Anda di halaman 1dari 110

Kajian Tingkat Pelayanan Air Bersih Terhadap

Pengembangan Kawasan Pelayanan Baru Di Kecamatan


Gedebage Kota Bandung

SKRIPSI

Disusun oleh:
MUHAMMAD THARIQ AZIZ
24-2017-082

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2021

1
Institut Teknologi Nasional
Kajian Tingkat Pelayanan Air Bersih Terhadap
Pengembangan Kawasan Pelayanan Baru Di Kecamatan
Gedebage Kota Bandung

SKRIPSI

Disusun oleh:
MUHAMMAD THARIQ AZIZ
24-2017-082

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2021

2
Institut Teknologi Nasional
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan dibawah ini:


Nama : Muhammad Thariq Aziz
NIM : 242017082
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
Judul Skripsi/Tesis :
Kajian Tingkat Pelayanan Air Bersih Terhadap Pengembangan Kawasan Pelayanan
Baru Di Kecamatan Gedebage Kota Bandung.
sepenuhnya adalah merupakan karya sendiri, tidak ada bagian di dalamnya yang
merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan


dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini, saya siap
menerima sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandung, Agustus 2021


Yang membuat pernyataan

Muhammad Thariq Aziz

i
Institut Teknologi Nasional
Kajian Tingkat Pelayanan Air Bersih Terhadap
Pengembangan Kawasan Pelayanan Baru Di Kecamatan
Gedebage Kota Bandung

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana
Pada
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional Bandung

Bandung, Agustus 2021

Mengetahui/Menyetujui

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sadar Yani Raharjo, M.T


NIP :

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota


Ketua,

Dr. Widya Suryadini, S.T., M.T.


NIP :`119960401

ii
Institut Teknologi Nasional
ABSTRAK

Nama : Muhammad Thariq Aziz


Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Tata Kota
Judul : Kajian Tingkat Pelayanan Air Bersih Terhadap
Pengembangan Kawasan Pelayanan Baru Di Kecamatan
Gedebage Kota Bandung
Pembimbing : Dr. Ir. Sadar Yuni Raharjo, M.T.

Muhammad Thariq Aziz, 2021 KAJAN TINGKAT PELAYANAN AIR BERSIHH


TERRHADAP PERKEMBANGAN KAWASAN PELAYANAN BARU DI
KECAMATAN GDEBAGE KOTA BANDUNG, Tugas Akhir, Program S1
Perencanaan Wilayah dan Tata Kota Fakultas Teknik Sipil Institut Teknologi
Nasional Kota Bandung. PDAM sebagai instansi daerah yang menjadi tumpuan
harapan dalam peningkatan pelayanan air bersih melalui jaringan perpipaan bagi
masyarakat selaku konsumen air bersih yang diantaranaya menyangkut jaminan
untuk memperoleh pelayanan air bersih dengan kuantitas, kualitas dan kontinuitas
yang layak serta harga yang terjangkau. Kecamatan Gedebage merupakan pelayanan
wilayah timur blok Gedebage. Adapun pendistribusian melalui jaringan pipa yaitu
sistem distribusi air melalui jaringan pipa dengan cara gravitasi ke daerah pelayanam,
pelayanan air tangki yang merupakan armada tangki siap beroperasi melayani
kebutuhan masyarakat secara langsung selama 24 jam dan kran umum serta terminal
air merupakan sarana pelayanan air bersih untuk daerah permukaan tertentu yang
dinilai cukup padat dan sebagai penduduknya belum mampu menjadi pelanggan air
minum melalui sambungan rumah dan menggunakan tarif sosial. Sumber air yang
dikelola PDAM berasal dari sumber air baku diantaranya Air Pemukaan, Mata Air
dan Air Tanah. Hal ini membuat Kota Bandung masih memiliki cakupan air bersih
yang dapat memenuhi kebutuhan hingga masa yang akan datang.

iii
Institut Teknologi Nasional
ABSTRACT

Name : Muhammad Thariq Aziz


Study Program : Urban And Regional Planning
Title : Analysis Study of PDAM's Clean Water Needs on the
Development of New Service Areas in Gedebage District,
Bandung City
Counsellor : Dr. Ir. Sadar Yuni Raharjo, M.T

Muhammad Thariq Aziz, 2021 STUDY OF CLEAN WATER REQUIREMENT


ANALYSIS OF TIRTAWENING PDAM TOWARDS THE DEVELOPMENT OF NEW
SERVICE AREA IN GEDEBAGE DISTRICT, BANDUNG CITY, Final Project,
Undergraduate Program in Regional Planning and Urban Planning, Faculty of Civil
Engineering, National Institute of Technology, Bandung City. PDAM as a regional
agency that becomes the foundation of hope in improving clean water services
through a pipe network for the community as clean water consumers, which includes
guarantees to obtain clean water services with decent quantity, quality and continuity
and affordable prices. Gedebage sub-district is a service for the eastern region of the
Gedebage block. The distribution is through a pipeline network, namely a water
distribution system through a pipeline network by gravity to the service area, a tank
water service which is a tank fleet ready to operate to serve the needs of the
community directly for 24 hours and public faucets and water terminals are clean
water service facilities for surface areas. certain areas that are considered quite
dense and as residents are not able to become customers of drinking water through
house connections and use social tariffs. Water sources managed by PDAM come
from raw water sources including Surface Water, Springs and Groundwater. This
makes the city of Bandung still has clean water coverage that can meet future needs.

iv
Institut Teknologi Nasional
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmatnya,
sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul “Kajian
Tingkat Pelayanan Air Bersih Terhadap Pengembangan Kawasan Pelayanan
Baru Di Kecamatan Gedebage Kota Bandung”. Adapun tujuan dari penulisan
proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah PLA-403 Metode
Penelitian Lanjut dan juga sebagai salah satu syarat untuk menyusun Tugas Akhir.
Selama proses penyusunan proposal penelitian penulis menyadari bahwa penulis
mendapatkan banyak bantuan dan juga arahan dari berbagai pihak demi kelancaran
penyusunan laporan proposal penelitian ini. Maka dari itu penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua dan seluruh keluarga penulis atas seluruh do’a dan motivasi
untuk penulis menyelesaikan laporan proposal penelitian ini.
2. Bapak Dr. Sadar Yuni Raharjo, Ir., M.T. selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan arahan, dan bimbingan selama proses penyusunan proposal
penelitian ini.
3. Seluruh dosen dan staff pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Kota yang telah memberikan ilmu yang dimilikinya kepada seluruh
mahasiswa.
4. Seluruh Rekan - rekan Perencanaan Wilayah dan Kota angkatan 2017 yang
telah membantu dan menyemangati penulis selama proses penyusunan
proposal penelitian ini.
Akhir kata penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan proposal
penelitian ini, sehingga kritik dan saran pembaca sangat diharapkan untuk dapat
dijadikan masukan bagi penulis dalam memberpaiki proposal penelitian ini.
Bandung, Desember 2020
Penulis

v
Institut Teknologi Nasional
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................................i
DAFTAR TABEL..................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................iv
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................3
1.3 Tujuan dan Sasaran...............................................................................................3
1.4 Ruang Lingkup.......................................................................................................4
1.4.1 Ruang Lingkup Substansi.................................................................................4
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah...................................................................................5
1.5 Sistematika Penelitian............................................................................................7
BAB II.....................................................................................................................................8
KAJIAN TEORI....................................................................................................................8
2.1 Tinjauan Pustaka...................................................................................................8
2.2 Air Bersih................................................................................................................8
2.2.1 Definisi Air Bersih...........................................................................................8
2.2.2 Air Minum......................................................................................................10
2.2.3 Sumber Air.....................................................................................................11
2.2.4 Kebutuhan Air Bersih.....................................................................................12
2.2.5 Kualitas Air Bersih.........................................................................................14
2.2.6 Penyediaan Air Bersih....................................................................................14
2.2.7 Distribusi Air Bersih......................................................................................15
2.2.8 Fluktuasi Kebutuhan Air Bersih.....................................................................16
2.2.9 Ketentuan Penyediaan Air Bersih...................................................................17

vi
Institut Teknologi Nasional
2.3 Proyeksi Penduduk dan Fasilitas........................................................................19
2.4 Analisis..................................................................................................................22
2.4.1 Kebutuhan Air Bersih.....................................................................................22
2.4.2 Analisis Deskriptif Kuantitatif & Kualitatif...................................................23
2.4.3 Sistem Informasi Geografis............................................................................23
2.4.4 Analisis GIS...................................................................................................24
2.4.5 Analisis Skalogram........................................................................................27
2.5 Studi Terdahulu...................................................................................................28
2.6 Data.......................................................................................................................31
BAB III.................................................................................................................................32
METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................................32
3.1 Metode Penelitian.................................................................................................32
3.2 Metode Pengumpulan Data.................................................................................32
3.1.1 Data Primer....................................................................................................33
3.1.2 Data Sekunder................................................................................................33
3.3 Metode Analisis....................................................................................................34
3.4 Kerangka Pemikiran............................................................................................38
3.5 Kerangka Analisis................................................................................................39
BAB IV..................................................................................................................................40
GAMBARAN UMUM.........................................................................................................40
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Gedebage...........................................................40
4.1.1 Kondisi Geografis dan Administrasi...............................................................40
4.1.2 Kondisi Demografi (Jumlah Penduduk Dan Laju Pertumbuhan Penduduk,
Kepdatan Penduduk)......................................................................................................43
4.2 Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Gedebage Kota Bandung
Tahun 2015-2035..............................................................................................................44
4.2.1 Tujuan Penataan Ruang Kecamatan Gedebage...............................................44
4.3 Kondisi Penggunaan Air Bersih Kecamatan Gedebage....................................44
4.2.1 Pelayanan Air Bersih Kecamatan Gedebage..................................................45
4.2.2 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM Tirta Wening).................................45
4.3.1 Sumber Air PDAM Tirtawening....................................................................48

vii
Institut Teknologi Nasional
BAB V...................................................................................................................................52
HASIL ANALISIS...............................................................................................................52
5.1 Analisis Kawasan Terbangun..............................................................................52
5.2 Analisis Kebutuhan Air dan Implementasi........................................................61
5.3.1 Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Pelanggan......................................................61
5.3.2 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kelurahan Di Kecamatan Gedebage............63
6.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kecamatan Gedebage.......................................69
5.3 Analisis Antisipasi Pelayanan Air Bersih...............................................................73
BAB VI..................................................................................................................................74
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................77

DAFTAR TABEL

viii
Institut Teknologi Nasional
Tabel 2. 1 Kebutuhan Air Berdasarkan Sektor Non Domestik........................................17

Tabel 2. 2 Kebutuhan Air Berdasarkan Domestik............................................................18

Tabel 2. 3 Penelitian Terdahulu..........................................................................................35

Tabel 3. 1 Variabel Bebas dan Variabel Terikat Penelitian.............................................43

Tabel 3. 2 Kebutuhan Data Penelitian................................................................................44

Tabel 4. 1 Luas Wilayah Perkelurahan Di Kecamatan Gedebage...................................40

Tabel 4. 2 Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin Menurut Kelurahan di Kecamatan

Gedebage Tahun 2019.........................................................................................................42

Tabel 4. 3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di

Kecamatan Gedebage Kota Bandung 2019........................................................................42

Tabel 4. 4 Jumlah Pelanggan PDAM Tirtawening Berdasarkan Kecamatan.................45

Tabel 4. 5 Kecamatan dengan Pelanggan PDAM Terendah.............................................47

Tabel 4. 6 Daftar Nama Instalasi Pengelolaan Air (IPA) dan Kapasitas Produksi.........49

Tabel 4. 7 Sumur Bor dan Mata Air PDAM Tirtawening................................................50

Tabel 5. 1 Lahan terbangun Kecamatan Gedebage..........................................................56

Tabel 5. 2 Tabel Proyeksi Jumlah Penduduk Pelayanan..................................................60

Tabel 5. 3 Proyeksi Kebutuhan Air Domestik kelurahan Di Kecamatan Gedebage......62

Tabel 5. 4 Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik Berdasarkan kelurahan Di

Kecamatan Gedebage..........................................................................................................64

ix
Institut Teknologi Nasional
Tabel 5. 5 Proyeksi Kebutuhan Total Domestik dan Non Domestik Berdasarkan

Kelurahan Di Kecamatan Gedebage..................................................................................66

Tabel 5. 6 Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kecamatan Gedebage........................69

Tabel 5. 7 Prakiraan Pemenuhan Air Bersih Melalui Pelayanan SPAM Gedebage.......72

DAFTAR GAMBAR

YGambar 1.1 Peta Kawasan Kecamatan Gedebage

x
Institut Teknologi Nasional
Y

Gambar 2. 1 Ilustrasi Teknik Analisis Overlay...............................................................24

Gambar 2. 4 Ilustrasi dari ukuran file.............................................................................27

Gambar 2. 5 Logika program, Adapted from Gary Woller, 2007 (Djoko Hartono,

Depok : 2011)...................................................................................................................29

Gambar 2. 6 Resiprokalitas Dampak Kebijakan, Finsterbuschand Motz (Dalam

Wibawa,1994:53)..............................................................................................................30

YGambar 4. 1 Peta Administrasi Kecamatan Gedebage……….

Gambar 4. 2 Gambar Pipa SPAM Gedebage....................................................................44

Gambar 5. 1 Peta Kawasan Kecamatan Gedebage Tahun 2015......................................52

Gambar 5. 2 Peta Kawasan Kecamatan Gedebage Tahun 2017......................................53

Gambar 5. 3 Peta Lahan Terbangun Kecamatan Gedebage Tahun 2021......................54

Gambar 5. 4 Peta Rencana Pola Ruang dan Bangunan Kecamatan Gedebage..............55

Gambar 5. 5 Grafik Luas Lahan Terbangun 2015............................................................57

Gambar 5. 6 Grafik Luas Lahan Terbangun 2017............................................................58

Gambar 5. 7 Grafik Luas Lahan Terbangun 2021............................................................59

Gambar 5. 8 Proyeksi Jumlah Penduduk Pelayanan Kecamatan Gedebage..................61

Gambar 5. 9 Proyeksi Kebutuhan Air Domestik...............................................................63

xi
Institut Teknologi Nasional
Gambar 5. 10 Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik.....................................................65

Gambar 5. 11 Proyeksi Kebutuhan Air Total....................................................................67

xii
Institut Teknologi Nasional
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan utama dalam keberlangsungan kehidupan semua mahkluk
hidup, tanpa adanya air tidak akan ada keberlangsungan kehidupan di dunia ini.
Dalam proses kehidupanya sendiri manusia tentu membutuhkan air sebagai
kebutuhan pokok sehingga sering kali menjadi sumber daya alam yang menjadi
penunjang hidup semua mahkluk hidup.

Air Bersih merupakan air yang layak untuk dijadikan air baku bagi air minum. selain
itu layak pula untuk mandi, cuci dan sanitasi. Sebagai air yang layak untuk di
konsumsi, air bersih tidak diartikan bahwa dapat di minum langsung, harus ada
perlunya pengolahan terlebih dahulu seperti dimasak atau direbus hingga mendidih.
Kementrian Kesehatan mempunya definisi tersendiri tentang air bersih. Air bersih
adalah air yang dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari dan dapat menjadi air minum
setelah di masak terlebih dahulu.

Penyediaan air bersih merupakan salah satu hal utama bagi masyarakat dalam
keberlangsungan hidupnya dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan serta
kesejahteraan masyarakat terutama dalam menunjang kesehatian seperti minum,
memasak mandi dan mencuci. Maka dalam hal ini perlu adanya upaya terhadap
penyadiaan infratruktur air bersih kepada masyarakat terutama dalam menjaga
ketersediaan air bersih yang cukup dengan mendorong penyediaan infrastruktur dasar
permukiman di daerah perkotaan. Salah satu hal yang perlu menjadi perhatian khusus
yaitu dengan pengadaan infrastruktur air minum dan sanitasi.

1
Institut Teknologi Nasional
Seiring berkembangnya waktu penyediaan air bersih menjadi isu yang sangat utama
di kota metropolitan maupun kota besar dengan pertumbuhan penduduk yang cukup
tinggi. Kota Bandung sebagai kota metropolitanpun sering terjadi permasalahan
dalam penyediaan air bersih yang erat kaitanya dengan terbatasnya sumber air baku
dan tingginya tingkat kehilangan air serta tingginya tingkat konsumsi air bersih.

Sarana prasarana merupakan elemen peranan terpenting bagi pertumbuhan dan


pekembangan suatu kota, karena sarana prasarana dapat memberi dampak terhadap
peningkatan taraf dan mutu kehidupan masyarakat. Air bersih merupakan salah satu
hal penting dan menjadi prioritas dalam perencanaan kota (Catanese & Snyder
1996). Pelayanan perpipaan di perkotaan di Indonesia umunya masih bergantung
oleh PDAM. Namun dalam hal kondisi tingkat pelayanan PDAM saat ini belum
optimal. Terdapat 381 PDAM yang melayani kurang dari 50% penduduk kota dan
10% penduduk desa. Tak terkecuali Kota Bandung dimana penyediaan air bersih
yang diselenggarakan oleh PDAM  Kota Bandung Sejak tahun 2017. Dalam usaha
peningkatan pelayanan air bersih teresbut PDAM Kota Bandung mempunyai kendala
yang cukup berat dalam peningkatan prodksi air bersih yakni sulitnya mencari
sumber air baku yang baru. Untuk mempermudah memenuhi kebutuhan air bersih
bagi masyarakat perlu adanya keterlibatan pihak swasta pemerintah dan PDAM Kota
Bandung dalam meningkattkan pelayanan air bersih.

