Anda di halaman 1dari 36

Introduction to Corporate Finance

Makroekonomi adalah cabang ilmu ekonomi yang berkaitan dengan bagaimana keseluruhan ekonomi-
pasar, pelaku usaha, konsumendan pemerintah-berperilaku.

Dua bidang utama penelitian ekonomi makro:

Pertumbuhan ekonomi jangka panjang (peningkatan pendapatan nasional) dan jangka pendek siklus
bisnis termasuk kesempatan kerja.

Berbeda dengan makroekonomi, mikroekonomi lebih berfokus pada pengaruh dan pilihan yang dibuat
oleh masing-masing individu dalam perekonomian (orang, perusahaan, industri, dll.

1. Inflasi/Deflasi

 Inflasi adalah kenaikan umum dan terus-menerus dalam tingkat harga barang dan jasa
dalam suatu perekonomian dalam periode waktu tertentu, biasanya diukur dengan indeks
harga konsumen (CPI) atau indeks harga produsen (PPI).

 Deflasi adalah kebalikan dari inflasi, yaitu penurunan umum dan terus-menerus dalam
tingkat harga barang dan jasa dalam suatu perekonomian.

2. Tingkat harga: Tingkat harga mengacu pada harga barang dan jasa di pasar, biasanya diukur dengan
indeks harga konsumen (CPI) atau indeks harga produsen (PPI). Tingkat harga akan mempengaruhi
daya beli konsumen dan keuntungan produsen.

3. Tingkat pertumbuhan ekonomi: Tingkat pertumbuhan ekonomi adalah indikator yang mengukur
perubahan dalam output ekonomi suatu negara selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi sering
dihitung berdasarkan perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun ke tahun.

4. Pendapatan nasional: Pendapatan nasional adalah total pendapatan yang diterima oleh semua faktor
produksi (buruh, tanah, modal, dan kewirausahaan) dari kegiatan ekonomi dalam suatu negara selama
periode tertentu.

5. Produk domestik bruto (PDB): PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang
dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara selama periode waktu tertentu, biasanya diukur per tahun.

6. Perubahan pengangguran: Perubahan pengangguran mengacu pada perubahan jumlah orang yang
mencari pekerjaan dan siap bekerja, tetapi tidak dapat menemukan pekerjaan. Tingkat pengangguran
adalah rasio jumlah penganggur terhadap angkatan kerja.
Peran Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah memberikan gambaran dan informasi tentang kinerja keuangan dan
posisi keuangan perusahaan kepada pemangku kepentingan, seperti pemilik, investor, kreditor, dan
pihak-pihak terkait lainnya sebagai dasar untuk mengambil keputusan

Jenis Laporan

1. Laporan Posisi Keuangan/Neraca, berisi aset perusahaan, kewajiban/hutang, dan ekuitas


pemegang saham (Penilaian Nilai Buku).

2. Laporan Laba Rugi & Penghasilan Komprehensif Lain, berisi pendapatan dan pengeluaran
perusahaan selama periode tertentu.

3. Laporan Perubahan Ekuitas, berisi ekuitas saham, laba ditahan, dan komponen ekuitas
lainnya.

4. Laporan Arus Kas, berisi arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan.

5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan
informasi penjelasan lain.
Capital Budgeting and Management

Capital budgeting adalah proses pengambilan keputusan mengenai investasi jangka panjang dalam
proyek atau aset tetap suatu perusahaan. Ini melibatkan analisis proyeksi arus kas masa depan, risiko,
dan nilai waktu dari uang untuk menilai keuntungan investasi.

Keputusan atas suatu komitmen keuangan: Investasi dalam proyek-proyek yang memberikan nilai
tambah untuk perusahaan. Dengan memilih sebuah proyek bisnis, tidak hanya sebagai bentuk suatu
komitmen keuangan, tetapi juga berinvestasi dalam jangka panjang yang memiliki pengaruh pada
proyek-proyek masa depan perusahaan selanjutnya.

Working Capital Management: Memastikan bahwa perusahaan memiliki cukup dana untuk menutupi
pengeluaran dan utang, meminimalkan biaya dari dana yang dihabiskan untuk modal kerja dan
memaksimalkan return on asset investasi. Manajemen modal kerja adalah pengelolaan sumber daya
keuangan sehari-hari suatu perusahaan, termasuk pengelolaan kas, persediaan, piutang, dan utang agar
dapat memastikan kelancaran operasional dan pemenuhan kewajiban finansial tepat waktu.

Capital Management Process

Proses manajemen modal mengacu pada perencanaan,


pengendalian, dan pengalokasian sumber daya keuangan
dan aset suatu perusahaan untuk mencapai tujuan keuangan
jangka panjangnya. Ini mencakup manajemen modal kerja,
pengelolaan investasi, dan penggunaan sumber daya modal
secara efisien.

Asset Valuation and Pricing Model

Asset Valuation: Proses menentukan nilai wajar atau nilai saat ini, melalui beberapa metode book
values, absolute valuation models seperti discounted cash flow analysis, asset pricing models or
comparables. Contoh aset seperti investasi pada surat berharga (e.g. surat utang negara, saham
perusahaan, dan lainnya).

Asset Pricing: Menentukan tingkat pengembalian keuntungan dari suatu aset dengan cara terukur,
Membuat keputusan tentang penambahan aset ke portofolio yang terdiversifikasi
Macroeconomics

Macroeconomics adalah cabang ekonomi yang berfokus pada analisis perilaku ekonomi secara
keseluruhan dalam suatu negara atau wilayah. Makroekonomi mencakup berbagai aspek penting dalam
analisis perekonomian secara keseluruhan.

Siklus bisnis, inflasi, deflasi, dan stagflasi adalah fenomena yang menggambarkan fluktuasi dan
ketidakstabilan ekonomi. Kebijakan moneter dan fiskal adalah alat yang digunakan oleh pemerintah
untuk mengatur perekonomian dan mencapai tujuan ekonomi yang diinginkan.

Siklus Bisnis

Siklus bisnis merujuk pada fluktuasi ekonomi jangka panjang yang mencakup periode ekspansi dan
kontraksi. Pada periode ekspansi, pertumbuhan ekonomi meningkat, lapangan kerja berkembang, dan
tingkat produksi meningkat. Namun, pada periode kontraksi, ekonomi mengalami perlambatan,
lapangan kerja menyusut, dan tingkat produksi menurun.

Siklus bisnis dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk investasi bisnis, konsumsi rumah tangga,
ekspor-impor, dan kebijakan ekonomi pemerintah. Pada umumnya, siklus bisnis memiliki pola
berulang dan mempengaruhi seluruh sektor perekonomian.

Tingkat Pengangguran

1. Friksional: Kesenjangan antara tenaga kerja dan lapangan pekerjaan. Kesenjangan bisa
berupa kesenjangan waktu, informasi, hingga jarak.

2. Struktural: Keterampilan yang telah dimiliki tenaga kerja menjadi tidak sesuai lagi
dengan kebutuhan lapangan kerja yang telah berubah, dan penggunaan alat atau teknologi
yang lebih canggih sehingga tenaga kerja perlu mempelajari keterampilan baru agar bisa
tetap bekerja.

3. Musiman: Waktu jeda pekerjaan saat terjadi pergantian musim ke musim lainnya.
Biasanya pengangguran musiman ini terjadi pada sektor pertanian. Pasalnya, setelah masa
panen hingga musim tanam, petani tidak ada pekerjaan atau menjadi pengangguran.

4. Siklis: Kemunduran di suatu negara tentu akan berakibat pada daya beli masyarakat yang
turun. Akibatnya kegiatan ekonomi menjadi terhambat dan perusahaan pun merugi dan
terpaksa memberhentikan pekerjanya.

5. Unemployment Rate: Orang sama sekali tidak bekerja dan tidak berusaha mencari
pekerjaan terhadap total angkatan kerja yaitu usia produktif (15–65 tahun) yang sedang
mencari pekerjaan dan sedang bekerja.
6. Underemployment: Orang bekerja tetapi tenaganya kurang termanfaatkan diukur dari
curahan jam kerja, produktivitas kerja, dan penghasilan yang diperoleh (umumnya kurang
dari 35 jam/minggu). Sebagai contoh orang yang bekerja sebagai tenaga kerja lepas
(freelance) dimana tidak ada kepastian mengerjakan pada waktu tertentu.

