Review Jurnal
Review Jurnal
KLINIS “TEMA”
Disusun Oleh:
Nama :
Theresia
Alemina
Ginting
Kelas : C
Nim :
P0122262
KELAS A
PROGRAM STUDI
PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SEBELAS
MARET TAHUN 2024
I. JURNAL 1
Judul EKSISTENSI KESENIAN BESUTAN SEBAGAI IDENTITAS
BUDAYA KABUPATEN JOMBANG
Tahun 2021
Tanggal 14 October
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis eksistensi kesenian Besutan di Kabupaten Jombang. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa pengamatan, wawancara, dokumentasi, dan divalidasi menggunakan triangulasi. Data yang telah berhasil
dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan konsep analisis data model interaktif. Hasil penelitian menyatakan
bahwa kesenian besutan merupakan kesenian tradisional yang muncul pada tahun 1907. Besutan pertama kali
dibawakan oleh Pak Santik dengan cara amen atau berkeliling dari rumah ke rumah dengan menghias dirinya dengan
cara mencoret- coret wajahnya. Namun sekarang kesenian Besutan menjadi kesenian yang jarang ditemui, oleh
karena itu pemerintah dan pelaku seni melakukan berbagai upaya agar kesenian Besutan menjadi kesenian yang tetap
ada dan dinikmati oleh semua masyarakat terutama masyarakat Kabupaten Jombang.
Abstract
This research aims to analyze the existence of Besutan art in the Jombang Regency. This study uses descriptive
qualitative research methods. The data collection techniques used in this study are observation, interview,
documentation, and validated using triangulation. The data that has been successfully collected is then analyzed using
Miles and Huberman analysis concepts. The study results stated that the art of besutan is a traditional art that
appeared in 1907. Besutan was first performed by Mr. Santik by amen or traveling from house to house by decorating
himself by scribbling his face. Nevertheless, now besutan art becomes a rare art. Therefore the government and art
actors make various efforts to make besutan art become an art that remains and enjoyed by all communities,
especially the people of Jombang Regency.
dihayati oleh masyarakat di lingkungannya, dan menginginkan keberadaan kesenian ini sehingga
berkembang sesuai dengan perkembangan pemerintah berupaya agar kesenian ini tidak
lingkungannya. Besutan merupakan sebuah punah (Septiyan, 2016).
drama tradisional yang menggambarkan Berdasarkan pertimbangan dari
kehidupan sehari-hari dari potret kehidupan penelitian di atas maka peneliti tertarik untuk
masyarakat Jombang. Besutan banyak mengkaji tentang “Eksistensi Kesenian Besutan
menggambarkan tentang keadaan sosial yang sebagai Identitas Budaya Kabupaten Jombang”.
terjadi dalam masyarakat. Kesenian Besutan ini Alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah
dipercaya masyarakat mengandung pesan- keberadaan kesenian Besutan yang sudah jarang
pesan sindiran yang saat itu ditujukan kepada ditemui di era saat ini. Di mana seharusnya
pemerintah kolonial maupun keadaan ekonomi kesenian Besutan ini menjadi identitas budaya
yang tidak baik (Damayanti, 2007). Besutan masyarakat Jombang yang harus dilestarikan.
saat itu menjadi sarana penyampaian aspirasi Mulai dari mengkaji sejarah kesenian Besutan,
masyarakat untuk pemerintah dan kebijakannya. bentuk penyajian Kesenian Besutan, upaya yang
Dengan lawakan jenaka, penonton di bawa dilakukan pemerintah dan pelaku seni dalam
untuk melihat kejadian yang ada dalam mempertahankan kesenian Besutan, serta
masyarakat dan masalah- masalah yang pertimbangan mengundang kesenian Besutan.
berkembang di masyarakat yang belum teratasi.
Kesenian Besutan saat itu juga memiliki fungsi METODE
lain yaitu sebagai sarana ritual atau religi, Penelitian ini menggunakan pendekatan
sarana pendidikan, dan media hiburan dan penelitian kualitatif.
sebagai sarana penyalur informasi yang efektif Pendekatan kualitatif memusatkan pada prinsip
untuk menyampaikan program dan kebijakan umum yang mendasari perwujudan sebuah
pemerintah kepada masyarakat. Inilah alasan makna dari gejala sosial di masyarakat (Bungin,
kenapa kesenian Besutan sangat diinginkan 2017). Terkait dengan kajian tersebut penelitian
untuk kembali aktif (Anggita, 2013). ini bertujuan untuk menggambarkan tentang
Kesenian Besutan menjadi ikon budaya bagaimana eksistensi kesenian Besutan yang
Kabupaten Jombang maka seharusnya kesenian ada di Kabupaten Jombang. Jenis penelitian ini
Besutan harus tetap ada namun saat ini kesenian menggunakan penelitian fenomenologi.
Besutan tengah mengalami permasalahan yang Fenomenologi merupakan sudut pandang yang
sama dengan kesenian atau kebudayaan daerah fokus terhadap pengalaman- pengalaman
lain yang ada di Indonesia yaitu kesenian ini individu dan interpretasi dunia. Femonenologi
mulai punah akibat tidak adanya generasi juga dimaknai sebagai metode dalam mencari
penerus dan tergerus oleh arus perkembangan makna-makna psikologis yang membentuk
zaman yang semakin modern (Rifanti, 2017). gejala melalui investigasi dan analisis contoh-
Proses regenerasi yang tidak berjalan contoh gejala yang dialami oleh partisipan
dalam hal pelaku seni di Jombang menjadi salah (Mujib, 2015). Penelitian fenomenologi tidak
satu penyebab kurangnya minat pada kesenian memberikan perlakuan manipulasi atau
tradisional khususnya Besutan (Firmansyah, pengubahan pada subjek yang diteliti,
2015). Pemerintah Kabupaten Jombang melainkan menggambarkan suatu kondisi yang
menginginkan kembalinya kesenian Besutan apa adanya. Satu-satunya perlakuan yang
untuk dinikmati kembali oleh masyarakat diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang
Kabupaten Jombang. dilakukan melalui observasi, wawancara, dan
Tak hanya kesenian Besutan beberapa dokumentasi (Bungin, 2017). Pilihan terhadap
kesenian lain juga terancam keberadaannya jenis penelitian ini, dikarenakan fenomena yang
karena pengaruh globalisasi. Beberapa akan diteliti merupakan suatu kajian yang unik,
diantaranya adalah kesenian Gambang serta membutuhkan pengkajian yang mendalam.
Semarang. Gambang Semarang adalah kesenian Penelitian ini digunakan untuk menggambarkan
rakyat yang menjadi kesenian elit menjadikan kesenian Besutan mulai dari sejarah kesenian
masyarakat tidak begitu mengenal kesenian ini. Besutan di Kabupaten Jombang,
Beberpa masyarakat masih penyajian pertunjukan seni
Besutan di Kabupaten Jombang, upaya
pelestarian kesenian
Besutan di ketahui sebagai kesenian teater penokohan dan lakon yang dipentaskan
rakyat yang ada mulai tahun 1907. Pada saat itu (Anggita, 2013). Adapun ciri-ciri Besutan yang
pemain Besutan tampil dengan mencoret-coret kemudian terdapat pada Ludruk yang
wajahnya yang disebut Wong Lorek atau orang selanjutnya adalah penari remo, kidungan, dan
yang penuh dengan coretan (Damayanti, 2007). tokoh pelawak.
Karena adanya variasi Bahasa maka kata Lorek Besutan muncul pertama kali pada
berubah menjadi Lerok, kata lerok diambil dari masa penjajahan Belanda dan mulai
kata lira, yaitu alat musik yang berbentuk disempurnakan pada masa penjajahan Jepang
seperti kecapi (cimplung siter) yang dipetik oleh (Anggita, 2013). Pada saat itu Besutan
Besut sambil bersenandung mengungkapkan isi digunakan sebagai kritik sosial dan
hati. Lerok merupakan kesenian yang penyampaian keluhan masyarakat karena cerita
menampilkan kesenian teater sederhana. yang diangkat berasal dari kehidupan sehari-hari
Besutan adalah kesenian teater yang masyarakat. Dalam
berkembang dari kisah-kisah masyarakatnya pementasannya, Besutan selalu menampilkan
dan terus berkembang seiring dengan tiga karakter/tokoh utama yang selalu ada di
perkembangan masyarakatnya. setiap cerita atau naskah, yaitu Besut, Man
Alur cerita Besutan lahir dari spontanitas Gondo, Rusmini. Syarat untuk bisa memerankan
pemainnya yang di ditunjukkan dengan tubuh tokoh cerita dalam Besutan adalah para pemain
sebagai media utamanya. Unsur teater yang ada harus bisa menari, ngidung, mengetahui irama
dalam kesenian Besutan adalah pelaku, naskah, gending atau gamelan (Darmawan &
panggung, sutradara, pakaian, Wahyurini, 2016).
perlengkapan, dan penonton (Damayanti, 2007). Bentuk kesenian Besutan berubah
Besutan digunakan sebagai media penyampaian menjadi kesenian Ludruk dengan bentuk
pesan perjuangan kepada masyarakat, pementasan sandiwara dengan tokoh yang
perjuangan melawan penjajah. Cerita dalam semakin bertambah jumlahnya. Bentuk ini tetap
Besutan bermaksud membawa pesan mempertahankan ciri khas Besutan seperti tarian
tersembunyi semacam kritik yang penuh dengan ngremo, kidungan, dagelan, dan cerita (lakon).
simbol-simbol yang ditujukan kepada Inilah yang mendasari bahwa cikal bakal
pemerintah pada jaman itu dengan dibumbui Kesenian Ludruk berasal dari Kesenian Besutan
kreatifitas seni (Indarti, 2008). (Damayanti, 2007).
Terjadi penambahan lakon atau tokoh
yang dilakukan pada kesenian Lerok ini, adanya
penambahan lakon atau tokoh membuat Lerok
berganti nama menjadi Besutan. Besut sendiri
berarti beto maksud (membawa pesan), namun
ada pula yang menyebutkan bahwa “Besut”
berasal dari kata “besot” (menari) (Darmawan
& Wahyurini, 2016). Selain itu, menurut Tajuk,
“Besut” artinya adalah “bebet sing
bermaksud” (lilitan kain yang memiliki
maksud).
Besutan pada dasarnya merupakan
kelanjutan Lerok yang mendapat pengaruh
dalam gaya dan pementasan dari Komedie
Stamboel Jawi. Komedi Stamboel Jawi
adalah kelompok drama modern yang pertama
kali hadir di panggung pertunjukan Indonesia,
yang berdiri di Surabaya. Pengaruh Komedie
Stamboel Jawi ternyata juga sangat kuat dalam
perkembangan Besutan, sehingga Besutan Gambar 1. Alur Perkembangan Lerok -
akhirnya mengalami perubahan besar, terutama Besutan - Ludruk
dalam pemasukan unsur-unsur drama yang
bersifat lebih modern. Misalnya dalam Bentuk Penyajian Kesenian Besutan
Ada beberapa unsur pendukung dalam
pelaksanaan kesenian Besutan mulai dari
tempat pertunjukan, tata rias para pemain, tata
busana atau kostum para
perkembangannya tokoh Rusmini memakai tata menggambarkan sifat Besut dan juga memiliki
rias tipis namun tetap menonjolkan maksud tertentu yang ingin disampaikan kepada
kecantikannya, Rusmini digambarkan sebagai penonton agar dapat memahami cerita.
wanita yang sederhana namun tegas. Untuk
penggambaran tokoh yang lain disesuaikan Alat Musik Penggiring dalam Kesenian
dengan naskah dan karakter yang akan mereka Besutan
tampilkan. Musik penggiring dalam suatu
kesenian di anggap sebagai pendukung kesenian
Tata Busana atau Kostum Para Pemain yang berperan penting untuk membawa suasana
Besutan agar para penonton lebih menikmati alur cerita
Pakaian pentas atau kostum adalah yang disampaikan oleh para pemain. Bentuk
pakaian dan perlengkapan yang digunakan oleh awal iringan musik dalam kesenian Besutan
seorang pemain dalam sebuah pementasan. hanya menggunakan mulut, dilanjutkan dengan
Kostum terdiri dari pakaian yang biasa membawa satu alat musik yaitu kempul
digunakan oleh para pemain untuk mendukung (Anggita, 2013). Besutan yang awalnya
cerita yang akan dibawakan. Kostum digunakan berkeliling dari rumah ke rumah hanya dengan
dengan tujuan agar penonton dapat melihat membawa satu alat musik sebagai penggiring
karakter dari para pemain dan membantu kini mulai berkembang dengan menambah alat
memperlihatkan apa yang ingin disampaikan musik penggiringnya. Seiring berjalannya waktu
pemain kepada penonton (Damayanti, 2007). dan kesenian Besutan yang sudah menjadi
Selain diperlukan penghayatan jiwa, pakaian kesenian yang diundang dan sudah
juga sangat diperlukan untuk menyampaikan disempurnakan, alat musik penggiring dalam
atau mengomunikasikan makna lakon yang kesenian Besutan juga disempurnakan menjadi
ditampilkan. gamelan Jawa lengkap berlaras slendro.
Pakaian atau kostum yang digunakan
oleh kesenian Besutan dijelaskan bahwa hanya Urutan Pementasan dalam Kesenian Besutan
kostum Besut saja yang mempunyai pakaian Urutan pementasan adalah jalannya
pakem, pakaian pemain lain disesuaikan dengan pertunjukan mulai dari awal sampai selesai.
cerita yang ingin disampaikan. Kostum yang Pada kesenian Besutan tidak mempunyai urutan
digunakan oleh Besut dalam setiap kesenian yang pakem, namun tata urutan yang lebih
Besutan adalah bebet atau kain putih yang sering dipakai adalah tata urutan yang saat ini
dililit, memakai celana hitam, sampur atau sering di pertunjukan dalam kesenian Besutan.
selendang merah, topi Turki merah, dan tali Tata urutan penampilan kesenian Besutan selalu
lawe yang di ikat di pinggangnya (Anggita, diawali dengan semacam ritual yang yang
2013). Setiap pakaian memiliki makna berfungsi sebagai pembuka (Nasrulloh, 2011).
tersendiri, begitu juga penggunaan warna Ritual dilakukan untuk menghormati
pakaian yang digunakan. pengundang dan penonton kesenian Besutan.
Simbol dan makna warna busana Besut Ritual yang dilakukan adalah dengan
yang pertama adalah warna merah menyembah empat arah mata angin Setelah
melambangkan keberanian yaitu berani karena ritual dilakukan maka pertunjukan Kesenian
benar, sedangkan warna putih simbol suci yaitu Besutan dimulai.
suci dalam niat, dan warna hitam simbol Pada awal pertunjukan Besutan,
ketegasan yaitu tegas dalam tindakan. Simbol Pembawa Obor masuk ke tengah arena diikuti
dan makna busana pokok dan pelengkap Besut yang masuk ke arena dengan cara ngesot
Besutan yang pertama adalah Bebet simbol atau berjalan sambil duduk dengan keadaan
pelindung raga yaitu melindungi badan, celana mata tertutup dan mulut tersumpal oleh susur.
sebagai simbol energik artinya aktif dalam Besut mulai meraba letak obor dan mematikan
tindakan, kemudian topi sebagai simbol obor dengan susur yang diambil dalam
pelindung pustaka artinya melindungi akal mulutnya. Hal ini menggambarkan seseorang
pikiran, sampur sebagai simbol kesempurnaan yang ingin bangkit dari keterpurukan, api
artinya kesempurnaan adalah tujuan, dan diartikan sebagai permasalahan yang harus
terakhir tali lawe simbol persatuan artinya dipadamkan atau diselesaikan. Setelah
persatuan kembali merebut kemerdekaan (Putri,
2016). Pakaian yang digunakan Besut
obor padam Besut membuka penutup dan mulai Tabel 1. Upaya Mempertahankan Kesenian
menari-nari. Tarian yang dilakukan oleh Besut Besutan
adalah tari remo, tarian ini menggambarkan Upaya Pemerintah Upaya Pelaku Seni
kesenangan Besut karena telah berhasil 1. Membentuk Dewan 1. Menampilkan
memadamkan obor. Kemudian acara berlanjut Kesenian yang kesenian Besutan
dengan kidungan, yaitu nyanyian yang digunakan sebagai dengan konsep
mengandung pesan baik pesan ajakan atau wadah bagi semua lebih modern namun
pesan larangan. Kidungan dilakukan sahut- kesenian tradisional tidak meninggalkan
milik Kabupaten unsur tradisionalnya
sahutan antara pemain, pemain dengan
Jombang
pengrawit atau penggiring musik, dan juga 2. Memasukkan materi 2. Membentuk suatu
antara pemain dengan penonton, dilanjutkan Besutan ke dalam wadah agar
dengan kidungan jula-juli. Setelah semua kurikulum Seni Budaya kesenian Besutan
rangkaian acara sudah dilakukan maka (muatan lokal) sekolah ini bisa
pertunjukan terakhir adalah masuk ke dalam menengah di Jombang diperkenalkan
cerita. Cerita yang disajikan dalam kesenian 3. Mendaftarkan kepada masyarakat
Besutan disesuaikan dengan tema acara atau kesenian Besutan dan bahkan kepada
sesuai dengan permintaan pengundang sebagai Aset Budaya generasi muda
milik Kabupaten
(Damayanti, 2007). Tema cerita dalam kesenian Jombang
Besutan mengambil dari kisah sehari-hari
masyarakat. Jika cerita sudah selesai maka
Pemerintah Kabupaten Jombang sudah
selesai pula pertunjukan kesenian Besutan.
berusaha menggiatkan kembali kesenian ini
Besutan tidak memiliki urutan tampil yang
dengan membentuk dewan kesenian yang
pakem namun urutan tampil yang sering
digunakan sebagai wadah bagi semua kesenian
dilakukan yaitu ritual, pembawa obor dan Besut
tradisional milik Kabupaten Jombang agar
yang memasuki arena pertunjukan, menari,
lebih diperhatikan dan dilestarikan
kidungan, dan masuk ke dalam cerita yang
keberadaannya. Pemerintah Kabupaten
akan ditampilkan.
Jombang juga telah mendaftarkan kesenian
Besutan sebagai Aset Budaya tak Benda milik
Upaya Pelaku Seni Dan Pemerintah
Kabupaten Jombang agar upaya dalam
Kabupaten Jombang Dalam
pelestarian kesenian Besutan lebih maksimal
Mempertahankan Kesenian Besutan
(Supriadi, 2012). Dengan mendaftarkan
Agar Tetap Eksis Di Era Saat Ini
kesenian Besutan ke dalam aset budaya tak
Kesenian Besutan tengah mengalami
benda yang harus dilindungi membuat kesenian
permasalahan yang sama dengan kesenian atau
Besutan mendapat perhatian yang lebih dari
kebudayaan daerah lain yang ada di Indonesia,
pemerintah. Pemerintah Kabupaten Jombang
yaitu kesenian ini mulai punah akibat tidak
juga mengupayakan kelestarian kesenian
adanya generasi penerus dan tergerus oleh arus
Besutan ini dengan memasukkan materi Besutan
perkembangan zaman yang semakin modern
ke dalam kurikulum Seni Budaya (muatan
(Rifanti, 2017). Proses regenerasi yang tidak
lokal) sekolah menengah di Jombang
berjalan dalam hal pelaku seni di Jombang
(Darmawan & Wahyurini, 2016). Namun
menjadi salah satu penyebab kurangnya minat
dalam pelaksanaannya masih perlu pengkajian
pada kesenian tradisional khususnya Besutan
lebih dalam lagi, karena minimnya sumber dan
(Firmansyah, 2015). Pelaku seni yang bergerak
materi Besutan yang tersedia
dalam bidang ini juga semakin berkurang,
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah
tercatat jumlah pelaku seni di Jombang semakin
tidak akan cukup dalam mempertahankan
berkurang dihitung mulai tahun 2008 (RPJMD
kesenian Besutan di Kabupaten Jombang. Oleh
Kabupaten Jombang, 2019). Pemerintah
karena itu perlu upaya dari pelaku seni di
Kabupaten Jombang menginginkan kembalinya
Kabupaten Jombang untuk ikut serta dalam
kesenian Besutan untuk dinikmati kembali oleh
melestarikan dan menjaga kesenian Besutan.
masyarakat Kabupaten Jombang. Upaya-uapa
Upaya yang saat ini dilakukan oleh pelaku seni
dalam rangka mempertahankan Kesenian
yaitu, menampilkan kesenian Besutan dengan
Besutan dari pemerintah dan pelaku seni sepertit
konsep lebih modern namun tidak
terlihat pada Tabel 1.
meninggalkan unsur tradisionalnya agar bisa
dinikmati oleh generasi muda (Anggita, 2013).
Tak hanya itu, pelaku seni juga tertentu berupa sikap maupun tindakan (Mafis,
membentuk suatu wadah agar kesenian Besutan 2016).
ini bisa diperkenalkan kepada masyarakat dan Menurut para pengundang, ada
bahkan kepada generasi muda, salah satu wadah beberapa alasan mengapa kesenian Besutan
yang mereka bentuk yaitu Sanggar Komunitas menjadi kesenian yang diundang sebagai
Tombo Ati. Dengan adanya komunitas ini hiburan saat masyarakat memiliki hajatan.
pelaku seni bisa menampilkan kesenian Besutan Alasan pertama yaitu, kesenian Besutan
dalam beberapa acara yang bisa digunakan merupakan kesenian asli Kabupaten Jombang
sebagai upaya memperkenalkan kesenian yang sudah ada sejak zaman dahulu dan banyak
Besutan dan untuk menarik minat para generasi masyarakat sudah mengetahui tentang kesenian
muda untuk bergabung melestarikan kesenian ini sehingga akan lebih banyak orang yang
Besutan (Damayanti, menonton. Alasan ini termasuk dalam decision
2007). Usaha melestarikan dan menjaga value yaiyu pilihan yang berkaitan dengan
kesenian Besutan merupakan usaha yang cukup harapan secara umum mengenai daya tarik atau
sulit oleh karena dibutuhkan kerja sama dan daya tolak pada suatu objek pilihan (Kahneman
tanggung jawab bersama dari pemerintah, & Travesky, 1984). Kedua, kesenian Besutan
pelaku seni, serta masyarakat agar usaha cukup sederhana dalam persiapannya ataupun
mempertahankan dan melestarikan kesenian alat-alat pendukungnya sehingga tidak akan
Besutan bisa berjalan dengan baik. rumit dalam mengundang kesenian Besutan.
Ketiga, biaya mengundang kesenian Besutan
Pertimbangan Mengundang Kesenian cukup terjangkau dengan kualitas pertunjukan
Besutan yang tak kalah bagus dengan kesenian
Masyarakat pada umumnya akan tradisional lain. Beberapa alasan inilah yang
mengundang sebuah hiburan jika mereka membuat masyarakat mengundang kesenian
mengadakan hajatan, baik itu hajatan khitanan, Besutan (Anggita, 2013). Alasan keempat
perkawinan, nadzar atau punya janji, syukuran, adalah penyesuaian naskah atau alur cerita
pesta-pesta desa. Kesenian tradisional adalah dalam pertunjukan seni Besutan, naskah atau
hiburan yang paling sering di undang. Kesenian alur cerita dalam kesenian Besutan disesuaikan
Besutan termasuk salah satu kesenian dengan tema acara yang mengundang kesenian
tradisional yang di undang oleh masyarakat Besutan atau juga bisa disesuaikan dengan
sebagai hiburan di acara hajatan (Damayanti, permintaan pengundang.
2007). Seperti tradisi yang selalu dilakukan, Masyarakat akan cenderung memilih
mengundang kesenian tradisional untuk mengundang kesenian yang cukup sederhana
memeriahkan hajatan sudah seperti tradisi yang mengingat kesenian tradisional memiliki
selalu dilakukan oleh masyarakat terutama persiapan yang cukup rumit dengan adanya
masyarakat Jawa. Namun dalam menentukan ritual-ritual. Selain itu biaya juga
kesenian tradisional yang akan diundang mempengaruhi masyarakat dalam mengundang
merupakan tindakan yang penuh pertimbangan, sebuah kesenian tradisional. Alasan ketiga dan
karena kesenian tradisional di Kabupaten keempat termasuk pilihan yang dipengaruhi
Jombang cukup banyak. oleh experience value yaitu pilihan yang
Banyaknya pilihan yang tersedia terkait dengan kenikmatan atau kepedihan,
membuat masyarakat harus menentukan kepuasan atau kekecewaan pada suatu objek
pilihannya dengan berbagai pertimbangan. pilihannya (Kahneman & Travesky, 1984).
Rasionalitas muncul ketika dihadapkan dengan Berbagai macam pilihan inilah yang
banyaknya suatu pilihan-pilihan yang ada di membuat manusia membutuhkan suatu
depan mata, yang memberi kebebasan untuk tindakan. Tindakan-tindakan sosial ini
menentukan pilihan, dan menuntut adanya satu membawa manusia dalam suatu pilihan untuk
pilihan yang harus ditentukan. Suatu pilihan menentukan jalan hidupnya (Johnson, 1988).
dikatakan rasional bila pilihan tersebut diambil Banyaknya faktor penentu dalam pilihan yang
dengan maksud tertentu untuk akan diambil oleh individu menjadikan pilihan
memaksimalkan kebutuhannya. yang akan diambil menjadi sangat berkesan
Pilihan rasional yang diambil akan (Mafis, 2016). Menjadikan Besutan sebagai
menghasilkan konsekuensi salah satu pilihan kesenian tradisional yang
diundang dari sekian banyak kesenian
tradisional yang ada di Kabupaten Jombang kesenian Besutan menjadi identitas budaya
membuat kesenian Besutan ini pantas Kabupaten Jombang.
untuk dipertahankan Unsur pendukung dalam pementasan
keberadaannya. kesenian Besutan adalah iringan musik, tata
Kesenian Besutan adalah kesenian rias, dan kostum yang sederhana. Pada awal
yang mengambil cerita dari kehidupan sehari- kemunculannya penyajian kesenian Besutan
hari, menyajikan cerita yang menarik dan tidak sangat sederhana, namun seiring berjalannya
lupa menyampaikan pesan di akhir pertunjukan waktu penyajian kesenian Besutan semakin
membuat kesenian Besutan menarik untuk disempurnakan. Dalam penyajiannya kesenian
ditonton. Tak hanya itu, dalam pementasan Besutan dimulai dengan ritual pembuka. Ritual
kesenian Besutan para pemain selalu yang dilakukan adalah menyembah empat arah
berinteraksi dengan penonton dan menjadikan mata angin. Setelah ritual sudah dilaksanakan
kesenian ini lebih menarik (Nasrulloh, 2011). maka pertunjukan seni Besutan dimulai, orang
Kesenian Besutan diterima keberadaannya pertama yang masuk ke arena adalah pembawa
sebagai suatu kesenian tradisional yang obor, dilanjut Besut memasuki arena dan mulai
menghibur masyarakat, hal ini mengharuskan menari, kidungan, dan masuk ke dalam cerita
kesenian Besutan agar tetap ada sehingga hingga cerita selesai.
masyarakat masih bisa menikmati kesenian ini
hingga sekarang.
Pemerintah telah mengupayakan agar
Tabel 2. Pertimbangan Masyarakat kesenian Besutan ini tetap ada dan dilestarikan,
Menggundang Besutan salah satunya dengan mendirikan dewan
No Aspek Pertimbangan kesenian di Kabupaten Jombang. Pemerintah
1. Biaya mengundang Alasan utama juga telah mendaftarkan kesenian Besutan
kesenian Besutan menggundang sebagai aset budaya milik Kabupaten Jombang.
cukup terjangkau Besutan Selain pemerintah, para pelaku seni yang ada di
dengan kualitas Jombang juga berupaya agar kesenian Besutan
pertunjukan yang tak
kalah bagus dengan
ini tetap eksis di era saat ini yaitu dengan
kesenian tradisional lain menampilkan Besutan dalam tampilan yang
2. Kesenian Besutan Alasan lebih modern agar bisa dinikmati oleh generasi
merupakan kesenian pendukung muda. Tak hanya itu, pelaku seni juga mulai
asli Kabupaten menggundang memperkenalkan Besutan dalam ekstrakulikuler
Jombang yang sudah teater sekolah sehingga para generasi muda
Besutan
ada sejak zaman dahulu bisa mengenal kesenian Besutan dan mulai
dan banyak masyarakat melestarikan kesenian Besutan.
sudah mengetahui
Kesenian Besutan masih memiliki
tentang
kesenian ini tempat tersendiri di hati masyarakat. Banyak
3. Kesenian Besutan cukup Alasan lain dari mereka masih menginginkan mengundang
sederhana dalam menggundang kesenian Besutan sebagai hiburan dikala mereka
persiapannya ataupun Besutan mengadakan hajatan. Pertimbangan mereka
alat-alat pendukungnya masih mengundang kesenian Besutan karena
sehingga tidak akan rumit kesenian Besutan mengambil cerita dari
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Kesenian
mengundang kesenian Besutan dikemas secara sederhana sehingga
Besutan
cerita dan pesan dalam cerita bisa
tersampaikan. Biaya mengundang kesenian
SIMPULAN DAN SARAN
Besutan relatif terjangkau dengan kualitas yang
Berdasarkan hasil dari penelitian
bagus, naskah atau cerita yang akan ditampilkan
diketahui bahwa Besutan adalah kesenian teater
disesuaikan dengan permintaan
rakyat yang menceritakan tentang kehidupan
pengundang atau disesuaikan dengan tema
sehari-hari masyarakatnya dan terus
acara, dan kesenian Besutan lebih sederhana
berkembang seiring dengan perkembangan
dari pada kesenian tradisional yang lain.
masyarakatnya. Awal kemunculan kesenian
Besutan yaitu pada tahun 1907. Besutan
merupakan kesenian yang berkembang dari
kesenian Lerok dan merupakan cikal bakal dari
kesenian Ludruk. Hingga perkembangannya
saat ini
Tahun 2023
Tanggal Oktober
Abstrak Saat ini Indonesia memasuki peradaban 4.0 yang ditandai dengan
bergantungnya masyarakat pada internet atau lebih dikenal sebagai
era digital. Periode ini ditandai pula dengan generasi muda yang
sangat lekat dengan media sosial. Kelekatan tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai upaya pelestarian kesenian oleh generasi
muda. Generasi muda yang menjadi sasaran dalam kegiatan PPM ini
adalah siswa SMPN 1 Rajapolah. Adapun kesenian yang dimaksud
dalam kegiatan ini yaitu Seni Lais yaitu kesenian dalam bentuk
akrobatik yang mengandalkan kemampuan fisik. Adapun tujuan dari
kegiatan ini yaitu agar para siswa mengetahui dan dapat
melestarikan Seni Lais dengan mempelajari Seni Lais dan
memanfaatkan media sosial yang saat ini sangat jarang peminatnya.
Hasil dari kegiatan ini yaitu para siswa antusias menyimak
penjelasan dari narasumber terutama ketika narasumber
menampilkan gerakan-gerakan Seni Lais dan bersedia
memanfaatkan media sosial sebagai media pelestariannya. Kegiatan
ini menggunakan metode pendidikan masyarakat berupa penyuluhan
yang bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat. Berkaitan
dengan kegiatan ini pemahaman Siswa SMPN 1 Rajapolah tentang
pelestarian Seni Lais melalui media sosial Instagram dan Twitter.
Adapun artikel ini menggunakan metode kualitatif. Simpulan dari
artikel ini yaitu perlu adanya pelatihan secara berkelanjutan bagi
para siswa SMPN 1 Rajapolah
khususnya Seni Lais
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu agar para siswa mengetahui
dan dapat melestarikan Seni Lais dengan mempelajari Seni Lais dan
memanfaatkan media sosial yang saat ini sangat jarang peminatnya.
Subjek Penelitian Generasi muda yang menjadi sasaran dalam kegiatan PPM ini adalah
siswa SMPN 1 Rajapolah
Metode Penelitian Pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari 3 tahapan yaitu tahapan
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi serta tindak lanjut. Pada tahap
persiapan, kami melakukan pemupuan data mengenai Seni Lais.
Berdasarkan hasil pemupuan data, tim menemukan bahwa Seni Lais
terdapat di Kabupaten Garut dan dipelajari di padepokan dengan
nama Padepokan Seni Lais Pancawarna. Sementara itu, di Kabupaten
Tasikmalaya komunitas pelestari Seni Lais bernama Padepokan Putra
Galunggung.
Hasil Penelitian Siswa SMP atau dikenal sebagai generasi “z” merupakan sasaran
yang tepat untuk dijadikan agen pelestari budaya. Hal itu disebabkan
oleh secara psikologis usia mereka berada pada rentang usia remaja
yaitu 12-15 tahun dan memiliki karekateristik yang kuat sebagai
remaja yaitu ingin mengetahui dan mencoba segala hal baru.
Karakter mereka juga ditunjang oleh identitas mereka sebagai agen
perubahan.
Diskusi Penelitian Berbekal karakter tersebut, maka lebih mudah bagi orang dewasa
untuk mengarahkan aktivitas mereka kepada hal-hal yang bersifat
positif. Berkaitan dengan kegiatan PPM ini, tim PPM bekerja sama
dengan pihak sekolah SMPN 1 Rajapolah dan Ade Dadang -
Pimpinan Padepokan Pancawarna, Kabupaten Garut, dapat lebih
mudah mengarahkan siswa untuk mengikuti latihan Seni Lais -
untuk kemudian membentuk ekstrakulikuler Seni Lais di SMPN 1
Rajapolah dan membuat konten untuk diunggah ke akun Instagram
dan TikTok mereka masing-masing. Kegiatan PPM di SMPN 1
Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya ini juga dapat dijadikan sebagai
role model bagi upaya pelestarian budaya lainnya di Indonesia
umumnya dan di Jawa Barat khususnya sesuai
amanah
Kesimpulan Hasil dari kegiatan ini yaitu para siswa antusias menyimak
penjelasan dari narasumber terutama ketika narasumber
menampilkan gerakan-gerakan Seni Lais dan bersedia
memanfaatkan media sosial sebagai media pelestariannya. Kegiatan
ini menggunakan metode pendidikan masyarakat berupa penyuluhan
yang bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat. Berkaitan
dengan kegiatan ini pemahaman Siswa SMPN 1 Rajapolah tentang
pelestarian Seni Lais melalui media sosial Instagram dan Twitter.
Adapun artikel ini menggunakan metode kualitatif. Simpulan dari
artikel ini yaitu perlu adanya pelatihan secara berkelanjutan bagi para
siswa SMPN 1 Rajapolah khususnya Seni Lais
Kelebihan Jurnal ini membahas seni mendalam
ABSTRAK. Saat ini Indonesia memasuki peradaban 4.0 yang ditandai dengan bergantungnya masyarakat pada
internet atau lebih dikenal sebagai era digital. Periode ini ditandai pula dengan generasi muda yang sangat lekat
dengan media sosial. Kelekatan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai upaya pelestarian kesenian oleh generasi muda.
Generasi muda yang menjadi sasaran dalam kegiatan PPM ini adalah siswa SMPN 1 Rajapolah. Adapun kesenian
yang dimaksud dalam kegiatan ini yaitu Seni Lais yaitu kesenian dalam bentuk akrobatik yang mengandalkan
kemampuan fisik. Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu agar para siswa mengetahui dan dapat melestarikan Seni
Lais dengan mempelajari Seni Lais dan memanfaatkan media sosial yang saat ini sangat jarang peminatnya. Hasil
dari kegiatan ini yaitu para siswa antusias menyimak penjelasan dari narasumber terutama ketika narasumber
menampilkan gerakan-gerakan Seni Lais dan bersedia memanfaatkan media sosial sebagai media pelestariannya.
Kegiatan ini menggunakan metode pendidikan masyarakat berupa penyuluhan yang bertujuan meningkatkan
pemahaman masyarakat. Berkaitan dengan kegiatan ini pemahaman Siswa SMPN 1 Rajapolah tentang pelestarian
Seni Lais melalui media sosial Instagram dan Twitter. Adapun artikel ini menggunakan metode kualitatif. Simpulan
dari artikel ini yaitu perlu adanya pelatihan secara berkelanjutan bagi para siswa SMPN 1 Rajapolah khususnya Seni
Lais.
ABSTRACT. Currently, Indonesia is entering civilization 4.0, which is characterized by people's dependence on the
internet or better known as the digital era. This period is also marked by the younger generation being very
attached to social media. This attachment can be used as an effort to preserve art by the younger generation. The
young generation targeted in this PPM activity are students of SMPN 1 Rajapolah. The art referred to in this activity
is Lais Art, namely art in the form of acrobatics that relies on physical abilities. The aim of this activity is for students
to know and be able to preserve Lais Art by studying Lais Art, which is currently very rarely popular. The result of this
activity was that the students enthusiastically listened to the explanation from the resource person, especially when the
resource person displayed Lais Art movements. This activity uses the community educational methods while this article
uses qualitative methods. The conclusion from this article is that there is a need for ongoing training for art
enthusiasts, especially Lais Art.
Keywords: education; preservation; Lais Art; social di kalangan generasi muda karena
media kurangnya edukasi kepada
PENDAHULUAN
secara tepat oleh orang dewasa, maka niscaya keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan
mereka dapat menjadi manusia yang bermanfaat kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan
bagi keluarganya, agamanya, dan masyarakat di untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
sekitarnya di kemudian hari. Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat ini
Sementara itu, Menurut World Health Organi- termasuk dalam pendidikan lain yang ditujukan
zation (WHO), remaja adalah penduduk dalam untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Pendidikan lain tersebut dilaksanakan melalui
Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja penyuluhan tentang Seni Lais meliputi sejarah
adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun munculnya Seni Lais. Di samping itu pula, pemateri
dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga mempraktikkan contoh-contoh gerakan dalam
Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah Seni Lais.
10- 24 tahun dan belum menikah (Diananda, 2018: Pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari 3
117). Adapun alasan siswa SMPN 1 Rajapolah tahapan yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan, dan
kami pilih karena di sekolah tersebut terdapat evaluasi serta tindak lanjut. Pada tahap
ekstrakulikuler taekwondo, karate, dan silat yang persiapan, kami melakukan pemupuan data
diikuti oleh siswa dan memiliki prestasi tingkat mengenai Seni Lais. Berdasarkan hasil pemupuan
lokal dan nasional. data, tim menemukan bahwa Seni Lais terdapat
Sasaran kegiatan ini yaitu siswa yang di Kabupaten Garut dan dipelajari di padepokan
mengikuti 3 ekstrakulikuler tersebut karena dengan nama Padepokan Seni Lais Pancawarna.
memiliki kemampuan fisik yang mumpuni untuk Sementara itu, di Kabupaten Tasikmalaya
dilatih Seni Lais. Untuk menjadi seorang pelais, komunitas pelestari Seni Lais bernama Padepokan
seseorang harus memiliki kondisi fisik yang baik Putra Galunggung.
dan sudah terbiasa latihan fisik. Kegiatan Selanjutnya, setelah pemupuan data selesai,
ekstrakulikuler taekwondo, karate, dan silat kami menganalisis permasalahan terkait dengan
merupakan kegiatan ekstrakulikuler yang pelestarian Seni Lais. Dari pemupuan data dan
didominasi oleh latihan fisik. Dengan demikian, analisis awal tersebut kami menemukan fakta
mereka lebih mudah berlatih Seni Lais. Selain bahwa Seni Lais adalah kesenian yang mendekati
itu, siswa-siswa tersebut memiliki prestasi dengan kepunahan karena regenerasi ke generasi
menjuarai ajang perlombaan baik di level lokal selanjutnya sangat minim. Pelais yang masih
maupun di level nasional. Alasan penguat tampil kebanyakan berusia 40 tahun ke-atas. Oleh
lainnya yaitu mereka memiliki akun media karenanya, kami menetapkan bahwa sasaran
sosial seperti Instagram dan TikTok. Oleh karena kegiatan ini adalah generasi muda usia remaja
itu, tujuan kegiatan PPM ini yakni agar Seni Lais 12-15 tahun yang notabenenya sekolah setinggat
dikenal di kalangan generasi muda, menjadi sekolah menengah pertama (SMP). Pemilihan
lebih mudah tercapai sehingga kami mengadakan sasaran kegiatan remaja berusia 12- 15 tahun
kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat dengan dianggap tepat karena berkaitan dengan
judul Edukasi Pemanfaatan Media Sosial perkembangan peradaban masyarakat saat ini
dalam rangka Pelestarian Seni Lais Bagi yang berada pada era 4.0. Sebagaimana telah
Siswa SMPN 1 Rajapolah Kecamatan dipaparkan pada bagian pendahuluan bahwa
Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya. generasi muda saat ini abai terhadap pelestarian
budaya khususnya kesenian. Diharapkan melalui
METODE
kegiatan PPM ini, mereka dapat menjadi agen
pelestari budaya khususnya Seni Lais dan
Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat ini menyebarluaskan seni tersebut melalui akun
menggunakan metode pendidikan masyarakat. media sosial masing-masing.
