanannya terhadap likuifaksi. Semakin besarnya
ketahanan terhadap likuifaksi terhadap bertambahnya waktu dapat terjadi
karena deformasi dan kompresi antar partikel tanah dalam waktu lama
sehingga menghasilkan komposisi yang lebih stabil.
11. Kondisi Lingkungan pada Masa Lampau
II-8
Timbunan tanah yang berumur tua memiliki ketahanan terhadap likuifaksi
yang lebih tinggi daripada lapisan tanah yang baru saja terbentuk, meskipun
kepadatannya sama. Ketahanan terhadap likuifaksi juga bertambah seiring
bertambahnya nilai over consolidation ratio (OCR) dan koefisien tegangan
tanah lateral saat diam Ko.
12. Beban Bangunan
Kontruksi bangunan di atas lapisan tanah kepasiran dapat menurunkan
ketahanan tanah tersebut terhadap likuifaksi. Sebagai contoh, suatu elemen
kecil tanah pada kedalaman tertentu menerima tegangan dari berat tanah di
atasnya dan tegangan dari beban bangunan. Hal ini menyebabkan tegangan
geser yang dibutuhkan oleh suatu getaran gempa untuk menyebabkan elemen
tanah tersebut terlikuifaksi menjadi semakin kecil. Beban bangunan harus
diikutsertakan dalam analisis yang lebih detail, seperti penurunan akibat
likuifaksi, kapasitas dukung tanah dan analisis stabilitas lereng.
II-9
Hasil pengujian sondir pada umumnya berupa grafik nilai perlawanan konus
( ), nilai perlawanan geser ( ), dan nilai rasio gesekan (FR). Contoh hasil
pengujian sondir dapat dilihat pada Gambar 2.3.
II-10
untuk memperoleh rasio tekanan konus. Dalam menghitung rasio tahanan konus,
satuan qc dan Pa harus seragam. Pada pengujian CPT nilai rasio tahanan gesek
yang merupakan perbandingan antara gesek selubung (qf) dan tahanan ujung (qc)
dapat diperoleh atau dinyatakan sebagai Rf = qf /qc, yang merupakan variable tanpa
dimensi.
Apabila nilai rasio tahanan konus dan rasio gesekan telah diperoleh, maka
estimasi jenis tanah dapat dilakukan dengan menarik sumbu horizontal dan
vertikal pada masing-masing nilai rasio tahanan konus dan rasio tahanan gesekan
sehingga berpotongan pada suatu zona. Zona tersebut selanjutnya diperoleh
deskripsi jenis tanah dengan menggunakan daftar jenis tanah yang tersedia pada
Gambar 2.4. Tingkat keakuratan informasi perlapisan tanah dipengaruhi oleh
banyaknya titik investigasi karena perlapisan tanah bervariasi tergantung pada
nilai rasio tahanan konus dan tahanan geseknya. Dengan diperolehnya informasi
jenis tanah pada setiap kedalaman yang diinvestigasi maka kondisi perlapisan
tanah dapat digambarkan secara umum baik dalam format dua dimensi maupun
tiga dimensi.
II-11
2.4 Pengukuran Geografis Menggunakan Mikrotremor
Survei mikrotremor didasarkan pada perekaman ambient noise yang paling
banyak digunakan untuk menentukan parameter karakteristik dinamika tanah
seperti faktor amplifikasi dan frekuensi natural getaran tanah (Nakamura, 2000;
Zaharia dkk., 2008; Mufida dkk., 2013). Diantara metode survei geofisika, metode
pengukuran menggunakan mikrotremor lebih banyak diminati karena kemudahan
dalam pelaksanaan dan data yang diperoleh. Survei mikrotremor hanya
membutuhkan waktu perekaman sekitar 25 menit untuk mengetahui karakteristik
tanah berdasarkan parameter frekuensi dan faktor amplifikasi serta dapat
menentukan kecepatan gelombang geser (Vs). Semakin besar kecepatan
gelombang geser (Vs) maka semakin keras kondisi geologinya, sebaliknya jika
semakin kecil kecepatan gelombang geser (Vs) maka semakin lunak kondisi
geologi di tempat tersebut (Milsom dan Eriksen, 2011), sehingga rentan
mengalami kerusakan apabila terjadi gempa bumi.
II-12
sedimen (Prabowo, 2016). Komponen HVSR terdiri dari komponen vertikal (up-
down), horizontal (North-South), dan horizontal (East-West). HVSR dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan :
HVSR
H H
E
2
N
2
VZ (2.1)
Amplifikasi (A)
Frekuensi (f0)
II-13
Pencarian kombinasi Monte Carlo (MC) dimulai dengan model tebakan awal
yang parameternya dipilih secara acak dalam rentang seperti yang tercantum pada
Tabel 2.3. parameter geoteknik berulang kali dihitung hingga kurva H/V yang
diperkirakan cocok dengan kurva H/V yang terukur (Mase dkk, 2018).
Penyelesaian dari proses inversi bergantung pada kemampuan untuk menentukan
harga parameter yang mendekati harga data eksperimen dengan cara melakukan
pengulangan (iterasi). Tingkat keakuratan dari proses ini dapat dilihat dari nilai
error (misfit), semakin kecil nilai error dari proses iterasi maka profil kecepatan
gelombang geser yang diperoleh akan semakin baik (Patimah, 2017).
Algoritma inversi HVRS ini didasarkan pada kombinasi sederhana Monte
Carlo (MC) untuk menemukan model terbaik dengan meminimalkan
ketidakcocokan (misfit) yang diberikan dalam Persamaan 2.2 (Herak, 2008) :
(2.2)
∑{[ ] }
Tg
Dimana, adalah nilai percepatan tanah maksimum di suatu pengamatan (gal), Tg
adalah periode dominan tanah di stasiun pengukuran (s), M adalah magnitude
gempa, dan R adalah jarak hiposenter ke stasiun pengukuran (km). Jarak
hiposenter ke stasiun pengukuran dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Persamaan 2.4 digunakan untuk menghitung jarak antara hiposenter ke
stasiun pengukuran.
II-14
R 2 h 2 (2.4)
dengan,
(2. 5)
( X 1 X 2 ) 2 (Y1 Y2 ) 2
Dimana Δ adalah jarak episenter (1 = 111,322 km), h adalah kedalaman episenter
gempa (km), X1 adalah lintang episenter, X2 adalah lintang stasiun pengukuran,
Y1 adalah bujur episenter, dan Y2 adalah bujur stasiun pengukuran.
Nilai percepatan tanah maksimum yang rendah menunjukkan tingkat potensi
risiko yang rendah terhadap gempa bumi, sedangkan nilai percepatan tanah
maksimum yang tinggi menunjukkan tingkat potensi risiko yang tingggi sehingga
perhitungan nilai percepatan tanah maksimum ditujukan untuk mengetahui tingkat
potensi risiko suatu daerah terhadap bahaya gempa bumi agar didirikan bangunan
dengan struktur tahan gempa bumi.
II-15
pengukuran lapangan dikoreksi terhadap tegangan overburden referensi
menggunakan Persamaan 2.6 berikut (Robertson dkk., 1992):
0 , 25 (2.6)
Pa
Vs1 Vs
's
dimana (Vs) adalah kecepatan gelombang geser yang terukur (m/s), Pa adalah
tekanan sekitar atmosfer (100 kPa), adalah tegangan vertikal efektif (kN/m2).
Menurut Wangsadinata (2006) hanya lapisan-lapisan batuan sampai
kedalaman 30 m saja yang menentukan pembesaran gelombang gempa.
Kecepatan gelombang geser rata-rata sampai kedalaman 30 m atau Vs30 adalah
indikator yang baik untuk menggambarkan karakteristik kekakuan tanah. Nilai
Vs30 dapat ditentukan menggunakan Persamaan 2.7.
m (2.7)
t
Vs 30 i 1 i
t
m
i 1 i
/ Vs i
C Tanah sangat padat dan batuan lunak 360 < Vs30 < 760
II-16
berat volume tanah air jenuh ( sat ) yang dianalisis kerentanan likufaksinya untuk
menghitung nilai tegangan vertikal total (σv ) dan efektif (σ’v ). Berat volume tanah
biasanya ditentukan dengan pengambilan sampel dan pengujian laboratorium.
Namun, Mayne (2011) mengkorelasikan nilai kecepatan gelombang geser (Vs) dan
kedalaman lapisan tanah yang didapat dari hasil pengujian menggunakan
kecepatan gelombang geser (Vs) tanpa harus mengambil sampel seperti pada
Persamaan 2.6 berikut ini:
sat 8,32 logVs 1,61log z (2.8)
Keterangan:
= berat volume tanah (kN/m3)
Vs = kecepatan gelombang geser (m/s)
Z = kedalaman di bawah permukaan tanah (m).
Nilai berat volume tanah dikorelasikan dengan kecepatan gelombang geser (Vs)
untuk menentukan jenis tanah seperti pada Gambar 2.11.
II-17
2.8.1 Cyclic Stress Ratio (CSR)
CSR adalah perbandingan rasio tegangan siklik yang di induksi dari gempa
bumi di lapisan tanah (Idriss dan Boulanger, 2008). CSR hanya terjadi saat tanah
menerima tegangan siklik dari gelombang gempa. Faktor penting dalam
penentuan CSR adalah dengan penentuan nilai percepatan puncak muka tanah.