Bedasarkan arahan RTRW Kota Bandung tahun 2011 - 2031 pekembangan kawasan
perkotaan diarahkan ke kawasan bandung bagian timur tepanya di kawasan
Gedebage. Hingga saat ini perkembangan masih sedang berjalan ditandai dengan
pembangunan kawasan pemukiman perkantoran dan komersial lainya. Seiring dengan
perkembangan tersebut perlu diikuti peningkatan pelayanan utilitas salah satu yang
penting ialah air bersih. Kondisi pelayanan air bersih saat ini di kawasan gedebage
sekittar 30% rrumah tangga baru yang mendapatkan pelayanan air bersih (sumber
PDAM Tirta Wening). Diperkirakan tingginya perkembangan kawasan perkotaan dii
kawasan gedebage pelayanan air bersih akan menjadi permasalahan utama

2
Institut Teknologi Nasional
berdasarkan gambaran ttersebut maka perlu adanya studi tentang Kajian Tingkat
Pelayanan Air Bersih Terhadap Pengembangan Kawasan Pelayanan Baru Di
Kecamatan Gedebage Kota Bandung .

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) tahun 2015-2035 Kecamatan
Gedebage merupakan kawasan yang direncanakan menjadi pengembangan kawasan
yang bersinergikan antara pendidikan tinggi, ekonomi kreatif, kegiatan komersial dan
pusat pelayanan baru di Kota Bandung yang terdiri dari perumahan, pendidikan,
sentra olahrga dan perdagangan jasa. Hal ini tentu dalam infrastrukturnya Kawasan
ini sangat memerlukan infrsatruktur air bersih yang memadai untuk keberlanjutan
kehidupan masyarakat namun yang menjadi permasalahan adalah adanya kebijakan
pengembangan kawasan perkotaan mengarah ke gedebage diperkirakan adanya
peningkatan kebutuhan air bersih. Melalui PDAM Tirta Wening jumlah pelanggan
yang telayani sebesar 1.849 jiwa atau 0,04% dari seluruh jumlah penduduk
Kecamatan Gedebage. Air bersih tersebut disalurkan melalui perpipaan IPA Badak
3
Singa sebesar 281.287 m . Dari seluruh Kecamatan di Kota Bandung, Jumlah
pelanggan PDAM tirta wening di Kecamatan Gedebage termasuk dalam jumlah
pelanggan yang sedikit di Kota Bandung. Oleh karena itu munculah pertanyaan
spekulasi permasalahan yang dapat diidentifikasi yakni :

“Bagaimanakah tingkat pelayanan air bersih dalam mendukung Pengembangan


Kawasan Pelayanan Baru Di Kecamatan Gedebage Kota Bandung ?”

1.3 Tujuan dan Sasaran


Tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini yakni mengetahui tingkat pelayanan
kebutuhan air bersih dalam mendukung Pengembangan Kawasan Pelayanan Baru Di
Kecamatan Gedebage Kota Bandung.

3
Institut Teknologi Nasional
1.3.2 Sasaran
Sasaran yang akan dicapai pada penelitian guna mencapai tujuan diatas ialah terdapat
beberapa sasaran sebagai berikut:
1. Teridentifikasinya kajian perkembangan kawasan perkotaan berdasarkan
lahan yang terbangun 5 tahun terakhir.
2. Teridentifikasinya kondisi kebutuhan dan ketersediaan air bersih Kecamatan
Gedebage berdasarkan perkembangan jumlah penduduk
3. Teridentifikasi tingkat pelayanan air bersih dari kebutuhan dan ketesediaan

1.4 Ruang Lingkup


1.4.1 Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup subtansi pada penelitian ini yaitu menjelaskan mengenai kondisi
eksisting dari adanya penyediaan air bersih di Kawasan Gedebage Kota Bandung
terhadap tingkat pelayanan air bersih Kota Bandung serta penjelasan menganai
variabel standar kualitas air bersih dalam kebutuhan masyarakat, permasalahan air
bersih di permukiman, aksesbilitas air bersih dan permintaan serta ketersediaan air
bersih. Selain itu juga meninjau kembali program pemerintah dalam menangani
permasalahan air bersih. setelah teridentifikasinya eksisting pada penelitian ini
selanjutnya akan dilakukan proyeksi yang bertujuan untuk mengetahui ketersediaan
air bersih beserta dengan pengelolaannya di massa yang akan datang.

Ruang lingkup substansi sebagai berikut:


 Teridentifikasinya kajian perkembangan kawasan perkotaan berdasarkan
lahan yang terbangun 5 tahun terakhir.
Dalam perkembanganya kawasan perkotaan pada Kecamatan Gedebage
mengalami suatu proses pembangunan atau perkerasan yang terjadi diatas
lahannya yang secara keseluruhan dengan hasil yang mempengaruhi konteks
lingkungan tebangun yang meliputi bangunan, fasilitas umum dan sarana
lainya.
4
Institut Teknologi Nasional
 Teridentifikasinya kondisi kebutuhan dan ketersediaan air bersih.
Suatu pemenuhan air bersih dapat berhasil apabila memenuhi kebutuhan
masyarakatnya. Faktor yang dikaji dalam hal ini ialah proyeksi kebutuhan air
bersih berdasarkan jumlah penduduk dan ketersediaan air bersih. Hal ini
mempengaruhi keberhasilan pemenuhan air bersih yaitu salah satunya dilihat
dari ketersediaan air bersih yang berasal dari sumber air bersih yang ada di
Kawasan Bandung Raya.
 Teridentifikasi tingkat pelayanan air bersih dari kebutuhan dan ketesediaan
Suatu pembandingkan antara pemenuhan kebutuhan air bersih dan program
ketersediaan air bersih Gedebage yang berjalan dan pencapaian target
pemenuhan air bersih.

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup wilayah pada penelitian ini adalah berada di Kecamatan Gedebage
yang terletak di Sub Wilayah Kota (SWK) Gedebage Kota bandung. Dengan luas
wilayah di Kecamatan Gedegabe seluas 979,63 Ha. Berikut merupakan batas-batas
wilayah pada Kawasan Kecamatan Gedebage Kota Bandung :

Selatan : Kabupaten Bandung

Utara : Kecamatan Penyileukan

Timur : Kecamatan Rancasari

Barat : Kabupaten Bandung

Alasan dipilihnya lokasi ini karena pada Kawasan Gedebage merupakan kawasan
yang sering terjadi banjir setiap musim hujanya dan kawasan ini juga merupakan
kawasan paling timur Kota Bandung yang berbatasan langsung dengan Kabupaten
Bandung selain itu cakupan SPAM PDAM Tirta Wening di kawasan Kecamatan
Gedebage masih sepi peminat

5
Institut Teknologi Nasional
Kawasan ini didominasi gunalahan Permukiman, Perdagangan dan Jasa serta Industri
yang tersebar di Kawasan Kecamatan Gedebage. Yang mana pada kawasan ini
termasuk kedalam radius rencana pengembangan sentrabaru. Dapat dilihat
Kecamatan Gedebage pada gambar 1.1

6
Institut Teknologi Nasional
Gambar 1.1 Peta Kawasan Kecamatan Gedebage
7
Institut Teknologi Nasional
1.5 Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan penelitian ini disusun dalam 4 bab, pada setiap bab tersebut
akan dibagi menjadi sub-bab yang akan dibahas secara terperinci. Berikut merupakan
sistematika dari masing-masing bab dan keterangan sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah,
tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup yang berisi ruang lingkup substansi dan
ruang lingkup wilayah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian atau teori yang
berhubungan dengan dampak lalulintas, Kawasan guna lahan baru dan kebijakan
publik atau peraturan perundang-undangan yang terkait.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai perancangan penelitian yang berupa teknik
analisis data, teknik pengumpulan data dan metode penelitian

BAB IV GAMBARAN UMUM

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai jadwal perkiraan mengenai penelitian dan
rencana perkiraan keluaran penelitian.

BAB V HASIL ANALISIS

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai jawaban dari analisis yang tertera pada
metodelogi penelitian.

8
Institut Teknologi Nasional
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Air Bersih dan Air Minum


Bagian ini menjelaskan teori-teori terkait pengertian air bersih yang meliputi, definisi
air bersih dan air minum, sumber air besih, kebutuhan air bersih dan ketentuan air
bersih hingga penyediaan air bersih.

2.2.1 Air Bersih


Air Bersih merupakan air yang layak untuk dijadikan air baku bagi air minum.
selain itu layak pula untuk mandi, sanitasi dan kegiatan mencuci. Sebagai air yang
layak untuk di konsumsi, air bersih tidak diartikan bahwa dapat di minum langsung,
harus ada perlunya pengolahan terlebih dahulu seperti dimasak atau direbus hingga
mendidih. Kementrian Kesehatan mempunya definisi tersendiri tentang air bersih. Air
bersih adalah air yang dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari dan dapat menjadi air
minum setelah di masak terlebih dahulu. Air bersih harus memenuhi persyaratan bagi
sistem penyediaan air minum. Adapun persyartan yang dimaksud adalah dari segi
kualitas yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila
dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes
No.416/Menkes/PER/IX/1990).

Air bersih dalam kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan paling esensial,
sehingga kita perlu memenuhinya dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Salain
untuk dikonsumsi air bersih juga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup melalui upaya peningkatan derajat kesehatan
(Sutrisno, 1991:1). Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia,
maka kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :

9
Institut Teknologi Nasional
1. Syarat fisik: air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak berasa, suhu antara 10o – 25o C (sejuk).

2. Syarat kimiawi: tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun,

tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, cukup yodium, pH air

antara 6,5 – 9,2

3. Syarat bakteriologi: tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti

disentri, kolera dan bakteri patogen penyebab penyakit (Mulia, 2005).

Dari uraian diatas menurut Suriawiria (2005), bahwa memenuhi syarat

tidaknya kualitas air untuk keperluan kehidupan, ditentukan oleh ketentuan dan
persyaratan secara fisik, kimia dan bakteriologi. Penyediaan air bersih dengan
kualitas yang buruk akan mengakibatkan dampak yang buruk juga untuk kesehatan
sehinngga kualitas air bersih harus terkontrol dan terjamin. Penyediaan air bersih
harus dapat melayani sebagian besar seluruh masyarakat, agar masyarakat yang
terkena penyakit yang berkenaan dengan air dapat diturunkan. Hal ini tidak dapat
hanya dilakukan oleh pemerintah sebagai pelayan masyarakat melainkan semua pihak
termasuk masyarakat itu sendiri untuk mengetahui pentingnya hidup sehat dengan
salah satunya menggunakan air bersih. Di Indonesia ketentuan mengenai standar
kualitas air bersih mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 416 tahun
1990 tanggal 3 September 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air..
Dalam peraturan tersebut standar air bersih dapat dibedakan menjadi empat ketegori,
yaitu :

1. Persyaratan kualitas air untuk air minum.

2. Persyaratan kualitas air untuk air bersih.

3. Persyaratan kualitas air untuk air kolam renang.

10
Institut Teknologi Nasional
4. Persyaratan kualitas air untuk air pemandian umum.

Penyediaan air bersih di Indonesia untuk masyarakat dilakukan masyarakat itu sendiri
dan oleh PDAM. Dimana Kualitas air baik yang dihasilkan oleh sumber yang ada
dimasyarakat ataupun oleh PDAM sampai saat ini belum semuanya memenuhi syarat
yang ditentukan. Hal ini diperlukan sekali pengawasan dan pengontrolan atas kualitas
air bersih. Karena air bersih digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti minum,
memasak, mencuci dan lain-lain.

2.2.2 Air Minum


Air minum merupakan air yang kualitasnya memenuhi syarat dan dapat di
minum langsung. Dalam Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, tentang
persyaratan kualitas air minum menyatakan bahwa air minum adalah air yang melalui
proses pengolahan yang memenuhi syarat Kesehatan dan dapat langsung diminum.
Air minum dapat dikonsumsi apabila memenuhi standar Kesehatan dengan
persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif.

Berdasarkan Syarat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), air minum yang


ideal adalah yang aman dikonsumsi, jernih, tidak berbau, tidak berasa aneh, bersuhu
wajar, bersih dari bakteri, dan mengandung sedikit jumlah mineral.

Standar kualitas air minum merupakan batas operasional dari kualitas air
dengan menerapkan pertimbangan non teknis, semisal kondisi sosial ekonomi, target
atau tingkat kualitas produksi, tingkat Kesehatan yang ada dan teknologi yang
tersedia.

2.2 Sumber Air


Sumber air merupakan elemen utama untuk penyediaan air bersih karena tanpa
sumber air maka suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi. Sumber-
sumber air tersebut harus mencukupi secara kuantitas dan dari segi kualitas harus

11
Institut Teknologi Nasional
memenuhi syarat dalam mempermudah proses pengolahan. Secara umum air berasal
dari sumber-sumber antaralain sebagai berikut :

a. Air Laut
Air laut memiliki sifat yang asin karena mengandung garam NaCl. Karena
air laut mempunyai kadar NaCl sampai 3% maka air laut tidak memenuhi
syarat untuk di minum. (sumber tahun) Terkecuali apabila ada proses
penawaran air laut lalu dilakukan penyulingan air laut maka air laut bisa saja
memenuhi syarat untuk di minum
b. Air Hujan
Air hujan merupakan uap air yang sudah mengalami proses siklus air yaitu
mengalami kondensasi, kemudian jatuh ke bumi berbentuk air. Cara air
hujan dapat dijadikan sebagai air minum seharusnya jangan saat air hujan
baru mulai turun, karena mengandung banyak kotoran.
c. Air Permukaan
Air permukaan (surface water) meliputi air sungai, danau, waduk, rawa dan
genangan air lainnya, tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah
yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheads atau drainage
basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut
limpasan permukaan (surface run off) dan air yang mengalir di sungai
menuju laut disebut aliran air sungai (river run off). Wilayah di sekitar
daerah aliran sungai yang menjadi tangkapan air disebut catchment basin
(Effendi, 2003).
d. Air Tanah
Air Tanah Merupakan air yang berada di bawah tanah didalam zone jenuh
dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer

12
Institut Teknologi Nasional
(Suryono, 1993). Pada dasarnya air tanah dapat di bagikan dalam beberapa
jenis diantaranya air tanah dangkal, air tanah dalam dan Mata Air.
e. Mata Air
Mata air sangat baik dari segi kualitas apabila dipakai sebagai air baku
karena berasal dari dalam tanah muncul ke permukaan tanah akibat adanya
tekanan sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Biasanya
lokasi mata air merupakan daerah terbuka, sehingga mudah terkontaminasi
oleh lingkungan sekitar. Contohnya banyak ditemui bakteri E.–coli pada air
tanah. Dilihat dari segi kuantitasnya, jumlah dan kapasitas mata air sangat
terbatas sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan sejumlah penduduk
tertentu.

2.3 Kebutuhan Air Bersih


Kebutuhan air bersih merupakan banyaknya air yang diperlukan untuk
melayani masyarakat yang dibagi dalam dua pengelompokan pemakaian air, yaitu
untuk keperluan rumah tangga (Domestik) dan Non Domestik. Untuk melayani
cakupan jumlah pelayanan penduduk dalam air bersih sesuai target, maka perlu
adanya perencanaan kapasitas sistem penyediaan air bersih baik keperluan untuk
Domestik maupun Non Domestik. (BSN Raju, 1995).
a. Kebutuhan Air Bersih Domestik (Rumah Tangga)
Kebutuhan air domestik (Domestic Demand) adalah kebutuhan air bersih dalam
memenuhi keperluan rumah tangga yang dipakai kegiatan sehari hari dalam hal
ini termasuk air minum, masak, membersihkan toilet dan sebagainya
(Kementerian PU, “Kebutuhan Air Maksimum”). kebutuhan dasar domestik
merupakan kebutuhan air bersih dilakukan melalui Sambungan Rumah (SR) serta
kebutuhan umum yang disediakan melalui fasilitas Hydrant Umum. Tingginya
kebutuhan ini tergantung pada perilaku, status sosial dan juga kondisi iklim (BSN
Raju, 1995). Analisis sektor domestik untuk masa yang akan datang dilaksanakan
dengan dasar analisis pertumbuhan penduduk pada wilayah yang direncanakan.

13
Institut Teknologi Nasional
Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air domestik saat ini dan di masa
yang akan datang dihitung berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan
penduduk pada wilayah yang direnanakan.
Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air domestik saat ini dan di masa
yang akan datang dihitung berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan
penduduk dan kebutuhan air perkapita. Kebutuhan air perkapita dipengaruhi oleh
aktivitas fisik dan kebiasaan atau tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, dalam
memperkirakan besarnya kebutuhan air domestik perlu dibedakan antara
kebutuhan air bagi penduduk daerah urban (perkotaan) dan daerah rural
(perdesaan).
Adanya pembedaan kebutuhan air dilakukan dengan pertimbangan bahwa
penduduk di daerah urban cenderung memanfaatkan air secara berlebih
dibandingkan penduduk di daerah rural.
b. Kebutuhan Air Bersih Non Domestik (Komersial)
Kebutuhan air bersih non domestik adalah kebutuhan air untuk memenuhi
kebutuhan komersial baik berupa sarana dan prasarana seperti Pendidikan
(sekolah-sekolah), Peribadatan (masjid dan gereja), perkantoran (Pemerintah dan
swasta), Umum (rumah sakit, pasar dan terminal) hingga Komersil (toko dan
perhotelan) dan Industri. Kebutuhan dasar air non domestik merupakan kebutuhan
air bagi penduduk di luar lingkungan perumahan (Kementerian PU, “Kebutuhan
Air Maksimum“). Kebutuhan air non domestik sering juga disebut kebutuhan air
perkotaan (Municipal).
Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat ditentukan oleh banyaknya fasilitas
perkotaan tersebut. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat dinamika kota
dan jenjang suatu kota. Untuk memperkirakan kebutuhan air perkotaan suatu kota
maka diperlukan data-data lengkap tentang fasilitas penduduk kota tersebut.
c. Kehilangan Air

14
Institut Teknologi Nasional
Kehilangan air adalah selisih antara banyaknya air yang disediakan dengan air
yang dikonsumsi. Kehilangan air fisik/teknis maksimal 20%, dengan komponen
utama penyebab kehilangan atau kebocoran air yaitu kebocoran pada pipa
transmisi dan pipa induk, kebocoran dan luapan pada tangki reservoir, kebocoran
pada pipa dinas hingga meter pelanggan (Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 2000).
d. Kebutuhan maksimum
Yaitu dalam periode satu minggu, bulan atau tahun terdapat hari-hari tertentu
dimana pemakaian airnya maksimum. Keadaan ini dicapai karena adanya
pengaruh musim. Pada saat pemakaian demikian disebut pemakaian hari
maksimum. Kebutuhan air produksi direncanakan sama dengan kebutuhan
maksimum. Besarnya kebutuhan air maksimum (Q max) = F max x Q rata-rata,
dengan faktor F max = 1,1 (Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 2000).