7. Disguised Unemployment: Tenaga kerja tidak bekerja secara optimal. Kondisi ini
disebabkan adanya ketidaksesuaian antara pekerjaan dengan bakat dan kemampuan dari
tenaga kerja. Contoh: Seorang lulusan D3 pertanian bekerja sebagai sekretaris pada suatu
perusahaan.

8. Voluntary Unemployment: Seseorang memilih untuk tidak bekerja. Ini adalah terkait
dengan pilihan dan preferensi, bukan karena lowongan kerja tidak tersedia terhadap total
angkatan kerja usia produktif.

Inflasi, Delfasi, dan Stagflasi

Inflasi

Inflasi adalah peningkatan umum dan berkelanjutan dalam harga barang dan jasa. Inflasi dapat
mempengaruhi daya beli konsumen dan mengurangi nilai uang tunai dari waktu ke waktu. Inflasi yang
moderat dapat merangsang pertumbuhan ekonomi, tetapi inflasi yang tinggi dapat menyebabkan
ketidakstabilan ekonomi.

Tipe Inflasi:

 Demand-pull inflation (inflasi tarikan permintaan): Inflasi tarikan permintaan terjadi


ketika permintaan agregat di pasar melebihi kapasitas produksi perekonomian. Penyebab
utama inflasi tarikan permintaan adalah meningkatnya pengeluaran konsumen, investasi
bisnis, dan pengeluaran pemerintah. Akibatnya, harga barang dan jasa naik karena
permintaan yang tinggi melebihi pasokan yang tersedia.

 Cost-push inflation (inflasi dorongan biaya): Inflasi dorongan biaya terjadi ketika biaya
produksi barang dan jasa meningkat, dan produsen menaikkan harga untuk mengimbangi
kenaikan biaya tersebut. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan inflasi dorongan biaya
termasuk kenaikan harga bahan baku, upah pekerja, atau kenaikan pajak yang
mempengaruhi biaya produksi.

 Wage-price spiral inflation (inflasi spiral harga-upah): Inflasi spiral harga-upah adalah
jenis inflasi yang saling memperkuat antara kenaikan harga barang dan jasa dengan
kenaikan upah pekerja. Prosesnya dimulai dengan kenaikan harga barang dan jasa
(biasanya karena inflasi tarikan permintaan atau dorongan biaya), yang menyebabkan
pekerja menuntut kenaikan upah untuk mengimbangi kenaikan harga-harga tersebut.
Kenaikan upah kemudian dapat menyebabkan produsen menaikkan harga lagi, sehingga
menciptakan spiral inflasi yang berkelanjutan.

Stagflasi

Stagflasi adalah kondisi yang terjadi bersamaan dalam pertumbuhan ekonomi yang lambat, tingkat
pengangguran yang tinggi, dan kenaikan harga. Stagflasi telah terjadi berulang kali di negara maju
sejak tahun 1970-an. Solusi kebijakan untuk pertumbuhan yang lambat cenderung memperburuk
inflasi, dan sebaliknya sehingga stagflasi sulit dibendung.

Stagflasi adalah kombinasi langka dari stagnasi ekonomi (pertumbuhan rendah atau negatif) dan tingkat
inflasi yang tinggi. Stagflasi menciptakan tantangan bagi kebijakan ekonomi karena strategi yang
biasanya digunakan untuk merespons stagnasi dan inflasi dapat saling bertentangan. Stagflasi dapat
menyebabkan penurunan lapangan kerja dan tingkat produksi yang rendah, sambil tetap menghadapi
tekanan inflasi.

Deflasi

Deflasi adalah penurunan umum dari tingkat harga barang dan jasa. Deflasi berhubungan dengan
kontraksi jumlah uang beredar dan kredit, peningkatan produktivitas dan perbaikan teknologi. Selama
deflasi, daya beli uang meningkat dari waktu ke waktu secara khusus, deflasi dapat merugikan
peminjam, yang dapat terikat untuk membayar utang mereka pada uang yang bernilai lebih dari uang
yang mereka pinjam.

Kebijakan Moneter dan Fiskal

Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh Bank Pusat Nasional bertujuan untuk
mempengaruhi peredaran uang dan kredit dalam perekonomian melalui tingkat suku bunga, open
market operations dan metode lainnya. Bank sentral menggunakan kebijakan moneter untuk
mengontrol inflasi, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan mengatasi resesi.

1. Expansionary/Accommodative/Easy Monetary Policy: Kebijakan moneter ekspansioner adalah


langkah-langkah yang diambil oleh bank sentral untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan
mengurangi tingkat pengangguran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar
dalam perekonomian, menurunkan suku bunga, dan mendorong pinjaman dan investasi. Beberapa
contoh kebijakan moneter ekspansioner meliputi:
 Penurunan Tingkat Suku Bunga: Bank sentral dapat menurunkan tingkat suku bunga
acuan yang dikenakan pada pinjaman antar bank atau dana simpanan untuk merangsang
pinjaman konsumen dan investasi bisnis. Dengan suku bunga yang lebih rendah, pinjaman
menjadi lebih terjangkau, mendorong konsumsi dan investasi.

 Pembelian Obligasi: Bank sentral dapat melakukan pembelian obligasi pemerintah atau
surat berharga lainnya di pasar terbuka. Tindakan ini meningkatkan pasokan uang tunai di
pasar dan menekan tingkat suku bunga.

 Penyesuaian Persyaratan Cadangan Bank: Bank sentral dapat mengurangi persyaratan


cadangan minimum yang harus dipatuhi oleh bank komersial. Ini memungkinkan bank
memiliki lebih banyak uang tunai untuk memberikan pinjaman, yang dapat meningkatkan
perputaran uang di perekonomian.

2. Contractionary/Restrictive/Tight Monetary Policy: Kebijakan moneter kontraksioner adalah


upaya bank sentral untuk mengendalikan inflasi dengan mengurangi laju pertumbuhan uang atau
meningkatkan tingkat suku bunga. Tujuannya adalah untuk mengurangi permintaan agregat dan
mencegah perekonomian dari risiko mengalami inflasi yang tinggi.

Beberapa contoh kebijakan moneter kontraksioner meliputi:

 Kenaikan Tingkat Suku Bunga: Bank sentral dapat menaikkan tingkat suku bunga acuan
untuk mengurangi pinjaman dan investasi. Dengan suku bunga yang lebih tinggi,
konsumen dan bisnis akan cenderung berhemat dan mengurangi pengeluaran.

 Penjualan Obligasi: Bank sentral dapat menjual obligasi pemerintah atau surat berharga
lainnya di pasar terbuka. Dengan melakukan hal ini, bank sentral menarik uang dari pasar
dan mengurangi pasokan uang beredar, yang dapat meningkatkan suku bunga.

 Peningkatan Persyaratan Cadangan Bank: Bank sentral dapat meningkatkan


persyaratan cadangan minimum yang harus dipatuhi oleh bank komersial. Dengan
demikian, bank akan memiliki lebih sedikit uang tunai yang tersedia untuk diberikan
sebagai pinjaman.

Kebijakan Fiskal

Instrumen Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang


dilakukan oleh Pemerintah Negara yang
bertujuan untuk mempengaruhi aktivitas
perekonomian melalui instrumen pajak dan pengeluaran. Kebijakan fiskal, di sisi lain, berkaitan dengan
pengaturan pendapatan dan pengeluaran pemerintah untuk mencapai tujuan ekonomi.

Ketika perekonomian memasuki masa resesi, pemerintah dapat meningkatkan pengeluaran untuk
memicu permintaan dan mendukung pertumbuhan. Di sisi lain, ketika inflasi meningkat, pemerintah
dapat mengurangi pengeluaran atau menaikkan pajak untuk mengendalikan permintaan agregat.

1. Balanced Budget: Pendapatan Pajak sama dengan Pengeluaran Pemerintah. Dengan kata
lain, pemerintah tidak mengalami defisit (total pengeluaran melebihi total penerimaan) atau
surplus (total penerimaan melebihi total pengeluaran). Anggaran seimbang bertujuan untuk
menjaga keseimbangan fiskal dan mencegah peningkatan utang publik.