Idriss & Boulanger (2008) merumuskan persamaan CSR sebagai berikut:
a v 1 1
CSR 0,001 0,65rd max .
g 'v K MSF (2.9)
Dimana αmax adalah Percepatan tanah maksimum akibat gempa (gal), g adalah
percepatan gravitasi (g = 9,81 m/s2), adalah tegangan vertikal total (kN/m2),
adalah tegangan vertikal efektif (kN/m2), rd adalah koefisien reduksi tekanan geser
dan Kσ (overburden correction factor).
Nilai rd dalam Persamaan (2.7) dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.8
sebagai berikut :
rd exp MW (2.10)
Nilai (N1)60 pada Persamaan 2.10 yang merupakan tenaga terkoreksi N60
yang dinormalisasi terhadap pengaruh tegangan efektif vertical (overburden)
dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.11 dengan mengkorelasikannya
dengan kecepatan gelombang geser terkoreksi sebagai berikut :
II-18
1 (2.13)
Vs 0, 231
N 1( 60 ) 1
93,2
Rasio tegangan vertical total dan tegangan efektif dalam persamaan 2.9
dihitung dengan persamaan – persamaan yang ada di teori mekanika tanah (Das,
1995), sebagai berikut :
Tegangan vertical efektif tanah dihitung dengan menggunakan persamaan :
'v v u (2.14)
Dimana u adalah tekanan air pori tanah (kN/m2) yang dihitung dengan
persamaan :
u H A .w (2.15)
Tegangan total dihitung dengan menggunakan persamaan :
v H .w ( H A H ). sat (2.16)
Dengan, w
adalah berat volume air (9,81 kN/m3), sat
adalah berat volume
tanah air jenuh (kN/m3), HA adalah jarak antara titik A dan permukaan air (m), H
adalah tinggi muka air diukur dari permukaan tanah (m).
II-19
Nilai V*s1 berbeda – beda berdasarkan hubungan di bawah ini,
memperhitungkan batas atas kecepatan gelombang geser dan fines contents (FC)
dari tanah.
V*s1 = 215 m/s Untuk pasir dengan FC ≤ 5% (2.18)
V*s1 = 215 – 0,5 (FC – 5) m/s Untuk pasir dengan 5% < FC < 35% (2.19)
V*s1 = 200 m/s Untuk pasir dengan FC ≥ 35% (2.20)
Idriss & Boulanger (2004) menggunakan Persamaan 2.19 dalam menghitung
faktor skala magnitude (MSF) seperti berikut :
MW (2.21)
MSF 6,9 exp 0,058 1,8
4
dimana, Mw adalah magnitude momen.
II-20
Indeks potensi likuifaksi dihitung menggunakan persamaan oleh Iwasaki dkk.
(1981) sebagai berikut :
20
LPI F .w.( z ).dz (2.23)
0
II-21
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
III-1
3.2 Tahapan Penelitian
3.2.1 Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode investigasi lapangan dan analisis data
yang dilakukan di Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu. Penelitian ini telah
mengumpulkan data CPT (Cone Penetration Test) yang berada pada Kecamatan
selebar kemudian dilakukan survei geofisika menggunakan alat digital portable
seismometer dan seismograph. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh
pengetahuan dan referensi tentang analisis profil kecepatan gelombang geser (Vs)
menggunakan data mikrotremor dan CPT (Cone Penetration Test). Hasil
investigasi geoteknik berupa informasi perlapisan permukaan tanah dan
ketahanannya digunakan sebagai acuan model awal dalam menentukan kecepatan
gelombang geser (Vs).
III-2
1. Menentukan titik pengukuran dengan mempertimbangkan letak titik koordinat
yang dekat dengan data CPT.
2. Melakukan pengoperasian alat Seismograph Portable Short Period dengan
memperhatikan arah Utara-Selatan menggunakan kompas.
3. Pengambilan data mikrotremor di masing-masing titik pengukuran dilakukan
dengan perekaman selama minimum 20 menit dan disimpan dengan format
*.SAF.
Sedangkan data sekunder berupa :
1. Data CPT sebanyak 4 titik (Mase dkk, 2018).
2. Data rekaman seismik (ambient noise) hasil perekaman mikrotremor dari
penelitian sebelumnya yang tersebar di lokasi penelitian sebanyak 35 titik
(Tim Seismik Universitas Bengkulu).
3. Peta administrasi Kota Bengkulu
III-3
2. Pengolahan Data Inversi HVSR menggunakan Software HV-inv
Analisa inversi dilakukan dengan metode iterasi yang dipadukan dengan
konsep simulasi Monte Carlo (MC). Inversi kurva HVSR bertujuan untuk
mengestimasikan parameter fisis batuan yang tidak diketahui sebelumnya. Proses
pengolahan data diawali dengan memasukkan data H/V serta penentuan parameter
yang diperoleh dari pengolahan data CPT seperti prediksi rentang ketebalan
lapisan (thickness), prediksi rentang rasio poison (v), prediksi kerapatan massa (ρ),
prediksi rentang nilai kecepatan gelombang geser (Vs), dan prediksi nilai
kecepatan gelombang tekan (Vp).
Masing-masing nilai parameter memiliki sebuah kurva HVSR, oleh karena itu
untuk memperoleh kurva H/V model yang mendekati kurva H/V lapangan, maka
diperlukan analisa angka acak dengan menggunakan konsep simulasi Monte Carlo
(MC) yang tersedia di dalam Software Hv-inv. Inversi kurva HVSR menggunakan
Software Hv-inv dalam mencari ruang model dalam meminimalkan fungsi misfit
didasarkan pada Algoritma Monte Carlo ini diterapkan pada 39 titik pengukuran
mikrotremor yang tersebar di Kecamatan Selebar Kota Bengkulu. Proses inversi
telah dianggap selesai apabila iterasi minimum yang disarankan telah terpenuhi.
Langkah selanjutnya adalah menurunkan parameter tersebut kedalam profil
kecepatan gelombang geser (Vs). Salah satu contoh model awal pada penelitian ini
ditunjukkan oleh Tabel 3.1.
III-4
Tabel 3. 1 Nilai rentang model awal untuk inversi data M89
Thickness Vp Vs Density
Layer Poisson ratio
(m) (m/s) (m/s) (kg/m3)
1 0-15 200-600 100-300 1200-2600 0,100-0,495
2 0-15 300-700 150-350 1200-2600 0,100-0,495
3 0-15 300-1000 150-500 1200-2600 0,100-0,495
4 0-15 400-1200 200-600 1200-2600 0,100-0,495
5 0-15 500-1400 250-700 1200-2600 0,100-0,495
6 0-15 500-1600 250-800 1200-2600 0,100-0,495
7 0-0 600-1800 300-900 1200-2600 0,100-0,495
3.2.5 Validasi
Proses validasi dilakukan setelah data primer berupa data survei mikrotremor
yang telah analisa menggunakan metode inversi. Validasi dilakukan dengan cara
membandingkan kelas situs data sekunder (Deprianto, 2019) dan CPT (Mase,
2018) dengan data primer yang didapatkan dengan data yang ada pada penelitian
terdahulu. Perbandingan ini dilakukan untuk melihat apakah tipe lapisan dan nilai
Vs30 yang didapat dan penelitian terdahulu memiliki nilai yang memiliki rentang
sama sesuai dengan titik lokasi yang terdekat dengan data primer yang diambil di
lokasi. Apabila hasil analisis tidak jauh dari hasil penelitian terdahulu, maka hasil
analisis tersebut tervalidasi.
III-5
analisis didapatkan nilai Liquefaction Potential Index yang dapat sesuaikan
dengan rentan nilai 0 < LPI ≤ 5, maka tingkat kerusakan akibat likuifaksi adalah
rendah, ketika rentan nilainya 5 < LPI ≤ 15, maka tingkat kerusakan tersebut
tinggi; dan sangat tinggi ketika rentan nilainya adalah > 15.
III-6
Mulai
Studi Pustaka
Validasi
Ya
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
III-7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV-1
Hasil pengukuran mikrotremor kemudian diolah dengan beberapa tahapan
menggunakan metode Horizontal to Vertical Spectrum Ratio (HVSR) seperti yang
dijelaskan dalam BAB III. Proses tersebut menghasilkan kurva HVSR yang terdiri
dari nilai frekuensi dominan (f0) dan amplifikasi (A) seperti yang ditunjukkan
Gambar 4.2.