Menurut kemendikbudristek melalui https://referensi. Sementara itu, berdasarkan data yang diperoleh
data.kemdikbud.go.id/ pustaka/dikmas, Pendidikan melalui https://www.pramborsfm. com/tech/10-
Masyarakat merupakan satuan-satuan pendidikan media-sosial-yang-paling-banyak-digunakan-di-
yang menyelenggarakan jalur pendidikan di luar indonesia-2023 yang diakses pada 8 Oktober
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara 2023, dikatakan bahwa We Are Social - sebuah
terstruktur dan berjenjang. Program Pendidikan organisasi yang menyajikan data beserta tren yang
Masyarakat/Pendidikan Nonformal diselenggarakan dibutuhkan dalam memahami internet, media
untuk memberdayakan masyarakat melalui sosial, dan perilaku e-commerce setiap tahun secara
pendidik- an kecakapan hidup, pendidikan anak berkala. Berdasarkan data yang diperoleh dari We
usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan Are Social, media sosial yang paling banyak
pemberdayaan perempuan, pendidikan digunakan yaitu sebagai berikut: Dari 15 media
keaksaraan, pendidikan sosial di atas, kami memilih Instagram dan
TikTok sebagai media sosial yang
Edukasi Pemanfaatan Media Sosial dalam Rangka Pelestarian Seni Lais Bagi Siswa SMPN 1 Rajapolah Kecamatan Rajapolah Kabupaten
Tasikmalaya
(Ayu Septiani dan Asri Soraya Afsari)
Midang, Vol. 1, No. 3, Oktober 2023 105
nantinya akan digunakan sebagai media pelestari metode kualitatif dengan teknik pengumpulan
budaya. Pemilihan 2 media sosial tersebut data melalui studi pustaka dan in depth
didasarkan pada peserta sudah memiliki akun di interview. In depth interview dilakukan dengan
dua media sosial tersebut sehingga konten yang mewawancari narasumber bernama Ade Dadang.
diunggah oleh pemilik akun dapat dibagikan ke Ade Dadang adalah pimpinan Padepokan Seni
media sosial lainnya seperti twitter, facebook, dan Lais Pancawarna di Desa Cibunar, Kecamatan
whatsapp. Sayang, Kabupaten Garut. Dia juga yang menjadi
pemateri saat kegiatan PPM ini dilaksanakan
Tabel 1. Media Sosial yang paling banyak digunakan di
Indonesia
bersama putranya bernama Raihan yang berusia
12 tahun.
Whatsapp 92,1%
Instagram 86,5% HASIL DAN PEMBAHASAN
Facebook 83,8%
TikTok 70,8% SMPN 1 Rajapolah merupakan sekolah
Telegram 64,3% negeri yang berdiri pada tahun 1966 dengan
Twitter 60,2% nama SMP PGRI Rajapolah kemudian pada
FB Messenger 51,9% tahun 1996 berganti menjadi filial SMPN 3
Snackvideo 37,8% Tasikmalaya. Namun kemudian pada tahun 1976
Pinterest 36% berganti lagi menjadi SMPN 1 Rajapolah. Pada
Line 31,9% tahun 2007 sekolah ini telah mendapat predikat
Linkedin 26,8% Sekolah Standar Nasional dengan kurikulum
Discord 15,9% 2006 – KTSP dan pada tahun 2014, kurikulum
Snapchat 15,5% di sekolah ini diganti menjadi kurikulum 2013.
Likee 11,9%
Sekolah ini bisa dikatakan sekolah terfavorit
Skype 11%
karena memiliki prestasi yang sangat bagus baik
Sumber: https://wearesocial.com/id/blog/2023/ 07/social-media-
dalam bidang akademik maupun non akademik.
use-reaches-new-milestone/ SMPN 1 Rajapolah memiliki kondisi sarana dan
prasarana yang baik. Sarana yang terdapat di
Kemudian, kami melakukan konsolidasi sekolah ini terdiri dari laboratorium Bahasa,
dengan beberapa sekolah menengah pertama di laboratorium IPA, laboratorium komputer,
Kabupaten Garut dan Tasikmalaya. Dari 10 Perpustakaan, ruang guru, Toilet, 3 lapangan, Lab
SMPN yang dihubungi, terdapat 3 SMPN di EduBook, dan papan tulis interaktif. Semua sarana
Kabupaten Garut dan 2 SMPN di Kabupaten ini dimaksudkan untuk menunjang kegiatan
Tasikmalaya yang menyambut baik rencana pembelajaran siswa.
kegiatan PPM ini. Namun demikian, dengan Dalam bidang IT, SMP Negeri 1 Rajapolah
alasan jarak dan kemudahan komunikasi dengan Go Online dengan Web, Sistem Kehadiran Siswa
pihak sekolah, maka tim memilih SMPN 1 online, Kelas Daring, Nilai Online dengan e-
Rajapolah untuk sasaran kegiatan PPM ini. Raport, Perpustakaan Online/e-Library, Ulangan
Tabel 2. Tahapan kedua yaitu pelaksanaan, yang Online, POIN siswa Online serta PPDB Online
urutannya sebagai berikut dengan motto #NesaratasJUARA (Jujur Unggul
Aktif Responsif dan Amanah) (melalui
1 Pengisian kuesioner dan Tim PPM
https://www. smpn1rajapolah.sch.id/ diakses
Pemaparan dari tim PPM
2. Pemaparan materi dan Ade Dadang pada 3 Oktober 2023).
pemutaran video pertunjukkan
3. Praktik Raihan Akbar (Murid Deskripsi Seni Lais
sekaligus Putra Ade
Menurut KBBI (melalui https://kbbi.web.id/
Dadang)
seni-2) seni adalah keahlian membuat karya yang
Tahapan ketiga yaitu evaluasi kegiatan dan bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahan-
tindak lanjut. Evaluasi kegiatan disampaikan oleh nya, dan sebagainya); karya yang diciptakan dengan
pihak sekolah berkaitan dengan intensitas keahlian yang luar biasa, seperti tari, lukisan,
kegiatan serupa untuk menumbuhkan kesadaran ukiran. Sementara itu, menurut Undang-undang
siswa tentang kebudayaan dan kesenian Sunda Nomor
khususnya Seni Lais. Adapun tahap tindak lanjut 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan,
dilakukan dengan membuka pendaftaran bagi seni adalah ekspresi artistik individu, kolektif,
siswa yang ingin mengikuti latihan Seni Lais. atau komunal, yang berbasis warisan budaya
Sementara itu, untuk menyusun tulisan ini maupun berbasis kreativitas penciptaan baru,
penulis menggunakan yang terwujud dalam berbagai bentuk kegiatan
dan/atau medium.
Edukasi Pemanfaatan Media Sosial dalam Rangka Pelestarian Seni Lais Bagi Siswa SMPN 1 Rajapolah Kecamatan Rajapolah Kabupaten
Tasikmalaya
(Ayu Septiani dan Asri Soraya Afsari)
106 Midang, Vol. 1, No. 3, Oktober 2023
Seni antara lain seni pertunjukan, seni rupa, seni gerakan akrobat tanpa menggunakan pengaman,
sastra, film, seni musik, dan seni media. seperti gerakan koprol, gerakan ngolecer
Berdasarkan wawancara dengan Ade Dadang, (berputar), gerakan ngaitkeun suku, dan gerakan
lais adalah nama pencipta Seni Lais yaitu Laisan. beulit kacang.
Jadi, Seni Lais adalah satu di antara beberapa
kesenian yang terdapat di Jawa Barat khususnya
Tasikmalaya dan Garut sebagai bentuk kreativitas
penciptaan baru dari seorang individu bernama
Laisan yang kemudian dikomodifikasi menjadi
sebuah pertunjukan dalam bentuk atraksi akrobat.
Berdasarkan keterangan Ade Dadang, pada masa
Kolonial Belanda terdapat seseorang bernama
Laisan yang merupakan pemanjat pohon kelapa.
Laisan berasal dari Kampung Nangka Pait,
Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut.
Sumber: Dokumentasi Tim PPM 2018
Namanya kemudian diabadikan sebagai nama Gambar 1. memanjat batang bambu
kesenian yaitu Seni Lais. Kampung Nangka Pait
menjadi tempat Seni Lais berasal.
Setiap Laisan memetik buah kelapa,
masyarakat selalu menontonnya karena dia sangat
lihai memanjat pohon. Masyarakat yang menonton
Laisan memetik buah kelapa sambil bersorak-
sorai dan menabuh benda apapun yang ada di
sekitar mereka untuk menyemangati Laisan.
Seiring berjalannya waktu, Laisan pun menjadi
tontonan masyarakat sehingga para tokoh kesenian
di daerah tersebut mengusulkan agar keterampilan
Laisan memanjat pohon kelapa dimodifikasi Sumber: Dokumentasi Tim PPM 2018
untuk dipentaskan pada khalayak ramai. Hal Gambar 2. Gerakan Bersantai pelais
tersebut kemudian menjadikan Seni Lais sebagai
salah satu kesenian yang dipertunjukkan dalam
acara-acara tertentu seperti Hari Ulang Tahun
Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan
hari ulang tahun daerah lainnya di Jawa Barat.
Selain dipertunjukkan dalam acara hari ulang
tahun daerah tertentu, Seni Lais juga
dipertunjukkan dalam acara
pernikahan, khitanan, dan festival seni lainnya.
Seni Lais dimainkan pada seutas tali
sepanjang 9 meter yang dipasang pada dua
batang bambu setinggi 12 meter. Tali yang Sumber: Dokumentasi Tim PPM 2018
digunakan adalah tali tambang jenis manila atau Gambar 3. Gerakan Koprol
tali tambang dadung. Tali tambang tersebut terbuat
dari bahan serabut pohon kelapa dengan bentuk
materi yang kasar sehingga dapat menopang
benda yang bebannya relatif berat, termasuk tubuh
manusia. Adapun bambu yang digunakan adalah
jenis bambu surat (Septiani, 2018: 41).
Pertunjukan Seni Lais diiringi oleh Nayaga.
Nayaga yaitu sekelompok orang yang memiliki
keahlian menabuh gamelan. Dalam mengiringi
pertunjukan Seni Lais, alat musik dan lagu yang
dimainkan adalah alat musik khas Sunda, seperti
kendang, terompet, dan gesrek.
Terdapat beberapa peran dalam pertunjukkan Sumber: Dokumentasi Tim PPM 2018
Seni Lais. Pelais yaitu orang yang melakukan Gambar 4 Gerakan Ngolecer (berputar)
Edukasi Pemanfaatan Media Sosial dalam Rangka Pelestarian Seni Lais Bagi Siswa SMPN 1 Rajapolah Kecamatan Rajapolah Kabupaten
Tasikmalaya
(Ayu Septiani dan Asri Soraya Afsari)
Midang, Vol. 1, No. 3, Oktober 2023 107
kepercayaan diri para pengguna TikTok yang Menurut Undang-undang no. 11 tahun 2010
ingin tampil dengan menarik. tentang Cagar Budaya, Cagar Budaya adalah
f. Auto Caption: Fitur auto captions merupakan warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda
salah satu fitur terbaru dari TikTok yang Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur
memungkinkan para pengguna TikTok untuk Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan
menambahkan subtitle pada video secara Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu
otomatis yang ditran- skripsi oleh TikTok. Fitur dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai
ini disediakan dengan tujuan untuk memfasilitasi penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
para pengguna TikTok yang memiliki kesulitan pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui
dalam mendengar. proses penetapan. Dalam definisi cagar budaya
g. Hapus komentar dan blokir pengguna secara tersebut terdapat istilah warisan budaya. Warisan
massal: Fitur ini juga termasuk ke dalam fitur Budaya diartikan sebagai Produk atau hasil
baru yang disediakan oleh TikTok untuk budaya fisik dari tradisi-tradisi yang berbeda dan
menghindari tindakan bullying. Para pengguna prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari
TikTok bisa memilih hingga 100 komentar masa lalu yang menjadi elemen pokok dalam jati
untuk dihapus atau pengguna TikTok untuk diri suatu kelompok atau bangsa. Warisan
diblokir. Fitur ini akan memudahkan budaya terdapat dua jenis yaitu warisan budaya
penghapusan komentar dan pemblokiran fisik (tangible) dan warisan budaya non fisik
pengguna TikTok secara massal daripada harus (intangible). Pada 2016, Seni Lais ditetapkan
dilakukan satu per satu. sebagai Warisan Budaya Takbenda dengan domain
h. Live Streaming: TikTok juga memiliki fitur untuk Seni Pertunjukkan karena Seni Lais memenuhi
live streaming seperti beberapa media sosial konsep Warisan Budaya Takbenda yang tertuang
lainnya, tetapi hanya pengguna TikTok yang dalam Konvensi 2003 UNESCO Pasal 2 Ayat 2
memiliki paling sedikit 1000 pengikut yang yang berbunyi “The ‘intangible cultural heritage’
dapat melakukan live streaming. means the practices, representations, expressions,
knowledge, skills – as well as the instruments,
Edukasi Pelestarian Seni Lais bagi Siswa objects, artifacts and cultural spaces associated
SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya therewith – that communities, groups and, in
Penyuluhan tentang edukasi pelestarian Seni some cases, individuals recognize as part of their
Lais bagi Siswa SMPN 1 Rajapolah Kabupaten cultural heritage” (melalui https://warisan budaya.
Tasikmalaya diawali dengan pemaparan yang kemdikbud.go.id/?tentang&active=pengertian%20
disampaikan oleh tim PPM mengenai Cagar dan%20domain%20warisan%20budaya%20
Budaya menurut Undang-Undang Nomor 11 takbenda diakses pada 8 Oktober 2023).
tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Kemudian, Selain itu juga Seni Lais termasuk dalam
kami memberikan pertanyaan berupa lembaran warisan budaya Takbenda karena sesuai dengan
kuesioner untuk menginventarisasi pengetahuan konsep Warisan Budaya Takbenda menurut undang-
siswa SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar
tentang sejauh mana Seni Lais perlu dilestarikan. Budaya yaitu seluruh hasil perbuatan dan
Selanjutnya materi disampaikan oleh pemateri pemikiran yang terwujud dalam identitas,
yaitu Ade Dadang. ideologi, mitologi, ungkapan-ungkapan konkrit
Tabel 3. Kuesioner PPM Seni Lais dalam bentuk suara, gerak, maupun gagasan yang
termuat dalam benda, sistem perilaku, sistem
Pertanyaan Pilihan Jawaban
kepercayaan, dan adat istiadat di Indonesia. Seni
Apakah adik-adik mengetahui > Ya
tentang Seni Lais > Tidak Lais sebagai sebuah kesenian akrobatik tentu
Menurut adik-adik apakah Seni > Ya, karena… saja termasuk dalam Warisan Budaya Takbenda
Lais perlu dilestarikan? Sebutkan > Tidak, karena.. karena didominasi oleh gerak tubuh. Kegiatan
alasannya
Sebagai generasi muda, media £ Facebook
PPM ini merupakan bentuk implementasi
sosial apa yang efektif untuk £ Twitter Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
dijadikan sebagai media
£ YouTube Cagar Budaya dalam rangka penyelamatan,
sosialisasi tentang Seni Lais £ TikTok
£ Snack Video
perlindungan, dan pelestarian seni Lais. Adapun
£ Instagram bentuk konkrit pelestariannya yaitu dengan
*pilih dengan memberikan menggunakan media sosial Instagram dan
tanda centang pada kotak yang
tersedia TikTok. Hal tersebut sesuai dengan konsep
Apakah adik-adik bersedia untuk > Ya bersedia pelestarian menurut Undang-undang Nomor 11
menjadi agen pelestari Seni karena… tahun 2010 yakni pelestarian diartikan sebagai
Lais? Jelaskan alasannya secara > Tidak bersedia karena…..
singkat!
upaya dinamis untuk mempertahankan
keberadaan
Edukasi Pemanfaatan Media Sosial dalam Rangka Pelestarian Seni Lais Bagi Siswa SMPN 1 Rajapolah Kecamatan Rajapolah Kabupaten
Tasikmalaya
(Ayu Septiani dan Asri Soraya Afsari)
Midang, Vol. 1, No. 3, Oktober 2023 111
Jawa Barat khususnya sesuai amanah Undang-
Cagar Budaya dan nilainya dengan cara undang nomor 11 tahun
melindungi, mengembangkan, dan
memanfaatkannya.
Perlindungan menjadi unsur penting dalam
pelestarian warisan budaya. Hal itu sesuai
dengan definisi perlindungan yakni upaya
mencegah dan menanggulangi dari kerusakan,
kehancuran, atau kemusnahan dengan cara
Penyelamatan, Peng- amanan, Zonasi,
Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya.
Berkaitan dengan kegiatan PPM ini, tujuan
yang hendak dicapai melalui kegiatan PPM ini
yaitu agar generasi muda khususnya Siswa
SMPN 1 Rajapolah memiliki kesadaran untuk
melestarikan kesenian khususnya Seni Lais.
Kesadaran tersebut dapat diawali dengan
munculnya ketertarikan para siswa SMPN 1
Rajapolah untuk menjadi agen pelestari budaya
dengan mengikuti latihan Seni Lais yang
diaplikasikan dengan cara mendaftarkan diri
sebagai peserta pelatihan. Kemudian, mereka juga
dapat menjadikan latihan tersebut sebagai konten
di akun media sosial mereka masing-masing.
Selanjutnya, pihak sekolah SMPN 1
Rajapolah dan mitra institusi yaitu Ade Dadang
selaku pimpinan Padepokan Pancawarna Seni Lais
akan bekerjasama untuk membuka ektrakulikuler
baru yaitu Seni Lais sebagai bentuk tindak lanjut
dari kegiatan PPM ini.
SIMPULAN
Nadya, Fajrina. 2023. “10 Media Sosial “Sejarah”. 2023. Melalui h t t ps:// www. smpn
yang paling Banyak digunakan 1 rajapolah.sch.id/ diakses pada 3 Oktober
di Indonesia. Melalui 2023
https://www.pramborsfm. c o m pukul 11.00 WIB.
/ tech/10-media-sosial-yang- paling-
banyak- digunakan-di-indonesia-2023 “Seni”. 2023. Melalui https://kbbi.web.id/seni-2.
diakses pada 8 oktober 2023 pukul 15.05 diakses pada 3 Oktober 2023 pukul 1 1 . 1 5
WIB. WIB
“Profil Bisnis TikTok; Sejarah Data Pengguna Septiani, Ayu dan Asri Soraya Afsari. 2018.
dan Sumber Pendapatan”. 2023 . Dalam “Regenerasi Pemerolehan Seni Lais di
Tempo. co. Melalui Padepokan Lais Pancawarna Kampung
https://swa.co.id/swa/profile/ profile- Sayang Desa Cibunar Kecamatan Cibatu
company/profil-bisnis-tiktok-sejarah- data- Kabupaten Garut”. Kaganga: Jurnal
pengguna-dan-sumber-pendapatan Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial
Diakses pada 8 Oktober 2023 pukul 16.00 Humaniora Vol. 1 No. 1
WIB. “What is The Genesis of Instagram”, melalui
Sari, Intan Nurmala. 2023. “Sejarah TikTok dari https:// www.quora.com/What-is-the-
Aplikasi Negeri Panda hingga Mendunia”. genesis-of- Instagram diakses pada 5
Melalui https://katadata.co.id/intannirmala/ Oktober 2023 pukul
ekonopedia/6404f5c3ce775/sejarah-tiktok- 13.42 WIB.
dari-aplikasi-negeri-panda-hingga-mendunia
diakses pada 8 Oktober 2023 pukul 15.45
WIB
Edukasi Pemanfaatan Media Sosial dalam Rangka Pelestarian Seni Lais Bagi Siswa SMPN 1 Rajapolah Kecamatan Rajapolah Kabupaten
Tasikmalaya
(Ayu Septiani dan Asri Soraya Afsari)
III. JURNAL 3
Tahun 2021
Tanggal Oktober
Subjek Penelitian -
Abstrak
Tujuan artikel ini untuk mengeksplorasi dan menganalisis proses revitalisasi hukum
adat dalam konteks hukum nasional dengan fokus pada pembangunan keadilan berbasis
kearifan lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan hukum normatif
(doktrinal), pendekatan perundang-undangan, dan pendekatan konseptual. Bahan
hukum primer dan sekunder dianalisis untuk memahami kerangka konseptual dan
teoritis, serta dampak implementasi hukum adat dalam sistem hukum nasional. Hasil
penelitian menunjukkan adanya upaya yang signifikan dalam merevitalisasi hukum
adat, namun tantangan muncul dalam integrasinya ke dalam hukum nasional. Keadilan
berbasis kearifan lokal diidentifikasi sebagai elemen kunci yang dapat menguatkan
sistem hukum nasional dan meningkatkan keberlanjutan sosial. Artikel ini juga
mengungkapkan peran penting studi kepustakaan dalam menggali konsep-konsep
teoretis yang mendukung pemahaman mendalam terhadap isu ini. Dengan demikian,
artikel ini berkontribusi dalam memberikan wawasan baru tentang pentingnya
revitalisasi hukum adat sebagai sumber kebijakan nasional yang lebih inklusif dan
berkeadilan, serta memberikan landasan bagi perubahan hukum yang memperkuat
kearifan lokal sebagai pijakan dalam membangun keadilan sosial yang berkelanjutan.
Kata kunci : hukum nasional; keadilan; kearifan lokal; revitalisasi hukum adat
Pendahuluan
Hukum adat di Indonesia merupakan suatu warisan budaya yang
melekat dalam kehidupan masyarakat. Sebagai bagian integral dari kearifan
lokal, hukum adat memainkan peran sentral dalam membentuk tatanan sosial
dan norma-norma kehidupan masyarakat Indonesia.1 Namun, sejalan dengan
perkembangan zaman dan dampak globalisasi yang semakin meluas,
keberadaan hukum adat seringkali terabaikan atau bahkan diabaikan dalam
sistem hukum nasional.
Perubahan pesat dalam struktur sosial dan ekonomi, serta arus
globalisasi, membawa tantangan baru bagi keberlanjutan hukum adat.2
Modernisasi yang cepat seringkali menggeser peran tradisi dan kearifan lokal,
menyisakan risiko kehilangan identitas budaya. Meskipun demikian, di tengah-
tengah perubahan ini, muncul kesadaran akan pentingnya menjaga dan
mempertahankan kearifan lokal. Masyarakat modern semakin menyadari
bahwa keberagaman budaya adalah aset berharga yang perlu dilestarikan,
karena kearifan lokal tidak hanya mencerminkan identitas suatu komunitas,
tetapi juga
1
Rima Duana, Nina Herlina, Meisha Poetri Perdana, Muhammad Amin Effendy, dan
Ukilah Supriyatin, Fungsi dan Peran Huum Adat dalam Stabilitas Perekonomian Negara, Jurnal
Ilmiah Galuh Justisi, 11(2), 261-269, 2023.
2
Riezka Eka Mayasari, Tantangan Hukum Adat dalam Era Globalisasi Sebagai Living
Law Dalam Sistem Hukum Nasional, e-jurnal UMRI,
3
menjadi penjaga nilai-nilai luhur yang dapat memberikan arah moral bagi
masyarakat.
Meskipun kesadaran akan pentingnya kearifan lokal meningkat,
tantangan dalam mengakui hukum adat dalam konteks hukum nasional masih
sangat nyata. Salah satu kendala utama adalah ketidakjelasan regulasi yang
mengatur hubungan antara hukum adat dan hukum nasional. 3 Ketidaksinkronan
antara norma-norma hukum adat dengan sistem hukum yang lebih luas
seringkali menimbulkan konflik dan kebingungan. Selain itu, minimnya
dukungan pemerintah dalam mendukung keberadaan hukum adat menjadi
hambatan serius. Keterbatasan pemahaman terhadap kearifan lokal di kalangan
aparat penegak hukum juga memberikan tantangan tersendiri, terutama dalam
mengintegrasikan norma-norma hukum adat ke dalam sistem hukum yang lebih
besar.
Pengakuan formal terhadap hukum adat juga dipersulit oleh perbedaan
pandangan antara hukum adat dan hukum nasional. 4 Dalam beberapa kasus,
norma-norma hukum adat dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip
hukum nasional yang lebih modern. Oleh karena itu, proses harmonisasi dan
integrasi hukum adat ke dalam sistem hukum nasional memerlukan pendekatan
yang hati-hati agar tidak merugikan salah satu pihak.
Dalam menghadapi kompleksitas tantangan tersebut, revitalisasi hukum
adat dalam hukum nasional menjadi langkah penting. 5 Upaya ini bukan hanya
tentang mengakui keberadaan hukum adat, tetapi juga tentang melindungi dan
memajukan nilai-nilai serta norma-norma kehidupan masyarakat adat.
Pengakuan formal terhadap hukum adat dapat memberikan landasan hukum
yang kuat untuk melindungi hak-hak masyarakat adat, mempromosikan
pelestarian lingkungan, dan mendorong pembangunan berkelanjutan.
Revitalisasi hukum adat juga menuntut keterlibatan aktif dari
pemerintah.6 Diperlukan penyusunan regulasi yang mendukung integrasi
hukum adat ke dalam sistem hukum nasional, sambil tetap memastikan bahwa
hak-hak masyarakat adat dihormati dan dilindungi. Selain itu, melibatkan
masyarakat adat dalam proses pembuatan kebijakan dapat memastikan
representasi yang lebih baik dan membangun rasa memiliki terhadap upaya
revitalisasi ini.
3
Betha Rahmasari, Ariza Umami, Tirta Gautama, Pengaruh Hukum Adat dalam
Pengaturan Pemerintah Desa : perspektif Normatif, Mhammadiyah Law Review, 7(2), 60-77, 2023.
4
Marco Manarisip, Eksistensi Pidana Adat dalam Hukum Nasional, Lex Crimen, 1(4),
24-39, 2012.
5
Lastuti Abubakar, Revitalisasi Hukum Adat Sebagai Sumber Hukum dalam
Membangun Sistem Hukum Indonesia, Jurnal Dinamika Hukum, 13(2), 319-331, 2020.
6
M. Yazid Fathoni, Peran Hukum Adat Sebagai Pondasi Hukum Pertanaham Nasional
Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0, Refleksi Hukum,Jurnal lmu Hukum, 5(2), 219-236,
2021.
3
Dengan memahami bahwa kearifan lokal merupakan aset berharga yang
dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan negara, revitalisasi
hukum adat bukan hanya sekadar mempertahankan budaya, tetapi juga
merangsang pembangunan yang berkelanjutan.7 Melalui langkah-langkah ini,
Indonesia dapat mencapai keseimbangan yang optimal antara modernitas dan
pelestarian kearifan lokal, membawa manfaat bagi semua lapisan masyarakat
serta menyumbang pada keberagaman budaya yang kaya dan unik di Indonesia.
Mengacu pada latar belakang di atas tujuan penulisan artikel ini adalah
untuk mengetahui kondisi hukum adat di Indonesia saat ini, hambatan yang
dihadapi dalam mengakui hukum adat dalam konteks hukum nasional, serta
kontribusi revitalisasi hukum adat terhadap keberlanjutan budaya lokal dan
pembangunan berkelanjutan
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum normatif (doktrinal)
untuk menganalisis norma-norma hukum yang terkait dengan revitalisasi
hukum adat dalam hukum nasional. Pendekatan ini digunakan untuk
mengidentifikasi kerangka konseptual dan teoritis yang melandasi pemahaman
hukum adat dan implementasinya dalam konteks hukum nasional.
Pendekatan hukum dalam artikel ini adalah pendekatan perndang-
undangan dan koseptual. Pendekatan perundang-undangan digunakan untuk
menyelidiki landasan hukum formal terkait dengan hukum adat dalam
peraturan perundang-undangan nasional. Analisis mendalam terhadap undang-
undang, peraturan pemerintah, dan kebijakan nasional diterapkan untuk
memahami bagaimana hukum adat diakomodasi dan diatur dalam sistem
hukum nasional. Pendekatan konseptual digunakan untuk merumuskan konsep-
konsep teoretis yang mendasari revitalisasi hukum adat. Konsep-konsep ini
mencakup keadilan berbasis kearifan lokal, integrasi hukum adat dalam sistem
hukum nasional, dan dampak positifnya terhadap keberlanjutan dan keadilan
sosial.
Bahan hukum dalam artikel ini terdiri atas bahan kum primer dan
sekunder. ahan hukum primer yang digunakan melibatkan undang-undang,
peraturan pemerintah, putusan pengadilan, dan dokumen resmi lainnya yang
terkait dengan hukum adat dan implementasinya. Bahan hukum sekunder,
seperti literatur hukum, artikel, dan pandangan ahli, digunakan untuk
memberikan perspektif lebih luas dan mendalam terhadap isu yang diteliti.
Proses pengumpulan bahan hukum melibatkan penelitian secara
menyeluruh terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Pengumpulannya
dilakukan melalui studi kepustakaan, analisis dokumen hukum, dan pencarian
7
Eko Noer Kristiyanto, Kedudukan Kerifan Lokal dan Peranan Masyarakat dalam
Penataan Ruang di Daerah, Jurnal RECHTS VINDING, 6(2), 159-177, 2017
31
literatur terkait. Informasi relevan dihimpun dan dianalisis untuk mendukung
argumen dan temuan penelitian. Studi kepustakaan menjadi metode utama
dalam menggali teori dan konsep-konsep hukum adat, kearifan lokal, serta
dampak revitalisasi terhadap keadilan. Literatur yang terkait dengan
implementasi hukum adat dalam berbagai konteks nasional dan internasional
digunakan untuk memperkaya perspektif penelitian.
Analisis bahan hukum dilakukan dengan pendekatan komprehensif
terhadap norma-norma hukum yang relevan. Data yang terkumpul dianalisis
secara sistematis untuk mengidentifikasi tren, pola, dan tantangan yang muncul
dalam revitalisasi hukum adat di tingkat nasional. Analisis ini juga mencakup
evaluasi terhadap konsistensi dan efektivitas kebijakan yang telah
diimplementasikan. Dengan menerapkan metode penelitian ini, diharapkan
penelitian ini dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pemahaman
tentang revitalisasi hukum adat dalam konteks hukum nasional, khususnya
dalam membangun keadilan berbasis
Hasil dan Pembahasan
Kondisi Hukum Adat di Indonesia
Hukum adat di Indonesia memiliki keberagaman yang mencerminkan
kekayaan budaya dan tradisi masyarakatnya. Namun, seringkali hukum adat
diabaikan dalam proses perundang-undangan nasional. Beberapa komunitas
adat menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan warisan budaya
mereka akibat konflik dengan kebijakan pembangunan, perubahan tata guna
lahan, dan industrialisasi.
1. Keberagaman Hukum Adat di Indonesia
Hukum adat di Indonesia merupakan cerminan dari kekayaan budaya dan
tradisi masyarakat yang sangat beragam. 8 Setiap komunitas adat memiliki
norma-norma hukum adat yang unik, menciptakan kerangka regulasi yang
khusus sesuai dengan nilai-nilai lokal dan sejarah panjang mereka.
Keberagaman ini menciptakan lanskap hukum adat yang kompleks dan
berwarna di seluruh nusantara.
2. Tantangan Pengakuan Hukum Adat dalam Sistem Nasional
Meskipun keberagaman ini mencerminkan kekayaan kultural yang luar biasa,
sayangnya, hukum adat sering diabaikan dalam proses perundang-undangan
nasional di Indonesia.9 Proses pembuatan undang-undang sering kali tidak
memberikan ruang yang cukup untuk mempertimbangkan dan
mengintegrasikan norma-norma hukum adat ke dalam sistem hukum
8
I Nyoman Nurjaya, Memahami Kedudukan dan Kapasitas Hukum Adat dalam Politik
Pembangunan Hukum Nasional, PERSPEKTIF, XVI(4), 236-243, 2011.
9
Wahyu Nugroho, Konstitusionalitas Hak masyarakat Hukum Adat dalam Mengelola
Hutan Adat : Fakta Empiris Legalisasi Periinan, Jurnal Konstitusi, 11(1), 110-129, 2014.
31
nasional. Hal ini menyebabkan kurangnya pengakuan resmi terhadap hukum
adat dan dapat mengancam keberlanjutan kearifan lokal.
3. Tantangan Komunitas Adat dalam Mempertahankan Budaya Mereka
Seiring dengan kurangnya pengakuan hukum adat, beberapa komunitas adat
menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan warisan budaya
mereka. Konflik dengan kebijakan pembangunan yang cenderung
mengabaikan nilai-nilai lokal, perubahan tata guna lahan yang tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip hukum adat, dan dampak industrialisasi menjadi
ancaman serius bagi keberlanjutan budaya mereka. 10 Komunitas adat sering
kali harus berjuang keras untuk mempertahankan hak-hak mereka dan
melindungi warisan budaya yang diwariskan secara turun-temurun.
4. Pencarian Solusi Terhadap Konflik Kebijakan Pembangunan
Pentingnya mempertimbangkan hukum adat dalam proses pembangunan
menjadi semakin mendesak. Diperlukan kerjasama antara pemerintah,
komunitas adat, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mencari solusi
yang adil dan berkelanjutan. Pendekatan partisipatif yang melibatkan semua
pihak dapat menciptakan kebijakan pembangunan yang lebih inklusif dan
memperhitungkan nilai-nilai hukum adat, sehingga konflik dengan
komunitas adat dapat diminimalkan. 11
10
Ayu Citra Santyaningtyas, Rahmadi Indra Tektona, Melindungi Hak Masyarakat Adat
di Indonesia Pada Penyalahgunaan Ekspresi Budaya Tradisional di Indonesia, Jurnal HERITAGE,
7(1), 2019.
11
Desi Tamarasari, Pendekatan Hukum Adat dalam Menyelesaikan Konflik Masyarakat
Pada Daerah Otonom, Jurnal Kriminologi Indonesia, 2(1), 37-47, 2002.
31
yang mendukung keberlanjutan budaya dan kesejahteraan masyarakat adat
di tengah dinamika perkembangan modern.
Hambatan dalam Mengakui Hukum Adat
Hambatan yang dihadapi dalam mengakui hukum adat dalam konteks
hukum nasional, anatara lain :
1. Tantangan Regulasi dalam Pengakuan Hukum Adat
Salah satu hambatan utama dalam mengakui hukum adat di Indonesia adalah
ketidakjelasan regulasi yang mengatur hubungan antara hukum adat dan
hukum nasional.12 Kurangnya panduan yang jelas menyebabkan keambiguan
dalam pengakuan formal terhadap norma-norma hukum adat. Ketidakpastian
hukum ini menciptakan lingkungan yang tidak kondusif untuk perlindungan
dan pengembangan kearifan lokal, karena masyarakat adat sering kali harus
berhadapan dengan ketidakpastian hukum dalam melindungi hak-hak dan
tradisi mereka.
2. Minimnya Dukungan Pemerintah dalam Mendukung Hukum Adat
Minimnya dukungan pemerintah menjadi tantangan serius dalam mengakui
dan mengintegrasikan hukum adat ke dalam sistem hukum nasional.
Kurangnya komitmen untuk memahami serta menghargai kearifan lokal
dapat menghambat langkah-langkah konkrit untuk memberikan pengakuan
formal terhadap hukum adat. Tanpa dukungan yang kuat dari pemerintah,
upaya masyarakat adat untuk mempertahankan hak-hak mereka dan
memajukan nilai-nilai budaya mereka menjadi lebih sulit. 13
3. Minimnya Pemahaman Aparat Penegak Hukum terhadap Kearifan Lokal
Tingkat pemahaman yang minim terhadap kearifan lokal di kalangan aparat
penegak hukum menjadi hambatan lain. Sebagian besar aparat penegak
hukum mungkin tidak memiliki pemahaman mendalam tentang nilai-nilai,
norma, dan tradisi masyarakat adat. Hal ini dapat mengarah pada penafsiran
yang tidak akurat atau kurangnya kepekaan terhadap isu-isu yang berkaitan
dengan hukum adat. Pemahaman yang terbatas ini dapat menyulitkan
penegakan hukum adat di tingkat lokal dan nasional.
4. Perbedaan Pandangan antara Hukum Adat dan Hukum Nasional
Perbedaan pandangan antara hukum adat dan hukum nasional menjadi
kendala serius dalam integrasi norma-norma hukum adat ke dalam sistem
hukum yang lebih luas. Terkadang, norma-norma hukum adat dianggap
kontradiktif dengan prinsip-prinsip hukum nasional yang lebih modern.
Penyesuaian yang diperlukan untuk mencapai keselarasan antara keduanya
12
Riezka Eka Mayasari, Tantangan Hukum Adat dalam Era Globalisasi Sebagai Living
Law Dalam Sistem Hukum Nasional, e-jurnal UMRI,
13
Jawahir Thontowi, Perllindungan dan Pengakuan Masyarakat Adat dan Tantangannya
dalam Hukum Indonesia, Jurnal Jukum IUS QUIA IUSTUM, 1(20), 1-36, 2013.
31
seringkali kompleks dan membutuhkan keterlibatan aktif dari berbagai
pihak, termasuk masyarakat adat, ahli hukum, dan pembuat kebijakan.
5. Pergeseran Paradigma dalam Pengakuan Hukum Adat
Penting untuk memahami bahwa pengakuan hukum adat tidak hanya
melibatkan aspek regulasi dan kebijakan semata, tetapi juga melibatkan
pergeseran paradigma masyarakat dan aparat penegak hukum. Pendidikan
dan pelatihan yang lebih mendalam mengenai kearifan lokal diperlukan
untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik dan membangun jembatan
antara hukum adat dan hukum nasional. Ini memerlukan upaya kolaboratif
dari berbagai pihak untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
integrasi yang lebih baik.