2.4 Ketersediaan Air Bersih


Ketersediaan air bersih adalah seberapa besar cadangan air yang tersedia untuk
keperluan masyarakat. Ketersediaan air ini biasanya terdapat pada air permukaan
tanah. Ketersediaan air juga di asumsikan dengan ketersediaanya air di sungai,
meskipun dalam pengkajian irigasi, curah hujan efektif juga termaksud dalam
ketersediaan air. Perhatian utama dalam ketersediaan air adalah pada aliran sungai.
Tetapi dengan beberapa pertiimbangan hujan termaksud dalam (Dep. PU 1983).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan air diantara lain (Linsley, dkk.1986)

1. Iklim
2. Ciri-ciri penduduk
3. Masalah lingkungan hidup
4. Industri dan perdagangan
5. Ukuran kota
6. Kebutuhan konservasi Air

15
Institut Teknologi Nasional
2.5 Penyediaan Air Bersih dan Air Minum
Penyediaan air bersih di kota dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
dengan memanfaatkan air baku. Air baku bersumber dari air tanah, air permukaan, air
hujan, dan mata air. Pemanfaatan air tanah sebagai suplai air bersih terutama di
daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan jaringan induk PDAM Kota. Akan
tetapi, tidak semua daerah memiliki potensi air tanah yang layak. Potensi Air tanah di
suatu wilayah dapat diketahui dari survei 10 buah sumur dapat mewakili potensi air
tanah di wilayah tersebut dan berdasarkan informasi instansi yang terkait tentang
jenis tanah/batuan, kualitas dan kuantitas air, dan kedalaman air tanah (Karya, 2007).

Selain itu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 122 tahun 2015,
ada pula penyediaan air minum yang merupakan, pengadan air minum untuk
memenuhi kebutuhan air minum bagi masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang
sehat, bersih, dan produktif dengan sistem penyediaan sebagai barikut:

Sistem Penyediaan air Minum :

1. Pengambilan air baku, sumber air :


- Air Permukaan (sungai, danau, waduk dll)
- Air Tanah (sumur, pemompaan, dll)
2. Proses pengolahan Air Baku (Treatment) : Untuk memenuhi suatu mutu air
tertentu serta ataupun dalam rangka meningkatkan nilai tambah dari air,
hingga air dari sumber pada umumnya harus melalui proses lanjut berupa :
- Penjernihan dari partikel lain (sedimentation, flocculation, filtration dll)
- Pengontrolan bakteri air (disinfrction, ultra violet ray, ozone treatment dll)
- Komposisi kimia air (aeration, iron and manganese removal, carbon
activated, dll)
3. Penampungan (storage)
- Penampungan bahan baku air (waduk, sungai/long storage)
- Penampungan bahan baku air olahan (tangki tertutup, kolam terbuka, dll)

16
Institut Teknologi Nasional
Gambar 2.1 Sistem Penyediaan Air Bersih

2.4.1 Kualitas Air Bersih


Air baku yang digunakan menghasilkan air bersih yang telah memenuhi syarat
yang tertuang dalam peraturan pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengolahan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Pada pasal 8 PP mengenai klasifikasi
dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :

1. Kelas I yaitu air yang diperuntukan untuk air baku air minum yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaannya.
2. Kelas II yaitu air yang diperuntukan untuk (prasarana/sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan tawar, peternakan, untuk mengaliri tanaman.
3. Kelas III yaitu air yang digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar
peternakan, untuk mengaliri tanaman. Atau untuk peruntukan lainnya
yang sama jenis kegunaannya.
4. Kelas IV yaitu air yang digunakan untuk mengaliri tanaman atau untuk

17
Institut Teknologi Nasional
peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu yang sama
kegunaannya.
Tabel 2.1
Kelas Mutu air Kelas 1

PARAMATER SATUAN KELAS 1 KETERANGAN


FISIKA
Temperatur 0
C Deviasi 3 Deviasi temperatur dari
keadaan alamiah
Residu Terlarut Mg/L 1000
Residu Mg/L 50 Bagi pengolahan air
Tersuspensi minum secara konensional,
residu tersuspens ≤ 5000
Mg/L
KIMIA ORGANIK
Ph Mg/L 6-9 Apabila secara alamiah
diluar rentang konvesional
tersebut, maka ditentukan
berdasarkan kondisi ilmiah

BOD Mg/L 2
COD Mg/L 10
DO Mg/L 16 Angka batas minimum
Total Fosfat sbg P Mg/L 0,2
NO3 sebagai N Mg/L 10

18
Institut Teknologi Nasional
NH3– N 0,5 Bagi perikanan,
kandungan amoniak bebas
untuk ikan yang peka ≤0,02
Mg/L sebagai
NH3
Arsen Mg/L 0,05

Kobalt Mg/L 0,2


Barium Mg/L 1
Boron Mg/L 1
Selinium Mg/L 0,01
Kadmium Mg/L 0,01
Khrom(VI) Mg/L 0,05
Tembaga Mg/L 0,02 Bagi pengolah air minum secara
konvesional, Cu ≤ 1 Mg/L
Besi Mg/L 0,3 Bagi pengolah air minum secara
konvesional, Fe ≤
5 Mg/L
Timbal Mg/L 0,03 Bagi pengolah air minum secara
konvesional, Pb ≤
0,1 Mg/L
Mangan Mg/L 0,1
Air raksa Mg/L 0.001
Seng Mg/L 0,05 Bagi pengolah air minum secara
konvesional, Zn ≤
5 Mg/L
Kholorida Mg/L 600
Sianida Mg/L 0,02
Fluorida Mg/L 0,5
Nitrit sebagai N Mg/L 0,06 Bagi pengolah air minum secara
konvesional,
NO2_N ≤ 1 Mg/L
Sulfat Mg/L 400

19
Institut Teknologi Nasional
Kholorin bebas Mg/L 0,03 Bagi ABAM tidak
dipersyaratkan

Belerang sebagai Mg/L 0,002 Bagi pengolah air minum secara


H2S konvesional, H2S
< 0,1 Mg/L
MIKROBIOLOGI
-Total cplifron Jml/100ml 1000
-RADIOKTIVITAS
-Gross-A Bg/L 0,1
-Gross-B Bg/L 1
KIMIA ORGANIK
Minyak dan lemak Ug/L 1000
Detergen sebagai Ug/L 200
MBAS
Senyama fenol Ug/L 1
sebagai fenol
BHC Ug/L 210
Aldrin/Dieldrin Ug/L 17
Chlordane Ug/L 3
DDT Ug/L 2
Heptachlor dan Ug/L 18
heptachlor epoxide
Lindane Ug/L 56
Methoxyclor Ug/L 35
Ndrin Ug/L 1
Toxamphan Ug/L 5
(Sumber : PP No 82 tahun 2001 tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian
perencanaan air)

Keterangan :
Mg = miligram L = liter
20
Institut Teknologi Nasional
Ug = microgram Bq = Bequeler
MBAS = Methyelene blue actif Ml = mililiter
suptance
ABAM = Air baku untuk air
minum

Logam berat merupakan logam terlarut , nilai di atas merupakan batas


maksimum , kecuali untuk pH dan DO. Bagi pH menupakan nilai rentang yang tidak
boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum. Nilai DO merupakan batas
maksimum. Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter
tersebut tidak dipersyaratkan. Tanda (≤) lebih kecil atau sama dengan tanda < adalah
lebih kecil.

Kualitas atau mutu air yang mengalir dalam suatu jaringan pipa distribusi air
sangatlah penting. Karena, tujuan utama dari perencanaan jaringan distribusi air
bersih adalah agar para konsumen dapat mengkonsumsi air tersebut dengan aman.
Dalam perjalanannya air selalu berhubungan langsung dengan dinding pipa bagian
dalam dan perlengkapan pipa. Bila terdapat kerusakan pada jalur pipa, otomatis air
didalamnya akan terkontaminasi dengan bahan-bahan yang dapat menurunkan
mutunya. Sebaliknya jalur pipa tersebut dalam kondisi yang sangat baik dimana air
terlindungi dari pengaruh luar, maka mutu air pada jaringan pipa distribusi tersebut
aman tetap terjaga. Dipindah ke distribusi.

2.4.2 Distribusi Air Bersih


Distribusi air bersih merupakan sistem yang langsung berhubungan dengan
konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi
syarat ke seluruh daerah pelayanan.Sistem ini ini terdiri dari reservoir dan pipa
distribusi. Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah
tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi
(kontinuitaspelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari
instalasi pengolahan. Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan

21
Institut Teknologi Nasional
air bersih kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan
faktor kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor
yang didambakan oleh para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu. Berikut
merupakan dari bentuk pendistribusian air bersih, antara lain.

a. Sistem distribusi jaringan perpipaan air bersih


Sistem jaringan perpipaan berfungsi untuk mengalirkan zat cair dari satu
tempat ke tempat yang lain. Aliran terjadi karena adanya perbedaan tinggi
tekanan di kedua tempat, yang bisa terjadi karena adanya perbedaan tinggi
tekanan di kedua tempat, yang bisa terjadi karena adanya perbedaan elevasi
muka air atau karena digunakan pompa (Triatmodjo, 1993).
b. Sistem distribusi truk tangki air bersih
Sistem penyaluran air bersih melalui truk tangki berfungsi untuk menyalurkan
air bersih apabila pada musim kemarau debit air baku mengalami penurunan
dengan melakukan program pembagian air bersih melalui mobil tangki.
Kegiatan pembagian air bersih melalui mobil tangki ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang mengalami kesulitan memperoleh air
bersih di musim kemarau. (PDAM 2020)

2.4.3 Ketentuan Penyediaan Air Bersih


Kebutuhan air baku dalam hal ini di titik beratkan pada penyediaan air baku untuk
diolah menjadi air bersih. (Ditjen Cipta Karya. 2000).

2.4.3.1 Standar Kebutuhan Air Bersih


Standar kebutuhan air ada 2 (dua) macam yaitu : (Ditjen Cipta Karya, 2000)

a. Standar kebutuhan air domestik


Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada
tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti ;
memasak, minum, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. Satuan yang
dipakai adalah liter/orang/hari.

22
Institut Teknologi Nasional
b. Standar kebutuhan air non domestik
Standar kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih diluar
keperluan rumah tangga. Kebutuhan air non domestik antara lain :
1. Penggunaan komersil dan industri.
Yaitu penggunaan air oleh badan-badan komersil dan industri.
2. Penggunaan umum
Yaitu penggunaan air untuk bangunan-bangunan pemerintah, rumah sakit,
sekolah-sekolah dan tempat-tempat ibadah.

Kebutuhan air domestik untuk kota dapat dibagi dalam beberapa ketegori antara lain :
(Ditjen Cipta Karya,2000)

 Kota Kategori I (Metro)


 Kota Kategori II (Kota Besar)
 Kota Kategori III (Kota Sedang)
 Kota Kategori IV (Kota Kecil)
 Kota Kategori V (Desa)
Tabel 2. 1 Kebutuhan Air Berdasarkan Domestik
No Uraian Kota Kategori Bedasarkan Jumlah Penduduk
(Jiwa)
>1.000.000 500.000 s/d 100.000 s/d 20.000 s/d <20.000
Desa
Kota 1.000.000 500.000 100.000
Metropolita Kota Besar Kota Kota Kecil
n Sedang
1 Konsumsi Unit 190 170 130 100 80
Sambungan (SR)
(l/o/h)
2 Konsumsi Unit 30 30 30 30 3
Hidran Umum
(HU)
3 Konsumsi Unit 20 – 30 20 – 30 20 – 30 20 – 30 20 – 30
Non Domestik
(l/o/h) (%)
4 Kehilangan Air 20 – 30 20 – 30 20 – 30 20 – 30 20 – 30
(%)

23
Institut Teknologi Nasional
5 Faktor Hari 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
Maksimum
6 Jam Puncak 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
7 Jumlah Jiwa Per 5 5 5 5 5
SR
8 Jumlah Jiwa Per 100 100 100 100 1
HU
9 Sisa Tekan di 10 10 10 10 10
Penyediaan
Distribusi (Meter)
10 Jam Operasi (Jam) 24 24 24 24 24
11. Volume Reservoir 15-25 15-25 15-25 15-25 15-25
(%) Max Day
Demand
12. SR:HU 50 : 50 50 : 50 80 : 20 70 : 30 70 : 30
s/d 80 : 20 s/d 80 : 20
13. Cakupan Wilayah 90 90 90 90 70
Pelayanan (%)
Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya PU, 2000

Kebutuhan air bersih non domestik untuk kategori I sampai dengan V dan beberapa
sektor lain adalah sebagai berikut :

Tabel 2. 2 Kebutuhan Air Berdasarkan Sektor Non Domestik

No Sektor Nilai Setuan


1 Sekolah 10 Liter / Murid / Hari
2 Rumah Sakit 200 Liter / Bed / Hari
3 Puskesmas 2000 Liter / Unit / Hari
4 Masjid 3000 Liter / Unit / Hari
5 Gereja 1000 Liter / Unit / Hari
6 Kantor 10 Liter / Pegawai /

24
Institut Teknologi Nasional
Hari
7 Pasar 12000 Liter / Hektar / Hari
8 Hotel 150 Liter / Bed / Hari
9 Rumah Makan 100 Liter / tempat
duduk / Hari
10 Komplek Militer 60 Liter / Orang / Hari
11 Kawasan Industri 0.2 – 0.8 Liter / Detik / Hari
12 Kawasan Pariwisata 1.1 – 10.3 Liter / Hektar/ Hari
Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya PU, 2000

Tabel 2. 2 Kebutuhan Air Bersih Kategori V

No Sektor Nilai Setuan


1 Sekolah 10 Liter / Murid / Hari
2 Rumah Sakit 200 Liter / Bed / Hari
3 Puskesmas 2000 Liter / Unit / Hari
4 Hotel/losmen 90 Liter / Unit / Hari
5 Komersial/Industri 10
Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya PU, 2000

Tabel 2. 2 Kebutuhan Air Bersih Kategori Lain

No Sektor Nilai Setuan


1 Bandara 10 Liter / detik
2 Pelabuhan 50 Liter / detik
3 Stasiun KA – 1200 Liter / detik
Terminal Bus
4 Kawasan industri 90 Liter / detik
Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya PU, 2000

2.6 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih


Menurut Mangkoediharjo (1985), perhitungan kebutuhan air didasarkan pada
kebutuhan air harian maksimum dan kebutuhan air jam maksimum dengan
menggunakan referensi kebutuhan air rata-rata. Berikut adalah rumus yang digunakan
untuk perhitungan air rata-rata harian, kebutuhan air hari maksimum, dan kebutuhan
air jam maksimum.

a. Kebutuhan air rata – rata harian (Qrh)

25
Institut Teknologi Nasional
Qrh adalah jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan domestik, non
domestik dan kehilangan air.
Qh = Qdomestik + Qnondomestik + QKehilangan air……………….…….(3. 6)

b. Kebutuhan air hari maksimum (Qhm)

Qhm adalah fluktuasi yang dapat terjadi dari hari ke hari yang bervariasi namun
terdapat satu hari dimana pemakaian air lebih besar dibanding hari lainnya dalam
satu tahun. Perhitungan kebutuhan air hari maksimum dapat dihitung berdasarkan
rumus berikut:

𝑸𝒉𝒎 = 𝑭𝒉𝒎 𝒙 𝑸𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏…...………………………….…..(3. 7)

Dimana:

Fhm = faktor harian maksimum = 1,1 - 1,2

a. Kebutuhan air jam maksimum (Qjm)

Jam puncak merupakan jam dimana terjadi pemakaian air terbanyak dalam 24
jam.

