Anda di halaman 1dari 21

10

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi Pada Remaja

1. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi menurut Kemenkes RI ( 2015) adalah keadaan sehat

secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari

penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses

reproduksi. Ruang lingkup pelayanan kesehatan reproduksi menurut

International Converenci Population and Development (ICPD) tahun 1994

di Kairo terdiri dari kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,

pencegahan dan penaganan inveksi menular seksual termasuk HIV/AIDS

kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanganan komplikasi

aborsi, pencegahan dan penanganan infertilitas kesehatan reproduksi usia

lanjut, deteksi dini saluran reproduksi serta kesehatan reproduksi lainnya

seperti kekerasan seksual, sunat perempuan dan sebagainya.

2. Definisi Remaja

Remaja adalah penduduk dalam rentan usia 10-18 tahun dan menurut badan

kependudukan dan keluarga berencana (BKKBN) (Dalam kemenkes RI,

2014) rentan usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah

kelompok usia 10-19 tahun di indonesia menurut sensus penduduk 2010

sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di dunia

diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah

10
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
11

penduduk dunia. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak menuju

dewasa. Proses untuk mencapai kede-wasaan biasanya ditandai dengan

pubertas yang berhubungan erat dengan perubahan aspek fisik dan psikis.

Perubahan aspek fisik adalah yang paling penting karena berlangsung

dengan cepat, drastis dan bermuara pada organ reproduksi. Organ repro-

duksi memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik

merupakan faktor penentu dalam menjaga kesehatan reproduksi (Ida Ayu

Cintya Pradnyandari dkk, 2019)

3. Tahap-Tahap Remaja

Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam hidup manusia,

karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi.

Masa remaja dibedakan dalam rentan usia (kemenkes, 2014)

a. Masa remaja awal antara usia 10-13 tahun

b. Masa remaja tengah antara usia 14-16 tahun

c. Masa remaja akhir antara usia 17-19 tahun

4. Ciri-Ciri Remaja

Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang kehidupan

masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan

periode sebelumnya dan sesudahnya. Masa remaja ini, selalu merupakan

masa-masa sulit bagi remaja maupun orangtuanya. Menurut Sidik Jatmika,

kesulitan itu berangkat dari fenomena remaja sendiri dengan beberapa

perilaku khusus; yakni:

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


12

1. Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk

mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat

menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bias menjauhkan remaja

dari keluarganya.

2. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada ketika

mereka masih kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh orangtua

semakin lemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan

yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan

keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah dalam hal mode pakaian,

potongan rambut, kesenangan musik yang kesemuanya harus mutakhir.

3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik

pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai

muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan

salah dan frustrasi. 4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri (over

confidence) dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya

meningkat, mengakibatkan sulit menerima nasihat dan pengarahan

orangtua (Khamim Zarkasih Putro, 2017)

5. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja. Masa ini

merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan

individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada

perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat melakukan sosialisasi

dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas perkembangan pada

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


13

usinya dengan baik. Apabila tugas pekembangan sosial ini dapat dilakukan

dengan baik, remaja tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan

sosialnya serta akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam

menuntaskan tugas perkembangan untuk fase-fase berikutnya. Sebaliknya,

manakala remaja gagal menjalankan tugas-tugas perkembangannya akan

membawa akibat negatif dalam kehidupan sosial fase-fase berikutnya,

menyebabkan ketidak bahagiaan pada remaja yang bersangkutan,

menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam

menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya. William Kay,

sebagaimana dikutip Yudrik Jahja mengemukakan tugas-tugas

perkembangan masa remaja sebagai berikut:

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang

mempunyai otoritas.

c. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul

dengan teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok

d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuannya sendiri

f. Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar

skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup (weltanschauung)

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)

kekanak-kanakan (Khamim Zarkasih Putro, 2017)

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


14

6. Tujuan Asuhan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Kesehatan Reproduksi yang

menjamin setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi

yang bermutu, aman dan dapat dipertanggung jawabkan, dimana peraturan

ini juga menjamin kesehatan perempuan dalam usia reproduksi sehingga

mampu melahirkan generasi yang sehat, berkualitas yang nantinya

berdampak pada penurunan Angka Kematian Ibu. Didalam memberikan

pelayanan Kesehatan Reproduksi ada dua tujuan yang akan dicapai, yaitu

tujuan utama dan tujuan khusus.

a. Tujuan Utama

Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif kepada

perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi

perempuan sehingga dapat meningkatkan kemandirian perempuan dalam

mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang pada akhirnya dapat

membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan

fungsi reproduksinya.

2) Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam

menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.

3) Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat

dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan

kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


15

7. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja

Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu

diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi peralihan dari masa anak

menjadi dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh

terjadi dalam waktu relatif cepat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya

tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara pesat,

menyebabkan remaja secara fisik mampu melakukan fungsi proses

reproduksi tetapi belum dapat mempertanggung jawabkan akibat dari

proses reproduksi tersebut. Informasi dan penyuluhan, konseling dan

pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah kesehatan

reproduksi remaja ini. Selain itu lingkungan keluarga dan masyarakat

harus ikut peduli dengan kondisi remaja ini sehingga dapat membantu

memberikan jalan keluar bila remaja mengalami masalah tidak malah di

salahkan, tetapi perlu diarahkan dan dicarikan jalan keluar yang baik

dengan mengenalkan tempat–tempat pelayanan kesehatan reproduksi

remaja untuk mendapatkan konseling ataupun pelayanan klinis sehingga

remaja masih dapat melanjutkan kehidupanya.

8. Unsur-Unsur Kesehatan Reproduksi Remaja

Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu

diarahkan pada masa remaja atau peralihan dari masa anak menjadi

dewasa, dimana perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh

terjadi dalam waktu relatif cepat. Masa pubertas ditandai dengan

berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


16

pesat, menyebabkan remaja secara fisik mampu melakukan fungsi dan

proses reproduksi tersebut. Informasi dan penyuluhan, konseling dan

pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah kesehatan

reproduksi remaja. Remaja merupakan fase kehidupan manusia yang

spesifik. Pada saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon

seksual. Peristiwa ini berdampak macam-macam pada fisik dan jiwa

remaja. Secara fisik akan muncul apa yang disebut sebagai tanda-tanda

seks sekunder seperti payudara membesar, bulu-bulu kemaluan tumbuh,

haid pada perempuan, dan mimpi basah pada laki-laki. Secara psikologis

muncul dorongan birahi yang besar tetapi juga secara psikologis mereka

masaih dalam peralihan dari anak-anak kedewasa. Secara biologis

aktivitas organ dan fungsi reproduksi mereka meningkat pesat tetapi

secara psikoloogis aktivitas organ dan fungsi reproduksi mereka

meningkat pesat tetapi secara psikologis dan sosiologis mereka dianggap

belum siap menjadi dewasa. Konflik yang terjadi antara berbagai

perkembangan tersebut membuat mereka juga beresiko mengalami

masalah kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi tersendiri.

Oleh karena itu kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi remaja perlu

ditangani secara khusus dengan cara-cara yang ditunjukkan untuk

menyiapkan mereka menjadi remaja (yang kelak menjadi orang tua) yang

bertanggung jawab. Mereka bukan saja memerlukan informasi dan

pendidikan, tetapi juga pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi

mereka. Pemberian informasi dan pendidikan tersebut harus dilakukan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


17

dengan menghormati kerahasiaan dan hak-hak privasi lain mereka.

Masalah kesehatan seksual dan reproduksi adalah isu-isu seksual remaja,

termasuk kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tidak aman, penyakit

menular melalui seks, dan HIV / Aids, dilakukan pendekatan melalui

promosi perilaku seksual yang bertanggung jawab dan reproduksi yang

sehat, termasuk disiplin pribadi yang mandiri serta dukungan pelayanan

yang layak dan konseling yang sesuai secara spesifik untuk umur mereka.

Penekanan kehamilan remaja secara umum juga diharapkan.