2. Budget Surplus: Pendapatan Pajak melebihi Pengeluaran Pemerintah. Kebijakan ini


dijalankan bila keadaan ekonomi sedang dilanda inflasi (kenaikan harga secara terus-
menerus), sehingga anggaran harus menyesuaikan kenaikan harga barang atau jasa.

3. Budget Deficit: Pendapatan Pajak kurang dari Pengeluaran Pemerintah. Surplus anggaran
menyebabkan pemerintah memiliki lebih banyak uang yang bisa digunakan untuk
membayar utang, menginvestasikan kembali dalam perekonomian, atau membentuk
cadangan untuk masa depan.
Analysis of Financial Statement

Laporan keuangan adalah rangkuman informasi keuangan suatu perusahaan yang mencakup neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. Analysis of Financial
Statement atau Analisis Laporan Keuangan adalah proses penting dalam menilai kinerja keuangan
perusahaan dan membantu para pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan bisnis.

Kerangka Analisa Laporan Keuangan

Kerangka analisis laporan keuangan adalah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi, menilai, dan
memahami informasi yang terkandung dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Beberapa langkah
dalam kerangka analisis meliputi:

1. Pengumpulan Data: Mengumpulkan laporan keuangan dari periode yang diinginkan,


termasuk neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.

2. Penilaian Kualitatif: Menganalisis informasi kualitatif seperti kebijakan akuntansi


perusahaan, kondisi pasar, dan tren industri yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan.

3. Analisis Horizontal: Melakukan perbandingan antara laporan keuangan dari beberapa


periode berturut-turut untuk mengidentifikasi tren dan perubahan dari waktu ke waktu.

4. Analisis Vertikal: Menghitung rasio dan persentase untuk mengungkapkan hubungan


antara item dalam laporan keuangan dengan total aktiva atau total pendapatan, sehingga
memahami struktur relatif komponen keuangan perusahaan.

5. Analisis Rasio: Menghitung rasio keuangan seperti rasio likuiditas, rasio profitabilitas,
rasio hutang, dan rasio aktivitas untuk menilai kesehatan keuangan dan kinerja perusahaan.

6. Penarikan Kesimpulan: Merangkum hasil analisis dan menyajikan temuan dengan jelas
dan ringkas agar dapat dipahami oleh para pemangku kepentingan.

Analisis Horizontal

Analisis Horizontal digunakan dalam review laporan keuangan perusahaan selama beberapa periode.
Analisis Horizontal, juga dikenal sebagai analisis tren, adalah teknik analisis laporan keuangan yang
membandingkan angka dari beberapa periode keuangan secara berurutan. Tujuan utama Analisis
Horizontal adalah mengidentifikasi tren dan perubahan kinerja keuangan perusahaan dari waktu ke
waktu. Perubahan ini dapat bersifat positif, negatif, atau stabil.

Hal ini biasanya digambarkan sebagai persentase pertumbuhan di atas baris yang sama pada tahun
dasar.

 Analisis Horizontal memungkinkan para pemakai laporan keuangan untuk dengan mudah
melihat tren dan pola pertumbuhan.
 Analisis Horizontal menunjukkan pertumbuhan perusahaan dan posisi keuangan terhadap
pesaing.

Contoh Analisis Horizontal

Analisis Vertikal

Analisis Vertikal, dikenal juga sebagai analisis common-size, adalah teknik analisis laporan keuangan
yang membandingkan setiap pos dalam laporan keuangan dengan total aktiva atau total pendapatan
perusahaan. Tujuan dari Analisis Vertikal adalah untuk mengungkapkan struktur proporsi dari setiap
pos keuangan dalam laporan keuangan. Dengan cara ini, kita dapat melihat bagian mana dari
pendapatan total yang digunakan untuk biaya operasional, besarnya bagian hutang dibandingkan
dengan total aktiva, dan sebagainya.

Contoh Analisis Vertikal

Analisis Rasio

Analisis rasio membandingkan data dari laporan keuangan perusahaan untuk mengungkapkan wawasan
mengenai profitabilitas, likuiditas, efisiensi operasional, dan solvabilitas. Analisis rasio dapat menandai
bagaimana sebuah perusahaan melakukan dari waktu ke waktu, sementara membandingkan perusahaan
dengan perusahaan lain dalam industri yang sama atau sektor.

Contoh analisis rasio mencakup current ratio, gross profit margin ratio, rasio perputaran persediaan.
Tipe Ratio Analysis

Ratio Analysis Types

1. Profitability Formula

 Gross Profit Ratio Formula = Gross Profit/Net Sales*100

 Net Profit Ratio Formula = Net Profit/Net Sales*100

 Operating Profit Ratio Formula = Ebit/Net sales*100

 Return on Capital Employed Formula = Ebit/Capital Employed

2. Solvency Formula

 Debt Equity Ratio Formula = Total Debt/Shareholders Fund

 Interest Coverage Ratio Formula = Ebit/Interest Expense

3. Liquidity Formula

 Current Ratio Formula = Current Assets / Current Liablities

 Quick Ratio Formula = Cash & Cash Equivalents+Marketable Securities+Accounts


Receivables/Current Liabilities

4. Turnover Formula

 Fixed Assets Turnover Ratio Formula = Net Sales / Average Fixed Assets

 Inventory Turnover Ratio Formula = Cost of Goods Sold/Average Inventories

 Receivables Turnover Ratio Formula = Net Credit Sales/Average Receivables

5. Earning Formula

 P/E Ratio Formula = Market Price per Share/Earnings Per Share


 Earnings Per Share Formula = (Net Income — Preferred Dividends) / (Weighted
Average of Shares Outstanding)

 Return on Net Worth Formula = Net Profit/Equity Shareholder Funds

Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan

 Bukan Pengganti Pengambil Keputusan

 Berdasarkan Data masa Lalu

 Masalah dalam Perbandingan

 Keandalan Angka

 Perubahan dalam Metode Akuntansi

 Perubahan dalam Nilai Uang

 Tidak ada Penilaian Kemampuan Manajerial

 Perubahan Kondisi Bisnis

Keuntungan Analisis Laporan Keuangan

 Kemampuan untuk mendeteksi Pola/Tren

 Panduan untuk Anggaran Perusahaan

 Meningkatkan akurasi keputusan keuangan

 Panduan Legitimasi Modal Investasi


Working Capital Management

Working Capital Management atau Manajemen Modal Kerja adalah suatu pendekatan atau strategi
yang digunakan oleh perusahaan untuk mengelola dan mengendalikan aset dan kewajiban lancar dalam
rangka memastikan kelancaran operasi bisnis dan menjaga likuiditas perusahaan. Modal kerja adalah
selisih antara aset lancar (kas, piutang, persediaan, dan aset lancar lainnya) dengan kewajiban lancar
(hutang dagang, hutang lancar, dan kewajiban lancar lainnya).

Tujuan utama dari manajemen modal kerja adalah untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki
cukup dana yang tersedia untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dan menjalankan operasinya
secara lancar. Terlalu banyak modal kerja dapat mengakibatkan sebagian besar dana terjebak dalam
persediaan dan piutang, yang dapat menurunkan tingkat pengembalian investasi. Di sisi lain, terlalu
sedikit modal kerja dapat menyebabkan kesulitan dalam membayar kewajiban dan mengakibatkan
perusahaan sulit menjalankan operasionalnya secara efisien.

Manajemen modal kerja melibatkan beberapa aspek, di antaranya:

1. Pengelolaan Persediaan: Perusahaan harus mengelola persediaan dengan efisien untuk


menghindari pemborosan dan menjaga tingkat persediaan yang optimal agar dapat
memenuhi permintaan pelanggan.

2. Pengelolaan Piutang: Perusahaan perlu mengawasi dan mengelola piutang dengan cermat
untuk memastikan pembayaran yang tepat waktu dari pelanggan dan mengurangi risiko
kredit yang tidak lancar.

3. Pengelolaan Hutang: Perusahaan juga harus memperhatikan pengelolaan hutang dengan


baik, termasuk mengatur pembayaran tepat waktu kepada pemasok agar tidak terjadi
penalti keterlambatan pembayaran.

4. Analisis Siklus Operasi: Analisis siklus operasi membantu perusahaan dalam memahami
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengonversi persediaan menjadi penjualan kas.
Dengan memahami siklus operasi, perusahaan dapat merencanakan kebutuhan modal kerja
dengan lebih baik.

