Anda di halaman 1dari 13

Karya Ilmiah ISI Denpasar  1

PENULISAN NASKAH FILM FIKSI


“BUNGAN NATAH”

Ade Aprilia Puspayanti, I Komang Arba Wirawan, Ni Kadek Dwiyani


Institut Seni Indonesia Denpasar
Jalan Nusa Indah Denpasar – Bali Telp. (0361) 236100
E-mail : adephia119@gmail.com

Abstrak

Penulisan naskah film fiksi “Bungan Natah” mengangkat tema seorang perempuan yang merasa
tertekan dan ingin lepas dari kekangan, yang merupakan representasi dari masih tingginya kasus
kekerasan pada perempuan yang terjadi di Indonesia. Penciptaan naskah film fiksi “Bungan Natah”
dilakukan untuk mengetahui proses penulisan naskah dan penerapan konsep penulisan naskah yang dapat
menggambarkan rasa tertekan korban kekerasan. Manfaat penciptaan ini untuk menambah referensi
naskah film fiksi yang mengangkat isu kekerasan dan mendukung perlawanan tindak kekerasan dalam
bentuk apapun. Metode yang diperlukan untuk mengetahui proses penciptaan dan penggambaran rasa
tertekan ke dalam naskah adalah dengan menggunakan teori Struktur Cerita Tiga Babak (Aristoteles
dalam Biran, 2010) untuk menyusun struktur dramatik naskah, yang didukung dengan teori dramaturgi
(Erving Goffman dalam Kholisotin 2015) dan teori semantik (Parera dalam Cahyani 2011) untuk
penanaman rasa tertekan ke dalam dialog. Hasil dari penciptaan ini adalah naskah film fiksi “Bungan
Natah” yang diciptakan dengan melakukan proses penentuan sasaran cerita, penentuan genre, tema, ide
cerita, alur cerita, perumusan tokoh, penentuan grafik cerita, merumuskan sinopsis, menyusun plot point,
membuat treatment lalu diwujudkan naskah film fiksi “Bungan Natah”. Dapat disimpulkan
penggambaran rasa tertekan tokoh utama ke dalam naskah adalah dengan menggunakan Struktur Cerita
Tiga Babak yang sangat fleksibel dalam menyusun alur cerita dengan tema perlawanan diri, teori
Dramaturgi yang membantu pembangunan karakter tokoh utama, dan teori Semantik yang dapat
menanamkan rasa tertekan tokoh utama ke dalam dialog. Tujuan penciptaan naskah film fiksi “Bungan
Natah” adalah untuk meningkatkan kesadaran terhadap posisi penting perempuan dan penolakan terhadap
tindak kekerasan.

Kata Kunci: Penulisan Naskah, Film Fiksi, Bungan Natah

Abstract

Screenplay writing of fiction movie “Bungan Natah” takes on the theme of a woman who feels pressured
and wants to escape from the restraints, which is a representation of violence against women that still
being a high issue in Indonesia. This research was conducted to determine the process of creating and
applying the right concept of screenplay writing. The benefits of this research are to add a reference of
fictional movie screenplay writing that takes violence issue and promotes violent resistance in any form.
The method for knowing the process of creating and planting the sense of pressure into the screenplay are
using the Three-Act Structure theory (Aristotle in Biran, 2010) for build the dramatic structure of
screenplay with Dramaturgy theory (Goffman in Kholisotin, 2015) and Semantic theory (Parera in
Cahyani, 2011) for planting the sense of pressure into the dialogue. The result of this research is the
screenplay of fiction movie “Bungan Natah” that was created by doing the process from setting the
audience target, determine the genre, theme, basic idea, storyline, characterization, determine story
graphic, make the synopsis, arrange the plot point, make the treatment and then make the screenplay of
fiction movie “Bungan Natah”. The depiction of the main character’s distress into the screenplay is by
using the Three-Act Structure Theory which is flexible in arranging storyline with the theme of self
resistance, Dramaturgi theory which help building the main character, and the Semantic teory which can
plant the sense of pressure on the main character into the dialogue. The purpose of the study of screenplay
writing of fiction movie “Bungan Natah” is to raise the awareness of the important position of women and
the rejection of violence.