6. Perlunya Dialog Terbuka dan Inklusif
Mengatasi hambatan ini memerlukan dialog terbuka dan inklusif antara
pemerintah, masyarakat adat, dan kelompok-kelompok pemangku
kepentingan. Membangun pemahaman bersama tentang nilai-nilai dan
prinsip-prinsip yang mendasari hukum adat serta menciptakan ruang untuk
menyatukan pandangan yang berbeda dapat menjadi langkah awal menuju
integrasi yang lebih efektif. Dengan mengatasi hambatan-hambatan ini secara
sistematis, Indonesia dapat melangkah maju dalam mengakui dan
memajukan hukum adat sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kekayaan
budaya dan identitas nasionalnya.
Kontribusi Revitalisasi Hukum Adat
Kontribusi revitalisasi hukum adat terhadap keberlanjutan budaya lokal
dan pembangunan berkelanjutan, yaitu :
1. Meningkatkan Keadilan dan Kesejahteraan Masyarakat Lokal
Revitalisasi hukum adat di Indonesia membawa potensi besar untuk
meningkatkan tingkat keadilan dan kesejahteraan di kalangan masyarakat
lokal. Dengan memberikan pengakuan formal terhadap hukum adat, hak-hak
masyarakat adat dapat dilindungi dengan lebih efektif. Hal ini menciptakan
landasan hukum yang kuat untuk menanggulangi ketidaksetaraan dan
memberikan akses yang lebih baik terhadap sumber daya dan layanan publik
bagi komunitas adat.
2. Pelestarian Lingkungan melalui Pengakuan Hukum Adat
Pengakuan formal terhadap hukum adat juga memiliki dampak positif
terhadap pelestarian lingkungan. Banyak norma hukum adat yang secara
alami mendukung keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan.
Dengan memberikan legitimasi hukum terhadap praktik-praktik tradisional
yang mendukung pelestarian alam, revitalisasi hukum adat dapat menjadi
kekuatan untuk menjaga keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak
negatif terhadap ekosistem.
3. Mendorong Pembangunan Berkelanjutan
31
Revitalisasi hukum adat juga membuka pintu untuk mendorong
pembangunan berkelanjutan. Melalui integrasi norma-norma hukum adat
dalam perencanaan pembangunan, kebijakan dapat dirancang dengan
mempertimbangkan nilai-nilai lokal dan kebutuhan masyarakat adat.
Pendekatan ini memastikan bahwa pembangunan tidak hanya efisien dari
segi ekonomi, tetapi juga berkelanjutan dan mempertimbangkan dampak
sosial serta lingkungan.
4. Perlindungan Hak-hak Masyarakat Adat
Pengakuan formal terhadap hukum adat berperan sentral dalam melindungi
hak-hak masyarakat adat. Hukum adat sering kali mencakup hak-hak atas
tanah, sumber daya alam, dan kearifan lokal yang unik. Dengan memberikan
dasar hukum yang kuat, revitalisasi hukum adat memastikan bahwa hak-hak
ini diakui, dihormati, dan dilindungi, menghindarkan masyarakat adat dari
risiko kehilangan tanah dan sumber daya tradisional mereka.
5. Melibatkan Masyarakat Adat dalam Proses Kebijakan
Partisipasi masyarakat adat dalam proses pembuatan kebijakan adalah kunci
dalam menghasilkan kebijakan yang berkelanjutan. Revitalisasi hukum adat
dapat mencakup strategi untuk mengamplifikasi suara dan aspirasi
masyarakat adat dalam proses pengambilan keputusan. Melibatkan mereka
secara langsung dapat menjamin representasi yang lebih baik dan
memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan mencerminkan kebutuhan dan
nilai-nilai masyarakat adat.
6. Keberlanjutan Kearifan Lokal
Revitalisasi hukum adat tidak hanya berfokus pada aspek-aspek formal
hukum, tetapi juga pada keberlanjutan kearifan lokal. Dengan memberikan
dukungan kepada praktik-praktik tradisional dan nilai-nilai kultural,
revitalisasi ini menciptakan lingkungan di mana kearifan lokal dapat terus
berkembang dan diteruskan dari generasi ke generasi. Pemeliharaan dan
pengembangan kearifan lokal adalah investasi jangka panjang dalam
kekayaan budaya Indonesia. Dengan demikian, revitalisasi hukum adat
menjadi landasan yang kokoh untuk mendukung keadilan, kesejahteraan, dan
keberlanjutan di tingkat lokal dan nasional.
Kesimpulan
Situasi hukum adat di Indonesia saat ini mencerminkan keberagaman
budaya dan tradisi masyarakat yang kaya. Meskipun demikian, pengakuan
formal terhadap hukum adat dihadapkan pada sejumlah hambatan dalam
konteks hukum nasional. Tantangan tersebut mencakup ketidakjelasan regulasi,
minimnya dukungan pemerintah, serta minimnya pemahaman terhadap
kearifan lokal di kalangan aparat penegak hukum. Perbedaan pandangan antara
hukum adat dan hukum nasional juga menjadi kendala dalam mengintegrasikan
norma-norma hukum adat ke dalam sistem hukum yang lebih luas.
31
Dalam mengatasi hambatan tersebut, revitalisasi hukum adat muncul
sebagai solusi yang berpotensi besar. Pengakuan formal terhadap hukum adat
dapat memberikan dasar hukum yang kokoh untuk melindungi hak-hak
masyarakat adat, mempromosikan pelestarian lingkungan, dan mendorong
pembangunan berkelanjutan. Selain itu, melibatkan masyarakat adat dalam
proses pembuatan kebijakan menjadi langkah krusial untuk memastikan
representasi yang lebih baik dan keberlanjutan kearifan lokal.
Dengan demikian, revitalisasi hukum adat bukan hanya mengenai upaya
pengakuan norma-norma hukum adat, tetapi juga tentang menciptakan
landasan hukum yang mendukung pelestarian budaya lokal dan pembangunan
berkelanjutan. Keberhasilan revitalisasi ini akan menciptakan keseimbangan
yang optimal antara modernitas dan pelestarian nilai-nilai tradisional, serta
memberikan kontribusi positif bagi keadilan, kesejahteraan, dan keberlanjutan
budaya di Indonesia.
Daftar Pustaka
Ayu Citra Santyaningtyas, Rahmadi Indra Tektona, Melindungi Hak Masyarakat
Adat di Indonesia Pada Penyalahgunaan Ekspresi Budaya Tradisional di
Indonesia, Jurnal HERITAGE, 7(1), 2019.
Betha Rahmasari, Ariza Umami, Tirta Gautama, Pengaruh Hukum Adat dalam
Pengaturan Pemerintah Desa : perspektif Normatif, Mhammadiyah Law
Review, 7(2), 60-77, 2023.
Desi Tamarasari, Pendekatan Hukum Adat dalam Menyelesaikan Konflik
Masyarakat Pada Daerah Otonom, Jurnal Kriminologi Indonesia, 2(1), 37-47,
2002.
Eko Noer Kristiyanto, Kedudukan Kerifan Lokal dan Peranan Masyarakat dalam
Penataan Ruang di Daerah, Jurnal RECHTS VINDING, 6(2), 159-177, 2017
31
Marco Manarisip, Eksistensi Pidana Adat dalam Hukum Nasional, Lex Crimen,
1(4), 24-39, 2012.
Riezka Eka Mayasari, Tantangan Hukum Adat dalam Era Globalisasi Sebagai
Living Law Dalam Sistem Hukum Nasional, e-jurnal UMRI,
Riezka Eka Mayasari, Tantangan Hukum Adat dalam Era Globalisasi Sebagai
Living Law Dalam Sistem Hukum Nasional, e-jurnal UMRI,
Rima Duana, Nina Herlina, Meisha Poetri Perdana, Muhammad Amin Effendy,
dan Ukilah Supriyatin, Fungsi dan Peran Huum Adat dalam Stabilitas
Perekonomian Negara, Jurnal Ilmiah Galuh Justisi, 11(2), 261-269, 2023.
Wahyu Nugroho, Konstitusionalitas Hak masyarakat Hukum Adat dalam
Mengelola Hutan Adat : Fakta Empiris Legalisasi Periinan, Jurnal
Konstitusi, 11(1), 110-129, 2014.
31
IV. JURNAL 4
Judul Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening
Karya Seravin dan Joaquin Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi
Djoko Damono
Tahun 2023
Tanggal Oktober
Abstrak Sastra dan pertunjukan adalah dua cara kontribusi drama yang
berbeda satu sama lain. Perspektif ini memungkinkan pemahaman
drama yang lebih lengkap, sehingga memberikan informasi yang
lebih menyeluruh. Tujuan penelitian ini untuk menyelidiki struktur
dan tekstur drama dalam lakon Pagi Bening karya Seravin dan
Joaquin Alvarez Quintero serta versi terjemahan oleh Sapardi Djoko
Damono. Demikian, lakon Pagi Bening akan dianalisis dari naskah
dramanya serta dari video dokumentasi dari pertunjukannya yang di
mainkan oleh Teater Stemka Yogyakarta di tahun 2022. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode
analitik deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah naskah
drama Pagi Bening dan video dokumentasi pertunjukan Pagi Bening
yang dipentaskan pada tahun 2022. Hasil penelitian ini mencakup
dua aspek utama, yaitu struktur drama dan tekstur drama. Struktur
drama membahas tentang karakter tokoh, alur cerita, dan tema.
Empat tokoh utama yang dianalisis adalah Laura, Gonzalo, Petra,
dan Juanito.
Alur cerita dieksplorisasi berdasarkan naskah yang hanya memiliki
satu babak. Tema yang diangkat dalam lakon Pagi Bening berkisah
tentang pertemuan cinta masa lalu di masa kini. Sementara itu,
analisis tekstur drama fokus pada mood atau suasana emosional yang
terlihat dalam pertunjukan. Terdapat lima mood drama yang muncul
dalam video pementasan "Pagi Bening." Mood ini dipahami melalui
dialog dan pementasan visual yang mendukung adegan, termasuk
mood senang, mood kesal, mood mesra, mood sedih, dan mood
khawatir
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk menyelidiki struktur dan tekstur drama
dalam lakon Pagi Bening karya Seravin dan Joaquin Alvarez
Quintero serta versi terjemahan oleh Sapardi Djoko Damono
Subjek Penelitian Lakon Pagi Bening akan dianalisis dari naskah dramanya serta dari
video dokumentasi dari pertunjukannya yang di mainkan oleh Teater
Stemka Yogyakarta di tahun 2022
ABSTRAK
Histori Artikel: Sastra dan pertunjukan adalah dua cara kontribusi drama yang berbeda satu
sama lain. Perspektif ini memungkinkan pemahaman drama yang lebih lengkap,
Diajukan: sehingga memberikan informasi yang lebih menyeluruh. Tujuan penelitian ini
19/07/2023 untuk menyelidiki struktur dan tekstur drama dalam lakon Pagi Bening karya
Seravin dan Joaquin Alvarez Quintero serta versi terjemahan oleh Sapardi
Diterima: Djoko Damono. Demikian, lakon Pagi Bening akan dianalisis dari naskah
31/10/2023 dramanya serta dari video dokumentasi dari pertunjukannya yang di mainkan
oleh Teater Stemka Yogyakarta di tahun 2022. Penelitian ini merupakan
Diterbitkan: penelitian kualitatif yang menggunakan metode analitik deskriptif. Sumber data
01/11/2023 yang digunakan adalah naskah drama Pagi Bening dan video dokumentasi
pertunjukan Pagi Bening yang dipentaskan pada tahun 2022. Hasil penelitian
ini mencakup dua aspek utama, yaitu struktur drama dan tekstur drama.
Struktur drama membahas tentang karakter tokoh, alur cerita, dan tema. Empat
tokoh utama yang dianalisis adalah Laura, Gonzalo, Petra, dan Juanito. Alur
cerita dieksplorisasi berdasarkan naskah yang hanya memiliki satu babak.
Tema yang diangkat dalam lakon Pagi Bening berkisah tentang pertemuan cinta
masa lalu di masa kini. Sementara itu, analisis tekstur drama fokus pada mood
atau suasana emosional yang terlihat dalam pertunjukan. Terdapat lima mood
drama yang muncul dalam video pementasan "Pagi Bening." Mood ini
dipahami melalui dialog dan pementasan visual yang mendukung adegan,
termasuk mood senang, mood kesal, mood mesra, mood sedih, dan mood
khawatir.
ABSTRACT
Literature and performance are two different ways of contributing to drama. This perspective allows
for a more complete understanding of the drama, resulting in more thorough information. This study
aims to examine the structure and texture of drama in the play Pagi Bening by Seravin and Joaquin
Alvarez Quintero, translated by Sapardi Djoko Damono. That way, the play Pagi Bening will be
analyzed from the drama script as well as from the video documentation of the performance, which
will be performed by the Yogyakarta Stemka Theater in 2022. This research is included in qualitative
research with a descriptive analytic research method. The data source used is the drama script Pagi
Bening and the staging video of Pagi Bening, which will be played in 2022. The results of this study
are divided into two aspects, namely drama structure and drama texture. The structure of the drama
discusses the characters, plot, and themes. There are four characters discussed, namely Laura,
Gonzalo, Petra, and Juanito. The plot is analyzed based on a script that only has one act. The theme
8
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan e-ISSN: 2776-
Sastra 6020
of
8
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
the play Pagi Bening is about past love encounters in the present. The texture of the drama in the play
Pagi Bening refers to the mood of the drama being seen. There are five dramatic moods that appear
in the video for the Pagi Bening performance. The mood is observed from the dialogue and spectacles
that support the scene, namely a happy mood, an annoyed mood, an intimate mood, a sad mood, and
a worried mood.
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 8
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
maupun pertunjukan, drama tidak dapat
eksis tanpa keberadaannya.
Hal ini sejalan dengan pertanyaan
Satoto (2016: 6) menyatakan bahwa “Seni
drama tidak dapat dikatakan lengkap tanpa
mencapai tahap seni teater yang melibatkan
pementasan atau pertunjukan sebagai bentuk
nyata. Oleh karena itu, memahami naskah
lakon saja tidak cukup tanpa
mempertimbangkan potensi pemetasannya”.
Menurut Endraswara dalam (Rosmawati,
2022) “Naskah drama adalah tulisan yang
memuat sebuah cerita, bahkan terkadang
juga mencakup penjelasan mengenai nama-
nama tokoh, dialog yang diucapkan oleh
para tokoh, latar panggung, kostum,
pencahayaan (lighting), dan efek suara."
Sehingga naskah drama merupakan esai
yang termasuk ke dalam narasi atau lakon.
Struktur dan organisasi naskah teater
berbeda dengan naskah cerita pendek atau
novel. Dalam naskah dramatik, cerita tidak
diceritakan secara langsung. Alur cerita
diganti dengan tuturan tokoh. Jadi, dialog
atau percakapan para tokoh ditekankan
dalam skenario drama. Terkadang juga
dalam naskah membahas mengenai nama-
nama karakter, apa yang mereka katakan,
bagaimana penampilan panggung, apa yang
harus mereka kenakan, bagaimana fungsi
lampu dan peralatan suara, dan bagaimana
karakter harus berpakaian.
Drama memiliki elemen-elemen
dramaturgi yang mendukung perkembangan
naratif di dalamnya. Menurut Cohen seperti
yang dijelaskan dalam (Jiwangga, 2018)
“elemen-elemen dramaturgi ini meliputi alur
cerita, tema, karakterisasi tokoh, gaya
bahasa, efek suara, visual, dan aturan-aturan
konvensi. Elemen-elemen tersebut kemudian
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
utama yaitu struktur dan tekstur drama.
Struktur drama mencakup aspek alur cerita,
tema, dan karakterisasi tokoh. Sementara
itu, tekstur
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 8
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
drama melibatkan dialog antar karakter, dan Saksono (2017) dengan judul
pementasan visual, dan suasana emosional. penelitiannya Struktur dan Tekstur Drama
Struktur dan tekstur drama bekerja bersama- Kabale Und Liebe Karya Friedrich Schiller.
sama untuk memastikan penyampaian Penelitian tersebut adalah struktur drama
informasi yang tepat. Untuk memahami bentuk terdiri dari plot, karakter, dan tema, sedangkan
dan tekstur drama secara menyeluruh, penting tekstur terdiri dari dialog, mood, dan spectacle.
untuk meneliti sumber naskah drama sebagai
panduan dan pertimbangan utama dalam METODE PENELITIAN
proses pementasannya. Penelitian ini merupakan penelitian
Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti kualitatif dengan metode dalam penelitian ini
tertarik untuk menganalisis tentang struktur yaiu analitik deskriptif. Menurut Nugrahani
dan tekstur drama dalam naskah drama Pagi (2014) Penelitian kualitatif merupakan jenis
Bening karya Seravin dan Joaquin Alvarez penelitian yang bertujuan untuk memahami
Quintero terjemahan dari Sapardi Djoko situasi atau konteks tertentu dengan
Damono. Struktur dan tekstur drama diteliti menyajikan gambaran yang terperinci dan
untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai potret kondisi di
komprehensif tentang naskah dan pementasan. lingkungan alamiah (natural setting).
Fokus utama adalah pada tokoh, untuk Penelitian ini berfokus pada pemahaman
mengevaluasi penggambaran karakter, tentang apa yang sebenarnya terjadi sesuai
jalannya cerita, tema, dialog, tontonan, dan dengan objek penelitian yang sedang diteliti.
suasana. Enam aspek ini dipelajari dalam Pengumpulan data dilakukan menggunakan
naskah dan rekaman pementasan Pagi Bening metode observasi dan pencatatan (Simak dan
menunjukkan penampakan struktur dan tekstur catat) pada objek penelitian video pementasan
drama tersebut. drama Pagi Bening tahun (2022) yang
Beberapa penelitian terkait dengan dilakukan oleh Teater Stemka Yogyakarta.
struktur dan tekstur drama ataupun terhadap Penelitian ini akan membagi teori
naskah Pagi Bening karya Seravin dan menjadi dua kategori utama: struktur drama
Joaquin Alvarez Quintero dalam terjemahan dan tekstur drama. Dalam subbab tekstual,
Sapardi Djoko Damono. Salah satu penelitian informasi lebih lanjut tentang struktur dan
sebelumnya dilakukan oleh Wahyuningsih tekstur drama disediakan. Pemilihan teori-teori
(2013) dengan judul penelitian “Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan landasan
Karakter Berdasarkan Dialog Tokoh Naskah bagi perspektif dan kerangka kerja untuk
Pagi Bening Karya Serafin dan Joaquin analisis naskah dan pementasan drama Pagi
Alfares Quintero Terjemahan Drs. Sapardi Bening karya Seravin dan Joaquin Alvarez
Djoko Damono. Dari penelitian tersebut, Quintero terjemahan Sapardi Djoko Damono.
diperoleh kesimpulan bahwa secara Peneliti memilih teori Kernodle sebagai
keseluruhan, naskah drama "Pagi Bening" definisi struktur dan tekstur drama. Menurut
tidak hanya mencerminkan kondisi sosial pada Kernodle seperti yang dikutip dalam
waktu tertentu, tetapi juga menggambarkan (Dewojati, 2010: 159), struktur drama
refleksi perkembangan pemikiran dan dikategorikan menjadi alur, karakter, dan
kebudayaan masyarakat. tema. Sementara itu, tekstur drama terdiri dari
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh dialog, spectacle, dan mood. Dalam penelitian
Jiwangga (2018) dengan judul penelitiannya ini, tujuannya adalah untuk menyelidiki
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam struktur dan tekstur drama dengan
Naskah Serta Video Pementasan Mega-Mega menggunakan kerangka teori Kernodle (1967),
Karya Arifin C. Noer. Penelitian tersebut sehingga aspek setting tidak akan dimasukkan
memperoleh pembagian menjadi dua aspek dalam analisis teori. Selain itu, latar belakang
yaitu struktur drama dan tekstur drama yang di drama akan berkaitan erat dengan semiotika
sinkronisasi dari naskah drama Mega-Mega panggung dan proses interpretasi sutradara,
serta video pementasan Mega-Mega. Ketiga, yang tidak akan dijelaskan secara rinci dalam
penelitian yang dilakukan oleh Hidayahtulloh penelitian ini.
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 8
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 8
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
lagi besok. Meskipun demikian, mereka
tidak yakin dengan identitas masing-masing
lawan bicara mereka.
b. Karakter
a) Laura
Laura memiliki nama lengkap yaitu
Dona Laura, ia adalah wanita tua yang
berusia 70 tahun. Usianya dapat tercermin
dari pakaian yang ia gunakan, identik sekali
dengan wanita lanjut usia Spanyol yang
sering menggunakan dress, topi, kaos kaki
dengan rendanya, dan tentu saja payung
miliknya. Selain itu, umurnya yang sudah tua
juga di wakilkan dari caranya berjalan yang
perlu berpegang tangan pada Petra. Laura
juga memilki sifat yang senang mengkritik
dan tidak suka di ganggu, namun Laura
termasuk ke dalam tokoh protagonis dan
tokoh sentral yang menjadi kunci dari setiap
gerakan lakon serta yang menjadi pusat
terjadinya konflik. Hal ini dapat terlihat dari
kutipan dialog dibawah ini, yaitu:
1) LAURA: Sungguh buruk perilaku pria
itu! Mengapa seseorang harus menjadi
bodoh dan tumpul pikiran ketika
menua?! (memandang ke arah kanan)
Beruntung!
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 8
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 9
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
memisahkan mereka hingga masing-masing
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 9
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
dari mereka memiliki pasangan hidupnya senang ditunjukkan oleh Laura melalui kata
masing-masing dan sama-sama memiliki “Aku
keturunan dari pasangan hidup yang berbeda.
Namun, Laura dan Gonzalo satu sama lain
tidak jujur pada keadaan, mereka berdua
memilih bercerita mengenai perpisahan
mereka dari sudut pandang mereka pribadi.
Laura dan Gonzalo sebenarnya sadar siapa
lawan bicaranya, namun terlalu banyak
pertimbangan untuk mengakui siapa jati
dirinya.
B. Tekstur Drama
Pada drama Pagi Bening karya Seravin
dan Joaquin Alvarez Quintero dalam
terjemahan Sapardi Djoko Damono tekstur
drama dapat dianalisis melalui observasi dari
dialog, spectacle (pementasan visual), dan
mood (suasana emosional). Dalam penelitian
peneliti mengelompokkan tekstur drama
berdasarkan mood tokoh sebagai berikut:
a. Mood Senang
Menurut KBBI, kata senang
dikategorikan sebagai kata sifat (adjektiva)
yang diartikan sebagai: (1) Puas dan lega,
tanpa adanya rasa susah dan kecewa; (2) betah;
(3) berbahagia; (4) suka atau gembira; (5)
sayang; (6) dalam keadaan baik; (7) mudah
dan praktis;
a) Adegan
Pada adegan dimana di pagi hari tokoh
Laura dan Petra pembantunya memasuki area
taman favorit Laura dengan memegang
payung miliknya. Sambil berjalan Laura
memastikan bangku taman masih kosong.
Terlihat bangku taman yang kosong sehingga
timbul rasa gembira pada diri Laura. Petra
beranjak pergi ke arah kiri menemui tukang
kebun kekasihnya, tersisa Laura sang majikan
duduk di bangku taman yang merupakan
tempat Laura menikmati udara pagi hari
ditemani burung- burung merpati sembari
memberikan remah- remah roti bawaannya.
b) Dialog
Dialog tokoh Laura yang mengacu pada
suasana emosional senang dapat ditemukan
pada cuplikan berikut “Selalu saja hatiku
Bahagia Ketika berada di sini. Semoga
bangkuku tidak diambil oleh orang lain. Oh,
pagi yang indah! Begitu cerah rasanya!”. Dai
penggalan dialog tersebut, tekstur mood
senang ditunjukkan oleh tokoh Laura. Rasa
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 9
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
selalu merasa gembira sekali disini.” Rasa b) Dialog
senang Laura timbul karena keberadaannya Mood kesal yang terlihat dalam adegan
di taman kesukaannya. Tidak hanya itu rasa ini dimulai dengan masuknya tokoh Gonzalo
senang Laura itu juga karena bangku taman dan
yang belum ditempati orang lain serta
adanya burung-burung merpati yang
menghampirinya.
c) Spectacle (Tontonan)
Secara spectacle, tekstur mood senang
ditunjukkan oleh tokoh Laura dengan Teknik
muncul tokoh Laura dan Petra dari arah
kanan dengan memegang payung. Laura dan
Petra berjalan sembari menunjuk bangku
taman yang masih kosong. Laura
menunjukan rasa senangnya dengan
senyuman di mimik wajahnya.
Setelah beranjak menduduki bangku
taman, tokoh Petra dengan mimik ekspresi
wajah girang pergi ke arah kiri
meninggalkan panggung untuk menghampiri
kekasihnya tukang kebun dengan tempo
bicara yang lembut dan gembira. Namun,
tokoh tukang kebun tidak di munculkan di
atas panggung. Tersisa Laura yang beranjak
dari bangku taman, memegang remah-remah
roti lalu menaburkannya sehingga
digambarkan seolah-olah sedang memberi
makan merpati-merpati di taman. Rasa
senang digambarkan dengan tempo bicara
yang lembut dan gembira. Adegan ini
terdapat pada menit ke 03.21-04.40.
b. Mood Kesal
Kata kesal dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, dikategorikan sebagai kata sifat
(adjektiva) yang memiliki beberapa arti,
yaitu
(1) merasa kesal atau marah; (2) merasa
kecewa atau menyesal dengan perasaan
jengkel; (3) merasa tidak suka lagi atau
jemu.
a) Adegan
Adegan ketika tokoh Laura sedang asik
dengan burung-burung merpati di taman.
Terlihat masuk dua tokoh yaitu Gonzalo dan
Julianto dari arah kiri dengan mimik wajah
kesal dan lelah. Dengan langkah yang berat
sembari menggerutu Gonzalo mencari
bangku kosong ke arah kiri dan kanan taman
namun tidak ada yang kosong. Gonzalo lalu
menghampiri Laura dan mengganggunya
dengan mengusir burung-burung merpati.
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 9
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 9
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
arti sebagai berikut: (1) merasa sangat pilu
di hati;
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 9
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 9
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
42.26. Drama selesai musik dimainkan oleh
pianis.
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 9
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
SIMPULAN
Dari hasil penelitian, dapat diambil Laura. Kedua tokoh yang menikmati obat
kesimpulan bahwa pada struktur dan tekstur bersin diringi musik romantis
drama dalam pementasan Pagi Bening karya menumbuhkan suasana yang mesra.
Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero Mood sedih terdapat pada adegan dimana
terjemahan Sapardi Djoko Damono yang di Gonzalo dan Laura menceritakan tentang
mainkan oleh teater Skema dari Yogyakarta, kisah cinta di villa Maricela, namun
yaitu sebagai berikut: keduanya saling menutupi dan
menyembunyikan identitas mereka. Mood
1. Struktur drama Pagi Bening meliputi alur, khawatir yaitu pada saat Gonzalo dan
karakter, dan tema. Alur pada drama Pagi Laura selesai bercerita mengenai
Bening merupakan Alur maju yang dibagi kenangannya timbul rasa khawatir pada
beberapa bagian yaitu pada bagian diri Gonzalo dan Laura. Kekhawatiran
Perkenalan (Exposition) berada di menit akan jati diri yang sebenarnya terungkap
01:05 – 12:40, Permasalahan (Conflict) sehingga membuat mereka lebih baik
berada di menit 14:58 – 29:39, Puncak untuk menutupi meskipun mereka sudah
Masalah (Climax) berada di menit 31:44 – sadar akan siapa tokoh asli dalam cerita
40:22, dan bagian Penyelesaian mereka. Keputusan untuk menutupi jati
(Denouement) berada di menit 40:23 – diri disebabkan oleh faktor usia mereka.
46:03. Pada drama Pagi Bening terdiri 3. Saran bagi seorang yang sedang
dari empat tokoh yaitu, Laura, Gonzalo, mempelajari serta mengajar tentang
Petra, dan Julianto. Laura merupakan drama diharapkan lebih memilah dalam
wanita yang sudah berusia 70 tahun yang memilih naskah drama seperti drama
memiliki paras menawan serta mental terjemahan dari luar negeri Pagi Bening
yang sangat baik meskipun sudah tua. karya Serafin dan Joaquin Alvarez
Gonzalo merupakan seorang pria tua Quintero terjemahan Sapardi Djoko
berusia 70 tahun yang mempunyai sifat Damono. Ada baiknya lebih baik jika
agak sombong dan kurang sabar. Petra pementasan drama lebih terfokus pada
sebagai gadis pembantu Laura yang budaya Indonesia dan realita yang ada di
memiliki sifat sabar. Julianto sebagai Indonesia. Bagi peneliti selanjutnya
pemuda pembantu Gonzalo yang penelitian pada jurnal ini diharapkan
memiliki paras yang tampan dan gagah. dapat dijadikan sebagai bahan
Tema pada drama Pagi Bening yaitu referensinya serta bagi yang akan meneliti
pertemuan cinta masa lalu di masa kini. objek yang sama yaitu pada drama Pagi
Laura dan Gonzalo adalah pasangan Bening lebih baik meneliti terlebih dahulu
kekasih saat remaja. naskah aslinya.
2. Tekstur Pagi Bening karya Serafin dan Demikian penelitian yang dapat
Joaquin Alvarez Quintero terjemahan dipaparkan dalam menganalisis drama Pagi
Sapardi Djoko Damono terbagi dari mood Bening karya Serafin dan Joaquin Alvarez
senang, mood kesal, mood mesra, mood Quintero terjemahan Sapardi Djoko Damono.
sedih, dan mood khawatir. Mood senang Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yaitu pada adegan di mana di pagi hari dari pembaca dalam penelitian ini dikarenakan
tokoh Laura dan Petra pembantunya masih banyak kekurangan karena faktor
memasuki area taman favorit Laura. keterbatasan pengetahuan.
Mood kesal terdapat pada adegan ketika
tokoh Laura sedang asik dengan burung- DAFTAR PUSTAKA
burung merpati di taman. Terlihat masuk
dua tokoh yaitu Gonzalo dan Julianto, Dewojati, C. (2010). Drama: sejarah, teori,
Gonzalo yang kesal mengganggu Laura dan penerapannya. Gadjah Mada
yang sedang asik bermain dengan burung- University Press.
burung. Mood mesra ditunjukkan oleh Hidayahtulloh, P., & Saksono, L. (2017).
tokoh Gonzalo dan Laura pada saat Struktur dan Tekstur Drama Kabale Und
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 9
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
Liebe Karya Friedrich Schiller. Identitaet,
Gonzalo memberikan obat bersin kepada
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 9
Tria Amelia, Zahra Az-Zahra
Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening Karya Seravin dan Joaquin
Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono
VI(2), 1–5.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index
.php/identitaet/article/view/19230/17560
Jiwangga, J. B. J. (2018). Analisis Struktur
Dan Tekstur Drama Dalam Naskah Serta
Video Pementasanmega-Mega Karya
Arifin C. Noer. Universitas Sanata
Dharma.
Kosasih, E. (2008). Apresiasi Sastra Indonesia.
E. Kosasih.
Nugrahani, F., & Hum, M. (2014). Metode
penelitian kualitatif. Solo: Cakra Books,
1(1), 87.
Ridlo, M. (2022). Pertunjukan Teater “Pagi
yang Bening” oleh Teater Stemka
Yogyakarta. YouTube.
https://youtu.be/Gvuo8ve6o2s
Rosmawati, I. (2022). Mengkaji Feminisme
dalam Naskah Drama Monolog Dongeng
Marsinah Karya Sapardi Djoko Damono.
PUSTAKA, 2(3), 15–22.
Satoto, S. (2016). Analisis Drama & Teater
(2nd ed.). Penerbit Ombak.
Wahyuningsih, T. (2013). Analisis Karakter
Berdasarkan Dialog Tokoh Naskah Pagi
Bening Karya Serafin dan Joaquin
Alvares Quintero Terjemahan Drs.
Sapardi Djoko Damono. In UNG
Repository. Universitas Negeri
Gorontalo.
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra - Vol. 10 (2) 2023 - (83- 1
V. JURNAL 5
Tahun 2023
Tanggal Mei
Hasil Penelitian hasil bahwa kesenian tradisional Kuda Kepang Barongan yang
tumbuh dan berkembang di Kota Pontianak berkat Perkumpulan
Margo Tresno merupakan bukti akulturasi etnis Jawa di Pontianak.
Sejarah awal yang diperoleh Awalnya, keberadaan budaya Kuda
Kepang Barongan dicetuskan oleh Perkumpulan Margo Tresno yang
ingin mempertahankan eksistensi budaya etnik Jawa di Pontianak.
Pandangan masyarakat terhadap budaya ini disambut baik oleh para
seniman dengan hadirnya pemain kepang kuda yang tidak hanya
berasal dari etnis Jawa, namun etnis lain juga ikut berpartisipasi. seni
budaya kuda kepang barong semakin memperkaya budaya yang ada
di kota Pontianak khususnya, hal ini sesuai dengan karakteristik kota
Pontianak yang memiliki ragam budaya dan suku bangsa yang biasa
disebut multikultural. Sebagai sumber belajar IPS yaitu
mempertahankan eksistensi budaya kearifan lokal, serta materi
interaksi sosial dan sejarah budaya yang ada di kota Pontianak.
Diskusi Penelitian Kuda barongan merupakan salah satu budaya yang sudah terintegrasi
oleh budaya kehidupan masyarakat kota Pontianak terutama etnis
jawa yang sudah menetap di Pontianak sejak lama, namun tetap
mempertahankan budaya yang ada di Jawa Tengah dibawa ke
Pontianak, tujuannya adalah menjaga kelestarian budaya kesenian
Kuda Barongan. Dari sisi nilai sosial yang terdapat pada kesenian
kuda barongan adalah terjalinnya silahturahmi antar masyarakat
antar etnis jawa maupun etnis lainnya, mereka saling bekerja sama
dalam proses pelaksanaan dari awal hingga akhir pelaksanaan
kesenian tersebut, kemudian meningkatkan kerukunan antar warga
sekitar, dengan tidak membedakan antara etnis satu dengan etnis
lainnya, ini merupakan bagian dari materi dalam pembelajaran IPS
yaitu interaksi sosial, serta nilai-nilai religius, nilai gotong royong,
nilai musyawarah, merupakan bagian dari analisis kompetensi inti
dan kompetensi dasar pada mata pelajaran IPS, (Putra et al., 2022).
Kaitan utama kesenian Kuda Barongan dengan pembelajaran IPS
memberikan tambahan materi ajar bagi guru dan peserta didik dalam
hal pengalaman belajar dan lebih mengetahui serta mempelajari
secara seksama ada budaya yang memberikan gambaran umum untuk
dalam proses pembelajaran yang efektif, inovatif serta berasaskan
kearifan lokal
Kesimpulan Kesenian tradisional Kuda Kepang Barongan yang tumbuh dan
berkembang di Kota Pontianak berkat adanya Paguyuban Margo
Tresno merupakan suatu bukti dari adanya akulturasi etnis Jawa di
Pontianak. Dapat bertahannya eksistensi Kesenian tradisional Kuda
Kepang Barongan Paguyuban Margo Tresno di Pontianak,
Kalimantan Barat merupakan suatu hal yang patut untuk disyukuri.
Bantuan ikhlas lahir batin untuk mengembangkan dan
mempertahankan budaya yang sudah ada hingga detik ini sangat
perlu untuk diapresiasi. Sejarah awal Keberadaan budaya Kuda
Kepang Barongan ini dicetuskan oleh Perkumpulan Margo Tresno
yang ingin mempertahankan keberadaan budaya etnik Jawa di
Pontianak
Kelebihan Menjelaskan detail mengenai seni yang dibahas
E-mail: harisfirmansyah@untan.ac.id
3) Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia
E-mail: nurmeilyadlika@fkip.untan.ac.id
4) Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia
E-mail: hadipips@untan.ac.id
5) Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia
E-mail: astriniekap@fkip.untan.ac.id
Abstract. The purpose of this study was to describe the early history of the formation of the Kuda
Kepang Barongan culture, the views of the community on culture and the impact and existence of the
Kuda Kepang Barongan culture in Pontianak by the Margo Tresno Association, the methods used were
observation, in-depth interviews with informants, the results, the traditional art of Kuda Kepang
Barongan that grows and develops in Pontianak City thanks to the Margo Tresno Association is evidence
of the acculturation of Javanese ethnicity in Pontianak. Obtained were early history Initially, the
existence of the Kuda Kepang Barongan culture was sparked by the Margo Tresno Association which
wanted to maintain the existence of Javanese ethnic culture in Pontianak. The community's view of this
culture was welcomed by the artists with the presence of horse braid players who were not only from
Javanese ethnicity but other ethnicities also participated. the cultural arts of the barong braid horse
further enrich the culture in the city of Pontianak in particular, this is in accordance with the
characteristics of the city of Pontianak which has a variety of cultures and ethnic groups which is
commonly called multicultural. As a source of social studies learning, namely maintaining the existence
of local wisdom culture and material for social interaction and cultural history in Pontianak.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sejarah awal terbentuknya budaya Kuda
Kepang Barongan, pandangan masyarakat terhadap budaya serta dampak dan keberadaan budaya
Kuda Kepang Barongan di Pontianak oleh Persatuan Margo Tresno, metode yang digunakan Dari
observasi, wawancara mendalam dengan informan, diperoleh hasil bahwa kesenian tradisional Kuda
Kepang Barongan yang tumbuh dan berkembang di Kota Pontianak berkat Perkumpulan Margo Tresno
merupakan bukti akulturasi etnis Jawa di Pontianak. Sejarah awal yang diperoleh Awalnya, keberadaan
budaya Kuda Kepang Barongan dicetuskan oleh Perkumpulan Margo Tresno yang ingin
mempertahankan eksistensi budaya etnik Jawa di Pontianak. Pandangan masyarakat terhadap budaya
ini disambut baik oleh para seniman dengan hadirnya pemain kepang kuda yang tidak hanya berasal
dari etnis Jawa, namun etnis lain juga ikut berpartisipasi. seni budaya kuda kepang barong semakin
memperkaya budaya yang ada di kota Pontianak khususnya, hal ini sesuai dengan karakteristik kota
Pontianak yang memiliki ragam budaya dan suku bangsa yang biasa disebut multikultural. Sebagai
sumber belajar IPS yaitu mempertahankan eksistensi budaya kearifan lokal, serta materi interaksi
sosial dan sejarah budaya yang ada di kota Pontianak.
14
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia Volume 8 Nomor 2 Bulan Mei 2023 Page
147 - 163
Pendahuluan
Kalimantan Barat memiliki keberagaman seni dan budaya yang banyak dan
tidak dapat disebutkan satu-persatu. Keberagaman seni dan budaya yang dimiliki
menjadi warisan yang dijaga oleh masyarakat dan pemerintahan daerah Kota
Pontianak. Mewariskannya dapat melalui bidang pendidikan, ekonomi dan sosial. Kota
Pontianak merupakan kota Khatulistiwa yang berada di sebelah Barat dengan wilayah
pesisir yang terdapat Selat, semenanjung dan laut (Tindarika & Ramadhan, 2021).
