Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KOREKSI RADIOMETRI TERHADAP AKURASI INDEKS

VEGETASI DALAM ESTIMASI BIOMASSA DI ATAS PERMUKAAN TANAH


PADA TOPOGRAFI BERGUNUNG WILAYAH GUNUNG API LAWU

Ridho Kurniawan
ridho.kurniawan@mail.ugm.ac.id

Projo Danoedoro
projo.danoedoro@geo.ugm.ac.id

Abstract
Accurate remote sensing data is important information biomass calculations. Pretreatment of
remote sensing data is needed before data is processed and analyzed quantitatively more so it gets
processed accurately, because the recording image is influenced by various factors such as
atmospheric disturbances and topography. This research seeks to prove that the correction
radiometric level topography can improve the accuracy of calculation of Biomass stand by comparing
the modeling results before and after topographic correction. Modelling done starting from DN,
radiance at sensors, reflectance at sensor, atmospheric correction (DOS1), and C topography
correction, Minnaert, SCS + C, Minnaert + SCS, and VECA. The results showed that the correction
topography significant effect on each channel's image, while the modeling of biomass, correction
topography has no influence accuracy values significant for the vegetation index ratio (NDVI and RVI)
and semi-ratio (ARVI), but has an influence on the vegetation index of non - ratio (SAVI and EVI)
despite increased accuracy ranges from 3.5% of 5% of the initial hypothesis.

Keywords: Biomass, Vegetation Index, Topograhic Correction

Abstrak
Data penginderaan jauh yang akurat merupakan informasi penting perhitungan biomassa.
Prapengolahan data penginderaan jauh dibutuhkan sebelum data diolah dan dianalisis secara
kuantitatif lebih lanjut sehingga mendapatkan hasil olahan yang akurat, karena perekaman citra
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya gangguan atmosfer dan pengaruh topografi. Penilitian
ini berusaha membuktikan bahwa koreksi radiometri level topografi dapat meningkatkan akurasi
perhitungan biomassa tegakan dengan membandingkan hasil pemodelan sebelum dikoreksi dan
sesudah dikoreksi topografi. Pemodelan dilakukan mulai dari DN, rediance at sensor, reflectance at
sensor, koreksi atmosferik (DOS1), dan koreksi topografi C, Minnaert, SCS + C, Minnaert + SCS, dan
VECA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koreksi topografi berpengaruh signifikan terhadap setiap
saluran citra, sedangkan pemodelan biomassa, koreksi topografi tidak memiliki pengaruh yang nilai
akurasi signifikan untuk indeks vegetasi rasio (NDVI dan RVI) dan semi-rasio (ARVI), tetapi memiliki
pengaruh terhadap indeks vegetasi non – rasio (SAVI dan EVI) meskipun mengalami kenaikan akurasi
berkisar 3,5% dari hipotesis awal 5%.