Keyword: Screenplay Writing, Fiction Movie, Bungan Natah


 2

PENDAHULUAN saat ini adalah tindak kekerasan pada


perempuan. Menurut hasil survei Badan
Naskah atau skenario film bukan Pusat Statistik (BPS) dalam artikel “Hasil
sebuah karya sastra yang menjadi hasil Survei BPS: Satu dari tiga perempuan
akhir karya seni, melainkan merupakan Indonesia alami tindak kekerasan” (Lubis,
bahan baku dasar kerja produksi (Widagdo, 1 April 2017), sebanyak 33,4 % dari 9.000
2017:17). Naskah merupakan patokan awal responden perempuan usia 15-64 tahun dari
dalam proses pembuatan film. berbagai latar belakang berbeda mengaku
Keterwujudan naskah sebagai alat yang pernah mengalami kekerasan dalam hidup
digunakan untuk memproduksi sebuah film mereka. Kepala BPS, Suhariyanto
dianggap penting dan menjadi landasan mengungkap bahwa kekerasan fisik lebih
pergerakan seluruh tim produksi dalam banyak dialami perempuan yang tinggal di
membangun unsur-unsur pendukung film. perkotaan. Kekerasan fisik juga lebih
Naskah memiliki sisi fungsional banyak dialami perempuan usia 15-64
yakni mengacu pada fungsi naskah sebagai tahun dengan latar belakang SMA dan
petunjuk untuk membuat film (Zoebazary, berstatus tidak bekerja. Sementara 1/10
2010:221). Berbeda dengan jenis sastra perempuan usia 15-64 tahun menyatakan
yang lain, naskah yang diperuntukkan masih mengalami tindak kekerasan fisik
untuk produksi film harus disusun secara selama satu tahun terakhir. Hasil survei ini
filmik oleh penulis naskah sebagaimana menunjukkan bahwa tindak kekerasan pada
akan tampil di layar putih, yang artinya perempuan masih menjadi topik bahasan
naskah film harus menggunakan penuturan yang penting karena tingkat frekuensi
media gambar dan media suara sehingga kejadian yang masih tinggi.
penonton dapat memahami pesan yang Terkait dengan hasil survei tindak
ingin disampaikan (Biran, 2006:1). kekerasan pada perempuan tersebut di atas,
Penulis naskah dalam proses Sanjaya dalam skripsinya “Hubungan
pembuatan naskah film, harus terlebih dulu Antara Gaya Kelekatan Dengan Perilaku
menentukan tema cerita, yakni pokok Kekerasan Dalam Relasi Romantis Pada
pikiran dalam sebuah karangan atau dasar Remaja” (2016:3) mengungkapkan bahwa
cerita yang ingin disampaikan (Lutters, kekerasan yang terjadi pada perempuan
2006:41). Tema dalam pembuatan naskah dalam tingkat usia remaja-dewasa lebih
film fiksi bisa sangat beragam, tergantung berisiko. Hal ini bertolak dari pengalaman
pesan apa dan kalangan penonton seperti dan pengetahuan remaja-dewasa yang
apa yang ingin dijadikan tujuan masih minim dalam menanggapi
tersampaikannya pesan. Seperti tema permasalahan selama berpacaran, lain
petualangan yang cocok bagi kalangan halnya dengan individu dewasa. Selain itu,
penonton anak-anak, dan tema percintaan Sanjaya (2016:5-6) mencantumkan bahwa
yang cocok bagi kalangan remaja-dewasa. bahwa anak yang memiliki kelekatan aman
Tema percintaan bagi kalangan remaja- akan lebih mudah membina hubungan yang
dewasa dianggap paling mampu intens dan tidak mendominasi. Sebaliknya,
mendapatkan perhatian penonton, melihat anak dengan kelekatan tidak aman memiliki
minat remaja-dewasa yang tinggi untuk lebih banyak masalah, kurang kepedulian
menonton film. Bagi kalangan remaja- dan lebih mendominasi. Individu dengan
dewasa, cerita yang sesuai dengan kelekatan tidak aman mengembangkan
kehidupan mereka akan lebih mudah gaya cinta yang posesif. Pistole dalam
mereka pahami dan dengan begitu, pesan Sanjaya (2016:6). Gaya cinta posesif,
cerita lebih mudah tersampaikan. Ide cerita tingginya tingkat kecemburuan, dan
naskah film fiksi terlebih dulu harus digali temperamen seseorang dapat menjadi dasar
dari permasalahan yang terjadi di tengah perilaku kekerasan dalam hubungan
masyarakat kini. berpacaran. Safitri dalam Sanjaya (2016:6).
Salah satu permasalahan yang Naskah film fiksi “Bungan Natah”
masih sering terjadi di masyarakat sampai ini mengangkat tema seorang perempuan
yang tertekan dan ingin lepas dari
 3

kekangan. Judul Bungan Natah dipilih ingin membuat penonton sadar posisi
sebagai representasi tokoh utama penting keluarga sebagai pondasi utama
perempuan dalam naskah film fiksi ini yang keharmonisan dan bahwa kaum perempuan
diharapkan mampu mendukung kebutuhan bukan objek pelampiasan kekerasan.
keluarganya sendiri dan kebutuhan Naskah film fiksi ini akan
kekasihnya sebagai pasangan hidupnya menggambarkan problematika seorang
kelak. Bungan Natah merupakan ungkapan perempuan yang tertekan oleh kondisi yang
bahasa Bali yang bila diartikan secara tidak membuatnya nyaman dan ingin lepas
harfiah memiliki arti “kembang di halaman dari kekangan situasi tersebut dengan
rumah”. Judul ini diambil dari julukan yang mempertimbangkan aspek sebab-akibat
sering digunakan oleh masyarakat Bali yang selama ini dirasakannya. Tekanan
sebagai ungkapan yang ditujukan pada yang dialami tokoh utama ini datang dari
kaum perempuan dalam suatu keluarga perasaan internal, perlakuan pasangan
yang merajuk pada arti “perempuan hingga pertimbangan dari orang terdekat.
kebanggaan keluarga”.. Konotasi ini Segala tekanan ini akan membuat tokoh
menurut salah satu artikel terbitan lembaga utama diarahkan ke sebuah keputusan
peduli perempuan dan anak, Bali Sruti, sebagai pemecahan masalah. Penonton akan
berjudul “Kekerasan Ideologi Patriarki memahami cara berpikir tokoh utama dan
pada Perempuan Bali” (5 Juni 2011), mengantisipasi keputusan akhir yang akan
mengandung artian bahwa kaum diambil.
perempuan bagi sebagian besar masyarakat Tindakan dan pemikiran yang
Bali merupakan hiasan atau pelengkap yang diungkapkan oleh tokoh utama cerita akan
menyokong kebutuhan keluarga. Ungkapan bergerak sesuai dengan permasalahan yang
Bungan Natah dianggap mampu membelenggunya, sehingga naskah film ini
menggambarkan posisi perempuan yang berorientasi pada tokoh utama yang
diperankan oleh tokoh utama, sebagai sosok menggerakkan cerita. Konsep naskah yang
yang harus menuruti kebutuhan keluarga berorientasi pada tokoh utama biasa disebut
sebagai anak perempuan satu-satunya. dengan konsep character driven story.
Tokoh utama yang hanya tinggal bersama Penggunaan konsep character driven story
ibunya ini, di sisi lain juga tunduk dan pada naskah film fiksi Bungan Natah akan
terkekang oleh perilaku kekasihnya. dituangkan dalam pengarahan sudut
Kenyataan bahwa seorang pandang penonton kepada sudut pandang
perempuan sebagai Bungan Natah keluarga tokoh utama, Gita, yang ingin lepas dari
harus selalu menyokong kebutuhan kekangan kekasihnya, Arya, dengan pergi
keluarga ini dipatahkan oleh sikap tokoh ke tempat ibunya. Namun, keinginan Gita
utama dalam naskah film fiksi ini yang justru terhadang oleh Arya yang memiliki
memilih tinggal bersama kekasihnya. kepribadian protektif dan posesif.
Tokoh utama yang seharusnya menjadi
anak perempuan kebanggaan ibunya justru METODE PENELITIAN
membuat sedih sang ibu karena lebih
memilih kekasihnya. Hal ini merupakan Tahap perencanaan yang dilakukan
penggambaran kehidupan berpacaran yang penulis sebagai metode pengumpulan data
bebas di masyarakat saat ini yang membuat adalah:
kaum muda melupakan kewajibannya Observasi
sebagai anggota keluarga. Sikap tokoh Pengumpulan data secara observasi
utama yang mengabaikan keluarganya ini dilakukan dengan mengupas masalah-
mendapatkan akibat dengan diperlakukan masalah di sekitar, dan meninjau berbagai
secara dominan oleh kekasihnya. Rasa aspek hasil peninjauan pustaka dan karya.
tertekan yang kemudian muncul dalam diri Melalui observasi penulis mulai
tokoh utama membuatnya depresi dan menyiapkan jalan cerita dalam bentuk poin-
kesulitan mengontrol pola pikirnya. Ide ini poin kejadian atau plotline yang akan
digunakan sebagai ide dasar penciptaan dijadikan acuan dalam pembuatan naskah
naskah film fiksi “Bungan Natah” yang
4