5. Proyeksi Arus Kas: Proyeksi arus kas adalah langkah penting dalam manajemen modal
kerja. Perusahaan harus memproyeksikan arus kas masuk dan keluar untuk periode
tertentu, sehingga dapat mengetahui potensi kekurangan likuiditas di masa depan.
Keterkaitan Manajemen Modal Kerja

1. Manajemen modal kerja membutuhkan


pemantauan aset-aset perusahaan dan
kewajiban untuk mempertahankan
kecukupan arus kas untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek biaya
operasional dan utang jangka pendek.

2. Manajemen modal kerja melibatkan


pemantauan berbagai rasio, seperti rasio modal kerja, kolektibilitas, dan persediaan rasio.

3. Manajemen modal kerja dapat meningkatkan arus kas suatu perusahaan dan manajemen
laba dengan menggunakan sumber daya secara efisien.

4. Manajemen modal kerja membantu menjaga kelancaran net siklus operasi, juga dikenal
sebagai cash conversion cycle (CCC)-jumlah minimum waktu yang diperlukan untuk
mengkonversi bersih aset dan kewajiban lancar menjadi kas.

· Sebuah perusahaan memiliki kinerja negatif jika rasio aset lancar terhadap kewajiban kurang dari
satu.
· Modal kerja positif menunjukkan bahwa perusahaan dapat mendanai operasinya saat ini dan
berinvestasi dalam aktivitas dan pertumbuhan di masa depan.
· Modal kerja yang tinggi tidak selalu merupakan hal yang baik. Ini mungkin menunjukkan bahwa
bisnis memiliki terlalu banyak persediaan, tidak menginvestasikan kelebihan uangnya, atau tidak
memanfaatkan peluang utang berbiaya rendah.

Aset dan Kewajiban Lancar

Aset Lancar

Aset lancar mencakup apa saja yang dapat dengan mudah dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu
12 bulan. Beberapa aset lancar mencakup kas, piutang, persediaan, dan investasi jangka pendek.

1. Kas dan setara kas: Semua uang perusahaan, termasuk mata uang asing dan beberapa
jenis investasi seperti pasar uang rekening dengan risiko yang sangat rendah dan sangat
rendah investasi jangka periode.

2. Persediaan: Semua barang yang tidak terjual yang disimpan. Ini termasuk bahan baku
yang dibeli untuk memproduksi, yang sedang dalam proses, dan barang jadi yang belum
terjual.
3. Piutang: Semua klaim ke kas persediaan barang-barang yang dijual secara kredit.

4. Biaya dibayar di muka: Semua nilai biaya dibayar di muka. Meskipun mungkin sulit
untuk melikuidasi ini dalam hal membutuhkan uang tunai, mereka masih membawa nilai
jangka pendek.

5. Lain-lain: jangka pendek lainnya aset.

Kewajiban Lancar

Kewajiban lancar adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 12 bulan berikut. Ini termasuk
akrual untuk biaya operasi dan saat ini bagian dari utang jangka panjang pembayaran.

1. Utang Usaha: Semua tagihan yang belum dibayar ke vendor untuk persediaan, bahan
baku, utilitas, pajak properti, sewa, atau operasi lainnya beban utang kepada pihak ketiga.

2. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang: Semua jangka pendek pembayaran yang
berkaitan dengan utang jangka panjang atas bagian 12 bulan pertama dari total utang
jangka panjang lebih dari 1 tahun.

3. Hutang Pajak: Semua kewajiban kepada badan-badan pemerintah.

4. Pendapatan diterima dimuka: Semua modal yang diterima di muka setelah selesai
bekerja. Jika perusahaan gagal untuk menyelesaikan pekerjaan, mereka dapat dipaksa
untuk kembali modal kembali ke klien.

Kelemahan Perhitungan yang Membuat Metrik Dapat Menyesatkan

1. Modal kerja yang selalu berubah: Perubahan modal umumnya terjadi akibat kenaikan
sektor modal, penurunan aktiva tetap, penambahan utang jangka panjang, hingga kerugian
yang dialami perusahaan. Perubahan-perubahan ini harus tercatat dengan baik sehingga
dapat dengan mudah menjadi dasar analisis pembentukan keputusan perusahaan.

2. Modal kerja yang gagal untuk mempertimbangkan jenis tertentu yang mendasari
akun: Sebagai contoh, bayangkan sebuah perusahaan yang saat ini aset adalah 100%
piutang. Meskipun perusahaan mungkin memiliki positif modal kerja, keuangan kesehatan
tergantung pada apakah pelanggan akan membayar dan apakah bisnis dapat datang dengan
kas jangka pendek.

3. Aset dapat dengan cepat menjadi tidak berharga: Saldo piutang mungkin kehilangan
nilai jika pelanggan bangkrut. Persediaan ada risiko usang atau pencurian. Fisik uang tunai
juga ada risiko pencurian. Oleh karena itu, modal kerja perusahaan dapat berubah di luar
kendali perusahaan.
4. Modal kerja sangat bergantung pada praktik-praktik akuntansi yang benar: Modal
kerja sangat bergantung pada praktik-praktik akuntansi yang benar, terutama sekitarnya
internal kontrol dan pengamanan aset, karena dapat terjadi data tidak lengkap dan tidak
akurat.
Principles of Capital Budgeting

Capital Budgeting

Capital Budgeting menjadi penting untuk menciptakan akuntabilitas dan tolak ukur yang jelas. Setiap
bisnis yang berencana menginvestasikan sumber daya perusahaan dalam suatu proyek tanpa memahami
risiko dan tingkat pengembalian sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab dari sisi pemilik atau
pemegang saham. Selain itu, jika bisnis tidak memiliki cara untuk mengukur efektivitas dari keputusan
investasi, peluang bisnis akan menjadi lebih sedikit dan minim kesempatan untuk bertahan di pasar
yang kompetitif.

Proses capital budgeting melibatkan beberapa langkah, antara lain:

Identifikasi Proyek Investasi: Langkah awal adalah


mengidentifikasi dan mengevaluasi berbagai proyek investasi
yang potensial untuk dilaksanakan oleh perusahaan. Proyek-
proyek ini biasanya dipilih berdasarkan strategi bisnis
perusahaan dan peluang pertumbuhan.

1. Pengumpulan Data: Data dan informasi yang


relevan tentang proyek harus dikumpulkan dengan
cermat. Ini termasuk perkiraan biaya awal,
perkiraan arus kas masa depan yang diharapkan
dari proyek, dan estimasi tingkat pengembalian.

2. Evaluasi Proyek: Setelah data terkumpul,


perusahaan melakukan analisis kuantitatif dan kualitatif untuk menilai proyek investasi.

3. Pengambilan Keputusan: Setelah evaluasi selesai, manajemen akan memilih proyek-


proyek investasi yang paling menguntungkan dan sesuai dengan tujuan strategis
perusahaan. Keputusan ini juga dapat mempertimbangkan ketersediaan dana, risiko proyek,
dan faktor-faktor lain yang relevan.

4. Implementasi dan Monitoring: Setelah proyek investasi dipilih, langkah selanjutnya


adalah melaksanakan proyek tersebut dengan memantau kemajuan dan kinerja proyek
secara teratur. Monitoring dilakukan untuk memastikan bahwa proyek berjalan sesuai
dengan rencana dan memenuhi ekspektasi hasil yang diharapkan.
Pendekatan Umum untuk Seleksi Nilai Suatu Proyek

Payback Period (PB)

Payback period adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan biaya investasi atau lamanya
waktu seorang investor perlu untuk mencapai titik impas. Payback period dihitung dengan membagi
jumlah investasi dengan arus kas tahunan.

Kelebihan metode ini digunakan untuk menilai dua proyek investasi yang mempunyai rate of
return dan risiko yang sama sehingga dapat dipilih investasi yang jangka waktu pengembaliannya
cepat, midah dan sederhana bisa dihitung untuk menentukan lamanya waktu pengembalian dana yang
diinvestasikan akan kembali.

Salah satu kelemahan dari payback period adalah bahwa hal itu mengabaikan nilai waktu dari uang dan
mengabaikan penerimaan investasi yang didapat setelah payback period tercapai.