Kata Kunci : Biomassa, Indeks Vegetasi, Koreksi Topografi

1
sebagai syarat komponen dasar
PENDAHULUAN perhitungan karbon hutan dalam
Hutan memiliki peran penting kegiatan penurunan emisi gas rumah
dalam peyerapan dan penyimpan kaca pada sektor lahan. Prapengolahan
karbon (carbon sink). Hutan data penginderaan jauh dibutuhkan
berinteraksi dengan CO2 melalui sebelum data diolah dan dianalisis
biogeokimia pada siklus karbon. secara kuantitatif lebih lanjut sehingga
Siklus karbon dapat dipahami bahwa mendapatkan hasil olahan yang akurat
CO2 yang ada di atmosfer terserap dan benar. Jensen (1996) ; Peddle et
oleh biomassa hutan untuk kegiatan al. (2003) menyebutkan bahwa data
fotosintesis sehingga karbon tersimpan asli penginderaan jauh atau raw data
dalam bentuk karbon organik yang didapatkan oleh sensor berisi
(karbohidrat) yang proporsinya kesalahan yang menjadi karakter data
disimpan dan diakumulasikan oleh penginderaan jauh yaitu kesalahan
tumbuhan sebagai biomassa tumbuhan intrinsik berkaitan dengan sensor dan
seperti dalam batang, daun, akar, wahana perekam data penginderaan
umbi, buah dan bagian tumbuhan lain. jauh yang secara umum bersifat
Sutaryo (2009) menyebutkan dari sistematik dan konstan sedangkan
keseluruhan karbon hutan 50 % kesalahan ekstrinsik merupakan
tersimpan pada vegetasi hutan yang kesalahan yang bersumber dari
termasuk dalam jenis karbon terestrial. berbagai variabel di alam dan bersifat
Salah satu bagian yang memiliki non sistematik.
volume biomassa yang paling tinggi Salah satu kesalahan dalam
dalam hutan adalah biomassa tegakan ekstraksi data penginderaan jauh
di atas permukaan tanah mencapai 50 adalah kesalahan pada hasil
%. perekaman nilai spektral atau
Data penginderaan jauh sejak kesalahan pada aspek radiometri.
tahun 1960an telah digunakan untuk Kesalahan radiometri merupakan
menyadap informasi dan melakukan kesalahan yang bersifat ekstrinsik
pemodelan biofisik vegetasi (Jensen, yang dipengaruhi oleh variabel yang
2013). Struktur kanopi vegetasi pada ada di alam seperti gangguan atmosfer
hutan berdasarkan Rock et al dalam dan variasi topografi. Gangguan
Lee dan Nakane (2008) memiliki atmosfer memberikan dampak pada
hubungan dengan parameter vegetasi nilai pantulan spektral karena energi
lainnya seperti biomassa dan umur radiansi matahari berinteraksi dengan
vegetasi. Hal tersebut terkait dengan berbagai macam gas, uap air, dan
kemampuan data penginderaan jauh partikel yang terkandung pada
mengambil informasi nilai spektral atmosfer. Gangguan tersebut berupa
dari objek dan mengubahnya ke dalam hamburan, serapan, dan pembiasan
informasi baru berupa indeks vegetasi. oleh atmosfer (Jensen, 2013; Lillesand
Data penginderaan jauh yang dan Kiefer, 2009). Selain itu, Kondisi
akurat merupakan informasi penting permukaan bumi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap nilai pantulan

2
spektral karena pada medan normalisasi variasi topografi
bergunung masalah yang ada lebih permukaan yang kompleks. Koreksi
kompleks (Hugli dan Frei, 1983). Efek topografi dibagi menjadi dua yaitu
topografi memberikan peran penting model lambretian dan model non-
pada banyaknya energi yang diterima lambretian (Smith dalam Mather,
oleh permukaan bumi maupun sensor. 2009). Koreksi non-lambretian yang
Hal tersebut menyebabkan objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah
memiliki nilai spektral sama dapat STS (Sun-Terrain-Sensor): koreksi C
menjadi berbeda dan sebaliknya. Arah dan Minnaert; koreksi SCS (Sun-
hadap lereng memiliki pengaruh yang Canopy-Sensor): SCS + C dan
signifikan terhadap nilai pantulan Minnaert + SCS. Selain itu, terdapat
spektral ( Hugli dan Frei, 1983; koreksi topografi empirik statistik
Jensen, 1996). Selain itu, menurut yang sederhara dan mudah
Dymond (1999) kemiringan lereng dioperasikan yaitu VECA (Variabel
juga berdampak pada nilai radiansi Empirical Coefficient Algorithm).
yang dihasilkan oleh sensor. Setiap level koreksi
Perubahan pada kemiringan lereng mendefinisikan informasi yang
merubah sudut datang dan sudut berbeda sehingga dibutuhkan uji
pantul dari matahari sehingga energi akurasi setiap level koreksi. Secara
yang terekam pada citra mengalami umum pengurangan variansi pada
perubahan. masing – masing saluran citra
Menurut Pedle et al.(2008) data merupakan metode yang digunakan
yang masih dalam bentuk asli atau raw untuk mengukur tingkat akurasi
data tidak sesuai untuk ekstraksi contohnya penelitian Gao dan Zhang
informasi terkait aplikasi dalam kajian (2009) dan Riano et al. (2003).
hutan. Lebih lanjut lagi, informasi Asumsi metode statistik ini adalah
indeks vegetasi secara spektral citra yang telah terkoreksi akan
tergantung dari cara pendefinisian memiliki nilai pantulan spektral yang
indeks vegetasi tersebut. Indeks sama pada arah hadap lereng yang
vegetasi yang didefinisikan oleh nilai berbeda jika objek sama.
piksel (nilai dijital), radiansi TOA Uji akurasi lain menurut,
(Top of Atmosferic), reflektansi TOA, Ediriweera et al. (2013) adalah dengan
hasil koreksi atmosferik, maupun hasil secara langsung membandingkan
koreksi topografi memiliki informasi dampak level koreksi terhadap akurasi
yang berbeda beda. Asumsi yang estimasi variabel biofisik contohnya
digunakan adalah semakin presisi tutupan vegetasi karena efek topografi
pengukuran nilai pantulan spektral tidak hanya mengubah intensitas
maka semakin baik dalam melakukan pencahayan medan tetapi juga
prediksi variabel biofisik vegetasi. merubah muatan biofisik vegetasi.
Koreksi radiometri dalam Penelitian ini menggunakan parameter
penelitian ini hanya sampai koreksi biofisik yang diturunkan melalui
topografi. Berbagai koreksi topografi tutupan vegetasi yaitu biomassa
sudah dikembangkan untuk tegakan di atas permukaan tanah. Uji