selanjutnya. Pembuatan poin-poin kejadian Naskah film fiksi “Bungan Natah”


ini berfungsi untuk menata alur yang lebih ini ditujukan agar mampu menggambarkan
baik dan kesinambungan cerita agar perasaan seorang perempuan korban
penanaman petunjuk-petunjuk cerita dapat kekerasan fisik maupun psikis dalam
mendukung klimaks cerita. hubungan berpacaran dewasa muda.
Perwujudan naskah film fiksi “Bungan
Wawancara Natah” dimulai dari menentukan hal-hal
Wawancara dilakukan kepada umum seperti mempertimbangkan inti
orang-orang sekitar dalam menanggapi cerita yang ingin disampaikan.
masalah dalam hubungan berpacaran, dan
kepada psikolog untuk mendukung Sasaran Cerita
pembangunan karakter tokoh dalam Sasaran cerita naskah film fiksi
menghadapi kasus kekerasan yang “Bungan Natah” khususnya adalah Dewasa
didukung latar belakang kehidupan tokoh. atau kalangan masyarakat yang berumur 17
Wawancara yang saya lakukan tahun ke atas. Kalangan Dewasa dianggap
adalah wawancara mengenai karakter memiliki kelekatan lebih terhadap topik
gangguan obsesif-kompulsif pada seorang kekerasan dalam hubungan berpacaran,
laki-laki dan karakter perempuan yang khususnya dengan latar tokoh yang masih
mendampinginya sebagai korban yang berada di golongan dewasa awal. Naskah
terkena dampak samping gangguan film fiksi “Bungan Natah” ini juga
tersebut. Wawancara dilakukan kepada memiliki tujuan untuk menyadarkan
lulusan psikologi Universitas Udayana penonton bahwa tindakan kekerasan dalam
bernama Ni Luh Kade Nadia Rastafary, hubungan berpacaran dapat mengakibatkan
S.Psi. Bersama psikolog tersebut penulis dampak buruk, terutama bagi pribadi muda.
membangun karakter tiap tokoh agar sesuai
dengan jalan cerita yang telah dirancang. Genre
Genre naskah film fiksi “Bungan
Natah” merupakan Drama-Thriller. Drama
HASIL ANALISIS DAN adalah jenis cerita fiksi yang bercerita
INTERPRETASI DATA tentang kehidupan dan perilaku manusia
sehari-hari, terlihat pada cerita yang
Hal-hal yang akan dibahas dalam berorientasi pada permasalahan tokoh
bab ini meliputi perwujudan karya yang utama dengan orang-orang terdekatnya, dan
berisi proses perwujudan naskah film fiksi Thriller yang mengisahkan aksi tokoh
“Bungan Natah” hingga menjadi utama yang mendebarkan, terlihat pada
treatment, dan juga pembahasan karya yang konflik yang ditimbulkan tokoh utama
berisi pembahasan konsep dan naskah film dengan tokoh pendukung lainnya, dan
fiksi “Bungan Natah” draft akhir. konflik internal pada diri tokoh utama.

Perwujudan Karya Tema


Tema atau dasar cerita yang ingin
Naskah film fiksi “Bungan Natah” penulis sampaikan dalam naskah film fiksi
mengangkat konflik psikologis tokoh utama “Bungan Natah” adalah perlawanan diri.
sehingga penggambaran yang sesuai adalah Tema ini dianggap mampu menggambarkan
menunjukkan permasalahan yang ada di ide cerita yang hendak diangkat yakni
pikiran tokoh utama kepada penonton. seorang perempuan yang tertekan dan ingin
Tokoh utama naskah film fiksi “Bungan lepas dari kekangan. Tema ini juga
Natah” mengangkat gender perempuan, menggambarkan keseluruhan cerita yang
dimana selain kedekatan dengan pribadi terfokus pada tokoh utama dan
penulis, juga sebagai penyesuaian fakta permasalahan yang dihadapinya.
kasus yang telah diungkap dalam bab
sebelumnya.
 5