B. Konsep Dasar Keputihan

1. Definisi

Keputihan atau yang disebut juga dengan istilah white discharge atau

vaginal discharge, atau leukore atau flour albus. Keputihan yang terjadi

pada wanita dapat bersifat normal dan abnormal. Keputihan normal terjadi

sesuai dengan proses menstruasi. Gejala keputihan yang normal adalah

tidak berbau, jernih, tidak gatal, dan tidak perih. Keputihan abnormal terjadi

akibat infeksi dari berbagai mikro-organisme, antara lain bakteri, jamur, dan

parasit. Keputihan yang tidak normal ditandai dengan jumlah yang keluar

banyak, berwarna putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan, gatal, perih

dan disertai bau amis atau busuk. Warna pengeluaran dari vagina akan

berbeda sesuai dengan penyebab dari keputihan. Wanita yang mengalami

keputihan tidak normal merupakan indikasi dari berbagai penyakit seperti

vaginitis, kandidiasis, dan trikomoniasis yang merupakan salah satu dari

gejala Penyakit Menular Seksual (PMS) terutama pada wanita yang pernah

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


18

berganti pasangan seksual atau pasangan seksualnya berganti pasangan

seksual. Keputihan abnormal yang tidak tertangani dengan baik dan dialami

dalam waktu yang lama akan berdampak pada terjadinya infeksi saluran

reproduksi. Infeksi saluran reproduksi ini mengakibatkan infertilitas.

2. Proses Fisiologis Keputihan

Proses menstruasi pada wanita terjadi dalam tiga tahapan, yaitu proliferasi,

sekresi, dan menstruasi. Pada masing-masing poses mempunyai pengaruh

yang berbeda terhadap endometrium. Keputihan secara fisiologis terjadi

sebelum menstruasi karena pengaruh dari proses menstruasi yang

melibatkan hormon estrogen dan progesteron. Pada proses proliferasi terjadi

pembentukan hormon estrogen oleh ovarium yang menyebabkan

pengeluaran sekret yang berbentuk seperti benang, tipis dan elastis. Hormon

estrogen berperan dalam produksi sekret pada fase sekretorik, merangsang

pengeluaran sekret pada saat wanita terangsang serta menentukan kadar zat

gula dalam sel tubuh (glikogen). Glikogen digunakan untuk proses

metabolisme pada bakteri Lactobacillus doderlein. Sisa dari proses

metabolisme ini akan menghasilkan asam laktat yang menjaga keasaman

vagina yaitu 3,8-4,2. Pada saat ovulasi terjadi proses sekresi pada

endometrium yang dipengaruhi oleh hormon progesteron. Hormon

progesteron menyebabkan pengeluaran sekret yang lebih kental seperti jeli.

Kemaluan wanita merupakan tempat yang paling sensitif dan merupakan

tempat yang terbuka sehingga kuman sangat mudah masuk. Secara anatomi

alat kelamin wanita berdekatan dengan anus dan uretra sehingga kuman

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


19

yang berasal dari anus dan uretra tersebut sangat mudah masuk. Kuman

yang masuk ke alat kelamin wanita akan menyebabkan infeksi sehingga

dapat menyebabkan keputihan patologis yang ditandai dengan gatal, berbau,

dan berwarna kuning kehijauan. Vagina wanita dilengkapi dengan barrier

alami yaitu epitel yang cukup tebal, glikogen, dan bakteri Lactobacillus

doderlein yang menghasilkan asidum laktidum sehingga vagina menjadi

asam dan memperkuat daya tahan vagina.

Vagina normal mempunyai bakteri Lactobacillus doderlein lebih banyak

yaitu 95% dan bakteri lainnya yaitu5%. Wanita yang memakai sabun vagina

secara terus menerus dapat membunuh barrier alami vagina karena cairan

pencuci vagina besifat basa. Berkurangnya bakteri Lactobacillus doderlein

dalam vagina menyebabkan bakteri dan jamur lain mudah berkembang

dalam vagina hingga dapat menyebabkan infeksi.

3. Jenis Keputihan

Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis keputihan yaitu: keputihan

normal (fisiologis) dan keputihan abnormal.

a. Keputihan Fisilogis

Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang menstruasi, pada

sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi. Keputihan yang

fisiologis terjadi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang

dihasilkan selama proses ovulasi. Setelah ovulasi, terjadi peningkatan

vaskularisasi dari endometrium yang menyebabkan endometrium

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


20

menjadi sembab. Kelenjar endometrium menjadi berkelok-kelok

dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum

sehingga mensekresikan cairan jernih yang dikenal dengan keputihan

Hormon estrogen dan progesteron juga menyebabkan lendir servik

menjadi lebih encer sehingga timbul keputihan selama proses ovulasi.