Walaupun sebagian besar masyarakat kota Pontianak merupakan bangsa Melayu,
namun masyarakat kota Pontianak saling menjaga kesenian yang berkembang
(Panjaitan et al., 2018). Dari semua bentuk kebudayaan dan pertunjukan-pertunjukan
seni di Kalimantan Barat, ada satu lagi yang tidak kalah penting dan tentunya masih
memiliki tempat di hati para penggemarnya, seni pertunjukkan tersebut ialah Kuda
Lumping atau yang biasanya dipanggil dengan nama “Kuda Kepang” oleh orang
Pontianak. Terwujudnya sebuah kesenian merupakan hasil cipta manusia. Dimana
manusia saling berhubungan sehingga menghasilkan interaksi sosial yang terdapat
kontak dan komunikasi (Hidayah & Ramadhan 2021). Kebudayaan menurut (Solomon,
2022) memiliki ikatan erat dengan ilmu anthropologi. Kuda Kepang merupakan
kearifan lokal yang dimiliki masyarakat kota Pontianak. Sehingga unsur seni tersebut
membutuhkan upaya agar tetap eksis ditengah masyarakat yang terus mengalami
perubahan. Menurut (Ramadhan, Firmansyah, & Wiyono 2022) sebagai karya hasil
cipta manusia yang telah mengkristal didalam masyarakat.
Menurut (Najmina, 2018) memperkenalkan perbedaan budaya sejak dini melalui
pendidikan agar anak muda dapat menerima dan memehamai kebudayaan yang
berbeda. Hal tersebut karena adanya perbedaan usage (cara-cara), folkways
(kebiasaan), mores (tata kelakukan), customs (adat istiadat) dalam setiap kelompok
masyarakat tertentu. Melalui pendidikan, kesenian yang beragam dimiliki bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu perlu dilestarikan. Salah satu upaya efektif yang dapat
dilakukan ialah mewariskan kepada generasi bangsa melalui lembaga pendidikan.
Setiap satuan pendidikan yang ingin menjadikan kesenian Kuda Kepang sebagai
sumber belajar dapat memanfaatkan hak otonomi yang dimiliki. Tujuannya agar
kesenian yang dimiliki tidak hilang begitu saja dan terus diinovasikan mengikuti
perkembangan zaman agar tetap eksis serta tidak ditelan zaman. Sebagaimana
diketahui bahwa kebudayaan yang masuk ke Indonesia sudah sulit dibatasi oleh
negara. Perkembangan dan kecepatan budaya yang populer ditengah perkembangan
zaman sudah tidak bisa terelakkan. Solusi yang dapat ditempuh agar kepribadian
bangsa dan jati diri anak muda tidak terpengaruhi melalui upaya menambah
pengetahuan kebudayaan yang dimiliki bangsa sendiri dalam proses pembelajaran.
Tidak hanya memperkenalkan apa saja kesenian bangsa Indonesia. Namun makna
dan nilai solidaritas yang terkandung.
Kuda Kepang Barongan merupakan kesenian yang sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat Indonesia secara luas, karena keunikan yang terdapat pada pakaian serta
properti yang dipentaskan pada kesenian ini. (Wulansari, & Hartono, 2021)
menyatakan ciri dari suatu seni atau kesenian, ialah tampak pada nilai culture yang
dapat diwariskan ke generasi. Kuda lumping adalah suatu bentuk seni pertunjukan
tradisional Jawa yang didalam pertunjukannya ada unsur seni dan religi. Menurut
(Sumanto, 2022) Kuda Lumping adalah kesenian diciptakan oleh rakyat kalangan
bawah yang memiliki nilai dan makna. Istilah tarian kuda lumping ini bermacam-
macam misalnya jathilan, jaran kepang atau kuda kepang. Ciri khasnya
14
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia Volume 8 Nomor 2 Bulan Mei 2023 Page
147 - 163
menggunakan kuda yang terbuat dari anyaman bambu sebagai perlengkapan
pertunjukan dan ada peristiwa kesurupan. Menurut (Kisin & Myers, 2019) didalam
teori “seni” membawa pengaruh perubahan dalam membawa arus ilmu antropologi.
Kehadiran Kuda Kepang/Kuda Lumping yang sebenarnya berasal daratan Jawa ini
dapat menyebar dan terasimilasi sampai ke Pontianak melalui proses sejarah yang
panjang. Sejarahnya Kuda Kepang/Kuda Lumping yang dibawakan oleh Paguyuban
Margo Tresno awal mulanya berkembang di daerah Temanggung, namun dengan
adanya perkembangan masyarakat Jawa dan keseniannya-pun turut menyebarkan
hingga berkembang dengan baik di luar daerah budaya asalnya, termasuk itu yang
bisa kita lihat dari kesenian Kuda Lumping yang ada di Pontianak. Orang-orang Jawa
yang ada di kota Pontianak menyesuikan apa kebudayaan yang sudah mereka miliki
dengan tradisi dan adat istiadat yang sudah ada di Pontianak sehingga melahirkan
pola kebudayaan baru dengan tetap mempertahankan bentuk dari kebudayaan Jawa
yang sudah ada. Menurut (Bahri, S., & Lestari, 2020) masyarakat Kalimantan Barat
memiliki sikap pluralisme tinggi, dimana adanya kemajemukan etnis, budaya, agama
dan asal usul daerah. Lebih lanjut, menurut (Dwijayanto, 2017) mudahnya
pencampuran kebudayaan tidak terlepas dari persamaan idenditas spiritual etnis
bangsa Melayu dan Jawa sebagai saudara muslim. Sehingga masyarakat Jawa sebagai
pendatang mudah diterima oleh masyarakat Pontianak. Melalui pluralisme sebagai
wadah untuk menguatkan eksistensi nilai-nilai budaya bangsa yang tumbuh didalam
masyarakat (Efriani et al., 2021).
Tidak hanya itu, artinya orang-orang Jawa yang datang ke Pontianak dapat
membuka diri mereka untuk menerima ideologi dan beradaptasi dengan norma
tradisional di tempat tinggal mereka yang baru. Hal ini menunjukkan adanya
keharmonisan antar masyarakat pribumi (Melayu) dan pendatang (Jawa).
Keharmonisan dapat tercapai karena kemampuan masyarakat menyeimbangkan
kehidupan yang tumbuh rasa ketenangan, saling menghormati dan tinggal dalam
wilayah yang sama (Saiful et al., 2022). Adapun menurut (Smith, 2013) perilaku
manusia dalam beradaptasi seringkali menghadapi tantangan nyata yang terpengaruh
oleh sejarah atau pengalaman dimiliki dan budayanya. Kehadiran etis Jawa di Kota
Pontianak budayanya kini berkembang mengikuti perkembangan etnis mereka yang
kini sudah tidak berada di daerah asal, bukan artinya menghilangkan identitas asli
mereka namun malah hal tersebut sebenarnya menjadi bukti akan komitmen mereka
untuk menjadi bagian dari komunitas masyarakat di Kota Pontianak yang sangat
bersifat multikulturan dan terdiri dari berbagai macam golongan etnis. Menurut
(Wiyono, H., Firmansyah, H., & Ramadhan, 2022) masuknya kebudayaan luar dan
mudah diterima masyarakat dalam, dikarenakan telah melewati proses internalisasi.
Sehingga perlu untuk diketahui bagaimana sejarah masuknya kesenian Kuda Kepang
di Pontianak, pandangan masyarakat lokal Pontianak serta dampak eksisnya kesenian
Kuda Kepang yang dibawa oleh masyarakat pendatang dari pulau Jawa ke Pontianak
yang Sebagian besar berbangsa Melayu khas Pontianak. Kudang Kepang merupakan
salah satu kearifan lokal yang dapat menjadi pusat belajar. Upaya menjadikan
kearifan lokal sebagai pusat belajar ialah mengintegrasikan kesenian Kuda Kepang
sebagai sumber belajar. Menurut (Wulandari, 2020) sumber belajar sebagai komponen
yang penting dalam pembelajaran di sekolah, hal tersebut karena sumber belajar
sebagai sarana dan fasilitas tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu mata
pelajaran yang sesuai untuk dijadikan sumber belajar dalam proses pembelajaran
ialah mata pelajaran IPS atau Ilmu Pengetahuan Sosial.
14
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia Volume 8 Nomor 2 Bulan Mei 2023 Page
147 - 163
Atas dasar pemikiran dan pertimbangan yang telah kami paparkan tersebut
maka penulis menjadi sangat tertarik untuk melakukan penelitian terkait kebudayaan
ini dengan mengangkat judul penelitian “Sejarah Dan Eksistensi Kebudayaan Kuda
Kepang Barongan Di Pontianak Sebagai Sumber Belajar IPS” yang menurut kami
sangat menarik apabila dibahas secara lebih mendalam ini. Adapun penelitian yang
relevan dalam penelitian ini yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya
yaitu dilakukan oleh (Riawati, 2021) “Keberadaan Tari Kuda Lumping Di Paguyuban
Sekar Turonggo Mudo Kabupaten Kampar Provinsi Riau”. Pada penelitian tersebut
hanya membahas tentang faktor penerimaan masyarakat terhadap kesenian Kuda
Lumping di Provinsi Riau. Selanjutnya penelitian dilakukan oleh (Mushafanah et al.,
2020) “Pelestarian Kesenian Kuda Lumping Dan Reog Di Desa Asinan Kabupaten
Semarang”. Pada penelitian tersebut hanya membahas tentang bentuk pertunjukkan
dan bentuk pelestarian Kuda Lumping di Desa Asinan. Sedangkan pada penelitian ini,
membahas (1) sejarah awal masuknya kesenian Kuda Lumping (2) Pandangan
Masyarakat Lokal dan Pemerintah Terhadap Kebudayaan Kuda Kepang/Kuda
Lumping Paguyuban Margo Tresno dan (3) dampak eksistensi Kuda Lumping yang
dialami oleh masyarakat lokal, yaitu masyarakat Melayu kota Pontianak sejak
masuknya kesenian Kuda Lumping atau Kuda Kepang sebutan masyarakat kota
Pontianak terhadap kesenian ini. (4). Kesenian Kupa Lumping atau Kuda Kepang
sebagai sumber berlajar IPS.
Metode Penelitian
Metode penelitian digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif
deksriptif, penelitian yang bersifat lebih terbuka dengan melakukan observasi dan
wawancara mendalam terfokus untuk kelompok kecil yang menjadi subyek relevan.
Dalam melakukan observasi, peneliti merancang pedoman observasi dan panduan
wawancara untuk memperoleh data tentang sejarah Kuda Kepang, pandangan
masyarakat terhadap kebudayaan Kuda Kepang dan dampak eksistensi Kuda Kepang.
Selanjtunya pada teknik dokumentasi, peneliti menggali informasi yang diperoleh dari
data sekunder tentang Kuda Kepang melalui Artikel ilmiah, video dan menggunakan
alat perekaman, foto dan arsip sejarah terbentuknya Kuda Kepang Paguyuban Margo
Tresno. Sumber-sumber data yang diperoleh dari sesepuh Paguyuban Margo Tresno,
mantan ketua paguyuban, masyarakat. Peneliti menjadi perencana, pelaksanan,
penganalisis, dan penafsir dari data-data temuan (Rino, Imran, Iwan Ramadhan, 2022)
Lokasi penelitian di Kec. Pontianak Barat sebagai lokasi dari Paguyuban Margo
Tresno sebagai pusat subjek dan objek penelitian. Kolaborator utama sebagai sumber
data adalah sesepuh paguyuban Kuda Kepang Barongan Margo Tresno, yaitu Mbah
NN (76 tahun) dan mantan ketua paguyuban yakni bapak SO. Dalam penelitian kami,
data sekunder yang didapat ialah berupa berbagai dokumen dan rekaman eksternal,
maupun foto-foto yang mendukung pembuktian adanya sejarah dan eksistensi
kebudayaan Kuda Kepang Barongan di Pontianak. Teknik pengumpulan data yang
dipakai pada penelitian ini yakni observasi dan wawancara dan dokumentasi.
Sedangkan instrument penelitian, terdiri dari pertanyaan wawancara, Panduan
observasi dan pedoman wawancara dan Alat rekaman. Proses analisis data yang
dilakukan penelitian ini menggunakan yaitu analisis naratif. Analisis naratif
15
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia Volume 8 Nomor 2 Bulan Mei 2023 Page
147 - 163
merupakan suatu studi tentang cerita, dalam hal ini cerita yang dimaksud bisa berupa
cerita sejarah seperti catatan sejarah, cerita-cerita yang ditulis dengan cara
mendengarkan cerita orang lain ataupun pelaku langsung/ wawancara. Dalam
penerapan tringulasi sumber, kami sebagai peneliti menggunakan sumber yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dengan teknik yang sama. Sementara dalam
penerapan tringulasi teori kami membandingkan hasil akhir penelitian yang berupa
rumusan informasi dengan perspektif teori yang relevan. Hasil yang didapat baik dari
wawancara dan observasu kepada informan kami analisis sesuai dengan teknik
triangulasi yang telah ditetapkan yaitu teknik dan sumber agar mendapat hasil yang
maksimal. Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi dengan cara
membandingkan data yang kami temukan dalam data hasil wawancara, observasi,
serta dokumentasi.
15
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia Volume 8 Nomor 2 Bulan Mei 2023 Page
147 - 163
menguburkan para tentaranya bertemu singa atau macan, yang sebenarnya tidak ada,
namun sebenarnya ada singa atau macan disana”
Mengenai suatu kebudayaan luar yang masuk menjadi bagian dari kebudayaan
lokal maka konsep akulturasi dan asimilasi menjadi hal yang tak lepas dari
pembahsan karena salah satu dari dua hal tersebut biasanya menjadi pondasi dari
pemahaman tentang hubungan, interaksi, dan komunikasi, antar antara dua
komunitas enis yang memiliki latar budaya yang berbeda. Menurut (Budi
Setyaningrum, 2018) masyarakat Nusantara dituntut untuk melestarikan kesenian
dari mana saja, walaupun bukan kebudayaan sendiri. Dalam perkembangannya
kesenian kuda lumping barongan ini tumbuh, berkembang, dan terus membaur
ditengah masyarakat Kalimantan Barat, khususnya di Pontianak dimana berdirinya
Paguyuban ini atau bisa disebut mengalami yang namanya akulturasi. Kuda Kepang
Margo Tresno yang berada di Kota Pontianak Kalimantan Barat ini tumbuh dan
berkembang di kalangan masyarakat pendukungnya yang terus membaur bersama-
sama dalam kesenian Kuda Kepang yang berasal dari orang Jawa ini. Menurut (Dari,
2021) sebuah kesenian Kuda Lumping sudah turun temurun dari zaman ke zaman
dan cenderung menampilkan daya tarik kesurupan, kekuataj misterius dan
membutuhkan daya tahan tubuh yang sebenarnya dapat membahayakan kesehatan.
Menurut (Viliani, Palawi, & Ismawan, 2019) upaya perkenalan kesenian Kuda
Kepang dapat dilakukan melalui pola sajian, adegan, struktur gerak, rias busana,
properti, hingga variasi iringan yang lebih berinovasi. Proses pembaruan ini dapat
disebut sebagai bentuk daripada asimilasi yakni suatu proses perubahan suatu
budaya agar dapat menyesuaikan diri dengan kondisi mayoritas (Soekanto, 2003).
Menurut (Umanailo, 2016) kebudayaan terus mengalami perkembangan yang
membutuhkan keseimbangan sebagai evolusi. Walaupun demikian kesenian Kuda
Kepang Margo Tresno ini merupakan salah satu kesenian Tradisional yang
mengandung nilai penampilan yang lengkap dan masih mirip dengan yang aslinya.
Secara garis besar, pertunjukan kesenian Tradisional Kuda Kepang Margo Tresno
mengalami dua perkembangan yang bisa dikelompokan menjadi dua bagian besar
yaitu, yang pertama merupakan seni pertunjukan tradisional tang bersifat estetis dan
yang kedua kesenian ini mengandung nilai magis. Tata cara pelaksaan bermain Kuda
Kepang harus dipersiapkan secara matang-matang, agar pertujukan dapat terlihat
menarik dan tersusun rapi. Mempersiapkan sesajen adalah hal yang tidak
dapatdipisahkan dari tata cara pelaksanaan bermain Kuda Kepang, merupakan hal
yang wajib dipenuhi, kemudian mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang
akan digunakan seperti busana dan alat-alat musik. Kemudian kelengkapan dan
kebersihan alat-alat gamelan harus diperhatikan agar suara dari gamelan itu dapat
terdengar jernih didukung oleh sound sistem yang ada. Kuda Kepang menggunakan
properti anyaman bambu (Rahmawati, 2021). Setelah itu tahap penyusunan alat-alat
gamelan dan alat-alat bermain Kuda Kepang lainnya yakni kuda tiruan, barongan,
pecut meski diletakan ditempat yang sudah dipersiapkan,dalam tahapan ini
tidaksemata-matapenyusunan dilakukan secara sembarangan namun pada posisi
yang semestinya.
Kemudian selain bersifat estetis, pertunjukan kesenian Tradisional Kuda Kepang
Barongan Margo Tresno ini juga mengandung nilai magis. Kuda Lumping dalam
permainannya memiliki unsur tarian yang magis (Devi 2021). Nilai magis (magic)
merupakan suatu hal yang telah ada melekat pada manusia jauh semenjak zaman
batu tua (paleolithicum) dan masih dipercayai hingga sekarang. Magis dulunya sangat
15
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia Volume 8 Nomor 2 Bulan Mei 2023 Page
147 - 163
berkembang pesat terutama dengan adanya pemahaman tentang ilmu sihir
berkembang dalam memori masyarakat (Silawati, 2015). Nilai magis yang terkandung
dalam kesenian ini menjadi ciri khas dalam atraksi Kuda Kepang Margo Tresno, selain
itu nilai yang lain juga sangat mendukung secara performa karena mengandung nilai
estetik dan hiburan untuk sebuah pertunjukan yang akan ditampilkan di tengah
masyarakat. Dari unsur dan nilai-nilai tersebut lah yang menjadikan kesenian Kuda
Kepang Margo Tresno ini menarik di kalangan masyarakat yang menyaksikannya.
Menurut (Zulfiana, T. R., Marzam, M., & Syeilendra, 2014) pergelaran Kuda Kepang
dilaksanakan pada hari besar keagamaan, hari besar nasional dan acara-acara kecil
rakyat. Kesenian Kuda Kepang Margo Tresno ini merupakan kesenian yang masih
murni dari segi gerakan bahkan bentuk Kuda Kepang itu sendiri. Kesenian Kuda
Kepang MargoTresno ini memiliki gerakan yang khas dan musik yang khas yang
tidak dimiliki dengan Kesenian Kuda Kepang lainnya. Kesenian tradisional ini di
dalam mainkannya harus di bawah pengawasan seorang pemimpin supranatural atau
bisa disebut pawang. Pawang ini tidak bisa sembarangan orang karena seorang
pawang ini harus mempunyai kelebihan khusus seperti mempunyai ilmu gaib yang
berfungsi untuk menyadarkan para pemain yang sedang dirasuki makhluk lain.
Menurut (Wijayanti, 2017) keberadaan pawang juga ada pada pertunjukkan kesenian
Kuda Kepang, menurut mereka sebagai persiapan dan perlengkapan pentas. Maka
dari itu pawang ini harus memang benar orang yang mampu dan berilmu, karena
permainan ini melibatkan makhluk makhluk halus percaya tidak percaya tapi itu
nyata. Setiap akan diadakannya pertunjukan pwang harus menyediakan sesajen
terlebih dahulu untuk memanggil makhluk halus tersebut agar memasukipara
pemain. Setelah pemain tidak sadarkan diri disitu atraksi Kuda Kepang di permainkan
dengan diiringi musik yang khas dan gerakan-gerakan yang dinamis. Disini mengapa
pawang diperlukan saat pertunjukan Kesenian Kuda Kepang Margo Tresno ini selain
menjadi pemimpin didalam permainan juga berfungsi untuk menyembuhkan para
pemain jika mengalami hal yang tidak diinginkan.
Adanya akibat dari Gap Culture inilah kesenian Kuda Kepang Paguyuban
bernama Margo Tresno ini awalnya cukup kurang diterima di Kalimantan Barat
khususnya di Pontianak dan sekitarnya akibat adanya kesusahan dalam mengikuti
kebudayaan yang baru yang ada pada Kalimantan Barat dan Jawa Tengah khususnya
di Bawean, Semarang. Walaupun begitu, Mbah NN tidak menyerah dalam
memperkenalkan kesenian tradisional ini hingga sampai berjalannya waktu,
Kesenian Kuda Kepang Margo Tresno mulai dikenal dan sangat berkembang pesat
bahkan Mbah Nasikin pernah mendapat penghargaan dari pemerintahan Pontianak
pada tahun 1970-an karena ketekunan dan keuletannya dalam melestarikan dan
menyebarkan kesenian tradisional Kuda Kepang. Karena adanya perkembangan yang
bisa dikatakan bagus, cara pandang masyarakat Pontianak terhadap kesenian ini
mulai berbeda yang dimana belum bisa menerimanya menjadi semacam kesenian
yang menjadi sebuah motivasi untuk bisa melestarikan dan mengembangkan kesenian
Kuda Kepang dalam tubuh masyarakat agar bisa diterima di lingkungan masyarakat.
Penerimaan pengakuan kesenian budaya Kuda Kepang bisa dilihat dari bagaimana
antusias masyarakat dalam menyaksikan pentas kesenian Kuda Kepang yang
diadakan oleh Mbah NN, pembukaan peserta yang tertarik untuk mempelajari
kesenian ini dan masyarakat Pontianak mulai menganggap kesenian Kuda Kepang di
Paguyuban merupakan bagian dari kebudayaan Pontianak itu sendiri.
15
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia Volume 8 Nomor 2 Bulan Mei 2023 Page
147 - 163
Di Pontianak ini, kesenian Kuda Kepang Paguyuban Margo Tresno memang
memiliki tempat tersendiri di masyarakat, pernyataan ini bisa dilihat dari wawancara
kami dengan Mbah NN yang bisa digambarkan beliau. Masyarakat Kota Pontianak
yang tidak membedakan asal mana pemain yang memainkan Kesenian Kuda Kepang.
Penduduk asli atau tidak, sehingga dengan cara pandang tersebut, banyak seniman
Kuda Kepang termasuk Mbah NN yang nyaman dalam mementaskan dan
menyebarkan kesenian tradisional ini sehingga mereka tidak menjadi orang lain di
tengah lingkungan masyarakat yang baru dan itulah yang menyebabkan kesenian ini
bisa bertahan di masyarakat Pontianak sampai sekarang. Kuda Kepang merupakan
bagian dari mereka, jadi masyarakat merasa wajib untuk melindungi kesenian
tersebut sesuai dengan konsep yang sudah ada dalam kesenian tradisional tersebut
tanpa ada perubahan yang tidak berlebihan. Perlu diingat melestarikan sebuah
kesenian tidak hanya menggunakan kata “melestarikan” melainkan harus bersifat
pengembangan yang sangat serius. Kesenian ini terasa spesial bagi masyarakat
karena Kuda Kepang di Paguyuban memiliki sebuah filosofi yang menggambarkan
bagaimana berat dan tangguhnya Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajahan
Belanda. Mbah NN tidak mau merubah seni Kuda Kepang di Paguyuban dengan yang
asli di Jawa Tengah karena Mbah NN beranggapan mempertahankan kemurnian dan
keaslian dari Kuda Kepang di Paguyuban tersebut merupakan bagian filosofi dari
kesenian kuda lumping atau Kuda Kepang di Paguyuban.
Anggota Kesenian Kuda Kepang Barongan Paguyuban Margo Tresno sampai saat
ini sendiri juga tidak dibatasi hanya untuk orang dari Jawa, ataupun dibatasi untuk
batasan-batasan tertentu (fleksibel). Ditekankan bahwa tidak adanya perbedaan baik
itu antara ras, suku, dan agama yang penting adalah kemauan untuk bergabung
melestarikan kebudayaan tersebut. Antusiasme dan keterlibatan masyarakat di luar
etnis Jawa membuat kesenian Kuda Kepang Barongan ini semakin dapat bertahan
memiliki akar yang kuat di antara budaya kesenian dan tradisi tradisi lain yang ada
di Pontianak.
15
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia Volume 8 Nomor 2 Bulan Mei 2023 Page
147 - 163
Dampak utama yang diberikan oleh kesenian Kuda Kepang/Kuda Lumping
Paguyuban Margo Tresno ialah memperkaya keberagaman sosial-budaya yang ada di
Kalimantan Barat khususnya di Kota Pontianak sebagai ibukota dengan
masyarakatnya yang sangat multikultural. Multikulturalisme ialah bentuk cara
pandang masyarkat yang mana mereka saling memperhatikan interaksi antara
kebudayaan satu dengan yang lainnya dan memandang kebudayaan satu sama lain
secara sama rata (Mahfud, 2014).
Kebudayaan dari luar pulau kalimantan juga masuk dan terasimilasi ke
Pontianak sehingga memunculkan budaya-budaya baru hasil dari asimiliasi akibat
pertemuan dua kebudayaan. Kebijakan transmigrasi yang digalakkan oleh pemerintah
dan intuisi masyarakat luar untuk berpindah ke kalimantan untuk mengadu nasib
mengkibatnya datangnya berbagai penduduk dari berbagai daerah untuk menetap di
Kota Pontianak, tak lepas halnya itu tentunya penduduk yang dantang dan
didatangkan dari pulau Jawa. Paguyuban Jawa yang berada di Kota Pontianak inilah
yang kemudian akan turut melembur dengan masyarakat lokal dan menghadirkan
kebudayaan Kuda Kepang seperti yang dapat kita temukan pada Paguyuban Margo
Tresno di Jl. Suwignyo Gg. Margodadiredjo, Kecamatan Pontianak Barat, Provinsi
Kalimantan Barat.
Dukungan dan bantuan dari masyarakat lokal dan dari pemerintahan kota
dalam hal kepedulian moral maupun materil menjadi bukti kokret bahwa kesenian
Kuda Kepang/Kuda Lumping Paguyuban Margo Tresno telah memberikan pengaruh
sosial yang sangat signifikan serta telah menjadi bagian dari kebudayaan Pontianak
itu sendiri. Pemerintah terkadang memberikan dana dalam uang konsumsi dan
transportasi untuk setiap penampilan, terkadang juga pemerintah sendiri
menyediakan sebuah pentas untuk dilihat oleh masyarakat banyak, hal ini tentunya
dapat meringankan biaya pelaksanaan kesenian tersebut dan tentunya menambah
pemasukan masyarakat yang terlibat dalam pementasan kesenian Kuda Kepang
Barongan Paguyuban Margo Tresno ini.
Pelestarian budaya tentunya tidak akan terus berjalan apabila tidak karena
masyarakat yang merealisasikannya secara nyata. Selain mereka yang paham tentang
budaya, masyarakat harus dapat untuk dirangkul untuk mau melestarikan
budayanya. Pelestarian budaya tidak boleh hanya tertulis di atas kertas saja, atau
hanya sekedar jadi bahan perbicangan intelektual, atau hobi orang-orang kelas alas
semata. Pelestarian budaya harus berkembang dan digalakkan oleh masyarakat
secara menyeluruh (Hadiwinoto, 2002).
Kuda Lumping Paguyuban Margo Tresno sendiri juga melahirkan antusiasme
dan mendorong kemauan masyarakat untuk terlibat melestarikan kebudayaan,
antusiasme ini selain bersifat baik di masyarakat, tentunya juga membuat kesenian
Kuda Kepang Barongan ini semakin dapat bertahan memiliki akar yang kuat di antara
budaya kesenian dan tradisi-tradisi lain yang ada di Pontianak, Kalimantan Barat.
Campur tangan berbagai golongan masyarakat Kalimantan Barat yang berasal dari
berbagai suku bangsa termasuk itu contohnya seperti masyarakat Dayak di
Bengkayang yang juga menggemari kesenian Kuda Kepang/Kuda Lumping Paguyuban
Margo Tresno dan turut membantu mensukseskan pagelaran Kuda Kepang Barongan
Paguyuban Margo Tresno menjadi bukti diterimanya kesenian Kepang Barongan
Paguyuban Margo Tresno sebagai bagian dari kebudayaan lokal di Pontianak,
Kalimantan Barat. Kesenian Kuda Kepang Barogan Paguyuban Margo Tresno
tentunya seperti yang sudah dijealskan sebelumnya, tidak hanya didukung oleh
15
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia Volume 8 Nomor 2 Bulan Mei 2023 Page
147 - 163
masyarakat lokal tapi juga oleh pemerintah setempat, hal ini dibuktikan sering
diundangnya kesenian ini untuk mengisi acara-acara dan agenda Pemerintahan serta
juga sempat muncul di salah satu stasius TV regional.
Selain kebutuhan pokok yakni pakan, sandang, dan papan, kebutuhan manusia
di era modern kini semakin berkembang. Salah satu bentuk kebutuhan lain yang
dibutuhkan oleh manusia kini ialah kebutuhan untuk mendapatkan hiburan. Secara
definisi, hiburan adalah suatu sarana yang diciptakan untuk memberikan rasa
bahagia serta memberikan kepuasan emosi bagi manusia yang menikmatinya. Di
tengah hiruk piruk ibukota Pontianak, keberadaan hiburan sangatlah penting untuk
memenuhi kebutuhan rekreasi masyarakat kota yang pada akan aktivitas (Wadu,
2020). Sesuatu dapat dikatakan sebagai hiburan apabila dapat memuaskan
individu/kelompok sekaligus juga mempunyai kekuatan untuk seakan menghilangkan
rasa kejenuhan pada individu/kelompok tersebut. Kesenian Kuda Kepang Barongan
yang dibawakan oleh Paguyuban Margo Tresno ini merupakan kesenian yang bersifat
pertujukkan sehingga dapat menjadi hiburan bagi masyarakat.
Kesenian Kuda Kepang Barogan yang dibawakan Paguyuban Margo Tresno
dapat dikatakan memiliki nilai hiburan karena pertunjukan Kuda Kepang Barogan
Paguyuban Margo Tresno ini memiliki daya tarik unik untuk menghibur penonton
yang menyaksikannya, orang-orang yang ikut terlibat dalam penyelenggarannya-pun
juga turut senang dengan adanya gelora antusias masyarkat ketika mereka
menyelenggarakan pagelaran kesenian Kuda Kepang Barogan Paguyuban Margo
Tresno ini.
Daya tarik itu sendiri artinya ialah kemampuan suatu hal untuk
menarik/memikat sesuatu agar menyukai suatu objek. Daya tarik biasanya timbul
dikarenakan adanya kekhasan, nilai keunikan, serta kemudahan dalam menggunakan
atau memahami suatu hal (Deklara Nanindya Wardani, Anselmus JE Toenlioe,
2018). Pangelaran kesenian Kuda Kepang Barogan yang dibawakan Paguyuban Margo
Tresno ditujukan untuk segala usia baik itu untuk orang dewasa maupun anak-
anak, semuanya diperbolehkan untuk datang menyaksikan pertunjukan kesenian ini.
Musik dan atraksi yang dipertontonkan menjadi dua komposisi utama yang menjadi
penghibur masyarakat.
Dengan adanya kesenian Kuda Kepang Barogan Paguyuban Margo Tresno ini
secara tidak langsung akan memperkenalkan pada masyarakat pada kebudayaan
nasional khususnya yaitu kebudayaan kuda lumping dan tentunya budaya lokal itu
sendiri yaitu pertunjukan Kuda Kepang Barogan yang dibawakan oleh Paguyuban
Margo Tresno ditempatnya. Dapat kita lihat pada poin ini bahwa tampak pertunjukan
Kuda Kepang Barogan yang dibawakan oleh Paguyuban Margo Tresno memiliki fungsi
pendidikannya tersendiri.
Selain itu manusia juga memiliki pontensi untuk mengembangkan berbagai
kemampuan untuk dirinya dan hal tersebut dapat diajarkan melalui pendiddikan atau
pengalaman. Pendidikan dan pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan
lingkungan fisik, sosial, dan budaya disekitarnya. Hal ini karena fungsi dari
pendidikan ialah mengajarkan ilmu pengetahuan, serta keahlian dan keterampilan
tertentu (Haderani, 2018). Dalam pementasannya, kesenian Kuda Kepang Barogan
Paguyuban Margo Tresno mengandung banyak hal-hal sebagai bagian dari komponen
wajib dalam pertunjukan Kuda Kepang Barogan yang dibawakan oleh Paguyuban
Margo Tresno ini maka masyarakat yang menyaksikannya akan diperkenalkan dengan
adanya keberadaan beragam alat-alat musik tradisional serta tarian-tarian adat.
15
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia Volume 8 Nomor 2 Bulan Mei 2023 Page
147 - 163
Tarian dalam kuda Kepang Barogan Margo Tresno sendiri buka sembarang tarian yang
hanya bernilai estetika belaka karena terdapat pembelajaran nilai-nilai moral
didalamnya seperti pembelajaran tentang kekesatriaan, keberanian dan
kepahlawanan. Pertunjukkan Kepang Barogan yang dibawakan oleh Paguyuban Margo
Tresno ini juga secara tersirat mengandung unsur-unsur nilai religus yang dengan
adanya pertunjukkan ini maka diharapkan masyarakat dapat lebih mensyukuri
karunia nikmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kesenian Kepang
Barogan yang dibawakan oleh Paguyuban Margo Tresno sebenarnya tidak sekedar
memperkenalkan budaya saja, tapi juga turut menumbuhkan rasa ingin tahu,
penasaran, dan ketertarikan pada masyarakat yang menyaksikannya. Dengan
demikian, nantinya akan muncul kader-kader baru yang akan turut serta terlibat
langsung atau membantu secara tidak langsung untuk ikut melestarikan kesenian
Kepang Barogan Paguyuban Margo Tresno ini.
Bukti nyata yang diberikan oleh keterangan Pak Nasikin yaitu seperti adanya
mahasiswa universitas Tanjungpura yang mencoba menjadi pemain Kuda Lumping di
pagelaran kesenian ini dan kemudian malah terpikat dan kini menjadikannya sebagai
hobi, ia melihat kesenian memiliki atraksi yang sangat memukau dan menjadi suatu
kebanggan tersendiri baginya, semua hal tersebut bermula dari tontonan Kuda
Lumping yang menjadikan kebiasaan bagi masyarakat sekitaran Paguyuban Margo
Tresno.
Pada saat pementasan berlangsung dimana dengan adanya keramaian
masyarakat yang melihat peluang keuntungan akan mengambil kesempatan ini untuk
berjualan. Hal tersebut dikarenakan dalam kehidupan manusia sehari-harinya, kita
yang senantiasa berperan sebagai konsumen akan selalu melakukan berbagai
permintaan (demand) agar terpenuhinya kebutuhan barang dan jasa yang kita
dibutuhkan (Febianti, 2014). Mereka yang mementaskan kesenian Kepang Barogan
apabila diundang dalam acara biasanya mendapatkan pemasukan dana intensif dari
yang mengundang mereka ke suatu acara tersebut, dan pemasukan tersebut biasanya
bervariasi dan akan semakin besar apabila diundang instansi besar seperti
pemerintah lokal dan stasiun TV regional, dengan begitu kesenian Kepang Barongan
ini dapat membantu perekonomian para pementasnya. Jadi bisa kita lihat disini
bahwa kesenian Kepang Barogan sendiri memiliki fungsi ekomi yang menguntungkan
banyak golongan baik itu untuk mereka yang mementaskan kesenian kesenian
Kepang Barogan itu sendiri ataupun bagi masyarakat yang turut hadir pada
pementasan kesenian tersebut karena terbukannya peluang untuk menambah
penghasilan.
Solidaritas yang dimaksud ialah sikap kebersamaan dan kesetiakawanan, baik
itu terhadap kepentingan bersama atau dalam simpati pada sesama kelompok.
Solidaritas ini akan muncul seseorang/kelompok dapat merasa nyaman bersama dan
merasa saling memiliki kecocokan hingga pada akhirnya melahirkan sebuah
kesepakatan bersama untuk saling berkomitmen dalam tujuan bersama (Alfaqi, 2016).
Masyarakat Kalimantan Barat pada umumnya dan penduduk Kota Pontianak pada
khususnya merupakan masyarakat yang sangat multikultral. Dengan demikian maka
pengenalan budaya melaui kesenian Kepang Barongan oleh Paguyuban Margo Tresno
tentunya akan semakin memper-erat solidaritas masyarakat. Masyarakat yang melihat
sisi positif dari pagelaran kebudayaan ini akan turut bersama melestarikan kebudayan
ini terlebas dari daerah mana mereka berasal. Kesenian Kepang Barogan yang
dibawakan oleh Paguyuban Margo Tresno dapat dikatakan mampu mampu untuk
15
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia Volume 8 Nomor 2 Bulan Mei 2023 Page
147 - 163
mempererat tali persaudaraan antar sesama penduduk baik tetutama pada mereka
yang tergabung dalam pagelaran kesenian Kepang Barogan yang dibawakan oleh
Paguyuban Margo Tresno ini.
Kesenian Kuda Barongan Sebagai Sumber Belajar IPS
Kesenian Kuda Barongan merupakan salah satu kearifan lokal yang dibawa dari
Jawa Tengah dan dipopulerkan di Pontianak oleh Paguyuban Margo Tresno, dengan
mengkaitkan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPS yaitu memberikan
dampak positif bagi pengembangan kegiatan pembelajaran di sekolah terutama tingkat
sekolah menengah pertama, asal-usul tercipta budaya kesenian ini memberikan
wawasan baru bagi peserta didik yang tidak hanya terpaku pada buku paket saja,
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan tentu penguatan pembelajaran
berbasis ilmu terapan yang ada di masyarakat sangatlah bermanfaat. Sumber belajar
IPS diartinya secara luas adalah dengan memberikan pendekatan kepada peserta didik
yaitu mengetahui lingkungan sekitarnya, baik pada bidang sosial, ekonomi dan
budaya yang wajib diketahui agar peserta didik, (Jumriani, 2018). Dalam hal ini
tujuannya adalah dapat mempertahankan dan menjaga eksistensi budaya-budaya
yang ada di Pontianak dan sekitarnya khususnya, hal berkaitan pula dengan kearifan
lokal dari masing-masing daerah. Pada pendekatan kontekstual, alternatif yang
merupakan sumber-sumber terbaru, haruslah mensinkronkan pada ilmu-ilmu sosial
yang tepat pada peserta didik, (Holilah, 2016).
Kuda barongan merupakan salah satu budaya yang sudah terintegrasi oleh
budaya kehidupan masyarakat kota Pontianak terutama etnis jawa yang sudah
menetap di Pontianak sejak lama, namun tetap mempertahankan budaya yang ada di
Jawa Tengah dibawa ke Pontianak, tujuannya adalah menjaga kelestarian budaya
kesenian Kuda Barongan. Dari sisi nilai sosial yang terdapat pada kesenian kuda
barongan adalah terjalinnya silahturahmi antar masyarakat antar etnis jawa maupun
etnis lainnya, mereka saling bekerja sama dalam proses pelaksanaan dari awal hingga
akhir pelaksanaan kesenian tersebut, kemudian meningkatkan kerukunan antar
warga sekitar, dengan tidak membedakan antara etnis satu dengan etnis lainnya, ini
merupakan bagian dari materi dalam pembelajaran IPS yaitu interaksi sosial, serta
nilai-nilai religius, nilai gotong royong, nilai musyawarah, merupakan bagian dari
analisis kompetensi inti dan kompetensi dasar pada mata pelajaran IPS, (Putra et al.,
2022). Kaitan utama kesenian Kuda Barongan dengan pembelajaran IPS memberikan
tambahan materi ajar bagi guru dan peserta didik dalam hal pengalaman belajar dan
lebih mengetahui serta mempelajari secara seksama ada budaya yang memberikan
gambaran umum untuk dalam proses pembelajaran yang efektif, inovatif serta
berasaskan kearifan lokal.