menggambarkan ingatan tokoh utama


Ide Cerita terhadap hal-hal yang membuatnya
Perwujudan naskah film fiksi tertekang.
“Bungan Natah”, bertolak dari tokoh
utama perempuan bernama Gita. Gita Penokohan
berusia 20 tahun telah tinggal bersama Penokohan selain menggambarkan
kekasihnya Arya yang berusia 25 tahun. diri tokoh di masa sekarang, juga
Emosi remaja yang dimiliki Gita menggambarkan latar belakang yang
membuatnya memandang buruk terhadap membuatnya menjadi pribadi sedemikian
perhatian yang diberikan ibunya, Murni. rupa. Fungsi dari penokohan adalah
Gita merasa ibunya hanya menjadikan Gita memudahkan dalam penyusunan cerita
sebagai penyangga rumah tangga setelah sehingga nantinya dapat diketahui, tindakan
bapak dan kakak laki-laki Gita meninggal. seperti apa yang dapat memunculkan kisah
Gita menganggap hubungannya dengan dramatik.
Arya lebih baik, namun seiring hidup Dalam naskah film fiksi “Bungan
bersama, Gita menyadari sisi lain Arya. Natah”, terdapat tiga tokoh yang berperan
Arya yang memiliki latar belakang dalam menjalankan cerita. Berikut
masalah dengan ayahnya, akhirnya penokohan dalam penulisan naskah film
menunjukkan sifat dominasi dan posesif fiksi “Bungan Natah”:
terhadap Gita. Gita yang menganggap Arya
suatu kebebasan akhirnya merasa jengah Gita. Gita merupakan tokoh utama dalam
terhadap kekangan yang diberikan Arya. naskah film fiksi “Bungan Natah”, atau
Gita linglung dan secara intuitif sering disebut protagonis. Gita merupakan
mendatangai ibunya ke rumah. Ibu Murni penggerak cerita dalam naskah yang
emosi melihat Gita dan penampilannya menuangkan gagasan pikirannya kepada
yang berantakan. Keadaan ibunya yang penonton, berharap penonton memahami
tinggal sendiri membuat Gita merasa dirinya. Cerita yang digerakkan oleh tokoh
bersalah, namun Gita masih ragu untuk utamanya seperti ini sering disebut sebagai
kembali. Gita kembali ke rumah untuk Character Driven Story.
menemui Arya namun sikap Arya yang Pemilihan nama Gita sebagai nama
agresif justru membuat Gita memutuskan tokoh utama naskah film fiksi “Bungan
untuk pulang ke rumah ibunya. Arya yang Natah” adalah sebagaimana masyarakat
panik mengancam Gita untuk tetap tinggal Bali khususnya saat ini, sering
dengannya. Gita harus menentukan pilihan menggunakan nama modern yang
antara pulang bersama ibunya atau kembali sederhana. Gita sendiri memiliki arti
bersama Arya. berhasil dengan baik, cerdas dan beruntung.
Artinya, Gita merupakan harapan bagi
Plot Cerita keluarganya agar menjadi anak yang baik.
Plot cerita atau jalan cerita yang Gita merupakan seorang perempuan
digunakan dalam naskah film fiksi berumur 20 tahun dengan paras cantik,
“Bungan Natah” adalah alur lurus dengan badan tinggi kurus, berkulit kuning langsat,
interupsi kilas balik. Interupsi kilas balik memiliki wajah khas orang Indonesia
digunakan untuk memberikan kesan dengan mata bulat, hidung mancung, dan
dramatik kepada penonton dengan berambut panjang berwarna hitam yang
menampilkan adegan pemancing terlebih dicat kecokelatan.
dulu, kemudian memutar keadaan ke posisi Gita memiliki nama rumah Ayu,
awal tokoh utama. Kepentingan menjerat panggilan yang biasa digunakan ibunya dan
penonton di awal cerita dapat dilakukan merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
dengan meletakkan klimaks cerita di awal. Gita berwatak kalem, pemikir, dan
Naskah film fiksi “Bungan Natah” selain penyayang. Gita memiliki latar kehidupan
menggunakan interupsi kilas balik untuk yang berkecukupan sebelum Ayah dan
memancing rasa ingin tahu penonton, juga kakak laki-lakinya meninggal karena
menggunakannya sebagai cara kecelakaan saat pergi jalan-jalan. Gita yang
6

beruntung tetap hidup merasa bahwa ibunya perintahnya, bahkan sering memukuli Arya
sedikit membencinya setelah kejadian itu, bila mengingat ibu Arya atau bila Arya
yang membuat suasana di antara mereka melakukan kesalahan.
menjadi tidak akur. Gita yang tadinya Gaya didik ayahnya yang keras
merupakan penganut agama Hindu yang membuat Arya menjadi orang yang peragu
taat seperti ibunya berangsur jadi apatis dan dan secara tidak langsung mengikuti sifat
memilih untuk mengabaikan rumah. ayahnya yang keras dan mendominasi.
Di tengah konflik dingin dengan Tanpa Arya sadari, Arya menjadi peragu
ibunya, Gita bertemu dengan Arya melalui saat melakukan sesuatu dan merasa harus
teman-temannya. Gita tertarik sekaligus iba terus mengecek ulang. Di keseharian, Arya
pada Arya yang juga memiliki masalah dapat menutupi sifat-sifat itu. Namun
kelam dengan keluarganya. Gita kedekatannya dengan Gita yang dicintainya
memutuskan untuk tidak melanjutkan tanpa sadar memunculkan sifat-sifat yang
sekolah setamat SMA dan tinggal berdua dia tiru dari ayahnya. Cara ayahnya
bersama Arya. Tinggal bersama Arya memperlakukan Arya akhirnya berdampak
tadinya membuatnya merasa senang karena pada bagaimana dirinya memperlakukan
tidak lagi mendapat aura kebencian dari Gita. Arya jadi posesif dan mengekang.
ibunya. Semakin lama Gita merasakan Arya yang menyayangi Gita tidak bisa
bahwa Arya semakin memperlihatkan membiarkan Gita pergi dari sisinya karena
wataknya yang mendominasi. Gita mulai Gita menjadi suatu tumpuan bagi dirinya
merasa terkekang pada Arya dan yang lemah.
menginginkan kebebasan dengan tidak lagi
terdominasi oleh Arya. Ibu Murni. Ibu Murni dapat dianggap
sebagai tujuan tokoh protagonis, dimana
Arya. Arya merupakan tokoh antagonis Gita yang pada akhirnya terkekang bersama
atau penghalang Gita mencapai tujuannya. Arya, merasa bahwa rumah merupakan
Nama Arya dalam bahasa Jawa berarti tempat yang lebih baik. Pemilihan nama
bangsawan. Artinya, keluarga Arya Murni sebagai nama karakter adalah
mengharapkan Arya menjadi laki-laki yang sebagai penggambaran tokohnya yang jelas
karismatik dan sempurna. Pengambilan arti dan tegas. Ibu Murni merupakan seorang
nama dari bahasa Jawa adalah karena ibu perempuan berumur 43 tahun. Memiliki
Arya yang merupakan orang Indonesia postur tubuh pendek berisi, mata bulat,
khususnya suku Jawa. Arya adalah seorang hidung bulat, wajah berkeriput dengan garis
laki-laki berusia 25 tahun yang telah khas wajah orang suku Bali.
bekerja di perusahaan ayahnya. Arya Ibu Murni berwatak mandiri,
memiliki postur kurus tinggi, berkulit putih, sentimental, baik, dan tegas. Ibu Murni
mata bulat, hidung mancung, memiliki merupakan istri dari pria Bali biasa yang
wajah khas bule, berambut cokelat. Arya hidup berkecukupan dan memiliki satu anak
memiliki watak peragu, teliti, suka laki-laki, dan satu anak perempuan, Gita.
mendominasi. Ibu Murni cukup bahagia bersama
Arya merupakan anak tunggal dari keluarganya, namun sejak suami dan anak
Ayah berkewarganegaraan asing yang sulungnya meninggal saat bertamasya
menikahi ibunya yang berkewarganegaraan bersama Gita yang masih memasuki awal
Indonesia. Ayahnya yang sering pergi ke SMP, Murni harus membanting tulang
luar negeri karena pekerjaan tidak memiliki untuk menutupi segala pengeluaran yang
ikatan yang baik dengan Arya. Ibunya yang dibutuhkan. Murni kemudian tidak sempat
kesepian justru mencari pria lain untuk untuk bersikap ramah pada Gita karena
mendapatkan kasih sayang. Ayah Arya Murni harus mengambil berbagai macam
yang mengetahui istrinya selingkuh justru pekerjaan serabutan seperti membuat dan
menyalahkan Arya karena menganggap menjual canang, membuka jasa cuci
Arya anak yang tidak bisa diandalkan untuk pakaian, dan lainnya. Murni membiarkan
menjaga ibunya. Ayah Arya yang tegas Gita tetap bersekolah dengan mendidiknya
mendidik Arya agar selalu patuh pada sebisanya.
 7

