(Sunan Demak/Sunan Kalijaga, Sunan Kudus dan Sunan Muria)
SKI KELAS IX-A
Disusun Oleh :
Airin Alvika.A.
Bagaz A. P
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM DA’WATUL KHOIR
MTS DA’WATUL KHOIR
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
1. BAB II 2. PEMBAHASAN 3. 2.1 Pengertian Wali Songo 4. Istilah wali berasal dari bahasa Arab, artinya tercinta, pembantu, penolong dan pemimpin. 5. Bentuk pluralnya adalah auliya’. Al-Qur’an menyifati para wali Allah sebagai orang-orang yang 6. beriman dan bertaqwa kepada Allah. Tidak adak kekhawatiran pada mereka dan tidak pula 7. mereka bersedih hati. Wali Songo disini diartikan sekumpulan orang (semacam dewan dakwah) 8. yang dianggap memiliki hak untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat Islam di bumi 9. Nusantara pada 1 zamannya. 10. Kata “wali” menurut istilah, ialah sebutan bagi orang-orang Islam yang dianggap 11. keramat, penyebar agama Islam, mereka dianggap “kekasih Allah”, orang-orang yang dekat 12. dengan Allah, dikaruniai tenaga gaib, mempunyai kekuatan- kekuatan batin yang sangat berlebih, 13. mempunyai ilmu yang sangat tinggi, dan sakti berjaya-kewijayaan (Effendy Zarkasi, 1977: 52). 14. Sebagian penulis berpendapat bahwa istilah Wali Songo berasal dari bahasa Arab , yaitu 15. wali dan tsana’(mulia), sehingga berarti para wali yang mulia. Sebagian lagi berpendapat istilah 16. Wali Songo berasal dari bahasa Jawa, yaitu wali dan sana (baca: sono), yaitu tempat. Ada pula 17. yang menyebut dengan Wali Songo berarti sembilan wali atau bahkan ada yang menyatakan Wali 18. Sangha. 19. Dari berbagai pendapat tersebut, yang paling kuat adalah berdasarkan istilah dan fakta 20. sejarah, yaitu bahwa Wali Songo adalah sebuah dewan dakwah, 2 dewan mubaligh , organisasi 21. ulama dalam bentuk lembaga dakwah para wali yang berjumlah sembilan. Setiap ada yang wafat 22. atau meninggalkan Jawa maka diangkat wali lain sebagai penggantinya sehingga tetap berjumlah 23. sembilan. Para Wali Songo adalah pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka 24. ',! - ./0 - . 25. # 1$ #- #) *'()23 26. ) 4 5 50'6* 67'62)108 27. 79)*'(1 32 Pengertian Wali Songo A. Pengertian Wali Songo Wali Songo adalah sebuah dewan dakwah, dewan mubaligh, organisasi ulama dalam bentuk lembaga dakwah para wali yang berjumlah sembilan. Setiap ada yang wafat atau meninggalkan Jawa maka diangkat wali lain sebagai penggantinya sehingga tetap berjumlah sembilan. Para Wali Songo adalah pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasa dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat jawa mulai dari perniagaan, pelayaran dan perikanan, bercocok tanam dan persawahan, pengobatan, kebudayaan, kesenian, pendidikan, kemasyarakatan, hingga kedalam masalah aqidah, politik, militer, hukum, dan pemerintahan dikerajaan-kerajaan Islam. B. Tokoh-tokoh Wali Songo Ada pun nama-nama sembilan orang Wali Songo yang umumnya dikenal adalah Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik (wafat Tahun 1419), Sunan Ampel (lahir tahun 1401), Sunan Giri atau dikenal pula sebagai Raden Paku, Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah atau juga dikenal dengan Fatahillah (wafat tahun 1570), Sunan Muria atau Raden Said, Sunan Kudus atau dikenal pula sebagai Syekh Ja’far Shadiq, Sunan Drajat atau Raden Qasim, Sunan Kali Jaga yang juga digelari sebagai Raden Mas Syahid, Sunan Bonang atau Raden Ibrahim (1449-1525). Adapun pada kali ini kita akan membahas Sunan Kalijaga, Sunan Kudus dan Sunan Muria. 1. Sunan Kudus (Ja’far Sadiq) Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Beliau memiliki keahlian khusus dalam bidang agama, terutama dalam ilmu fikih, tauhid, hadits, tafsir serta logika. Karena itulah di antara walisongo hanya ia yang mendapat julukan wali al-‘ilm (wali yang luas ilmunya), dank arena keluasan ilmunya ia didatangi oleh banyak penuntut ilmu dari berbagai daerah di Nusantara. Ada cerita yang mengatakan bahwa Sunan Kudus pernah belajar di Baitul Maqdis, Palestina, dan pernah berjasa memberantas penyakit yang menelan banyak korban di Palestina. Atas jasanya itu, oleh pemerintah Palestina ia diberi ijazah wilayah (daerah kekuasaan) di Palestina, namun Sunan Kudus mengharapkan hadiah tersebut dipindahkan ke Pulau Jawa, dan oleh Amir (penguasa setempat) permintaan itu dikabulkan. Sekembalinya ke Jawa ia mendirikan masjid di daerah Loran tahun 1549, masjid itu diberi nama Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar (Masjid Menara Kudus) dan daerah sekitarnya diganti dengan nama Kudus, diambil dari nama sebuah kota di Palestina, al-Quds. Dalam melaksanakan dakwah dengan pendekatan kultural, Sunan Kudus menciptakan berbagai cerita keagamaan. Yang paling terkenal adalah Gending Makumambang dan Mijil. Cara-cara berdakwah Sunan Kudus adalah sebagai berikut: a. Strategi pendekatan kepada masa dengan jalan 1) Membiarkan adat istiadat lama yang sulit diubah 2) Menghindarkan konfrontasi secara langsung dalam menyiarkan agama islam 3) Tut Wuri Handayani 4) Bagian adat istiadat yang tidak sesuai dengan mudah diubah langsung diubah. b. Merangkul masyarakat Hindu seperti larangan menyembelih sapi karena dalam agama Hindu sapi adalah binatang suci dan keramat. c. Merangkul masyarakat Budha Setelah masjid, terus Sunan Kudus mendirikan padasan tempat wudlu denga pancuran yang berjumlah delapan, diatas pancuran diberi arca kepala Kebo Gumarang diatasnya hal ini disesuaikan dengan ajaran Budha “ Jalan berlipat delapan atau asta sunghika marga”. d. Selamatan Mitoni, biasanya sebelum acara selamatan diadakan membacakan sejarah Nabi. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M dan dimakamkan di Kudus. Di pintu makan Kanjeng Sunan Kudus terukir kalimat asmaul husna yang berangka tahun 1296 H atau 1878 M. 2. Sunan Muria (Raden Umar Said) Salah seorang Walisongo yang banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di pedesaaan Pulau Jawa adalah Sunan Muria. Beliau lebih terkenal dengan nama Sunan Muria karena pusat kegiatan dakwahnya dan makamnya terletak di Gunung Muria (18 km di sebelah utara Kota Kudus sekarang).Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden Umar Said, dalam berdakwah ia seperti ayahnya yaitu menggunakan cara halus, ibarat menganbil ikan tidak sampai keruh airnya. Muria dalam menyebarkan agama Islam. Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Beliau adalah satu- satunya wali yang mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah dan beliau pulalah yang menciptakan tembang Sinom dan kinanthi. Beliau banyak mengisi tradisi Jawa dengan nuansa Islami seperti nelung dino, mitung dino, ngatus dino dan sebagainya. Lewat tembang-tembang yang diciptakannya, sunan Muria mengajak umatnya untuk mengamalkan ajaran Islam. Karena itulan sunan Muria lebih senang berdakwah pada rakyat jelata daripada kaum bangsawan. Cara dakwah inilah yang menyebabkan suna Muria dikenal sebagai sunan yang suka berdakwak tapa ngeli yaitu menghanyutkan diri dalam masyarakat. 3. Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga merupakan salah satu anggota Wali Songo yang berasal dari Tuban, Jawa Timur. Nama asli Sunan Kalijaga adalah Raden Mas Said. Merupakan sosok Wali Songo yang berdakwah di wilayah Demak, Jawa Tengah. Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman. Beliau merupakan putra Raden Sahur putra Temanggung Wilatika Adipati Tuban. Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya. Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam ‘kungkum’ di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan. Raden Sahid sebenarnya anak muda yang patuh dan kuat kepada agama dan orang tua, tapi tidak bisa menerima keadaan sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan, hingga dia mencari makanan dari gudang kadipaten dan dibagikan kepada rakyatnya. Tapi ketahuan ayahnya, hingga dihukum yaitu tangannya dicampuk 100 kali sampai banyak darahnya dan diusir. Setelah diusir selain mengembara, ia bertemu orang berjubah putih, dia adalah Sunan Bonang. Lalu Raden Sahid diangkat menjadi murid, lalu disuruh menunggui tongkatnya di depan kali sampai berbulan-bulan sampai seluruh tubuhnya berlumut. Maka Raden Sahid disebut Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran Islam, antara lain dengan wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam seperti Walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka telah tertarik pada ajaran-ajaran Islam sekalipun, karena pada awalnya mereka tertarik dikarenakan media kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh seniman wayang. Ia tidak pernah meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran agama dan nama-nama pahlawan Islam.