𝑸𝒋𝒎 = 𝑭𝒋𝒎 𝒙 𝑸𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏………..…..……………..……….(3. 8)

Dimana:

Fjm = faktor jam maksimum = 1,5 - 2,25

2.7 Studi Terdahulu


Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari penelitian yang pernah dilakukan peneliti
lainnya sebagai bahan perbandingan juga sebagai acuan untuk melihat proses
pengolahan data yang dilakukan. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan
analisis kinerja pelayanan publik maupun analisis kinerja implementasi smart
government diantara lain, yaitu :
Tabel 2. 3 Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Metodelogi Variabel Hasil Penelitian

26
Institut Teknologi Nasional
Peneliti/ Penelitian
Tahun
1 Muhammad Analisis Penelitian tugas Variabel Teranalisis
Agus Kebutuhan akhir ini Independen (X): besarnya
Salim/2019 dan menggunakan  Jumlah kebutuhan air
Ketersediaan metode Penduduk bersih,
Air Bersih penelitian yang dilayani meminimalkan
dengan  Luas Wilayah keluaran air serta
pendekatan Penduduk efisiensi dan
studi kasus yang  Pendapatan optimalisasi
mana metode Perkapita kebetuhan &
yang digunakan Variabel (Y): ketersediaan air
bersifat Kinerja PDAM bersih di Bekasi
deskriptif yang Tirta Bagasasi Utara
merupakan
analisa
fenomena atau
kejadian masa
lampau
2 Ana Tri ANALISIS Metode dalam Variabel Menghasilkan
Lestari/2016 DAN penyusunan Independen (X): output berupa
RENCANA penelitian ini  Kondisi gambaran
PENGEMB yaitu didasarkan Demografi pembangunan
ANGAN pada gap yang  Kondisi Air distribusi
JARINGAN merujuk pada Tanah penyediaan air
DISTRIBUS kondisi ideal  Gambaran
I AIR dengan kondisi Wilayah
BERSIH realita. Selain Variabel (Y):
UNIT itu pula Kinerja PDAM
PELAYAN dilakukan Kabupaten
AN metode Klaten
CABANG pendekatan
TIMUR survei
PDAM
KABUPAT

27
Institut Teknologi Nasional
EN
KLATEN
3 Meyra PENGELOL Metode Variabel Menghasilkan
Riastika/201 AAN AIR penelitian yang Independen (X): sumber daya air
2 TANAH digunakan  Kedalaman baru berupa mata
BERBASIS adalah Muka Air air tanah yang
KONSERV metode Tanah cukup besar yang
ASI DI deskriptif.  Kuantitas dapat
RECHARG Sedangkan Air dimanfaatkan
E AREA berdasarkan  Daerah sebagai keperluan
BOYOLALI teknik Recharge Air air bersih
dan alat yang Tanah masyarakat
digunakan Variabel (Y):
untuk meneliti, Kinerja PDAM
Metode yang Kabupaten
digunakan Boyolali
dalam
melakukan
analisis adalah
analisis
kuntitatif
dilakukan
dengan cara
kuantitatif
spasial.
4 Yani Kinerja Metode yang Variabel Mengahasilkan
Yuliani/2014 Pelayaan Air digunakan pada Independen (X): penilaian kinerja
Bersih penelitian ini  Kebutuhan dari sisi
Berbasis yaitu Air Bersih penyelenggara
Masyarakat Pendekatan  Kuantitas meliputi aspek
di Tegurejo penelitian yang Air operasional,
Kota digunakan  Tingkat keuangan dan
Semarang dalam penelitian kehilangan konsistensi
ini pendekatan air
positivistik  Pertumbuhan

28
Institut Teknologi Nasional
rasionalistik. pelanggan
Pendekatan Variabel (Y):
positivistik, Kinerja
yaitu Pelayanan
pendekatan PDAM Kota
yang Semarang
memandang
suatu fenomena
itu konkrit,
teramati,
terukur, dan
hubungan
gejalanya
bersifat sebab
akibat

Berdasarkan tabel diatas yang menjadi acuan studi ini tedapat beebrapa pendekatan
metodelogi yang serupa dengan penelitian yang dilakukan diantarnya yaitu
pendekatan deskriptif, metode perbandingan sebab akibat dan metode analisa
kuantiatif selain itu pula terdapat beberapa variabel data yang identik yaitu
demografi, kebutuhan air bersih, kuantitas air bersih dan faktor pertumbuhan
pelanggan. Hal hal tersebut menjadi acuan dalam melakukan penelitian mengenai
penyediaan air bersih yang dilakukan sejumlah instansi resmi yaitu PDAM.

29
Institut Teknologi Nasional
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Menurut Kotler, et al. (2006) dalam buku yang berjudul “Principles of Marketing”,
jenis-jenis penelitian berdasarkan tujuannya terdiri dari penelitian deskriptif,
penelitian eksploratori, dan penelitian eksplanatori. Jenis penelitian pada studi ini
adalah penelitian eksploratori. Menurut Hermawan (2008), penelitian eksploratori
adalah salah satu jenis penelitian sosial yang tujuannya untuk memberikan sedikit
definisi atau penjelasan mengenai konsep atau pola yang digunakan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif kuantitatif studi
yang mana untuk mengetahui kebutuhan air bersih untuk wilayah pelyanan kawasan

30
Institut Teknologi Nasional
Gedebage Kota Bandung PDAM Tirtawening, serta meninjau sumber ketersediaan air
di Kota Bandung.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Pada penelitian ini, terdapat dua jenis metode pengumpulan data yaitu data sekunder
dan data primer yang diperoleh dari studi-studi yang pernah ada, referensi dari
berbagai jenis buku atau literature lainnya, pengamatan lapangan, dokumentasi,
pengukuran,dll.

3.1.1 Data Primer


Menurut Hasan, mendefinisikan bahwa data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang
bersangkutan yang memerlukannya. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian
ini yaitu melalui metode observasi dan wawancara

Observasi merupakan kegiatan memperoleh informasi yang dilakukan secara


sistematis melalui alat rekam visual seperti kamera maupun sketsa (Nasution, 2002).
Dimana hal ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik permintaan (demand) dan
karakteristik penyedia (supply). Observasi, dimana penelitian ini dilakukan dengan
mengamati dan mencatat secara sistematis mengenai fenomena dan gejala-gejala
yang ada di lapangan seperti aktivitas masyarakat di permukiman dalam memenuhi
kebutuhan air bersih sehari-hari, sumber-sumber air yang digunakan masyarakat di
Kecamatan Gedebage untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sumber supply air
bersih PDAM, dan lainnya.

Wawancara adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar


informasi mupun suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan
menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik tertentu. Pada topik penelitian
ini wawancara ini dilakukan kepada instansi resmi Kota Bandung terkait penyedia air
bersih guna mengetahui apa saja yang dilakukan terhadap kebutuhan air bersih di

31
Institut Teknologi Nasional
Kecamatan Gedebage serta bagaimana pendekatan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih tersebut.

3.1.2 Data Sekunder


Menurut Sugiono, mendefinisikan data sekunder adalah data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder diperoleh dan dikumpulkan
dari instansi atau institusi, internet, dan buku-buku literature yang validitasnya dapat
dipertanggung jawabkan. Pada data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini
diantaranya sebagai berikut :

No Jenis Data Sumber


1 Jumlah pelanggan air bersih PDAM PDAM Tirtawening
Kecamatan Gedebage
2 Peta Daerah Gedebage Distaru Kota Bandung
2. Jumlah Penduduk Kecamatan Gedebage
Dalam Angka
3 Jumlah kebutuhan air bersih Hasil proyeksi
4 Data rasio penggunaan air bersih Hasil proyeksi
3.3 Metode Analisis
Menurut singarimbun (1989), Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data adalah
proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data. Analisis data merupakan bagian proses penelitian
dan bagian penting dalam penelitian yang dilakukan setelah data terkumpul.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini meggunakan metode analsis
campuran yaitu deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis Deskriptif Kualitatif
yang digunakan pada penelitian ini merupakan analisis deskripsi dalam
menggambarkan suatu keadaan di saat ini maupun di masa yang akan datang
sedangkan Analisis Deskriptif Kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini

32
Institut Teknologi Nasional
merupakan perhitungan dengan Metode Aritmatika, Geometry & Least Square dari
kebutuhan air bersih yang ada di kawasan Kecamatan Penelitian.

1. Identifikasi kajian perkembangan kawasan perkotaan berdasarkan lahan yang


terbangun 5 tahun terakhir dan perkembangan jumlah penduduk Kecamatan
Gedebage.
Dalam mengidentifikasi kawasan terbangun dengan dilakukan pengumpulan
data berupa peta guna lahan 5 tahun terakhri, Peta Citra dan data luas lahan
eksisting. Setelah data tersebut diperoleh selanjutnya dilakukan dengan
analisis menggunakan metode Overlay guna mengetahui jumlah luasan lahan
terbangun.
2. Identifikasi kebutuhan dan ketersediaan air bersih bagi masyarakat Kecamatan
Gedebage.
Dalam mengidentifikasi kondisi ketersediaan air bersih antara lain dilakukan
prroyeksi jumlah penduduk yang kemudian dilakukan analisa proyeksi
kebutuhan air bersih domestik (Rumah Tangga) dan non domestik
(Komersial) yang kemudian di sandingkan dengan ketesediaan debit sumber
air bersih.
3. Identifikasi tingkat pelayanan air bersih dari kebutuhan dan ketesediaan di
Kecamatan Gedebage Kota Bandung.
Dalam mengidentifiikasi tingkat pelayanan dilakukan dengan
membandingkan kebutuhan air bersih dan ketersediaan air bersih.

Setelah dilakukan analisis overlay pada GIS untuk kawasan terbangun. Kemudian
dilakukan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif kebuttuhan serta ketersediaan
air bersih. Selanjutnya dilakukan analisis tingkat pelayabab air bersih dalam
perbandingan antara kebutuhan air bersih dan ketersediaan air bersih.

33
Institut Teknologi Nasional
3.3.1 Analisis
Dalam analisis nya ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk menganalisis sasaran
sasaran yang tertera diantaranya yaitu ada pertama tam digunakan metode proyeksi
penduduk. yaitu metode rata – rata aritmatik, metode least square, dan metode
berganda (geometric). Kemudian hasil dari proyeksi penduduk tersebut di
konversikan ke dalam analsis kebutuhan air bersih serta dilakukan analisis deskriptif
kuantuitatf dan kuantitaitf.

3.3.1.1 Proyeksi Penduduk


a) Metode Rata – rata Aritmatik

Metode ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang selalu naik
secara konstan, dan dalam kurun waktu yang pendek. Rumus yang digunakan :

𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + 𝑟(𝑑𝑛) …………………..…………………....(3.1)
Dimana :
Pn = jumlah penduduk tahun n
Po = jumlah penduduk tahun dasar
r = rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun
dn = periode waktu dalam tahun
b) Metode Berganda (Geometric)

Proyeksi dengan metoda ini menganggap bahwa perkembangan penduduk secara


otomatis berganda, dengan pertambahan penduduk. Metoda ini tidak
memperhatikan adanya suatu saat terjadi perkembangan menurun dan kemudian
mantap, disebabkan kepadatan penduduk mendekati maksimum. Rumus yang
digunakan :

𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 𝑥 (1 + 𝑟) 𝑑𝑛…………..…………………………(3.3)
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk tahun n
Po = Jumlah penduduk tahun dasar
34
Institut Teknologi Nasional
r = rata-rata pertambahan penduduk pertahun
dn = periode waktu dalam tahun
Untuk menentukan metode yang dipakai untuk proyeksi penduduk, terlebih
dahulu mencari nilai koefisien korelasi (r) untuk tiap - tiap metode. Untuk metode
yang mempunyai nilai koefisien korelasi yang mendekati nilai 1 (satu), sesuai
atau tidaknya analisis yang akan dipilih ditentukan dengan menggunakan nilai
koefisien korelasi yang berkisar antara 0 (nol) sampai 1 (satu) maka metode itulah
yang dipakai untuk memproyeksikan penduduk.
Persamaan yang dipakai adalah sebagai berikut:
𝑟 = 𝑛 (Σ 𝑥 𝑦 )−(Σ𝑦)(Σ 𝑥)
√{𝑛 (Σ 𝑦2)−(Σ 𝑦)2}{(𝑛 Σ 𝑥2 )−(Σ 𝑥)2}
………………………(3.4)
Dimana:
r = koefisien korelasi
n = jumlah data
x = tambahan tahun
y = ln x jumlah penduduk (untuk metode geometrik)
y = pertambahan penduduk tiap tahun (untuk metode aritmatik)
y = jumlah penduduk tiap tahun (untuk metode least square)
Proyeksi penduduk dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Proyeksi domestik merupakan proyeksi jumlah penduduk pada suatu daerah
tertentu.
b. Proyeksi non domestik merupakan proyeksi jumlah fasilitas pada suatu
daerah dan digunakan oleh penduduk di tempat tersebut.

Dalam menentukan metode proyeksi penduduk yang terpilih dari ketiga metode di
atas dilaksanakan pengujian angka korelasi. Angka korelasi yang mendekati atau
sama dengan nol berarti lemah. Metode proyeksi penduduk yang dipilih merupakan
yang mempunyai angka korelasi mendekati atau sama dengan satu.

35
Institut Teknologi Nasional
3.3.1.2 Proyeksi Fasilitas
Proyeksi fasilitas dapat dilakukan dengan pendekatan perbandingan jumlah
penduduk seperti berikut ini.

𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒 −𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 = 𝑓𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒 −𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑖𝑙𝑖


𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 ……………..……………(3.5).

3.3.1.3 Analisis Kebutuhan Air Bersih


Analisis yang digunakan yaitu dengan analisis neraca air serta analisis data
yang dilakukan menggunakan pengolahan data untuk menentukan nilai koefisien
limpasan, ketersediaan air, kebutuhan air, memproyeksi jumlah penduduk serta
mengetahui rasio perbandingan ketersediaan dan kebutuhan air yang akan di prediksi
dengan perhitungan dan asumsi sebagai berikut :

1. Rumus Kebutuhan Air Bersih Domestik


Kebutuhan Air Bersih + Kebutuhan Air Bersih HU
2. Rumus Kebutuhan Air Bersih Non Domestik
30% + Kebutuhan Air Bersih Domestik
3. Rumus Kebutuhan Air Sambungan Rumah (SR)
Cakupan Pelayanan × Standar Konsumsi Air (liter /org/hari)
4. Kebutuhan Kebutuhan Air Hidran Umum (HU)

Cakupan Pelayanan+ Standar Konsumsi Air(liter /org/hari)

5. Rumus Kebutuhan Air Domestik


Kebutuhan Air SR+ Kebutuhan Air HU
6. Rumus Kebutuhan Air Non Domestik
30 % × Kebutuhan Air Domestik
7. Rumus Kebutuhan Air Total

Kebutuhan Air Domestik + Kebutuhan Air Non Domestik

36
Institut Teknologi Nasional
8. Rumus Kehilangan Air
30 % × KebutuhanTotal
9. Rumus Kebutuhan Rata - Rata
Kebutuhan Total × Kehilangan Air
10. Rumus Kebutuhan Harian Maksimal

Standar Kebutuhan Harian × Kebuuhan Rata−Rata

3.3.1.4 Analisis Deskriptif Kuantitatif & Kualitatif


Menurut Sugiyono (2017) metode deskirptif kuantitatif disebut juga dengan
metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Hal tersebut
dikarenakan data yang digunakan dalam penelitian berupa angka-angka dan analisis
statistik. Sedangkan menurut Trisutomo (2016) metode penelitian kuantitatif
merupakan penelitian empiris di mana data tersaji dalam bentuk sesuatu yang dapat
dihitung/angka.

Menurut I Made Winartha (2006:155), metode analisis deskriptif kualitatif


merupakan teknik menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi,
situasi dari berbagai data yang dikumpulkan sebagai hasil wawancara atau
pengamatan mengenai masalah yang diteliti pada saat terjadi di lapangan.

37
Institut Teknologi Nasional
Tabel 3. 1 Kebutuhan Data Penelitian
NO Sasaran Variabel Indikator Data Dibutuhkan Metode Sumber
1 Teridentifikasiny - Kawasan - Luas lahan - Data gunalahan - Analisis data PDAM Tirta Wening
a kajian perumahan terbangun 5 tahun terakhir Sekunder Kota Bandung
perkembangan dan kawasan bedasarkan - Data Citra deskriptif
kawasan komersial penggunaan lahan kuantitatif
perkotaan di yang berlaku dan overlay
Kecamatan - Proyeksi
Gedebage jumlah
berdasarkan lahan penduduk
yang terbangun 5
tahun terakhir.
2 Teridentifikasiny - Kebutuhan - Jumlah pelanggan - Data jumlah - Analisis data Bappeda, Kecamatan
a kondisi air bersih yang terlayani penduduk Sekunder Dalam Angka dan
kebutuhan dan - Ketersediiaan dan akan dilayani - Data deskriptif PDAM
ketersediaan air air bersih - Sumher air bersih penyediaan air kuantitatif
bersih Kecamatan dan debit bersih - Proyeksi
Gedebage. - Data debit kebutuhan air
sumber air bersih
bersih
- Data Eksisiting
pelayanan
3 Identifikasi - Target - Perbandingan - Data sumber air - Analisis data PDAM Tirtawening
tingkat pelayanan pelayanan antara kebutuan bersih Sekunder dan Bapedda, dll

38
Institut Teknologi Nasional
air bersih di kebutuhan air air bersih dan - Data debit - Perbandinga
Kecamatan di masa yang penyediaan air ketersediaan air n antara
Gedebage Kota akan datang bersih bersih kebutuhan
Bandung - Data kawasan dengan
terbangun ketersediaan

39
Institut Teknologi Nasional
3.4 Kerangka Pemikiran
Kebutuhan air bersih merupakan salah satu hal utama bagi masyarakat dalam keberlangsungan
hidupnya dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan serta kesejahteraan masyarakat terutama dalam
menunjang kesehatian seperti minum, memasak mandi dan mencuci.

Bagaimana pelayanan air bersih domestik dan non


domestik di Kecamatan Gedebage, Kota Bandung
Latar Belakang

Apakah tingkat pelayanan air bersih sduah sesuai dengan apa yang di
rencanakan PDAM Tirta Wening dalam pemenuhan ?