Murni tidak mengetahui bahwa diberikan pengenalan bahwa tokoh adalah


Gita masih merasa bersalah atas kematian seseorang yang memiliki pasangan dan
ayah dan kakaknya karena Murni semakin bahagia hingga diperlihatkan bahwa
tidak punya waktu bicara dengan Gita. pasangan ini memiliki masalah bahwa
Hingga suatu saat Gita jadi jarang pulang, tokoh utama, Gita, dikatakan selingkuh oleh
Murni hanya mendengar dari orang-orang kekasihnya, Arya.
sekitar bahwa Gita sering bersama seorang Dalam naskah film fiksi “Bungan
pria. Murni terpaksa terus bekerja dengan Natah”, penulis memasukkan informasi
hati yang gundah karena harus melunasi bahwa Arya mulai mendominasi Gita
hutang akibat biaya sekolah Gita. Sampai sebagai point of attack sehingga Gita
saat Gita kembali mengunjunginya dengan akhirnya berani mengambil keputusan dan
penampilan yang tidak sopan, Murni jelas menetapkan tujuannya. Gita akhirnya pergi
marah besar dan merasa Gita tidak mengerti ke rumah ibunya sebagai jalan lepas dari
posisinya sebagai ibu penyambung tulang Arya. Namun pertemuan dengan ibunya
punggung keluarga. Murni dengan justru membuatnya meragu, ibunya sangat
kehidupannya yang keras menyerahkan kesal dengan dirinya ditambah Gita punya
segala keputusan pada Gita dan tidak akan rasa bersalah pada ibunya. Gita
peduli, meskipun dirinya tetap menyayangi memutuskan kembali ke rumah Arya
Gita sebagai anak satu-satunya. namun dengan perasaan linglung. Arya
yang panik, memarahi Gita dan melakukan
Grafik Cerita kekerasan pada Gita, yang justru membuat
Grafik cerita yang digunakan dalam Gita yakin kembali untuk pulang ke rumah
pembuatan naskah film fiksi “Bungan ibunya. Namun Gita panik mendapati Arya
Natah” adalah pengembangan dari Grafik menyekap ibunya dan mengancam Gita
Aristoteles yang masih sederhana yakni harus pulang bersama Arya. Demi
Grafik Elizabeth Lutters (1). Grafik cerita keselamatan ibunya, Gita memutuskan
dalam naskah film fiksi “Bungan Natah” untuk mengikuti kemauan Arya meski
dimulai dengan memberikan gebrakan di harus membuat ibunya semakin
babak awal cerita, kemudian menurunkan membencinya.
tensi penonton untuk perlahan Babak Akhir berisi akhir cerita.
memunculkan konflik hingga naik menuju Naskah film fiksi “Bungan Natah”
klimaks yang diakhiri dengan penjernihan menghadirkan akhir yang membahagiakan
sedikit. sekaligus memilukan. Dalam fase babak
akhir ini, Gita kembali merasa depresi dan
memutuskan untuk bunuh diri. Namun,
diakhir ditampilkan Gita yang bahagia
melihat tubuh Arya yang terbujur kaku
berlumur darah. Akhirnya Gita mencapai
tujuannya untuk lepas dari kekangan Arya,
namun dengan harus membunuh Arya
karena frustasi Arya akan melakukan hal
yang lebih parah pada ibunya. Akhir ini
bertujuan untuk menunjukkan pada
Gambar 1 Grafik Naskah Bungan Natah penonton bahwa depresi dapat membuat
(Sumber: Dokumentasi Aprilia, 2018) orang kehilangan akal untuk bertindak.