Payback Period= Cost of Investment ÷ Average Annual Cash Flow

Indikator:

1. Jika periode pengembalian lebih cepat dari waktu yang ditentukan, maka Layak/Diterima
untuk melakukan investasi;

2. Jika periode pengembalian lebih lama atau melebihi waktu yang telah ditentukan, maka
Tidak layak/Ditolapppppk untuk melakukan investasi;

3. Jika alternatif proyek investasi lebih dari satu, maka periode pengembalian yang diambil
adalah yang lebih cepat.

Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah tingkat pertumbuhan tahunan yang diharapkan dari suatu investasi.
IRR dihitung dengan menggunakan konsep yang sama seperti net present value (NPV) dengan
menetapkan NPV sama dengan nol. Tujuan akhir dari IRR adalah untuk mengidentifikasi tingkat
diskonto, yang membuat nilai sekarang dari jumlah tahunan arus kas masuk sama dengan net
pengeluaran kini kas untuk investasi. IRR adalah tempat ideal untuk menganalisis proyek
penganggaran modal untuk memahami dan membandingkan potensi tingkat pengembalian tahunan dari
waktu ke waktu. Selain digunakan oleh perusahaan untuk menentukan proyek-proyek modal untuk
digunakan, IRR dapat membantu investor dalam menentukan investasi dari berbagai aset.

Indikator:

1. Jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto, maka Layak/Diterima untuk melakukan
investasi;
2. Jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto, maka Tidak layak/Ditolak untuk melakukan
investasi;

3. Jika alternatif proyek investasi lebih dari satu, maka IRR yang diambil adalah yang lebih
besar.

Net Present Value (NPV)

Net present value (NPV) digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari aliran pembayaran masa
depan dari sebuah perusahaan, proyek, atau investasi. Untuk menghitung NPV, anda perlu
memperkirakan waktu dan jumlah arus kas di masa depan dan memilih tingkat diskonto sebesar tingkat
minimum yang dapat diterima kembali. Tingkat diskonto yang dapat mencerminkan biaya modal atau
tingkat pengembalian yang tersedia pada alternatif investasi yang sebanding dengan risiko. Jika NPV
dari suatu proyek atau investasi adalah positif, hal ini berarti tingkat pengembalian yang akan berada di
atas tingkat diskonto.

NPV= Today’s value of the expected cash flows-Today’s value of invested cash

Indikator:

1. Jika NPV lebih besar dari 0 dan positif, maka Layak/Diterima untuk melakukan investasi;

2. Jika NPV lebih kecil dari 0 dan negatif, maka Tidak layak/Ditolak untuk melakukan
investasi;

3. Jika alternatif proyek investasi lebih dari satu, maka NPV yang diambil adalah yang lebih
besar.
Time Value of Money

Time Value of Money atau Nilai


Waktu dari Uang adalah prinsip
yang menyatakan nilai dolar saat ini
bernilai lebih dari nilai satu dolar di
masa depan. Hari ini uang dapat
diinvestasikan dan berpotensi
tumbuh menjadi jumlah yang lebih
besar di masa depan. Nilai kini dari
arus kas masa depan dihitung
dengan membagi arus kas masa
depan oleh faktor diskon yang menggabungkan jumlah waktu dan suku bunga yang diharapkan.

Nilai masa depan dari sejumlah uang saat ini dihitung dengan mengalikan jumlah kas dengan tingkat
pengembalian yang diharapkan selama periode waktu. TMV digunakan untuk membuat keputusan
strategis, jangka panjang seperti apakah akan berinvestasi dalam suatu proyek atau arus kas yang paling
menguntungkan.

$1 yang diperoleh hari ini tidak sama dengan $1 yang diperoleh satu tahun dari sekarang karena uang
yang diperoleh hari ini dapat menghasilkan bunga, keuntungan yang belum direalisasi, atau kerugian
yang belum direalisasi.

Perubahan Nilai Waktu Uang

3 (Tiga) pilihan jangka waktu yaitu :

1. Siklus Tahunan (Annual): Perhitungan 1 tahun sekali.

2. Interyear Compounding: Bulanan atau 6 bulanan.

3. Anuitas: Membuat serangkaian pembayaran selama jangka waktu tertentu agar mendapat
nilai tertentu di waktu mendatang.

Keuntungan TMV

 Bisnis menggunakan nilai waktu dari uang untuk membandingkan proyek-proyek dengan
arus kas masing-masing.

 Bisnis menggunakan nilai waktu dari uang untuk menentukan apakah sebuah proyek
dengan arus kas keluar dan selanjutnya arus kas masuk akan menguntungkan tidak.

 Investor individu menggunakan nilai waktu dari uang untuk lebih memahami nilai
sebenarnya dari investasi mereka dan kewajiban dari waktu ke waktu.
 Nilai waktu dari uang ini digunakan untuk menghitung nilai pensiun pegawai di masa
depan.

Faktor yang Mempengaruhi Present Value

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai sekarang, yakni:

1. Daya Beli dan Tingkat Inflasi

Inflasi bisa terjadi akibat nilai uang terus mengalami penurunan. Inflasi bisa memicu kenaikan harga
barang di masa mendatang. Jika tingkat inflasi tidak terkontrol, dampaknya bisa sangat berbahaya bagi
kondisi keuangan dan perekonomian. Salah satu contohnya adalah nilai uang yang terus tergerus seiring
berjalannya waktu. Ketika inflasi menyebabkan kenaikan harga barang di masa mendatang, sudah pasti
daya beli dari masyarakat dan nilai uang di masa sekarang akan menurun.

2. Discount Rate atau Tingkat Diskonto

Tingkat diskonto/discount rate adalah tingkat pengembalian dari investasi yang diaplikasikan pada
penghitungan present value. Faktor ini menjadi tingkatan pengembalian yang akan hilang jika investor
tidak memilih untuk berinvestasi sejumlah aset di masa ini. Discount rate yang digunakan pada
perhitungan nilai sekarang sangat subjektif. Alasannya karena tingkat pengembaliannya diharapkan
akan didapatkan berdasarkan nilai yang sudah diinvestasikan sekarang dengan jangka waktu yang telah
ditentukan.

Present Value Formula

PV = FV/(1 + i)^n

PV = Present value

FV = Future value

i = Decimalized interest rate

n = Number of periods

Contoh: Anda ingin mengetahui berapa banyak uang yang harus Anda investasikan hari ini untuk
memiliki $20,000 dalam 3 tahun dengan tingkat bunga 6% per tahun:

FV = $20,000

r = 0.06

n = 3 tahun

Sehingga dapat dihitung dengan menggunakan present value sebagai berikut:

PV = $20,000 / (1 + 0.06)³
PV = $20,000 / 1.191016

PV ≈ $16,777.50

Future Value of Money Formula

FV=PV(1+i)^n

PV = Present value

FV = Future value

i = Decimalized interest rate

n = Number of periods

Contoh: Jika Anda ingin menghitung berapa banyak uang yang akan Anda miliki dalam 5 tahun jika
Anda menginvestasikan $10,000 pada tingkat bunga 8% per tahun:

PV = $10,000

r = 0.08

n = 5 tahun

Sehingga dapat dihitung dengan menggunakan Future value sebagai berikut:

FV = $10,000 (1 + 0.08)⁵

FV = $10,000 1.4693

FV = $14,693

Bond Valuation

Bond atau Obligasi adalah instrumen


keuangan yang banyak digunakan
oleh perusahaan, pemerintah, dan
lembaga lainnya untuk
meminjamkan dana dari investor.
Dalam proses investasi obligasi,
penting untuk memahami bagaimana
cara menilai nilai sebuah obligasi.

Proses ini dikenal sebagai penilaian obligasi dan melibatkan berbagai faktor yang mempengaruhi harga
suatu obligasi. Obligasi juga sebagai instrumen surat utang yang menyediakan aliran pendapatan yang
stabil dalam bentuk pembayaran kupon bagi investor. Pada tanggal jatuh tempo, nilai nominal obligasi
yang dibayar kepada pemegang obligasi.

Kelebihan dan Kekurangan Obligasi

Kelebihan:

1. Pendapatan Tetap: Obligasi memberikan pendapatan tetap dalam bentuk pembayaran


bunga yang teratur, yang cocok bagi investor yang mencari pendapatan stabil.