Rumusan Masalah
Masalah

Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini yakni melakukan analisis tingkat
pelayanan air bersih di Kawasan Gedebage Kota Bandung
Tujuan

Teridentifikasinya kajian perkembangan kawasan Teridentifikasinya kajian kondisi Teridentifikasi tingkat


kebutuhan dan ketersediaan sumber pelayanan air bersih PDAM
perkotaan berdasarkan lahan yang terbangun 5 tahun air bersih. dari kebutuhan dan ketesediaan
terakhir dan perkembangan jumlah penduduk air bersih

Sasara
nan
Analisis Deskrptif Proyeksi keburuhan airbersih,
Kuantitatif, dan overlay Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif
Kuantitatif dan Kualitatif
Kuantitatif dan Kualitatif

Analisis

Hasil analisis pelayanan kebutuhan iar bersih terhadap


pengembangan kawasan pelayanan ke dua Kota Bandung di
Kecamatan Gedebage Kota Bandung

Hasil

Kesimpulan dan
rekomendasi
40
Institut Teknologi Nasional
3.5 Kerangka Analisis

analisis pelayanan air bersih


Teridentifikasinya kajian Identifikasi kajian kondisi kebutuhan
terhadap antisipasi pengembangan
perkembangan kawasan perkotaan dan ketersediaan sumber air bersih. di kawasan pelayanan kota ke dua di
Kecamatan Gedebage Kota
berdasarkan lahan yang terbangun 5 Kecamatan Gedebage Kota bandung
Bandung
tahun terakhir

Luas Lahan terbangun


Domesik & Non Domestik Proyeksi kebutuhan air rencana dan realisasi
Proyeksi Jumlah Penduduk bersih domestik dan non pelayanan air bersih yang ada
domestik di Kecamatan Gedebage
Analisis ketersediaan air
bersih

Analisis Deskrptif Kuantitatif,


Analisis, dan overlay
Analisis deskriptif dari pelyanan kebutuhan air bersih di Kecamatan
Gedebage Kota Bandung

Identifikasi kebutuhan air bersih di Kecamatan Gedebage


berdasarkan pelayanan PDAM Tirta wening Kota bandung

Kesimpulan dan Rekomendasi

41
Institut Teknologi Nasional
BAB IV

RENCANA PENGEMBANGAN AIR MINUM PDAM


SENTRA BARU KECAMATAN GEDEBAGE

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Gedebage


4.1.1 Kondisi Geografis dan Administrasi
Dengan wilayah seluas seluas 10.34 Ha kecamatan gedebage menjadi kecamatan
terluas di Kota Bandung, yang terdiri dari 4 kelurahan yakni Rancabolang,
Rancanumpang, Cisaranten Kidul, dan Cimincrang. dari keempat kelurahan tersebut
Kelurahan Cisaranten Kidul memiliki wilayah paling luas, mencapai 4,26 kilometer
persegi atau 43,5 persen dari total luas Kecamatan Gedebage. Secara topografi,
wilayah Kecamatan Gedebage berada di ketinggian 666-669 meter diatas permukaan
laut (Mdpl). Kawasan ini tergolong ke dalam salah satu kawasan paling rendah di
Kota Bandung. Kawasan pusat pemerintahan Kota Bandung akan dikembangkan di
atas lahan seluas 33,3 Ha. Secara Geografis Kecamatan Gedebage dengan daerah
diantaralain :

 Sebelah Utara : Kecamatan Cinambo


 Sebelah Selatan : Kabupaten Bandung
 Sebelah Barat : Kecamatan Rancasari
 Sebelah Timur : Kecamatan Panyileukan

42
Institut Teknologi Nasional
Tabel 4. 1 Luas Wilayah Perkelurahan Di Kecamatan Gedebage

No Kelurahan Luas Wilayah


(Ha)
1 Rancabolang 276,57
2 Rancaumpang 115,652
3 Cisaranten Kidul 426,711
4 Cimincrang 161,027
Jumlah 979,308
Sumber Kecamatan Gedebage Dalam Angka 2020

Kawasan pusat pemerintahan di pelayanan baru gedebage Kota Bandung Akan


dikembangkan di atas lahan seluas 33,3 Ha. Lahan tersebut berlokasi di Kelurahan 6
Cimincrang, Kecamatan Gedebage. Lokasi pengembangan kawasan pusat
pemerintahan berbatasan dengan Kantor Polda Jabar dan Kampus UIN di sebelah
Utara, Jalan Cimincrang di sebelah Timur, rel kereta api di sebelah Selatan, dan
sawah yang akan dikembangkan menjadi kawasan komersial di sebelah Barat.
Kawasan tersebut juga merupakan lokasi pengembangan Transit Oriented
Development di PPK Gedebage sehingga merupakan lokasi yang sangat strategis

43
Institut Teknologi Nasional
Gambar 4. 1 Peta Administrasi Kecamatan Gedebage

44
Institut Teknologi Nasional
4.1.2 Kondisi Demografi (Jumlah Penduduk Dan Laju Pertumbuhan
Penduduk, Kepdatan Penduduk)
Penduduk kecamatan Gedebage berdasarkan sensus tahun 2019 yang dimuat pada
Badan Pusat Statistik Kecamatan Gedebage tahun 2020 memiliki jumlah penduduk
sebanyak 40.121 jiwa. Yang terdiri dari atas 20.257 penduduk laki-laki dan 19.864
penduduk perempuan. Yang terdiri dari 4 kelurahan menurut jenis kelamin diantarnya
sebagai berikut :

Tab Kelurahan Jenis Kelamin


Laki Laki Perempua Jumlah
el 4.
n
2
Jum
lah
Pen
dud
uk
dan
Jeni
s
Kel
ami
n
Men
urut
Kel
ura
han
di
Kec

45
Institut Teknologi Nasional
ama
tan
Ged
eba
ge
Tah
un
201
9No
1 Rancabolang 5.295 5.170 10.465
2 Rancanumpang 2.504 2.479 4.983
3 Cisaranten 10.352 10.207 20.559
Kidul
4 Cimincrang 2.106 2.008 4.114
Kecamatan Gedebage 20.257 19.864 40.121

Sumber : Kecamatan Gedebage Dalam Angka 2020

Jumlah penduduk Kecamatan Gedebage mengalami pertumbuhan sebesar 0,80 %


dibandingkan dengan jumlah penduduk di tahun 2018.

Tabel 4. 3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di


Kecamatan Gedebage Kota Bandung 2019
Kelompok Jenis Kelamin Jumlah

46
Institut Teknologi Nasional
Umur Laki-laki Perempuan
0-3 1.187 1.074 2.261
4-6 1.120 1.002 2.122
7-12 2.287 2 128 4.415
13-15 1.104 954 2.058
16-18 872 840 1.712
19-21 1.025 908 1.933
Jumlah 7.595 6 906 14 501
Sumber : Kecamatan Gedebage Dalam Angka 2020

4.2 Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Gedebage Kota
Bandung Tahun 2015-2035
4.2.1 Tujuan Penataan Ruang Kecamatan Gedebage
Tujuan Penataan Ruang SWK Gedebage termasuk pada Kecamatan Gedebage
sebagaimana dimaksud pada pasal 6 huruf h yaitu Pengembangan Kawasan yang
bersinergikan antara pedidikan tinggi, ekonomi kreatif, komersial dan pusat
pemerintahan berkonsep Teknopolis, dalam mewujudkan fungsi Pusat Pelayanan
Kota (PPK) Gedebage.

47
Institut Teknologi Nasional
4.3 Kondisi Penggunaan Air Bersih PDAM Kecamatan Gedebage
Sebagai penyelenggara air bersih di bawah langsung instansi pemerintah
daerah PDAM Tirtawening menurut Kota Bandung Dalam Angka Tahun 2021
menyalurkan air sebanyak 3.078.569.000 m3 sepanjang tahun 2020 atau sebesar
97,62 m3 per detik dalam setahun yang disalurkan untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan PDAM Tirtawening.

4.3.1 Rencana Pelayanan SPAM Gedebage


Berdasarkan Hasil penelusuran program pelayanan yang disediakan oleh PDAM Tirta
Wening kondisi pemenuhan pelayanan air bersih kawasan Gedebage pemerintah
daerah Kota Bandung melalui PDAM Tirtawening sudah melakukan implementasian
pemenuhan air bersih yaitu dengan pembangunan SPAM (Sistem Penyediaan Air
Minum) Gedebage yang dinilai akan melayani masyarakat Kota Bandung terutama di
wilayah timur serta di prediksi sedikitnya mampu melayani 70.000 sambungan rumah
(SR) baru. Air baku yang mengaliri SPAM PDAM berasal dari Cikalong dengan
kapasitas 700liter perdetik.

Sumber : PDAM Tirta Wening Kota Bandung

48
Institut Teknologi Nasional
Gambar 4. 2 Gambar Pipa SPAM Gedebage
Untuk saat ini PDAM Tirtawening sudah ada penyediaan pipa yang mengalirkan air
dari Instalasi Pengelolaan Air (IPA). proyek ini senilai Rp 35 Miliar sudah rampung
sebagai jaringan distribusi utama dengan perantara Pipa berdiameter 700mm dengan
panjang 7,2 km, yang ditanam mulai dari Exit tol Buahbatu hingga Gedebage.

Selain itu untuk kondisi saat ini pelanggan yang sudah terlayani air bersih PDAM
sebesar 1.894 jiwa yang berada di Kelurahan Cisaranten Kidul melalui jaringan pipa
yang berasal dari SPAM Badak Singa.

4.3.2 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM Tirta Wening)


PDAM Tirtawening merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kota Bandung
yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan usaha pengelolaan air minum dan air
limbah bagi kepentingan masyarakat umum dalam jumlah dan mutu yang memadai
serta usaha lainya di bidang air bersih, air minum dan air limbah.

4.2.1.1 Pengguna Air PDAM Tirtawening


Pelanggan air PDAM Tirtawening, menurut Kota Bandung dalam Angka tahun 2021
yang diterbitkan oleh BPS pada tahun 2020 pelanggan PDAM yaitu sebanyak
175.436 pelanggan dengan proporsi pelanggan menurut kecamatan sebagai berikut

Tabel 4. 4 Jumlah Pelanggan PDAM Tirtawening Berdasarkan Kecamatan


Air
Pelanggan Nilai
No Kecamatan Disalurkan
(Jiwa) 3
(Rp)
(m )
1 Bandung Kulon 2.744 257.834 1.844.807.600
2 Babakan Ciparay 2.010 273.064 1.735.564.200
3 Bojongloa Kaler 5.011 685.895 4.228.283.200
4 Bojongloa Kidul 7.154 1.154.845 6.951.870.800
5 Astanaanyar 10.089 1.808.572 10.667.155.600
6 Regol 9.525 1.717.453 11.521.567.500
7 Lengkong 11.112 2.159.682 14.908.200.000
8 Bandung Kidul 4.818 680.461 4.723.764.900

49
Institut Teknologi Nasional
Air
Pelanggan Nilai
No Kecamatan Disalurkan
(Jiwa) 3
(Rp)
(m )
9 Buah Batu 7.071 910.596 6.574.838.700
10 Rancasari 3.937 635.246 4.643.306.600
11 Gedebage 1.849 281.287 1.922.885.100
12 Cibiru 112 21.124 130.456.500
13 Panyileukan 1.558 169.870 1.054.774.600
14 Ujungberung 1.266 167.210 1.026.155.300
15 Cinambo 697 658.240 1.974.893.000
16 Arcamanik 2.033 304.779 2.170.069.700
17 Antapani 11.818 1.869.591 12.100.215.200
18 Mandalajati 205 16.226 127.267.600
19 Kiaracondong 12.592 2.108.297 12.397.107.800
20 Batununggal 9.510 2.056.276 11.360.197.800
21 Sumur Bandung 5.204 1.674.201 12.543.489.400
22 Andir 3.640 548.881 3.542.216.700
23 Cicendo 7.899 1.792.364 12.436.947.200
24 Bandung Wetan 4.651 1.308.494 10.301.528.300
Cibeunying
25 9.525 1.994.484 10.903.037.500
Kidul
Cibeunying
26 8.092 1.812.390 12.342.424.800
Kaler
27 Coblong 14.582 4.210.336 28.608.412.400
28 Sukajadi 6.875 1.904.173 14.074.485.500
29 Sukasari 5.730 1.366.519 8.137.306.800
30 Cidadap 4.127 1.330.743 8.452.695.700
Jumlah Total 175.436 35.879.133 233.405.926.000
Sumber: Kota Bandung dalam Angka, 2021

Pelanggan Air minum PDAM Tirtawening dari tabel diatas yaitu sebanyak
175.436 jiwa dengan total air yang disalurkan sebesar 35.879.133 m3 dan total nilai
yang diperoleh sebesar Rp. 233.405.926.000. pelanggan PDAM Tirtawening
terbanyak yaitu di Kecamatan Coblong dengan pelanggan sebanyak 14.582 jiwa, air
yang disalurkan sebanyak 4.210.336 m3 dan dengan nilai sebesar Rp.
28.608.412.400,00, selanjutnya kecamatan dengan pelanggan terkecil yaitu
50
Institut Teknologi Nasional
Kecamatan Cibiru dengan jumlah pelanggan sebanyak 112 pelanggan, air yang
disalurkan sebesar 21.124 m3 dan dengan nilai sebesar Rp. 130.456.500,00.

Pelanggan PDAM Tirtawening di Kecamatan Gedebage sendiri merupakan


termasuk kedalam dari 5 kecamatan dengan minat pelanggan PDAM terendah yaitu
sebagai berikut :

Tabel 4. 5 Kecamatan dengan Pelanggan PDAM Terendah


Air
Pelanggan
No Kecamatan Disalurkan Nilai (Rp)
(Jiwa)
(m3)
1 Panyileukan 1.558 169.870 1.054.774.600
2 Gedebage 1.849 281.287 1.922.885.100
Ujungberun
3 1.266 167.210 1.026.155.300
g
4 Cinambo 697 658.240 1.974.893.000
5 Mandalajati 205 16.226 127.267.600
6 Cibiru 112 21.124 130.456.500
Sumber : Kota Bandung dalam Angka, 2021

Tabel diatas menunjukan bahwa kecamatan Gedebage yang termasuk kedalam


kecamatan yang paling rendah dalam pemilihan pelayanan air bersih melalui PDAM
di Kota Bandung. Dengan jumlah pelanggan PDAM Tirta Wening di Kecamatan
Gedebage sebanyak 1.849 jiwa dengan air yang disalurkan sebesar 281.287 m3

4.3.3 Sumber Air PDAM Tirtawening


4.3.1.1 Sumber Air PDAM Tirtawening
PDAM Kota Bandung pada saat ini memanfaatkan 3 sumber air yaitu :

1. Air Permukaan
a. Sungai Cisangkuy, debit yang diambil + 1400 l/dtk diolah di Instalasi
Pengolahan Badaksinga dari rencana ± 1800 l/dtk

51
Institut Teknologi Nasional
b. Sungai Cikapundung, debit yang diambil + 840 l/dtk, 200 l/dtk diolah di
Instalasi Pengolahan Badaksinga, 600 l/dtl diolah di Instalasi Pengolahan
Dago Pakar dan 40 l/dtk diolah di Mini Plant Dago Pakar
c. Sungai Cibeureum, debit yang diambil 40 l/dtk diolah di Mini Treatment
Cibeureum
d. Sungai Cipanjalu, debit yang diambil ± 20 l/dtk diolah di Mini Treatment
Cipanjalu
2. Mata Air
Selain air permukaan PDAM Tirtawening memiliki sumber air lain yakni
Mata Air Sumber air ini diambil dari beberapa mata air di daerah Bandung
Utara dengan total debit 190 l/dtk dan diolah di Resevoir XI Ledeng. Ada pun
Mata Air-Mata Air tersebut adalah :
a. Mata air Cigentur I
b. Mata air Cigentur II
c. Mata air Ciliang
d. Mata Air Cilaki
e. Mata air Ciwangun
f. Mata air Cisalada I & II
g. Mata air Cicariuk
h. Mata air Cibadak
i. Mata air Cirateun
j. Mata air Cikendi
k. Mata air Ciasahan
l. Mata air Legok Baygon
m. Mata air Citalaga
n. Mata air Panyairan
o. Mata air Ciwangi
3. Air Tanah

52
Institut Teknologi Nasional
Untuk pengolahan air baku yang berasal dari air tanah dalam digunakan
sistem aerasi, filtrasi dan desinfektan untuk membunuh bakteri digunakan
gaschlorkaporit. Kualitas air baku ini pada umumnya memiliki kandungan Fe
dan Mn diatas standar yang ditetapkan. Air tanah ini sebagian dimanfaatkan
untuk membantu daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan dari Instalasi
Induk PDAM. Jumlah sumur air tanah dalam PDAM ada 32 buah dengan
sistem pendistribusian secara langsung ke konsumen dengan melalui proses.