3
akurasi dilakukan dengan menghitung radiansi spektral Landsat
mengintegrasikan produk data 8:
penginderaan jauh (indeks vegetasi) L λ =ML∗Q cal +AL
dan data lapangan melalui pengukuran
alometri.
Berdasarkan penelitian – ML = Band-specific multiplicative
penelitian terdahulu pada hanya rescaling factor, AL = Band-specific
menggunakan analisis statistik citra additive rescaling factor, Qcal = Nilai
dan menunjukkan bahwa pengaruh Dijital (DN). Berikutnya adalah
topografi mampu mengurangi formula at sensor reflectance tanpa
pengaruh koreksi topografi secara memertimbangkan faktor atmosfer :
signifikan. Penelitian ini mengambil
sebuah hipotesis bahwa koreksi
ρ p =(π∗L λ ∗d2)/(ESUN λ ∗cosθs)
topografi mampu meninggakatkan
nilai akurasi uji akurasi secara
signifikan yang dalam penelitian ini
ρp = pantulan pada sensor, Lλ =
dibatasi sebesar 5%.
radiansi spektral, d = jarak bumi-
matahari satuan astronomi, ESUNλ =
METODE PENELITIAN Mean solar exo-atmospheric
irradiances, θs = sudut zenit matahari
Penelitian ini menggunakan citra dalam derajat (°) , yang sama dengan,
Landsat 8 path/row 119/65 tanggal θs = 90° - θe , dimana θe adalah Sun
perekaman 23 Juni 2015 dan elevation. Koreksi atmosfer yang
menggunakan peta Topografi AMS digunkana dalam penelitian ini adalah
(Army Map Service) : lembar 50/XLII DOS 1, berikut adalah formulanya :
– A dan lembar 50/XLI – C sebagai
pembentuk data DEM. Secara umum
daerah kajian terletak pada ketinggian ρ=[π∗(Lλ−Lp)∗d2]/[Tv∗((ESUNλ∗c
748 mdpal hingga 3264 mdpal pada osθs∗Tz)+Edown)]
Gunung Lawu, sedangkan 748 mdpal
hingga 2240 mdpal pada Gunung
Djobolarangan. Lp = the path radiance, Tv = the
Pemodelan dilakukan mulai dari atmospheric transmittance in the
DN, rediance at sensor, reflectance at viewing direction, Tz = the
sensor, koreksi atmosferik (DOS1), atmospheric transmittance in the
dan koreksi topografi C, Minnaert, illumination direction, Edown = the
SCS + C, Minnaert + SCS, dan downwelling diffuse irradiance.
VECA. Pertama adalah Koreksi Langkah pertama untuk
Radiansi (DN menjadi at-sensor memodelkan koreksi topografi adalah
radiance). Radiansi spektral (Lλ) pada menghitung incident angle (sudut
sensor diukur dalam W/(m2 * ster * antara radiansi matahari dan normal
μm). Berikut adalah formula untuk permukaan lokal) melalui persamaan :

4
cosi = cosθ s * cosS + pada permukaan miring, e dapat
disamakan dengan S yaitu kemiringan
sinθ s* sinS * cos(φ s – A)
lereng karena Landsat 8 memiliki
sudut perekaman yang sempit.
dimana, i = solar incident angle, θs = Koefisien k adalah slope hasil regresi
sudut zenit matahari, S = kemiringan linier yang diperoleh dari
lereng, φs = sudut azimuth matahari, log(cosi*cose) pada sumbu x dan
dan A = aspek (arah hadap lereng). log(L*cosе) pada sumbu y.
Penelitian ini menggunkan lima
metode koreksi topografi yaitu C, Tabel 1. Koreksi topografi
SCS+C, Minnaert, Minnaert + SCS,
dan VECA. Koefisien C, Metode
koreksi C dan SCS + C,
dikalkulasikan melalui regresi linier
antara pantulan sebelum dikoreksi
topografi (ρ) dan solar incident angle
(i) :
ρ = a + bcosi
Hasil setiap saluran yang sudah
terkoreksi akan dimasukkan pada
Persamaan regresi a + bcosi persamaan indeks vegetasi. Terdapat
merupakan koefisien pembagi ρ ̅ (nilai lima indeks vegetasi yang digunakan
rata – rata ρ), sedangkan C dapat yang mempertimbangkan berbagai
dicari menggunakan persamaan, gangguan tanah maupun atmosfer.