Amplitudo (A)
Pada Gambar 4.2 dapat kita lihat bahwa sumbu horizontal merupakan nilai
frekuensi dominan (f0) dan sumbu vertikal merupakan amplifikasi (A). Garis tebal
hitam merupakan kurva H/V. Keberagaman nilai frekuensi dominan (f0) dan
amplifikasi (A) bergantung pada jenis dan karakteristik tanah pada titik
pengukuran. Nilai amplifikasi (A) menjelaskan adanya kontras impedansi antara
lapisan permukaan terhadap lapisan yang berada di bawahnya atau dengan kata
lain faktor amplifikasi (A) merupakan suatu parameter yang memberikan
informasi mengenai struktur internal lapisan sedimen yang lunak. Sifat fisis dan
karakteristik tanah secara spesifik pada titik pengukuran dapat diketahui dari
parameter kecepatan gelombang geser (Vs) yang diperoleh dari pemodelan bawah
permukaan menggunakan metode inversi kurva HVSR. Nilai frekuensi dominan
(f0) dan amplifikasi (A) pada 39 titik penelitian di Kecamatan Selebar dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
IV-2
Tabel 4.1 Nilai A dan f₀ pada Penelitian
Koordinat
Titik Penelitian A f0
Lintang(°) Bujur (°)
M1 -3,850 102,348 2,785 4,291
M2 -3,837 102,322 4,225 6,948
M3 -3,880 102,353 2,473 2,473
M42 -3,881 102,345 2,675 5,614
M47 -3,845 102,351 5,718 11,499
M49 -3,848 102,357 2,197 6,143
M52 -3,850 102,358 3,423 6,336
M55 -3,848 102,316 3,558 5,231
M56 -3,841 102,321 4,050 7,389
M57 -3,843 102,325 3,871 7,045
M58 -3,848 102,330 2,181 11,497
M59 -3,853 102,335 1,822 16,272
M60 -3,861 102,347 2,631 8,060
M84 -3,837 102,325 2,685 7,201
M85 -3,829 102,332 2,178 6,810
M86 -3,842 102,347 3,340 3,344
M87 -3,858 102,329 2,647 0,798
M88 -3,843 102,337 4,439 7,676
M89 -3,856 102,349 4,281 2,940
M90 -3,871 102,363 3,050 6,602
M91 -3,874 102,351 2,373 3,757
M92 -3,873 102,333 2,544 1,054
M111 -3,857 102,317 2,001 2,941
M114 -3,861 102,316 2,971 1,479
M117 -3,849 102,340 2,395 1,989
M142 -3,845 102,321 2,245 5,069
M146 -3,825 102,336 4,690 5,567
M147 -3,831 102,331 4,000 8,979
M154 -3,827 102,332 2,506 6,638
M155 -3,860 102,339 3,045 4,816
M156 -3,877 102,355 2,619 4,495
M157 -3,874 102,338 2,889 1,723
M175 -3,871 102,326 3,102 6,548
M187 -3,881 102,336 2,883 5,813
M200 -3,844 102,311 3,982 5,640
SL1 -3,829 102,351 1,855 4,976
SL2 -3,856 102,359 4019 14,619
SL3 -3,815 102,336 2,069 2,746
SL4 -3,828 102,320 4,919 6,349
IV-3
Tabel 4.2 Nilai Rentang Model Awal untuk Inversi Data SL 2
Ketebalan Poisson’s
Jenis Tanah Vp (m/s) Vs (m/s) ρ (kg/m3)
(m) Ratio (v)
Tabel 4.2 merupakan salah satu model awal yang digunakan untuk inversi
kurva HVSR di titik pengukuran Mikrotremor Titik SL2. Model terdiri dari lima
parameter untuk setiap lapisan, yaitu rentang ketebalan lapisan (thickness),
kecepatan gelombang tekan (Vp), kecepatan gelombang geser (Vs), densitas (ρ),
serta rasio Poisson (v). Setiap lapisan memiliki model masing-masing (termasuk
half space). Lapisan half space adalah sebuah model matematis yang hanya
memiliki satu nilai batas (nilai kedalaman dari bagian atas model). Model ini
dianggap memiliki kedalaman tak hingga dan bersifat homogeny isotropic.
IV-4
permukaan (ground profiles) yang terdiri dari nilai parameter-parameter setiap
lapisan (layer) seperti ketebalan (thickness), kecepatan gelombang tekan (Vp),
kecepatan gelombang geser (Vs), serta densitas (density).
Best model hasil inversi kemudian dianalisis lebih lanjut dengan bantuan
Microsoft Office Excel untuk mendapatkan nilai rata-rata bobot kecepatan
gelombang geser hingga kedalaman 30 m (Vs30) dan di klasifikasikan kelas situs
tanahnya. Parameter yang digunakan untuk perhitungan Vs30 dari best model
adalah nilai Vs perkedalaman. Salah satu contoh pengolahan untuk mendapatkan
Vs30 ditunjukkan oleh Tabel 4.4. Setelah didapatkan nilai Vs30 dari best model, titik
penelitian diklasifiksikan berdasarkan klasifikasi zona kelas situs tanah National
Earthquake Hazard Reduction Program (NEHRP),
IV-5
Tabel 4.4 Nilai Vs30 pada Titik SL2
Ketebalan Vs Kelas
Lapisan Jenis Tanah di/vi
(m) (m/s) Situs
1 Pasir 0,101 264,112 0,000
2 Pasir 3,103 314,250 0,010
3 Pasir 9,513 392,419 0,024
C
4 Pasir 19,021 430,264 0,044
Total 0,079
Vs30 381,155
4.2 Pembahasan
4.2.1 Frekuensi Dominan (f0) dan Amplifikasi (A)
Nilai frekuensi dominan (f0) dan amplifikasi (A) di daerah penelitian secara
umum bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan nilai frekuensi
dominan (f0) dan amplifikasi (A) yang signifikan meskipun pada jarak stasiun
yang berdekatan. Sifat fisik setiap jenis formasi batuan geologi di Kota Bengkulu
berbeda-beda, ini disebabkan karena setiap jenis formasi batuan geologi memiliki
komposisi bahan yang berbeda sehingga mempengaruhi jumlah faktor amplifikasi
(A0) saat mengalami getaran tanah.
Nilai frekuensi dominan (f0) merupakan cerminan dari kondisi fisik tanah
yaitu tebal atau tipisnya lapisan sedimen suatu daerah. Hubungan frekuensi
dominan (f0) dan ketebalan lapisan sedimen juga dinyatakan oleh Nakamura
(2008) bahwa frekuensi dominan (f0) berbanding terbalik dengan ketebalan
lapisan sedimen, sehingga frekuensi dominan (f0) yang rendah menggambarkan
suatu daerah dengan sedimen yang tebal sedangkan nilai frekuensi dominan yang
tinggi menggambarkan daerah tersebut memiliki ketebalan lapisan sedimen yang
tipis.
Selain frekuensi dominan (f0), didapat juga nilai amplifikasi (A) dari
pengolahan kurva HVSR. Nilai amplifikasi (A) berbanding terbalik dengan
kecepatan gelombang geser, semakin kecil kecepatan gelombang maka nilai
amplifikasi (A) tanah semakin besar (Nakamura, 2008). Kecepatan gelombang
dipengaruhi oleh kepadatan batuan daerah tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai frekuensi dominan (f0) di
Kecamatan Selebar Kota Bengkulu dengan nilai frekuensi dominan (f0) terkecil
yaitu 0,798 Hz yang terdapat pada Titik M87, dan nilai terbesar 16,272 Hz
terdapat pada Titik M59. Dari beberapa frekuensi dominan (f0) tersebut kita dapat
IV-6
menyimpulkan bahwan Titik M87 memiliki potensi kerusakan yang lebih parah
dibandingkan dengan titik lainnya. Namu,Distribusi nilai frekuensi dominan (f0)
di Kecamatan Selebar Kota Bengkulu dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa daerah Kecamatan Selebar Kota Bengkulu
memiliki sebaran nilai frekuensi dominan (f0) yang beragam. Pada peta sebaran
nilai frekuensi dominan (f0) cenderung besar dengan nilai f0 > 3. Hal ini
disebabkan oleh kondisi geologi dan daerah penelitian yang berada pada dataran
tinggi yang memiliki lapisan tanah yang cenderung padat sehingga menyebabkan
jarak permukaan tanah dengan lapisan tanah keras cukup dangkal. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mase dkk. (2020) dijelaskan bahwa pada daerah
penelitian di Kecamatan selebar memiliki lapisan tanah lempung dan pasir dengan
gradasi baik sehingga daerah ini memiliki tingkat kepadatan yang cukup baik.
Nilai amplifikasi (A) berhubungan dengan tingkat kepadatan batuan,
berkurangnya tingkat kepadatan batuan akan meningkatkan nilai faktor amplitudo
(A) atau dengan kata lain faktor amplifikasi (A) merupakan suatu parameter yang
memberikan informasi mengenai struktur internal lapisan sedimen yang lunak.
Hal ini menyebabkan daerah yang memiliki nilai amplifikasi (A) yang tinggi
rentan mengalami kerusakan saat terjadi gempa bumi.
Pada Kecamatan Selebar Kota Bengkulu nilai faktor amplifikasi (A)
bervariasi dengan nilai terkecil sebesar 1,822 yang terdapat pada Titik M59 dan
nilai terbesar 5,718 yang terdapat pada Titik M47. Distribusi nilai amplifikasi (A)
di Kecamatan Selebar Kota Bengkulu dapat dilihat pada Gambar 4.5. Peta sebaran
nilai A0 menunjukkan bahwa daerah Kecamatan Selebar Kota Bengkulu juga
memiliki sebaran nilai amplifikasi (A) yang beragam.