4.3.1.2 Kapasitas Produksi PDAM Tirtawening


Perusahaan daerah air minum (PDAM) Kota Bandung (PDAM Tirtawening) terletak
mempunyai daerah pelayanan yaitu seluruh wilayah Kota Bandung, PDAM
Tirtawening memiliki Instalasi Pengelolaan Air (IPA) sebanyak 3 unit dan
Minitreatment Plant (MP) sebanyak 3 unit diantaranya sebagai berikut :

Tabel 4. 6 Daftar Nama Instalasi Pengelolaan Air (IPA) dan Kapasitas Produksi
Kota Bandung
No Intalasi Kapasitas Produksi Kapasitas Terealisasi Persentase (%)
1 IPA Badak Singa 1.852 l/dt 1.965 l/dt 109
2 IPA Dago Pakar 561 l/dt 585 l/dt 98
3 MP Dago Pakar 64 l/dt 66 l/dt 110
4 IPA Cibereum 41 l/dt 51 l/dt 85
5 MP Cibereum 35 l/dt 37 l/dt 93
6 MP Cipanjalu 24 l/dt 25 l/dt 125
7 MP Cirateun Pipa Distribusi Rusak Pipa Distribusi Rusak Pipa Distribusi Rusak
Jumlah 2.582 l/dt 2.729 l/dt 85
Sumber : pambdg.co.id

Tabel 4. 7 Daftar Nama Instalasi Pengelolaan Air (IPA) dan Kapasitas Produksi
Kecamatan Gedebage
No Intalasi Kapasitas Produksi Kapasitas Terealisasi Persentase (%)
1 IPA Badak Singa 1.852 l/dt 1.965 l/dt 109
2 MP Cipanjalu 24 l/dt 25 l/dt 125
Jumlah 1.876 l/dt 1.990 l/dt 94
Sumber : pambdg.co.id

53
Institut Teknologi Nasional
PDAM Tirtawening mempunyai sebanyak 3 unit IPA dan 3 unit MP, diantara
ketiga IPA tersebut yang memilki kapasitas produksi tertinggi yaitu IPA Badak
Singa dengan kapasitas produksi sebesar 1.852 l/dt dengan kapasitas terealisasi
terbesar juga yaitu sebesar 1.965 l/dt, kemudian yang memiliki kapasitas produksi
terendah yaitu IPA Cibereum dengan kapasitas produksi sebesar 41 l/dt dengan
kapasitas realisasi terendah juga yaitu sebesar 51 l/dt. PDAM Tirtawening juga
memiliki MP sebanyak 3 unit dengan kapasitas produksi terbesar yaitu MP Dago
Pakar dengan kapasitas produksi sebesar 54 l/dt dengan kapasitas realisasi sebesar
66 l/dt, selanjutnya MP dengan kapasitas produksi terendah yaitu MP Cipanjalu
dengan kapasitas produksi sebesar 24 l/dt dan kapasitas realiasi sebesar 25 l/dt.

Keseluruhan IPA maupun MP yang dimiliki oleh PDAM Tirtawening tersebut


memiliki total kapasitas produksinya sebesar 2.582 l/dt dan kapasitas realisasi
sebesar 2.729 l/dt dengan kapasitas produksi tersebut PDAM Tirtawening dapat
melayani sebanyak 85% kebutuhan Kota Bandung.

Selain Instalasi Pengelolaan Air (IPA) diatas PDAM Tirtawening juga


memproduksi air dari sumber lain sebagai berikut :

Tabel 4. 7 Sumur Bor dan Mata Air PDAM Tirtawening


No Intalasi Kapasitas Produksi
1 Sumur Bor 77 l/dt
2 Mata Air 134 l/dt
Sumber : pambdg.co.id

PDAM Tirtawening memiliki sumur bor dan juga mata air yang masing
masing memiliki kapasitas produksi sebesar 77 l/dt dan 134 l/dt, sumur bor dan
mata air ini dimanfaatkan untuk menambah kapasitas produksi keseluruhan
PDAM Tirtawening.

54
Institut Teknologi Nasional
4.4 Kondisi Penggunaan Air Bersih Non PDAM Kecamatan Gedebage

BAB V

HASIL ANALISIS

55
Institut Teknologi Nasional
5.1 Analisis Perkembangan Kawasan Perkotaan
5.1.1 Perkembangan Kawasan Terbangun Kecamatan Gedebage
Berdasarkan hasil pengolahan data Citra satelit serta menggunakan analisis Overlay
gis bahwa kawasan Kecamatan Gedebage dengan luas lahan sebesar 979,3 Ha berikut
merupakan hasil dari perbandingan kawasan terbangun antara tahun 2016, 2017 dan
2021 melalui peta citra satelit dan rencana pola ruang. Dengan luasan kelurahan
diantarnya

1. Rancabolang : 276,540 Ha
2. Rancanumpang : 115,652 Ha
3. Cisaranten Kidul : 426,711 Ha
4. Cimincrang : 161,027 Ha

Dari pengolahan data gis tersebut disandingkan antara peta pola ruang dengan peta
dari data citra untuk mengetahui lahan mana saja yang belum terbangun serta
memprediksikan kawasan terbangun dalam jangka waktu kedepan dengan kurun
waktu dari 2020 – 2030 dengan peta antara lain Citra satelit tahun 2015, 2017, 2021
dan peta rencana pola ruang kurun waktu 2018-2035 sebagai berikut :

56
Institut Teknologi Nasional
57
Institut Teknologi Nasional
Gambar 5. 1 Peta Kawasan Kecamatan Gedebage Tahun 2015

58
Institut Teknologi Nasional
Dari hasil analisis peta menggunakan peta citra diatas serta analisa gis overlay dapat
di lihat bahwa kawasan Kecamatan Gedebage tahun 2015 didominasi oleh
penggunaan lahan permukiman. Berikut merupakan luasan dari lahan terbangun pada
setiap kelurahan yang ada di Kecamatan Gedebage antara lain; (ditandai 2015 2021)

Tabel 5. 1 Lahan Terbangun Berdasarkan Kelurahan Kecamatan Gedebage


Tahun 2015

Perkembangan lahan 2015


kelurahan Penggunaan Lahan
(ha)

Industri 17,7196
Jasa & Perdagangan 7,2349
Keamanan & Pertahanan 2,2448
Kolam/Danau Buatan 0,0000
Pemerintahan 0,0217
Cisarranten Pendidikan 4,2222
Kidul Perkantoran 0,3444
Permukiman 100,7778
RTH 0,0000
Sarana Olahraga 0,4510
Sarana Transportasi 0,8469
Peribadatan 0,3265
Total 134,190
Industri 2,7956
Jasa & Perdagangan 5,950855
Keamanan & Pertahanan 7,590049
Kolam/Danau Buatan 0
Pemerintahan 0,090379
Pendidikan 0,66935
Cimincrang
Perkantoran 4,292596
Permukiman 21,922638
RTH 0
Sarana Olahraga 0,094479
Sarana Transportasi 0
Peribadatan 0,22403
Total 43,630
Rancabolang Industri 2,199741

59
Institut Teknologi Nasional
Jasa & Perdagangan 7,0613
Keamanan & Pertahanan 0,119025
Kolam/Danau Buatan 0,00047
Pemerintahan 4,791556
Pendidikan 0
Perkantoran 0,935449
Permukiman 59,178977
RTH 1,050724
Sarana Olahraga 0,805586
Sarana Transportasi 0
Peribadatan 0,486114

Total 76,629
Industri 0
Jasa & Perdagangan 0,368093
Keamanan & Pertahanan 0
Kolam/Danau Buatan 0
Pemerintahan 0,081162
Pendidikan 3,711065
Rancanumpang
Perkantoran 0
Permukiman 24,21985
RTH 0
Sarana Olahraga 6,13629
Sarana Transportasi 0
Peribadatan 0,204981

Total 34,721
Hasil Analisis 2021

Dari tabel kawasan terbangun berdasarkan penggunaah lahan diatas bahwa kelurahan
yang memiliki kawasan terbangun yang paling besar berada pada kelurahan
Cisaranten Kidul yakni sebesar 134,190 Ha. Sedangkan kelurahan yang memiliki
kawasan terbangun yang paling kecil berada pada kelurahan Rancanumpang yakni
sebesar 34,721 Ha.

60
Institut Teknologi Nasional
Hasil
Persentase Penggunaan Lahan 2015 Analisis
2021

26% 27% Dari


grafik
diatas

24% 23%

Cisaranten Kidul Cimincrang


Rancabolang Rancanumpang

merupakan kondisi lahan terbangun tahun 2015 di Kecamatan Gedebage yakni


dengan lahan yang antara lain;

1. Kelurahan Cisaranten Kidul dengan luas lahan seluas 426,711 ha, hanya
31,4% luas lahan yang terbangun yang berarti dari total luas lahan kelurahan
sebesar 134,190 ha, merupakan lahan terbangun dan 292,52 ha, lahan kosong.
2. kelurahan Cimincrang dengan luas lahan seluas 161,027 ha, hanya 27,1% luas
lahan yang terbangun yang berarti dari total luas lahan kelurahan sebesar
43,630 ha, merupakan lahan terbangun dan 117,397 ha, lahan kosong.
3. kelurahan Rancabolang dengan luas lahan seluas 276,54 ha, hanya 27,7% luas
lahan yang terbangun yang berarti dari total luas lahan kelurahan sebesar
76,629 ha, merupakan lahan terbangun dan 199,911 ha, lahan kosong.
4. kelurahan Rancanumpang dengan luas lahan seluas 115,652 ha hanya 30%
luas lahan yang terbangun yang berarti dari total luas lahan kelurahan sebesar
34,721 ha merupakan lahan terbanagun dan 80,931 ha lahan kosong.

Dari keterangan diatas bahwa pada tahun 2015 kecamatan gedebage memiliki lahan
terbangun sebesar 289,170 ha dari seluruh luas lahan sebesar 979,93 ha.

61
Institut Teknologi Nasional
62
Institut Teknologi Nasional
Gambar 5. 2 Peta Kawasan Kecamatan Gedebage Tahun 2017

63
Institut Teknologi Nasional
Dari hasil analisis peta menggunakan peta citra diatas serta analisa gis overlay dapat
di lihat bahwa kawasan Kecamatan Gedebage tahun 2017 didominasi oleh
penggunaan lahan permukiman namun ada perubahan yang tedapat di seluruh
kelurahan gedebage. dapat dilihat pada lingkaran merah yakni bertambahnya lahan
terbangun permukiman, pendidikan dan industri. Berikut merupakan luasan dari
lahan terbangun pada setiap kelurahan yang ada di Kecamatan Gedebage antara lain;

Tabel 5. 2 Lahan terbangun berdasarkan Kelurahan Kecamatan Gedebage


Tahun 2017

kelurahan Penggunaan Lahan Perkembangan lahan 2017

Industri 18,366611
Jasa & Perdagangan 7,310377
Keamanan & Pertahanan 2,244822
Kolam/Danau Buatan 0
Pemerintahan 0,021669
Cisarranten Pendidikan 4,222215
Kidul Perkantoran 0,344395
Permukiman 100,777779
RTH 0
Sarana Olahraga 0,451046
Sarana Transportasi 0,84688
Peribadatan 0,326476
Total 134,912
Cimincrang Industri 2,7956
Jasa & Perdagangan 5,950855
Keamanan & Pertahanan 7,590049
Kolam/Danau Buatan 0
Pemerintahan 0,090379
Pendidikan 4,465727
Perkantoran 4,292596
Permukiman 21,922638
RTH 0
Sarana Olahraga 0,094479
Sarana Transportasi 0

64
Institut Teknologi Nasional
Peribadatan 0,22403
Total 47,426
Industri 2,199741
Jasa & Perdagangan 7,0613
Keamanan & Pertahanan 0,119025
Kolam/Danau Buatan 0,00047
Pemerintahan 4,791556
Pendidikan 0
Rancabolang
Perkantoran 0,935449
Permukiman 60,56595
RTH 1,050724
Sarana Olahraga 1,078143
Sarana Transportasi 0
Peribadatan 0,486114
Total 78,288
Industri 0
Jasa & Perdagangan 0,368093
Keamanan & Pertahanan 0
Kolam/Danau Buatan 0
Pemerintahan 0,081162
Pendidikan 3,711065
Rancanumpang
Perkantoran 0
Permukiman 24,21985
RTH 0
Sarana Olahraga 6,13629
Sarana Transportasi 0
Peribadatan 0,204981

Total 34,721
Hasil Analisis 2017

Dari tabel kawasan terbangun berdasarkan penggunaah lahan diatas bahwa kelurahan
yang memiliki kawasan terbangun di tahun 2017 yang paling besar serta mengalami
peningkattan berada pada Kelurahan Cisaranten Kidul yakni sebesar 134,912 Ha.
Sedangkan kelurahan yang memiliki kawasan terbangun yang paling kecil berada
pada kelurahan Rancanumpang yakni sebesar 34,721 Ha. Adapun grafik yang
persentase luas lahan terbangun dengan luas yang ada Kecamatan Gedebage tahun
2017 dapat di lihat pada gambar dibawah ini

65
Institut Teknologi Nasional
Persentase Penggunaan Lahan 2017

25% 26%

24% 25%

Cisaranten Kidul Cimincrang Rancabolang Rancanumpang


Hasil Analisis 2021

Dari grafik diatas merupakan kondisi lahan terbangun tahun 2017 di Kecamatan
Gedebage yakni dengan lahan yang antara lain;

1. Kelurahan Cisaranten Kidul dengan luas lahan seluas 426,711 ha, meningkat
31,6% luas lahan terbangun yang berarti dari total luas lahan kelurahan
sebesar 134,912 ha, merupakan lahan terbangun dan 291,799 ha, lahan
kosong.
2. kelurahan Cimincrang dengan luas lahan seluas 161,027 ha, meningkat 29,5%
luas lahan terbangun yang berarti dari total luas lahan kelurahan sebesar
47,426 ha, merupakan lahan terbangun dan 113,601 ha, lahan kosong.
3. kelurahan Rancabolang dengan luas lahan seluas 276,54 ha, meniingkat
28,3% luas lahan terbangun yang berarti dari total luas lahan kelurahan
sebesar 78,288 ha, merupakan lahan terbangun dan 198,252 ha, lahan kosong.
4. kelurahan Rancanumpang dengan luas lahan seluas 115,652 ha tetap 30% luas
lahan yang terbangun yang berarti dari total luas lahan kelurahan sebesar
34,721 ha merupakan lahan terbanagun dan 80,931 ha lahan kosong.

66
Institut Teknologi Nasional
Dari keterangan diatas bahwa pada tahun 2021 kecamatan gedebage memiliki lahan
terbangun meningkat sebesar 295,35 ha dari seluruh luas lahan sebesar 979,93 ha.

67
Institut Teknologi Nasional
68
Institut Teknologi Nasional
Gambar 5. 3 Peta Lahan Terbangun Kecamatan Gedebage Tahun 2021

69
Institut Teknologi Nasional
Dari hasil analisis peta menggunakan peta citra diatas serta analisa gis overlay dapat
di lihat bahwa kawasan Kecamatan Gedebage tahun 2017 didominasi oleh
penggunaan lahan permukiman namun ada perubahan yang tedapat di seluruh
kelurahan gedebage. dapat dilihat pada lingkaran merah yakni bertambahnya lahan
terbangun permukiman, pendidikan dan peribadatan. Berikut merupakan luasan dari
lahan terbangun pada setiap kelurahan yang ada di Kecamatan Gedebage antara lain;

Tabel 5. 3 Lahan terbangun berdasarkan Kelurahan Kecamatan Gedebage


Tahun 2021

kelurahan Penggunaan Lahan Perkembangan lahan 2021

Industri 18,795183
Jasa & Perdagangan 9,526565
Keamanan & Pertahanan 2,244822
Kolam/Danau Buatan 3,306796
Pemerintahan 0,021669
Cisarranten Pendidikan 4,222215
Kidul Perkantoran 0,482444
Permukiman 100,861275
RTH 3,847402
Sarana Olahraga 0,451046
Sarana Transportasi 0,84688
Peribadatan 0,326476
Total 144,933
Cimincrang Industri 2,7956
Jasa & Perdagangan 5,950855
Keamanan & Pertahanan 7,590049
Kolam/Danau Buatan 0
Pemerintahan 0,090379
Pendidikan 9,44097
Perkantoran 4,292596
Permukiman 20,958276
RTH 0
Sarana Olahraga 0,094479
Sarana Transportasi 0

70
Institut Teknologi Nasional
Peribadatan 3,645856

Total 54,859
Industri 2,199741
Jasa & Perdagangan 11,759623
Keamanan & Pertahanan 0,119025
Kolam/Danau Buatan 0,184427
Pemerintahan 4,791556
Pendidikan 0
Rancabolang
Perkantoran 0,935449
Permukiman 91,929065
RTH 6,240391
Sarana Olahraga 1,069062
Sarana Transportasi 0
Peribadatan 0,486114
1
Total 19,714
Industri 0
Jasa & Perdagangan 0,368093
Keamanan & Pertahanan 0
Kolam/Danau Buatan 0
Pemerintahan 0,081162
Pendidikan 3,711065
Rancanumpang
Perkantoran 0
Permukiman 24,21985
RTH 0
Sarana Olahraga 6,13629
Sarana Transportasi 0
Peribadatan 0,204981

Total 34,721
Hasil Analisis 2021

Dari tabel kawasan terbangun berdasarkan penggunaan lahan diatas bahwa kelurahan
yang memiliki kawasan terbangun di tahun 2021 yang paling besar serta mengalami
peningkatan berada pada Kelurahan Cisaranten Kidul yakni sebesar 144,933 Ha.
Sedangkan kelurahan yang memiliki kawasan terbangun yang paling kecil berada
pada kelurahan Rancanumpang yakni sebesar 34,721 Ha. Adapun grafik yang

71
Institut Teknologi Nasional
persentase luas lahan terbangun dengan luas yang ada Kecamatan Gedebage tahun
2021 dapat di lihat pada gambar dibawah ini

Persentase Penggunaan Lahan 2021

21% 24%

31% 24%

Cisaranten Kidul Cimincrang Rancabolang Rancanumpang

Hasil Analisis 2021

Dari grafik diatas merupakan kondisi lahan terbangun tahun 2021 di Kecamatan
Gedebage yakni dengan lahan yang antara lain;

1. Kelurahan Cisaranten Kidul dengan luas lahan seluas 426,711 ha, meningkat
34,0% luas lahan terbangun yang berarti dari total luas lahan kelurahan
sebesar 144,933 ha, merupakan lahan terbangun dan 281,778 ha, lahan
kosong.
2. kelurahan Cimincrang dengan luas lahan seluas 161,027 ha, meningkat 34,1%
luas lahan terbangun yang berarti dari total luas lahan kelurahan sebesar
54,859 ha, merupakan lahan terbangun dan 106,168 ha, lahan kosong.
3. kelurahan Rancabolang dengan luas lahan seluas 276,54 ha, meningkat 43,3%
luas lahan terbangun yang berarti dari total luas lahan kelurahan sebesar
119,714 ha, merupakan lahan terbangun dan 156,826 ha, lahan kosong.