Pada servik estrogen menyebabkan mukus menipis dan basa sehingga

dapat meningkatkan hidup serta gerak sperma, sedangkan progesteron

menyebabkan mukus menjadi tebal, kental, dan pada saat ovulasi

menjadi elastis. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-

kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit

yang jarang.

Ciri-ciri dari keputihan fisiologis adalah cairan berwarna bening, kadang-

kadang putih kental, tidak berbau, dan tanpa disertai dengan keluhan,

seperti rasa gatal, nyeri, dan terbakar serta jumlahnya sedikit.

b. Keputihan Patologis

Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin

(infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, jaringan

penyangga, dan pada infeksi karena penyakit menular seksual).

Ciri-ciri keputihan patologi adalah terdapat banyak leukosit, jumlahnya

banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah (biasanya kuning,

hijau, abu-abu, dan menyerupai susu), disertai dengan keluhan (gatal,

panas, dan nyeri) serta berbau (apek, amis, dan busuk).

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


21

4. Faktor-Faktor Penyebab Keputihan fisiologis

a. Keputihan Fisiologis

1) Bayi yang baru lahir kira-kira 10 hari, keputihan ini disebabkan oleh

pengaruh hormon estrogen dari ibu

2) Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang, keadaan ini

ditunjang oleh hormon estrogen

3) Masa disekitar ovulasi karena poduksi kelenjar-kelenjar rahim dan

pengaruh dari hormon estrogen serta progesterone

4) Seorang wanita yang terangsang secara seksual. Rangsangan seksual

ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi

senggama, vagina mengeluarkan cairan yang digunakan sebagai

pelumas dalam enggama

5) Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke vagina

dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir

vagina

6) Akseptor kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen dan

progesteron yang dapat meningkatkan lendir servik menjadi lebih

encer

7) Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang

menderita penyakit kronik.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


22

5. Faktor-faktor yang memicu keputihan abnormal

a. Kelelahan Fisik

Kelelahan fisik merupakan kondisi yang dialami oleh seseorang akibat

meningkatnya pengeluaran energi karena terlalu memaksakan tubuh

untuk bekerja berlebihan dan menguras fisik. Meningkatnya pengeluaran

energi menekan sekresi hormon estrogen. Menurunnya sekresi hormon

estrogen menyebabkan penurunan kadar glikogen. Glikogen digunakan

oleh Lacto-bacillus doderlein untuk metabolisme. Sisa dari metabolisme

ini adalah asam laktat yang digunakan untuk menjaga keasaman vagina.

Jika asam laktat yang dihasilkan sedikit, bakteri, jamur, dan parasit

mudah berkembang.

b. Ketegangan Psikis

Ketegangan psikis merupakan kondisi yang dialami seseorang akibat dari

meningkatnya beban pikiran akibat dari kondisi yang tidak

menyenangkan atau sulit diatasi. Meningkatnya beban pikiran memicu

peningkatan sekresi hormon adrenalin. Meningkatnya sekresi hormon

adrenalin menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi

elastisitas pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan aliran hormon

estrogen ke organ-organ tertentu termasuk vagina terhambat sehingga

asam laktat yang dihasilkan berkurang.

Berkurangnya asam laktat menyebabkan keasaman vagina berkurang

sehingga bakteri, jamur, dan parasit penyebab keputihan mudah

berkembang. Penelitian Agustiyani D. dan Suryani (2011) di Yogyakarta

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


23

menemukan bahwa remaja yang tingkat stressnya sedang bahkan tinggi

lebih mudah mengalami keputihan.

c. Kebersihan Diri

Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga kebersihan dan

kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis, Keputihan yang abnorma

banyak dipicu oleh cara wanita dalam menjaga kebersihan dirinya,

terutama alat kelamin. Kegiatan kebersihan diri yang dapat memicu

keputihan adalah penggunaan pakaian dalam yang ketat dan berbahan

nilon, cara membersihkan alat kelamin (cebok) yang tidak benar,

penggunaan sabun vagina dan pewangi vagina, penggunaan pembalut

kecil yang terus menerus diluar siklus menstruasi. Penelitian diPondok

Cabe Ilir Jakarta menemukan bahwa remaja yang mempunyai

pengetahuan rendah, Sikap yang jelek dan perilaku buruk dalam menjaga

kebersihan akan memperburuk kondisi keputihan abnormal.