C = a/b Tabel 2. Indeks Vegetasi

Metode koreksi Minnaert dan


Minnaert + SCS memiliki koefisien k
yang mempresentasikan model
pantulan non-Lambretian yang
memiliki rentang nilai 0 – 1. Koefisien
k tergantung dari penutup lahan dan
saluran citra, dan dapat dihitung Pembuatan model biomassa
menggunakan regresi linier yang membutuhkan informasi diameter
diubah kedalam bentuk logaritmik, pohon yang kemudian akan digunakan
sehingga bentunya adalah bersama dengan indeks vegetasi untuk
log(L*cosе) =k*log(cosi*cose) + membangun model biomassa. Metode
alometri digunakan untuk mengukur
logL n biomassa lapangan. Berikut adalah
dimana, L adalah radiansi sebelum formulanya :
koreksi atau dapat berupa ρ pantulan Y = 42.69-12.800(D)+1.242(D2)

5
Dimana Y adalah biomassa dan D piksel citra dengan cosinus incident
adalah diameter batang setinggi 1,3 m. angle. Analisis statistiknya dapat
Terdapat beberapa cara dalam diperoleh dari regresi antara nilai
menilai hasil kualitas koreksi pada piksel citra (terkoreksi dan belum
saluran tunggal citra (Gao, 2009). Cara terkoreksi topografi) dengan cosinus
tersebut dapat berupa perbandingan incident angle.
secara visual maupun analisis statistik.
Analisis secara visual dilakukan Tabel 5. . Korelasi (r) antara incident
dengan diagram pencar (scatter plot) angle dan DN, At sensor radiance, At
dan penyesuaian garis dari pantulan ρ sensor reflectance, Atmosferik, dan
dan cosi. Analisis statistik Koreksi Topografi
menggunakan persamaan regresi
pantulan ρ dan cosi untuk menentukan
slope m dan koefisien korelasi r.
Uji akurasi menggunakan standart
error of estimate yang kemudian
diubah kedalam bentuk persen
(Wicaksono, 2011) seperti pada tabel
3. Di bawah.

Tabel 4. Uji Akurasi Berdasarkan tabel 5. Citra yang


belum dikoreksi topografi , yaitu nilai
asli perekaman (DN), koreksi at sensor
radiance (RD), koreksi at sensor
reflectance (RF), dan koreksi
Atmosferik (ATM) memiliki nilai
korelasi r yang tinggi pada setiap
saluran. Nilai r tersebut menunjukkan
topografi wilayah memiliki pengaruh
HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap nilai piksel citra dan perlu
Hasil koreksi pada setiap saluran citra untuk dilakukan koreksi topografi.
yang telah terkoreksi dan belum Hasil korelasi setelah dikoreksi
terkoreksi topografi para peneliti topografi (C, Minnaert, SCS +C,
sebelumnya menggunakan analisis Minnaert + SCS, dan VECA)
statistik pada piksel citra. Berdasarkan menunjukkan adanya penurunan nilai r
Holben dan Justice (1980), nilai piksel yang cukup signifikan, yang berarti
citra memiliki korelasi yang tinggi bahwa pengaruh lokasi dan kondisi
dengan cosinus incident angle topografi wilayah kajian terhadap nilai
matahari pada wilayah yang memiliki piksel sudah hilang, sehingga pantulan
topografi bervariasi, dan koreksi objek yang sama pada lokasi yang
topografi yang berhasil seharusnya berbeda dapat memiliki nilai yang
mampu mengurangi atau sama.
memperlemah hubungan antara nilai

