SKRIPSI
Oleh :
Ivy Rizka Arifiyani
22 2014 191
Judul Skripsi :
Sepenuhnya adalah merupakan karya sendiri, tidak ada bagian di dalamnya yang
merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini, saya siap
menerima sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku.
i
Institut Teknologi Nasional
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
Bandung, 2021
Mengetahui / Menyetujui,
Dosen Pembimbing
ii
Institut Teknologi Nasional
KINERJA LALU LINTAS JALAN OTTO ISKANDARDINATA AKIBAT
PENYEBERANG JALAN DI PASAR BARU KOTA BANDUNG DENGAN PTV
VISSIM 9, (Ivy Rizka Arifiyani, NRP 22 2014 191, Pembimbing Sofyan Triana, S.
T., M.T., Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Nasional Bandung)
ABSTRAK
Jalan Otto Iskandardinata terutama pasar baru merupakan jalan yang sering mengalami
kemacetan lalu lintas, terutama pada saat jam sibuk. Jalan Otto Iskandardinata
merupakan jalan yang mengalami penurunan kinerja jalan. Salah satu penyebabnya
adalah penyeberang jalan yang menambah hambatan samping disekitarnya. Tujuan
penelitian ini melakukan analisis kinerja jalan menggunakan PKJI 2014 dan pemodelan
PTV Vissim 9. Berdasarkan hasil analisis, pada perhitungan PKJI 2014 didapatkan hasil
kecepatan tempuh rata-rata sebesar 45.75 km/jam dan waktu tempuh rata-rata sebesar
0,402 menit, sedangkan kecepatan yang di dapat dari PTV Vissim yaitu kecepatan rata-
rata 23,85 Km/jam dan waktu tempuh rata-rata sebesar 1,33 menit. Analisis dinilai
berdasarkan kecepatan lalu lintas, volume lalu lintas, waktu tempuh dan data
penyeberang jalan.
iii
Institut Teknologi Nasional
THE TRAFFIC PERFORMANCE OF OTTO ISKANDARDINATA STREET DUE
TO ROAD CROSSER IN PASAR BARU BANDUNG CITY WITH PTV VISSIM 9,
(Ivy Rizka Arifiyani, NRP 22 2014 191, Preceptor Sofyan Triana, S.T., M.T., Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional Bandung)
ABSTRACT
Otto Iskandardinata Street especially pasar baru is a road that often experience traffic
jams, especially during rush hour. Otto Iskandardinata Street is a road that is
experiencing a decline in a road performance. One reason for that is the road
pedestrians add to the side obstacles around them. The aim of this research is to
conduct road performance analysis using PKJI 2014 and PTV Vissim 9 modeling. That
is an average speed of 23,85 km/hour and an average travel time of 1,33 minutes.
Analysis is assessed based on traffic speed, traffic volume, travel time and pedestrian
data.
Keywords: intersection, vissim, traffic performance,pedestrians
iv
Institut Teknologi Nasional
KATA PENGANTAR
Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, tidak terlepas dari bantuan dukungan, bimbingan,
izin dan do’a yang telah diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat
kekuragan maupun kesalahan sehubung dengan penulisan, data serta kemampun yang
dimiliki. Karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
v
Institut Teknologi Nasional
semua pihak yang membaca Tugas Akhir ini agar dapat bermanfaat baik penyusun
maupun bagi yang membaca.