Dalam naskah film fiksi “Bungan Sinopsis


Natah” cara penulis menjerat perhatian Suasana terasa sepi dan mencekam.
penonton adalah dengan menggunakan pola Gita (20 tahun) terus menggambar dengan
babak awal flashback yang menampilkan wajah frustasi. Gita melihat sekeliling
adegan klimaks di awal. Dengan begitu, merasa ngeri. Gita menggedor pintu minta
penonton akan penasaran kenapa tokoh dibukakan. Gita terduduk menutup telinga
tersebut terlihat frustasi. Kemudian dan menatap ke arah penonton.
8

Gita, seorang perempuan yang membunuhnya. Dengan begitu Gita


terlihat bahagia hidup bersama kekasihnya, bahagia, Arya tidak akan bisa menyakiti
Arya (25 tahun), nyatanya masih merasakan siapapun lagi.
kepedihan. Gita yang memutuskan hidup
bersama Arya dikekang tidak boleh Plot Point
menghubungi siapapun. Arya selalu Setelah menentukan synopsis,
mengatur Gita agar sesuai dengan penulis menyusun plot point yaitu urutan
keinginannya hingga kadang tidak kejadian secara ringkas yang akan menjadi
mengindahkan keinginan Gita sendiri. cikal bakal pembagian scene naskah film
Hingga Gita terus dikurung di rumah luas fiksi “Bungan Natah”.
milik Arya sendirian, hanya bisa menunggu
kehadiran Arya. Treatment
Gita akhirnya memutuskan untuk Treatment dibuat dengan
sementara lepas dari Arya dengan mengelompokkan adegan per scene,
mendatangi rumah ibunya, Ibu Murni (45 keterangan tempat dan waktu terjadinya
tahun) yang ia rindukan. Dengan adegan.
mengetahui kelemahan Arya yang
membenci hal kotor dan berantakan, Gita Pembahasan Karya
membuat Arya terpojok di kamar selagi
Gita mengambil kunci rumah. Arya histeris Perwujudan naskah film fiksi
melihat kamarnya yang berantakan dan “Bungan Natah” menggunakan teori
tidak mengetahui Gita yang tengah Struktur Tiga Babak dengan babak awal
menguncinya di rumah. pengenalan cerita, kemudian penggawatan
Gita mendatangi ibunya dengan di babak tengah menuju klimaks, lalu
bimbang karena menganggap hal yang penjernihan di babak akhir. Konsep pola
dilakukannya pada Arya juga hal yang babak awal flashback juga masuk ke dalam
salah. Ibu Murni menatap Gita dan perwujudan naskah film fiksi “Bungan
memarahinya karena sudah lama tidak Natah” yang bertujuan agar secepat
pulang. Kesal, Ibu Murni membiarkan Gita mungkin penonton menaruh perhatiannya
berbuat semaunya. Gita hanya bisa pada film sejak awal cerita dimulai.
meminta maaf. Teori Dramaturgi juga menjadi
Gita kembali berjalan ke rumah acuan dalam mewujudkan naskah film fiksi
Arya dengan bimbang dan mendapati Arya “Bungan Natah” yang memiliki landasan
yang semakin menjadi menekannya. Gita bahwa karakter memiliki sisi back stage
semakin yakin untuk meninggalkan Arya. yang tidak ingin ditunjukkannya pada
Namun selagi Gita berkemas, Arya justru siapapun, dan sisi front stage yang
pergi dan menyekap ibunya, mengancam mengharuskan karakter bersikap lebih baik
agar Gita kembali pulang bersama Arya. terhadap lawan hidupnya. Konsep ini juga
Gita panik melihat Arya yang mampu diterapkan pada penggunaan Interior
berbuat semaunya kapan saja. Gita Monolog sebagai gaya bertutur tokoh utama
menyerah, keamanan ibunya lebih penting kepada penonton, dimana penonton
daripada pandangan ibunya terhadap diposisikan sebagai bagian dari back stage
dirinya. Gita yang mengerti rasa terkekang yang
Kembali bersama Arya tidak dialami Gita.
membuat kondisi lebih baik. Gita tetap Penggunaan teori semantik dalam
diacuhkan setelah hal manis yang diberikan pembahasan naskah film fiksi “Bungan
Arya di awal. Gita semakin depresi dan Natah” sebagai pemecahan kalimat-kalimat
semakin mengalami delusi saat sendirian. penting dalam setiap scene yang dapat
Semakin dihantui dengan ketakutannya menggambarkan rasa tertekan tokoh utama,
pada masalah-masalah karena Arya, Gita Gita, akibat kekerasan dari kekasihnya,
memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Arya, maupun masalah dengan ibunya yang
Namun, semakin dikira, Gita lebih memilih telah ia tinggalkan. Kalimat-kalimat yang
untuk membiarkan Arya pergi dengan cara menjadi poin penting dalam setiap scene
 9

akan dibedah berdasarkan kandungan Pada scene ini, Gita mulai terlihat
makna denotatif ataupun makna konotatif. bermasalah dengan munculnya adegan Gita
Naskah film fiksi “Bungan Natah” menatap kosong ke arah penonton sambil
dibuat hingga mencapai empat draft dalam mengungkap isi hatinya. Adegan Gita
tenggat waktu dua bulan dari bulan April menatap ke penonton menunjukkan bahwa
hingga Mei 2018. Revisi naskah yang back stage Gita hadir saat Arya masih
dilakukan antara lain, penyesuain naskah bersamanya. Kemudian penonton diberikan
dengan lokasi yang tersedia di lapangan informasi Gita berlaku di posisi front stage
hingga pemantapan dialog dan Interior saat Arya menghampirinya dan tertawa
Monolog tokoh utama. bersama. Scene 5 ini juga menjadi
informasi kejutan bagi penonton bahwa
Scene 1 Gita kembali berlaku sesuai keinginan
hatinya (back stage) di balik pengawasan
Arya. Informasi ini ditanamkan pada saat
Arya tidak menatap Gita, Gita langsung
menghilangkan senyum cerianya. Informasi
ini akan membuat penonton bertanya dan
menunggu keterangan lainnya. Pada scene
ini penonton telah memberikan rasa
simpatinya pada Gita sebagai tokoh
protagonis.
Interior Monolog yang muncul
sebagai suara hati Gita memiliki makna
konotatif didukung dengan ekspresi Gita
yang sulit ditebak dan situasi ketika Arya
tidak menatapnya. I.M. ini memiliki arti
Gambar 2 Scene 1 Naskah Bungan Natah penegasan bahwa dirinya tidak hanya
(Sumber: Dokumentasi Aprilia, 2018)
berada dalam cinta yang membahagiakan,
namun juga cinta yang rumit. Kata “semua
Scene 1 merupakan gebrakan. ini bermula dari dia” merujuk pada Gita
Fungsi dari babak awal yakni menjerat yang menunjuk Arya sebagai sosok yang
perhatian penonton didukung oleh pola membuat dirinya merasakan cinta yang
flashback saat Gita merasakan tertekan dan rumit. Kalimat tersebut memiliki arti
terlihat depresi. Scene ini merupakan penunjuk bahwa Gita merupakan korban
bagian dari bagian klimaks naskah film sementara Arya merupakan pelaku.
fiksi “Bungan Natah”.
Scene 24
Scene 5

