Anda di halaman 1dari 13

Representasi Kekerasan terhadap Perempuan pada Film 27 Steps of May

Lulut Lusianukita, Sunarto


Email : lulutlusianukita@gmail.com

Program Studi S1 Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jl Prof. Soedarto, SH Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

ABSTRAK

Kekerasan terhadap perempuan (KtP) terus meningkat setiap tahunnya, Komnas Perempuan
berharap pada pengesahan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual) untuk melindungi
korban. Namun kenyataannya RUU PKS terus menjadi pro kontra, salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk menyuarakan kaum minoritas adalah melalui media massa seperti pada film.
Dengan dipengaruhi kondisi sosial patriarki, perlu dilihat bagaimana film Indonesia menampilkan
tema kekerasan terhadap perempuan, apakah diceritakan dari sudut pandang perempuan atau laki-
laki. Penelitian yang berjudul “Representasi Kekerasan Terhadap Perempuan pada Film “27 Steps
of May” bertujuan untuk mendeskripsikan penggambaran kekerasan terhadap perempuan dalam
film 27 Steps of May dan melihat ideologi dominan dalam teks. Teori yang digunakan pada
penelitian ini adalah Teori Sudut Pandang (Standpoint Theory) untuk melihat adakah potensi
perlawanan perempuan yang ditunjukkan pada adegan kekerasan seksual. Penelitian ini
merupakan tipe penelitian deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis
semiotika John Fiske meliputi 3 level analisis yaitu level realitas, level representasi dan level
ideologi.
Hasil penelitian pada level realitas menunjukkan stereotip perempuan sehingga dapat
menjadi objek kekerasan seksual. Pada level representasi, menunjukkan adegan perkosaan dibuat
menggunakan sudut pandang laki-laki dan mengobjektifikasi tubuh perempuan.. Sedangkan pada
level ideologi terlihat ideologi patriarki dengan anggapan bahwa perempuan dapat dimiliki oleh
laki-laki dan merupakan bagian dari laki-laki serta ideologi gender yang membentuk nilai sosial
dengan menghasilkan diskriminasi utamanya pada perempuan. Peneliti menyarankan untuk
memberi variasi pada penelitian serupa tentang penerimaan penonton terhadap isu kekerasan,
masyarakat kemudian dapat merefleksikannya untuk melihat konstruksi gender. Melalui penelitian
ini, peneliti juga melihat perlunya pekerja film untuk mengeksplorasi peran-peran perempuan tidak
hanya dibawah dominasi laki-laki

Kata kunci : representasi, kekerasan seksual, perempuan, film


ABSTRACT
Violence against women continues to increase every year, Komnas Perempuan hopes for the
ratification of the RUU PKS (Constitutional’s Draft of Eliminating Sexual Violence) to protect
victims. But in reality RUU PKS continues to be pros and cons, one of the ways that can be done
to voicing minorities is through mass media such as films. Influenced by patriarchal social
conditions, it needs to be seen how Indonesian films presenting the theme of violence against
women, it is necessary to see how Indonesian films present the theme of violence against women,
whether it is told from the point of view of women or men. The study entitled "Representation of
Violence Against Women in " 27 Steps of May "aims to describe the depiction of violence against
women in the film 27 Steps of May and see the dominant ideology in the text. The theory used in
this research is Standpoint Theory to see whether there is women's resistance shown in scenes of
sexual violence. This research is descriptive study using a qualitative approach with John Fiske's
semiotic analysis method through 3 levels of analysis, the level of reality, the level of
representation and the level of ideology.
The results of this research at the reality level showing stereotypes of women so that they
can become objects of sexual violence. At the representation level, it shows that rape scenes were
made using a male perspective and objectifying women's bodies.At the ideological level,
patriarchal ideology is seen with the assumption that women can be owned by men and are part
of men, there is also gender ideologies that shape social values by generating discrimination
primarily on women. The researcher suggests to provide variations on similar research to see
audience acceptance on the issue of violence, then the community can reflect on it to see gender
construction. Through this study, researchers also saw the need for film workers to explore the
roles of women not only under male domination.