2. Diversifikasi Portofolio: Obligasi dapat menjadi elemen diversifikasi yang baik dalam
portofolio investasi, membantu mengurangi risiko karena pergerakan harga obligasi
cenderung berbeda dengan saham.

3. Prioritas Klaim: Jika penerbit bangkrut, pemegang obligasi memiliki klaim prioritas
terhadap aset dibandingkan pemegang saham.

Kekurangan:

1. Imbal Hasil Terbatas: Obligasi memiliki potensi imbal hasil yang lebih rendah
dibandingkan investasi yang lebih berisiko seperti saham.

2. Risiko Kredit: Ada risiko gagal bayar atau risiko kredit jika penerbit tidak mampu
membayar bunga atau nilai nominal pada jatuh tempo.

Valuasi obligasi adalah suatu cara untuk menentukan nilai wajar (atau nilai nominal kini) dari obligasi
tertentu. Penilaian obligasi berdasarkan faktor-faktor seperti tingkat bunga, tanggal jatuh tempo, dan
risiko kredit. Tujuannya adalah untuk menghitung nilai sekarang dari aliran kas yang diharapkan dari
pembayaran bunga dan pokok obligasi selama jangka waktu yang tersisa.Sebuah obligasi dengan nilai
nominal dan pembayaran bunga yang ditetapkan, valuasi obligasi membantu investor untuk mengetahui
tingkat pengembalian yang akan membuat investasi obligasi menarik atau tidaknya.

Karakteristik

1. Tingkat kupon: Beberapa obligasi yang memiliki tingkat bunga, juga dikenal sebagai
tingkat kupon yang dibayarkan kepada pemegang obligasi semi-tahunan secara berkala
sampai jatuh tempo.

2. Tanggal jatuh tempo: Semua obligasi memiliki tanggal jatuh tempo, jangka pendek dan
jangka panjang. Ketika obligasi jatuh tempo, penerbit obligasi membayarkan nilai penuh
obligasi. Nilai nominal adalah belum tentu sama dengan nilai yang dibayarkan/harga beli
investor.

3. Harga saat ini: Tergantung pada tingkat suku bunga, investor dapat membeli obligasi pada
nilai nominal, di bawah par, atau di atas par. Jika suku bunga meningkat, maka nilai
obligasi akan menurun karena tingkat kupon akan lebih rendah daripada tingkat bunga
dalam perekonomian. Ketika ini terjadi, obligasi akan diperdagangkan pada diskon, yang,
di bawah par. Namun, pemegang obligasi akan dibayar penuh nilai nominal obligasi pada
saat jatuh tempo.

Metode Penilaian Obligasi

1.Penilaian Berdasarkan Diskonto Arus Kas (DCF): Metode ini melibatkan menghitung nilai
sekarang dari seluruh aliran kas yang diharapkan dari pembayaran bunga dan pokok obligasi hingga
jatuh tempo. Ini memerlukan estimasi tingkat diskonto yang sesuai dengan tingkat risiko obligasi.

Nilai Obligasi = PV_coupons + PV_face_value

PV coupons= C * [(1 — (1 + r)^-n) / r]

Di Mana:

Kupon PV = Nilai kupon saat ini


C = Jumlah pembayaran kupon (biasanya pembayaran tahunan)
r = Tingkat diskonto (tingkat bunga atau tingkat pengembalian yang diminta)
n = Jumlah periode pembayaran kupon

2. Penilaian Relatif: Metode ini membandingkan harga obligasi dengan harga obligasi serupa yang
diterbitkan pada pasar. Jika harga obligasi yang sedang dinilai lebih rendah dari harga pasar sebanding,
mungkin ada peluang untuk pembelian.

Obligasi yang tidak membayar bunga namun diperdagangkan pada nilai diskon yang cukup tinggi,
dimana keuntungan terjadi pada saat jatuh tempo, ketika obligasi tersebut dibayarkan kembali pada
nilai penuh nominal.

 Zero-coupon bond adalah instrumen surat utang yang tidak membayar bunga.

 Perbedaan selisih antara harga pembelian dari zero-coupon bond dan nilai nominal
menunjukkan keuntungan investor.

 Convertible bond membayar pendapatan tetap berupa bunga, tetapi dapat dikonversi
menjadi jumlah yang telah ditetapkan dari saham biasa.

 Konversi dari obligasi ke saham terjadi pada periode waktu tertentu sesuai kebijaksanaan
pemegang obligasi.

 Convertible bond menawarkan investor tipe hybrid seperti pembayaran bunga, sementara
juga memiliki opsi untuk memiliki saham yang mendasarinya.

Convertible Bond
Investor menerima suku bunga tetap atas pembayaran bunga dengan pilihan untuk mengkonversi ke
saham dan mendapatkan keuntungan dari apresiasi harga saham. Investor mendapatkan risiko likuiditas
karena pemegang obligasi dibayarkan sebelum pemegang saham biasa. Perusahaan mendapatkan
keuntungan dengan meningkatkan modal tanpa mendilusi saham mereka.

Perusahaan dapat membayar tingkat bunga yang lebih rendah pada utang dibandingkan dengan
menggunakan obligasi lainnya. Karena pilihan untuk mengkonversi obligasi menjadi saham biasa,
mereka menawarkan tingkat kupon yang lebih rendah. Perusahaan penerbit dengan sedikit atau tidak
ada laba-seperti startup-membuat risiko tambahan untuk convertible bond investor. Dilusi saham terjadi
jika obligasi dikonversi ke saham, yang dapat menekan harga saham dan EPS.

Penilaian obligasi adalah proses yang penting untuk memahami nilai investasi dan risiko yang terkait
dengan instrumen ini. Faktor-faktor seperti tingkat bunga pasar, tanggal jatuh tempo, dan risiko kredit
memengaruhi nilai obligasi.

Dengan memahami metode-metode penilaian dan menganalisis kondisi pasar secara seksama, investor
dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik dan mengelola risiko secara efektif dalam
portofolio mereka. Bagi mereka yang mencari pendapatan tetap dan perlindungan terhadap volatilitas
pasar, obligasi tetap menjadi pilihan investasi yang menarik.
Risk and Return in Capital Markets

Pasar modal adalah tempat di mana investasi


keuangan seperti saham, obligasi, dan
instrumen derivatif diperjualbelikan. Dalam
dunia investasi, terdapat dua konsep krusial
yang selalu berkaitan: risiko dan imbal hasil.

Risiko dan Imbal Hasil

1. Risiko: Risiko mengacu pada


kemungkinan terjadinya
kerugian atau hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan dalam suatu investasi. Dalam
pasar modal, risiko bisa berasal dari berbagai faktor seperti fluktuasi harga saham,
perubahan dalam tingkat bunga, kondisi ekonomi global, atau bahkan kondisi politik.

2. Imbal Hasil (Return): Imbal hasil adalah keuntungan atau kerugian yang diperoleh dari
investasi. Ini bisa berupa pendapatan dari dividen atau bunga, serta perubahan harga aset
seperti saham. Imbal hasil diukur sebagai persentase dari investasi awal.

Hubungan Risiko dan Imbal Hasil

Hubungan antara risiko dan imbal hasil adalah prinsip dasar dalam investasi. Umumnya, semakin tinggi
risiko suatu investasi, semakin besar potensi imbal hasil yang bisa diperoleh. Namun, hal ini juga
berarti semakin besar kemungkinan terjadinya kerugian.

Diversifikasi: Mengelola Risiko

Salah satu cara untuk mengelola risiko di pasar modal adalah dengan diversifikasi. Diversifikasi
melibatkan investasi dalam berbagai aset yang berbeda untuk mengurangi risiko keseluruhan
portofolio. Dengan memiliki beragam aset, jika salah satu investasi mengalami kerugian, dampaknya
pada keseluruhan portofolio bisa lebih terkendali.

Kelas Aset dan Tingkat Risiko-Imbal Hasil

1. Saham: Saham adalah salah satu aset dengan potensi imbal hasil tertinggi, tetapi juga
memiliki risiko yang tinggi. Harga saham dapat berfluktuasi secara signifikan dalam waktu
singkat, tergantung pada berita, kinerja perusahaan, dan kondisi pasar.