6. Dampak Keputihan

Keputihan fisiologis dan patologis mempunyai dampak pada wanita.

Keputihan fisiologis menyebabkan rasa tidak nyaman pada wanita sehingga

dapat mempengaruhi rasa percaya dirinya. Keputihan patologis yang

berlangung terus menerus akan menganggu fungsi organ reproduksi wanita

khususnya pada bagian saluran indung telur yang dapat menyebabkan

infertilitas. Pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, Kematian Janin

dalam kandungan (KJDK), kelainan kongenital, lahir premature.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


24

7. Penatalaksaan Pencegahan keputihan

a. Menjaga Alat Kebersihan Klamin

Vagina secara anatomis berada di antara uretra dan anus. Alat kelamin

yang dibersihkan dari belakang ke depan dapat meningkatkan resiko

masuknya bakteri kedalam vagina. Masuknya kuman kedalam vagina

menyebabkan infeksi sehingga dapat menyebabkan keputihan. Cara

cebok yang benar adalah dari depan kebelakang sehingga kuman yang

berada di anus tidak dapat masuk ke dalam vagina.

b. Menjaga Kebersihan Pakaian Dalam

Pakaian dalam yang tidak disetrika dapat menjadi alat perpindahan

kuman dari udara ke dalam alat kelamin. Bakteri, jamur, dan parasit

dapat mati dengan pemanasan sehingga menyetrika pakaian dalam dapat

menghindarkan infeksi kuman melalui pakaian dalam.

c. Tidak Bertukar Handuk

Handuk merupakan media penyebaran bakteri, jamur, dan parasit.

Handuk yang telah terkontaminasi bakteri, jamur, dan parasit apabila

digunakan bisa menyebabkan kuman tersebut menginfeksi pengguna

handuk tersebut sehingga gunakan handuk untuk satu orang

d. Menghindari Celana Ketat

Celana ketat dapat menyebabkan alat kelamin menjadi hangat dan

lembab. Alat kelamin yang lembab dapat meningkatkan kolonisasi dari

bakteri, jamur, dan parasit. Peningkatan kolonisasi dari kuman tersebut

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


25

dapat meningkatkan infeksi yang bisa memicu keputihan, maka hindari

memakai celana ketat terlalu lama

e. Menghindari Cuci Vagina

Produk cuci vagina dapat membunuh flora normal dalam vagina.

Ekosistem dalam vagina terganggu karena produk pencuci vagina

bersifat basa sehingga menyebabkan kuman dapat berkembang dengan

baik. Produk cuci vagina yang digunakan harus sesuai dengan pH normal

vagina, yaitu 3,8-4,2 dan sesuai dengan petunjuk dokter

f. Mencuci Tangan Sebelum Mencuci Alat Kelamin

Tangan dapat menjadi perantara dari kuman penyebab infeksi. Mencuci

tangan sebelum menyentuh alat kelamin dapat menghindarkan

perpindahan kuman yang menyebabkan infeksi

g. Sering Menganti Pembalut

Mengganti pembalut minimal 3-4 kali sehari dapat menghindari

kelembaban

h. Mengelola Stress

Stres dapat meningkatkan hormon adrenalin yang menyebabkan

penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah yang sempit

menyebabkan aliran estrogen ke vagina terhambat sehingga dengan

menghindari stres dapat mengurangi keputihan

8. Pengobatan Keputihan

Pengobatan atau penatalaksanaan leukorea atau keputihan tergantung dari

penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


26

obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi

sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi

keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol, untuk mengatasi

infeksi candida golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan

parasit (Misni, 2011).

Tindakan tanpa obat yang mendukung penyembuhan dapat dilakukan

dengan mengindari penggunaan sabun atau parfum vagina untuk mencegah

iritasi, menjaga agar area bagian kewanitaan tetap bersih dan kering dan

menghindari penggunaan pakaian dalam yang ketat dan tidak menyerap

keringat. Meminum minuman yogurt yang mengandung Lactobacillus

acidophilus setiap hari akan mengurangi kekambuhan (Widyastuty, 2011).

