Khutbah Jumat 6 Januari 2023
Khutbah Jumat 6 Januari 2023
Khutbah Jumat 6 Januari 2023
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
َص َالُة الَّر ُج ى َج َم اَع َت يُد َع َل ى َص َال ى َب ْي َو َص َال ى ُس و ْض ًع ا َو ْش يَن
ِع ِر ِقِه ِب ِتِه ِف ِتِه ِف ِت ِه ٍة ِز ِل ِف
َد َر َج ًة َو َذ َك َأ َّن َأ َح َد ُه ْم َذ َت َو َّض َأ َف َأ ْح َس َن ْل ُو ُض َء ُث َّم َأ َت َمْلْس َد َال َي ْن َه ُز ُه َّال َّص َالُة
ِإ ال ى ا ِج ا و ِإ ا ِل
ٌة َئ َخ َّط ٌة َل َّال ًة ْط َخ ُط ْخ َل َف َالَة َال ُي يُد الَّص
َّال
َو ِإ ُر ِف َع ُه ِب َه ا َد َر َج َو ُح َع ْن ُه ِب َه ا ِط ي َح َّت ى ْم َي
ِر ِإ
َّص َال َم َك َن َّص َالُة َى َت ْح ُس ُه َو َمْلَال َك ُة َن َي ْد ُخ َل َمْلْس َد َف َذ َد َخ َل َمْلْس َد َك
ا ِئ ا ِج ا ِف ى ال ِة ا ا ِت ال ُل ِه ِب ا ِج ِإ ا
ِه َي ُق و وَن الَّل ُه َّم اْر َح ْم ُه الَّل ُه َّمr rُيَص ُّل وَن َع َل ى َأ َح ِد ُك ْم َم ا َد اَم ى َم ْج ِل ِس ِه اَّل ِذ ى َص َّل ى ِف ي
ِف
َم َل ْم ُيْح ْث ْؤ َل ْغ َل َّل ُت َل
ِد ِف يِه ا ِف ْر ُه ال ُه َّم ْب َع ْي ِه َم ا ْم ُي ِذ ِف يِه ا
“Shalat seseorang dengan berjama’ah lebih banyak pahalanya daripada shalat
sendirian di pasar atau di rumahnya, yaitu selisih 20 sekian derajat. Sebab, seseorang
yang telah menyempurnakan wudhunya kemudian pergi ke masjid dengan tujuan
untuk shalat, tiap ia melangkah satu langkah maka diangkatkan baginya satu derajat
dan dihapuskan satu dosanya, sampai ia masuk masjid. Apabila ia berada dalam
masjid, ia dianggap mengerjakan shalat selama ia menunggu hingga shalat
dilaksanakan. Para malaikat lalu mendo’akan orang yang senantiasa di tempat ia
shalat, “Ya Allah, kasihanilah dia, ampunilah dosa-dosanya, terimalah taubatnya.” Hal
itu selama ia tidak berbuat kejelekan dan tidak berhadats.” (HR. Bukhari no. 477 dan
Muslim no. 649).
Beberapa faedah dari hadits di atas:
1- Shalat jama’ah lebih utama daripada shalat sendirian yaitu 25, 26, atau 27 derajat
sebagaimana disebutkan dalam riwayat lainnya.
2- Ada ancaman keras bagi yang meninggalkan shalat jama’ah tanpa ada uzur, dan
orang buta yang mendengar adzan masih disuruh untuk menghadiri shalat jama’ah
di masjid.
3- Niat yang membuat seseorang pergi keluar hingga menunggu shalat dinilai
berpahala. Jika seseorang keluar rumah tidak berniat untuk shalat, tentu tidak
mendapat pahala seperti itu. Sehingga benarlah Imam Nawawi memasukkan hadits
ini dalam kitab beliau Riyadhus Sholihin pada hadits no. 10 di Bab “Ikhlas dan
Menghadirkan Niat”.
4- Shalat lebih utama dari amalan lainnya karena terdapat do’a malaikat di sana.
Shalat berjamaah di masjid lebih utama daripada shalat berjamaah di selain masjid. Lihat Al-
Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 27:171. Masjid yang dimaksud di sini adalah tempat diselenggarakannya
shalat secara rutin di dalamnya. Lihat Shalah Al-Mu’min, 2:561.
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َص ُّل َأ ُّي َه َّن ُس ُبُي ُك ْم َف َّن َأ ْف َض َل َّص َال َص َالُة َملْر َب ْي َّال َملْك ُت َب َة
ا ِء في ِتِه ِإ ا و ال ِة إ، وا ا ال ا ِف ي وِت
“Shalatlah kalian, wahai manusia, di rumah-rumah kalian, karena sebaik-baiknya shalat adalah
shalat seseorang di rumahnya, kecuali shalat wajib.” (Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari, no. 731 dan
Muslim, no. 781).
Maka dalam keadaan aman tanpa ada uzur, Imam An-Nawawi (w. 676 H) menjelaskan,
َل َف َلَة ْل َأ َل َأ َذ َّل
ِك َّن َه ا ِف ي، َح اَز ِض ي ا َج َم اَع ِة، ْو َو ِد ِه، ْو َز ْو َج ِت ِه، ِإ ا َص ى الَّر ُج ُل ِف ي َب ْي ِت ِه ِب َر ِف يِق ِه
َض َأ ْك َث َر َف ُه َو َأ ْف َس َمْلْس َأ ْف َض ُل َو َح ْي ُث َك َن ْل َج ْم ُع َن َمْل
ل ِم ا اِج ِد ا ا . ا ِج ِد
Ketika seorang laki-laki shalat di rumah bersama temannya, atau istrinya, atau anaknya, maka ia
tetap memperolah keutamaan berjamaah. Akan tetapi, jika dilakukan di masjid, itu lebih utama.
Ingatlah bahwa jamaah semakin banyak di masjid, itu tentu afdal. (Raudhah Ath-Thalibin, 1:238)e
Referensi:
Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhish Sholihin, Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al Hilaliy,
terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1430 H, 1: 37-38.
Nuzhatul Muttaqin Syarh Riyadhish Sholihin, Dr. Musthofa Al Bugho, dll, terbitan
Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1432 H, hal. 17.
Syarh Riyadhish Sholihin, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, terbitan
Madarul Wathon, cetakan tahun 1426 H, 1: 73-74.