Pada Gambar 4.5 menunjukkan bahwa daerah Kecamatan Selebar Kota
Bengkulu memiliki sebaran nilai amplifikasi (A) yang beragam dengan nilai A >
2. Sama halnya dengan nilai frekuensi dominan (f0) nilai amplifikasi (A) pada
daerah penelitian dipengaruhi oleh kondisi geologis lokasi penelitian.
Berdasarkan peta sebaran nilai amplifikasi (A) dan nilai frekuensi dominan
(f0) di Kecamatan Selebar, yang dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5,
keduanya memiliki hubungan yang tidak saling berkaitan dan dapat dikatakan
saling independen. Saat nilai frekuensi dominan (f0) rendah, nilai amplitudo (A)
IV-7
ada yang rendah dan ada yang tinggi begitu juga sebaliknya. Ketidak saling
terkaitan kedua parameter ini dapat disebabkan oleh nilai ketebalan sedimen yang
tidak terlalu berpengaruh pada nilai amplifikasi (A). Ketidak terkaitan kedua
parameter ini dapat disebabkan oleh komposisi bahan penyusun yang berbeda,
seperti ketebalan lapisan sedimen yang berbeda meskipun berada pada suatu
wilayah yang sama.
IV-8
Gambar 4.4 Peta Sebaran Nilai Frekuensi ominan (f0)
IV-9
Gambar 4.5 Peta Sebaran Nilai Amplifikasi (A)
IV-10
. Kondisi geologis seperti ini rentan terhadap guncangan gempa bumi dan
dapat menyebabkan bencana ikutan seperti likuifaksi.
Titik M155
Ketebalan Vs Kelas
Lapisan Jenis Tanah di/vi
(m) (m/s) Situs
1 Pasir 0,392 260,232 0,002
2 Lempung 2,506 336,083 0,007
3 Pasir 12,780 356,731 0,036
4 Batuan 0,803 534,974 0,002
C
5 Batuan 11,496 749,657 0,015
6 Batuan 2,023 760,775 0,003
Total 0,064
Vs30 466,681
Titik M56
Ketebalan Vs Site
Lapisan Jenis Tanah di/vi
(m) (m/s) Class
1 Pasir 5,728 190,000 0,030
2 Pasir 11,848 322,737 0,037
3 Pasir 8,331 340,460 0,024
D
4 Pasir 4,093 376,530 0,011
Total 0,102
Vs30 293,543
IV-11
Titik M142
Ketebalan Vs Kelas
Lapisan Jenis Tanah di/vi
(m) (m/s) Situs
Layer 1 Pasir 14,834 375,136 0,040
Layer 2 Pasir 2,225 409,525 0,005
Layer 3 Pasir 2,457 502,753 0,005
C
Layer 4 Batuan 10,484 572,576 0,018
Total 0,068
Vs30 440,056
IV-12
4.2.4 Perhitungan Percepatan Tanah Maksimum (PGA)
Percepatan tanah maksimum dapat mempengaruhi besar potensi likuifaksi,
dimana semakin besar nilai percepatan tanah maksimum akibat semakin besarnya
intensitas gempa dan semakin lama durasi gempa, maka potensi terjadi likuifaksi
akan semakin meningkat (Day, 2002). Estimasi percepatan tanah maksimum bisa
dilakukan dengan perhitungan secara empiris. Kanai dan Tanaka (1961) telah
memformulasikan sebuah rumus empiris percepatan getaran tanah pada
permukaan. Menurut hasil penelitian, nilai percepatan tanah maksimum pada titik-
titik penelitian di area Kecamatan Selebar Kota Bengkulu berkisar antara 0,26g –
1,16g. Nilai estimasi percepatan tanah maksimum dihitung menggunakan
kekuatan gempa bumi terbesar di Bengkulu pada tahun 2007 sebesar 8,6 Mw. Nilai
percepatan tanah maksimum di Kecamatan Selebar Kota Bengkulu dapat dilihat
pada tabel berikut.
Nilai percepatan tanah pada Kecamatan Selebar Kota Bengkulu memiliki
nilai terbesar yaitu 1,16g yang berada di Titik M59 dan dengan nilai terkecil 0,26g
yang berada pada Titik M87. Setelah mendapatkan nilai percepatan tanah
maksimum pada Kecamatan Selebar maka nilai percepatan tanah maksimum yang
didapatkan diklasifikasikan menggunakan klasifikasi percepatan tanah maksimum
oleh Fathani dkk. (2008) yang mengklasifikasikan menjadi dua tingkat yaitu
untuk nilai PGA 0,2g - 0,3g dengan kategori tingkat potensi risiko tinggi dan PGA
> 0,3g dengan kategori tingkat potensi risiko sangat tinggi bahaya gempa bumi
dan setelah itu digambarkan ke dalam peta sebaran nilai percepatan maksimum
pada Gambar 4.8. Dapat dilihat dari Tabel 4.7 hampir semua nilai percepatan
tanah pada daerah penelitian masuk kedalam kategori risiko sangat tinggi.
Hal ini terjadi karena kondisi geologi daerah penelitian yang memiliki lapisan
tanah cenderung padat seperti yang sudah di bahas pada penelitian Mase dkk.
(2020) sehingga perambatan gelombang gempa yang terjadi di daerah setempat
tidak dapat direduksi dengan baik dan menghasilkan nilai percepatan tanah
maksimum pada permukaan tanah yang cukup besar. Lapisan batuan dasar yang
cukup dangkal juga memicu kurang baiknya proses peredaman gelombang gempa
dan dapat memicu besarnya nilai percepatan tanah maksimum.
IV-14
Tabel 4.7 Nilai Percepatan Tanah Maksimum Akibat Gempa bumi 2007
Koordinat
Titik Penelitian PGA(g)
Bujur (°) Lintang (°)
M1 -3,850 102,348 0,58
M2 -3,837 102,322 0,77
M3 -3,880 102,353 0,45
M42 -3,881 102,345 0,69
M47 -3,845 102,351 0,93
M49 -3,848 102,357 0,68
M52 -3,850 102,358 0,69
M55 -3,848 102,316 0,68
M56 -3,841 102,321 0,79
M57 -3,843 102,325 0,77
M58 -3,848 102,330 0,98
M59 -3,853 102,335 1,16
M60 -3,861 102,347 0,80
M84 -3,837 102,325 0,77
M85 -3,829 102,332 0,73
M86 -3,842 102,347 0,51
M87 -3,858 102,329 0,26
M88 -3,843 102,337 0,79
M89 -3,856 102,349 0,48
M90 -3,871 102,363 0,71
M91 -3,874 102,351 0,55
M92 -3,873 102,333 0,31
M111 -3,857 102,317 0,52
M114 -3,861 102,316 0,37
M117 -3,849 102,340 0,40
M142 -3,845 102,321 0,66
M146 -3,825 102,336 0,65
M147 -3,831 102,331 0,85
M154 -3,827 102,332 0,72
M155 -3,860 102,339 0,63
M156 -3,877 102,355 0,60
M157 -3,874 102,338 0,39
M175 -3,871 102,326 0,77
M187 -3,881 102,336 0,72
M200 -3,844 102,311 0,71
SL1 -3,829 102,351 0,59
SL2 -3,856 102,359 1,04
SL3 -3,815 102,336 0,45
SL4 -3,828 102,320 0,72
IV-15
tinggi di Kecamatan Selebar akibat gempa bumi 12 September 2007 berkekuatan
magnitudo 8,6 Mw yang mengakibatkan adanya potensi likuifaksi. Sesuai dengan
pernyataan Day (2002) bahwa likuifaksi dapat terjadi pada tanah pasir dengan
minimum magnitudo gempa sebesar 5 Mw dan minimum percepatan tanah
maksimum sebesar 0,10g.
Dataran Tinggi
Rupture
Lapisan Pasir
Lapisan Tanah Lempung
Permukaan Tanah
Titik Penelitian
Permukaan Laut Lapisan Batuan Dasar
Dataran Rendah
Hiposenter
IV-16
tebal lapisan yaitu pada kedalaman 0,050 meter dan Vs pada lapisan pertama
adalah 94,112 m/s kemudian akan di hitung berat jenis tanah jenuh air sebagai
berikut.