2. Obligasi: Obligasi umumnya memiliki risiko yang lebih rendah daripada saham. Mereka
membayar bunga secara teratur dan memiliki tanggal jatuh tempo yang ditentukan di mana
nilai nominal dibayar kepada pemegang obligasi. Namun, potensi imbal hasil dari obligasi
juga cenderung lebih rendah daripada saham.
3. Instrumen Keuangan Derivatif: Instrumen ini mencakup opsi, futures, dan swap. Mereka
memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda, tergantung pada jenis derivatif dan strategi
yang digunakan.

Profil Risiko dan Toleransi Risiko

Setiap investor memiliki profil risiko dan toleransi risiko yang berbeda. Profil risiko mencerminkan
sejauh mana seseorang siap mengambil risiko dalam upaya mendapatkan imbal hasil yang diinginkan.
Penting bagi investor untuk memahami profil risiko mereka dan memilih investasi yang sesuai dengan
profil tersebut.

CAPM

Capital Asset Pricing Model (CAPM) menunjukkan hubungan antara risiko sistematis untuk investasi
dan pengembalian yang diharapkan atas instrumen tersebut. Analis dan profesional keuangan
menggunakan model ini untuk proyek investasi yang berisiko dan menghasilkan tingkat pengembalian
yang diharapkan atas aset, mempertimbangkan risiko dan cost of capital. CAPM tujuannya adalah
untuk melihat apakah suatu investasi dinilai dengan adil dengan membandingkan resiko dan nilai waktu
pengembalian yang diharapkan.

CAPM Formula

Capital Asset Pricing Model (CAPM) Untuk menghitung CAPM kita gunakan rumus berikut:

E(Ri) = Rf + βi (E(Rm) — Rf)

Di mana:

E(Ri) = imbal hasil yang diharapkan dari aset i

Rf = tingkat imbal hasil bebas risiko, seperti tingkat suku bunga obligasi pemerintah

βi = beta aset i, mengukur risiko sistematis

E(Rm) = imbal hasil yang diharapkan dari pasar secara keseluruhan

Risk-free rate (Rf)

Tingkat bebas risiko ini biasanya tingkat pengembalian obligasi pemerintah. Hal ini umum untuk
menggunakan obligasi 10-tahun karena mereka yang paling banyak dikutip dan paling likuid. Hal ini
juga cara yang baik untuk memilih obligasi yang memiliki jatuh tempo ke investasi kita meninjau.

Beta (βi)

Beta merupakan ukuran seberapa jauh risiko investasi akan bertambah di portofolio, yang mengukur
volatilitas tingkat pengembalian. Jika beta di atas 1.0, itu berarti investasi yang lebih berisiko daripada
Ketika beta 1.0, pengembalian yang diharapkan adalah sama dengan rata-rata. Di sisi lain, jika beta di
bawah 1.0, investasi yang kurang berisiko daripada rata-rata pasar dan akan mengurangi keseluruhan
risiko portofolio rata-rata.

Market Risk Premium (Rm — Rf)

Kita kalikan beta dengan premium risiko pasar. Ini merupakan pengembalian yang diharapkan dari
pasar, di atas tingkat bebas risiko. Semakin volatile suatu kelas market atau investasi, semakin tinggi
premium risiko pasar.

Expected return (Ri)

Ketika kita menambahkan semua komponen dari persamaan, kita mendapatkan hasil yang diinginkan
dari investasi atau tingkat diskonto yang bisa kita gunakan untuk mencari nilai sekarang dari arus kas
masa depan.

Pentingnya CAPM dalam Pengambilan Keputusan Investasi

CAPM membantu investor mengukur imbal hasil yang diharapkan dari suatu investasi berdasarkan
risiko yang dibawanya. Model ini membantu dalam beberapa cara:

1. Penentuan Imbal Hasil yang Wajar: CAPM membantu menilai apakah imbal hasil yang
diharapkan dari suatu aset sesuai dengan risiko yang terkait. Investor dapat
membandingkan imbal hasil yang diharapkan dengan imbal hasil yang diindikasikan oleh
model.

2. Evaluasi Aset: Dengan memahami beta suatu aset, investor dapat menilai sejauh mana aset
tersebut terpengaruh oleh perubahan pasar secara keseluruhan. Aset dengan beta tinggi
akan lebih sensitif terhadap perubahan pasar, sementara aset dengan beta rendah akan lebih
stabil.

3. Keputusan Diversifikasi: CAPM membantu investor memutuskan seberapa besar alokasi


yang harus diberikan pada aset dengan risiko sistematis yang berbeda. Ini membantu dalam
pembentukan portofolio yang seimbang.

Kelebihan dan Kekurangan CAPM

Kelebihan CAPM

 Menghilangkan risiko yang tidak sistematis

 Resiko yang sistematis

 Penilaian investasi

 Kemudahan penggunaan
Kekurangan CAPM

 Terlalu banyak asumsi

 Menetapkan nilai ke variabel CAPM

 Kemampuan untuk meminjam pada tingkat bebas risiko

 Penentuan proksi proyek beta


Cost of Capital

Cost of Capital atau Biaya modal merujuk pada


biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk
mendapatkan dana dari berbagai sumber pembiayaan,
seperti saham biasa, obligasi, atau pinjaman.
Mengukur biaya modal penting karena
memungkinkan perusahaan mengevaluasi proyek
investasi, menentukan struktur modal yang optimal,
dan membuat keputusan tentang penggunaan sumber
pembiayaan yang paling efisien.

Komponen Biaya Modal

1. Biaya Modal Ekuitas (Cost of Equity): Ini mengukur biaya yang harus ditanggung
perusahaan untuk mendapatkan dana dari pemegang saham. Biaya modal ekuitas
mencerminkan imbal hasil yang diharapkan oleh pemegang saham berdasarkan risiko yang
terkait dengan investasi dalam saham perusahaan.

2. Biaya Modal Utang (Cost of Debt): Ini merujuk pada biaya yang harus dibayar
perusahaan atas dana yang dipinjam dari pihak luar, seperti obligasi atau pinjaman. Biaya
modal utang biasanya dinyatakan dalam bentuk suku bunga yang harus dibayar atas
pinjaman tersebut.

WACC

WACC sebagai tingkat diskonto untuk menghitung Net Present Value (NPV) dari suatu bisnis dan
dapat mengevaluasi investasi, karena dianggap minimal rate of return dari investasi perusahaan.
Metode ini dapat mengevaluasi merger dan akuisisi, menyusun model keuangan dari proyek-proyek
investasi. Jika investasi IRR (Internal Rate of Return) di bawah WACC, kita tidak harus berinvestasi di
dalamnya.

How to Reduce WACC?

Porsi utang/obligasi lebih banyak daripada porsi modal saham. Hal ini akan meningkatkan debt to
equity ratio, dan karena utang lebih murah dari ekuitas, WACC akan menurun.

Cost of Debt
Cost of Debt adalah bagian lebih mudah diakses dari perhitungan WACC. Ini adalah yield to
maturity pada utang perusahaan, yang merupakan return yang diharapkan pada utang perusahaan jika
itu dimiliki hingga jatuh tempo.

Cost of debt = (Interest expense/ Total debt) x (1-T)

Di mana:

Interest expense = Int. paid on the firm’s current debt

T= The company’s marginal tax rate

Sebagai bunga pembayaran pajak-deductible, kita kalikan dengan (1-pajak)yang dikenal sebagai tax
shield.

Cost of Equity

Kita menghitung Cost of Equity (RE) melalui Capital Asset Pricing Model (CAPM). Hal ini sesuai
dengan risiko terhadap imbalan dan menentukan return of equity bahwa pemegang saham atas investasi
mereka.

CAPM (Cost of equity) = Rf + B(Rm — Rf)

Di mana:

Rf = risk-free rate of return

Rm= market rate of return

Cara lain untuk menghitung cost of equity melalui metode Discounted Dividend, Bond Yield Plus Risk
Premium approach, dan lain-lain.