Keywords: representation, sexual violence, women, films

PENDAHULUAN
Gambar 1.1 Jumlah Perempuan Korban
LATAR BELAKANG
Kekerasan Tahun 2019
Komnas Perempuan menyajikan data
mengenai Kekerasan terhadap Perempuan
(KtP) pada Catatan Tahunan 2019
(CATAHU 2019) yang menunjukkan
bagaimana perempuan mengalami kekerasan
dari berbagai aspek mulai dari rumah atau
orang terdekat, ruang publik, hingga dampak
kebijakan. (www.komnasperempuan.go.id
Data tersebut menunjukkan setiap
diakses pada 27 Januari 2020 pukul 10.00
tahunnya jumlah kekerasan terhadap
WIB)
perempuan terus meningkat. Bentuk Salah satu respon pada kekerasan
kekerasan yang terjadi di ranah pribadi paling terhadap perempuan juga dapat ditunjukkan
banyak dilakukan oleh pacar, selanjutnya dalam film. Film disebut sebagai representasi
adalah KDRT yang dilakukan oleh ayah dari realitas karena film membentuk dan
kandung, paman, suami dan saudara/kerabat. “menghadirkan kembali” realitas
Hal ini kemudian memperlihatkan bahwa berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi
perempuan bahkan dapat diperkosa oleh dan ideologi dari kebudayaannya. (Sobur
seorang terdekat yang dianggap dapat 2003 :127). Film yang menggambarkan
melindungi. (www.komnasperempuan.go.id kekerasan terhadap perempuan dan
diakses pada 12 Agustus 2020 pukul 10:28 menunjukkan dampak kekerasan seksual
WIB) pada korban adalah film “27 Steps of May”
Sedangkan bentuk kekerasan yang karya sutradara Ravi Bharwani.
terjadi di ranah publik/ komunitas menurut Film ini kemudian bertujuan untuk
temuan Komnas Perempuan pada tahun 2018 menunjukkan trauma dari korban
menunjukkan pelaku kekerasan seksual di pemerkosaan serta menunjukkan bentuk-
ranah komunitas atau publik adalah tetangga, bentuk perkosaan pada perempuan. Namun
kemudian terdapat kategori orang tidak kemudian sulit untuk melihat apakah film ini
dikenal apabila pelaku sama sekali tidak hanya untuk menunjukkan bentuk perkosaan
dikenali korban dan orang lain yaitu orang dan trauma akibat perkosaan atau secara
yang dikenal korban tapi tidak ada hubungan eksplisit menggambarkan subordinasi
di lingkungan sekitar. seksual wanita. Menurut FACT,
(www.komnasperempuan.go.id diakses pada bagaimanapun penindasan seperti itu
12 Agustus 2020 pukul 10:28 WIB). merupakan penyensoran yang paling buruk
Melihat angka kekerasan yang tidak karena film tersebut menantang pemirsa
sedikit, Komnas Perempuan menguraikan untuk memikirkan secara serius tentang
perlunya instrument hukum untuk bagaimana sebenarnya bentuk penindasan
melindungi hak asasi manusia diantaranya dan bukan subordinasi seksual perempuan
RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU yang secara eksplisit ditampilkan dalam film.
PKS) yang hingga kini masih menimbulkan Pendapat kritis dan populer dari film dengan
respon baik pro dan kontra. konten seksual kemudian bervariasi, mulai
dari kekaguman hingga rasa jijik. (Tong, RUMUSAN MASALAH
2009 : 70). Salah satu media komunikasi massa yaitu
Sehingga representasi dari setiap film bisa menjadi medium perjuangan kaum
penonton pada film 27 Steps of May ini minoritas untuk menghentikan penindasan.
dimungkinkan berbeda-beda. Tujuan untuk Seperti film “27 Steps of May” karya
menunjukkan salah satu bentuk penindasan sutradara Ravi Bharwani dan penulis cerita
terhadap wanita kemudian bisa menjadi Rayya Makarim yang menampilkan realitas
semakin menguatkan objektifikasi pada perempuan korban perkosaan yang tidak
perempuan. Penulis cerita 27 Steps of May, mendapatkan keadilan dan harus mengalami
Rayya Makarim dalam sebuah wawancara trauma selama 8 tahun.