1. Percepatan Tanah Maksimum (αmax)
1
* 1 (1 ) log R 1 +
αmax 1 R R
√Tg
1
* 1x (1 ) log 1 1 1 +
αmax 1 1 1 1 1
√
= 1,04g
5. Tegangan Total
σv H sat (0, 050 m) (22,238 kN / m ) 1,121 kN / m
3 2
rd exp [ 1 1x
= 1,005
8. Terkoreksi N60
1
( )
s1 1
1 ( )
1
( )
1
= ( )
IV-17
= 389,860
= 35
9. Koreksi Tegangan Efektif (overburden) (Kσ)
Mencari Koefisien Cσ
1
σ
1 √ 1)
1
σ 0,3
18,9 – 2,5 √
= 0,262
σv
Kσ 1 σ ln ) 11
a
kN m2
Kσ 1 0,074 ln ( ≤ 1,1
100 kN m
= 2,330
= 1,1
10. Mencari nilai Faktor Skala Magnitudo (MSF)
w
S exp ( ) 1
1,0 x 264,112
2
1
CRR MSF 0,022 2,8 3
100 369,756 (1x 264,112
CRR = 0,503
IV-18
13. Mencari Faktor Aman (FS)
RR
S
SR
0,503
S
= 0,455
IV-19
Gambar 4.7 Peta Kelas Situs
IV-20
Gambar 4.8 Peta Sebaran Nilai Percepatan Tanah Maksimum (PGA)
IV-21
2. w(z) 10 0,5z
10 0,5 (0,050)
9,975
3. F w(z) (0,545) (9,975)
5,436
Faktor Aman
0 0,5 1 1,5
0
10
12
Kedalaman (m)
14
16
18
FS
20
fs 1
22
24
26
28
30
Gambar 4.9 Kondisi Pelapisan Tanah Berdasarkan Nilai FS pada Titik SL2
Hasil perhitungan nilai LPI perlapisan tanah dan LPI total pada Titik Uji
SL2 dapat dilihat pada Tabel 4.7. Perhitungan perlpisan tanah dan LPI pada titik
lain dapat dilihat pada lampiran. Gambar 4.10 adalah grafik yang menunjukkan
IV-22
nilai F.w(z) terhadap kedalamannya. Nilai LPI ditentukan dengan
mengintegralkan grafik fungsi tersebut, yaitu luas daerah yang diarsir. Integrasi
dilakukan dengan metode trapesium banyak pias, sehingga didapat nilai LPI =
78,274. Nilai LPI titik SL2 lebih dari 15, menunjukkan bahwa daerah tersebut
memiliki klasifikasi potensi sangat tinggi (very high) untuk terjadi likuifaksi dan
kerusakan yang terjadi cukup besar sehingga dapat menimbulkan manifestasi
likuifaksi sampai permukaan tanah.
F. w(z)
0 0,5 1 1,5 2 2,5
0
10
15
20
IV-23
perhitungan potensi likufaksi menggunakan metode LPI (Liquefaction Potential
Index).
IV-24
Tabel 4.9 Hasil Analisis Likuifaksi
Titik Koordinat
LPI Hasil Analisis
Penelitian Bujur (°) Lintang (°)
M1 -3,850 102,348 1,472 Rendah
M2 -3,837 102,322 58,415 Sangat Tinggi
M3 -3,880 102,353 19,011 Sangat Tinggi
M42 -3,881 102,345 34,662 Sangat Tinggi
M47 -3,845 102,351 13,868 Tinggi
M49 -3,848 102,357 26,495 Sangat Tinggi
M52 -3,850 102,358 19,383 Sangat Tinggi
M55 -3,848 102,316 52,051 Sangat Tinggi
M56 -3,841 102,321 56,583 Sangat Tinggi
M57 -3,843 102,325 39,626 Sangat Tinggi
M58 -3,848 102,330 20,960 Sangat Tinggi
M59 -3,853 102,335 53,552 Sangat Tinggi
M60 -3,861 102,347 6,639 Tinggi
M84 -3,837 102,325 23,208 Sangat Tinggi
M85 -3,829 102,332 0,862 Rendah
M86 -3,842 102,347 20,268 Sangat Tinggi
M87 -3,858 102,329 23,453 Sangat Tinggi
M88 -3,843 102,337 12,694 Rendah
M89 -3,856 102,349 7,713 Tinggi
M90 -3,871 102,363 0,000 Rendah
M91 -3,874 102,351 0,000 Rendah
M92 -3,873 102,333 10,040 Tinggi
M111 -3,857 102,317 12,296 Tinggi
M114 -3,861 102,316 19,177 Sangat Tinggi
M117 -3,849 102,340 0,146 Rendah
M142 -3,845 102,321 6,772 Tinggi
M146 -3,825 102,336 22,911 Sangat Tinggi
M147 -3,831 102,331 40,849 Sangat Tinggi
M154 -3,827 102,332 0,000 Rendah
M155 -3,860 102,339 4,781 Rendah
M156 -3,877 102,355 15,851 Sangat Tinggi
M157 -3,874 102,338 0,459 Rendah
M175 -3,871 102,326 45,909 Sangat Tinggi
M187 -3,881 102,336 4,020 Rendah
M200 -3,844 102,311 46,185 Sangat Tinggi
SL1 -3,829 102,351 61,697 Sangat Tinggi
SL2 -3,856 102,359 24,855 Sangat Tinggi
SL3 -3,815 102,336 20,368 Sangat Tinggi
SL4 -3,828 102,320 40,205 Sangat Tinggi
IV-25
Gambar 4.11 Peta Sebaran Nilai Potensi Likuifaksi
IV-26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis
kerentanan likuifaksi di daerah Kecamatan Selebar Kota Bengkulu dapat
disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan analilisis kerentanan likuifaksi, daerah penelitian hampir di
dominasi oleh likufaksi dengan risiko tinggi dan sangat tinggi dimana dengan
nilai Lpi tertinggi pada Titik SL2 sebesar 61,697. Selain dominasi oleh
likufaksi dengan risiko tinggi dan sangat tinggi pada Kecamatan Selebar juga
memiliki titik penellitian dengan risiko rendah dan nilai LPI 0 pada beberapa
titik seperti Titik M90 dan M91. Tingginya risiko likuifaksi pada lokasi
penelitian tidak sepenuhnya dapat dijadikan pedoman atas potensi likuifaksi
karena kondisi geologi dan daerah penelitian yang berada pada dataran tinggi
yang memiliki lapisan tanah yang cenderung padat, namun tidak menutup
kemungkinan potensi likuifaksi dapat terjadi likuifaksi di lapisan tanah
dengan kelas Situs C.
2. Daerah Kecamatan Selebar Kota Bengkulu terdiri dari kelas situs C dan D
sesuai dengan keadaan geologi pada Kecamatan Selebar. Kelas situs C
merupakan golongan tanah yang sangat padat dan batuan lunak yang
memiliki nilai Vs30 berkisar diantara 360-760 m/s beberapa titik penelitian
yang termasuk kelas situs C yaitu yaitu M84, M142, M155. Untuk kelas situs
D yang bersifat lepas hingga agak padat dan kemampuan meloloskan airnya
rendah hingga sedang berada di beberapa daerah dengan nilai Vs30 berkisar
diantara 180-360 m/s seperti pada Titik M56.
3. Berdasarkan peta mikrozonasi bahaya likuifaksi, daerah penelitian hampir di
dominasi oleh likufaksi dengan risiko tinggi dan sangat tinggi. Hal ini tidak
sepenuhnya dapat dijadikan pedoman atas potensi likuifaksi karena kondisi
geologi dan daerah penelitian yang berada pada dataran tinggi yang memiliki
lapisan tanah yang cenderung padat, namun tidak menutup kemungkinan
potensi likuifaksi dapat terjadi likuifaksi di lapisan tanah dengan kelas Situs
V-1
C. Pemetaan mikrozonasi Kerentanan likuifaksi di Kecamatan Selebar Kota
Bengkulu dapat dilihat pada Lampiran VII.
5.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Keakuratan inversi HVSR tergantung pada jarak titik mikrotremor dan titik
sondir, semakin dekat keduanya maka akan lebih datanya semakin akurat.
2. Analisis lebih dalam tentang potensi likufaksi pada kedalaman lebih dari 20
m dan analisis karakteristik tanah pada daerah dataran tinggi.
3. Pada setiap titik uji, perlu dilakukan pengambilan sampel dan pengujian
laboratorium untuk mengetahui karakteristik tanah pada titik uji sehingga
hasil analisis likuifaksi lebih akurat.
4. Pedoman data gempa yang dipakai adalah data gempa yang terbesar dan
paling dekat dengan waktu penelitian.