SIMPULAN
Kesenian tradisional Kuda Kepang Barongan yang tumbuh dan berkembang di
Kota Pontianak berkat adanya Paguyuban Margo Tresno merupakan suatu bukti dari
adanya akulturasi etnis Jawa di Pontianak. Dapat bertahannya eksistensi Kesenian
tradisional Kuda Kepang Barongan Paguyuban Margo Tresno di Pontianak,
Kalimantan Barat merupakan suatu hal yang patut untuk disyukuri. Bantuan ikhlas
lahir batin untuk mengembangkan dan mempertahankan budaya yang sudah ada
hingga detik ini sangat perlu untuk diapresiasi. Sejarah awal Keberadaan budaya
Kuda Kepang Barongan ini dicetuskan oleh Perkumpulan Margo Tresno yang ingin
mempertahankan keberadaan budaya etnik Jawa di Pontianak. Pandangan
15
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia Volume 8 Nomor 2 Bulan Mei 2023 Page
147 - 163
masyarakat terhadap budaya ini disambut baik oleh masyarakat kota Pontianak yaitu
dengan hadirnya pemain kepang kuda yang tidak hanya dari etnis Jawa saja, namun
etnis lain juga ikut berpartisipasi, pemerintah kota Pontianak juga memberikan
apresiasi untuk kesenian ini agar tetap terus dijaga dan dipertahankan eksistensinya.
Seni budaya kuda kepang barongan semakin memperkaya budaya yang ada di kota
Pontianak khususnya, hal ini sesuai dengan karakteristik kota Pontianak yang
memiliki ragam budaya dan suku bangsa yang biasa disebut multikultural. Kaitannya
dengan sumber belajar IPS adalah dengan memperkenalkan kearifan lokal dan
penambahan wawasan baru bagi peserta didik khususnya tingkat SMP, yaitu
mengetahui materi ajar dengan langsung pada aspek materi sejarah budaya, interaksi
sosial serta manfaat dalam mempelajari mata pelajaran IPS.
References
Alfaqi, M. Z. (2016). MEMAHAMI INDONESIA MELALUI PRESPEKTIF NASIONALISME,
POLITIK IDENTITAS, SERTA SOLIDARITAS. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila
Dan Kewarganegaraan, 28(2). https://doi.org/10.17977/JPPKN.V28I2.5451
Andari, D., Sastrawan Noor, A., & Firmansyah, A. (2022). PENANAMAN PENDIDIKAN
NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI DI
SMA ISLAM BAWARI PONTIANAK. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Khatulistiwa (JPPK), 11(1). https://doi.org/10.26418/JPPK.V11I1.51799
Dari, S. W. (2021). Kesenian Kuda Lumping Ditinjau Dari Perspektif Aqidah Islam Di
Desa Pematang Ganjang Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai. Al-
Hikmah: Jurnal Theosofi Dan Peradaban Islam, 3(1).
Efriani, E., Dewantara, J. A., Fransiska, M., Ramadhan, I., & Agustinus, E. (2021).
EKSISTENSI ADAT DALAM KETERATURAN SOSIAL ETNIS DAYAK DI KAMPUNG
BONSOR BINUA SAKANIS DAE. Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum, 6(1).
https://doi.org/10.24246/jrh.2021.v6.i1.p87-106
16
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia Volume 8 Nomor 2 Bulan Mei 2023 Page
147 - 163
Febianti, Y. N. (2014). PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Edunomic Jurnal
Pendidikan Ekonomi, 2(1).
Haderani. (2018). Tinjauan Filosofis tentang Fungsi Pendidikan dalam Hidup Manusia.
Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1), 41–49.
https://doi.org/10.18592/TARBIYAH.V7I1.2103
Holilah, M. (2016). Kearifan Ekologis Budaya Lokal Masyarakat Adat Cigugur Sebagai
Sumber Belajar Ips. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 24(2), 163.
https://doi.org/10.17509/jpis.v24i2.1453
Kisin, E., & Myers, F. R. (2019). The Anthropology of Art, after the End of Art:
Contesting the Art-Culture System. In Annual Review of Anthropology (Vol. 48).
https://doi.org/10.1146/annurev-Anthro-102218-011331
Mushafanah, Q., Prasetyo, S. A., Rofian, R., & Rahmawati, I. (2020). PELESTARIAN
KESENIAN KUDA LUMPING DAN REOG DI DESA ASINAN KABUPATEN
SEMARANG. Malih Peddas (Majalah Ilmiah Pendidikan Dasar), 9(2).
https://doi.org/10.26877/malihpeddas.v9i2.5218
Panjaitan, D. R., Mering, A., & Muniir, A. (2018). Kajian Irama Syair Takhtim Dalam
Kesenian Hadrah Di Kota Pontianak Kalimantan Barat. Jurnal Pendidikan Dan ….
Putra, M. A. H., Handy, M. R. N., Subiyakto, B., Rusmaniah, R., & Norhayati, N.
(2022). Identifikasi Nilai Budaya Masyarakat Sungai Jelai Basirih Selatan Sebagai
Sumber Belajar IPS. PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu Sosial), 2(2), 31–41.
https://doi.org/10.20527/pakis.v2i2.6221
Ramadhan, Iwan; Firmansyah, Haris; Wiyono, H. (2022). Kearifan Lokal dan Kajian
Etnis Di Kalimantan Barat. Lakeisha.
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=6Ap0EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1
&dq=related:dZ5yYThPcrIJ:scholar.google.com/&ots=6RgPsfmt0t&sig=nRGe63AsI
OmqOK4uLL4CLO6VqXU&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
16
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia Volume 8 Nomor 2 Bulan Mei 2023 Page
147 - 163
Riama Al Hidayah, I. R. (2021). SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA. Lakeisha.
Rondhi, M. (2014). Fungsi Seni bagi Kehidupan Manusia: Kajian Teoretik. Imajinasi :
Jurnal Seni, 7(2), 115–128. https://doi.org/10.15294/IMAJINASI.V7I2.8872
Sumanto, E. (2022). Filosifis dalam Acara Kuda Lumping. Kaganga: Jurnal Pendidikan
Sejarah Dan Riset Sosial Humaniora, 5(1), 42–49.
Tindarika, R., & Ramadhan, I. (2021). Kesenian Hadrah Sebagai Warisan Budaya Di
Kota Pontianak Kalimantan Barat. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 7(3).
https://doi.org/10.37905/aksara.7.3.907-926.2021
Umanailo, M. C. B., Sos, S., Umanailo, M. C. B., & Sos, S. (2016). Ilmu sosial budaya
dasar.
Viliani, D., Palawi, A., & Ismawan, I. (2019). PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN
KUDA KEPANG DI SANGGAR SETIA BUDAYA DESA BLANG PAKU KECAMATAN
WIH PESAM KABUPATEN BENER MERIAH TAHUN 2012-2018. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik, 4(3).
16
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia Volume 8 Nomor 2 Bulan Mei 2023 Page
147 - 163
Wijayanti, H. (2017). Pawang dalam Seni Pertunjukan Jaranan di Desa Sranten
Boyolali.
Wiyono, H., Firmansyah, H., & Ramadhan, I. (2022). PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA.
Penerbit Lakeisha.
Wulansari, A., & Hartono, H. (2021). Gegenerasi Kesenian Kuda Lumping Di Paguyuban
Langen Budi Setyo Utomo. 10(2), 185–196.
Zulfiana, T. R., Marzam, M., & Syeilendra, S. (2014). Eksistensi Kesenian Kuda
Lumping di Daerah Alang Lawas Jorong Parak Lubang Kenagarian Tanjung
Gadang Kecamatan Lareh Sago Halaban. Jurnal Sendratasik, 3(1), 6-16.
16
VI. JURNAL 6
Judul Hubungan Kesejahteraan Subjektif dan Resolusi Konflik Terhadap
Kepuasan Pernikahan Orang Tua yang Memiliki Anak Autis
Tahun 2018
Tanggal Oktober
Metode Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner skala
likert, dengan jumlah 60 subjek. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi
Hasil Penelitian Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa ada korelasi positif dan
signifikan antara kesejahteraan subjektif dan resolusi konflik
terhadap kepuasan pernikahan orang tua yang memiliki anak autis
dengan skor F = 12,291, R2 = 0,301, dan p = 0,000. Kesejahteraan
subjektif tidak memiliki hubungan positif dengan kepuasan
pernikahan dengan skor beta = 0,160, skor t = 1,242 dan p = 0,219
sedangkan resolusi konflik memiliki hubungan positif dan signifikan
dengan kepuasan pernikahan dengan skor beta = 0,449, skor t =
3.476 dan p = 0.001.
Diskusi Penelitian Hubungan positif ditunjukkan berdasarkan perhitungan dari uji
regresi didapatkan pula bahwa variabel yang mendominasi adalah
resolusi konflik dengan nilai t hitung sebesar = 3.476 > t tabel = 2.66
dan p = 0.001 < 0.050 yang diartikan bahwa terdapat hubungan
antara resolusi konflik dan kepuasan pernikahan pada orang tua yang
memiliki anak autis. Karena pasangan suami istri yang memiliki
resolusi konflik yang baik akan dengan mudah mendapatkan solusi
pemecahan masalahnya dengan cara berdiskusi walaupun
membutuhkan proses karena adanya perbedaan pendapat. Hal ini
sependapat dengan teori menurut Sadarjoen (2005) penyelesaian
konflik yang efektif nantinya akan berdampak pada peningkatan
keterampilan memecahkan masalah, berkembangnya komunikasi,
meningkatnya pengenalan dan pengertian diantara kedua pasangan
suami istri. Pada pasangan suami istri untuk menemukan solusi bagi
kebutuhan anak teruma bagi anak berkebutuhan khusus (autis)
sangatlah sulit. Pasangan suami istri yang memiliki anak autis
berusaha mencari tempat terapi yang menerima bagaimana kondisi
anak mereka dan memberi kesempatan dan berharap kepada tempat
terapi sebagai alternatif atau bantuan bagi anak maupun
keluarganya. Menurut Resolusi konflik adalah suatu usaha untuk
menangani sebab-sebab konflik serta berusaha untuk membangun
hubungan baru yang dapat bertahan lama didalam kelompok-
kelompok yang mengalami konflik sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Fisher
Kesimpulan Hubungan positif ditunjukkan berdasarkan perhitungan dari uji
regresi didapatkan pula bahwa variabel yang mendominasi adalah
resolusi konflik dengan nilai t hitung sebesar = 3.476 > t tabel = 2.66
dan p = 0.001 < 0.050 yang diartikan bahwa terdapat hubungan
antara resolusi konflik dan kepuasan pernikahan pada orang tua yang
memiliki anak autis. Karena pasangan suami istri yang memiliki
resolusi konflik yang baik akan dengan mudah mendapatkan solusi
pemecahan masalahnya dengan cara berdiskusi walaupun
membutuhkan proses karena adanya perbedaan pendapat. Hal ini
sependapat dengan teori menurut Sadarjoen (2005) penyelesaian
konflik yang efektif nantinya akan berdampak pada peningkatan
keterampilan memecahkan masalah, berkembangnya komunikasi,
meningkatnya pengenalan dan pengertian diantara kedua pasangan
suami istri. Pada pasangan suami istri untuk menemukan solusi bagi
kebutuhan anak teruma bagi anak berkebutuhan khusus (autis)
sangatlah sulit. Pasangan suami istri yang memiliki anak autis
berusaha mencari tempat terapi yang menerima bagaimana kondisi
anak mereka dan memberi kesempatan dan berharap kepada tempat
terapi sebagai alternatif atau bantuan bagi anak maupun
keluarganya. Menurut Resolusi konflik adalah suatu usaha untuk
menangani sebab-sebab konflik serta berusaha untuk membangun
hubungan baru yang dapat bertahan lama didalam kelompok-
kelompok yang mengalami konflik sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh
Fisher
Kelebihan Menjelaskan detail mengenai pembahasan yang dibahas
ABSTRACT. This study aims to analyze the impact of subjective well-being and conflict resolution towards
marital satisfaction of parents who have children with autism. Marital satisfaction is happiness felt by
husband and wife for the fulfillment of the needs and the achievement of goals in marriage. This study is
using quantitative research method. The method of collecting the data which is used is a questionnaire of
Likert scale, with the amount of 60 subject. Data analysis used in this research is regression analysis. From
the results of the study, it is discovered that there is a positive and significant correlation between subjective
well-being and conflict resolution towards marital satisfaction of parents who have children with autism with
the score F = 12.291, R2 = 0.301, and p = 0.000. Subjective well-being does not have positive relationship
with marital satisfaction with the score of beta = 0.160, t score = 1.242 and p = 0.219 while conflict
resolution have positive and significant relationship with marital satisfaction with the score of beta = 0.449, t
score = 3.476 and p = 0.001.
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kesejahteraan subjektif dan resolusi konflik
terhadap kepuasan pernikahan orang tua yang memiliki anak autis. Kepuasan pernikahan adalah kebahagiaan
yang dirasakan oleh suami dan istri untuk pemenuhan kebutuhan dan pencapaian tujuan dalam pernikahan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
kuesioner skala likert, dengan jumlah 60 subjek. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa ada korelasi positif dan signifikan antara
kesejahteraan subjektif dan resolusi konflik terhadap kepuasan pernikahan orang tua yang memiliki anak autis
dengan skor F = 12,291, R2 = 0,301, dan p = 0,000. Kesejahteraan subjektif tidak memiliki hubungan positif
dengan kepuasan pernikahan dengan skor beta = 0,160, skor t = 1,242 dan p = 0,219 sedangkan resolusi
konflik memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kepuasan pernikahan dengan skor beta = 0,449, skor
t = 3.476 dan p = 0.001.
1
Email: faisal_malique29@yahoo.com
3
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 36- ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-
PENDAHULUAN sifat pribadi pasangan, komunikasi dengan pasangan,
Menurut Duvall dan Miller (1985) pernikahan resolusi konflik, manajemen keuangan, pemanfaatan
sebagai salah satu tahap dalam kehidupan manusia. waktu luang, seksualitas, membesarkan anak,
Pernikahan sendiri merupakan latar belakang bagi hubungan dengan keluarga, pembagian kerja dan
sebuah kehidupan baru yang menyatukan dua pribadi kepercayaan.
yang berbeda menjadi satu. Pernikahan berbentuk Adaptasi dengan kondisi baru tidak selamanya
hubungan yang dijalin oleh laki-laki dan perempuan melalui proses yang berjalan dengan baik. Terdapat
yang meliputi hubungan seksual, memiliki keturunan masalah yang datang bagi pasangan suami istri yang
dan penetapan kewajiban yang dimiliki oleh masing- harus dihadapi dengan mengungkapkan pendapat
masing pasangan untuk dilaksanakan dalam dan pengambilan keputusan yang harus ditetapkan
kehidupan rumah tangga. Menurut Surya (2006) oleh pasangan suami istri. salah satu permasalahan
bahwa setiap pasangan yang membentuk ikatan yang dihadapi oleh sebuah keluarga adalah ketika
keluarga mengidam-idamkan kehadiran anak di anak yang lahir dikeluarga kecil tersebut
tengah keluarga mereka. Tidak bisa dipungkiri membutuhkan perhatian khusus atau perawatan
bahwa kehadiran seorang anak bagi sebuah keluarga khusus seperti autisme. Sicile-kira (2006)
merupakan suatu hal yang penting karena dapat menjelaskan bahwa pada tahun 1940, Kanner dan
meningkatkan kepuasan pernikahan dan mengurangi Aperger menggunakan istilah autisme untuk
resiko terjadinya perceraian. menjelaskan anak-anak dengan karakteristik yang
Menurut Nancy, dkk. (2014) kepuasan kita kenali saat ini sebagai autistik. Anak-anak yang
pernikahan adalah salah satu indikator yang cenderung mengembangkan minat khusus tetapi
menentukan keharmonisan suatu keluarga dan memiliki keterbatasan dalam membangun
menjadi dambaan setiap pasangan suami istri. komunikasi dua arah dan berinteraksi sosial dengan
Mewujudkan kepuasan pernikahan bukan perkara lingkungan. Menurut Boutot dan Myles (2011)
yang mudah karena terbentuknya kepuasan mengungkapkan bahwa autisme adalah gangguan
pernikahan merupakan sebuah proses panjang dan perkembangan saraf yang ditandai dengan gangguan
melalui proses penyesuaian yang kompleks hingga keterampilan sosial, gangguan komunikasi dan
masing-masing pasangan dapat merasakan perilaku repetitif. Anak autis termasuk dalam
kebahagiaan. Perasaan bahagia yang dirasakan kategori anak berkebutuhan khusus, yang memiliki
dalam kehidupan berumah tangga akan berdampak perkembangan, perilaku, emosional yang
pada kepuasaan dalam pernikahan, kepuasaan membutuhkan penanganan khusus di banding anak
pernikahan yang ingin dicapai oleh setiap pasangan pada umumnya.
tidak muncul dengan sendirinya namun perlu usaha Menurut Judarwanto (2015), di Indonesia pada
yang diciptakan oleh kedua belah pihak. tahun 2015 diperkirakan satu per 250 anak lahir
Menurut Pimentel (2000) kepuasan pernikahan dengan gangguan autisme dan terdapat 12.800
merupakan suatu proses yang akan berlangsung hingga 134.000 anak penyandang autisme di
sepanjang waktu dan dipengaruhi oleh beberapa Indonesia dan menurut data yang diperoleh dari
faktor seperti pendidikan, status sosio-ekonomi, Badan Pusat Statistik (BPS) sejak 2010 hingga 2016
cinta, komitmen, komunikasi, konflik, gender, lama diperkirakan terdapat kira-kira 140.000 anak yang
pernikahan, relasi seksual dan pembagian tugas berusia dibawah 17 tahun menyandang autisme. Bila
rumah tangga. Adapun faktor lain yang dapat 8 tahun yang lalu jumlah penyandang autisme
mempengaruhi kepuasan pernikahan menurut diperkirakan satu per 5000 anak, sekarang meningkat
Hurlock (dalam Kumala dan Trihandayani, 2015) menjadi satu per 500 anak. Klinik Jayamatja sendiri
yang menyatakan bahwa kepuasan pernikahan pada memiliki beberapa pasien dalam kategori autisme.
pasangan suami istri dipengaruhi oleh beberapa Berdasarkan data yang dimiliki oleh klinik tumbuh
faktor seperti usia pernikahan, penyesuaian diri serta kembang anak Jayatmaja di perkirakan terdapat 93
jumlah anak. Cara masing-masing pasangan dalam anak yang mengalami gangguan autisme. Memiliki
menyesuaikan diri, membentuk komunikasi, jumlah anak autisme pada suatu keluarga dapat
anak dan pembagian tugas setelah memiliki anak menimbulkan reaksi emosional awal yang biasa
menjadi beberapa tolak ukur dalam mengevaluasi muncul ketika orang tua mengetahui anaknya
kepuasan pernikahan pada pasangan suami istri. Alat berbeda dibanding dengan anak-anak lainnya.
ukur yang dapat digunakan untuk mengevaluasi Beberapa reaksi emosional tersebut terdiri syok,
kepuasan pernikahan menurut Luo, dkk. (2008) yaitu stres, penyangkalan dan merasa tidak percaya, sedih,
3
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 36- ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-
marah, malu, perasaan bersalah dan perasaan mengekspresikan perbedaan diantara pasangan
berdosa terhadap apa yang terjadi dengan anak mereka dalam upaya mencapai kebutuhan dan minat
(Safaria, 2005). masing-masing. Resolusi konflik memiliki dampak
Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2009 terhadap suatu hubungan pernikahan. Resolusi
oleh Barara mengenai kepuasan pernikahan pada konflik memiliki dampak terhadap suatu hubungan
orang tua yang memiliki anak autis di Nanggroe pernikahan. Meskipun di sisi lain ada yang
Aceh Darussalam, dari empat subjek yang diteliti berpendapat bahwa ada beberapa konflik yang tidak
menunjukkan bahwa diawal mengetahui bahwa memerlukan resolusi konflik misalnya, perbedaan
memiliki anak autis memberi dampak kepuasaan pendapat antara suami istri hal tersebut tidak
pernikahan mengalami penurunan dan komunikasi memerlukan resolusi konflik namun membutuhkan
yang kurang namun seiring berjalannya waktu semua rasa saling menghargai dan menghormati pendapat
pihak yang termasuk dalam keluarga ikut terlibat, maupun keputusan dari pasangan. Menurut
saling mengerti dan mendukung sehingga kepuasan Sadarjoen (2005) Penyelesaian konflik yang efektif
pernikahan meningkat dan bahagia. Di Samarinda nantinya akan berdampak pada peningkatan
sendiri belum ada penelitian yang pasti mengenai keterampilan memecahkan masalah, berkembangnya
persentase kepuasan pernikahan pada orang tua yang komunikasi, meningkatnya pengenalan dan
memiliki anak autis. sehingga saat ini peneliti ingin pengertian diantara kedua pasangan suami istri.
meneliti mengenai hubungan subjective well-being Sebaliknya jika penyelesaian konflik yang tidak
dan resolusi konflik dengan kepuasan pernikahan efektif memberi dampak negatif bagi kehidupan
pada orang tua yang memiliki anak autis terutama pernikahan seperti menurunnya rasa harga diri,
yang terdapat di klinik tumbuh kembang anak menurunnya kualitas hubungan positif dengan
Jayamatja. pasangan maupun dengan orang lain, menurunnya
Pengalaman subjek dalam mencari pengalaman kualitas pernikahan yang berhubungan dengan
kebahagiaan tidak sepenuhnya didapat dari penilaian ketidakpuasan dan rasa bahagia dalam pernikahan
baik ataupun buruk dalam kehidupan seseorang. sehingga dapat berakhir dengan peceraian. Menurut
Konsep yang dipakai dengan pandangan ini biasanya Henslin (2007), kemampuan untuk mengatasi
adalah konsep subjective well-being. Menurut konflik bisa diwujudkan bila semua anggota
Diener, dkk. (2008) subjective well-being adalah keluarga saling mendukung dalam mengatasi
suatu perbedaan antara penilaian kognitif dan afektif berbagai masalah dan mendiskusikan dengan baik.
pada kehidupan. Dimana evaluasi kognitif dilakukan Sehingga hal buruk dalam pernikahan tidak sampai
secara sadar dan menilai kepuasan mereka terhadap terjadi seperti perceraian.
kehidupan secara menyeluruh. Subjective well-being Berdasarkan fenomena yang telah
penting untuk dicapai oleh tiap individu dalam dikemukakan diatas bahwa pada masa awal
rumah tangga terutama bagi kaum perempuan pernikahan pasangan suami istri cenderung memiliki
terlebih bagi mereka yang memiliki peranan sebagai kepuasan pernikahan yang tinggi. Hal tersebut dapat
ibu. Seorang ibu yang memiliki subjective well-being semakin meningkat dengan hadirnya seorang anak
akan mempengaruhi keyakinan ibu dalam mengasuh ditengah-tengah keluarga. Dengan hadirnya seorang
dan mendidik anak sehingga dapat meningkatkan anak tentunya keintiman diantara suami istri akan
perkembangan positif bagi anak-anaknya. Berbeda berkurang sehingga dibutuhkan resolusi konflik yang
dengan orang tua terutama ibu yang belum mencapai baik. Bagi rumah tangga dengan anak yang sama
subjective well-being akan cenderung syok, kecewa, pada umumnya akan lebih mudah untuk mencari
cemas, takut, sedih, khawatir, malu, mengasihani diri resolusi konflik bagi kesejahteraan hidup pasangan
sendiri dan marah sehingga nantinya tanpa disadari suami istri, berbeda dengan rumah tangga yang
akan mempengaruhi perkembangan psikologis pada memiliki anak berkebutuhan khusus terutama anak
anak dengan gangguan autisme akan cenderung lebih sulit
Membahas mengenai kepuasan pernikahan dan mencari resolusi konflik bagi kesejahteraan masing-
subjective well-being tidak terlepas dari resolusi masing pasangan karena banyak konflik yang datang
konflik dalam rumah tangga. Konflik dalam dari keluarga dan permasalahan kebutuhan anak
hubungan pernikahan merupakan hal yang wajar dan terutama anak berkebutuhan khusus (autisme).
tidak bisa terhindarkan. Menurut Carr (2004), Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
konflik dalam pernikahan adalah situasi dimana penelitian mengenai “Hubungan Kesejahteraan
individu-individu yang saling bergantung Subjektif dan Resolusi Konflik dengan Kepuasan
3
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 36- ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-
Pernikahan pada Orangtua yang Memiliki Anak METODE PENELITIAN
Autis di Klinik Jayamatja Samarinda.”
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu
TINJAUAN PUSTAKA penelitian yang ditinjau dari sudut paradigma
penelitian yang menekankan pada pengujian teori-
Kepuasan Pernikahan teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian
Kepuasan pernikahan merupakan perasaan dengan angka dan melakukan analisa data dengan
menyenangkan dalam pernikahan (Kirsh, dkk., prosedur statistik. Penelitian dengan pendekatan
2014). Idealnya, pernikahan menawarkan intimasi, kuantitatif menekankan analisanya pada data-data
komitmen, persahabatan, kasih sayang, pemuasan numerical (angka) yang diolah dengan metode
seksual, pendampingan, dan peluang bagi statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif
pertumbuhan emosional serta sumber identitas dan dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka
kepercayaan diri (Gardiner dan Myers, dalam pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan
Papilia, 2008). Hal ini hampir serupa dengan aspek- hasilnya pada suatu probalitas kesalahan penolakan
aspek kepuasan pernikahan yang dikemukakan oleh hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan
Olson dan Flower (dalam Handayani dan Harsanti, diperoleh signifikansi hubungan antar variabel yang
2017), yaitu komunikasi, leisure activity, resolusi diteliti. Pada umumnya penelitian kuantitatif
konflik, financial management, aktivitas waktu merupakan penelitian sampel besar (Azwar, 2012).
senggang, orientasi sosial, kehadiran anak dan Penelitian kuantitatif bertujuan mencari
menjadi orang tua, hubungan keluarga dan kerabat, hubungan antara variabel-variabel tersebut,
personality issue, orientasi keagamaan, dan peran kemudian hubungan-hubungan itu diuji satu sama
egalitarian. lain. Dalam penelitian ini bersifat korelasi dengan
menggunakan kuesioner sebagai instrumennya
Kesejahteraan Subjektif dalam mengumpulkan data.
Menurut Diener, dkk (2005) subjective well-
being adalah hasil evaluasi atau penilaian seseorang HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
secara kognitif dan afektif terhadap seluruh
pengalaman hidupnya. Menurut Diener (dalam Eid Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan Larsen, 2008) subjective well-being terbagi hubungan subjective well being dan resolusi konflik
menjadi dua komponen yakni komponen kognitif terhadap kepuasan pernikahan orang tua yang
dan komponen afektif. Komponen kognitif adalah memiliki anak autis di klinik tumbuh kembang anak
evaluasi terhadap kepuasan hidup seseorang. Jayamatja.
Sementara komponen afektif merupakan hasil Uji hipotesis didapatkan dari hasil analisis
evaluasi perasaan terhadap pengalaman yang pernah regresi model bertahap yang menunjukkan bahwa
terjadi. Menurut Wilson (dalam Diener dkk, 2005) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi subjective well-being dengan kepuasaan pernikahan
subjective well-being seseorang, yakni kepribadian, dengan hasil beta = 0.160, t hitung = 1.242 < t tabel
status pernikahan, dan pekerjaan. Selain itu, faktor = 2.66 dan p = 0.219 > 0.050. Hasil hipotesis
lain yang juga berpengaruh terhadap subjective well- tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang
being individu yaitu keluarga dan relasi sosial serta dilakukan oleh Barara (2009) mengenai kepuasaan
kepercayaan dan spiritualitas. pernikahan pada orang tua yang memiliki anak autis.
Dari hasil penelitian yang dilakukan menyatakan
Resolusi Konflik bahwa kepuasan pernikahan menurun saat
Menurut Weitzman dan Weitzman (dalam mengetahui anak mengetahui diagnosa anak
Levine, dkk., 2011), resolusi konflik merupakan mengalami autis namun, seiring berjalannya waktu
sebuah tindakan pemecahan masalah bersama (solve semua pihak yang termasuk dalam keluarga ikut
a problem together), sedangkan menurut Fisher, dkk. mendukung dan terlibat langsung maupun tidak
(dalam Levine, dkk., 2011), resolusi konflik langsung dalam memberi dukungan sehingga
merupakan usaha menangani sebab-sebab konflik kepuasan pernikahan perlahan-lahan meningkat.
dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa Menurut Nancy, dkk. (2014) kepuasan pernikahan
tahan lama diantara kelompok-kelompok yang sendiri merupakan salah satu indikator yang
berseteru. menentukan keharmonisan suatu keluarga dan
menjadi dambaan setiap pasangan suami istri. Bila
3
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 36- ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-
subjective well-being dan kepuasan pernikahan
tidak
4
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 36- ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-
terpenuhi maka keharmonisan rumah tangga juga tapi juga menentukan bagaimana subjective well-
tidak akan terjalin. Hal tersebut juga didukung oleh being hubungan didalam rumah tangga. Hasil ini
Ryff (dalam Carr, 2008) yang mendefinisikan sependapat dengan teori menurut Menurut Diener,
subjective well-being sebagai suatu dorongan untuk dkk. (2008) subjective well-being adalah suatu
menggali potensi diri individu secara keseluruhan. perbedaan antara penilaian kognitif dan afektif pada
Adapun jurnal penelitian yang membahas kehidupan. Dimana evaluasi kognitif dilakukan
mengenai “Studi Deskriptif Mengenai Faktor-Faktor secara sadar dan menilai kepuasan mereka terhadap
yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan” yang kehidupan secara menyeluruh. Bila penilaian
dilakukan oleh Srisusanti dan Zulkaida (2013) dilakukan secara sadar dan positif mengenai
dengan hasil bahwa kepuasan pernikahan yang kepuasan masing-masing pasangan dalam
dominan pada seorang wanita adalah hubungan pernikahan maka akan menghasilkan subjective well-
interpersonal dengan pasangan, pastisipasi being yang baik dan seimbang antar pasangan suami
keagamaan dan kehidupan seksual. Dari ketiga istri dalam rumah tangga begitu juga sebaliknya bila
faktor tersebut hubungan interpersonal menjadi penilaian dilakukan secara negatif dan tidak sadar
faktor yang paling berpengaruh terhadap kepuasaan atau dalam keadaan emosi maka akan menghasilkan
pernikahan karena komunikasi sendiri bukan hanya subjective well-being yang tidak seimbang antar
sekedar menyampaikan pesan, menentukan topik pasangan suami istri dalam rumah tangga.
Tabel 1. Uji Analisis Model Bertahap
Variabel Beta Thitung Ttabel P
Subjective well-being (X1)
Kepuasan pernikahan (Y) 0.160 1.242 2.66 0.219
Hubungan positif ditunjukkan berdasarkan pengenalan dan pengertian diantara kedua pasangan
perhitungan dari uji regresi didapatkan pula bahwa suami istri. Pada pasangan suami istri untuk
variabel yang mendominasi adalah resolusi konflik menemukan solusi bagi kebutuhan anak teruma bagi
dengan nilai t hitung sebesar = 3.476 > t tabel = 2.66 anak berkebutuhan khusus (autis) sangatlah sulit.
dan p = 0.001 < 0.050 yang diartikan bahwa terdapat Pasangan suami istri yang memiliki anak autis
hubungan antara resolusi konflik dan kepuasan berusaha mencari tempat terapi yang menerima
pernikahan pada orang tua yang memiliki anak autis. bagaimana kondisi anak mereka dan memberi
Karena pasangan suami istri yang memiliki resolusi kesempatan dan berharap kepada tempat terapi
konflik yang baik akan dengan mudah mendapatkan sebagai alternatif atau bantuan bagi anak maupun
solusi pemecahan masalahnya dengan cara keluarganya. Menurut Resolusi konflik adalah suatu
berdiskusi walaupun membutuhkan proses karena usaha untuk menangani sebab-sebab konflik serta
adanya perbedaan pendapat. Hal ini sependapat berusaha untuk membangun hubungan baru yang
dengan teori menurut Sadarjoen (2005) penyelesaian dapat bertahan lama didalam kelompok-kelompok
konflik yang efektif nantinya akan berdampak pada yang mengalami konflik sesuai dengan pendapat
peningkatan keterampilan memecahkan masalah, yang dikemukakan oleh Fisher (dalam Gradianti dan
berkembangnya komunikasi, meningkatnya Suprapti, 2014).
Tabel 2. Uji Analisis Model Bertahap
Variabel Beta Thitung Ttabel P
Resolusi konflik (X2)
Kepuasan pernikahan (Y) 0.160 1.242 2.66 0.219
Berdasarkan uji analisis regeresi model penuh kepuasan pernikahan sebesar 30.1 persen dan masih
diketahui bahwa subjective well-being dan resolusi
konflik dengan kepuasaan pernikahan menunjukkan
adanya hubungan, dengan nilai yang diperoleh dari
hasil uji regresi model penuh F hitung = 12.291 > F
tabel = 3.16, R2 = 0.301 dan p = 0.000. Dengan
demikian hipotesis H1 dalam penelitian ini diterima
dan hipotesis H0 ditolak. Sumbangan efektif yang
disumbangkan variabel resolusi konflik kepada
4
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 36- ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-
terdapat 69.9 persen variabel-variabel lain yang
mempengaruhi kepuasaan pernikahan, dimana
menurut Olson (2000) hal-hal yang dapat
mempengaruhi kepuasaan pernikahan adalah
komunikasi, fleksibilitas, kegiatan mengisi waktu
luang, keyakinan spiritual, resolusi konflik,
pengelolaan keuangan, relasi seksual, kedekatan,
keluarga dan teman serta kecocokan kepribadian.
Selain itu, data skala kepuasaan pernikahan
menunjukkan data yang normal dan memiliki
4
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 36- ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-
pengaruh yang linear dan bebas dari adanya ke Klinik Jayamatja sebagai salah satu resolusi
multikolinearitas. Berdasarkan uji data deskriptif konflik bagi pemasalahan anak mereka yang
kepuasaan pernikahan menunjukkan bahwa terdapat mengalami autis. Hal ini seperti yang diungkapkan
23 subjek (38.33%) memiliki tingkat kepuasaan oleh Safaria (2005) kehadiran anak autis dapat
pernikahan yang tinggi. Hal ini memperkuat mempererat hubungan diantara suami dan istri,
penelitian yang menunjukkan bahwa 23 subjek karena mereka berdua dapat bersama-sama berusaha
memiliki kepuasaan pernikahan dan resolusi konflik untuk menerima keadaan anak mereka dan
yang cukup baik dalam rumah tangganya. Dari data mengambil hikmah dari kehadiran anak autis dalam
distribusi respon menurut usia pernikahan dalam pernikahan mereka, karena membuat individu lebih
subjek penelitian ini sebanyak 28 subjek pada bertanggung jawab terhadap perannya masing-
rentang usia pernikahan 5-10 tahun yang mencari masing di dalam keluarga dan menjadi pribadi yang
solusi untuk menangani anak mereka dengan datang lebih baik.
Tabel 3. Uji Analisis Regresi Model Penuh
Variabel Beta Thitung Ttabel P
Subjective well-being orangtua (X1)
Resolusi konflik (X2)
Kepuasan pernikahan (Y) 0.160 1.242 2.66 0.219
4
VII. JURNAL 7
Judul Manajemen Spesial Event Panggung Gembira 696 Pondok Modern
Darussalam Gontor
Tahun 2023
Tanggal JULI
Abstrak Panggung Gembira merupakan pagelaran seni akbar yang terdiri dari
berbagai macam penampilan yang menarik dan bernilai. Acara ini
diselenggarakan oleh santri kelas 6 Kulliyyatul Muallimiin
Al-Islaamiyyah (KMI) dan diikuti oleh santri dari kelas 1 KMI
hingga kelas 4 KMI pada setiap tahunnya. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui manajemen special event Panggung Gembira 696
Pondok Modern Darussalam Gontor tahun 2021. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil
penelitian menunjukan bahwa manajemen special event Panggung
Gembira 696 Pondok Modern Darussalam Gontor menjalankan teori
joe gobalt tentang manajemen special event yaitu research, design,
planning, coordination, dan evaluation. Namun tidak terlihat usaha
dalam koordinasi terkait dengan bidang marketing. Research
dilakukan terhadap selera penonton berdasarkan evaluasi PG
sebelumnya, Design dengan melakukan brainstorming untuk
mengumpulkan ide dari beberapa individu dan menggabungkan ide
tersebut menjadi satu ide, tema, konsep, dan struktur. Planning
menentukan lokasi dan waktu serta durasi acara 4) Coordination
dilakukan dengan membentuk struktur panitia Panggung Gembira
696, mengadakan perkumpulan secara berkala, dan
menyelenggarakan gladi untuk mengurangi resiko kegagalan acara.
5) Evaluation dilakukan dengan menetapkan juri dari guru senior
lengkap dengan blanko penilaian acara Panggung Gembira 696.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
penyelenggaraan Panggung Gembira selanjutnya.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui manajemen special event
Panggung Gembira 696 Pondok Modern Darussalam Gontor tahun
2021
Metode Penelitian -
Abstrak
Panggung Gembira merupakan pagelaran seni akbar yang terdiri dari berbagai macam
penampilan yang menarik dan bernilai. Acara ini diselenggarakan oleh santri kelas 6 Kulliyyatul
Muallimiin Al-Islaamiyyah (KMI) dan diikuti oleh santri dari kelas 1 KMI hingga kelas 4 KMI
pada setiap tahunnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui manajemen special event
Panggung Gembira 696 Pondok Modern Darussalam Gontor tahun 2021. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukan
bahwa manajemen special event Panggung Gembira 696 Pondok Modern Darussalam Gontor
menjalankan teori joe gobalt tentang manajemen special event yaitu research, design, planning,
coordination, dan evaluation. Namun tidak terlihat usaha dalam koordinasi terkait dengan
bidang marketing. Research dilakukan terhadap selera penonton berdasarkan evaluasi PG
sebelumnya, Design dengan melakukan brainstorming untuk mengumpulkan ide dari beberapa
individu dan menggabungkan ide tersebut menjadi satu ide, tema, konsep, dan struktur.
Planning menentukan lokasi dan waktu serta durasi acara 4) Coordination dilakukan dengan
membentuk struktur panitia Panggung Gembira 696, mengadakan perkumpulan secara berkala,
dan menyelenggarakan gladi untuk mengurangi resiko kegagalan acara. 5) Evaluation dilakukan
dengan menetapkan juri dari guru senior lengkap dengan blanko penilaian acara Panggung
Gembira 696. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penyelenggaraan Panggung
Gembira selanjutnya.
Kata-kata Kunci: Manajemen Special Event, Panggung Gembira, Pondok Modern Darussalam Gontor
Diterima: 12-06-2023 Disetujui: 19-7-2023 Dipublikasikan: 23-07-2023
individuals and combine these ideas into one idea, theme, concept, and structure. Planning determines the
location and time and duration of the event. 4) Coordination is carried out by forming a committee
structure for the Happy Stage 696, holding regular gatherings, and holding rehearsals to reduce the risk of
event failure.
5) Evaluation is carried out by assigning a jury of senior teachers complete with assessment forms for the
Happy Stage 696 event. This research is expected to be a reference for the next Happy Stage event.