dengan magdalene.co menyebutkan bahwa Namun, mengingat bahwa Ravi
Ravi Bharwani sebagai sutradara selalu Bharwani adalah laki-laki yang termasuk
terobsesi dengan tema keterasingan dan dalam golongan dominan patriarki, perlu
isolasi yang kemudian dijadikan sebagai dilihat bagaimana pemikirannya dalam
tema dari film 27 Steps of May. Dalam film menampilkan isu perempuan serta bentuk
yang karyanya kemudian memasukkan unsur pembelaan terhadap perempuan. Deskripsi
keterasingan dan isolasi ini pada dampak dari kekerasan terhadap perempuan yang
kekerasan seksual terhadap perempuan. ditampilkan pada film “27 Steps of May”
(www.magdalene.co diakses pada 12 memunculkan beberapa anggapan apakah
Agustus 2020 pukul 19.26 WIB) kekerasan terhadap perempuan digambarkan
Melihat ide awal pembuatan cerita melalui sudut pandang laki-laki dan
yang kemudian dituangkan dalam adegan penceritaannya bias laki-laki? Penggambaran
perkosaan menjadikan film ini membawa kekerasan terhadap perempuan dalam film
pesan mengenai bias gender dalam apakah semata-mata hanya merupakan
mendefinisikan adegan kekerasan seksual bentuk eksploitasi terhadap perempuan dan
terhadap perempuan. Selanjutnya perlu bentuk kapitalis terhadap tragedi yang
dilihat dalam film bagaimana dalam menimpa perempuan? Bagaimana
menampilkan perempuan yang perempuan mengalami kekerasan dan
sesungguhnya atau masih menggunakan mengapa harus perempuan yang mengalami
stereotipe yang sudah mengakar di kekerasan?
masyarakat
Dalam konteks tersebut, peneliti akan mengenai pengalaman mereka. Standpoint
merumuskannya melalui pertanyaan Theory memberikan wewenang pada suara
rumusan masalah mengenai bagaimana pribadi individu dan mendorong orang untuk
representasi kekerasan terhadap perempuan mengkritik status quo karena merupakan
pada film “27 Steps of May”? Apakah bentuk struktur kekuasaan dari dominasi dan
mengadopsi pemikiran laki-laki? Atau tekanan sehingga terdapat kemungkinan
merupakan sesuatu yang baru terhadap untuk “menggambarkan praktik sosial yang
perspektif perempuan serta berpihak pada lebih adil” (West and Turner, 2008 : 178).
perempuan? Apakah dalam penceritaannya Secara singkat, Standpoint Theory
menampilkan perempuan yang menunjukkan pada kita cara lain dalam
sesungguhnya atau masih tetap memandang posisi, pengalaman dan
menggunakan stereotipe? komunikasi yang relatif dari berbagai
kelompok sosial. Standpoint Theory dalam
TUJUAN konteks feminisme memperhitungkan
Untuk mendeskripsikan penggambaran keragaman dalam komunikasi wanita dengan
kekerasan terhadap perempuan dalam film memahami perbedaan sifat-sifat
“27 Steps of May” dan melihat ideologi menguntungkan yang dibawa oleh wanita
dominan dalam teks. kedalam komunikasi dan berbagai cara dalam
pemahaman tersebut yang dijalankan dalam
praktiknya. Hal yang penting juga dalam
KERANGKA TEORI
Standpoint Theory adalah ide pemahaman
STANDPOINT THEORY
berlapis yang berarti kita memiliki sejumlah
Standpoint Theory memberikan kerangka identitas-identitas yang tumpang tindih untuk
untuk memahami sistem kekuasaan. membentuk sudut pandang kita termasuk
Kerangka ini dibangun atas dasar hubungan ras, kelas, gender dan seksualitas.
pengetahuan yang dihasilkan dari kehidupan (Littlejohn dan Foss, 2009 : 135-136)
sehari-hari dimana orang mengakui bahwa
individu-individu adalah konsumen aktif dari METODE PENELITIAN
realitas mereka sendiri dan bahwa perspektif TIPE PENELITIAN
individu-individu itu sendiri merupakan Penelitian ini merupakan tipe penelitian
sumber informasi yang paling penting deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. penelitian kualitatif ini akan berisi dokumentasi akan digunakan untuk menggali
kutipan-kutipan data yang berasal dari informasi dalam literatur, jurnal, melalui
potongan adegan dalam sebuah film yang media online, maupun pemberitaan untuk
mengindikasikan kekerasan terhadap dijadikan acuan penelitian.
perempuan dan elemen lain yang berkaitan
dengan topik penelitian. TEKNIK ANALISIS DATA
Penelitian ini akan menggunakan analisis
SUBJEK PENELITIAN semiotika dari John Fiske untuk
Adegan spesifik yang dijadikan unit analisis menunjukkan kode teks dominan yang
pada film 27 Steps of May adalah 12 adegan digunakan dalam film “27 Steps of May” dan
perkosaan yang mengandung bentuk-bentuk hubungannya. Model semiotika John Fiske
kekerasan seksual menggunakan tiga tahapan analisis, yaitu
Level Realitas, Level Representasi dan Level
SUMBER DATA Ideologi. (Fiske, 1987 : 4)
DATA PRIMER Tabel 1.1 Analisis Semiotika John Fiske
Potongan-potongan adegan pada film “27 Kode yang akan
Steps of May” dimaknai pada level ini
adalah penampilan
DATA SEKUNDER (appearance), kostum
(dress), tata rias (make-
Sumber tertulis diantaranya buku, jurnal Pertama
up), lingkungan
Level Realitas
ilmiah, artikel pemberitaan, dokumen resmi (environment), perilaku
(behavior), cara bicara
serta bahan acuan dari internet.