WACC Formula

WACC = (E / V) Re + (D / V) Rd (1 — Tc)

Di mana:

E = nilai pasar ekuitas perusahaan

V = total nilai pasar perusahaan (ekuitas ditambah utang)

Re = biaya modal ekuitas

D = nilai pasar utang perusahaan

Rd = biaya modal utang

Tc = tarif pajak perusahaan

Pentingnya Biaya Modal dalam Keputusan Bisnis


1. Evaluasi Proyek Investasi: Biaya modal digunakan sebagai tingkat diskonto dalam
evaluasi proyek investasi. Proyek-proyek dengan imbal hasil yang lebih tinggi dari biaya
modal dapat dianggap layak dilakukan.

2. Struktur Modal Optimal: Perusahaan perlu menemukan keseimbangan antara


pembiayaan melalui ekuitas dan utang. Biaya modal membantu mengidentifikasi
kombinasi yang optimal untuk mencapai biaya modal terendah dan nilai perusahaan yang
maksimal.

3. Keputusan Pembiayaan: Saat mengambil keputusan tentang cara terbaik membiayai


operasi atau proyek baru, perusahaan dapat mempertimbangkan biaya modal untuk
memutuskan mana yang lebih ekonomis dan berkelanjutan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biaya Modal

1. Risiko: Biaya modal ekuitas meningkat dengan risiko yang lebih tinggi terkait investasi
dalam saham perusahaan.

2. Tingkat Bunga Pasar: Biaya modal utang dipengaruhi oleh tingkat suku bunga pasar saat
itu.

3. Struktur Modal: Perbandingan antara ekuitas dan utang dalam struktur modal perusahaan
mempengaruhi WACC.
Equity Valuation

Di bidang keuangan, Proses penilaian adalah proses menentukan nilai pasar wajar dari suatu
aset. Equity valuation mengacu pada proses penentuan nilai pasar wajar dari instrumen ekuitas atau
perusahaan. Penilaian ekuitas adalah proses kunci dalam dunia keuangan yang bertujuan untuk
mengukur nilai sebenarnya dari suatu perusahaan atau aset ekuitas dalam pasar modal. Ini membantu
investor dan analis untuk memahami apakah saham diperdagangkan di bawah atau di atas nilai wajar
perusahaan tersebut.

Proses Melakukan Penilaian Ekuitas

Valuasi saham ini diikuti secara berbeda oleh individu yang berbeda. Prosedur yang mungkin berbeda
tetapi tujuannya adalah selalu sama:

1.Memahami Faktor-Faktor Ekonomi Makro dan Industri

Kinerja dari setiap bisnis adalah dipengaruhi oleh kinerja perekonomian pada umumnya serta industri
di mana ia beroperasi. Karena itu, dengan memiliki parameter yang akurat, maka dapat menciptakan
dasar untuk penilaian yang lebih akurat.

2. Membuat Perkiraan yang Wajar dari Kinerja Perusahaan

Kita harus memperhitungkan bagaimana perusahaan dapat memperkirakan skala produksi, pendapatan,
dan biaya. Untuk datang dengan perkiraan yang akurat, seorang analis memerlukan pengetahuan
mendalam tentang bisnis perusahaan itu sendiri.

3. Pilih Model Penilaian yang Sesuai

Semua model penilaian tidak selalu mengarah pada kesimpulan yang sama. Oleh karena itu, ini adalah
tugas dari analis untuk memahami model mana yang akan paling tepat sesuai jenis dan kualitas data
yang tersedia.

4. Tentukan Hasil Penilaian Berdasarkan Parameter Data yang Ada

Menerapkan model penilaian dan hasilkan nilai numerik yang menurut analis mendefinisikan nilai dari
bisnis. Hasil angka penilaian dapat dalam 1 angka atau dalam kisaran rentang angka. Investor biasanya
lebih memilih rentang sehingga mereka tahu berapa batas bawah dan atas untuk nilai penawaran atas
bisnis tersebut.

5. Mengambil Keputusan/Tindakan Berdasarkan Hasil Penilaian

Analis harus memberikan rekomendasi apakah membeli, menjual, atau menahan berdasarkan harga
pasar saat ini dan hasil analisis menunjukkan nilai intrinsik perusahaan.

Metode Penilaian Ekuitas


Comparables Approach

Pendekatan yang paling umum dan sering dipakai


di pasar dengan perbandingan data perusahaan
dan rekanannya. Model pendekatan penilaian ini
menganalisis kinerja keuangan dari berbagai
perusahaan untuk menentukan dinilai terlalu
tinggi atau rendah. Comparables model sering
menggunakan price-to-book, price-to-earnings,
price-to-free cash flow atau metrik lainnya yang
membandingkan valuasi ekuitas terhadap kinerja
keuangan.

Comparables Approach

Fokusnya adalah untuk mengetahui kinerja operasi & keuangan perusahaan, seperti future expected
growth in a single number. Jumlah ini kemudian dikalikan dengan metrik keuangan untuk
menghasilkan nilai valuasi perusahaan.

DFC Approach

Nilai ekuitas sebuah perusahaan ditentukan oleh proyeksi arus kas depan dengan menggunakan net
present value. Pendekatan ini paling berguna jika perusahaan memiliki data yang kuat untuk
mendukung rencana anggaran operasi bisnis di masa depan. Terminal value adalah nilai saat ini di
masa mendatang dari semua arus kas masa depan ketika kita mengharapkan tingkat pertumbuhan yang
stabil selamanya.

Terminal Value Formula

Rumus Terminal Value = Free Cash Flow (FCF) * (1 + g) / (r — g)

Di mana:

FCF = arus kas bebas di tahun terakhir proyek atau periode proyek yang ditinjau.

g = tingkat pertumbuhan terminal yang diharapkan dalam arus kas bebas. Ini diasumsikan sebagai
tingkat pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.

r = tingkat diskonto atau biaya modal yang mencerminkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari
investasi.

Rumus ini menggambarkan bagaimana nilai proyek atau bisnis diperoleh pada akhir periode proyek,
ketika diasumsikan bahwa arus kas bebas akan terus tumbuh pada tingkat pertumbuhan terminal `g`
selama waktu yang tak terbatas. Penting untuk diingat bahwa dalam konteks penggunaan
DCF, Terminal Value digunakan untuk menghitung nilai seluruh arus kas bebas yang dihasilkan setelah
periode proyek yang ditinjau, dan nilai ini kemudian diestimasi kembali ke nilai sekarang
menggunakan tingkat diskonto yang relevan.

Asset-Based Approach

Sebuah metode penilaian bisnis yang berfokus pada nilai aktiva bersih perusahaan. Nilai aktiva bersih
adalah diidentifikasi dengan mengurangkan jumlah kewajiban terhadap jumlah aset. Metode ini
mengukur nilai ekuitas dengan menjumlahkan semua aset perusahaan dan menguranginya dengan
semua liabilitas. Ini memberikan nilai minimal yang diharapkan jika perusahaan dihentikan dan asetnya
dijual.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Ekuitas

1. Pendapatan dan Laba: Kinerja keuangan perusahaan, termasuk pendapatan dan laba,
memiliki dampak langsung terhadap penilaian nilai ekuitas.

2. Prospek Pertumbuhan: Perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang kuat


cenderung dinilai lebih tinggi karena diharapkan dapat menghasilkan arus kas yang lebih
besar di masa depan.

3. Risiko: Tingkat risiko yang terkait dengan bisnis juga mempengaruhi penilaian ekuitas.
Perusahaan dengan risiko yang lebih tinggi mungkin memiliki nilai ekuitas yang lebih
rendah.

4. Dividen dan Kebijakan Pemegang Saham: Kebijakan dividen dan bagaimana


perusahaan memperlakukan pemegang sahamnya juga dapat mempengaruhi penilaian.

Pentingnya Penilaian Ekuitas dalam Investasi

1. Keputusan Investasi: Penilaian ekuitas membantu investor memahami apakah saham saat
ini dihargai di bawah atau di atas nilai sebenarnya. Ini dapat membantu dalam pengambilan
keputusan membeli, menjual, atau mempertahankan saham.

2. Penilaian Portofolio: Investor dapat menggunakan penilaian ekuitas untuk menilai


portofolio saham mereka secara keseluruhan dan menentukan alokasi yang optimal.

3. Pengambilan Keputusan Korporat: Manajemen perusahaan dapat menggunakan


penilaian ekuitas untuk mengukur kinerja perusahaan, menilai opsi merger atau akuisisi,
dan membuat keputusan finansial lainnya.

Anda mungkin juga menyukai