72
Institut Teknologi Nasional
4. kelurahan Rancanumpang dengan luas lahan seluas 115,652 ha tetap 30% luas
lahan yang terbangun yang berarti dari total luas lahan kelurahan sebesar
34,721 ha merupakan lahan terbanagun dan 80,931 ha lahan kosong.

Dari keterangan diatas bahwa pada tahun 2015 kecamatan gedebage memiliki lahan
terbangun meningkat sebesar 354,23 ha dari seluruh luas lahan sebesar 979,93 ha.

73
Institut Teknologi Nasional
5.2 Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Air Bersih
Sebelum menghitung kebutuhan air bersih kita harus mengetahui jumlah pelanggan
dan penduduk. Setelah jumlah penduduk didapat kemudian selanjutnya menghitung
junlah kebutuhan air bersih berdasarkan SR dan SU (Kebutuhan Domestik) serta
kehilangan air.

5.2.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kecamatan Gedebage


Berdasarkan hasil analisis kebutuhan air bersih domestik dan non domestik
Kecamatan Gedebage dalam kurun waktu lima belas tahun kedepan meningkat
berdasarkan proyeksi jumlah penduduk yang di lakukan dengan cara
memproyeksikan antara laju pertumbuhan penduduk menggunakan metode geometri
berikut merupakan hasil dari perhitungan analisis kebutuhan air bersih berdasarkan
sambungan rumah di Kecamatan Gedebage. Berikut merupakan uraian proyeksi
pertumbuhan penduduk Kecamatan Gedebage ;

Tabel 5. 6 Tabel Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Gedebage

Kelurahan Kecamatan Penduduk Pelayanan


Gedebage 2020 2025 2030 2035
Rancabolang 10649 11618 12675 13829
Rancanumpang 5071 5532 6035 6585
Cisaranten Kidul 20920 22824 24901 27168
Cimincrang 4186 4567 4983 5436
Jumlah 40826 44542 48595 53018
Hasil Analisis 2021

Adapun grafik proyeksi jumlah penduduk pelayanan dapat dilihat pada gambar
dibawah ini ;

74
Institut Teknologi Nasional
PENDUDUK PELAYANAN
Penduduk Pelayanan 2020 Penduduk Pelayanan 2025

65955
Penduduk Pelayanan 2030 Penduduk Pelayanan 2035

56089
47987
41310
29569
26394
23561
22135

21031
17515
13859
10967

9233
7172
5571
4985
4996
5007
5018

4327
Ran c ab o l an g Ran c an u m p an g C i sar an t en C i m i n c r an g J u m l ah
Kidul

Hasil Analisis Proyeksi Penduduk

Gambar 5. 4 Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Gedebage


Dari hasil analisis proyeksi jumlah penduduk Kecamatan Gedebage berdasarkan data
dalam angka menggunakan metode geometri dengan selisih 5 tahun dalam jangka
waktu 15 tahun kedepan dengan tahun dasar 2019 diatas dapat diketahui bahwa
jumlah penduduk dalam jangka waktu kedepan akan terus mengalami peningkatan
dengan jumlah penduduk hingga akhir tahun 2035 sebesar 65.955 jiwa dengan jumlah
penduduk terbanyak Kecamatan Gedebage berada di Kelurahan Cisaranten Kidul
sebesar 21.031 pada tahun 2020 dan 29.569 jiwa pada tahun 2035 sedangkan untuk
jumlah terkecil berada di kelurahan Rancanumpang sebesar 4.985 pada tahun 2020
dan 5018 pada tahun 2035. Dari prediksi diaatas bahwa prediksi penduduk di
Kecamatan Gedebage di tiap tahun nya mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Hal ini akan sangat mendukung untuk meningkatkan potensi kawasan Gedebage
sebagai kawasan pelayanan baru Kota Bandung.

75
Institut Teknologi Nasional
5.2.2 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Di Kecamatan Gedebage
5.2.1.1 Kebutuhan Air Domestik (L/detik)
Kebutuhan air domestik merupakan kebutuhan air bersih yang digunakan untuk
keperluan rumah tangga yang jumlahnya didasarkan pada banyaknya penduduk,
presentase yang diberi air dan cara pembagianya yaitu dengan sambungan rumah
melalui kran umum berikut merupakan hasil analisis kebutuhan air domestik
berdasarkan sambungan rumah pada kelurahan di Kecamatan Gedebage ;

Kebutuhan Air Sambungan Rumah (SR)


8000

7000 6792
6225
6000 5706
5230
5000

4000 3457
3169
2905
3000 2662

2000 1509 1646


1383 1359
10471268 1142 1246
1000

CIMINCRANG RANCANUMPANG CISARANTEN KIDUL RANCABOLANG

Gambar 5 Sambungan Rumah Kebutuhan Air bersih Kecamatan Gedebage


Dari grafik diatas merupakan hasil proyeksi sambungan rumah Kecamatan Gedebage
dalam jangka waktu 5 tahun kedepan dari tahun dasar 2020 sebesar 10.238, tahun
2025 sebesar 11.197 unit, 2030 sebesar 14.022 unit hingga akhir tahun proyeksi
sebesar 16.489 unit. Hasil ini diperoleh dari jumlah proyeksi penduduk dibagikan
dengan asumsi tiap satu anggota keluarga 4 orang.

76
Institut Teknologi Nasional
Tabel 5. 7 Proyeksi Kebutuhan Air Domestik kelurahan Di Kecamatan
Gedebage
Kelurahan Kebutuhan Domestik
2020 2025 2030 2035
CIMINCRANG 11,02 14,19 18,26 23,51
RANCANUMPANG 12,69 12,72 12,75 12,78
CISARANTEN KIDUL 53,55 59,99 67,21 75,29
RANCABOLANG 27,92 35,29 44,60 56,36
Hasil Analisis 2021

Adapun grafik yang dapat menunjukan urutan kebutuhan air domestik dengan
tingkatan yang terkecil hingga terbesar di Kecamatan Gedebage berikut dibawah ini ;

Kebutuhan Air Domestik (L/Detik)


60.00
51.33
50.00 45.82
40.90
40.00 38.43
36.51
30.41
30.00
24.06
19.04
20.00 16.03
12.45
9.67 8.658.678.698.71
10.00 7.51

-
CIMINCRANG RANCANUMPANG CISARANTEN KIDUL RANCABOLANG

DOMESTIK 2020 DOMESTIK 2025 DOMESTIK 2030 DOMESTIK 2035

Hasil Analisis Kebutuhan Air Bersih

Gambar 5. 5 Proyeksi Kebutuhan Air Domestik


Berdasarkan hasil analisis kebutuhan air domestik diatas dapat diketahui bahwa
dalam kurun 5 tahun kedepan hingga akhir tahun analisis 2035. kebutuhan air
domestik di Kecamatan Gedebage dalam proyeksi nya terus meningkat dengan nilai
terbesar berada di kelurahan Cisaranten kidul pada tahun 2020 sebesar 53,55 L/detik

77
Institut Teknologi Nasional
serta pada tahun 2035 meningkat sebesar 75,29 L/detik. Sedangkan untuk nilai
kebutuhan terendah yakni berada di Kelurahan Rancanumpang pada tahun 2020
sebesar 12,69 L/detik serta pada tahun 2035 hanya meningkat hingga sebesar 12,78
L/detik. Dari hal tersebut dapat dikethaui bahwa kebutuhan air domestik di
Kecamatan Gedebage pertahunya terus bertambah dengan selisih setiap lima tahun
nya sedang. kecuali kelurahan Rancanumpang pada tahun 2020 hingga tahun 2035.

5.2.1.2 Kebutuhan Air Non Domestik (L/detik)


Kebutuhan air non domestik merupakan kebutuhan air bersih yang diperuntukan
untuk kegiatan komersial seperti industri, perkantoran hingga kegiatan sosial seperti
sekolah, rumah sakit, tempat ibadah dan niaga. Kebutuhan ait non domestik
cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Berikut
merupakan hasil analisis kebutuhan air non domestik berdasarkan kelurahan di
Kecamatan Gedebage ;

Tabel 5. 8 Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik Berdasarkan kelurahan Di


Kecamatan Gedebage

NON DOMESTIK (lt/detik)


Kelurahan
2020 2025 2030 2035
CIMINCRANG 3,31 4,26 5,48 7,05
RANCANUMPANG 3,81 3,82 3,82 3,83
CISARANTEN KIDUL 16,07 18,00 20,16 22,59
RANCABOLANG 8,38 10,59 13,38 16,91
Hasil Analisis 2021

Adapun grafik yang dapat menunjukan urutan kebutuhan air domestik dengan
tingkatan yang terkecil hingga terbesar berdasarkan kelurahan di Kecamatan
Gedebage berikut dibawah ini :

78
Institut Teknologi Nasional
Kebutuhan Non Domestik
25.00
22.59
20.16
20.00 18.00
16.91
16.07
15.00 13.38
10.59
10.00 8.38
7.05
5.48
5.00 4.26 3.813.823.823.83
3.31

-
CIMINCRANG RANCANUMPANG CISARANTEN KIDUL RANCABOLANG

NON DOMESTIK 2020 NON DOMESTIK 2025 NON DOMESTIK 2030 NON DOMESTIK 2035

Hasil Analisis Kebutuhan Air Bersih

Gambar 5. 6 Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik


Berdasarkan hasil analisis kebutuhan air domestik diatas dapat diketahui bahwa
dalam kurun 5 tahun kedepan hingga akhir tahun analisis 2035. kebutuhan air
domestik di Kecamatan Gedebage dalam proyeksi nya terus meningkat dengan nilai
kebutuhan terbesar berada di kelurahan Cisaranten kidul pada tahun 2020 sebesar
16,03 L/detik serta pada tahun 2035 meningkat sebesar 22,59 L/detik. Sedangkan
untuk nilai kebutuhan terendah yakni berada di Kelurahan Rancanumpang pada tahun
2020 sebesar 3,81 L/detik serta pada tahun 2035 hanya meningkat sebesar 3,83
L/detik.

Selain itu analisis sektor non domestik dilaksanakan dengan berpegangan pada
analsis data fasilitas – fasilitas sosial ekonomi yang ada pada wilayah Kecamatan
Gedebage. Kebutuhan air non domestik berdasarkan fasilitas diantaranya;

79
Institut Teknologi Nasional
1. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan berfungsi untuk melayani masyarakat sehingga
pertumbuhan pelajar diasumsikan sama atau seiring dengan angka
pertumbuhan penduduk Kecamatan Gedebage. Dari peraturan Ditjen Cipta
Karya Dep.PU faktor yang diperhitungkan adalah jumlah murid dengan air 10
liter / orang / hari. dalam proyeksi nya dilakukan dengan proyeksi geometri
jumlah pelajar dengan tahun dasar proyeksi pada tahun 2020.

Tabel 5. 9 Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik Fasilitas Pendidikan Di


Kecamatan Gedebage

Fasiilitas Pendidikan
Jumlah Konsumsi Jumlah Jumlah
Pelajar Air (Rata2) Pemakaian Kebutuhan Tahu
Kelurahan
(Lt/har) (Lt/Hari) Air (Lt/detik) n

Rancabolang 491 10 4.910 0,057


Rancanumpang 2897 10 28.970 0,335
2020
Cisaranten Kidul 5029 10 50.290 0,582
Ciminrang 485 10 4.850 0,056
 
Rancabolang 536 10 5.357 0,062
Rancanumpang 3161 10 31.607 0,366
2025
Cisaranten Kidul 5487 10 54.867 0,635
Ciminrang 529 10 5.291 0,061
 
Rancabolang 584 10 5.844 0,068
Rancanumpang 3448 10 34.483 0,399
2030
Cisaranten Kidul 5986 10 59.860 0,693
Ciminrang 577 10 5.773 0,067
 
Rancabolang 638 10 6.376 0,074
Rancanumpang 3762 10 37.621 0,435
2035
Cisaranten Kidul 6531 10 65.308 0,756
Ciminrang 630 10 6.298 0,073
Hasil Analisis Kebutuhan Air Bersih

80
Institut Teknologi Nasional
2. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan digunakan masyarakat sebagai sarana menjalankan
ibadah sehingga pertumbuhan jumlah peribadatan diasumsikan sama dengan
tingkat pertumbuhan penduduk Kecamatan Gedebage. Pada peraturan yang
ditetapkan Ditjen Cipta Karya Dep. PU didapat kebutuhan air bersih untuk
Masjid sebesar 3000 liter/unit/hari dan Mushola sebesar 2000 liter/unit/hari.
Proyeksi jumlah masjid diasumsikan untuk masjid tiap 5 tahun bertambah 1
unit. Perhitungan kebutuhan air untuk masjid dapat dilihat pada tabel 5.6
sebagai berikut.

Tabel 5. 10 Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik Fasilitas Peribadatan Di


Kecamatan Gedebage (kelurahan)

Fasiilitas Peribadatan (Masjid)


Jumlah
Jumlah Konsumsi Pemakaian
Jumlah Tahu
No Masjid & Air (Rata2) (Lt/Hari)
Kebutuhan n
Mushola (Lt/har)
Air (Lt/detik)

Rancabolang 14 3000 42.000 0,486

Rancanumpang 10 3000 30.000 0,347


2020
Cisaranten Kidul 43 3000 129.000 1,493

Ciminrang 6 3000 18.000 0,208


 

Rancabolang 15 3000 45.000 0,521

Rancanumpang 11 3000 33.000 0,382


2025
Cisaranten Kidul 44 3000 132.000 1,528

Ciminrang 7 3000 21.000 0,243


 
Rancabolang 16 3000 48.000 2030

81
Institut Teknologi Nasional
0,556

Rancanumpang 12 3000 36.000 0,417

Cisaranten Kidul 45 3000 135.000 1,563

Ciminrang 8 3000 24.000 0,278


 

Rancabolang 17 3000 51.000 0,590

Rancanumpang 13 3000 39.000 0,451


2035
Cisaranten Kidul 46 3000 138.000 1,597

Ciminrang 9 3000 27.000 0,313


Hasil Analisis Kebutuhan Air Bersih

3. Fasilitas Olahraga
Fasilitas lapangan olah raga diantaranya sepakbola, lapangan bola volley,
lapangan futsal, lapangan basket dan lapangan bulu tangkis, semuanya
dihitung dengan menggunakan unit/banyaknya pemakai lapangan tersebut.
Menurut Tabel 5.7 perhitungan kebutuhan air bersih untuk 1 orang pemakai
lapangan olah raga yaitu 10 liter/orang/detik. Perhitungan kebutuhan air untuk
fasilitas olahraga diasumsikan dalam proyeksi 15 tahun yaitu konstan,
maksudnya tidak ada pertambahan fasilitas olahraga.darri tahun sebelumnya
Dapat dilihat perhitungan proyeksi kebutuhan pada tabel 5.7 berikut.

Tabel 5. 11 Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik Fasilitas Olahraga Di


Kecamatan Gedebage

Fasiilitas Olahraga
Jumlah Jumlah
Konsumsi Air
No Tahun Jumlah Sarana Pemakaian Kebutuhan Air
(Rata2) (Lt/har)
(Lt/Hari) (Lt/detik)
1 2020 20 10 200 0,002
2 2025 20 10 200 0,002
3 2030 20 10 200 0,002

82
Institut Teknologi Nasional
4 2035 20 10 200 0,002
Hasil Analisis Kebutuhan Air Bersih

4. Fasilitas Pertokoan
Fasiltas pertokoan merupakan sarana perniagaan ekonomi masyarakat yang
diantaranya toko/warung supermarket dan minimarket. Asumsi untuk
proyeksi jumlah pertokoan yaitu bertambah 5 unit tiap 5 tahunya. Perhitungan
kebutuhan air untuk pertokoan dapat dilihat pada tabel 5.8 dibawah ini
sebagai berikut.

Tabel 5. 12 Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik Fasilitas Pertokoan Di


Kecamatan Gedebage

Fasiilitas Toko & Minimarket


Jumlah
Konsumsi Pemakaian Jumlah
Jumlah Toko Kebutuhan Tahu
No Air (Rata2) (Lt/Hari)
& Minimarket Air n
(Lt/har)
(Lt/detik)
Rancabolang 25 10 250 0,003
Rancanumpang 23 10 230 0,003
2020
Cisaranten Kidul 58 10 580 0,007
Ciminrang 8 10 80 0,001
 
Rancabolang 30 10 300 0,003
Rancanumpang 28 10 280 0,003
2025
Cisaranten Kidul 63 10 630 0,007
Ciminrang 13 10 130 0,002
 
Rancabolang 35 10 350 0,004
Rancanumpang 33 10 330 0,004
2025
Cisaranten Kidul 68 10 680 0,008
Ciminrang 18 10 180 0,002
 
Rancabolang 40 10 400 0,005
2025
Rancanumpang 38 10 380 0,004

83
Institut Teknologi Nasional
Cisaranten Kidul 73 10 730 0,008
Ciminrang 23 10 230 0,003
Hasil Analisis Kebutuhan Air Bersih

5. Fasilitas Kesehatan
Perkembangan fasilitas kesehatan yakni klinik dan puskesmas sampai tahun
2020 di Kecamatan Gedebage diasumsikan bersifat konstan, artinya tidak ada
pertambahan untuk fasiltas ini, maka jumlah kebutuhan air bersih untuk
fasiltas ini tetap dari tahun ke tahun.