(speech), gerakan
(gesture), ekspresi
(expression).
TEKNIK PENGUMPULAN DATA Kode yang masuk pada
Pada penelitian ini, pengumpulan data akan level kedua adalah kamera
(camera), pencahayaan
digunakan dengan teknik observasi (lighting), penyuntingan
(pengamatan) dan dokumentasi. Teknik Kedua (editing), music (music),
Level suara (sound). Kode ini
observasi akan digunakan untuk melakukan Representasi mentransmisikan kode
representasi konvensional
pengamatan pada dialog dan visualisasi pada yaitu narasi, konflik,
film “27 Steps of May” yang karakter, aksi, dialog,
latar, pemilihan pemain.
merepresentasikan bentuk kekerasan Ketiga Kode pada level ini
terhadap perempuan. Sedangkan teknik Level Ideologi adalah yang diatur dalam
koherensi dan bertentangan dengan kehendak wanita yang
penerimaan sosial oleh
bersangkutan.
kode ideologis, seperti
individualisme, patriarki, 3. Perkosaan adalah perbuatan
ras, kelas, materialisme,
hubungan kelamin yang dilakukan oleh
kapitalisme.
seorang pria terhadap seorang wanita bukan
Sumber : buku Television Culture (Fiske,
istrinya tanpa persetujuannya yang dilakukan
1987 : 4-5)
ketika wanita tersebut ketakutan atau
HASIL PENELITIAN dibawah kondisi ancaman lainnya.
Dengan memperhatikan rangkaian adegan Unsur perkosaan diwujudkan dalam
dalam film 27 Steps of May, peneliti adegan dengan memperlihatkan bahwa May
mengasumsikan penceritaan yang dominan siswa SMA yang tidak mengenal pelaku,
laki-laki dalam film ini, sehingga berangkat sehingga tidak ada hubungan suami istri dan
dari asumsi tersebut penelitian ini bertujuan apabila terjadi persetubuhan bukan
untuk mendeskripsikan penggambaran merupakan hubungan yang sah. May juga
kekerasan terhadap perempuan dalam film diseret paksa kedalam gudang oleh pelaku
“27 Steps of May” dan melihat ideologi untuk disetubuhi sehingga persetubuhan
dominan dalam teks tersebut melalui metode dilakukan tidak dengan persetujuan dan
analisis yang telah dipilih yaitu analisis kehendak pihak wanita. Dengan melihat pada
semiotika John Fiske meliputi level realitas, aspek ekspresi dan teknik pengambilan
level representasi, dan level ideologi. gambar yang digunakan, perkosaan
Pada kedua level analisis yaitu level dilakukan ketika korban merasa ketakutan
realitas dan level ideologi menunjukkan atau merasa berada dibawah ancaman.
adegan perkosaan yang mengandung unsur- Meski adegan kekerasan yang ada
unsur dibawah ini : merupakan pengalaman sudut pandang
1. Hubungan kelamin yang dilarang perempuan, namun dalam penceritaannya
dengan seorang wanita tanpa persetujuan masih menggunakan sudut pandang laki-laki.
wanita tersebut. Bentuk kekerasan yang ditampilkan juga
2. Perkosaan adalah persetubuhan yang didasarkan pada apa yang mampu laki-laki
tidak sah oleh seorang pria terhadap seorang lakukan, bukan ditampilkan apa adanya
wanita yang dilakukan dengan paksaan dan berdasar sudut pandang perempuan.