Penulis
vi
Institut Teknologi Nasional
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................................. i
2.2.1.Pejalan Kaki…………………………………………………………………...3
2.2.2.Kendaraan Bermotor…………………………………………………………..4
2.2.3.Jalan…………………………………………………………………………...4
vii
Institut Teknologi Nasional
2.7 Arus Lalu Lintas ...................................................Error! Bookmark not defined.10
2.9 Metode Survei Pencacahan Lalu Lintas dengan ManualError! Bookmark not defined.18
viii
Institut Teknologi Nasional
3.6 Pemodelan Jaringan Menggunakan PTV Vissim………………………………36
BAB IV ................................................................................................................................ 38
4.7.1Proses Kalibrasi………………………………………………………….......54
BAB V .................................................................................................................................. 58
5.1 Kesimpulan............................................................................................................. 58
5.2 Saran....................................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
Institut Teknologi Nasional
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik Kecepatan Sebagai Fungsi dari DS untuk tipe Jalan 2/2 TT............... 17
Gambar 2.2 Grafik Kecepatan Sebagai Fungsi dari DS untuk tipe Jalan 4/2 T, 6/2 T ....... 17
Gambar 3.2 Peta Lokasi Survei Lalu Lintas dan Penyeberang titik 1………………35
Gambar 3.3 Peta Lokasi Survei Lalu Lintas dan Penyeberang titik 2………………35
x
Institut Teknologi Nasional
Gambar 4.5 Background…………………………………………………………….47
xi
Institut Teknologi Nasional
DAFTAR TABEL
Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian Kelas Hambatan Samping pada Jalan Berbahu ................ 9
Tabel 2.6 Faktor Penyesuaian Kelas Hambatan Samping pada Jalan Berkereb ............. 10
Tabel 2.10 Faktor Penyesuaian Hambatan Samping pada Jalan Berbahu ...................... 15
Tabel 2.11 Faktor Penyesuaian Hambatan Samping pada Jalan Berkereb ..................... 16
Tabel 2.14 EKR untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah .................................... 20
Tabel 4.3 Data Jumlah Penyeberang Jalan di Depan Pasar Baru ................................... 43
xii
Institut Teknologi Nasional
Tabel 4.7 Perubahan Parameter Perilaku Pengemudi Dalam Kalibrasi.......................... 57
xiii
Institut Teknologi Nasional
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
Notasi Satuan
L = Panjang Segmen Km
DJ = Derajat Kejenuhan
Q = Arus total
Singkatan
xiv
Institut Teknologi Nasional
PTV = Planung Transport Verkehr
SM = Sepeda Motor
KR = Kendaraan Ringan
KB = Kendaraan Berat
xv
Institut Teknologi Nasional
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Institut Teknologi Nasional
2
1.3.Tujuan penelitian
Tujuan pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui kinerja ruas Jalan Otto
Iskandardinata akibat pengaruh Penyeberang jalan di depan Pasar Baru dan untuk
mengetahui volume lalu lintas dan pejalan kaki yang melintas di Jalan Otto
Iskandardinata. Penelitian ini perhitungan di bantu dengan Software PTV Vissim dan
PKJI 2014.
2.1.Transportasi
Transportasi adalah kegiatan pemindahan orang atau penumpang dan atau barang dari
satu tempat ke tempat lainnya. Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan
dan keterkaitan antara penumpang atau barang, prasarana yang berinteraksi dalam suatu
operasi yang tercakup dalam suatu tatanan, baik secara alami maupun buatan atau
rekayasa. Sistem transportasi bermaksud untuk mengkoordinasikan proses transportasi
penumpang dan barang dengan memanfaatkan sistem sebagai suatu variabel, dimana
prasarana merupakan media untuk proses transportasi, dan sarana merupakan yang
digunakan dalam proses transportasi. Proses transportasi penumpang dan barang dapat
dicapai secara optimum dalam ruang dan waktu tertentu, dengan mempertimbangkan
faktor keamanan, kenyamanan dan kelancaran serta efesien atas waktu dan biaya.
2.2.1.Pejalan Kaki
Pejalan kaki adalah istilah dalam transportasi yang digunakan untuk menjelaskan orang
yang berjalan di lintasan pejalan kaki baik di pinggir jalan, trotoar, lintasan khusus bagi
pejalan kaki atau menyeberang jalan. Penyeberang jalan dengan kondisi fisik yang
mendapat perhatian khusus dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Penyeberang yang cacat fisik, pengguna jalan/penyeberang yang cacat fisiknya atau
mempunyai keterbatasan fisiknya, oleh karena itu perlu diberikan fasilitas khusus.
2. Penyeberang anak-anak, penyeberang pada usia anak-anak (0-12 tahun) yang
sering terjadi kecelakaan dibanding dengan golongan lainnya.
3
Institut Teknologi Nasional
4
3. Penyeberang lanjut usia, Penyeberang lanjut usia biasanya lebih rentan mengalami
kecelakaan, dikarenakan:
a. Kelemahan fisik
b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyeberang (karena faktor usia).
2.2.2.Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh mesin untuk
pergerakannya, dan digunakan untuk transportasi darat. Umumnya kendaraan bermotor
menggunakan mesin pembakaran dalam (perkakas atau alat untuk menggerakkan atau
membuat sesuatu yg dijalankan dengan roda, digerakkan oleh tenaga manusia atau
motor penggerak, menggunakan bahan bakar minyak atau tenaga alam). Kendaraan
bermotor memiliki roda dan biasanya berjalan di atas jalanan.
2.2.3.Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Jenis -
jenis jalan sebagai berikut:
a. Jalan umum, jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
b. Jalan khusus, jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan atau
kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
c. Jalan tol, jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai
jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol.
2.3.Kapasitas Jalan
Kapasitas dapat didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik pengamatan di
jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Nilai kapasitas
ruas jalan dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi :
1. tipe jalan,
2. lebar jalur,
3. lebar bahu efektif di kedua sisi,
4. median,
5. pemisah arah,
6. kelas hambatan samping,
7. ukuran kota,
8. tipe alinemen jalan,
9. komposisi kendaraan
Berdasarkan PKJI 2014, kapasitas ruas jalan dapat dihitung dengan menggunakan
Rumus 2.1.