Tabel 5. 13 Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik Fasilitas Kesehatan Di


Kecamatan Gedebage

Fasiilitas Kesehatan
Konsumsi Jumlah Jumlah
kliinik &
Kelurahan Air (Rata2) Pemakaian Kebutuhan Tahun
Puskesmas
(Lt/har) (Lt/Hari) Air (Lt/detik)

Rancabolang 3 2000 6.000 0,069

Rancanumpang 2 2000 4.000 0,046 2020 -


Cisaranten 2025
Kidul 4 2000 8.000 0,093

Ciminrang 3 2000 6.000 0,069


Hasil Analisis Kebutuhan Air Bersih

6. Fasilitas Penginapan
Perkembangan fasilitas penginapan yakni hotel hingga tahun 2020 di
Kecamatan Gedebage diasumsikan bersifat konstan, artinya tidak ada
pertambahan untuk fasiltas ini, maka jumlah kebutuhan air bersih untuk
fasiltas ini tetap dari tiap tahun.

Tabel 5. 14 Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik Fasilitas Penginapan Di


Kecamatan Gedebage

84
Institut Teknologi Nasional
Fasiilitas Penginapan/Hotel
Jumlah
Konsumsi Pemakaian Jumlah
kliinik & Jumlah Kebutuha
No Air (Rata2) (Lt/Hari) Tahun
Puskesmas Kamar/Bed n Air
(Lt/har)
(Lt/detik)
Rancabolang 0 0 150 - -
Rancanumpang 0 0 150 - - 2020 -
Cisaranten Kidul 0 0 150 - - 2025
Ciminrang 1 125 150 18.750 0,217
Hasil Analisis Kebutuhan Air Bersih

7. Fasilitas Industri
Fasiltas penginapan merupakan sarana yang diantaranya adalah pabrrik dan
pergudangan penyimpanan. Fasilitas ini diasumsikan konstan karena tidak ada
perkembagan hingga tahun 2020. Maka dari itu tidak ada peningkatan jumlah
fasilitas ini dapat diliihat pada tabel 5.11 berikut

Tabel 5. 15 Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik Fasilitas Industri Di


Kecamatan Gedebage

Fasiilitas Industri
Jumlah
Konsumsi Pemakaian Jumlah
kliinik & Kebutuhan
No Air (Rata2) (Lt/Hari) Tahun
Puskesmas Air
(Lt/har)
(Lt/detik)
Rancabolang 3 90 270 0,003
Rancanumpang 2 90 180 0,002 2020 -
Cisaranten Kidul 4 90 360 0,004 2025
Ciminrang 3 90 270 0,003
Hasil Analisis Kebutuhan Air Bersih

8. Fasilitas Wisata
Fasiltas wisata merupakan sarana rekreasi yang diantaranya di Kecamatan
Gedebage berupa kolam renang. Fasilitas ini diasumsikan konstan karena
tidak ada perkembagan hingga tahun 2020. Maka dari itu tidak ada
peningkatan jumlah fasilitas ini dapat diliihat pada tabel 5.11 berikut

85
Institut Teknologi Nasional
Tabel 5. 16 Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik Fasilitas Wisata Di
Kecamatan Gedebage

Fasiilitas Wisata

Jumlah
Tahu Jumlah Sarana Konsumsi Jumlah Kebutuhan
No
n Industri Air (Rata2) Pemakaian Air
(Lt/har) (Lt/Hari) (Lt/detik)
Rancabolang 1 244 10,3 2.513 0,029
Rancanumpang 0 244 10,3 2.513 0,029
Cisaranten Kidul 1 244 10,3 2.513 0,029
Ciminrang 0 244 10,3 2.513 0,029
Hasil Analisis Kebutuhan Air Bersih

5.2.1.3 Kebutuhan Air Total Domestik & Non Domestik (L/detik)


Dari hasil perhitungan antara kebutuhan domestik dan non domestik setelah itu
diketahui lah kebutuhan total dari penggabungan dua kebutuhan air bersih tersebut.
Berikut merupakan hasil analisis perhitungan Kebutuhan air Total Domestik dan Non
Domestik berdasarkan kelurahan di Kecamatan Gedebage :

Tabel 5. 17 Proyeksi Kebutuhan Total Domestik dan Non Domestik


Berdasarkan Kelurahan Di Kecamatan Gedebage

Kebutuhan Total
Kelurahan
2020 2025 2030 2035

CIMINCRANG 13,86 15,12 16,49 18,00

RANCANUMPANG 16,78 18,31 19,98 21,80

CISARANTEN KIDUL 69,25 75,55 82,43 89,93

RANCABOLANG 35,25 38,46 41,96 45,78


Hasil Analisis 2021

Adapun grafik yang dapat menunjukan urutan kebutuhan air domestik dengan
tingkatan yang terkecil hingga terbesar berdasarkan kelurahan di Kecamatan
Gedebage berikut dibawah ini :

86
Institut Teknologi Nasional
KEBUTUHAN TOTAL
Kebutuhan Total 2020 Kebutuhan Total 2025 Kebutuhan Total 2030 Kebutuhan Total 2035

89.93
82.43
75.55
69.25

45.78
41.96
38.46
35.25
21.80
19.98
18.31
18.00

16.78
16.49
15.12
13.86

C IMINC RANG R ANC ANU MP ANG C I SAR ANTEN K I D UL RANC ABOL ANG

Hasil Analisis Kebutuhan Air Bersih

Gambar 5. 7 Proyeksi Kebutuhan Air Total


Berdasarkan hasil analisis proyeksi kebutuhan air total yaitu domestik dan non
domestik diatas dapat diketahui bahwa dalam kurun 5 tahun kedepan kebutuhan air
domestik di Kecamatan Gedebage dalam proyeksi nya terus meningkat dengan nilai
kebutuhan terbesar peningkatanya berada di kelurahan Cisaranten kidul pada tahun
2020 sebesar 69,62 L/detik serta pada tahun 2035 meningkat sebesar 97,88 L/detik.
Sedangkan untuk nilai peningkatan kebutuhan terendah yakni berada di Kelurahan
Rancanumpang pada tahun 2020 sebesar 16,50 L/detik serta pada tahun 2035
meningkat sebesar 16,61 L/detik.

5.2.3 Analisis Ketersediaan Debit Air Bersih


Dalam analisa ketersediaan air bersih Kecamatan Gedebage sampai dengan tahun
2035 dilakukan dengan membandingkan debit potensi setiap sumber mata air yang
dimanfaatkan. saat ini dengan debit yang dibutuhkan sampai dengan tahun 2035
sesha dengan hasil perhitungan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari PDAM Tirta Wening Kota Bandung, berikut
tabel data potensi sumber mata air dengan debit yang dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih Kecamatan Gedebage.

87
Institut Teknologi Nasional
Tabel 5. 12 Daftar Nama dan debit mata air untuk Kecamatan Gedebage

No Intalasi Kapasitas Produksi Kapasitas Terealisasi Persentase (%)


1 IPA Badak Singa 1.852 l/dt 1.965 l/dt 109
2 MP Cipanjalu 24 l/dt 25 l/dt 125
Jumlah 1.876 l/dt 1.990 l/dt 94
Sumber : pambdg.co.id

Dengan menjumlahkan kebutuhan air bersih dari kebutuhan domestik 2035 (167,94
lt/detik) dengan kebutuhan non domestik pada tahun 2035 (50,38 lt/detik), maka
didapatkan kebutuhan total air bersih yakni sebesar 218,3 lt/detik. dengan
ketersediaan air yang ada, dapat diketahui bahwa jumlah ketersediaan sumber air saat
ini sebesar
(1.876 lt/detik >218,3 lt/detik) dengan hal ini ketersediaan air bersih masih mampu
untuk memenuhi kebutuhan wilayah Kecamatan Gedebage dan daerah lain yang satu
penggunaan sumber air bersih yang ada di Kota Bandung sampai dengan tahun 2035.

5.3 Analisis Tingkat Pelayanan Air Bersih Dari Kebutuhan dan Ketersedian
Dalam pelayananya perusahaan daerah air minum PDAM Tirtawening Kota Bandung
senantiasa berupaya melakukan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan air bersih
yang berada di Kecamatan Gedebage Kota Bandung melalui kapasitas Instalasi
Pelayanan Air (IPA Badak Singa) dan Minitreatment Plant MP (Cipanjalu) dengan
kapasitas produksi sebesar 1.876 lt/detik. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 5.13
sebagai berikut :

Tabel 5. 13 Prakiraan Tingkat Pelayanan Air Bersih Kecamatan Gedebage

Konsumsi Presentase
Tahun Pelayanan Pelanggan peleayanan
  (lt/detik) (%)
23, 80,1
2020 10649
Rancabolang 4 1
11, 168,2
5071
  Rancanumpang 2 4
46, 40,7
20920
  Cisaranten Kidul 0 8

88
Institut Teknologi Nasional
9, 203,7
4186
  Cimincrang 2 8
89, 20,9
Total 40.826 8 0
25, 73,4
2025 11618
Rancabolang 5 3
12, 154,2
5532
  Rancanumpang 2 1
50, 37,3
22824
  Cisaranten Kidul 2 8
10, 186,7
4567
  Cimincrang 0 8
98, 19,1
Total 44.542 0 5
27, 67,3
2030 12675
Rancabolang 9 0
13, 141,3
6035
  Rancanumpang 3 5
54, 34,2
24901
  Cisaranten Kidul 8 6
11, 171,2
4983
  Cimincrang 0 0
106, 17,5
Total 48.595 9 5
30, 61,6
2035 13829
Rancabolang 4 9
14, 129,5
6585
  Rancanumpang 5 5
59, 31,4
27168
  Cisaranten Kidul 7 0
12, 156,9
5436
  Cimincrang 0 2
116, 16,0
Total 53.018 6 9
Hasil Analisis 2021

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa tingkat pelayanan PDAM khususnya pada
pelayanan di Kecamatan Gedebage hingga tahun 2035 dengan jumlah penduduk
53.018 jiwa, PDAM Tirta Wening memberikan tingkat pelayanan dengan presentase

89
Institut Teknologi Nasional
12,93 % dengan kapasitas produksi 1.876 lt/detik untuk layanan 85 % jumlah jiiwa
penduduk Kecamatan Gedebgae.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Bedasarkan analisis dan pembahasan yang telah di telah diuraikan di depan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Di setiap waktunya lahan terbangun di Kawasan Gedebage terus


meningkat. Pada tahun 2015 luas lahan terbangun seluas 288,92 Ha
dan meningkat sebesar 344,81 hektar di 2021 yang didomniasi
peningkatan lahan terbangun berpusat di Sumarecon Kota Bandung
b. Kebutuhan air bersih menurut proyeksi cakupan pelayanan penduduk
sebanyak 65.955 jiwa. Untuk kebutuhan air bersuh sambungan rumah
pada tahun 2035 kedepan di wilayah Kecamatan Gedebage Kota
Bandung Sebesar 12.531.495 liter/hari = 145,04 liter/detik. Sedangkan
kebutuhan air bersih melalui hidrant umum pada tahun 2035 kedepan

90
Institut Teknologi Nasional
1.978.657 liter/hari = 22,90 liter/detik kemudian dihasilkan kebutuhan
air non domestik sebesar 50,38 dan air domestik sebesar 167,94
liter/detik.
c. Prediksi kemampuan pelyanan PDAM Tirtawening terhadap
kebutuhan air bersih di Kecamatan Gedebage hingga tahun 2035 akan
tercukupi karena nilai sambungan rumah berdasarkan hasil proyeksi
hanya 16.489 unit dengan kebutuhan air sebesar 145,04 liter perdetik
sedangkan rencana pelayanan SPAM Gedebage dapat menyalurkan ke
setiap samburang rumah sebanyak 700.000 unit dengan air yang
disalurkan 700 liter/detik. Dari hal tersebut kebutuhan air di
Kecamatan Gedebage akan tercukupi.

(watter teattment Plant)

(Rain Hervesting)

(Peta distribusi bab 4)

6.2 Rekomendasi

Rekomendasi pada penelitian ini berdasarkan dari seluruh hasil analisis yang
sudah dilakukan serta kesimpulan penelitian, yang diketahui bahwa Kebutuhan
Air Bersih PDAM Tirtawening Terhadap Pengembangan Kawasan Pelayanan
Baru Kecamatan Gedebage di Kota Bandung dalam perencanaan pengembangann
SPAM Gedebage dinilai sudah mencukupi kebutuhan air bersih di masa yang
akan datang. Berikut beberapa rekomendasi pada penelitian ini:

1. Perlu adanya kerjasama antara perusahaan air swasta di wilayah timur


dengan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM Tirtawening) Kota
bandung untuk menghadapi apabila terjadi krisis air bersih di musim
kemarau

91
Institut Teknologi Nasional
2. Pemerintah Kota Bandung perlu mengkaji ulang terkait pembangunan
sumarecon yang didalanya berdasrkan peta pola ruang perlu adanya
pembangunan kolam retensi untuk mencegah terjadinya banjir serta air
kolam retensi yang bisa digunakan untuk air bersih
3. Pemerintah Kota Bandung perlu melakukan sosialisasi dan memberikan
informasi mengenai tata cara mengelola air bersih dan menghemat air.

6.3 Keterbatasan Penelitan

Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yang saat kegiatan pelaksanaan


penelitian ini maupun output dari penelitan. Dalam hal ini keterbatasan penelitian
diantara lain yaitu :

1. Data sekunder perencanaan peta perpipaan SPAM Gedebage PDAM


Tirtawening mengalami keterlambatan hingga bulan juli dikarenakan
adanya pegawai PDAM Tirtawening yang terkonfirmasi positif Covid-19
yang menyebabkan seluruh jajaran PDAM melakukan Work From Home
(WFH)
2. Ketersediaan data sangat minim karena wilayah Kecamatan Gedabage
merupakan kawasan pengembangan pelayanan baru Kota Bandung.
Terutama data mengenai pembangunan kawasan Sumarecon.

92
Institut Teknologi Nasional
DAFTAR PUSTAKA
Tadzki
Institute Of International Studies.

Ignasius Dwi Atmana Sutapa, (2016,- -). Persoalan Air di Yogyakarta Semakin
Kompleks. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

93
Institut Teknologi Nasional
Rini Susanti, (2010,- -). Pemetaan Persoalan Sistem Penyediaan Air Bersih Untuk
Meningkatkan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Kota Sawahlunto. Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

Siska Apriliani Sari, (2019,- -). Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air Kecamatan
Prigen, Kabupaten Pasuruan Berdasarkan Neraca Air. Departemen Perencanaan
Wilayah Kota Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).

Muhammad Agus Salim (2019, April 9). Analisis Kebutuhan Dan Ketersediaan Air
Bersih. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah
Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Meyra Riastika (2012,- -). PENGELOLAAN AIR TANAH BERBASIS


KONSERVASI DI RECHARGE AREA BOYOLALI. Program Studi Ilmu
Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP.

Yani Yuliani (2014, Maret 27). Kinerja Pelayaan Air Bersih Berbasis Masyarakat di
Tegurejo Kota Semarang. Jurnal Pembangunan Wilayah Kota Undip.

Abdul Rohman, Romy Talanipa & Rini Sriyani (2019, Febuari), EVALUASI
PELAYANAN AIR BERSIH DI KECAMATAN PUUWATU DENGAN METODE
IPA (IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS). Jurnal STABILITA Vol. 7 No. 1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.

Risa Andini, (2017, Oktober), Evaluasi Kinerja Penyediaan Air Bersih di Kelurahan
Baru Ulu, Kecamatan Balikpapan Barat, Kota Balikpapan. Journal Regional And
Rural Development Planning. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan
Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Kalimantan.

Suci Rahmawati (2017,- -). Studi Evaluasi dan Perencanaan Sistem Penyediaan Air
Bersih PDAM Unit Pakis Menggunakan Paket Program WaterCAD. Jurnal Teknik
Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijay.

94
Institut Teknologi Nasional
Andhi Krisdhianto dan Emenda Sembiring (2016, April). EVALUASI
KEBERLAJUTAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PERDESAAN DI
KECAMATAN LEDOKOMBO KABUPATEN JEMBER PROPINSI JAWA
TIMUR. Jurnal Teknik Lingkungan Volume 22 Nomor 1. Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.

Afrizal Dede Permana (2019, Januari). EVALUASI KEBUTUHAN AIR BERSIH DI


PDAM TIRTA MUARA KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI. Tugas Akhir,
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Riau.

Didin Lukmanul Hakim (2010, Febuari 1). AKSESIBILITAS AIR BERSIH BAGI
MASYARAKAT DI PERMUKIMAN LINDUK KECAMATAN PONTANG
KABUPATEN SERANG. Tesis, Program Pascasarjana Magister Teknik
Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponegoro Semarang.

Merdeka.com (2019, Januari) PERLUASAN CAKUPAN AIR BERSIH LEWAT


PROYEK SPAM GEDEBAGE, PDAM TIRTA WENING SEPI PEMINAT.

95
Institut Teknologi Nasional
LAMPIRAN

96
Institut Teknologi Nasional

Anda mungkin juga menyukai