Stereotipe tentang perempuan yang lemah,
dapat dengan mudah diperkosa, masih harus dikontrol oleh laki-laki dan bahwa
digunakan dalam film. Potensi-potensi perempuan adalah bagian dari milik laki-laki.
perlawanan yang seharusnya dapat dilakukan (Sugihastuti, Itsna 2007 : 93). Pada film ini
oleh perempuan kemudia tersembunyi akibat korban yang merupakan perempuan menjadi
menampilkan adanya dominasi laki-laki. korban ideologi patriarki dengan digunakan
Perempuan kemudian menerapkan victim sebagai objek pemuas nafsu laki-laki. Film
blaming, akibat perkosaan tersebut ini juga menghadirkan bagaimana ideologi
perempuan menyalahkan diri sendiri bahkan patriarki ada di masyarakat, dimana pada
melukai diri sendiri karena trauma yang realitanya perkosaan memang dapat terjadi
dideritanya. pada korban dan pelaku yang tidak saling
Unsur-unsur perkosaan pada adegan mengenal yang terjadi di ranah publik.
dapat dikategorikan secara spesifik pada jenis Adanya adegan dalam film “27 Steps
perkosaan power rape dimana pelaku of May” yang mengandung konten
memperlihatkan dominasi pada korban. pornografi ini juga memunculkan adanya
Perilaku dominan ditunjukkan oleh pelaku ideologi gender. Ideologi gender merupakan
pada keseluruhan 12 adegan yang dianalisis. seperangkat ide-ide dan sistem nilai yang
Selain itu terdapat jenis sadistic rape dimana didasarkan pada determinisme biologis yang
pelaku mengkombinasikan seksualitas dan telah menghasilkan seksisme dan
agresi yang ditujukan pada keinginan diskriminasi utamanya terhadap perempuan.
psikotik untuk menyiksa dan menyakiti (www.koalisiperempuan.or.id diakses pada
korban. 10 Mei 2020 pukul 11:50 WIB). Diskriminasi
Melalui analisis pada level realitas ini terlihat pada bagaimana lingkungan May
dan representasi, dapat disimpulkan pada dibentuk, orang-orang yang berada di sisi
level ideologi bahwa dalam film “27 Steps of May semua merupakan laki-laki. Untuk
May” terdapat ideologi patriarki. Patriarki keluar dari rasa traumanya, sosok May harus
merupakan sebuah sistem dominasi dan bertemu terlebih dahulu dengan pesulap laki-
superioritas laki-laki, sistem kontrol terhadap laki yang berada di samping kamarnya.
perempuan dimana perempuan dikuasai. Film yang bertujuan untuk
Dalam patriarki melekat ideologi yang menunjukkan bagaimana realitas bentuk
menyatakan bahwa laki-laki lebih tinggi penindasan terhadap perempuan dan
daripada perempuan, bahwa perempuan perjuangan perempuan keluar dari kondisi
yang mengekangnya kemudian membawa Pada adegan kekerasan yang
pesan lain. Sudut pandang perempuan belum dijadikan unit analisis melalui level realitas,
digunakan untuk menunjukkan bagaimana level representasi dan level ideologi terlihat
seharusnya keadaan sosial yang lebih adil. ideologi patriarki dimana laki-laki berada
Perempuan korban perkosaan digambarkan pada tingkatan diatas perempuan dan
sesuai stereotip yang ada di masyarakat yaitu anggapan bahwa perempuan dapat dimiliki
berpenampilan lemah dan tidak punya oleh laki-laki dan merupakan bagian dari
kekuasaan, cenderung tidak bisa bangkit dan laki-laki. Adegan kekerasan yang muncul
mengisolasi diri dan tidak bisa hidup tanpa sepanjang film juga terlalu menunjukkan
peran laki-laki di sekitarnya. detail pada tokoh perempuan terutama pada
Adegan perkosaan yang ditampilkan ekspresi dan terlalu mengobjektifikasi tubuh
juga lebih banyak mengeksploitasi tubuh perempuan.
perempuan. Keseluruhan adegan perkosaan Pada film ini konflik dalam
diceritakan menggunakan sudut pandang kehidupan May selalu berhubungan dengan
laki-laki. Selain fokus dan detail pada tubuh tokoh laki-laki, ia diperkosa oleh 3 orang
perempuan juga detail pada ekspresi dari pelaku laki-laki sekaligus setelahnya ia
perempuan sehingga sudut pandang mengalami trauma dan harus bergantung
perempuan tidak diberdayakan dan makin pada ayahnya. Trauma yang dialaminya
menguatkan adanya objektifikasi pada perlahan juga dapat teratasi setelah ia
perempuan. bertemu pesulap yang berada di sebelah
tembok kamarnya. Aspek ini kemudian
PENUTUP memunculkan ideologi gender yang
KESIMPULAN memunculkan nilai sosial dan menghasilkan
Film ini digunakan sebagai media untuk diskriminasi utamanya pada perempuan.
mengkomunikasikan representasi perempuan Dalam film ini, kekerasan seksual yang
korban kekerasan seksual dengan adanya menjadi sumber permasalahan disebabkan
dominasi dari peran laki-laki. Penggambaran oleh lelaki namun dalam penyelesaiannya
kehidupan perempuan yang menjadi tokoh juga melibatkan peran tokoh laki-laki. Situasi
utama dalam film ini tidak pernah terlepas ini membangun konsep male savior complex
dari peran laki-laki. yaitu laki-laki yang cenderung menjadi
penyelamat atau penolong.