Keywords: Management Special Event; Happy Stage; Darussalam Gontor Islamic Bording School
PENDAHULUAN misalnya
Sejak jaman dahulu, banyak
kegiatan dilakukan untuk menandai
hari-hari penting dalam kehidupan
manusia. Pentingnya penyelenggaraan
peringatan bagi banyak masyarakat
ditandai dengan seringnya kegiatan
semacam festival atau perayaan digelar,
baik bersifat pribadi, organisasi atau
kelompok masyarakat dan dilakukan
secara periodik atau beberapa kali dalam
jangka waktu tertentu. Perayaan sering
dilakukan secara tradisional atau berupa
upacara keagamaan yang telah dilakukan
secara turun temurun.
Event didefinisikan sebagai suatu
kegiatan yang diselenggarakan untuk
memperingati hal-hal penting sepanjang
hidup manusia baik secara individu atau
kelompok yang terikat secara adat,
budaya, tradisi dan agama yang
diselenggarakan untuk tujuan tertentu
serta melibatkan lingkungan masyarakat
yang diselenggarakan pada waktu
tertentu(Noor, 2017). Di banyak negara,
event telah banyak diselenggarakan dalam
bentuk festival atau karnaval yang
berlangsung secara reguler pada waktu-
waktu tertentu, misalnya Mid Summer
Day, Harvest Home, Bonfire Night,
Halloween, Father Christmas, New Year’s Eve
dan lainnya. Hal yang sama juga
dilakukan di Indonesia dengan
diselenggarakannya perayaan-perayaan
untuk memperingati atau mengenang
kejadian yang bersejarah, seperti
peringatan yang berdasarkan keagamaan
perayaan agama Islam Maulud Nabi, kepercayaan publik, membina
biasa juga dikenal dengan istilah hubungan harmonis antara organisasi
Mauludan atau Sekatenan. Juga dengan publik (eksternal dan internal),
upacara kenegaraan untuk membangun proses komunikasi dua
memperingati suatu kejadian sejarah arah antara organisasi dengan
negaranya, misalnya perayaan ulang publik, melayani keinginan publik,
tahun kemerdekaan dalam bentuk demi terwujudnya tujuan dan kebaikan
upacara kenegaraan Republik bersama(Gani, 2013.). Special events juga
Indonesia, peringatan hari Pahlawan, meliputi semua aktivitas hidup manusia
peringatan hari Kartini dan masih yang merupakan kegiatan yang sangat
banyak lagi kegiatan yang diperingati besar dan kompleks. Special events dapat
sepanjang tahun. diselenggarakan mulai dari jenis event
Special events merupakan perorangan yang sederhana dan kecil
aktivitas- aktivitas yang dirancang seperti pesta ulang tahun atau pesta
secara khusus dalam rangkaian pernikahan sampai dengan event yang
program kehumasan. Kegiatan besar. Special event juga dapat
tersebut bertujuan untuk diselenggarakan dengan kompleksitas
menunjang kegiatan manajemen dalam yang lebih luas secara internasional seperti
pencapaian tujuan organisasi, Olympic Games. Karena
menciptakan citra positif dan
jenis kegiatannya, maka setiap events pidato, drama contest dan banyak lagi.
yang memiliki kekhasan tersendiri dari Dari sekian banyak acara tadi, Panggung
event dapat mendukung terselenggaranya Gembira dirancang menjadi pentas
special events(Noor, 2017). paling besar sepanjang tahunnya. Greget
Salah satu bentuk special event yaitu Panggung Gembira lebih heboh lagi,
kegiatan perayaan kemerdekaan Republik karena pentas seni ini dihelat oleh santri
Indonesia yang dirayakan setiap tanggal kelas akhir Gontor(@ iskandarjet, 2017).
17 Agustus yang diselenggarakan oleh Panggung Gembira 696 merupakan
seluruh masyarakat negara pagelaran seni akbar yang diadakan oleh
Indonesia(Gani, 2013). Tidak hanya santri akhir kelas enam yang bertujuan
special event yang diadakan secara untuk mendidik para santri dalam
umum, tapi ada juga acara special event berbagai hal. Mulai dari Pendidikan,
yang diadakan oleh berbagai lembaga kebersamaan, kreativitas, kegigihan,
salah satunya lembaga pendidikan kesabaran, dan lain sebagainya(Panitia
pesantren. Salah satu contohnya adalah Panggung Gembira, 2021). Panggung
pesantren Assirojiyyah yang mengadakan Gembira merupakan salah satu dari
acara special event bertemakan pahlawan banyaknya rangkaian acara Khutbatu-
dengan judul “darah pahlawan dalam l-‘Arsy, yang juga merupakan puncak
kejayaan islam”(Bukhori, 2022). dari rangkaian acara tersebut. Panggung
Salah satu bentuk kegiatan special Gembira merupakan acara pamungkas
events yang diadakan di Pondok Modern rangkaian pekan perkenalan
Darussalam Gontor adalah Panggung / Khutbatu-l- ‘Arsy. Bahkan lebih dari
Gembira. Panggung Gembira merupakan sekedar pamungkas, seperti disampaikan
salah satu dari rangkaian acara Pekan Pimpinan Pondok Modern Gontor KH
Perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy Pondok Hasan Abdullah Sahal, Panggung
Modern Darussalam Gontor. Penggung Gembira merupakan barometer
Gembira adalah sebuah pagelaran kreasi kesuksesan dalam mendidik para santri.
seni para santri yang ditata secara apik, Demikian yang disampaikan KH. Hasan
menarik, serta dikelola secara total, Abdullah Sahal Pimpinan Pondok
profesional, dan berkaliber nasional, Modern Darussalam Go nto r s aat m
hingga menghasilkan apresisasi seni em buka s e k a l i g u s meresmikan salah
budaya dengan tidak meninggalkan nilai- satu event Panggung Gembira di kampus
nilai Islam dan unsur pendidikan di Gontor 1, Ponorogo(@ iskandarjet, 2017).
dalamnya(Panitia Panggung Gembira, Panggung Gembira masuk dalam
2021). kategori pertunjukan limited edition bagi
Meskipun banyak yang mengenal Pondok Modern Darussalam Gontor.
Gontor sebagai pondok modern, tidak Tidak bisa sembarang orang dapat
banyak yang tahu bagaimana pendidikan beruntung bisa menyaksikan pertunjukan
di dalamnya dirancang dan dijalankan kolosal ini. Sebagaimana disampaikan
dengan metode yang modern, khususnya salah satu pimpinan Pondok Gontor,
terkait pembentukan karakter lewat Kiyai Hasan Abdullah Sahal, dalam
pementasan dan karya seni. Setiap tahun, pidatonya bahwa Panggung Gembira
Gontor punya banyak hajatan seni yang diselenggarakan khusus untuk
rutin digelar, seperti lomba vocal group, kalangan sendiri. “Kita yang
lomba musik,
Vol. 6, No. 1, Juli 2023
42 | Rizki Kurnia Lahardi, Nur Aini Shofiya Asy’ari
main, kita yang nonton, dan kita sendiri dibuat oleh para santri kelas 6 dibantu
yang menilai. Kalau bagus kita puji, jika oleh beberapa santri dari kelas 2 sampai
tidak bagus kita perbaiki,” tegasnya. kelas 4 guna kaderisasi kepada adek-
Pertunjukan Panggung Gembira yang adeknya. Panggung Gembira 696
tingkat spektakulernya bisa dipastikan memiliki bentuk background yang lebih
tidak akan kalah oleh acara Bon Jovi unik dibandingkan dengan Panggung
sekalipun(Sugiana, 2015). Gembira sebelumnya.
Meski menjadi acara internal
pondok, Panggung Gembira memiliki Gambar 1. Panggung Gembira 694
daya tarik yang membuatnya cukup tahun 2019
popular karena menjadi buah bibir.
Diantara sekian acara Panggung
Gembira yang telah diselenggarakan,
Panggung Gembira 696 adalah yang
paling menarik perhatian. Hal ini terlihat
dari beberapa akun media sosial yang
mengekspos kemewahan dan
kemeriahan acara Panggung Gembira
696, contohnya channel Youtube elkasyafi Sumber: Dokumentasi Gontor TV
official(elkasyafi official, 2021), Pg
Ibnu(Pg Ibnu, 2021) dan YAHANU Gambar 2. Panggung Gembira 695
TV(YAHANU tahun 2020
TV, 2021). Video yang mereka upload
menggambarkan kemeriahan dari acara
Panggung Gembira 696. Kemeriahan
tersebut bisa disaksikan dari ramainya
penonton, musik yang mengiringi, dan
penampilannya.
Panggung Gembira 696
menawarkan bentuk background yang
sangat mewah, megah, serta menarik
dengan bertemakan futuristik Sumber: Dokumentasi Gontor TV
dipadukan dengan budaya tradisional
Gambar 3 Background Panggung
yang bisa dilihat dari ukiran- ukiran
Gembira 696 tahun 2021
ornament didalamnya yang membuat
mata para penonton terpaku akan
keindahan backgroundnya. Tema ini
menjelaskan alur cerita yang diambil oleh
Panggung Gembira 696 yang dimulai
dari zaman tradisional, lalu ke masa
pertengahan hingga ke zaman modern.
Background ini dibuat dengan
menggunakan triplek dengan tinggi Sumber: Dokumentasi Gontor TV
background 10 meter dan lebarnya 40
meter(Wawancara Dengan Rizqy Nawwari,
2022). Dan background ini
SAHAFA Journal of Islamic Communication
Manajemen Spesial Event Panggung Gembira 96 Pondok Modern Darussalam Gontor | 43
marzuki, dimanapun g pernah saya lihat, Evaluasi dari masa lalu untuk yang
tapi saya bisa menemukannya disini. Jadi sekarang, evaluasi yang sekarang untuk
kalo saya melihatnya bukan hanya
masa sekarang dan masa yang akan
extraordinary tapi super
extraordinary.”(Gontor TV, 2021). datang. Penilaian juga bertujuan untuk
mencegah para peserta agar tidak
Demikian pula yang disampaikan melebihi batasan- batasan yang telah
oleh perwakilan dari BAPPENAS: ditentukan(Wawancara Dengan Noor
“Kalo Pak Husnan bilang Super Syahid, 2022).
Extraordinary, kalo saya bilang Tremendous Penulis memilih panggung gembira
Extraordinary. Kami terus terang
696 karena panggung gembira ini
mendapatkan pengalaman yang luar biasa.
Jadi khusus pribadi kami, ini suatu
merupakan salah satu panggung gembira
pengalaman yang membalikan persepsi yang mendapatkan nilai yang sangat baik
yang selama ini mungkin bahwa pondok dari juri maupun pak kyai secara
pesantren itu tradisional.”(Gontor TV, langsung dengan nilai secara umum 9,00
2021). dengan status excellent. Acara ini
Menurutnya, pesantren memiliki menyajikan berbagai penampilan yang
peran penting dalam membangun NKRI sangat menghibur para penonton,
dan juga pondok pesantren memainkan pergantian dari satu penampilan ke
moderasi yang sangat penting dalam penampilan lainnya pun disusun secara
peradaban negara. Pihak terakhir yang rapih sehingga terlihat tidak monoton
memberikan kesan terhadap Panggung ataupun membosankan. Atribut, kostum,
Gembira 696 ini adalah Bupati Ponorogo. aksesoris, rias, dan lain sebagainya
Menurutnya Panggung Gembira 696 membuat penampilan lebih nikmat untuk
pagelaran kelas atas yang luar biasa dan dipandang. Inovasi, kreatifitas dari semua
perlu disaksikan khalayak lebih luas lagi. penampilan sangatlah inspiratif sehingga
menjadikan acara ini merupakan salah
“Hari ini saya disuguhi tontonan yang
satu panggung gembira yang sangat baik.
belum pernah saya lihat sepanjang hidup
saya. Luar biasa. Saya tidak bisa memuji
Dalam kajian keilmuan, acara yang
dengan kata- kata karna kata-kata indah sukses terdiri dari lima fase penting
pun tidak cukup untuk melukiskan yang harus dipertimbangkan yaitu:
kehebatan malam ini. Hanya satu jika research, design, planning, coordination, dan
diizinkan, boleh tidak pak kyai kalau evaluation(Sabalius Uhai, SST. Par., M.
kemudian tampilan ini ditampilkan di alun- Par., CHE Dr. Firman Sinaga, SST. Par., M.
alun.”(Kesan-Kesan H. Sugiri Sancoko Si. Par., 2021). Menurut Goldblatt, event
BUpati Poronogo Tentang Acara manajemen adalah kegiatan untuk
Panggung Gembira 696 PMDG, 2021). mengumpulkan dan mempertemukan
Setelah acara Panggung Gembira sekelompok orang untuk tujuan tertentu
selesai, diadakan suatu penilaian yang yang dikelola secara profesional, efisien,
dilakukan oleh juri yang memiliki dan efektif(Goldblatt, 2014). Maka,
wawasan kriteria serta rambu-rambu kesuksesan Panggung Gembira 696
dalam acara Panggung Gembira. Pondok Modern Darussalam Gontor
Rambu-rambu tersebut adalah 4E, tahun 2021 ini menarik untuk dianalisa
yaitu: Enjoy, Entertaint, Elegant, dan bagaimana pengelolaan acara atau
Educate. Tujuan dari penilaian ini adalah manajemen eventnya.
untuk evaluasi dan pencegahan.
SAHAFA Journal of Islamic Communication
Manajemen Spesial Event Panggung Gembira 96 Pondok Modern Darussalam Gontor | 45
yang sebelumnya dilakukan. Pada tahap anggota staf atau sukarelawan acara yang
planning mencangkup penggunaan berpengalaman untuk mengamati acara
time, space, dan tempo. Time berkaitan secara objektif saat berlangsung dan
dengan waktu pengaplikasian acara, space memberikan komentar yang instruktif
berkaitan dengan tempat diadakannya dan survei sebelum dan sesudah acara
acara, tempo terkait dengan kecepatan untuk menentukan pengetahuan,
yang terjadi selama perencanaan sampai pendapat, dan informasi penting lainnya
pengaplikasian. dari responden baik sebelum dan
Pada tahapan c o o r d i n a t i n g , sesudah kehadiran mereka di suatu
penyelenggara acara harus mengelola acara.
sumber daya secara efisien. Sumber daya
tersebut meliputi kemampuan Panggung Gembira PMDG
administrasi, koordinasi, marketing, dan Pondok Modern Darussalam Gontor
risk management. Hubungkan empat (PMDG) merupakan lembaga pendidikan
kompetensi bersama dengan hati-hati Islam yang bertujuan untuk memberikan
selama proses acara untuk pendidikan mental dan karakter.
mengoptimalkan hasil acara. Keduanya tersebut dilakukan melalui
Koordinasi adalah tahapan yang paling kegiatan- kegiatan yang mendidik, dan
sering dilakukan selama pelaksanaan, selalu dijiwai dengan nilai-nilai dan filsafat
karena koordinasi merupakan tahapan hidup pondok pesantren, serta
pelaksanaan yang telah direncanakan. disampaikan dengan metode hikmah.
Pada tahap ini peran penyelenggara acara Di samping kegiatan intrakurikuler di
sangat penting, penyelenggara acara PMDG juga terdapat kegiatan
akan dihadapkan pada banyak pilihan, ekstrakurikuler; seperti olahraga,
dan keputusan akan mempengaruhi kesenian, keterampilan, keorganisasian,
keseluruhan acara. l a t i h a n pid ato , p r a k t i k b a h a s a,
Semua tahapan mulai riset, tahap kepramukaan, dan lain sebagainya(Panitia
pertama terhubung dengan tahap Panggung Gembira, 2021).
terakhir, evaluasi. Pada fase ini, Maka dari itu, untuk memberikan
perencana acara akan bertanya: “Apa wadah bagi para santri dalam berkreasi
yang ingin dievaluasi, dan bagaiman dan berinovasi. Pondok modern Gontor
cara mencapainya?” Perencana dapat
mengadakan suatu acara yang disebut
mengevaluasi acara tiap tahapan dari
dengan Panggung Gembira. Pagelaran
proses manajemen event untuk
Seni Panggung Gembira Pondok Modern
mendapatkan review secara komprehensif
Darussalam Gontor ini berbentuk
dari semua tahap. Tahap evaluasi dapat
dilaksanakan dalam bentuk Survei pementasan seni dan budaya di atas
tertulis, penggunaan monitor atau panggung yang dikemas dalam empat
melalui survei sebelum dan sesudah unsur, yaitu: Entertain, Elegant, Educate,
acara. Pada tahap evaluating dilakukan Enjoy(Panitia Panggung Gembira, 2021).
survei tertulis untuk mengetahui Acara ini dipanitia oleh kelas 6 KMI dan
tingkat kepuasan peserta dan penonton, diikuti oleh seluruh santri mulai dari
penggunaan monitor memungkinkan kelas 1 KMI hingga kelas 4 KMI.
Penonton yang
SAHAFA Journal of Islamic Communication
Manajemen Spesial Event Panggung Gembira 96 Pondok Modern Darussalam Gontor | 47
mengumpulkan individu yang dijadikan yang sama untuk dipilih menjadi sampel,
sebagai subjek penelitian. Definisi studi disebabkan pertimbangan-pertimbangan
kasus menurut Robert K. Yin adalah tertentu oleh periset. Teknik purposif
proses pencarian pengetahuan guna sampling ini mencangkup orang-orang
menyelidiki dan memeriksa fenomena yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria
yang terjadi dalam kehidupan nyata. tertentu yang dibuat periset berdasarkan
Studi kasus bisa digunakan saat tujuan riset.
fenomena dan kehidupan nyata memiliki Metode pengumpulan data
batas yang samar atau tidak jelas. Studi dilakukan dengan wawancara dan
kasus juga memiliki berbagai sumber dokumentasi. Peneliti
yang dijadikan sebagai alat pencarian m e n g g u n a k a n p e d o m a n wawancara
dan bukti(Penelitian Studi Kasus, 2022). (interview guide atau schedule), yang
Adapun peneliti menggunakan metode merupakan bentuk spesifik yang berisi
ini dikarenakan peneliti ingin instruksi yang mengarahkan periset
mengidentifikasi, menilai, dan memahami dalam melakukan wawancara.
bentuk strategi event management yang Pertanyaan yang diajukan sudah disusun
dilakukan oleh panitia penyelenggara secara sistematis. Biasanya dimulai dari
Panggung Gembira 696 Pondok Modern yang mudah menuju yang lebih kompleks.
Darussalam Gontor dalam mengadakan Peneliti menggunakan metode
special event Panggung Gembira. Peneliti dokumentasi untuk mencari data- data
memilih studi kasus dikarenakan peneliti yang berkaitan dengan Panggung
ingin mengetahui dan memahami secara Gembira 696 yang tidak bisa didapatkan
menyeluruh tentang fenomena yang melalui wawancara. Dalam penelitian
terjadi melalui berbagai sumber yang ini teknik dokumentasi dibutuhkan oleh
didapat peneliti untuk mendukung data hasil
Objek dari penelitian ini adalah wawancara
Panggung Gembira 696 Pondok Modern
Darussalam Gontor tahun 2021. Spradley HASIL DAN PEMBAHASAN
menyebut bahwa objek penelitian dalam Riset yang dilakukan Panitia
penelitian kualitatif adalah situasi sosial Penyelenggara Panggung Gembira 696
yang terdiri daritiga elemen: tempat Riset merupakan langkah pertama
(place), pelaku (actors), dan aktivitas
yang dilakukan dalam mengadakan
(activity)(Sugiyono, 2018). Fokus objek
suatu kegiatan. Pada tahap ini
pada penelitian ini adalah acara
penyelenggara melakukan riset
pagelaran seni panggung gembira
696 yang diselenggarakan oleh kelas 6 terhadap beberapa aspek yang
KMI dari angkatan Extraordinary dibutuhkan guna menunjang
Generation. kelangsungan dan kesuksesan acara. Joe
Sementara itu, subjek penelitian Goldblatt mengatakan bahwa semakin
ditentukan menggunakan teknik sampling baik riset yang dilakukan sebelum acara,
nonprobabilitas jenis purposif sampling. semakin besar kemungkinan untuk
Sampling nonprobabilitas adalah sampel menghasilkan acara yang sesuai dengan
tidak melalui teknik random (acak). hasil yang direncanakan dari
Disini semua subjek belum tentu memiliki penyelenggara atau pemangku
peluang kepentingan(Goldblatt, 2014).
SAHAFA Journal of Islamic Communication
Manajemen Spesial Event Panggung Gembira 96 Pondok Modern Darussalam Gontor | 49
lantai 2. Mereka juga sering mengadakan gladi acara secara formal untuk
koordinasi, evaluasi setelah latihan keseluruhan acara. Ada beberapa juri dari
selesai. Mereka juga sudah membagi para guru senior dan juga para pembimbing
pembimbing sesuai dengan sektornya yang bertugas untuk menilai acara pada
masing-masing(Wawancara Dengan Masau setiap gladi tersebut. Ada juga gladi non
Dito Pendi Tentang Manajemen Special
formal yang diadakan setiap malamnya
Event Panggung Gembira 696, 2022).
pada saat latihan.
Para penyelenggara dari santri kelas
Ketika gladi formal acara Panggung
6 selalu mengkonsultasikan semua
Gembira 696, semua personil panitia
program kerja, hasil usaha, dan kendala
dilapangan kepada para pembimbing dari tiap-tiap bagian diarahkan oleh
terutama kepada pembimbing dari pembimbingnya masing-masing terkait
pengasuhan santri. Supaya mereka bisa apa yang harus mereka persiapkan
mendapatkan arahan dan solusi untuk sebelum gladi, dan apa yang harus
kendala yang mereka hadapi. mereka kerjakan ketika gladi dimulai.
Pembimbing dari pengsuhan santri Ketika gladi formal tersebut selesai, maka
juga berperan sebagai penyambung lidah semuanya berkumpul di depan kursi
antara para pembimbing dengan para penonton guna evaluasi secara
santri kelas 6, dan diantara kelas 6 itu keseluruhan.
sendiri. Bahkan usulan dan masukan dari “Karena ada beberapa kali gladi ya karna
Pak Kyai, guru-guru senior, dan atasan- sempet di delay penampilannya. Itu kita
atasan yang lainnya disampaikan melalui bagi persektornya juga. Beberapa kali ketika
pembimbing dari pengasuhan santri. kita liat gladi kok ada yang kurang beres
Sebelum latihan untuk acara kita rolling. Jadi beberapa kali rolling
sehingga tapi ketika udah masuk ke gladi
penampilan, para santri kelas 6
yang kesekian itu udah settle.”(Wawancara
berkumpul di depan gedung Dengan Masau Dito Pendi Tentang
robithah untuk mendengarkan Manajemen Special Event Panggung
pengarahan atau briefing yang Gembira 696, 2022).
disampaikan oleh para pembimbing.
Tujuannya supaya latihan pada setiap Gambar 14. Salah satu penampilan pada
malamnya bisa terarah sesuai dengan apa gladi Panggung Gembira 696
yang telah direncarakan. Tidak hanya
acara penampilan saja, dekorator dan
bagian properti juga mengadakan
perkumpulan untuk pengarahan atau
briefing dari ketua maupun dari
pembimbing dekor dan properti.
Tujuannya agar setiap individu dari
mereka mengetahui pekerjaan yang akan
mereka lakukan.
Untuk menciptakan suatu acara
yang menarik, menghibur, dan bernilai, Sumber: Dokumentasi Gontor TV
penyelenggara mengadakan beberapakali
Vol. 6, No. 1, Juli 2023
58 | Rizki Kurnia Lahardi, Nur Aini Shofiya Asy’ari
sudah selesai dengan mengumpulkan Pada saat selesai gladi, semua kelas
feedback dari pengunjung event(Nabila 6 berkumpul di depan terop tempat
& Wijaksono, 2021). Evaluasi acara dapat duduk para pembimbing dan guru
dilakukan pada setiap bagian dari proses senior. Kemudian beberapa guru senior
perencanaan acara atau melalui tinjauan menyampaikan penilaian, evaluasi, dan
komprehensif umum dari semua fase. masukan mereka terhadap gladi acara
Menurut Joe Goldblatt bentuk evaluasi Panggung Gembira. Beberapa masukan
yang paling umum adalah survei tertulis. dan evaluasi tersebut menjadi suatu
Kemudian bentuk lain dari evaluasi perbaikan yang sangat penting dan
adalah monitor. Dan bentuk evaluasi bisa meningkatkan kualitas dari acara
yang ketiga adalah survei sebelum dan Panggung Gembira. Tidak hanya dari
sesudah acara(Goldblatt, 2014). guru senior, beberapa masukan dan
Penyelenggara mengadakan evaluasi evaluasi pun diberikan oleh para
sebelum acara berlangsung yaitu ketika pembimbing. Diadakannya gladi juga
setiap selesai latihan pada malam bertujuan untuk melihat dan menguji
harinya, dan setelah gladi formal kelayakan dari setiap anggota panitia dan
maupun non formal. Tidak hanya acara juga penampilan yang akan ditampilkan
penampilan, tiap- tiap bagian dari panitia nanti.
Panggung Gembira 696 juga dievaluasi Tidak hanya survei sebelum dan
terkait hasil program kerja mereka setiap sesudah acara yang dilakukan pada pihak
hari, terutama bagian dekorator dan tertentu saja, namun survei terhadap
persidangan atau properti. Karna itulah kupuasan penonton yang hadir juga
yang akan terlihat secara jelas ketika nanti perlu dilakukan dalam suatu event. Karna
acara berlangsung. Hal ini juga survei kepuasan penonton juga
dipaparkan oleh kedua narasumber yang mempunyai tujuan yang penting dalam
mengatakan bahwa setiap sebelum dan suatu event. Diantara tujuan tersebut
yaitu dapat mengetahui kelemahan dan
setelah selesai latihan maupun kerja pasti
kekurangan dari masing- masing unsur
diadakan evaluasi. Ada pula
dalam penyelenggara, dapat mengetahui
dokumentasi berupa foto yang
kinerja penyelenggara yang telah
menguatkan hal tersebut yaitu sebagai
dilaksanakan, sebagai bahan penetapan
berikut:
kebijakan yang perlu di ambil dan upaya
Gambar 15. Evaluasi umum acara tindak lanjut yang perlu dilakukan atas
Panggung Gembira 696 hasil survei kepuasan, dan dapat
mengetahui indeks kepuasan
penonton secara menyeluruh terhadap
hasil pelaksanaan acara(Dewantara,
2022). Namun hal ini tidak ditemukan
didalam acara Panggung Gembira 696 dan
di acara Panggung Gembira sebelumnya.
Sehingga kurangnya proses evaluasi yang
dilakukan penyelenggara.
Penyelenggara juga mengadakan
Sumber: Dokumentasi Gontor TV evaluasi tertulis berupa blanko penilaian
terhadap acara Panggung Gembira secara
detail seperti yang dijelaskan oleh Masau
Vol. 6, No. 1, Juli 2023
60 | Rizki Kurnia Lahardi, Nur Aini Shofiya Asy’ari
KESIMPULAN
Langkah pertama yang dilakukan
Sumber: Dokumentasi Pusat Data PMDG adalah riset. Panitia Panggung Gembira
Penyelenggara juga menggunakan 696 sebelumnya telah melakukan riset
metode evaluasi monitoring dengan terhadap khalayak atau sasaran penonton
menunjuk beberapa guru-guru yang ahli yaitu guru dan santri. Riset itu bertujuan
dalam bidangnya masing-masing untuk untuk mengetahui selera khalayak yang
menjadi juri dan menilai acara Panggung kemudian dipadukan sehingga bisa
Gembira 696 secara keseluruhan dengan mewujudkan acara yang disukai seluruh
melalui media blanko penilaian khalayak namun tidak meninggalkan
Panggung Gembira yang telah disusun tujuan utama dari diselenggarakannya
oleh paniita sebelumnya, sehingga Panggung Gembira yaitu pendidikan.
memudahkan bagi para juri untuk Panitia penyelenggara juga melakukan
menilai.
riset terhadap acara Panggung Gembira
sebelumnya untuk mengambil pelajaran,
Gambar 17. Bapak pimpinan dan para
juri saat penilaian acara evaluasi, dan inovasi yang bermanfaat
untuk mereka. Agar nantinnya acara
Panggung Gembira 696 bisa lebih baik
dari acara Panggung Gembira
sebelumnya.
Tindak lanjut dari riset,
penyelenggara melakukan tahapan
desain acara. Penyelenggara
Sumber: Dokumentasi Gontor TV melakukan beberapa perkumpulan
dengan semua personal
SAHAFA Journal of Islamic Communication
Manajemen Spesial Event Panggung Gembira 96 Pondok Modern Darussalam Gontor | 61
mulai dari para santri kelas 6 hingga para Hal ini bertujuan untuk mengurangi
pembimbing. Tujuannya untuk resiko buruk yang akan terjadi ketika
melakukan pengarahan, pengumpulan nanti acara Panggung Gembira
ide, pemetaan, dan perancangan ide berlangsung.
menjadi suatu konsep yang sempurna. Terakhir pada tahapan evaluasi,
Mulai dari pemilihan warna hijau sebagai panitia penyelenggara mengadakan
warna dasar utama Panggung Gembira beberapa gladi untuk semua acara
696, pembentukan background yang penampilan dan juga non penampilan
modern dan asimetris, dan juga poin secara menyeluruh dan dievaluasi
yang mereka bawa yaitu “menyatakan langsung oleh beberapa juri yang
kebenaran, bukan hanya sekedar ditunjuk oleh panitia, dan juga dari para
membernarkan kenyataan”. pembimbing. Tujuannya diadakan gladi
Pada tahapan planning adalah untuk menguji kelayakan,
menghasilkan penentuan waktu, tempat perbaikan bagi setiap bagian dan juga
dan jangka waktu. Panggung Gembira untuk peningkatan kualitas mereka.
696 diadakan pada hari kamis, 25 Ada juga beberapa juri dari guru-
November 2021, tepatnya di semester guru senior yang berkompeten di
kedua. Acara ini juga bertepatan dengan bidangnya masing-masing yang
umur Pondok Modern Darussalam diberikan amanah oleh panitia untuk
Gontor yang sudah menginjak 12 windu. menilai acara Panggung Gembira 696
Acara ini bertempat diantara gedung secara menyeluruh ketika acara
BPPM dan gedung Aligarh. Jangka berlangsung. Para juri tersebut juga
waktu penyelenggara dalam diberikan sebuah blanko penilaian acara
mempersiapkan acara ini adalah 4 bulan. yang terdiri dari beberapa aspek untuk
Pada tahapan coordinating, panitia mempermudah mereka dalam menilai
penyelenggara Panggung Gembira 696 dan mengevaluasi acara Panggung
membentuk kepanitiannya terlebih Gembira 696.
dahulu yang dimulai dari pemilihan
DAFTAR PUSTAKA
ketua Panggung Gembira 696, lalu
pembentukan struktur panitia oleh ketua @iskandarjet. (2017). panggung gembira
dan diajukan dan disahkan oleh standar tinggi pensi santri di
pembimbing dari pengasuhan santri. gontor. Kompasiana. https://www.
Setelah stuktur panitia terbentuk, panitia kompasiana.com/iskandarjet/599d
membuat Head Office guna 4e99096dea2cd41c44e2/panggung-
mempermudah mereka dalam gembira-dan-drama-arena-
berkoordinasi satu sama lain. Head office standard-tinggi-pensi-santri-di-
untuk panitia kelas 6 KMI terletak di gontor
gedung Midloah lantai 2, dan Head Anwar, A., Bakti, I., & Budiana, H. R.
(2018). MANAJEMEN SPECIAL
Office untuk panitia dari pembimbing
EVENT HALLYU COME ON
terletak di gedung Asia lantai 2. Panitia
SPECIAL MANAGEMENT OF
penyelenggara juga mengadakan
HALLYU COME ON.
beberapa gladi formal maupun
Arifin, S. (2020). Strategi Dan
nonformal untuk acara penampilan dan
Implementasi Pada Lembaga
non penampilan. Pendidikan. Tadris, 14.
Vol. 6, No. 1, Juli 2023
62 | Rizki Kurnia Lahardi, Nur Aini Shofiya Asy’ari
RIZAL, M. (2021). WARNA SEBAGAI Yurita, A. P., Hafiar, H., & Budiana, H.
PENGUAT S E T T I N G FILM R. (2019). Aktivitas Riset CNN
ABRACADABRA. Indonesia dalam Penyelenggaraan
Sabalius Uhai, SST. Par., M. Par., CHE Special Event Meet Up “Positive
Dr. Firman Sinaga, SST. Par., M. Generation.”
Si. Par., C. (n.d.). MANAJEMEN
EVENT DI DESA WISATA.
Sugiana, Y. (2015). Pengalaman Nonton
Pertunjukan Panggung Gembira
di Gontor. Kompasiana. https://
www.kompasiana.com/yayan_su
giana/55f983a7179373b10c894bd9/
pengalaman-nonton-pertunjukan-
panggung-gembira-di-gontor
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan
Kombinasi, ed. oleh Sutopo (10th
ed.). Alfabeta.
Wawancara dengan Atsrul Iman tentang
Manajemen Special Event
Panggung Gembira 696, 16 Januari
2023. (n.d.).
Wawancara dengan Hasan Muttaqien
tentang sejarah Panggung
Gembira, 25 Oktober 2022. (n.d.).
Wawancara dengan Khalifa Arrahman,
tanggal 22 Agustus 2022. (n.d.).
Wawancara dengan Masau Dito Pendi
tentang Manajemen Special Event
Panggung Gembira 696, 06
Desember 2022. (n.d.).
Wawancara dengan Noor Syahid, tanggal 24
Agustus 2022. (n.d.).
Wawancara dengan Noor Syahid tentang
sejarah Panggung Gembira, 27
Oktober 2022. (n.d.).
Wawancara dengan Rizqy Nawwari. (n.d.).
YAHANU TV. (n.d.). Panggung Gembira
Gontor 2021.
https://www.youtube.
com/watch?v=rKxXlOuf5jA
Yasmin, A. (2019). Studi Evaluatif
Pelaksanaan Peresmian Fasilitas
Publik Loop Arena Kota Serang.
Vol. 6, No. 1, Juli 2023
VIII. JURNAL 8
Judul Analisis Model Bisnis pada Kelompok Kesenian Tradisional di
Kapenewon Kasihan Kabupaten Bantul D.I. Yogyakarta Sebagai
Upaya Peningkatan Sense of Entrepreneurship pada Pekerja Seni
Tahun 2023
Tanggal Juni
Abstrak Pekerja seni merupakan salah satu kelompok pekerja yang masih
dianggap sebagai pekerja informal. Sebenarnya, seni adalah bidang
yang seharusnya memiliki nilai tinggi karena seni hanya bisa
dihasilkan oleh kreativitas tinggi dan karya kreatif. Banyak aktivis
seni menjadikan seni sebagai kegiatan yang rendah nilainya karena
mereka berpikir bahwa seni tidak dapat digunakan sebagai sumber
pendapatan utama. Hal ini berdampak pada rendahnya rasa
kewirausahaan para seniman. Tidak banyak pekerja seni yang
bersedia membangun bisnis di industri seni. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis model bisnis yang cocok untuk
seniman sehingga rasa kewirausahaan yang dimiliki oleh para
seniman ini dapat muncul dan meningkat. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi
literatur. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder.
Hasil penelitian menyatakan bahwa model bisnis Canvas adalah
salah satu model bisnis yang dianggap sangat mudah dipahami
sehingga cocok untuk karakteristik pekerja seni yang masih memiliki
rasa kewirausahaan yang cukup rendah. Ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam merancang model bisnis Canvas, yaitu
Segmen Pelanggan, Bagian Nilai, Jaringan, Hubungan dengan
Pelanggan, Aliran Pendapatan, Sumber Daya Utama, Kegiatan Inti,
Kemitraan Kunci, dan Struktur Biaya.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis model bisnis
yang cocok untuk seniman sehingga rasa kewirausahaan yang
dimiliki oleh para seniman ini dapat muncul dan meningkat.
Subjek Penelitian -
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi literatur. Data yang digunakan adalah data primer
dan sekunder
Hasil Penelitian Hasil penelitian menyatakan bahwa model bisnis Canvas adalah
salah satu model bisnis yang dianggap sangat mudah dipahami
sehingga cocok untuk karakteristik pekerja seni yang masih memiliki
rasa kewirausahaan yang cukup rendah. Ada beberapa hal yang
harus dipertimbangkan dalam merancang model bisnis Canvas, yaitu
Segmen Pelanggan, Bagian Nilai, Jaringan, Hubungan dengan
Pelanggan, Aliran Pendapatan, Sumber Daya Utama, Kegiatan Inti,
Kemitraan Kunci, dan Struktur Biaya.
Diskusi Penelitian Berdasar pada berbagai karakteristik jenis hubungan pelanggan dan
juga karakteristik industri seni ataupun pekerja bidang seni sendiri,
terdapat beberapa jenis hubungan yang sesuai untuk diterapkan pada
model bisnis industri seni diantaranya adalah model personal
assistance yang mana akan membuat konsumen menjadi lebih
dihargai. Hal ini juga memungkinkan konsumen untuk melakukan
pembelian berulang karena merasa dilayani dengan baik. Konsep
hubungan kedua yang juga sesuai untuk diterapkan pada industri
seni adalah model hubungan komunitas dan co-creation yang mana
dapat berpotensi untuk memunculkan ide baru dan gagasan
pembaharuan bagi para pekerja seni. Selain itu, keberadaan
hubungan berupa komuitas dan co-creation juga dapat memotivasi
para pekerja seni untuk dapat terus membangun usaha di bidang seni
karena mendapatkan beberapa kritik dan saran yang dapat
membangun bisnisnya jauh lebih baik. Komponen yang kelima
adalah aliran pendapatan atau sumber pendapatan. Pada dasarnya
setiap usaha memiliki berbagai potensi yang dapat dijadikan sebagai
sumber pendapatan. Beberapa sumber pendapatan yang umum
ditemui adalah dari penjualan aset, pembayaran atas penggunaan
suatu layanan yang disediakan oleh pelaku bisnis, pembayaran atas
langganan akses terhadap suatu pelayanan, penyewaan produk
ataupun peminjaman jasa, pembayaran atas penggunaan lisensi yang
dimiliki oleh pelau bisnis, brokerage fees, dan pengiklanan. Secara
umu pendapatan yang dihasilkan oleh pelaku usaha dapat berbentuk
harga tetap dan harga dinamis. Harga tetap dapat diwujudkan dalam
pemberian daftar harga sedangkan harga yang dinamis adalah harga
yang diberikan dengan cara bernegosiasi. Kedua jenis harga tersebut
dapat digunakan dan diterapkan pada pelaku bisnis di bidang seni.
Artinya tidak ada salah satu yang lebih baik atau lebih sesuai karena
keduanya kembali kepada preferensi pelaku usaha. Komponen yang
keenam adalah sumber daya utama. Secara garis besar sumber daya
utama dapat dibedakan menjadi lima yakni sumber daya fisik,
sumber daya intelektual, sumber daya manusia, sumber daya
finansial, dan sumber daya sosial. Sumber daya fisik adalah sumber
daya yang dapat diwujudkan dalam bentuk fisik seperti keberadaan
ruangan, bangunan, mesin, dan sebagainya. Sumber daya intelektual
adalah sumber daya yang berkaitan dengan intelektualitas
penyediaan barang atau jasa seperti merek, hak cipta, data komposisi,
rahasia dagang, dan sebagainya. Sumber daya manusia adalah
kualitas ataupun kuantitas orang yang menggeluti bidang bisnis
tersebut.
Sumber daya finansial adalah kepemilikan atau kemampuan pelaku
usaha terhadap akses keuangan ataupun modal yang digunakan
dalam usaha tersebut. Sumber daya sosial adalah kemampuan sosial
yang dimiliki oleh seorang pelaku usaha (Maula, 2021) yang dapat
memberikan dampak terhadap tingkat penjualan, pemasaran,
ataupun produktivitas dari bisnis yang dibangun. Semua unsur dalam
sumber daya utama ini perlu diperhatikan dan disediakan oleh semua
pelaku bisnis termasuk pada pekerja seni.
Kesimpulan Seni merupakan suatu hal yang bernilai tinggi. Sudah seharusnya
seni juga dihargai dengan harga yang tinggi. Akan tetapi pada
faktanya, seni seringkali dipandang sebelah mata dan sulit untuk
menemukan pasarnya. Oleh karena itu, tidak heran jika para pekerja
seni tidak berminat untuk menjadikan industri seni sebagai ladang
utama mata pencaharian. Para pekerja seni ini lebih banyak yang
memilih untuk menggeluti seni hanya sebatas hiburan atau hobi saja.
Padahal, memunculkan bisnis pada industri seni dapat meningkatkan
eksistensi seni itu sendiri. Namun, jiwa kewirausahaan atau sense of
entrepreneurship yang dimiliki oleh para pekerja seni ini masih
relatif rendah sehingga jarang sekali terdapat seniman yang berminat
untuk menjadikan seni sebagai sebuah wirausaha atau bisnis. Oleh
karena itu, diperlukan sebuah model bisnis yang kiranya dapat
dengan mudah dipahami oleh para pelaku seni tersebut sehingga
berpotensi memunculkan ataupun meningkatkan sense of
entrepreneurship yang dimiliki oleh para pekerja seni tersebut. Salah
satu model bisnis yang dianggap mudah dan dapat secara ringkas
dipahami oleh orang awam adalah model bisnis Canvas.
Berdasarkan analisis pada model bisnis Canvas, terdapat beberapa
komponen yang harus diterapkan oleh pekerja seni yang bermaksud
membangung bisnis di bidang seni. Beberapa hal tersebut adalah
Segmen pelanggan, Porsi Nilai, Jaringan, Hubungan dengan
Pelanggan, Aliran Pendapatan, Sumber Daya Utama, Kegiatan Inti,
Kemitraan Kunci, dan Struktur Biaya
Kelebihan Menjelaskan detail mengenai pembahasan yang dibahas
Keterbatasan Sayangnya tidak menjelaskan mengenai teori yang digunakan
Analisis Model Bisnis pada Kelompok Kesenian Tradisional di Kapenewon
Kasihan Kabupaten Bantul D.I. Yogyakarta Sebagai Upaya Peningkatan
Sense of Entrepreneurship pada Pekerja Seni
ARTICLES
INFORMATION ABSTRACT
EBBANK Art workers are one group of workers who are still considered
informal workers. In fact, art is a field that should have high value
Vol. 13, No. 1, Juni 2023 because art can only be produced by high creativity and creative
Halaman : 99 – 106
work. Many art activists make art an inferior activity because they
© LP3M STIEBBANK
ISSN (online) : 2442 - 4439
think that art cannot be used as the main source of income. This has
ISSN (print) : 2087 - 1406
an impact on the low sense of entrepreneurship of the artists. Not
many art workers are willing to build a business in the art industry.
Keywords :
The purpose of this research is to analyze the business model that is
Art; Employee; Business Model suitable for artists so that the sense of entrepreneurship possessed by
these artists can emerge and improve. The research method used is
descriptive qualitative with a literature study approach. The data
JEL classifications : used are primary and secondary data. The results of the study state
E7 Z10
that the Canvas business model is one of the business models that is
considered very easy to understand so that it is suitable for the
Contact
a
Author : characteristics of artistic workers who still have a fairly low sense of
akhirlusio@gmail.com
b
wahyu.ekoprasetyanto@gmail.com entrepreneurship. There are several things that must be considered in
c
ratnaningtyas1999@gmail.com designing the Canvas business model, namely Customer Segments,
Value Portions, Networks, Relationships with Customers, Revenue
Streams, Main Resources, Core Activities, Key Partnerships, and
Cost Structures
PENDAHULUAN
Seni merupakan salah satu warisan budaya tertua. Seni budaya dibentuk, dikembangkan, dan
dilestarikan oleh manusia secara turun temurun kepada generasi penerusnya (Utami I. D., 2022).
Wujud dari seni sendiri beraneka ragam. Segala sesuatu yang indah untuk dilihat, didengar, dihirup,
disentuh, dan dirasa dapat disebut sebagai seni. Seni juga dapat dijadikan sebagai hiburan karena
dianggap dapat menghadirkan ketenangan dan ketentraman jiwa bagi penikmatnya. Pada asalnya, seni
adalah suatu karya yang mengandung nilai cipta dan rasa yang tinggi. Berdasarkan pada definisi yang
disebutkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) seni dapat diartikan sebagai sesuatu yang
halus, kecil, tipis, dan lembut. Diartikan juga bahwa seni adalah kemampuan atau keahlian seseorang
99
Jurnal EBBANK ▪ Vol.13 ▪ No. 1 ▪ Hal. 99 – 106 ▪ Juni
untuk dapat menghasilkan sesuatu yang memiliki mutu apabila dinilai dari segi keindahan dan
kehalusan hasil karya tersebut. Seni dapat pula diartikan sebagai kemampuan akal untuk menciptakan
sesuatu yang memiliki nilai tinggi. Maka, dapat disimpulkan bahwa seni adalah sesuatu yang
dihasilkan oleh kemampuan ataupun daya nalar seseorang yang memiliki sifat lembut yang memiliki
mutu ataupun nilai tinggi.
Seni memang dianggap sebagai suatu karya yang mahal harganya. Hal ini dikarenakan
kemunculan seni kerap dihubungkan dengan kemampuan seseorang untuk berkarya. Artinya, seni
hanya dapat lahir dari kemampuan seseorang untuk menggagas sesuatu yang selanjutnya dapat
diwujudkan dalam berbagai bentuk akrya. Kemampuan seseorang untuk menggagas karya seni
tersebut merupakan suatu hal yang mahal karena tidak semua orang dapat memiliki kemampuan
tersebut. Kemampuan di bidang seni juga seringkali merupakan bakat atau bawaan lahir dari
seseorang. Oleh karena itu, kemampuan di bidang seni tidak serta merta dapat dipelajari dalam jangka
waktu yang singkat karena untuk dapat melahirkan sebuah karya seni dibutuhkan rasa dan pengalaman
yang mana tidak dapat diakses secara instan. Kemampuan seseorang di bidang seni dapat
dikategorikan sebagai sesuatu yang langka. Suatu barang yang langka pada umumnya akan memiliki
nilai jual yang tinggi. Namun, hukum tersebut tampaknya tidak berlaku pada bidang seni.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa pegiat seni ataupun orang yang memutuskan untuk
menekuni bidang seni seringkali dianggap sebagai orang yang tidak memiliki prospek masa depan
yang baik. Pekerja seni masih sering mendapatkan diskriminasi. Hasil karya seni masih kurang
dihargai sehingga para pekerja di bidang seni tidak sedikit yang berangsur memilih untuk
meninggalkan kecintaannya terhadap seni. Pada umumnya masyarakat hanya menekuni seni sebagai
hobi atau aktivitas tambahan belaka. Hal ini dikarenakan munculnya stigma bahwa bidang seni tidak
dapat memberikan prospek yang baik untuk keberlangsungan hidup masyarakat. Alih-alih fokus untuk
membuat karya seni bernilai jual tinggi, masyarakat pekerja di bidang seni lebih memilih untuk
menjalani keahlian di bidang seni dengan sekedarnya saja. Padahal seni merupakan salah satu sektor
yang dapat dikembangkan menjadi sebuah industri.
Industri seni mulai berkembang semenjak digaungkannya ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif
diperuntukkan bagi kinerja perekonomian yang memfokuskan usahanya pada input dan output yang
berupa gagasan ataupun ide kreatif. Maka, kunci utama dari ekonomi kreatif adalah pada kualitas
sumber daya manusia (Hikmah, Husaini, & Faisal, 2021). Sumber daya manusia yang mampu
melaksanakan proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan
peluang untuk memperbaiki kehidupan melalui usaha dan kerja (Cahyadi, N. et al., 2022; Akaresti,
2022).
Ekonomi kreatif merupakan salah satu komponen yang dinilai penting dalam menentukan
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi pada saat ini. Hal ini dikarenakan digitalisasi membawa
pengaruh besar terhadap perubahan tatanan dunia (Thaha & Kuncoro, 2022). Peluang usaha dan bisnis
pada saat ini banyak bermunculan dari hal-hal yang pada zaman dahulu dianggap sebagai suatu hal
yang tidak layak diperjualbelikan atau tidak dianggap berpotensi dijadikan lahan bisnis. Peluang usaha
untuk para pekerja kreatif dan pekerja seni pada saat ini cukup terbuka lebar.
Terbukanya kesempatan dan peluang tidak lantas menjadikan minat para pekerja seni menjadi
linier untuk melakukan wirausaha (Fitrihana, Jerusalem, & Nurseto, 2014) di bidang seni. Hal ini
karena sense of entrepreneurship yang dimiliki oleh para pekerja seni masih relatif rendah. Pekerja
seni yang terlanjur menggeluti seni atas dasar kesenangan, relatif sulit untuk menemukan celah
berwirausaha sekalipun sudah tersedia peluang dan kesempatan yang cukup besar. Pekerja seni masih
digolongkan pada kelompok pekerja informal. Pekerja seni masih dianggap belum memiliki dampak
signifikan terhadap perekonomian. Penyebab terjadinya hal tersebut adalah karena minimnya
kontribusi industri seni dalam menyumbang perekonomian negara. Hal tersebut dapat terjadi karena
industri seni belum memiliki pengelolaan yang cukup baik. Industri seni belum memiliki skema bisnis
100
Analisis Model Bisnis pada Kelompok Kesenian
101
Jurnal EBBANK ▪ Vol.13 ▪ No. 1 ▪ Hal. 99 – 106 ▪ Juni
informan yang bersangkutan. Tahap selanjutnya adalah klasifikasi data yang dilakukan dengan
mengelompokkan data berdasar sumber data. Selanjutnya adalah proses reduksi data. Pada proses ini
disebut pula sebagai proses pemusatan data atau penyederhanaan data dengan membuang atau
mengeliminasi data-data yang memiliki korelasi rendah dengan tema penelitian. Selanjutnya adalah
tahap publikasi atau penyajian data yang dilakukan dengan menyusun informasi yang beragam
menjadi sebuah hasil penelitian yang sistematis sehingga memudahkan dalam melakukan penarikan
kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah pekerja seni di DI Yogyakarta memiliki jumlah yang cukup besar. Sebagaimana telah
disebutkan terdapat sebanyak 8.826 kelompok seni dan 968 tokoh seniman budayawan. Jumlah ini
tentu merupakan jumlah yang tidak sedikit jika dibandingkan dengan kelompok kesenian ataupun
tokoh kesenian dari daerah lain. Akan tetapi dari banyaknya jumlah tersebut, tidak banyak dari para
pegiat seni tersebut yang menggantungkan hidupnya pada kesenian. Sekalipun ada yang
menggantungkan hidupnya pada senia, hal ini tidak dalam wujud suatu bentuk usaha terorganisir
namun lebih kepada penjualan dan penghargaan yang sifatnya spontanitas. Artinya, para pekerja ini
hanya terus menerus berkarya dan berharap pada suatu hari akan ada masyarakat yang bersedia untuk
memberikan sejumlah harga yang layak pada karya yang mereka hasilkan. Namun, untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari mereka lebih menggantungkan hidupnya pada sektor lain yang dinilai lebih
menjanjikan.
Para pekerja seni tersebut masih memiliki sense of entrepreneurship yang relatif rendah
sehingga banyak yang tidak bersedia untuk melakukan pengembangan bisnis dari bidang seni. Para
pekerja seni tersebut memiliki anggapan bahwa melakukan bisnis pada industri seni cukup susah untuk
dilaksanakan karena pasar produk seni masih sangat sempit. Masyarakat Indonesia masih menganggap
seni sebagai suatu kebutuhan yang sifatnya adalah tersier dan luxury. Artinya, masyarakat hanya akan
tertarik untuk melakukan konsumsi pada produk seni apabila merasa telah mampu untuk memenuhi
kebutuhan pokok dan standar hidup layak sebagaimana yang diyakini oleh masyarakat. Hal tersebut
yang membuat produk seni menjadi dipandang sebelah mata dan kurang diminati. Rendahnya minat
konsumsi pada produk seni tersebut menjadikan sempitnya pasar dari industri seni. Oleh karena itu,
perlu dibentuk sebuah model bisnis yang sesuai dengan karakteristik pekerja seni ataupun karakteristik
seni itu sendiri.
Berdasar pada model bisnis Canvas sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat
beberapa komponen yang harus diperhatikan (Permana & Yoga, 2018) ketika seorang wirausahawan
ataupun seorang pengusaha berniat untuk membentuk sebuah model bisnis. Permasalahan utama pada
penelitian ini adalah bagaimana supaya sense of entrepreneurship di kalangan pekerja seni yang ada di
Kapenewon Kasihan dapat meningkat sehingga para pekerja seni tersebut bersedia untuk melakukan
wirausaha dengan berbasis pada industri seni. Menimbang Yogyakarta merupakan salah satu daerah
dengan tingkat potensi wisata yang sangat tinggi, maka konsumsi terhadap seni tentunya juga akan
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain yang tidak berbasis sebagai daerah pariwisata
(Yudarta, 2016).
Komponen pertama yang harus diperhatikan dalam pengembangan bisnis berdasarkan model
bisnis Canvas adalah Segmentasi Pelanggan. Pelanggan merupakan komponen utama dalam sebuah
bisnis. Usaha yang tidak memiliki pelanggan tidak akan berlangsung lama dan tidak akan mampu
bertahan. Seorang pelaku usaha perlu untuk membagi pelanggan tersebut ke dalam beberapa segmen
sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan. Secara umum segmentasi pelanggan ini dapat
diklasifikasikan menjadi Mass Market (Pasar Terbuka), Niche Market (Pasar Khusus), Segmented
(Tersegmentasi), Diversified (Diversifikasi), dan Multi-Sided Platforms (Multi Pasar). Pasar terbuka
adalah model bisnis dimana pelaku usaha tidak memberikan perbedaan pada pelanggan. Kebutuhan
102
Analisis Model Bisnis pada Kelompok Kesenian
dan masalah pada semua pelanggan dianggap sama sehingga pelaku usaha tidak perlu memberikan
perbedaan perlakuan pada pelanggan. Pasar khusus adalah model bisnis yang mana pelaku usaha
memberlakukan perlakuan berbeda pada beberapa pelanggan disesuaikan dengan kebutuhan pasar
secara spesifik, pendistribusian, dan hubungan antara pelaku usaha dengan pelanggan. Tersegmentasi
adalah model bisnis dengan membedakan segmen pasar para pelanggan. Diversifikasi adalah model
bisnis dengan membedakan pelanggan menjadi dua atau lebih segmen besar yang masing-masing
memiliki masalah dan kebutuhan yang sangat berbeda. Multi pasar adalah jenis model bisnis yang
memberikan pelayanan pada dua atau lebih pelanggan yang mana antara pelanggan satu dengan
lainnya memiliki kesalingan atau ketergantungan. Pada komponen ini seorang pelaku usaha di bidang
bisnis dapat mengambil kebijakan untuk menggunakan pasar terbuka dengan dalih memperbesar
potensi pendapatan karena tidak membedakan pembelian berdasarkan apapun karena jenis segmentasi
pasar terbuka dilakukan tanpa membedakan pelanggan. Kebijakan juga dapat dilaksanakan dengan
mengambil kebijakan diversifikasi sehingga pekerja seni dapat menciptakan karya seni untuk beberapa
macam pelanggan yang sama sekali berbeda dalam ketertarikannya di bidang seni.
Komponen yang kedua dari model bisnis Canvas adalah porsi nilai. Porsi nilai disini
dimaksudkan pada keberadaan nilai tambah yang didapatkan oleh konsumen dari konsumsi atas
barang atau jasa yang disediakan oleh pelaku bisnis. Terdapat beberapa hal yang memiliki pengaruh
terhadap terbentuknya nilai tambah yakni kebaruan produk atau jasa, kinerja atau kemampuan produk
atau jasa, kustomisasi produk atau jasa, kemampuan barang atau jasa tersebut untuk membantu
pekerjaan pelanggan, desain, merek, harga, reduksi biaya baik biaya produksi ataupun pemasaran,
pengurangan terhadap resiko yang pada umumnya diwujudkan dalam bentuk garansi, aksesibilitas, dan
kegunaan dari produk atau jasa yang disediakan oleh pelaku usaha. Pada komponen ini, pekerja seni
memiliki potensi yang lebih besar untuk meningkatkan nilai suatu produk yang dihasilkan dengan
mengunggulkan aspek performa, kustomisasi, desain, dan merek.
Komponen ketiga adalah jaringan. Jaringan adalah kemampuan perusahaan ataupun seorang
pengusaha untuk menjaga hubungan dengan pelanggan. Jaringan ini dapat dibedakan menjadi lima
tahapan yang berbeda dimana masing-masing jaluran juga mengandung beberapa fase yang dapat
dijadikan sebagai pembeda antara jaringan langsung dan tidak langsung ataupun jaringan sendiri dan
mitra. Seorang pengusaha dapat menggunakan jenis jaringan tersebut secara parsial ataupun secara
bersama-sama. Gambaran mengenai tipe jaringan ini dapat dilihat pada Tabel 1.
103
Jurnal EBBANK ▪ Vol.13 ▪ No. 1 ▪ Hal. 99 – 106 ▪ Juni
Komponen yang keempat adalah hubungan dengan pelanggan. Hubungan antara pelaku usaha
dengan pelanggan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe. Hubungan tersebut terdiri dari personal
assistance yakni sebuah hubunngan pelanggan dapat mengakses bantuan terhadap produk atau jasa baik
selama proses jual beli berlangsung ataupun setelah pembelian telah usai dilakukan oleh pelanggan tersebut.
Hubungan yang kedua adalah dedicated personal assistance merupakan asisten yang dikhususkan untuk
pelanggan tertentu. Artinya, terdapat pelayanan khusus yang diberikan untuk orang- orang tertentu. Ketiga
adalah sefl-service yakni sebuah hubungan yang dilakukan seacara langsung antara pelaku usaha dengan
pelanggan dengan memberikan penyediaan atas segala sarana yang kiranya dibutuhkan oleh pelanggan
untuk membantu diri mereka sendiri selam proses jual beli dilaksanakan.Hubungan selanjutnya adalah
automated services adalah hubungan dengan pelanggan dengan memanfaatkan pelayanan mandiri dengan
didukung oleh otomatisasi. Layanan ini dapat mengetahui preferensi pelanggan berdasarkan pada
karakteristik dan histori yang telah tercatat pada mesin atau sistem yang digunakan. Hubungan selanjutnya
adalah hubungan dalam bentuk komunitas. Pada hubungan ini perusahaan akan membentuk komunitas
tertentu yang beranggotakan para pelanggan. Komunitas ini dapat dimanfaatkan oleh pelanggan sebagai
wadah aspirasi ataupun saling bertukar pengetahuan dan pengalaman atas penggunaan suatu layanan prodk
atau jasa (Utami, Adib, & Widodo, 2019) yang dikembangkan oleh pelaku usaha. Terakhir adalah
hubungan co-creation yakni sebuah hubungan pelanggan yang masih bersifat tradisional. Pelaku usaha
melakukan survei ataupun meminta pendapat dari para pelanggan untuk dapat memberikan masukan, kritik,
ataupun saran terkait dengan inovasi yang dilakukan oleh pengusaha.
Berdasar pada berbagai karakteristik jenis hubungan pelanggan dan juga karakteristik industri
seni ataupun pekerja bidang seni sendiri, terdapat beberapa jenis hubungan yang sesuai untuk
diterapkan pada model bisnis industri seni diantaranya adalah model personal assistance yang mana
akan membuat konsumen menjadi lebih dihargai. Hal ini juga memungkinkan konsumen untuk
melakukan pembelian berulang karena merasa dilayani dengan baik. Konsep hubungan kedua yang
juga sesuai untuk diterapkan pada industri seni adalah model hubungan komunitas dan co-creation
yang mana dapat berpotensi untuk memunculkan ide baru dan gagasan pembaharuan bagi para pekerja
seni. Selain itu, keberadaan hubungan berupa komuitas dan co-creation juga dapat memotivasi para
pekerja seni untuk dapat terus membangun usaha di bidang seni karena mendapatkan beberapa kritik
dan saran yang dapat membangun bisnisnya jauh lebih baik.
Komponen yang kelima adalah aliran pendapatan atau sumber pendapatan. Pada dasarnya
setiap usaha memiliki berbagai potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan. Beberapa
sumber pendapatan yang umum ditemui adalah dari penjualan aset, pembayaran atas penggunaan
suatu layanan yang disediakan oleh pelaku bisnis, pembayaran atas langganan akses terhadap suatu
pelayanan, penyewaan produk ataupun peminjaman jasa, pembayaran atas penggunaan lisensi yang
dimiliki oleh pelau bisnis, brokerage fees, dan pengiklanan. Secara umu pendapatan yang dihasilkan
oleh pelaku usaha dapat berbentuk harga tetap dan harga dinamis. Harga tetap dapat diwujudkan
dalam pemberian daftar harga sedangkan harga yang dinamis adalah harga yang diberikan dengan cara
bernegosiasi. Kedua jenis harga tersebut dapat digunakan dan diterapkan pada pelaku bisnis di bidang
seni. Artinya tidak ada salah satu yang lebih baik atau lebih sesuai karena keduanya kembali kepada
preferensi pelaku usaha.
Komponen yang keenam adalah sumber daya utama. Secara garis besar sumber daya utama
dapat dibedakan menjadi lima yakni sumber daya fisik, sumber daya intelektual, sumber daya
manusia, sumber daya finansial, dan sumber daya sosial. Sumber daya fisik adalah sumber daya yang
dapat diwujudkan dalam bentuk fisik seperti keberadaan ruangan, bangunan, mesin, dan sebagainya.
Sumber daya intelektual adalah sumber daya yang berkaitan dengan intelektualitas penyediaan barang
atau jasa seperti merek, hak cipta, data komposisi, rahasia dagang, dan sebagainya. Sumber daya
manusia adalah kualitas ataupun kuantitas orang yang menggeluti bidang bisnis tersebut. Sumber daya
finansial adalah kepemilikan atau kemampuan pelaku usaha terhadap akses keuangan ataupun modal
yang digunakan dalam usaha tersebut. Sumber daya sosial adalah kemampuan sosial yang dimiliki
oleh seorang pelaku usaha (Maula, 2021) yang dapat memberikan dampak terhadap tingkat penjualan,
pemasaran, ataupun produktivitas dari bisnis yang dibangun. Semua unsur dalam sumber daya utama
ini perlu diperhatikan dan disediakan oleh semua pelaku bisnis termasuk pada pekerja seni.
104
Analisis Model Bisnis pada Kelompok Kesenian
Komponen yang ketujuh adalah kegiatan inti. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang wajib
dilakukan oleh seorang pelaku bisnis. Kegiatan inti memiliki kemiripan dengan sumber daya utama
namun pada poin ini lebih fokus pada segala hal yang sifatnya adalah aktivitas. Beberapa kegiatan inti
dalam suatu bisnis atau usaha adalah produksi, pemasaran, penyelesaian masalah, dan membangun
relasi. Keempat komponen merupakan aktivitas yang wajib dilakukan oleh semua pelaku usaha di
berbagai bidang termasuk pada pekerja seni. Adapun beberapa aktivitas tambahan yang mungkin
memiliki sifat opsional adalah distribusi. Artinya pelaksanaan distribusi bukan suatu hal yang wajib
karena proses distribusi tidak selamanya dilaksanakan langsung oleh pelaku bisnis.
Komponen kedelapan adalah kemitraan kunci. Kemitraan ini berhubungan dengan rantai
pasok pada sebuah proses bisnis. Ketepatan rantai pasok akan berpengaruh terhadap optimalisasi
model bisnis, pengurangan resiko kegagalan bisnis, dan resiko akuisisi sumber daya. Terdapat
beberapa tipe kerjasama kemitraan. Pertama adalah kemitraan yang berupa aliansi pelaku usaha yang
bukan berupa kompetitor.
Kedua adalah koopetisi yakni kerjasama antar kompetitor. Ketiga adalah joint venture yakni
keikutsertaan pelaku bisnis pada suatu aliansi untuk mengembangkan bisnis yang lebih baru. Terakhir
adalah hubungan supply chain yakni hubungan antara pemasok dan pelaku bisnis sehingga rantai
pasokan pelaku bisnis dapat terjamin. Berbagai model kemitraan ini dapat diimplementasikan dalam
bisnis seni. Akan tetapi hubungan tersebut harus memenuhi beberapa syarat dasar terjalinnya sebuah
kemitraan (Samadara, Tuati, & Sauw, 2016) yakni optimalisasi sumber daya dan skala ekonomi,
reduksi terhadap resiko dan ketidakpastian pasokan, dan akuisisi terhadap beberapa sumber daya dan
aktivitas ekonomi.
Komponen yang kesembilan adalah struktur pembiayaan. Struktur pembiayaan ini meliputi
segala jenis biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha dalam rangka melaksanakan model bisnis yang
telah dirancang. Struktur pembiayaan dibagi menjadi dua yakni cost-driven yang menitikberatkan pada
peminimalan biaya pada berbagai sektor dan value-driven yang menitikberatkan pada peningkatan
nilai barang atau jasa. Selain itu, struktur pembiayaan juga harus memperhatikan beberapa jenis biaya
seperti fixed cost, variable cost, economies of scale, dan economic of scope. Semua hal yang
terkandung dalam struktur pembiayaan ini harus diperhatikan oleh semua pelaku bisnis tanpa
terkecuali termasuk pekerja seni.
PENUTUP
Kesimpulan
Seni merupakan suatu hal yang bernilai tinggi. Sudah seharusnya seni juga dihargai dengan
harga yang tinggi. Akan tetapi pada faktanya, seni seringkali dipandang sebelah mata dan sulit untuk
menemukan pasarnya. Oleh karena itu, tidak heran jika para pekerja seni tidak berminat untuk
menjadikan industri seni sebagai ladang utama mata pencaharian. Para pekerja seni ini lebih banyak
yang memilih untuk menggeluti seni hanya sebatas hiburan atau hobi saja. Padahal, memunculkan
bisnis pada industri seni dapat meningkatkan eksistensi seni itu sendiri. Namun, jiwa kewirausahaan
atau sense of entrepreneurship yang dimiliki oleh para pekerja seni ini masih relatif rendah sehingga
jarang sekali terdapat seniman yang berminat untuk menjadikan seni sebagai sebuah wirausaha atau
bisnis. Oleh karena itu, diperlukan sebuah model bisnis yang kiranya dapat dengan mudah dipahami
oleh para pelaku seni tersebut sehingga berpotensi memunculkan ataupun meningkatkan sense of
entrepreneurship yang dimiliki oleh para pekerja seni tersebut. Salah satu model bisnis yang dianggap
mudah dan dapat secara ringkas dipahami oleh orang awam adalah model bisnis Canvas. Berdasarkan
analisis pada model bisnis Canvas, terdapat beberapa komponen yang harus diterapkan oleh pekerja
seni yang bermaksud membangung bisnis di bidang seni. Beberapa hal tersebut adalah Segmen
pelanggan, Porsi Nilai, Jaringan, Hubungan dengan Pelanggan, Aliran Pendapatan, Sumber Daya
Utama, Kegiatan Inti, Kemitraan Kunci, dan Struktur Biaya.
105
Jurnal EBBANK ▪ Vol.13 ▪ No. 1 ▪ Hal. 99 – 106 ▪ Juni
DAFTAR PUSTAKA
Aini, E. K., Nurlaily, F., & Asmoro, P. S. (2021). Pengaruh Opportunity Recognition dan Inovasi Model
Bisnis pada Kinerja Bisnis Industri Modest Fashion. Jurnal Inovasi Pendidikan 2(3), 805-814.
Akaresti. (2022). Dampak Pertambangan Batubara Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa
Sempayau Kecamatan Sankulirang Kabupaten Kutai Timur. EBBANK V0l 12 No 2.
http://ebbank.stiebbank.ac.id/index.php/EBBANK/article/view/240
Cahyadi, N., S St, M. M., Astuti, S. D., SE, M., Munarsih, E., Verawaty, S. E., ... & IPM, M. C. (2022).
Konsep dan Dasar Kewirausahaan. CV Rey Media Grafika.
Endah Marendah , R., Jumadi, J., & Aftoni, S. (2022). Dampak Pandemi COVID-19 pada Usaha Rumah
Tangga dan Strategi Bertahan. EBBANK.
Endah Marendah, R. (2020). Dampak Dan Strategi UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Mengenah)
Menghadapi New Normal. EBBANK.
Fitrihana, N., Jerusalem, M. A., & Nurseto, T. (2014). Upaya Penumbuhan Karakter Beroritentasi
Tindakan Melalui Model Pendampingan Bisnis Mahasiswa Berbasis TEknik Coaching. Jurnal
Pendidikan Karakter 4(1), 35-47.
Herlina. (2022). Analisis Pengembangan Bisnis Tanaman Hias dengan Pendekatan Model Bisnis
Kanvas (Studi Kasus pada Kios Tanaman Hias Vinang Merah). Jurnal Agri Sains 6(1), 9-21.
Hikmah, S. L., Husaini, M. A., & Faisal, G. (2021). Penerapan Arsitektur Ekspresionis pada Sekolah
Tinggi Seni Rupa dan Desain di Pekanbaru. Jurnal Arsitektur ALUR 4(1), 56-61.
Kosasi, V. M. (2015). Analisis dan Evaluasi Model Bisnis pada Pantai Seafood Restaurant dengan
Pendekatan Business Model Canvas. AGORA 3(1), 314-323.
Maula, D. I. (2021). Perumusan Model Bisnis Sosial; Modest Fashion Enterprise. Jurnal Ekonomi
Syariah Indonesia 11(2), 131-142.
Permana, G. P., & Yoga, I. M. (2018). Adaptasi Model Bisnis Uniqlo dengan Mengadopsi Canvas
Business Model dan 360 Business Model. Jurnal Ilmiah Manajemen & Bisnis 3(2), 111-123.
Samadara, S., Tuati, N. F., & Sauw, H. M. (2016). Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis
Kemitraan (Studi Kasus Nelayan Desa Sulamu Kabupaten Kupang NTT). Jurnal Bisnis dan
Manajemen Islam 4(1), 136-156.
Setijawibawa, M. (2015). Evaluasi Model Bisnis pada Perusahaan X Menggunakan Business Model
Canvas. AGORA 3(1), 305-313.
Soputan, G. J., Paka, O., & Asina, I. (2021). Kinerja Bisnis Perempuan Pelaku UMKM: Peran Kognisi
Kewirausahaan dan Model Bisnis. Manajemen dan Kewirausahaan 2(2), 160-167.
Tesavrita, C. (2021). Pengembangan Model Bisnis UKM Batik X dengan Menggunakan Business
Model Canvas (BMC). MANNERS 4(1), 61-72.
Thaha, A. R., & Kuncoro, S. (2022). Konteks Teknologi terhadap Aktivitas Bisnis Melalui
Penggunaan E-Bisnis pada UMKM. Sang Pencerah Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah
Buton 8(4), 1085-1097.
Utami, A. I., Adib, A., & Widodo, S. T. (2019). Peran Komunitas Seni dalam Mengembangkan Karya
Hand Lettering di Era Digital. MUDRA Jurnal Seni Budaya 34(3), 310-318.
Utami, I. D. (2022). Membangun Serta Mengelola Galeri Janur dan Museum Transmigrasi sebagai
Edukasi Sejarah Perkembangan Warisan Seni Budaya Masyarakat Jawa. Ikonik Jurnal Seni dan
Desain 4(1), 16-21.
Yudarta, I. G. (2016). Potensi Seni Pertunjukan Bali Sebagai Penunjang Industri Pariwisata di Kota
Mataram, Nusa Tenggara Barat. MUDRA 31(1), 37-53.
106
IX. JURNAL 9
Judul PENELITIAN TINDAKAN BERBASIS PARTISIPASI
MASYARAKAT: STUDI KASUS PANGGUNG GEMBIRA
Tahun 2022
Tanggal Mei
Metode Penelitian Partisipan yang terlibat dalam program komunitas jangka panjang ini
terdiri dari kepala desa, sesepuh, pemuda dan pemudi dusun, serta
fasilitator (terdiri dari akademisi dan praktisi psikodrama).
Pelaksanaan program komunitas ini terdiri dari tahap persiapan,
tahap perencanaan, tahap implementasi, dan tahap evaluasi.
Penelitian tindakan berbasis partisipasi masyarakat ini dipilih karena
pendekatan ini membangun hubungan yang mutual, pendekatan
yang etis bagi pihak yang terlibat, serta berorientasi pada proses di
mana dalam tiap tahapan pengembangan program melibatkan dan
atas persetujuan masyarakat. Dengan demikian, baik peneliti atau
desainer program dan masyarakat sama-sama saling belajar. Metode
pengumpulan data yang digunakan di tiap tahapan beragam meliputi
observasi dan wawancara, diskusi kelompok terarah, dan catatan
lapangan.
Hasil Penelitian Berdasarkan ringkasan mengenai tahapan dalam proses replikasi
Panggung Gembira dengan kerangka kerja penelitian tindakan
berbasis partisipasi masyarakat, ada beberapa poin yang dapat
dijadikan acuan pada tiap tahapan, yaitu sebagai berikut: a) Tahap
Persiapan terdiri dari memahami konteks, membuat catatan atau
lembar kancah, identifikasi ‘sekutu’, dan identifikasi aset komunitas;
b) Tahap Perencanaan terdiri dari menentukan kegiatan dan
menentukan orang yang terlibat; c) Tahap Implementasi terdiri dari
melakukan kegiatan atau tindakan; dan d) Tahap Evaluasi terdiri dari
refleksi atas proses, refleksi atas hasil, dan harapan atau tindak lanjut
ke depan.
Diskusi Penelitian Salah satu elemen kunci dalam kerangka kerja penelitian tindakan
berbasis partisipasi masyarakat adalah asesmen awal yaitu yang
terangkum dalam tahapan persiapan. Ada beberapa hal penting yang
perlu dipertimbangkan untuk dilakukan yaitu: a) Memahami konteks
(identifikasi perbedaan bahasa, konteks wilayah, norma atau aturan
komunitas, cara pandang dan atribusi lainnya sesuai lapangan yang
dituju. Hal ini akan berguna dalam menentukan apa yang dibutuhkan
di lapangan. Seperti halnya penulis pertama yang datang dari
konteks wilayah, bahasa dan budaya yang berbeda dengan lapangan
yang dituju, maka secara sadar membutuhkan asisten lapangan dari
wilayah setempat; b) Membuat catatan atau lembar kancah melalui
pengamatan, untuk mendapatkan pemahaman, pengetahuan, atau
makna dari suatu peristiwa atau aktivitas yang terjadi di sekitar
masyarakat. Kunci utamanya peneliti atau desainer program perlu
mengetahui terkait peristiwa atau kegiatan yang ada di sekitar
masyarakat, tempat dan orang-orang yang ada di sana; c)
Menentukan ‘orang-orang kunci’ di komunitas untuk membuat
‘sekutu’
Kesimpulan Ada banyak kerangka kerja yang dapat dijadikan acuan untuk kerja
atau program komunitas. Akan tetapi, penelitian tindakan berbasis
partisipasi masyarakat ini dipilih karena pendekatan ini membangun
hubungan yang mutual, pendekatan yang etis bagi pihak yang
terlibat, serta berorientasi pada proses di mana dalam tiap tahapan
pengembangan program (persiapan, perencanaan, implementasi
hingga evaluasi) melibatkan dan atas persetujuan masyarakat.
Dengan begitu, baik peneliti atau desainer program dan masyarakat
sama-sama saling belajar. Masyarakat menyadari isu mereka,
menggunakan kearifan lokal setempat, dan ada pengalaman belajar
bersama. Begitu pula peneliti atau desainer program dapat
melakukan pengecekan teori dan konsep di lapangan, dan bukti
lapangan dapat digunakan untuk mengembangkan teori dan konsep
yang lebih kontekstual untuk masyarakat. Walau demikian, tentu
kerangka ini pun tidak luput dari kritik, salah satunya pengakuan
bahwa kerangka ini lebih efektif tidak didasari dari pengukuran
berbasis eksperimen yang lebih dapat meyakinkan, melainkan hanya
didasari dari data kualitatif yang sifatnya naratif.
ABSTRACT
Community programs are sometimes lacking in implementing sustainable framework. The community is merely used
as a place for issues to arise and the program to take place. Community programs at university need a sustainable
framework and the design based on responsible assessments. The purpose of this paper is to explain the outcomes of
the authors’ community service from 2017 to 2019 employing a community participation-based action research
framework in replicating Panggung Gembira. Participants involved in this long-term community program consist of
village’s leader, elders, youth, and facilitator (consisting of academics and practitioners of psychodrama). The
implementation of this community program consists of the preparation stage, planning stage, implementation stage,
and evaluation stage. The data collection methods used in each stage varied including observation and interviews,
focus group discussions, and field notes. This paper suggests a community participation-based action research
framework for long-term community programs. The advantages, drawbacks, and implications of applying this
framework will be discussed in this paper.
Keywords: action research, community service, participation
ABSTRAK
Terkadang program komunitas tidak memiliki kerangka kerja berkelanjutan. Komunitas hanya dijadikan tempat
munculnya isu dan lokasi program diimplementasikan. Program komunitas dari universitas perlu kerangka kerja
yang berkelanjutan dan dilandasi dengan asesmen yang bertanggung jawab. Tulisan ini menguraikan hasil
pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh penulis dari tahun 2017 hingga 2019 dengan kerangka kerja penelitian
tindakan berbasis partisipasi masyarakat dengan mereplikasi Panggung Gembira. Partisipan yang terlibat dalam
program komunitas jangka panjang ini terdiri dari kepala desa, sesepuh, pemuda dan pemudi dusun, serta fasilitator
(terdiri dari akademisi dan praktisi psikodrama). Pelaksanaan program komunitas ini terdiri dari tahap persiapan,
tahap perencanaan, tahap implementasi, dan tahap evaluasi. Penelitian tindakan berbasis partisipasi masyarakat ini
dipilih karena pendekatan ini membangun hubungan yang mutual, pendekatan yang etis bagi pihak yang terlibat,
serta berorientasi pada proses di mana dalam tiap tahapan pengembangan program melibatkan dan atas persetujuan
masyarakat. Dengan demikian, baik peneliti atau desainer program dan masyarakat sama-sama saling belajar.