C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan

yang digunakan oleh bidan dalam memberi asuhan kebidanan. Langkah–

langkah dalam manajemen kebidanan menggambarkan alur pola berpikir

dan bertindak bidan dalam pengambilan keputusan klinis untuk

menngatasi masalah (Hani dkk, 2011).

2. Peran Bidan

Peran bidan dalam upaya pelayanan kesehatan yaitu :

a. Peran bidan sebagai pelaksana asuhan pelayanan kebidanan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


27

Sebagai pelaksana pelayanan, bidan dapat bekerja mandiri melakukan

pelayanan kebidanan primer sesuai dengan wewenangnya dan

menentukan perlunya tindakan rujukan. Disamping itu, perannya di

dalam pelayanan kolaboratif adalah sebagai mitra dalam

pelayananmedis terhadap ibu, bayi, dan anak–anak, serta anggota tim

dalam pelayanan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat.

b. Peran bidan sebagai pengelola

Bidan memimpin dan mengkoordinasikan pelayanan kebidanan sesuai

dengan kewenangannya di dalam tim, unit pelayanan rumah sakit,

puskesmas, klinik bersalin, praktik bidan, dan pondok bersalin.

c. Peran bidan sebagai pendidik

Bidan berperan dalam melakukan penyuluhan kepada individu,

keluarga, dan kelompok masyarakat dalam lingkup tanggung jawabnya.

Bidan diwajibkan pula membimbing siswa bidan dan dukun, serta kader

desa. Bidan berperan sebagai role model.

d. Peran bidan sebagai peneliti

Bidan dapat melakukan penelitian secara mandiri atau bersama anggota

kelompok peneliti dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak,

dan keluarga.

(Hani dkk, 2011).

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


28

D. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Dengan Metode SOAP

1. S (Subjektif) : Data klien yang didapat dari anamnesis

2. O (Objective) : Hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik,

pemeriksaan pendukung lain dan catatan medis lain

3. A (Assesment) : Analisis dan interpretasi berdasarkan data yang

terkumpul dibuat kesimpulan seperti diagnosis, antisipasi diagnosis/masalah

potensial, perlunya tindakan segera.

4. P (Planning) : Penyusunan rencana asuhan.

(Naomy, 2018)

5. Nomenklatur kebidanan

Tabel 1.1
Nomenklatur Kebidanan

1. persalinan normal 36. bayi besar

2. partus normal 37. malariya berat dengan komplikasi

3. syok 38. malariya ringan dengan komplikasi

4. djj tidak normal 39. mekonium

5. abortus 40. maningitis

6. solosio plasenta 41. metritis

7. akut pyelonephritis 42. migrain

8. amnionitis 43. kehamilan mola

9. anemia berat 44. kehamilan ganda

10. apendiksitis 45. partus macet

11. atonia uteri 46. posisi occiput posterior

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


29

12. infeksi mammae 47. posisi occiput melintang

13. pembengkakkan 48. kista ovarium

mammae 49. abses pelvik

14. presentasi bokong 50. peritonitis

15. asma brochiale 51. placenta previa

16. presentasi dagu 52. pneumonia

17. disproporsi sevalo 53. pre-eklamsi ringan/berat

pelvik 54. hipertensi karena kehamilan

18. hipertensi kronik 55. ketuban pecah dini

19. koagilopati 56. partus prematurus

20. presentasi ganda 57. prolapsus tali pusat

21. cystitis 58. partus fase laten lama

22. eklampsia 59. partus kala II lama

23. kelainan ektopik 60. sisa plasenta

24. ensephalitis 61. retensio plasenta

25. epilepsi 62. ruptura uteri

26. hidraminion 63. bekas luka uteri

27. presentasi muka 64. presentasi bahu

28. persalinan semu 65. distosia bahu

29. kematian janin 66. robekan serviks dan vagina

30. hemorargik 67. tetanus

antepartum 68. letak lintang

31. hemorargik

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


30

postpartum

32. gagal jantung

33. inertia uteri

34. infeksi luka

35. invertio uteri

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Anda mungkin juga menyukai