C = C0 x FCLJ x FCPA x FCHS x FCUK .................................... (2.1)
Dengan :
C = kapasitas (skr/jam)
C0 = kapasitas dasar (skr/jam)
FCLJ = faktor penyesuaian lebar lajur
FCPA = faktor penyesuaian pemisah arah
FCHS = faktor penyesuaian KHS pada jalan berbahu/ kereb
FCUK = faktor penyesuaian ukuran kota
Kapasitas dasar (Co) adalah kapasitas yang dihitung pada kondisi dasar jalan. Adapun
kondisi dasar jalan yang digunakan disampaikan pada Tabel 2.1
2.6.Hambatan Samping
Aktivitas di samping jalan sering menimbulkan konflik yang mempengaruhi arus lalu
lintas. Aktivitas tersebut, dalam sudut pandang analisis kapasitas jalan disebut dengan
hambatan samping. Hambatan samping yang dipandang berpengaruh terhadap kapasitas
dan kinerja jalan ada empat, yaitu:
Pejalan kaki.
Angkutan umum dan kendaraan lain yang berhenti.
Kendaraan lambat.
Kendaraan masuk dan keluar dari lahan di samping jalan.
Daerah Pemukiman,
Sangat rendah SR <100 tersedia jalan lingkungan
(frontage road).
Daerah Pemukiman, ada
Rendah R 100 – 299 beberapa angkutan umum
(angkot).
Daerah Industri, ada
Sedang S 300 – 499 beberapa toko di
sepanjang sisi jalan.
Daerah Komersial, ada
Tinggi T 500 – 899 aktivitas sisi jalan yang
tinggi.
Menurut PKJI 2014, nilai faktor penyesuaian kelas hambatan samping dibedakan
menjadi 2 yaitu jalan berbahu dan jalan berkereb ditentukan pada Tabel 2.5 dan Tabel
2.6
Kinerja ruas jalan dipengaruhi oleh karakteristik ruas jalan itu sendiri, dalam PKJI 2014
faktor utama yang memperngaruhi kapasitas dan kinerja ruas jalan adalah geometrik
jalan, komposisi arus dan pemisah arah, pengaturan lalu lintas, aktivitas samping jalan
dan perilaku pengemudi.
2.8.1.Derajat Kejenuhan
Menurut PKJI 2014, derajat kejenuhan adalah ukuran yang digunakan untuk
menentukan tingkat kinerja jalan dengan rasio arus lalu-lintas terhadap kapasitas jalan.
Derajat kejenuhan didapatkan dengan menggunakan Rumus 2.4
Dengan :
DJ = Derajat kejenuhan
Q = volume (skr/jam)
C = kapasitas (skr/jam)
Dengan :
Kecepatan arus bebas dasar (VBD) adalah kecepatan berdasarkan jenis kendaraan dan
tipe jalan. Kecepatan arus bebas dasar dapat ditentukan pada Tabel 2.8
Menurut PKJI 2014, penyesuaian akibat lebar jalan (VBL) adalah penyesuaian lebar
berdasarkan lebar efektif jalur lalu lintas dan tipe jalan. Penyesuaian akibat lebar jalan
dapat ditentukan pada Tabel 2.9
Berdasarkan PKJI 2014, faktor penyesuaian untuk menghitung kecepatan arus bebas
dijelaskan sebagai berikut :
Dengan :
Nilai faktor penyesuaian kondisi hambatan samping untuk lebar jalan berbahu dan jalan
lebar berkereb ditentukan pada Tabel 2.10 dan Tabel 2.11.
2.8.3.Kecepatan Tempuh
Kecepatan tempuh merupakan kecepatan rata-rata kendaraan untuk melewati suatu ruas
jalan. Kecepatan tempuh rata-rata dapat diketahui dengan melihat pada Gambar 2.1 dan
Gambar 2.2
Dengan :
L = panjang jalan
TT = waktu tempuh rata-rata
2.8.4.Waktu Tempuh
Menurut PKJI 2014, waktu tempuh adalah kecepatan suatu kendaraan dalam menempuh
segmen ruas jalan. Waktu tempuh dapat diketahui melalui survei secara langsung atau
menggunakan Rumus 2.6
Dengan :
2.9.2.Survei Kecepatan
Survei kecepatan dilakukan dengan cara Spot Speed yaitu survei kecepatan yang
dilakukan setempat merupakan survei yang sederhana dan sangat praktis. Metode yang
digunakan dalam survei ini adalah metode 4 orang pengamat. Dibutuhkan 3 orang untuk
menghitung arus dan kecepatan lalu lintas, 1 orang menghitung arus penyeberang jalan.