6
pengaruh secara visual statistik Koreksi topografi pada indeks
citra dapat dilihat pada gambar 1. vegetasi yang bersifat rasio tidak
scatterplot regeresi antara incident memiliki pengaruh yang cukup
angle dan nilai piksel citra. signifikan. Tabel 6. menunjukkan
indeks vegetasi RVI dan NDVI pada
level koreksi atmosferik memiliki nilai
korelasi yang lebih kecil daripada
setelah dikoreksi topografi. Nilai
Koreksi kelompok indeks vegetasi
yang bersifat non – rasio (SAVI dan
EVI) menunjukkan adanya pengaruh
topografi yang cukup signifikan. Hal
tersebut dapat dilihat pada nilai
korelasi yang tinggi pada level koreksi
Gambar 1. Scatterplots dan garis regresi linier
antara incident angle dan nilai piksel pada atmosferik dan at sensor reflectance
setiap level koreksi dengan nilai korelasi lebih dari 0.4,
sedangkan setelah dilakukan koreksi
Tabel 6. Koefisien korelasi (r) dan topografi nilai korelasi menjadi
slope (m) antara incident angle dan rendah. Nilai korelasi ARVI pada
DN, At sensor radiance, At sensor level koreksi atmosferik
reflectance, Atmosferik, dan Koreksi menununjukkan pengaruh topografi
Topografi yang tidak sebesar indeks vegetasi
non – rasio dan tidak terlalu kecil
seperti indeks vegetasi rasio. Tetapi
tetap ada pengurangan pengaruh
topografi setelah dikoreksi topografi.
Analisis setelah pembuatan model
biomassa melalui regresi adalah uji
akurasi hasil pemodelan biomassa,
dimana sebagai tolak ukur untuk
mengetahui tingkat ketelitian model
biomassa.
Berdasarkan tabel 6. secara
keseluruhan analisis dapat dibagi Tabel 7. Nilai Uji Akurasi DN
menjadi tiga kelompok indeks
vegetasi, yaitu indeks vegetasi yang
bersifat rasio (RVI dan NDVI), indeks
vegetasi bersifat non – rasio (SAVI
dan EVI), dan indeks vegetasi semi-
rasio (ARVI). . Secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga kelompok berdasarakan
tabel 7. untuk menganalisis akurasi

7
indeks vegetasi berdsarkan level
koreksi, yaitu indeks vegetasi rasio
(RVI dan NDVI), semi rasio (ARVI),
dan non – rasio (SAVI dan EVI).
Hipotesis awal dalam penelitian ini Gambar 3. Grafik variasi nilai Akurasi model
adalah koreksi topografi dapat biomassa yang dihasilkan menggunakan
meningkatkan tingkat akurasi indeks beberapa level koreksi radiometrik pada
indeks vegetasi SAVI dan EVI
vegetasi dalam estimasi biomassa
sebesar 5% pada tingkat signifikasni Penolakan hipotesis awal
95%. Indeks vegetasi rasio disebabkan karena hasil peningkatan
berdasarkan tabel 7. menunjukkan nilai akurasi indeks vegetasi non –
hipotesis awal dalam penelitian ini rasio tidak mampu mencapai 5%,
ditolak. Koreksi topografi pada indeks hanya berkisar 1,45 % untuk koreksi
vegetasi rasio tidak mampu menaikkan C; 3,45% untuk koreksi Minnaert dan
nilai akurasi dan cendrung memiliki Minnaert + SCS; 2,33 untuk SCS + C
nilai yang lebih rendah atau sama, dan VECA. Gambar 4. merupakan
seperti ditunjukkan nilai akurasi biomassa hasil pemodelan EVI dari
koreksi radian dan reflektan memiliki berbagai jenis koreksi radiometri,
nilai yang lebih tinggi (70,00 %) dimana merupakan indeks vegetasi
daripada semua koreksi topografi dengan nilai akurasi paling pada
(68,00 % – 70,00 %). Lebih jelas indeks vegetasi non – rasio
dapat dilihat pada grafik di bawah.

Gambar 2. Grafik variasi nilai Akurasi


model biomassa yang dihasilkan
menggunakan beberapa level koreksi
radiometrik pada indeks vegetasi RVI dan Gambar 4. Persebaran biomassa hasil
NDVI pemodelan indeks vegetasi EVI melalui a)
koreksi Atmosferik, b) SCS+C, dan c)M +
Hasil uji akurasi indeks vegetasi SCS
non – rasio berdasarkan tabel 7.
menunjukkan bahwa hipotesis awal Hipotesis awal yang menyatakan
yang menyatakan ada peningkatan ada peningkatan akurasi sebesar 5%
akurasi sebesar 5% pada signifikansi pada signifikansi 95% tidak terpenuhi
95% tidak terpenuhi. Nilai akurasi pada indeks vegetasi semi rasio. Hasil
indeks vegetasi rasio seperti terlihat indeks vegetasi semi rasio berdasarkan
pada gambar 3. menunjukkan adanya tabel 7. menunjukkan nilai akurasi
peningkatan nilai akurasi setelah tertinggi dimiliki oleh DN,
dilakukan koreksi topografi. sedangakan koreksi atmosferik dan
topografi memiliki nilai lebih rendah.

8
Koreksi topografi meskipun meskipun begitu koreksi topografi
mengalami kenaikan akurasi dari mampu menekan pengaruh topografi
koreksi atmosferik tetapi hanya tersebut. Pada tahap analisis uji
sebesar 3,30%. akurasi, Hipotesis awal penelitian
ditolak karena koreksi topografi tidak
mampu meningkatkan akurasi
biomassa tegakan di atas permukaan
tanah sebesar 5% pada tingkat
signifikansi 95% pada seluruh indeks
vegetasi.

DAFTAR PUSTAKA
Gambar 5.31. Grafik variasi nilai Akurasi Dymond, J.R., dan Shepherherd, J.D.
model biomassa yang dihasilkan
menggunakan beberapa level koreksi
1999. Correction of Topographic
radiometri pada indeks vegetasi ARVI Effect in Remote Sensing. IEEE
Transactions on Geosciene and
Remote Sensing., vol. 37,
KESIMPULAN pp.2618-2620.
Berdasarkan hasil penelitian dan Ediriweera, S., Pathirana, S., Danaher,
pembahasan yang telah dijelaskan T., Nichols, D., dan Moffiet,
pada bab sebelumnya, maka dapat Trevor.2013. Evaluation of
diambil kesimpulan bahwa Koreksi Different Topographic
topografi C, Minnaert, SCS + C, Correction for Landsat TM Data
Minnaert + SCS, dan VECA mampu by Prediction of Foliage
menghilangkan pengaruh topografi Projective Cover (FPC) in
secara pada setiap saluran citra Topographically Complex
ditunjukkan memalui grafik kurva fit Landscapes. Remote Sens., vol
regresi dan nilai korelasi antara 5, pp. 676-6789
incident angle dan nilai piksel citra
koreksi topografi lebih rendah Gao, Y., dan Zhang, W. 2009. LULC
daripada sebelum dikoreksi topografi. Classification and Topographic
Sedangkan Koreksi topografi C, Correction of Landsat-7 ETM+
Minnaert, SCS + C, Minnaert + SCS, Imagery in the Yangjia River
dan VECA tidak mampu Watershed : the Influence of
menghilangkan pengaruh topografi DEM Resolution. Sensor., vol.
pada indeks vegetasi rasio dan berlaku 9, pp. 1980-1995.
sebaliknya. Pengaruh topografi pada
Hugli, H., dan Frei, W. 1983.
indeks vegetasi non – rasio yang
Understanding Anisotropic
signifikan mampu diminimalisir
Reflectance in Montainous
dengan koreksi topografi. . Indeks
Terrain., Photogramm. Eng.
vegetasi semi rasio memiliki pengaruh
Remote Sens., vol 49, pp. 671-
topografi yang tidak terlalu signifikan,
683.

9
Jensen, J.R. 2013. Remote Sensing of
the Environment: an Earth
Resource Perspective. Upper
Saddle River, NJ : Prentice Hall
Lee, N.J., dan Nakane K.2008. Forest
vegetation Classification and
biomass Estimation based on
Landsat TM in Mountainous
Region of West Japan. Forestry
Sciences., 50, pp. 159-171.
Lillesand, T.M., Kiefer, R.W.,
Chipman, J.W. 2004. Remote
Sensing and Image
Interpretation. Hoboken, NJ :
Wiley
Mather, P.M dan Tso, B.2009.
Classification Method for
Remotely Sensed Data (Second
Edition). Boca Raton : CRC
Press
Peddle, D.R., Teillet, T.M., dan
Wulder, M.A. 2003.
Radiometric Image Processing.
Halaman 181-208 (chapter 7)
dalam M.A. Wulder and S.E.
Franklin, editors. Remote
Sensing of Forest Environments:
Concepts and Case Studies.
Boston : Kluwer Academic
Publishers
Sutaryo, D. 2009. Penghitungan
Biomassa: Sebuah Pengantar
Untuk Studi Karbon dan
Perdagangan Karbon. Bogor :
Wetland Internasional Program

10

Anda mungkin juga menyukai