Film 27 Steps of May Fiske, John. (1987). Television Culture. New
York: Routledge Publishing.
mengkomunikasikan pada khalayak untuk
Hall, Struart. (1997). Representation,
melihat kenyataan yang dianggap tabu, isu Cultural Representation and
Signifying Practices. London : Sage
kekerasan seksual terutama perkosaan terlalu
Publications
dianggap sebagai momok sehingga banyak Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis
Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana
yang tidak dapat melihat kenyataan bentuk
Prenadamedia Group
kekerasan terhadap perempuan dan akibat Macionis, John J. (2012). Sociology. United
State of America : Pearson Education
yang ditimbulkan. Film ini sayangnya belum
Moleong, Lexy. (2013). Metodologi
mampu menunjukkan karakter perempuan Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
yang dapat melawan bentuk-bentuk dominasi
Prasetyo, Andy. (2011). Bikin Film Itu
laki-laki dan belum memperlihatkan bentuk Gampang Buku Putih Produksi Film
Pendek. Tegal : Bengkel Sinema
pemberdayaan perempuan.
Pusat Data dan Analisa Tempo. (2019).
Perfilman Indonesia dan Kasus
Monopoli Penasaran Film Asing.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : TEMPO Publishing
Buku : Claire M. Rezetti, Jeffrey L Edleseon, Raquel
Kennedy Bergen. (2011). Sourcebook
Anugerah Rizki Akbari, Adery Ardhan
on Violence Against Women, Second
Saputro, Bela Anisa. (2016).
Edition. California : Sage Publication
Reformasi Pengaturan Tindak Pidana
Richard West and Lynn H. Turner. (2008).
Perkosaan. Depok : Masyarakat
Pengantar Teori Komunikasi Edisi 3
Pemantau Peradilan Indonesia
Analisis dan Aplikasi Buku 2. Jakarta
Bakker, Garben. (2008). Entertainment
: Penerbit Salemba Humanika
Industrialised : The Emergence of the
Salim, Agus. (2006). Teori & Paradigma
International Film Industry, 1890–
Penelitian Sosial. Yogyakarta.
1940. New York : Cambridge
Penerbit Tiara Wacana
University Press
Samovar Larry A, Porter Richard E,
Blackburn,Susan. (2004). Women and the
McDaniel Edwin R. (2010).
State in Modern Indonesia. New York
Komunikasi Lintas Budaya,
Cambridge University Press
Communication Between Cultures.
Charlotte Krolokke and Anne Scott
Jakarta : Salemba Humanika
Sorensen. (2006). Gender
Sobur, Alex. (2003). Semiotika Komunikasi.
Communication Theory & Analyses :
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
From Silence to Performance.
Stephen W. Littlejohn and Karen A. Foss.
California : Sage Publications
(2008). Theories of Human
Danesi, Marcel. (2010). Pengantar
Communication. United States of
Memahami Semiotika Media.
America : Thomson Higher
Yogyakarta : Jalasutra
Education
Eriyanto. (2001). Analisis Wacana
Sugihastuti dan Itsna Hadi Saptiawan.
Pengantar Analisis Teks Media.
(2007). Gender & Inferioritas
Yogyakarta : LKiS Yogyakarta
Perempuan. Yogyakarta : Pustaka Perkosaan. Buletin Psikologi, Tahun
Pelajar X, No. 1 Juni 2002
Sugihastuti dan Suharto. (2002). Kritik
Sastra Feminis : Teori dan Aplikasi. Online
Yogyakarta : Pustaka Pelajar Agus Mediarta. (2020). Perkembangan Film
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Indonesia 2019: Bukan sekadar
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. jumlah penonton. Dalam
Bandung : ALFABETA http://filmindonesia.or.id/article/perk
TF Honour and R.M Mainwaring. (1982). embangan-film-indonesia-2019-
Sosiologi dan Bisnis. Jakarta : BINA bukan-sekadar-jumlah-
AKSARA penonton#.XwK4ZygzbIX diunduh
Tong, Rosemarie Putnam. (2009). Feminist pada 3 Juli 2020 pukul 18.13 WIB
Thought. United States of America : Anik Sulistyawati. (2015). Kekerasan
Westview Press Terhadap Perempuan : Miris, 16
Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika dalam Perempuan Korban Kekerasan
Riset Komunikasi. Bogor : Penerbit Meninggal Dunia. Dalam
Ghalia Indonesia https://www.solopos.com/kekerasan-
Walby, Sylvia. (1990). Theorizing terhadap-perempuan-miris-16-
Patriarchy. United Kingdom : Basil perempuan-korban-kekerasan-
Blackwell meninggal-dunia-635136 diunduh
M.Bayu Widagdo dan Gora S. Winastwan. pada 13 Maret 2020 pukul 12.10 WIB
(2007). Bikin Film Indie Itu Mudah!. Aulia Adam. (2019). Mengapa Dosen Pelaku
Yogyakarta : Penerbit Andi Pelecehan Seksual Susah Dipecat.
Dalam https://tirto.id/mengapa-
Jurnal dosen-pelaku-pelecehan-seksual-
Fuadi. (2015). Metode Historis : Kajian susah-dipecat-djvJ diunduh pada 16
Filsafat Materialisme Karl Marx. Maret 2929 pukul 10.00 WIB
Substantia, Volume 17 Nomor 2, Aulia Adam. (2020). Pelecehan Seksual di
Oktober 2015 Industri Film dan Suara Nyalang
Gorne, Thomas. (2019). The Emotional Mian Tiara. Dalam
Impact of Sound : A Short Theory of https://tirto.id/pelecehan-seksual-di-
Film Sound Design. EPiC Series in industri-film-dan-suara-nyalang-
Technology, Volume 1, 2019, Pages mian-tiara-ey1Q diunduh pada 23
17-30 Juni 2020 pukul 11.40 WIB
Imanto, Teguh. (2007). Film Sebagai Proses Dhana Kencana. (2019). Korban Kekerasan
Kreatif Dalam Bahasa Gambar. Perempuan di Jawa Tengah Paling
Jurnal Komunikologi Vol .4 No.1, Tinggi se-Indonesia. Dalam
Maret 2007 https://jateng.idntimes.com/news/ind
Muhammad Ali Mursid Alfathoni, Rosta onesia/dhana-kencana-1/korban-
Minawati dan Edward Zebua. (2018). kekerasan-perempuan-di-jawa-
Analisis Unsur Intrinsik pada Film tengah-paling-tinggi-se-
Karma Karya Bullah Lubis. Jurnal indonesia/full diunduh pada 13 Maret
Proporsi, Vol, 3 No.2 Mei 2018 2020 pukul 12.14 WIB
Sulistyaningsih, Ekandari dan Faturochman. Dirks, Tim. (2010). Film Genres : Origin and
(2002). Dampak Sosial Psikologis Types. Dalam
https://www.filmsite.org/filmgenres.
html diunduh pada 9 Mei 2020 pukul Bersuara, Data Bicara Sahkan RUU
10:50 WIB Penghapusan Kekerasan Seksual
Dyah Ayu Kartika. (2019). Gerakan Feminis Sebagai Wujud Komitmen Negara :
Pasca-Pemilu 2019: Apa yang Harus Catatan Kekerasan Terhadap
Dilakukan?. Dalam Perempuan Tahun 2018. Dalam
https://tirto.id/gerakan-feminis- www.komnasperempuan.go.id
pasca-pemilu-2019-apa-yang-harus- diunduh pada 27 Januari 2020 pukul
dilakukan-egvM diunduh pada 4 Juli 10.00 WIB
2020 pukul 22.30 WIB Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
Elma Adisya. (2019. Rayya Makarim dan Perempuan. (2017). Rencana
Tema Kekerasan Seksual dalam Film Strategis 2015-2019. Dalam
Indonesia. Dalam www.komnasperempuan.go.id
https://magdalene.co/story/rayya- diunduh pada 14 Maret 2020 pukul
makarim-tema-kekerasan-seksual- 11.00 WIB
dalam-film-indonesia diunduh pada Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
12 Agustus 2020 pukul 19.37 WIB Perempuan. (2020). Siaran Pers
Hasan, Akhmad Muawal. (2019). 27 Steps of Komnas Perempuan : Lima Isu
May : Trauma Pemerkosaan itu Prioritas Komnas Perempuan 2020-
Kepedihan Awet nan Depresif. Dalam 2025. Jakarta, 14 Februari 2020.
https://tirto.id/27-steps-of-may- Dalam
trauma-pemerkosaan-itu-kepedihan- https://komnasperempuan.go.id/read-
awet-nan-depresif-dmKz diunduh news-siaran-pers-komnas-
pada 30 Januari 2020 pukul 14:52 perempuan-lima-isu-prioritas-
WIB komnas-perempuan-2020-2025-
Heru Susanto. (2019). Tumbuh Pesat, jakarta-14-februari-2020 diunduh
Indonesia Pasar Potensial bagi pada 4 Juli 2020 pukul 20.00 WIB
Industri Film. Dalam Mardyana. (2019). Tayang Bersamaan
https://katadata.co.id/berita/2019/03/ dengan Avengers Endgame, Aktor
16/tumbuh-pesat-indonesia-pasar- Film 27 Steps of May Tetap Optimis.
potensial-bagi-industri-film diunduh Dalam https://womantalk.com/pop-
pada 3 Juli 2020 pukul 17.20 WIB culture/articles/tayang-bersamaan-
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan dengan-avengers-endgame-aktor-
Perlindungan Anak. (2017). Statistik film-27-steps-of-may-tetap-optimis-
Gender Tematik – Mengakhiri yLj4l diunduh pada 3 Juli 2020 pukul
Kekerasan Terhadap Perempuan dan 18.31 WIB
Anak di Indonesia. Dalam Matsumoto, David dan Ekman, Paul. (2008).
www.kemenpppa.go.id diunduh pada Facial Expression Analysis. Dalam
12 Maret 2020 pukul 15.00 WIB http://www.scholarpedia.org/article/
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Facial_expression_analysis diunduh
Perlindungan Anak. (2019). 17 pada 18 Maret 2020 pukul 20.35 WIB
Agenda Utama Perempuan dan Anak.
Dalam www.kemenpppa.go.id MediaIndonesia. (2019). Stereotip Gender
diunduh pada 14 Maret 2020 pukul Masih Kental di Industri Film dan
11.30 WIB Iklan. Dalam
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap https://mediaindonesia.com/read/deta
Perempuan. (2019). Korban il/263769-stereotipe-gender-masih-
kental-di-industri-film-dan-iklan diunduh pada 17 Maret 2020 pukul
diunduh pada 27 April 2020 pukul 17.00 WIB
07.40 WIB Widia Primastika. (2019).
Michael Reily. (2019). Film Indonesia 27 #UninstallFeminism: Benarkah
Steps of May Coba Susupi Dominasi Indonesia Tak Butuh Feminisme?.
Avengers: Endgame. Dalam Dalam
https://katadata.co.id/berita/2019/04/ https://tirto.id/uninstallfeminism-
29/film-indonesia-27-steps-of-may- benarkah-indonesia-tak-butuh-
coba-susupi-dominasi-avengers- feminisme-dlfE diunduh pada 4 Juli
endgame diunduh pada 3 Juli 2020 2020 pukul 22.00 WIB
pukul 18.25 WIB Wirastama, Purba. (2019). Dukungan Film
Pebriansyah Ariefana. (2019). 4 Kontroversi 27 Steps of May bagi RUU
Tengku Zul yang Tolak RUU PKS Penghapusan Kekerasan Seksual.
Karena Hasrat Seksual. Dalam Dalam
https://www.suara.com/news/2019/0 https://www.medcom.id/hiburan/film
3/15/061000/4-kontroversi-ustadz- /8N0ZpREk-dukungan-film-27-
tengku-zul-yang-tolak-ruu-pks- steps-of-may-bagi-ruu-penghapusan-
karena-hasrat-seksual diunduh pada kekerasan-seksual diunduh pada 10
15 Maret 2020 pukul 16.56 WIB) Februari 2020 pukul 10:13 WIB
Puput Puji Lestari. (2018). 5 Film Indonesia Zoraya Ralie. (2018). KDRT Membunuh 137
yang Mengkampanyekan Anti Perempuan Tiap Hari. Dalam
Kekerasan Pada Perempuan. Dalam https://beritagar.id/artikel/gaya-
https://www.fimela.com/news- hidup/kdrt-membunuh-137-
entertainment/read/3745012/5-film- perempuan-tiap-hari diunduh pada 13
indonesia-yang-mengkampanyekan- Maret 2020 pukul 11.27 WIB
anti-kekerasan-pada-perempuan

Anda mungkin juga menyukai