Survey kecepatan berfungsi sebagai indikator dalam pengukuran kecepatan lalu lintas
yang dapat menentukan patokan utama kinerja lalu lintas. Untuk survei spot speed
dengan cara manual, berdasarkan survei pendahuluan kecepatan kendaraan rata-rata
diketahui pada tabel berikut ini.
Tabel 2.15 Rekomendasi Panjang Jalan Untuk Studi Kecepatan Setempat (Spot Speed)
< 40 25
40-65 50
>65 75
Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga
Kecepatan kendaraan pada saat survei yaitu 20 Km/Jam – 30 Km/Jam dari tabel
kecepatan setempat diambil kecepatan < 40 Km/Jam dengan penggal jalan 25 m (
sesuai dengan Panduan Survei dan Penghitungan Waktu Perjalanan Lalu Lintas No.
001/T/BNKT/1990). Untuk mendaptkan kecepatan setempat pada penggal jalan
tertentu, rumus yang digunakan adalah :
K= ………………………………………(2.7)
Dengan :
K = Kecepatan Setempat (Km/jam)
J = Panjang Jalan (m)
W = Waktu Tempuh (detik)
menjamin keamanan surveyor dari kecelakaan. Pada saat melakukan pengukuran lebar
jalan, lebar lajur dan bahu jalan. surveyor A dan surveyor B bertugas melakukan
pengukuran dengan meteran. Kemudian, satu orang surveyor C mengamati lalu lintas.
Semua hasil pengamatan dan pengukuran dicatat pada formulir survei geometrik jalan.
2.10.PTV Vissim
Program PTV Vissim merupakan salah satu program untuk memodelkan rekayasa lalu
lintas. PTV Vissim adalah simulasi mikroskopis yang dapat menganalisis operasi
kendaraan pribadi dan angkutan umum dengan permasalahan seperti konfigurasi jalur,
komposisi kendaraan, sinyal lalu lintas dan lain-lain, sehingga PTV Vissim menjadi
perangkat yang berguna untuk evaluasi berbagai langkah alternatif berdasarkan
langkah-langkah rekayasa transportasi dan perencanaan efektivitas. PTV Vissim
dikembangkan oleh PTV Planung Transport Verkehr AG di Karlsruhe di Karlsruhe,
Jerman. PTV Vissim merupakan singkatan dari “Verkehr Stadten – Simulationsmodell”
(bahasa Jerman untuk "Lalu lintas di kota – model simulasi").
Program ini mampu memodelkan semua klasifikasi fungsi jalan mulai dari jalan raya
lintas untuk sepeda motor hingga sampai jalan raya untuk mobil dan dapat
menampilkan berbagai jenis kendaraan seperti transportasi umum, sepeda, hingga
pejalan kaki. PTV Vissim mampu menampilkan sebuah animasi 3 dimensi yang mirip
dengan kondisi yang sebenarnya sehingga menganalisis transportasi dengan
menggunakan PTV Vissim akan mengurangi biaya dari perancangan yang akan dibuat
secara nyata. Dengan menggunakan PTV Vissim akan dilakukan analisis kinerja lalu
lintas di pasar baru dan jalan Otto Iskandardinata. Selain itu, simulasi dilakukan
menggunakan PTV Vissim.
d. Vehicle type, class and category. Vehicle type adalah sekelompok kendaraan
dengan karakterisitik teknis dan perilaku fisik berkendara yang sama. Vehicle
class adalah satu atau lebih kendaraan yang dikombinasikan dalam satu kelas
kendaraan. Vehicle category adalah penetapan terlebih dahulu kategori-kategori
statis kendaraan yang menyertakan interaksi yang sama antar kendaraan.
e.
Pada Gambar 2.4 dan Gambar 2.5, dapat dilihat tampilan menu dari Vehicle Type dan
Vehicle Class, dimana dapat diketahui bahwa setiap jenis kendaraan mempunyai
karakter tertentu, baik yang sudah ditentukan sebelumnya seperti acceleration dan
deceleration maupun yang ditentukan sendiri seperti warna kendaraan.
3.Evaluation
Paramater untuk mengevaluasi hasil pemodelan yaitu:
a. Node, Nodes pada simpang digunakan untuk membaca panjang antrian, tundaan
dan volume arus lalu lintas yang keluar masuk simpang
b. Data collection, berfungsi untuk penghitungan volume arus lalu lintas pada ruas
jalan.
c. Vehicle Travel time, berfungsi untuk penentuan titik awal pergerakan kendaraan
hingga destinasi dengan jarak tertentu untuk dihitung waktu tempuhnya,
kemudian bisa dihitung juga waktu tempuh saat arus lalu lintas mengalami
kemacetan sehingga didapat nilai tundaan.
4.Parameter Perilaku Pengemudi
Perilaku pengemudi merupakan sifat individu yang kemungkinan terjadi di lapangan
karena adanya interaksi dengan faktor lainnya seperti jarak kendaraan, percepatan,
perlambatan, serta aturan lalu lintas yang ada. Pada Vissim dapat diatur sifat perilaku
pengemudi dengan menentukan parameter-parameternya berdasarkan:
c. Lane change behavior, yaitu perilaku pengemudi dalam memilih lajur kosong
untuk meminimkan jarak dan waktu, seperti terlihat pada Gambar 2.9
Proses kalibrasi mempengaruhi jumlah kendaraan yang keluar dan juga mempengaruhi
panjangnya antrian seperti pada Gambar 2.11 dan Gambar 2.12.
2.10.Penelitian Terdahulu
Sebelum diadakannya penelitian ini, penelitian-penelitian serupa yang bertujuan
menganalisis dampak suatu perlintasan pernah dilakukan dengan jenis perlintasan yang
berbeda. Hasil penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:
1. Pada penelitian yang berjudul ” Pengaruh Pelican Crossimg Terhadap Panjang
Antrian Dan Tundaan Kendaraan Di Ruas Jalan Asia Afrika Kota Bandung”
yang dilakukan oleh Muhammad Reza Nugraha, 2017, dalam penelitian ini akan
ditinjau mengenai tundaan dan panjang antrian kendaraan akibat lampu
penyeberangan pejalan kaki, tujuan penelitian ini adalah,
Mulai
Tinjauan Pustaka
Survei Pendahuluan:
1. Menentukan Lokasi Pengamatan
2. Menentukan Jam Pengamatan
Pembahasan
33
Institut Teknologi Nasional
34
3.2.Survei Pendahuluan
Survei ini dilakukan untuk mengetahui kondisi variabel - variabel yang akan dicari
seperti jumlah pejalan kaki yang menyeberang di depan pasar baru dan jumlah arus lalu
lintas di jalan Otto Iskandardinata, Kota Bandung. Survei pedestrian di fokuskan di
Pasar Baru. Karena yang dicari jumlah pejalan kaki yang menyeberang di sekitar pasar
baru. Survei lalu lintas seperti menghitung arus lalu lintas dan arus kendaraan,
dilakukan di 2 titik pengamatan. untuk mengetahui berapa arus kendaraan sebelum
penyeberang jalan melintas dan setelah penyeberang jalan melintas. Jumlah surveyor
yang akan turun ke lapangan berjumlah 4 orang dan melalukan survei selama 2 jam dari
jam 10.00 WIB hingga 12.00 WIB.
surveyor. Masing- masing bertugas menghitung volume lalu lintas kendaraan dan
volume penyeberang jalan. Survei dilakukan dengan 2 cara yaitu sebagai berikut.
Peta lokasi survei dibawah ini adalah titik pengamatan yang dilakukan.
Iskandardinata
Jl. Otto
Pasar Baru
Gambar 3.2 Peta Lokasi survei lalu lintas dan penyeberang titik 1
Iskandardinata
Jl. Otto
Gambar 3.3 Peta Lokasi survei lalu lintas dan penyeberang titik 2
1. Vehicle Typers, kelompok kendaraan dengan karakter teknis dan perilaku fisik
berkendara yang serupa.
2. Vehicle Classes. satu atau lebih jenis kendaraan digabung dalam satu kelas
kendaraan, kecepatan, evaluasi, dan pemilihan rute digabung dalam satu kelas
kendaraan.
3. Vehicle Categories, menetapkan terlebih dahulu ketegori dari kendaraan yang
menyertakan interaksi kendaraan yang serupa.
4. Vehicle Input, memasukkan jumlah arus lalu lintas(kend/jam) sesuai dengan hasil
survei di lapangan.
5. Vehicle Composition, pengaturan seberapa besar persentasi tiap-tiap jenis kendaraan
terhadap arus lalu lintas yang ada.
6. Driving Behaviour, perilaku berkendara tergantung pada jenis jaringan jalan,
ketegori kendaraan dan kelas kendaraan.
7. Signal Contro, tool yang digunakan untuk memodelkan suatu fase sinyal aktual di
lapangan.
8. Link and Connectors, input geometrik jaringan jalan, seperti jumlah lajur dan lebar
jalan
9. Queue Counter, perhitungan antrian, dihitung mulai dari titik queue counter
ditetapkan hingga kendaraan terakhir yang masih berada dalam kondisi antrian.
10. Vehicle Travel Time, penentuan titik awal pergerakan kendaraan hingga destinasi
dengan jarak tertentu untuk dihitung waktu tempuhnya, kemudian bisa dihitung juga
waktu tempuh saat arus lalu lintas mengalami kemacetan sehingga didapat nilai
tundaan.
11. Pedestrian Input, Membuat area Pedestrian
Adapun bagan alir untuk melakukan pemodelan PTV Vissim ditunjukkan pada
gambar 3.4
Mulai
Masukan utama :
1. Data Jaringan
2. Data Hasil Survei
Penggambaran Link
Link :Membuat Jalan
Propeties Link: Ubah data
kapasitas jalan
Proses Assigment:
Mendapatkan gambaran pergerakan kendaraan
Menghasilkan visualisasi pemodelan
Mendapatkan gambaran penyeberang jalan
Selesai
4.1.Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada hari jumat tanggal 20 Desember 2019. Lokasi
penelitian yang dipilih untuk pengumpulan data adalah Jalan Otto Iskandardinata dan
pasar baru Kota Bandung. Data-data yang diperoleh dari survei tersebut antara lain:
1.Data geometrik jalan
2.Data arus lalu lintas
3.Data kecepatan lalu lintas
4.Data Jumlah Penyeberang jalan
5.Hasil Analisis Software PTV Vissim
40
Institut Teknologi Nasional
41
Ukuran (m)
Dimensi
Lebar Jalur (m) 12
Lebar Lajur 1 3
Lebar Lajur 2 3
Lebar Lajur 3 3
Lebar Lajur 4 3
Panjang 310
4.3.Kecepatan Kendaraan
Data kecepatan kendaraan diperoleh berdasarkan hasil pengamatan di lapangan. Pada
survei kecepatan ini kendaraan yang disurvei yaitu kendaraan ringan, kendaraan berat,
dan sepeda motor. Berdasarkan hasil survei diperoleh hasil seperti yang tersaji pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Tabel Kecepatan Kendaraan
Kecepatan rata-rata Kecepatan rata-rata Kendaraan
Jenis Kendaraan
(km/jam) (km/jam)
Kendaraan
19,14
Ringan
Kendaraan Berat 20,57 20,29
Sepeda Motor 21,17
Dari data di atas diperoleh data kecepatan lalu lintas Jalan Otto Iskandardinata Kota
Bandung, Kecepatan kendaraan rata-rata adalah 20,29 km/jam
K= 0,00124 Km/Jam
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa arus lalu lintas per lajur pada hari tersebut
lebih dari 1050 kendaraaan/jam, sehingga nilai EKR yang digunakan untuk jalan 3/1
dengan arus > 1050 kendaraan/jam per lajur. Berdasarkan PKJI 2014 nilai EKR untuk
kondisi jalan tersebut adalah 1,2 untuk Kendaraan Berat dan 0,25 untuk kendaaraan
Sepeda Motor.
2. Hambatan Samping
Kelas hambatan samping pada penelitian ini dapat dari hasil penamatan pada lokasi
penelitian. Dalam PKJI 2014 dijelaskan bahwa hambatan samping dihitung per 200 m
per jam. Hasil survei dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Hambatan Samping pada Kondisi Eksisting
Hambatan
Tipe Kejadian Bobot Frekuensi Jumlah KHS
Samping
Pejalan Kaki 0,5 445 222,5
Kendaraan Parkir
1 218 218
dan Berhenti Sangat
915
Kendaraan Masuk tinggi
0,7 582 407,4
dan Keluar
Kendaraan Lambat 0,4 168 67,2
Dengan :
1.Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan digunakan untuk mengetahui kinerja segmen jalan, perhitungan
derajat kejenuhan menggunakan rumus pada Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia
(PKJI 2014). Derajat kejenuhan yang dicari adalah pada jalan Otto Iskandardinata
karena arus jalan tersebut sudah dikurangi karena jalan dipakai untuk berdagang.
Dimana telah diketahui faktor-faktor untuk perhitungan derajat kejenuhan, dengan:
Arus total kendaraan (Q) = 1467 skr/jam
Kapasitas jalan (C) = 3096 skr/jam
Hasil perhitungan
……………………………….(4.2)
Dari hasil analisis derajat kejenuhan tersebut dapat diketahui jalan yang diteliti tidak
memiliki masalah dengan kapasitas jalan karena nilai derajat kejenuhan tidak melebihi
batas yang disarankan dalam PKJI 2014 yaitu 0,85 atau 85%.
Grafik Kecepatan Sebagai Fungsi dari DS untuk tipe Jalan 4/2 T, 6/2 T
Dari grafik tersebut didapatkan nilai kecepatan VT = 45,75 km/jam yang digunakan
untuk menentukan waktu tempuh kendaraan. Hasil perhitungan waktu tempuh adalah:
Setelah semua data yang diperlukan telah diperoleh, maka data tersebut langsung
dianalisis oleh perangkat lunak PTV Vissim. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam menginput data di perangkat lunak PTV Vissim adalah sebagai berikut.
1. Network Settings
Proses awal dalam pemodelan pada perangkat lunak PTV Vissim yaitu merubah
parameter-parameter sesuai dengan yang digunakan di Indonesia, contohnya untuk
Traffic regulations di Indonesia pengunaan lajur berkendara menggunakan lalu lintas
sebelah kiri maka pada bagian Vehicle Behavior diubah ke lalu lintas sebelah kiri
(Left-side traffic) dan pada pemodelan ini mengunakan satuan metrik. Untuk
melakukan perubahan perilaku kendaraan dan satuan, dapat dilakukan di bagian
Menu Bar yaitu di Base Data, Network Setting, Vehicle Behavior (diubah ke left-side
traffic), Units (diubah ke All Metrics).
2. Input Background
Menginput background pada vissim bertujuan untuk memudahkan penggambaran link
jalan sehingga sesuai dengan kondisi lokasi penelitian. Gambar yang dimasukkan dibuat
skala dengan menggunakan perbandingan jarak pada gambar dan jarak sebenarnya.
Adapun cara untuk memasukan background yaitu, Network objects → pilih Background
image → pilih gamabar yang akan digunakan → sesuaikan skala. Cara menginput
background akan diperlihatkan pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.
Gambar 4.5.Background
Tahap vehicles types yaitu untuk mendefinisikan model kendaraan yang telah di
kelompokan sesuai dengan category yang berada pada vissim atau mengkelompokan
kendaraan dengan karakterisitik teknis dan perilaku fisik berkendara yang sama.
Adapun caranya yaitu, pilih Base data → Vehicle types (akan muncul seperti Gambar
4.11) → Klik add (akan muncul seperti Gambar 4.12)
Gambar 4.12 menjelaskan contoh pendifinisian vehicle model yang telah dibuat
contohnya mobil, selanjutnya di kategorikan sebagai “car” dan semua parameter di
functions & distribuions disesuaikan sesuai category yang dipilih.
5. Parameter Kecepatan
Desired speed distribution merupakan tools kalibrasi yang berusaha menyerupai
kenyataan pengemudi dalam berkendara di jalan. Kecepatan dalam Desired speed
Distribution ini didapat dari survei kecepatan lalu lintas yang dilakukan. Adapun cara
menginput data kecepatan yaitu, Klik Base data → Distributions → Desired speed
distributions → Klik add (+) → Masukan data kecepatan.
6. Membuat Pedestrian
Pedestrian Input merupakan tools untuk membuat area pedestrian yang berusah
menyerupai kenyataan penyeberang jalan pada saat menyeberang. Data yang
dimasukkan dalam Pedestrian Input berdasarkan hasil survei lapangan. Adapun cara
menginput data pedestrian yaitu, Klik Network Area pilih pedestrian input
sesuaikan pedestrian dengan jaringan jalan yang sudah ditentukan tentukan banyak nya
pedestrian. Cara membuat pedestrian akan ditunjukkan pada gambar 4.21.
4.7.1.Proses Kalibrasi
Kalibrasi dilakukan dengan metode trial and error hingga mencapai hasil yang
mendekati data observasi. Proses trial and error yang dilakukan yaitu merubah
parameter perilaku pengemudi, pengecekan hasil penggambaran jaringan jalan. Nilai
parameter perilaku pengemudi diubah sesuai dengan perkiraan kondisi di lapangan yang
berlaku, untuk nilai jarak henti rata-rata antar kendaraan didapat dari hasil survei
perilaku kendaraan. Parameter yang dipilih dalam proses kalibrasi perilaku pengemudi
adalah seperti Tabel 4.7.
Nilai
Parameter yang diubah
Sebelum Sesudah
Desired position at free flow
Middle of Any
(keberadaan/posisi kendaraan pada lajur)
Overtake on same lane
off On
(perilaku dalam menyiap)
Minimum Distance Standing (at 0 km/h) (m)
1 0,2
(jarak antar pengemudi secara bersampingan saat berhenti)
Minimum Distance driving (at 50 km/h) (m)
1 0,4
(jarak antar pengemudi secara bersampingan saat berjalan)
Average standstill distance
0,5 0,55
(jarak henti rata-rata antar kendaraan)
Additive part of safety distance
0,5 0,55
parameter penentu jarak aman
Multiplicative part of safety distance
1 1
yaitu parameter penentu jarak aman
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan PKJI 2014 dan PTV Vissim, pada
kondisi eksisting dan kondisi tanpa parkir badan jalan didapat perbedaan kecepatan.
Untuk perhitungan PKJI 2014, kecepatan tempuh rata-rata sebesar 45,75 km/jam
sedangkan pada pemodelan PTV Vissim, kecepatan tempuh rata-rata sebesar 23,85
km/jam.
Permasalahan terjadi pada perbedaan analisis kecepatan dengan menggunakan PKJI
2014 dan PTV Vissim terdapat perbedaan yang sedikit signifikan. Pada analisis PKJI
2014 hasil untuk mencari kecepatan tempuh pada grafik, nilai kecepatan arus bebas
(VB) yang telah dihitung dengan hasil 45,75 km/jam tidak dapat dipakai karena pada
grafik kecepatan tempuh dan waktu tempuh nilai hasil tersebut tidak ada sehingga data
kecepatan arus bebas yang dipakai adalah 50 km/jam jadi hasil data kecepatan tempuh
dan waktu tempuh yang didapatkan lebih besar dibandingkan hasil validasi pemodelan
PTV Vissim.
Pengaruh pedestrian dengan menggunakan PTV Vissim berdasarkan data yang diambil
melalui survei lapangan, pergerakan pejalan kaki dan penyeberang jalan. Kondisi
pedestrian sesuai eksisting jalan Otto Iskandardinata. Adapun model yang dibuat
ditunjukkan pada gambar 4.17,4.18 dan 4.19.
Gambar 4.17 menunjukkan lokasi pedestrian di depan ATM BNI Pasar Baru, tidak
begitu banyak penyeberang yang menggunakan pedestrian tersebut.
Lokasi kedua terdapat di gambar 4.18 KFC Pasar Baru Bandung, banyak sekali
penyeberang yang berlalu lalang di sekitaran lokasi dan penyebab utama titik kemacetan
karena mobil dan motor banyak berhenti untuk memberi jalan kepada penyeberang.
Lokasi pada gambar 4.19 pedestrian depan toko baju lebih tepat nya dekat dengan
jembatan penyeberangan. Banyak penyeberang jalan yang menyeberang disekitar
lokasi, mereka lebih memilih menyeberang di jalan dibandingkan menyeberang di
jembatan penyeberangan dikarenakan jembatan tersebut sudah tidak layak. Kendaraan
pun banyak yang berhenti untuk memberi jalan kepada penyeberang dan menyebabkan
kemacetan.
5.2.Saran
Dari hasl penelitian yang sudah dilakukan, penulis mengusulkan beberapa saran,
diantaranya adalah:
1. Untuk hasil penelitian yang lebih baik lagi, sebaiknya dilakukan pengambilan
data menggunakan PTV Vissim dengan durasi yang lebih lama.
2. Untuk mengurangi terganggunya parameter lalu lintas pada kinerja ruas Jalan
Otto Iskandardinata, sebaiknya dilakukan evaluasi mengenai pedestrian jalan
60
Institut Teknologi Nasional
61
Artawan, A., (2018). “Analisis Karakteristik pejalan kaki dan tingkat pelayanan
fasilitas pejalan kaki”. Denpasar, Universitas Udayana.
Chofif, K.R., (2017). “Studi Karakteristik arus pejalan kaki yang melalui akses kampus
USU”. Sumatra Utara, Universitas Sumatra Utara.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,(2004). “Survei Pencacahan Lalu
Lintas dengan Manual”
Kementrian Pekerjaan Umum, (2014). “Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia Bab Jalan
Perkotaan.”
Laboratorium Transportasi dan Jalan, Jurusan Teknik Sipil UMY, (2017). “ Modul
Pembelajaran Traffic Micro-Simulation Program PTV Vissim9”
Nugraha, M., R., (2017). “Pengaruh pelican croassing terhadap panjang antrian dan
tundaan kendaraan di ruas jalan Asia Afrika Kota Bandung”. Bandung, Institut
Teknologi Nasional
Putranto, L., S.,(2013), “ Rekayasa Lalu Lintas Edisi 2”.
Planung Transport Verkehr AG., (2011), “VISSIM 5.30-05 User Manual”, Karlsruhe.
62
Institut Teknologi Nasional
LAMPIRAN
Angkutan umum
detik km/jam F Fx
33,23 10,833 1 0,33
30,15 11,940 1 0,67
25,55 14,090 1 1,00
3
Pick up
detik km/jam F Fx
19,15 18,798 1 0,33
17,05 21,114 1 0,67
13,11 27,459 1 1,00
3
Motor
detik km/jam F Fx
18 20 1 0,33
17,7 20,33898305 1 0,67
17 21,17647059 1 1,00
3
Motor
detik km/jam F Fx
24,13 14,91918773 1 0,33
24,02 14,98751041 1 0,67
20,96 17,17557252 1 1,00
3
BUS
detik km/jam F Fx
17,5 20,57142857 1 0,33
17,7 20,33898305 1 0,67
17,8 20,2247191 1 1,00
3