Gambar 4 Scene 24 Naskah Bungan Natah


Gambar 3 Scene 5 Naskah Bungan Natah (Sumber: Dokumentasi Aprilia, 2018)
(Sumber: Dokumentasi Aprilia, 2018)
 10

dan menjadi bagian dari poin Klimaks


di Babak Tengah Struktur Cerita Tiga
Babak. Di scene ini terjadi pertentangan
antara Gita dan Arya. Gita yang terus
menatap ibunya menunjukkan bahwa
Gita takut terjadi apa-apa pada ibunya,
sementara Gita yang mengetahui
temperamen Arya menyadari bahwa
Gita dapat melakukan apa saja jika Gita
tidak berhati-hati. Hal ini yang
menyebab Gita langsung memohon
pada Arya agar mau berbicara dengan
tenang.
Adegan Gita yang memohon
pada Arya ini merupakan
penggambaran sisi front stage Gita
terhadap Arya, meskipun Gita sudah
muak dengan Arya, Gita tetap harus
menjaga sikap pada Arya agar ibunya
aman. Hingga akhir Gita bahkan sempat
mundur sebelum akhirnya membiarkan
Arya memeluknya, ini menunjukkan
bahwa Gita terpaksa menuruti
keinginan Arya. Informasi ini juga
terlihat pada Gita yang terus menatap
ibunya dengan tatapan sedih. Adegan
ini merepresentasikan pertentangan sisi
front stage dan back stage kepribadian
Gita.
Pada scene ini terjadi
pertentangan dalam diri Gita dimana
hasratnya yang menginginkan
kebebasan untuk pulang dan bersama
dengan ibunya terhalang oleh sikap
Arya yang posesif, sementara dirinya
melakukan identifikasi bahwa apa yang
ditunjukkan Arya pada ibunya
merupakan hal yang memalukan dan
Gita lebih memilih agar ibunya tidak
mengetahui hal buruk yang terjadi pada
dirinya. Gita memutuskan untuk
mengikuti keinginan Arya agar ibunya
aman terlebih dahulu meskipun sikap
Gambar 5 Scene 24 Naskah Bungan Natah Gita menunjukkan Gita masih ingin
(Sumber: Dokumentasi Aprilia, 2018) bersama dengan ibunya. Fungsi dari
scene ini adalah agar penonton juga
Scene ini merupakan scene melakukan identifikasi pada diri
menuju klimaks di tangga grafik cerita masing-masing bagaimana seorang anak
 11

harus mendahului keamanan orang Scene ini merupakan bagian utuh dari
tuanya terlebih dahulu. scene 1 yang merupakan gebrakan di awal
Beberapa dialog yang menjadi cerita. Pada scene ini terlihat Arya yang
poin penting dalam scene ini adalah menatap Gita dengan acuh lalu pergi begitu
dialog Gita yang memohon Arya untuk saja dan menutup pintu rumah. Terlihat
juga wajah Gita yang kusut dan pucat
tenang. Dialog ini memiliki makna sangat terlihat berantakan dan lemah. Scene
konotasi dimana Gita ingin melindungi ini menunjukkan bahwa Gita akhirnya
ibunya dari tangan ceroboh Arya yang mengalami pengulangan sikap Arya dimana
sedang memegang pisau. Artinya Gita Gita kembali merasa tertekan di rumah
lebih mementingkan keselamatan tersebut dengan Arya yang kembali acuh
ibunya daripada memilih untuk padanya.
menyetujui permintaan Arya untuk Ketika pintu ditutup dan Gita kembali
kembali bersama. Makna ini didukung sendirian, Gita kembali menunjukkan sisi
dengan tindakan Gita yang secara back stage-nya yang frustasi dan tersiksa.
spontan mundur selangkah ketika Arya Ekspresi Gita yang terlihat lelah menatap
ingin memeluknya. penonton sekaligus menjadi gambaran
bahwa jiwa Gita membutuhkan
Dialog lain yang memiliki pertolongan. Scene ini merupakan klimaks
makna konotatif adalah dialog Arya dari Babak Tengah Struktur Cerita Tiga
yang mengatakan bahwa hanya dirinya Babak dimana penonton dibawa ikut tegang
yang mencintai Gita. Dialog ini dan ketakutan pada kekosongan dan
memiliki makna penekanan bahwa Arya kesendirian yang dirasakan Gita.
menginginkan Gita tanpa adanya I.M. Gita menunjukkan makna
halangan dari orang lain, dimana Arya konotatif bahwa Gita yang selama ini
sangat membutuhkan Gita sebagai merasa tertekan dan terkekang sudah
pegangan hidupnya yang sesungguhnya merasa muak dan tidak bisa menahan
lemah karena tempaan ayahnya. sikapnya bahkan di hadapan Arya. Di sini
emosi Gita tertuang sepenuhnya dalam I.M.
yang menunjukkan rasa pupus terhadap
Scene 25
Arya yang ternyata kembali tidak
memperlakukan dirinya selayaknya
kekasih.