Metode pengumpulan data yang digunakan di tiap tahapan beragam meliputi observasi dan wawancara, diskusi
kelompok terarah, dan catatan lapangan. Tulisan ini merekomendasikan kerangka kerja penelitian tindakan berbasis
partisipasi masyarakat untuk program komunitas yang sifatnya jangka panjang. Adapun keunggulan, keterbatasan,
dan implikasi dari penggunaan kerangka kerja ini akan dibahas dalam tulisan ini.
Kata kunci: partisipasi, penelitian tindakan, program komunitas
1. PENDAHULUAN
Idealnya pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu kegiatan Tridharma perguruan tinggi
menjadi salah satu wadah di mana terjadinya pembelajaran bersama antara universitas dan
komunitas, yang pada akhirnya nanti akan mengarah pada pembangunan yang berkelanjutan.
Akan tetapi, kenyataannya seringkali komunitas hanya dijadikan sebagai tempat munculnya isu
dan lokasi dilakukannya program pengabdian masyarakat (Hacker, 2013). Selanjutnya, program
pengabdian masyarakat ini akan disebut sebagai program komunitas. Program komunitas
seringkali tidak ‘berkelanjutan’ (jangka panjang), melainkan sifatnya ‘one-shot’ yaitu sekali
datang lalu pergi. Tentu tidak keliru jika memang tujuannya adalah bakti sosial, akan tetapi
program komunitas ‘idealnya’ lebih dari sekedar bakti sosial. Dengan kerangka pengabdian
masyarakat harapan paling ideal adalah terjadinya terapan hasil penelitian di universitas untuk
berkontribusi dalam menyelesaikan isu di komunitas, dan hasil pengabdian masyarakat tersebut
juga berkontribusi dalam pengembangan pengetahuan di universitas yang lebih kontekstual dan
sesuai dengan karakteristik masyarakat.
3
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia ISSN 2620-7710 (Versi Cetak)
Vol. 5, No. 1, Mei 2022, Hal. 36-42 ISSN 2621-0398 (Versi Elektronik)
Selain itu, seringkali pula program komunitas hadir untuk kebutuhan ‘si pembuat program’
bukan ‘masyarakat’. Dengan begitu, masyarakat rentan ditempatkan sebagai ‘objek yang butuh
dibantu’, bahkan terkadang rentan menjadi objek yang dieksploitasi sekedar untuk berjalannya
program (Novianty, 2018). Sementara itu, persoalan nyata yang ada di lapangan seringkali
sangat kompleks. Tulisan Diah Widuretno (2017) di dalam bukunya yang berjudul ‘Gesang di
Lahan Gersang’ menyoroti berbagai persoalan desa di tempat ia berkegiatan seperti putus
sekolah, pernikahan dini, pindah dan mencari kerja di kota, dan lainnya. Berdasarkan amatan
penulis ketika melakukan kegiatan di lapangan pada tahun 2017 di suatu desa, para pemuda-
pemudi yang pindah ke kota dari desa untuk mencari kerja, ketika di-PHK dan kembali ke desa
menjadi pengangguran. Padahal di desanya ada banyak lahan yang subur untuk ditanami dan
dapat diolah menjadi hasil tertentu. Akan tetapi, ada berbagai macam persoalan seperti tidak
adanya pengetahuan dan keterampilan untuk bertani atau berkebun walau orang tua mereka
adalah petani, dan wilayah mereka adalah wilayah pertanian atau perkebunan. Seolah ada
keterpisahan antara apa yang dipelajari di sekolah formal dengan apa yang ada di lingkungan
sekitarnya.
Panggung Gembira, secara fisik panggung itu memang ada, akan tetapi secara psikologis
Panggung Gembira sebagai wadah refleksi komunitas dengan memanfaatkan kesenian dan
kearifan lokal setempat. Konsep yang dirujuk adalah kesenimanan sosial, sosiodrama, dan
kesenian lokal. Teknik yang diaplikasikan terdiri dari monolog, dialog, menyanyi, tari, dan
musik (penjelasan lebih rinci lihat Prawitasari, 2011). Metode Panggung Gembira menggunakan
kerangka kerja penelitian tindakan berbasis partisipasi masyarakat. Kerangka kerja penelitian
berbasis partisipasi masyarakat terdiri dari peneliti atau desainer program bersama masyarakat
melakukan asesmen kebutuhan, mengumpulkan data awal, mengevaluasi tindakan, hingga
menentukan persoalan yang dihadapi.
Kerangka ini berbentuk siklus, sehingga akan ada persoalan baru yang terus muncul karena pada
dasarnya persoalan di masyarakat akan terus ada (Prawitasari & Novianty, 2021). Dalam konteks
replikasi Panggung Gembira yang dilakukan oleh penulis, kerangka kerjanya terdiri dari a)
Tahap persiapan, meliputi evaluasi bersama warga dusun terkait hasil kegiatan bersama setelah
sepuluh tahun (dilakukan pada tahun 2017); b) Tahap perencanaan, meliputi menentukan
kegiatan untuk melestarikan kesejahteraan dusun bersama warga (dilakukan pada awal tahun
2018); c) Tahap implementasi, meliputi pelaksanaan kegiatan bersama (dilakukan pada akhir
tahun 2018), dan d) Tahap evaluasi, meliputi evaluasi bersama dengan warga (dilakukan pada
tahun 2019). Tulisan ini akan berfokus pada alur kerja dan rekomendasi penelitian tindakan
berbasis partisipasi masyarakat sebagai acuan dalam program komunitas yang sifatnya jangka
panjang.
3
Penelitian Tindakan Berbasis Partisipasi Masyarakat: Novianty
Studi Kasus Panggung Gembira
Pada bagian ini akan diuraikan secara singkat apa saja yang dilakukan pada tiap tahapan, yang
terdiri dari tahap persiapan, tahap perencanaan, tahap implementasi, dan tahap evaluasi. Uraian
lebih rinci untuk tiap tahapan telah dipublikasikan dalam prosiding pengabdian masyarakat
sebelumnya (Novianty, Hadiwirawan, & Prawitasari, 2017;2018;2019;2020). Pada bagian ini
akan diuraikan poin-poin utama yang dapat dilakukan di tiap tahapan jika akan mereplikasi dan
menggunakan kerangka penelitian tindakan berbasis partisipasi masyarakat dari studi kasus
Panggung Gembira.
Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan pada tahun 2017. Metode pengumpulan data yang digunakan terdiri
dari a) Observasi, bertujuan mengamati kegiatan sehari-hari warga dusun dan situasi dusun; b)
Wawancara, bertujuan mengetahui apa yang masih diingat warga tentang Panggung Gembira
(tahun 2007) dan kegiatan warga sehari-hari; dan c) Diskusi kelompok terarah pada perangkat
desa (kepala dusun, tokoh masyarakat, dan ketua RT, serta perwakilan pemuda-pemudi untuk
mengetahui apa yang akan dilakukan terkait fisik Panggung Gembira dan niat melanjutkan
kembali metode Panggung Gembira dalam situasi dusun saat ini.
Prosedur pelaksanaan tahap persiapan terdiri dari evaluasi dan asesmen awal yang dilakukan
selama 6 hari tertanggal 23-29 Juli 2017. Penulis pertama didampingi dua asisten lapangan dari
jurusan Antropologi dan Psikologi yang berasal dari wilayah yang sama dengan komunitas
dituju. Tiap asisten lapangan mengisi pencatatan lembar kancah tiap hari dan hasil
wawancaranya. Penulis pertama dan dua asisten lapangan tinggal di dusun (menginap di rumah
kepala dusun) untuk melakukan observasi langsung situasi dan kegiatan warga dusun.
Hari pertama, peneliti dan asisten melakukan pertemuan untuk mendiskusikan topik dan data
yang perlu digali di lapangan. Hari kedua hingga keempat, peneliti dan asisten tinggal di rumah
kepala dusun untuk proses pengumpulan data pada warga dusun. Hari kelima peneliti bersama
asisten melakukan pertemuan untuk mengumpulkan dan mengolah data mentah dari hasil
observasi dan wawancara. Hari keenam adalah pertemuan diskusi kelompok terarah dengan
perangkat desa dan perwakilan pemuda-pemudi. Hasil yang didapatkan dari asesmen awal di
tahap ini yaitu a) Hal- hal yang masih diingat warga terkait Panggung Gembira; b) Kesan
Panggung Gembira; c) Penggunaan Panggung Gembira saat ini; dan d) Harapan Panggung
Gembira selanjutnya (Novianty, Hadiwirawan, & Prawitasari, 2017).
Tahap Perencanaan
Poin utama pada tahap perencanaan yang dilakukan pada awal tahun 2018 adalah penentuan
kelompok sekutu yang akan melakukan kegiatan bersama dan mulai merencanakan, serta
menyiapkan kegiatan. Dalam konteks Panggung Gembira, tahapan perencanaan yang dilakukan
terdiri dari penentuan panitia dan pemain, latihan kesenian yang akan ditampilkan di panggung,
latihan drama, serta penggalangan dana, agar kelompok ‘sekutu’ dapat belajar membuat proposal
dan melakukan penggalangan dana atas inisiatif mereka sendiri. Orang-orang yang terlibat dalam
tahapan ini adalah kelompok pemuda-pemudi dari dua dusun yang merupakan satu desa. Dalam
3
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia ISSN 2620-7710 (Versi Cetak)
Vol. 5, No. 1, Mei 2022, Hal. 36-42 ISSN 2621-0398 (Versi Elektronik)
tahap perencanaan, terdapat satu orang fasilitator sebagai pelatih keterampilan teater, dan satu
orang undangan sebagai pembicara dalam diskusi kelompok yaitu pendiri Sekolah Pagesangan
untuk berbagi pengalaman dalam mengembangkan pertanian organik dan menjadikan generasi
muda desa berdaya, serta melestarikan kearifan lokal desanya.
Teknik pengumpulan data terdiri dari a) Metode amatan langsung digunakan untuk mengamati
proses diskusi kelompok terarah, mini workshop psikodrama, serta amatan komunikasi yang
berjalan di dalam forum untuk melihat respon individu dalam kelompok; b) Diskusi kelompok
dilakukan beberapa kali untuk membahas mengenai kesepakatan kegiatan yang dilakukan,
terutama komitmen tiap pemuda-pemudi dusun untuk terus terlibat dan melanjutkan kegiatan
bersama; dan c) Dokumentasi yang dikumpulkan oleh penulis dan pemuda-pemudi dusun yang
dibagikan ke dalam forum Whatsapp Group yang berguna sebagai rekam jejak proses kerjasama
antar pemuda-pemudi dusun (Novianty, Hadiwirawan, & Prawitasari, 2018).
Tahap Implementasi
Tahap implementasi yang dilakukan pada akhir tahun 2018 merupakan pelaksanaan dari kegiatan
yang telah direncanakan pada tahapan sebelumnya. Di dalam pelaksanaan kegiatan ada berbagai
macam kegiatan kesenian lokal maupun kontemporer yang dilakukan oleh kelompok anak-anak,
kelompok pemuda-pemudi, kelompok dewasa, serta lansia. Ada yang menjadi pemain dan ada
yang menjadi penonton. Ada drama yang ditampilkan oleh kelompok pemuda-pemudi, serta ada
Kethoprak yang dimainkan oleh kelompok pemuda-pemudi dan kelompok dewasa di dusun.
Dari tahapan implementasi ini ada dua poin utama yang teramati yaitu perbedaan latar dan situasi
sosial pada tahun 2007 dan 2018. Panggung Gembira pada tahun 2007 diadakan sebagai sarana
untuk mengelola konflik dan membawa penghiburan di tengah peristiwa traumatis, maka
Panggung Gembira yang diadakan pada tahun 2018 membawa nuansa hiburan di tengah rutinitas
harian warga dusun. Tidak muncul permasalahan ataupun konflik antar warga yang menjadi
narasi atau dialog di atas panggung. Drama yang dibawakan oleh pemuda-pemudi dusun pun
lebih menyoroti topik umum yang menjadi bahasan publik yaitu politik, walau ada narasi
kontekstual yang muncul yaitu dialog mengenai pengangguran.
Selain itu, Panggung Gembira tahun 2007 didominasi oleh unsur budaya Jawa, sementara pada
tahun 2018 yang dikoordinasikan oleh para pemuda-pemudi dusun telah mengalami
pencampuran antara budaya Jawa, budaya pop dan bahasa asing. Hal ini ditandai dari pemilihan
nama kelompok seni yang menggunakan bahasa Inggris dan busana pemain seni di atas
panggung yang mengombinasikan unsur lokal (kain batik) dan modern. Selain itu, kesenian yang
ditampilkan merupakan pencampuran antara musik dan tari tradisional, serta budaya pop, hingga
bahasa pengantar yang digunakan oleh pemuda dan pemudi dusun sebagai pembawa acara yang
menggunakan bahasa campuran yaitu bahasa Jawa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
(Novianty, Hadiwirawan, & Prawitasari, 2019).
Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan pada akhir tahun 2019, dengan diskusi kelompok terarah bersama para
pemuda-pemudi dusun yang terlibat penuh menjadi ‘sekutu’ dalam perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan Panggung Gembira. Ada tiga poin utama yang disoroti dalam tahap evaluasi ini yaitu
refleksi pemuda-pemudi dusun dalam proses Panggung Gembira, refleksi pemuda-pemudi dusun
atas hasil Panggung Gembira, dan harapan pemuda-pemudi terkait masa depan dusun. Dalam
tahap evaluasi ini para pemuda-pemudi merefleksikan dinamika kelompok yang terjadi,
kesadaran ada budaya lokal mereka yang luntur sehingga memengaruhi dinamika kelompok
tersebut, adanya
3
Penelitian Tindakan Berbasis Partisipasi Masyarakat: Novianty
Studi Kasus Panggung Gembira
kebutuhan akan ‘sosok’ yang menyatukan, serta mulai muncul persoalan baru yang disoroti
untuk ditindak lanjuti nantinya (Novianty, Hadiwirawan, & Prawitasari, 2020).
Salah satu elemen kunci dalam kerangka kerja penelitian tindakan berbasis partisipasi
masyarakat adalah asesmen awal yaitu yang terangkum dalam tahapan persiapan. Ada beberapa
hal penting yang perlu dipertimbangkan untuk dilakukan yaitu: a) Memahami konteks
(identifikasi perbedaan bahasa, konteks wilayah, norma atau aturan komunitas, cara pandang dan
atribusi lainnya sesuai lapangan yang dituju. Hal ini akan berguna dalam menentukan apa yang
dibutuhkan di lapangan. Seperti halnya penulis pertama yang datang dari konteks wilayah,
bahasa dan budaya yang berbeda dengan lapangan yang dituju, maka secara sadar membutuhkan
asisten lapangan dari wilayah setempat; b) Membuat catatan atau lembar kancah melalui
pengamatan, untuk mendapatkan pemahaman, pengetahuan, atau makna dari suatu peristiwa atau
aktivitas yang terjadi di sekitar masyarakat. Kunci utamanya peneliti atau desainer program perlu
mengetahui terkait peristiwa atau kegiatan yang ada di sekitar masyarakat, tempat dan orang-
orang yang ada di sana; c) Menentukan ‘orang-orang kunci’ di komunitas untuk membuat
‘sekutu’. Lembar survei sosiogram dari penelitian Smith & Fink (2015) dapat berguna ketika
peneliti atau desainer program belum sama sekali memiliki bayangan atau rekan di lapangan
yang dapat dijadikan ‘sekutu’. Melalui sosiogram tersebut, peneliti atau desainer program dapat
menentukan peran connector di kelompok yang berpotensi menjadi sekutu di lapangan; dan d)
Identifikasi aset komunitas (fisik sosial, kesenian, dan kearifan lokal setempat). Identifikasi ini
penting karena pada saat mendesain program sebisa mungkin dalam menyusun strategi
penyelesaian masalah menggunakan aset komunitas yang ada, tidak dengan membuat sesuatu
yang baru atau malah tidak ada di komunitas tersebut. Tujuannya agar ada atau tidak adanya
peneliti atau desainer program, komunitas dapat mengelola persoalannya dengan aset komunitas
yang mereka miliki. Cara lain yang dapat ditempuh adalah melakukan transfer pengetahuan atau
keterampilan baru tersebut ke ‘orang-orang kunci’ di lapangan agar terjadi pendampingan
berjenjang (lihat Prawitasari, 2011).
Metode Panggung Gembira dapat digunakan sebagai wadah reflektif kolektif bagi warga dusun
untuk mencerminkan kembali situasi dusun mereka, baik dalam konteks pasca peristiwa
traumatis yang dihadapi secara kolektif maupun menggambarkan situasi keseharian dusun. Di
sini penekanannya bukan pada apa yang dikatakan melainkan apa yang ditunjukkan melalui
Panggung Gembira tersebut. Selain itu, Panggung Gembira juga dijadikan sebagai wadah
pelestarian kesenian lokal. Pada tahap evaluasi, terlihat bahwa proses membangun Panggung
Gembira memberikan dampak reflektif pada para pemuda-pemudi dusun yang terlibat dalam
menyadari mulai lunturnya kearifan lokal yang sebenarnya dimiliki oleh dusun. Dari uraian ini
dapat dilihat bahwa penekanan metode ini utamanya berorientasi pada proses refleksi atas proses
dan hasil Panggung Gembira yang dibangun bersama-sama.
4
dari a)
4
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia ISSN 2620-7710 (Versi Cetak)
Vol. 5, No. 1, Mei 2022, Hal. 36-42 ISSN 2621-0398 (Versi Elektronik)
Alokasi waktu, pendekatan ini butuh waktu lebih panjang dari pendekatan lainnya (terutama
yang sudah memiliki standar pengukuran) untuk mengidentifikasi orang kunci dalam komunitas
dan meyakinkan mereka bergabung dalam program, serta butuh waktu untuk orang di komunitas
mengidentifikasi isu mereka sendiri; b) Desain riset, dapat berubah sewaktu-waktu di lapangan
menyesuaikan dinamika komunitas dan memerlukan waktu yang lebih panjang untuk
mengimplementasikannya; c) Pengajuan proposal dan pendanaan. Mencari input dan keterlibatan
orang-orang di komunitas bisa jadi proses yang lambat, terutama ketika ada batasan waktu dari
pendana; d) Komitmen orang-orang di komunitas yang perlu dijaga untuk waktu keterlibatan
yang lama; dan e) Pengumpulan data, analisis, dan interpretasi perlu disampaikan pada
komunitas yang mana akan memakan waktu dan diskusi yang berulang antara peneliti dan
orang-orang di komunitas (Hacker, 2013).
Sementara itu, keunggulannya yaitu a) Dampak riset dapat sampai dan bermanfaat bagi orang-
orang di komunitas untuk menyelesaikan masalah mereka; b) Peneliti juga memeroleh
pengetahuan dan keterampilan baru dalam mengembangkan kerangka konsep dari produksi
pengetahuan ‘westernized’ menjadi produksi pengetahuan kontekstual; c) Partisipasi komunitas
dalam mengidentifikasi isu dan intervensi mereka sendiri akan menjadi sangat relevan dan dapat
menjaga komitmen mereka untuk menyelesaikan program/ riset; d) Menghindari eksploitasi
komunitas dan menjaga ‘power’ seimbang pada kedua kelompok (peneliti dan komunitas); dan
e) Komunitas akan tahu dan merasakan kontribusi mereka dalam pengembangan pengetahuan,
serta menggunakan pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam menyelesaikan isu komunitas
mereka (Hacker, 2013).
4. KESIMPULAN
Ada banyak kerangka kerja yang dapat dijadikan acuan untuk kerja atau program komunitas.
Akan tetapi, penelitian tindakan berbasis partisipasi masyarakat ini dipilih karena pendekatan ini
membangun hubungan yang mutual, pendekatan yang etis bagi pihak yang terlibat, serta
berorientasi pada proses di mana dalam tiap tahapan pengembangan program (persiapan,
perencanaan, implementasi hingga evaluasi) melibatkan dan atas persetujuan masyarakat.
Dengan begitu, baik peneliti atau desainer program dan masyarakat sama-sama saling belajar.
Masyarakat menyadari isu mereka, menggunakan kearifan lokal setempat, dan ada pengalaman
belajar bersama. Begitu pula peneliti atau desainer program dapat melakukan pengecekan teori
dan konsep di lapangan, dan bukti lapangan dapat digunakan untuk mengembangkan teori dan
konsep yang lebih kontekstual untuk masyarakat. Walau demikian, tentu kerangka ini pun tidak
luput dari kritik, salah satunya pengakuan bahwa kerangka ini lebih efektif tidak didasari dari
pengukuran berbasis eksperimen yang lebih dapat meyakinkan, melainkan hanya didasari dari
data kualitatif yang sifatnya naratif.
4
Penelitian Tindakan Berbasis Partisipasi Masyarakat: Novianty
Studi Kasus Panggung Gembira
REFERENSI
Anindita, A.D., Manurung, B., Rokhdian, D., Apristawijaya, F.M., & Fawaz. (2019). Melawan
setan bermata runcing: Pengalaman gerakan pendidikan sokola. Penerbit: Sokola Institute
Hacker, K. (2013). Community-based participatory research. United States of America: Sage
Publishing, Inc.
Novianty, A. (2018). Participatory action research model: Bridging the gap between university
and community partnership. Proceeding International Conference on University and
Intellectual Culture (hal. 13-23), Universitas Negeri Jakarta. ISBN: 978-602-8768-36-8
Novianty, A., Hadiwirawan, O., & Prawitasari, J.E. (2017). Evaluasi hasil penyesuaian dusun
melalui panggung gembira pasca gempa. Prosiding Seminar Nasional Pengabdian kepada
Masyarakat, 2(1), D1-6.
Novianty, A., Hadiwirawan, O., & Prawitasari, J.E. (2018). Tahap perencanaan panggung
gembira: Merajut kembali gotong royong pemuda/i dusun. Prosiding Seminar Nasional
Hasil Pengabdian kepada Masyarakat, 3(1), 553-560.
Novianty, A., Hadiwirawan, O., Prawitasari, J.E. (2019). Tahap implementasi panggung
gembira: “Menjaga Tradisi, Membangun Negri”. Prosiding Seminar Nasional Hasil
Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), 281-289.
Novianty, A., Hadiwirawan, O., Prawitasari, J.E. (2020). Tahap evaluasi panggung gembira:
Pemuda/i dan masa depan dusun. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat, 867-877.
Prawitasari, J.E. (2011). Psikologi klinis: Pengantar terapan mikro dan makro. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Prawitasari, J.E., & Novianty, A. (2021). Psikologi Kesehatan Komunitas (hal.135 - 162) dalam
Buku Kesehatan: Perspektif Nonmedis dan Multidisiplin. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Smith, R.A., & Fink, E.L. (2015). Understanding the influential people and social structures
shaping compliance. Journal of Social Structure, 16, 4-19
Widuretno, D. (2017). Gesang di lahan gersang. Yogyakarta.
4
X. JURNAL 10
Judul PELATIHAN KESENIAN GENDANG BELEQ DI
SANGGAR BANASPATI RAJA GENDANG BELEQ ART
TRAINING AT SANGGAR BANASPATI RAJA
Tahun 2023
Tanggal April
Hasil Penelitian Penyebutan kesenian ini masing masing daerah memiliki nama yang
berbeda, misalnua di Lombok timur bagian selatan disebut dengan
Dodak, kemudian Lombok timur bagian timur di sebut dengan
gendang beleq, lalu Lombok bagian tengah disebut dengan
oncer.kesenian ini biasanya dimainkan secara berkelompok, dengan
pembagian jenis alat musiknya terdiri dari alat music melodis dan
ritmis. Alat music melodis terdiri dari reong dan seruling sedangkan
alat music terdiri dari gendang, rencek, oncer dan gong. Salah satu
sanggar yang konsisten dalam melestarikan music tradisional adalah
sanggar banasbati raja. Sanggara ini berada di wilayah masbagik
Lombok timur
Diskusi Penelitian Pada proses pelatihan yang dilakukan sanggar ini masih
menggunakan metode otodidak sehingga terkadang bagi sekahe atau
pemain yang memiliki tingkat kepekaan nada sulit untuk mengerti
201 permainan yang di akan dimainkan. Melihat kondisi yang ada
setelah melakukan observasi di sanggar tersebut maka alternatif yang
di gunakan adalah dengan menggunakan metode baca tanda atau
dalam istilah teori musiknya disebut sight reading. Dari hasil
pelatuhan yang dilakukan dengan menggunakan metode ini terlihat
jauh perbedaan kemudahan para sekaha dalam memainkan kesenian
gendang beleq.
Kesimpulan Kesenian gendang beleq merupakan kesenian khas yang ada di
daerah Lombok. Kesenian ini merupakan yang wajib dilestarikan
oleh masyarakat Lombok sebab sangat kuat kaitannya dengan
identitas daerah. Kaum muda harus menjadi garda terdepat dalam
melaksanakan kesenian ini sehingga perlu dilakukan
pelatihan-pelatihan di usia tersebut. Namun tidak hanya sekedar
pelatihan biasa diberikan kepada mereka,, menjadi seorang pelatih
harus memperhatikan metode dan strategi yang dilakukan sehingga
paling tidak rasa senang yang kemudian memotivasi mereka untuk
tetap mengikuti pelatihan..
Kelebihan Menjelaskan detail mengenai pembahasan yang dibahas
Abstrak
Kesenian gendang beleq merupakan kesenian yang menjadi iconic Lombok. Penyebutan
kesenian ini masing masing daerah memiliki nama yang berbeda, misalnua di Lombok timur
bagian selatan disebut dengan Dodak, kemudian Lombok timur bagian timur di sebut dengan
gendang beleq, lalu Lombok bagian tengah disebut dengan oncer.kesenian ini biasanya
dimainkan secara berkelompok, dengan pembagian jenis alat musiknya terdiri dari alat music
melodis dan ritmis. Alat music melodis terdiri dari reong dan seruling sedangkan alat music
terdiri dari gendang, rencek, oncer dan gong. Salah satu sanggar yang konsisten dalam
melestarikan music tradisional adalah sanggar banasbati raja. Sanggara ini berada di wilayah
masbagik Lombok timur. Pada proses pelatihan yang dilakukan sanggar ini masih menggunakan
metode otodidak sehingga terkadang bagi sekahe atau pemain yang memiliki tingkat kepekaan
nada sulit untuk mengerti
20
permainan yang di akan dimainkan. Melihat kondisi yang ada setelah melakukan observasi di
sanggar tersebut maka alternatif yang di gunakan adalah dengan menggunakan metode baca
tanda atau dalam istilah teori musiknya disebut sight reading. Dari hasil pelatuhan yang dilakukan
dengan menggunakan metode ini terlihat jauh perbedaan kemudahan para sekaha dalam
memainkan kesenian gendang beleq.
PENDAHULUAN
Saat ini Lombok merupakan salah satu daerah yang dibanjiri oleh wisatawan nasional dan
internasiaonal (asing). Tidak hanya karena keindahan alam tetapi banyak event-event
internasional yang dilaksanakan di daerah tersebut. Salah satu contohnya adalah adanya Event
Moto GP yang dilangsungkan di sircuit Mandalika. Salah satu yang menarik pada event tersebut
adalah adanya musik khas Lombok yang dipertunjukan yaitu kesenian gendang beleq. Kesenian
gendang beleq merupakan kesenian yang menjadi identitas masarakat Lombok yang berada di
suku sasak. Penyebutan kesenian gendang beleq setiap daerah memiliki nama yang berbeda
misalnya Lombok timur bagian selatan menyebut Dodak, kemudian Lombok bagiat timur
menyebutnya gendang beleq dan Lombok bagian tengah menyebutnya oncer. Dilihat secara
organologinya dikatakannya gendang beleq sebab ukuran gendangnya yang besar atau dalam
Bahasa sasaknya disebut dengan beleq. Fungsi dari kesenian ini pada awalnya digunakan sebagai
pengiring para kesatria kerajaan Lombok namun atas perkembangan zaman kesenian ini beralih
fungsi seperti acara khitanan, ngurisang dan nyongkolang. Seperti yang disampaikan oleh
(Sumardi, 2018) mengatakan Pada awal kelahirannya Gendang Beleq dipercaya oleh masyarakat
berfungsi sebagai media pengiring perang para kesatria kerajaan Lombok. Tetapi pada
perkembangannya digunakakan sebagai pengiring rangkaian upacara khitanan, kurisan
memotong rambut bayi dan perkawinan atau nyongkolan
Pada proses pertunjukannya kesenian ini dimainkan secara berkelompok yang membentuk
musik ansambela. Mengutip apa yang disampaikan oleh (Sumardi, 2018) mengatakan Gendang
Beleq merupakan seni musik yang tergolong dalam ansambel yang terdiri dari: Gendang Mame,
Gendang Nine, Cemprang, Perembaq, Petug, Oncer, Rincig, Reong Mame, Reong Nine, Gong
Mame, dan Gong Nine
Secara teori music jenis alat pada kesenian ini di bagi menjadi dua yaitu alat music ritmis
dan dan alat music melodis. Alat music ritmis yang dimaksud misalnya gendang, oncer, rencek,
dan gong sedangkan alat melodis yang dimaksud seruling dan reong. Keutuhan music gendang
beleq terdiri dari unsur pokok dan unsur ekspresi. Unsur pokok adalah unsur yang terdiri dari
ritme, melodi dan harmini. Sedangkan unsur ekspresi adalah unsur pendukung seperti tempo dan
dinamika (Hafiz & Markarma, 2019).
Dinamika perkembangan kesenian genadang beleq banyak dipengaruhi oleh musik yang
menyesuaikan diri dengan zaman modern seperti yang disampaikan oleh(Padila & Marzam,
2021) mengatakan “kecenderungan masyarakat akan keberadaan musik modern telah
menurunkan minat masyarakat terutama pada musik tradisional” senada denagan apa yang
disampaikan oleh (Parwati & Hadi, 2020) mengatakan “saat ini peminat musik tradisional
umumnya lebih banyak dinikmati kalangan tua dari pada anak muda yang lebih gemar dengan
musik modern” .
20
Kesadaran akan pentingnya melestarikan Kesenian Gendang Beleq oleh banyak pihak masih
dianggap belum sejalan dengan perkembangannya hingga saat ini. Seperti yang disampaikan oleh
(Saputra, 2019) mengatakan “optimalisasi dalam upaya mengangkat citra Lombok melalui
berbagai diskusi tentang kesenian tradisional Gendang Beleq masih belum gencar dilakukan
seperti memasukkan Gendang Beleq ke dalam aktivitas pendidikan formal”. Sebagian kalangan
masyarakat menilai kesenian tradisional Gendang Beleq hanya digeluti oleh kalangan tertentu
atau para seniman yang memang sudah lama berkecimpung di dunia seni khususnya seni musik
tradisional Gendang Beleq. Walaupun banyak upaya telah dilakukan oleh masyarakat maupun
pemerintah setempat seperti halnya dalam penyelenggaraan festival kesenian Gendang Beleq
akan tetapi hal itu belum mampu untuk menggairahkan kesenian Gendang Beleq khususnya
dikalangan para remaja dan pemuda.
Melihat penjelasan yang dideskripsikan di atas maka perlu dilakukan pelatihan dikalangan
muda sebagai generasi yang bisa mempertahankan kelastarian kesenian tradisional Gendang
Beleq. Salah satu sanggar yang konsisten dalam melakukan pelatihan pada kesenian tradisional
adalah sanggar BANASPATI RAJA. Sanggar ini adalah salah satu sanggar yang berlokasi di
Masbagik utara. Eksistensi sanggar ini selain melakukan pelatihan pada seni tari tradisional, aktif
juga dalam melakukan pelatuhan musik tradisional. Salah satu musik tradisional yang menjadi
program pelatihan nya, selain gamelan tentunya kesenian Gendang Beleq juga menjadi prioritas.
Selama melakukan observasi metode yang digunakan dalam melakukan pelatihan masih
menggunakan otodidak, sebab rata rata pelatih di sanggar ini merupakan seniamn praktisi.
Melihat kondisi tersebut perlu dilakukan pembaharuan metode sehingga para peserta yang
melakukan lebih tertarik dalam mempelajari kesenian Gendang Beleq. Metode yang digunakan
dalam melakukan pelatihan ini adalah metode sign reading atau membaca tanda
METODE
Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini yaitu praktik dengan menggunakan
pendekatan sign reading atau baca tanda. Pada proses pelaksanaan pelatihan ini dibagi menjadi
beberapa tahap yaitu Pertama tahap pengenalan . tahap pengenalan merupakan tahap dimana
sekahe dikenalkan dengan semua alat musik dan fungsinya pada proses permainan kesenian
Gendang Beleq. Kedua Tahap Praktik. Pada tahap ini sekahe diberikan pemahamaan bagaimana
membaca tanda masing-masing alat pada musik kesenia Gendang Beleq kemuadian pada tahap
terakhir. Tahap kolaborasi. Maksud dari tahap terakhir ini adalah tahap dimana semua sekaha
mengkolaborasikan semua alat musik yang dimainkan sehingga membentuk suatu kesatuan
musik pada kesenian Gendang Beleq
HASIL
Kesenian gendang beleq merupakan kesenian khas Lombok. Kesenain ini dimainkan
membentuk musik ansambel sebab dimainkan lebih dari satu orang dan lebih dan lebih dari satu
alat musik. Pada proses pelaksanaan pelatihan yang dilakukan terdapat perubahan hasil yang
didapatkan sebab adanya perbedaan metode yanag dilakukan dari yang sebelumnya. Terdapat
tiga tahapan yang dilakukan dalam melakukan proses pelatihan diantaranya, pertama tahapan
perkenalan. Maksud dari tahapan perkenalan ini adalah tahapan dimana semua alat musik
kesenian gendang beleq diperkenalkan serta fungsinya. Kemudian tahapan yang kedua
dinamakan tahapan praktik. Pada tahapan ini langsung diberikan bagaimana cara memainkan
masing-masing alat pada
20
kesenian gendang beleq. Dan tahapan yang terakhir adalah tahapan menggabungkan semua
permainan yang ada pada alat musik kesenian gendang beleq. Berikut foto saat memainkan
kesenian gendang beleq
20
mame. Gendang dimainkan dengan posisi pemain berdiri dengan posisi kaki
sebelah kiri menjinjit kemudian Gendang digendong. Gendang sebelah kanan
diposisikan lebih rendah dari pada lingkaran sebelah kiri, Gendang dibunyikan
menggunakan tabuh dan ditepak atau keplak Cara memainkan alat ini adalah
dengan dipukul
b. Cemprang atau rencek
Cemprang adalah alat musik yang dimainkan dengan dua tangan dengan
cara memukul dua piring atau sisi alat musik tersebut. Cemprang dapat dimainkan
sambil duduk, berdiri dan berjalan. Bermain dalam posisi duduk sering terjadi saat
latihan. Tujuannya agar para pemain cemprang dengan jelas mengikuti kode yang
diberikan oleh penabuh gendang sambil berdiri dan berjalan sambil memainkan
cemprang bersama dalam sebuah upacara pernikahan yang disebut nyongkolan.
Menurut Pak Jaka, cemprang berbentuk cawan, tetapi dengan lubang dan tali di
tengahnya. Ada dua jenis Cemprang dalam kesenian Gendang Beleq yaitu
Cemprang Kodeq dan Perembaq.
Petuk adalah alat musik yang dimainkan sambil berjalan, berdiri atau
duduk bersila. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul atau dipukul dengan
alat musik perkusi yang lembut, alat musik perkusi digenggam dengan satu tangan
kemudian diarahkan ke bagian alat yang menonjol
20
d. Reong atau teromong
Terompong adalah salah satu alat musik yang berbentuk pencon atau potok
dalam seni tangga nada pentatonik. Terompangi dimainkan dengan alat musik
pukul yang masingmasing dipegang dengan tangan kanan dan kiri. Cara
memainkan teropong adalah dengan meletakkannya di depan pemain kemudian
dipukul dengan alat perkusi atau potok yang dipegang di tangan. Terompong
memiliki tangga nada, atau pipa, yang berfungsi sebagai pembawa melodi,
e. Seruling
Gambar 6. Seruling
Untuk memperindah nada pada saat bermain musik Gendang Beleq, suling
mempunyai peran yang cukup penting. Karena Suling ini bisa memberikan kesan
yang lebih indah agar musik Gendang Beleq tidak terdengar monoton ketika
memainkannya. Teknik dalam bermain suling bisa dikatakan cukup sulit karena
mempunyai teknik penjarian dan teknik pernafasan yang benar-benar harus
dikuasai
2. Tahap Praktik
Pada tahapan ini yang lebih di tekan kan adalah bagaimana para sekahe bermain
20
Gendang Beleq dengan membaca tanda sesuai dengan simbolisasi masing-masing alat
kesenian gedang beleq yang sudah dirumuskan. Berikut contoh simbolisasi masing-
masing alat kesenian gendang beleq yang dirumuskan.
20
sasaknya disebut dengan perempat, penengak, ceroncong dan pemotok berikut
contoh simbolisasi permainan reong atau terompong
Gambar 11. Simbolisasi permainan reong atau terompong
e. Seriling/ suling
Seruling termasuk juga alat melodi pada kesenian gendang beleq. Teknik
permainan pada alat ini tergantung pada Teknik penjarian dan pernafasan, pada
proses permainannya seruling memiliki kesamaan penadaan dengan reong.
3. Tahap kolaborasi
Pada tahapan ini setelah semua alat pada kesenian gendang beleq bisa dimainkan
oleh para sekahe, maka yang terkahir adalah tahap bagaimana mengkolaborasikan semua
alat tersebut.tahapan awal yang pertama kali dimainkan pada kesenian Gendang Beleq
adalah gendang kemudian di ikuti oleh permainan rencek atau cemprang lalu kemudian
disambut oleh reong selanjutnya sebagai penentu tempo ditandai dengan permainan petuk
dan di akhiri dengan permainan Gong. Berikut foto kegiatan Latihan Bersama sekaha
yang ada di sanggara Banaspati Raja
PENGAKUAN/ACKNOWLEDGEMENTS
Kegiatan pengabdian masyarakat yanag berjudul “Pelatihan Kesenian Gendang Beleq Di
20
Sanggar Banaspati Raja” tentunya dapat terlaksanan dengan lancar atas dukungan dari semua
pihak yang terlibat didalmnya antara lain, Rektor Universitas Hamzanwadi, Dekan Fakultas
Bahasa Seni dan Humaniora, Ketua Sanggar Banaspati Raja, Serta para Mahasiswa Seni Drama
Tari dan Musik Universitas Hamzanwadi
DAFTAR REFERENSI
Hafiz, A., & Markarma, R. (2019). Musical Elements of Gendang Beleq Art Teruna Jaya Sakra
Village. THE 4TH HAMZANWADI INTERNATIONAL CONFERENCE ON EDUCATION,
24.
Padila, M., & Marzam, M. (2021). Bentuk Penyajian Gandang Sarunai Pada Upacara Adat Turun
Bako Di Koto Panjang Surantih Pesisir Selatan. Jurnal Sendratasik, 10(4), 104–115.
Parwati, S., & Hadi, H. (2020). Pengaruh Pertunjukan Orgen Tunggal terhadap Eksistensi
Rabab Pasisia di Kec. Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Universitas Negeri Padang.
Saputra, G. A. M. (2019). Kajian Instrumentasi dan Organologi Gendang Beleq Sanggar Mertaq
Mi Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Sorai: Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Musik,
12(2), 69–81.
Sumardi, N. K. (2018). Evolusi Gendang Beleq Lombok. Gondang: Jurnal Seni Dan Budaya,
1(2), 63–69.
20