V-2
DAFTAR PUSTAKA
Titik M1
Titik M2
Titik M3
L-1
Titik M42
Titik M47
Titik M49
L-2
Titik M52
Titik M55
Titik M56
L-3
Titik M57
Titik M58
Titik M59
L-4
Titik M60
Titik M84
Titik M85
L-5
Titik M86
Titik M87
Titik M88
L-6
Titik M89
Titik M90
Titik M91
L-7
Titik M92
Titik M111
Titik M114
L-8
Titik M117
Titik M142
Titik M146
L-9
Titik M147
Titik M154
Titik M155
L-10
Titik M156
Titik M157
Titik M175
L-11
Titik M187
Titik M200
Titik SL1
L-12
Titik SL2
Titik SL3
Titik SL4
L-13
LAMPIRAN II. Penggunaan Data Cone Penetration Test (CPT) Untuk Data
Awal Inversi Data Mikrotremor
L-14
LAMPIRAN III. Data Sondir Cone Penetration Test (CPT)
Nama : CPT 15
Koordinat
Bujur : -3,837036 ˚
Lintang : 102,321725˚
S15
1 1 1
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
Kedalaman(m)
2 2 2
3 3 3
L-15
Nama : CPT 28
Koordinat
Bujur : -3,850192 ˚
Lintang : 102,349531˚
2
S-28 2 2
4 4 4
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
6 6 Kedalaman (m) 6
8 8 8
10 10 10
12 12 12
14 14 14
L-16
Nama : CPT 32
Koordinat
Bujur : -3,837036 ˚
Lintang : 102,321725˚
S32
2 2 2
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
4 4 4
6 6 6
8 8 8
10 10 10
L-17
Nama : CPT 35
Koordinat
Bujur : -3,879611 ˚
Lintang : 102,353472˚
S35
2 2
2
4 4
4
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
6 6
6
8
8 8
10
10 10
12
12 12
L-18
LAMPIRAN IV. Grafik Hasil Inversi Menggunakan HV-Inv
Titik M1
Titik M2
Titik M3
L-19
Titik M42
Titik M47
Titik M49
L-20
Titik M52
Titik M55
Titik M56
L-21
Titik M57
Titik M58
Titik M59
L-22
Titik M60
Titik M84
Titik M85
L-23
Titik M86
Titik M87
Titik M88
L-24
Titik M89
Titik M90
Titik M91
L-25
Titik M92
Titik M111
Titik M114
L-26
Titik M117
Titik M142
Titik M146
L-27
Titik M147
Titik M154
Titik M155
L-28
Titik M156
Titik M157
Titik M175
L-29
Titik M187
Titik M200
Titik SL1
L-30
Titik SL2
Titik SL3
Titik SL4
L-31
LAMPIRAN V. Hasil Perhitungan Vs30
Titik M1
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 0,838 147,526 0,006
2 1,690 352,728 0,005
3 7,582 463,295 0,016
4 17,595 524,120 0,034
C
5 0,530 586,983 0,001
6 1,764 827,927 0,002
Total 0,063
Vs30 472,853
Titik M2
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 0,156 172,050 0,001
2 10,693 306,361 0,035
3 1,299 478,371 0,003
4 2,150 724,174 0,003
C
5 4,619 832,273 0,006
6 11,084 875,651 0,013
Total 0,060
Vs30 502,507
Titik M3
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 3,097 351,113 0,009
2 13,796 519,166 0,027
3 2,913 521,346 0,006
C
4 10,193 545,555 0,019
Total 0,060
Vs30 502,789
L-32
Titik M42
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 7,944 328,263 0,024
2 8,128 461,864 0,018
3 2,143 664,301 0,003
4 7,921 817,965 0,010 C
5 3,865 856,128 0,005
Total 0,059
Vs30 506,577
Titik M47
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 4,745 248,836 0,019
2 1,192 366,023 0,003
3 0,366 487,545 0,001
4 3,107 591,744 0,005
5 14,025 778,517 0,018 C
6 1,962 792,015 0,002
7 4,603 850,525 0,005
Total 0,054
Vs30 553,198
Titik M49
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 2,932 230,742 0,013
2 4,224 328,602 0,013
3 4,225 440,689 0,010
4 10,584 502,736 0,021
C
5 6,577 550,980 0,012
6 1,457 555,556 0,003
Total 0,071
Vs30 423,943
L-33
Titik M52
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 3,683 207,916 0,018
2 0,753 313,623 0,002
3 1,333 324,690 0,004
4 4,175 382,132 0,011
C
5 6,398 393,164 0,016
6 13,658 717,293 0,019
Total 0,070
Vs30 425,771
Titik M55
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 9,844 221,089 0,045
2 3,865 303,033 0,013
3 0,760 394,959 0,002
4 7,500 571,578 0,013
D
5 3,027 686,112 0,004
6 5,003 726,739 0,007
Total 0,084
Vs30 358,752
Titik M56
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 5,728 190,000 0,030
2 11,848 322,737 0,037
3 8,331 340,460 0,024
D
4 4,093 376,530 0,011
Total 0,102
Vs30 293,543
L-34
Titik M57
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 9,882 284,770 0,035
2 0,720 474,468 0,002
3 16,268 571,684 0,028
C
4 3,130 644,893 0,005
Total 0,070
Vs30 431,479
Titik M58
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 3,961 235,401 0,017
2 0,716 362,117 0,002
3 14,219 468,645 0,030
4 3,640 547,496 0,007
C
5 4,753 355,915 0,013
6 2,712 498,221 0,005
Total 0,075
Vs30 402,211
Titik M59
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 0,163 140,113 0,001
2 0,284 253,122 0,001
3 8,447 469,457 0,018
4 9,716 542,916 0,018
C
5 6,104 573,381 0,011
6 5,285 603,135 0,009
Total 0,058
Vs30 520,975
L-35
Titik M60
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 0,687 291,174 0,002
2 6,289 365,941 0,017
3 1,788 497,153 0,004
4 1,735 574,655 0,003
5 7,021 645,285 0,011 C
6 2,342 652,092 0,004
7 10,137 951,254 0,011
Total 0,051
Vs30 584,892
Titik M84
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 0,785 218,638 0,004
2 14,462 491,881 0,029
3 0,411 525,296 0,001
4 1,410 670,654 0,002
C
5 8,158 837,528 0,010
6 4,774 873,692 0,005
Total 0,051
Vs30 587,287
Titik M85
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 5,809 347,177 0,017
2 0,636 449,784 0,001
3 6,689 595,047 0,011
4 3,342 661,446 0,005 C
5 13,524 696,311 0,019
Total 0,054
Vs30 556,979
L-36
Titik M86
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 9,888 275,186 0,036
2 2,834 351,189 0,008
3 1,874 496,112 0,004
4 7,111 546,989 0,013
C
5 8,027 578,604 0,014
6 0,266 751,509 0,000
Total 0,075
Vs30 399,967
Titik M87
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 6,977 237,123 0,029
2 12,443 393,575 0,032
3 10,580 422,158 0,025 D
Total 0,086
Vs30 348,433
Titik M88
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 6,076 268,061 0,023
2 2,628 280,588 0,009
3 0,223 582,308 0,000
4 19,087 779,452 0,024 C
5 1,987 783,834 0,003
Total 0,059
Vs30 504,744
L-37
Titik M89
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 12,918 354,905 0,036
2 10,108 427,274 0,024
3 2,305 502,561 0,005
4 1,762 639,799 0,003 C
5 2,906 852,145 0,003
Total 0,071
Vs30 423,681
Titik M90
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 7,922 375,890 0,021
2 10,227 562,032 0,018
3 11,851 893,936 0,013 C
Total 0,053
Vs30 571,118
Titik M91
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 7,052 458,730 0,015
2 10,142 585,175 0,017
3 6,603 400,589 0,016
C
4 6,203 672,746 0,009
Total 0,058
Vs30 513,624
L-38
Titik M92
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 5,704 318,940 0,018
2 13,103 332,516 0,039
3 3,701 342,433 0,011
D
4 7,492 361,233 0,021
Total 0,089
Vs30 337,694
Titik M111
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 14,382 301,527 0,048
2 10,671 359,879 0,030
3 4,947 565,321 0,009 D
Total 0,086
Vs30 348,435
Titik M114
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 14,161 311,637 0,045
2 11,083 352,259 0,031
3 4,756 399,222 0,012 D
Total 0,089
Vs30 337,774
L-39
Titik M117
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 0,186 270,164 0,001
2 7,477 378,649 0,020
3 2,446 398,429 0,006
4 7,787 513,707 0,015
C
5 9,522 545,381 0,017
6 2,583 573,821 0,005
Total 0,064
Vs30 471,021
Titik M142
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 14,834 375,136 0,040
2 2,225 409,525 0,005
3 2,457 502,753 0,005
C
4 10,484 572,576 0,018
Total 0,068
Vs30 440,056
Titik M146
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 12,020 276,303 0,044
2 5,879 498,238 0,012
3 0,851 585,928 0,001
4 2,110 651,178 0,003 C
5 9,139 666,079 0,014
Total 0,074
Vs30 406,959
L-40
Titik M147
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 6,505 237,605 0,027
2 19,269 478,013 0,040
3 4,226 482,446 0,009 C
Total 0,076
Vs30 392,430
Titik M154
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 1,418 337,007 0,004
2 7,780 436,516 0,018
3 5,426 467,089 0,012
4 2,325 666,962 0,003 C
5 13,051 702,212 0,019
Total 0,056
Vs30 538,414
Titik M155
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 0,392 260,232 0,002
2 2,506 336,083 0,007
3 12,780 356,731 0,036
4 0,803 534,974 0,002
C
5 11,496 749,657 0,015
6 2,023 760,775 0,003
Total 0,064
Vs30 466,681
L-41
Titik M156
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 11,941 363,674 0,033
2 3,198 429,279 0,007
3 9,153 539,796 0,017
C
4 5,709 811,899 0,007
Total 0,064
Vs30 466,781
Titik M157
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 11,016 483,956 0,023
2 14,590 492,378 0,030
3 4,394 562,986 0,008 C
Total 0,060
Vs30 498,348
Titik M175
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 3,585 195,425 0,018
2 6,562 235,784 0,028
3 1,180 435,112 0,003
D
4 18,673 537,162 0,035
Total 0,084
Vs30 358,634
L-42
Titik M187
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 7,010 374,491 0,019
2 3,008 445,835 0,007
3 5,092 396,382 0,013
4 14,372 818,919 0,018 C
5 0,518 743,684 0,017
Total 0,073
Vs30 409,413
Titik M200
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 5,463 213,652 0,026
2 5,785 273,598 0,021
3 2,317 394,477 0,006
4 8,259 458,795 0,018 D
5 8,176 575,203 0,014
Total 0,085
Vs30 353,756
Titik SL1
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 0,119 92,683 0,001
2 3,103 160,302 0,019
3 7,988 192,283 0,042
D
4 19,168 200,021 0,096
Total 0,158
Vs30 189,857
L-43
Titik SL2
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 0,101 264,112 0,000
2 3,103 314,250 0,010
3 9,513 392,419 0,024
C
4 19,021 430,264 0,044
Total 0,079
Vs30 381,173
Titik SL3
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 2,950 270,223 0,011
2 3,533 343,364 0,010
3 9,277 389,802 0,024
D
4 17,581 470,148 0,037
Total 0,082
Vs30 364,070
Titik SL4
Kelas
Lapisan Ketebalan (m) Vs (m/s) di/vi
Situs
1 7,791 201,589 0,04
2 5,518 290,328 0,02
3 1,410 251,019 0,01
4 9,985 271,209 0,04 C
5 15,133 281,702 0,05
Total 0,06
Vs30 520,34
L-44
LAMPIRAN VI. Estimasi Pelapisan Tanah Berdasarkan Mayne (2001)
Titik M1
Vs (m/s)
0 500 1000
0,0
Vs
2,0
Vs30
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
14,0
16,0
18,0
20,0
22,0
24,0
26,0
28,0
30,0
L-45
Titik M2
Vs (m/s)
0 500 1000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-46
Titik M3
Vs (m/s)
0 200 400 600
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-47
Titik M42
Vs (m/s)
0 500 1000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-48
Titik M47
Vs (m/s)
0.000 0.500 1.000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-49
Titik M49
Vs (m/s)
0 200 400 600
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-50
Titik M52
Vs (m/s)
0 200 400 600 800
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-51
Titik M55
Vs (m/s)
0 200 400 600 800
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-52
Titik M56
Vs (m/s)
0 100 200 300 400
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-53
Titik M57
Vs (m/s)
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-54
Titik M58
Vs (m/s)
0 500 1000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-55
Titik M59
Vs (m/s)
0 200 400 600 800
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-56
Titik M59
Vs (m/s)
0 200 400 600 800
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-57
Titik M60
Vs (m/s)
0 500 1000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-58
Titik M84
Vs (m/s)
0 500 1.000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-59
Titik M85
Vs (m/s)
0 200 400 600 800
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-60
Titik M86
Vs (m/s)
0 500 1000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-61
Titik M87
Vs (m/s)
0 200 400 600
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-62
Titik M88
Vs (m/s)
0 500 1000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-63
Titik M89
Vs (m/s)
0 500 1000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-64
Titik M90
Vs (m/s)
0 500 1000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-65
Titik M91
Vs (m/s)
0 500 1000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-66
Titik M92
Vs (m/s)
300 320 340 360 380
0
2 Vs
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-67
Titik M111
Vs (m/s)
0 200 400 600 800
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-68
Titik M114
Vs (m/s)
0 200 400 600
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-69
Titik M117
Vs (m/s)
0 500 1000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-70
Titik M142
Vs (m/s)
0 500 1000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-71
Titik M146
Vs (m/s)
0 500 1000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-72
Titik M147
Vs (m/s)
0 200 400 600
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-73
Titik M154
Vs (m/s)
0 200 400 600 800
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-74
Titik M155
Vs (m/s)
0 500 1000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-75
Titik M156
Vs (m/s)
0 500 1000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-76
Titik M157
Vs (m/s)
0.450 0.500 0.550 0.600
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-77
Titik M175
Vs (m/s)
0.000 0.200 0.400 0.600
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-78
Titik M187
Vs (m/s)
0 500 1000
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-79
Titik M200
Vs (m/s)
0 200 400 600 800
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-80
Titik SL1
Vs (m/s)
0.000 0.100 0.200 0.300
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-81
Titik SL2
Vs (m/s)
0 200 400 600
0
Vs
2
Vs30
4
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-82
Titik SL3
Vs (m/s)
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-83
Titik SL4
Vs (m/s)
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
L-84
LAMPIRAN VI. Hasil Analisis LPI Pelapisan Tanah
Titik M1
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 0,419 0,856 0,144 9,791 0,295
1,410
Lempung 1,683 1,202 0,000 9,159 0,891
0,000
Lempung 6,319 1,415 0,000 6,841 0,000
0,000
Lempung 18,908 0,924 0,076 0,546 0,263
0,042
Lempung 20,000 0,969 0,031 0,000 0,023
0,000
LPI TOTAL 1,472
Titik M2
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Lempung 0,078 0,008 0,992 9,961 0,385
9,879
Pasir 5,503 0,372 0,628 7,249 39,138
4,551
Pasir 11,499 0,680 0,320 4,251 17,719
1,360
Pasir 13,223 1,255 0,000 3,389 1,172
0,000
Batuan 16,608 1,432 0,000 1,696 0,000
0,000
Batuan 20,000 1,276 0,000 -2,230 0,000
0,000
LPI TOTAL 58,415
Titik M3
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 1,549 0,769 0,231 9,226 2,127 1,647
Pasir 9,995 0,841 0,159 5,003 0,797 12,346
Pasir 18,350 0,591 0,409 0,825 0,338 4,739
Pasir 20,000 0,559 0,441 0,000 0,000 0,279
LPI TOTAL 18,732
L-85
Titik M42
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 3,972 0,504 0,496 8,014 3,972 7,888
Pasir 12,008 0,591 0,409 3,996 1,633 22,520
Pasir 17,143 0,989 0,011 1,428 0,015 4,232
Batuan 20,000 1,200 0,000 0,000 0,000 0,022
LPI TOTAL 34,662
Titik M47
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 2,372 0,479 0,521 8,814 4,590 5,445
Pasir 5,341 0,883 0,117 7,330 0,860 8,088
Lempung 6,120 1,478 0,000 6,940 0,000 0,335
Batuan 7,856 1,891 0,000 6,072 0,000 0,000
Batuan 16,422 2,021 0,000 1,789 0,000 0,000
Batuan 20,000 1,845 0,000 0,165 0,000 0,000
LPI TOTAL 13,868
Titik M49
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 1,466 0,358 0,642 9,267 5,952 4,363
Pasir 5,045 0,670 0,330 7,478 2,464 15,058
Pasir 9,269 0,872 0,000 5,365 0,000 5,205
Pasir 16,674 0,791 0,209 1,663 0,348 1,290
Pasir 20,000 0,715 0,285 0,000 0,000 0,579
LPI TOTAL 26,495
L-86
Titik M52
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 1,842 0,369 0,631 9,079 5,725 5,271
Lempung 4,060 0,827 0,173 7,970 1,375 7,874
Lempung 5,103 0,871 0,129 7,449 0,958 0,000
Pasir 7,856 0,906 0,094 6,072 0,571 0,000
Pasir 13,143 0,693 0,307 3,428 1,051 2,779
Batuan 19,723 1,788 0,000 0,138 0,000 3,604
LPI TOTAL 19,528
Titik M55
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 4,922 0,193 0,807 7,539 6,087 14,981
Pasir 11,777 0,365 0,635 4,112 2,612 29,815
Pasir 14,089 0,556 0,444 2,955 1,312 4,537
Pasir 18,219 0,996 0,004 0,890 0,004 2,709
Batuan 20,000 1,250 0,000 0,000 0,000 0,000
LPI TOTAL 52,043
Titik M56
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 2,864 0,200 0,800 8,568 6,854 9,816
Pasir 11,652 0,534 0,466 4,174 1,943 38,656
Pasir 20,000 0,421 0,579 0,000 0,000 8,111
LPI TOTAL 56,583
L-87
Titik M57
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 4,941 0,348 0,652 7,530 4,910 12,130
Pasir 10,242 0,759 0,241 4,879 1,175 16,129
Pasir 18,736 0,760 0,240 0,632 0,152 5,635
Pasir 20,000 0,749 0,251 0,000 0,000 5,733
LPI TOTAL 39,626
Titik M58
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 1,980 0,364 0,636 9,010 5,727 5,671
Pasir 4,319 0,943 0,057 7,841 0,450 7,222
Pasir 11,786 0,813 0,187 4,107 0,766 4,540
Lempung 20,000 0,803 0,197 0,000 0,000 3,528
LPI TOTAL 20,960
Titik M59
Kedalaman LPI
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z)
(m) Perlapisan
Pasir 0,081 0,359 0,641 9,959 6,386 0,260
Pasir 0,305 0,464 0,536 9,847 5,279 1,304
Lempung 4,671 1,232 0,000 7,665 0,000 0,000
Lempung 13,752 0,875 0,125 3,124 0,391 0,000
Lempung 20,000 0,761 0,239 0,000 0,000 0,000
LPI TOTAL 1,564
L-88
Titik M60
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 0,344 0,716 0,284 9,828 2,787 0,479
Pasir 3,832 0,986 0,014 8,084 0,110 5,052
Batuan 7,871 1,338 0,000 6,065 0,000 0,221
Batuan 9,632 1,487 0,000 5,184 0,000 0,000
Batuan 14,011 1,477 0,000 2,995 0,000 0,000
Batuan 18,005 1,301 0,000 0,998 0,000 0,000
Batuan 20,021 2,513 0,000 0,000 0,000 0,886
LPI TOTAL 6,639
Titik M84
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 0,393 0,409 0,591 9,804 5,790 1,137
Lempung 8,016 1,523 0,000 5,992 0,000 22,072
Batuan 15,453 1,155 0,000 2,274 0,000 0,000
Batuan 16,363 1,821 0,000 1,818 0,000 0,000
Batuan 20,000 2,454 0,000 0,000 0,000 0,000
LPI TOTAL 23,208
Titik M85
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 2,905 0,967 0,033 8,548 0,281 0,409
Lempung 6,127 1,226 0,000 6,937 0,000 0,454
Batuan 9,789 1,588 0,000 5,105 0,000 0,000
Batuan 14,805 1,512 0,000 2,598 0,000 0,000
Batuan 20,000 1,292 0,000 0,000 0,000 0,000
LPI TOTAL 0,862
L-89
Titik M86
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 4,944 0,674 0,326 7,528 2,454 6,067
Pasir 11,305 0,831 0,169 4,348 0,735 10,142
Batuan 13,659 1,476 0,000 3,171 0,000 0,865
Batuan 20,000 1,421 0,000 0,000 0,000 3,194
LPI TOTAL 20,268
Titik M87
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 3,488 0,561 0,439 8,256 3,624 6,321
Pasir 13,198 0,950 0,050 3,401 0,170 18,421
Pasir 20,000 0,768 0,232 0,000 0,000 0,578
LPI TOTAL 25,320
Titik M88
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 6,459 0,834 0,166 6,770 1,126 3,636
Pasir 17,972 0,713 0,287 1,014 0,291 8,155
Lempung 20,000 0,853 0,147 0,000 0,000 0,295
LPI TOTAL 12,086
Titik M89
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 6,459 0,906 0,094 6,770 0,634 2,047
Pasir 17,972 0,775 0,225 1,014 0,228 4,959
Batuan 20,000 2,309 0,000 0,000 0,000 0,231
LPI TOTAL 7,237
L-90
Titik M90
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Lempung 3,961 1,320 0,000 8,020 0,000 0,000
Batuan 13,035 1,596 0,000 3,482 0,000 0,000
Pasir 20,000 0,734 0,266 0,000 0,000 0,000
LPI TOTAL 0,000
Titik M91
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Batuan 3,526 2,268 0,000 8,237 0,000 0,000
Batuan 12,123 1,907 0,000 3,939 0,000 0,000
Batuan 20,000 2,372 0,000 0,000 0,000 0,000
LPI TOTAL 0,000
Titik M92
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Lempung 2,852 1,273 0,000 8,574 0,000 0,000
Pasir 12,255 0,698 0,302 3,872 1,171 5,505
Pasir 20,000 0,944 0,056 0,000 0,000 4,534
LPI TOTAL 10,040
Titik M111
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 7,191 0,809 0,191 6,405 1,224 4,401
Pasir 19,717 0,748 0,252 0,141 0,036 7,890
Batuan 20,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,005
LPI TOTAL 12,296
L-91
Titik M114
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 7,081 0,705 0,295 6,460 1,904 6,742
Pasir 19,703 0,568 0,432 0,149 0,064 12,425
Pasir 20,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,010
LPI TOTAL 19,177
Titik M117
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 0,093 0,993 0,007 9,954 0,074 0,003
Batuan 3,925 1,682 0,000 8,038 0,000 0,142
Batuan 8,886 1,217 0,000 5,557 0,000 0,000
Batuan 14,002 1,526 0,000 2,999 0,000 0,000
Batuan 20,000 1,325 0,000 0,000 0,000 0,000
LPI TOTAL 0,146
Titik M142
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 7,417 0,921 0,079 6,292 0,496 1,841
Pasir 15,946 0,745 0,255 2,027 0,518 4,325
Pasir 18,287 1,040 0,000 0,856 0,000 0,606
Batuan 20,000 1,106 0,000 0,000 0,000 0,000
LPI TOTAL 6,772
Titik M146
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 6,010 0,562 0,438 6,995 3,063 9,204
Batuan 14,960 1,311 0,000 2,520 0,000 13,706
Batuan 18,325 1,611 0,000 0,838 0,000 0,000
Batuan 19,806 1,903 0,000 0,097 0,000 0,000
Batuan 27,123 1,706 0,000 -3,562 0,000 0,000
LPI TOTAL 22,911
L-92
Titik M147
Kedalaman
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z) LPI Perlapisan
(m)
Pasir 3,252 0,424 0,576 8,374 4,826 7,848
Pasir 16,139 0,882 0,118 1,930 0,227 32,562
Pasir 20,000 0,984 0,016 0,000 0,000 0,439
LPI TOTAL 40,849
Titik M154
Kedalaman LPI
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z)
(m) Perlapisan
Lempung 0,709 1,106 0,000 9,645 0,000 0,000
Lempung 5,308 2,037 0,000 7,346 0,000 0,000
Lempung 11,911 1,130 0,000 4,044 0,000 0,000
Batuan 15,787 1,647 0,000 2,107 0,000 0,000
Batuan 20,000 1,408 0,000 0,000 0,000 0,000
LPI TOTAL 0,000
Titik M155
Kedalaman LPI
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z)
(m) Perlapisan
Pasir 0,196 0,840 0,160 9,902 1,588 0,156
Lempung 1,645 1,571 0,000 9,177 0,000 1,151
Pasir 9,288 0,910 0,481 5,356 2,579 1,840
Batuan 16,080 1,475 0,000 1,960 0,000 1,635
Batuan 20,000 2,407 0,000 0,000 0,000 0,000
LPI TOTAL 4,781
Titik M156
Kedalaman LPI
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z)
(m) Perlapisan
Pasir 5,970 0,793 0,207 7,015 1,450 4,329
Pasir 13,540 0,730 0,270 3,230 0,873 8,794
Pasir 19,715 0,932 0,068 0,143 0,010 2,727
Batuan 20,000 1,803 0,000 0,000 0,000 0,001
LPI TOTAL 15,851
L-93
Titik M157
Kedalaman LPI
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z)
(m) Perlapisan
Lempung 5,508 1,773 0,000 7,246 0,000 0,000
Pasir 18,311 0,925 0,075 0,845 0,063 0,406
Pasir 20,000 1,456 0,000 0,000 0,000 0,054
LPI TOTAL 0,459
Titik M175
Kedalaman LPI
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z)
(m) Perlapisan
Pasir 1,793 0,206 0,794 9,104 7,229 6,479
Pasir 6,866 0,332 0,668 6,567 4,388 29,471
Pasir 10,737 0,952 0,048 4,631 0,223 8,925
Pasir 20,000 0,735 0,000 0,000 0,000 1,034
LPI TOTAL 45,909
Titik M187
Kedalaman LPI
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z)
(m) Perlapisan
Lempung 3,505 1,378 0,000 8,248 0,000 0,000
Lempung 8,514 1,305 0,000 5,743 0,000 0,000
Pasir 12,564 0,812 0,188 3,718 0,700 1,417
Batuan 20,000 1,715 0,000 0,000 0,000 2,603
LPI TOTAL 4,020
Titik M200
Kedalaman LPI
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z)
(m) Perlapisan
Pasir 2,732 0,327 0,673 8,634 5,809 7,934
Pasir 8,356 0,438 0,562 5,822 3,272 25,537
Pasir 12,407 0,711 0,289 3,797 1,096 8,848
Pasir 17,695 0,778 0,222 1,153 0,256 3,572
Pasir 20,000 0,953 0,047 0,000 0,000 0,295
LPI TOTAL 46,185
L-94
Titik SL1
Kedalaman LPI
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z)
(m) Perlapisan
Lempung 0,060 0,169 0,831 9,970 8,286 0,000
Pasir 1,670 0,323 0,677 9,165 6,202 4,996
Pasir 7,216 0,326 0,674 6,392 4,310 29,149
Pasir 20,000 0,000 0,000 0,000 0,000 27,552
LPI TOTAL 61,697
Titik SL2
Kedalaman LPI
Jenis Tanah
(m) FS F w(z) F.w(z) Perlapisan
Lempung 0,050 0,455 0,545 9,975 5,436 0,000
Pasir 1,652 0,808 0,192 9,174 1,759 1,408
Pasir 7,960 0,676 0,324 6,020 1,951 11,700
Pasir 20,000 0,402 0,000 0,000 0,000 11,746
LPI TOTAL 24,855
Titik SL3
Kedalaman LPI
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z)
(m) Perlapisan
Pasir 1,475 0,689 0,311 9,262 2,883 2,126
Pasir 4,717 0,914 0,086 7,642 0,655 5,734
Pasir 11,122 0,693 0,307 4,439 1,362 6,461
Pasir 20,000 0,594 0,000 0,000 0,000 6,047
LPI TOTAL 20,368
Titik SL4
Kedalaman LPI
Jenis Tanah FS F w(z) F.w(z)
(m) Perlapisan
Pasir 3,896 0,241 0,759 8,052 6,114 11,908
Lempung 11,687 0,627 0,373 4,157 1,550 23,817
Pasir 17,205 0,406 0,594 1,398 0,831 2,292
Pasir 20,000 0,397 0,000 0,000 0,000 1,150
LPI TOTAL 40,192
L-95
LAMPIRAN VII. Peta Mikrozonasi Kerentanan Likufaksi di Kecamatan Selebar Kota Bengkulu
L-96