SIMPULAN

Naskah film fiksi “Bungan Natah”


merupakan naskah yang ingin menunjukkan
penolakan kekerasan pada perempuan
dengan menampilkan ketersiksaan psikis
dan fisik yang dialami seorang perempuan.
Adapun kesimpulan dari penulisan ini
terdiri dari:

Proses penciptaan naskah film fiksi


“Bungan Natah” yang terdiri dari sebelas
langkah, yaitu:
Menentukan sasaran cerita yakni
kalangan Dewasa yang lebih memiliki
Gambar 6 Scene 25 Naskah Bungan Natah kedekatan pengalaman dengan isi cerita,
(Sumber: Dokumentasi Aprilia, 2018)
 12

Menentukan genre cerita yakni Teori Semantik yang dapat


Drama-Thriller yang dapat mengangkat menggambarkan penuangan rasa tertekan
ketegangan pada cerita, ke dalam dialog-dialog yang mendukung
Menentukan tema yakni adegan dalam cerita.
perlawanan diri. Seorang perempuan yang
tertekan dan ingin lepas dari kekangan, DAFTAR RUJUKAN
Menentukan ide cerita yakni
kekerasan pada perempuan dalam lingkup Aristo, Salman dan Arief Ash
berpasangan, Shiddiq. 2017. Kelas Skenario. Jakarta:
Menentukan plot cerita yakni alur Penerbit Erlangga.
lurus dengan interupsi kilas balik yang Armantono, RB, dan Suryana
dapat menunjukkan tekanan yang dialami Paramita. 2013. Skenario: Teknik Penulisan
tokoh protagonis dan bagaimana caranya Struktur Cerita Film. Jakarta: FFTV IKJ.
bersikap menghadapi kekangannya, Biran, Misbach Yusa. 2006. Teknik
Merumuskan penokohan yakni Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta:
karakterisasi dan latar tiap tokoh yang Fakultas Film dan Televisi IKJ.
disajikan dalam naskah, Cahyani, Amanda Gita. 2011.
Menentukan grafik cerita yakni Analisis Makna Semantik Kitsune Dalam
grafik cerita struktur tiga babak dengan Tiga Kalimat Idiom Bahasa Jepang.
pola babak awal flashback untuk Jakarta: Universitas Bina Nusantara.
mendapatkan perhatian penonton sejak Davison, Gerald C., Dkk. 2014.
awal kisah dimulai, Psikologi Abnormal (Edisi Ke-9). Jakarta :
Merumuskan sinopsis yang Rajawali Pers.
menggambarkan isi naskah secara singkat, Inge, Nefri. 2018. Kisah Getir Istri
Menyusun plot point yakni poin- Bunuh Suami Setelah 22 Tahun Jadi
poin kejadian sesuai urutan yang Korban KDRT,
diinginkan, https://www.liputan6.com/regional/read/33
Pembuatan treatment yakni 57785/kisah-getir-istri-bunuh-suami-
penuangan adegan yang telah berisi setelah-22-tahun-jadi-korban-kdrt. Diakses
deskripsi visual tanpa dialog, dan 23 Agustus 2018 pukul 11.42 WITA.
Penulisan naskah yakni tahap akhir Kholisotin, Umi. 2015. Pernikahan
yang telah berisi deskripsi visual dan Dini Di Dusun Palu Desa Karang Pinang
deskripsi dialog. Kecamatan Kembang Kabupaten
Bojonegoro. Surabaya: Universitas Islam
Cara yang digunakan penulis dalam Negeri Sunan Ampel.
menggambarkan rasa tertekan tokoh utama Lubis, Uni. 2017. Hasil Survei
dalam penciptaan naskah film fiksi BPS: Satu Dari Tiga Perempuan Indonesia
“Bungan Natah” adalah: Alami Tindak Kekerasan,
Struktur Cerita Tiga Babak yang https://www.rappler.com/indonesia/berita/1
secara fleksibel dapat disesuaikan dengan 65827-hasil-survei-bps-perempuan-
tema yang ingin disampaikan oleh penulis indonesia-korban-tindak-kekerasan,
yakni perlawanan diri –seorang perempuan diakses 19 Maret 2018 pukul 23.01 WITA.
yang tertekan dan ingin lepas dari Lutters, Elizabeth. 2006. Kunci
kekangan. Sukses Menulis Skenario. Jakarta:
Teori Dramaturgi yang dapat Gramedia Widiasarana Indonesia.
menggambarkan sikap tokoh utama, Gita Milchan, Arnon (Produser). 2014.
yang menyikapi permasalahan dengan Gone Girl. Regency Enterprises. Amerika
melihat situasi yakni dimana dirinya berada Serikat. 149 menit.
di wilayah frontstage, ketika ada orang lain Minderop, Albertine.2016.
yang memperhatikan. Wilayah backstage Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode,
yakni ketika Gita berkutat dengan dirinya Teori, dan Contoh Kasus . Jakarta :
sendiri dimana pikirannya dapat bermain Yayasan Obor Indonesia.
secara liar tanpa harus bersikap.
 13

Prabhawita, Basuyoga. 2013.


Budaya Pernikahan Bali Dan Jawa Dalam
Naskah Drama Lepas “Pilihanku Bukan
Pilihanku”. Surakarta: Institut Seni
Indonesia.
Pratista, Himawan. 2017.
Memahami Film Edisi Kedua. Yogyakarta:
Montase Press.
Rastafary, Ni Luh Kade Nadia
(22th), Sarjana Psikolog, wawancara
tanggal 7 April 2018 di Veranda Cafe,
Denpasar, Bali.
Sanjaya, Erlin. 2016. Hubungan
Antara Gaya Kelekatan Dengan Perilaku
Kekerasan Dalam Relasi Romantis Pada
Remaja. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Sasongko, Hario. 2013.
Menciptakan Karakter Yang Menarik
Dalam Penulisan Naskah Film. Jakarta:
Universitas Bina Nusantara.
Sruti, Bali. 2011. Kekerasan
Ideologi Patriarki pada Perempuan Bali,
http://www.balisruti.com/kekerasan-
ideologi-patriarki-pada-perempuan-
bali.html, diakses 22 Maret 2018/ pukul
05.23 WITA.
Taurisia, Meske (Produser). 2017.
Posesif. Palari Films. Indonesia. 102 menit.
Widagdo, Bayu dan Winastwan
Gora. 2007. Bikin Film Indie Itu Mudah!.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Zoebazary, Ilham. 2010. Kamus
Istilah Televisi & Film. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai