Kesediaan Membayar Mitigasi Longsor Di K D6e5c6f8

Anda mungkin juga menyukai

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097

doi https://doi.org/10.20886/jppdas.2019.3.2.159-174

KESEDIAAN MEMBAYAR MITIGASI LONGSOR DI KARANGANYAR DENGAN


PENDEKATAN CONTINGENT VALUATION METHOD
(Willingness to pay landslide mitigation in Karanganyar with the contingent valuation
method approach)

Endah Rusnaryati1,2, Mugi Rahardjo1, dan Suryanto1


1MagisterEkonomi Studi Pembangunan, Fak. Ekonomi dan Bisnis, UNS
Jalan Ir. Sutami 36 A Surakarta, Surakarta 57126, Telepon:+62 271 646655
2Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Jl. A. Yani, Pabelan, P.O. Box 295, Surakarta 57102, Indonesia


Email: e.rusnaryati@gmail.com

Diterima: 06 November 2019, Direvisi : 30 Desember 2019, Disetujui : 06 Januari 2020

ABSTRACT

Landslides are still a threat in some areas in Karanganyar Regency which has mountainous
topography. Landslides cause in loss of property, and lives. Community participation in
landslide mitigation is very important because the community is dealing directly with
landslides. One of the roles of the community in landslide mitigation can be measured by the
willingness to pay (WTP). The aims of this study are 1) to determine factors that influence
WTP for reducing the impact of landslides, 2) to determine the value of WTP for landslides
mitigation. The method used in this study is contingent valuation methods by calculating the
amount of WTP to reduce the risk of landslides and the factors that affect WTP. This study
used primary and secondary data. Primary data were obtained using open interview
techniques with 100 respondents in some villages in Karanganyar District, who are at risk of
landslides, while secondary data was taken from the Statistics Agency (BPS) and Regional
Agency for Disaster Countermeasure (BPBD) of Karanganyar Regency. The results showed
that incomes and poverty affected the WTP for landslide mitigation significantly. The
average willingness to pay for landslide mitigation in the form of construction of cliff walls,
closure of cracks and reparation of waterways in Karanganyar Regency is Rp. 26.307,00 per
month.

Keywords: landslide mitigation; contingent valuation; willingness to pay

ABSTRAK

Kejadian longsor masih menjadi ancaman pada sebagian wilayah di Kabupaten Karanganyar
yang topografinya bergunung. Bencana longsor mengakibatkan kerugian berupa harta,
benda, dan korban jiwa. Peran serta masyarakat dalam mitigasi longsor sangat penting
karena masyarakat yang berhadapan langsung dengan longsor. Peran masyarakat dalam
mitigasi longsor salah satunya dapat diukur dengan kesediaan membayar mitigasi longsor
(WTP). Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kesediaan masyarakat untuk membayar (WTP) guna mengurangi dampak longsor, 2)
mengetahui besarnya WTP dalam mitigasi bencana longsor. Metode yang digunakan adalah
contigent valuation methods untuk menghitung besarnya willingness to pay (WTP) mitigasi

@2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 159
Kesediaan Membayar Mitigasi Longsor ..........................................................(Endah Rusnaryati, Mugi Rahardjo & Suryanto)

risiko longsor. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
dengan menggunakan teknik wawancara terbuka pada 100 responden di desa-desa berisiko
longsor. Sedangkan data sekunder diambil dari BPS dan BPBD Kabupaten Karanganyar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan dan kemiskinan berpengaruh signifikan
terhadap kesediaan untuk membayar (WTP) mitigasi longsor. Masyarakat di lokasi kajian
bersedia untuk membayar (WTP) rata-rata sebesar Rp. 26.307,00 per bulan per KK untuk
mitigasi longsor berupa pembangunan tembok penahan tebing, penutupan retakan tanah
dan perbaikan saluran air di Kabupaten Karanganyar.

Kata kunci: mitigasi longsor; contingent valuation; willingness to pay

I. PENDAHULUAN Gunung Lawu memiliki kondisi berbukit-


Laju pertumbuhan penduduk yang bukit sehingga rentan terjadi gerakan
tidak diiringi dengan penyediaan lapangan tanah (Darsono, Nurlaksito, & Legowo,
pekerjaan diluar sektor pertanian, 2017) . Kondisi kemiringan lereng lebih
menyebabkan tekanan tinggi pada dari 450 perlu mendapat perhatian
pemanfaataan sektor pertanian. terhadap kemungkinan bencana tanah
Keterbatasan lahan pertanian yang tidak longsor dengan mempertimbangkan
sepadan dengan laju pertumbuhan faktor pemicu lainnya (Hakim, 2016). Hasil
penduduk yang tinggi sedangkan penelitian Nasiah & Invanni (2014) dan
pemenuhan kebutuhan pangan terus Saputra (2015) menyimpulkan bahwa
meningkat membuat sektor pertanian faktor kemiringan lereng menjadi salah
rentan berbagai resiko. Hal tersebut satu pemicu timbulnya longsor selain
mendorong terjadinya pemanfaatan lahan faktor geologi, curah hujan, ketebalan
yang kurang tepat yang dapat memicu solum tanah, penggunaan lahan dan
percepatan terjadinya bencana kerapatan vegetasi. Cholil & Hardjono
hidrometeorologis. Salah satu bencana (2017) yang meneliti tingkat kerawanan
hidrometeorologis di Indonesia yang longsor di Kabupaten Karanganyar
sering terjadi adalah bencana longsor menyebutkan terdapat 287 titik sebaran
(Susanti, Miardini, & Haryadi, 2017). tanah longsor di Kabupaten Karanganyar
Terjadinya bencana longsor selain dengan tingkat kerawanan longsor tingkat
disebabkan oleh aktivitas manusia juga sedang dan rendah (Tabel 1). Sebaran
karena faktor alam (Liu, Li, Wu, Chen, & Titik longsor yang semakin banyak
Hong, 2013). Faktor alam yang ditemukan menunjukkan bahwa daerah
menyebabkan bencana longsor antara lain tersebut rentan terjadi bencana longsor.
kondisi fisik dan meteorologis wilayah Kejadian longsor terjadi hampir setiap
(Cholil & Hardjono, 2017). Kabupaten tahun di Karanganyar (BPBD Kabupaten
Karanganyar merupakan salah satu Karanganyar, 2018). Berdasarkan data
wilayah yang rawan terjadinya bencana BPD Kabupaten Karanganyar pada tahun
longsor karena secara geografis sebagian 2012-2017 jumlah kejadian longsor di
wilayahnya memiliki kelerengan yang Kabupaten Karanganyar berturut-turut
curam. Morfologi wilayah Kabupaten sebanyak sebanyak 37, 27, 31, 192, 109,
Karanganyar yang berada di lereng dan 80 kejadian. Kerusakan dan

160 @2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 3 No.2, Oktober 2019 : 159-174

Tabel (Table) 1. Sebaran titik longsor di Kabupaten Karanganyar (Distribution of landslide locations in
Karanganyar Regency)
Nomor Kecamatan Jumlah titik longsor
(Number) (District) (Number of landslide locations)
1 Tawangmangu 38
2 Ngargoyoso 41
3 Jenawi 31
4 Jumantono 16
5 Jumapolo 30
6 Jatipuro 7
7 Jatiyoso 55
8 Karanganyar 5
9 Karangpandan 19
10 Kerjo 9
11 Matesih 31
12 Mojogedang 5
Jumlah 287
Sumber (Source): Cholil dan Hardjono l., 2017
kerugian akibat kejadian longsor di dapat menyebabkan jatuhnya korban jiwa
Kabupaten Karanganyar rentang waktu dan kerugian material. Wilayah dengan
tahun 2013-2018 berturut-turut sebesar tingkat bahaya longsor yang tinggi belum
Rp.506.735.000,00; Rp.329.069.000,00; tentu memiliki nilai resiko yang tinggi
Rp.1.052.610.000,00; Rp. (Rahman, 2015)
3.059.068.000,00; Rp. 844. 927.000,00; Wilayah Karanganyar bagian timur
dan Rp. 645.849.000,00. seperti Tawangmangu, Ngargoyoso, dan
Bencana longsor terbesar di Kabupaten Karangpandan memiliki topografi
Karanganyar terjadi pada tahun 2007 berlereng. Terdapat pemanfaatan lahan
dengan jumlah korban jiwa yang yang kurang sesuai dengan kaidah
tertimbun sebanyak 58 (lima puluh konservasi seperti pengolahan tanah pada
delapan) orang. Setiap tahun kejadian lahan dengan kelerengan curam yang
longsor di Karanganyar selalu ada harusnya tidak ditanami tanaman pohon
walaupun tidak selalu menimbulkan yang membebani lereng sehingga tanah di
korban jiwa. Data kejadian longsor di pegunungan dapat berfungsi optimal
Kabupaten Karanganyar pada periode untuk melindungi air, menyimpan air serta
2012-2017 tersaji dalam Gambar 2. mencegah tanah longsor. Pada lereng
Kejadian longsor dapat menyebabkan yang curam cocok ditanami pohon yang
kerusakan lingkungan dan kerugian sosial tidak terlalu tinggi tapi memiliki jangkauan
ekonomi masyarakat yang dapat akar yang luas sebagai pengikat tanah
melumpuhkan kegiatan ekonomi di (Surono dalam Hakim, 2016). Menurut
daerah terdampak (Perera, Darmawan, Sholichin, Limantara, &
Jayawarwardana, Jayasinghe, Bandara, & Andawayanti (2014) dan Arif (2015)
Alahakoon (2018). Hastanti & Susanti disebutkan kerawanan tanah longsor
(2019), Akhirianto & Naryanto (2016) dengan karakteristik fisiografis perbukitan
serta Muawanah (2016) juga dapat diantisipasi dengan pengelolaan
menyebutkan bencana alam longsor lahan yang bijaksana. Untuk mengurangi

@2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 161
Kesediaan Membayar Mitigasi Longsor ..........................................................(Endah Rusnaryati, Mugi Rahardjo & Suryanto)

Gambar (Figure) 2. Kejadian longsor di Kabupaten Karanganyar selama 2012-2017 (Landslides occurrence in
Karanganyar Regency during 2012-2017)
Sumber (Source): BPBD Kab.Karanganyar (data diolah) (BPBD of Karanganyar Regency (data analyzed),
2018)

risiko bencana longsor dapat dilakukan intervensi bangunan struktural hanya


dengan pemilihan jenis tanaman yang mampu mengurangi sebesar 21% dari
tahan terhadap longsor (Riyanto, 2016). total resiko tanah longsor. Upaya mitigasi
Pengelolaan lahan dan pemilihan jenis optimal, perlu pelibatan peran masyarakat
tanaman yang tepat dapat dalam mitigasi berupa kegiatan
dikombinasikan untuk lahan dengan pembangunan tembok penahan tebing,
potensi longsor. penutupan retakan tanah, dan perbaikan
Bencana longsor menimbulkan dampak saluran air. Hal tersebut sesuai amanat
dan kerugian yang tidak sedikit, sehingga pasal 27 UU No 24 Tahun 2007 Tentang
perlu dilakukan upaya mitigasi guna Penanggulangan Bencana, setiap warga
meminimalisir kerugian. Mitigasi Bencana negara wajib ikut dalam penanggulangan
adalah serangkaian upaya untuk bencana. Peran masyarakat dalam upaya
mengurangi risiko bencana, baik melalui mitigasi salah satunya dengan kesediaan
pembangunan fisik maupun penyadaran membayar (willingness to pay = WTP).
dan peningkatan kemampuan Pengetahuan tentang WTP dapat menjadi
menghadapi ancaman bencana (UU No.24 bahan masukan pemerintah daerah dalam
tahun 2007 tentang Penanggulangan menetapkan program kegiatan mitigasi
Bencana). Dalam mitigasi bencana sering longsor dengan pelibatan masyarakat. Hal
terkendala masalah kerentanan fisik, tersebut dapat mendorong terwujudnya
ekonomi, sosial, dan lingkungan sehingga mitigasi longsor di Kabupaten
dibutuhkan teknik mitigasi untuk Karanganyar yang terpadu dan
meminimalkan dampak yang berkelanjutan. Penelitian terkait
ditimbulkannya (Angga, Feranie, & kerawanan longsor di Kabupaten
Tohari., 2016). Menurut Vega, Hidalgo, & Karanganyar sudah ada, namun belum
Marin (2017) disampaikan bahwa sampai pada perhitungan WTP mitigasi

162 @2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 3 No.2, Oktober 2019 : 159-174

longsor. Menurut Sutrisno (2016) yang adalah Tawangmangu sebanyak 559 KK,
meneliti WTP mitigasi banjir di Kabupaten Gerdu 178 KK, Tlobo 124 KK, Balong 297
Klaten menemukan bahwa faktor-faktor KK dan Kemuning 112 KK (BPBD
yang signifikan mempengaruhi WTP Kabupaten Karanganyar). Secara lebih
adalah pendapatan, tinggi genangan, jarak jelas daerah rawan longsor di Kabupaten
dan kerugian dengan nilai WTP rata-rata Karanganyar dapat dilihat pada Gambar 1.
sebesar Rp. 15.391,00 per bulan per KK.
B. Bahan dan Alat
Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari
penelitian ini adalah 1) mengetahui Bahan yang digunakan dalam
faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian ini adalah data primer dan
kesediaan membayar (WTP) masyarakat sekunder. Peralatan yang digunakan
guna mengurangi dampak longsor, 2) antara lain alat tulis, kamera, alat
mengetahui besarnya rata-rata WTP perekam, komputer, kuisioner dan
dalam mitigasi bencana longsor. software SPSS 16.

II. BAHAN DAN METODE C. Metode Penelitian


A. Waktu dan Lokasi Penelitian ini menggunakan metode
Contigent Valuation Method (CVM)
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-
terhadap masyarakat yang tinggal di
September tahun 2019 dengan lokasi
daerah rawan longsor. Data yang
penelitian di 5 (lima) desa pada 5 (lima)
digunakan dalam penelitian ini
Kecamatan di Kabupaten Karanganyar,
menggunakan data primer dan data
Provinsi Jawa Tengah. Kelima desa
sekunder. Data primer diperoleh melalui
tersebut adalah Desa Tawangmangu
wawancara terhadap responden dengan
(Kecamatan Tawangmangu), Gerdu
dibantu daftar pertanyaan (kuisioner)
(Kecamatan Karangpandan), Tlobo
untuk mengetahui faktor-faktor yang
(Kecamatan Jatiyoso), Balong (Kecamatan
mempengaruhi WTP dan besaran WTP
Jenawi), dan Kemuning (Kecamatan
masyarakat dalam mitigasi longsor. Data
Ngargoyoso). Kelima lokasi tersebut
sekunder diperoleh dari BPBD dan BPS
masuk pada Sub DAS Solo Hulu. Lokasi
Kabupaten Karanganyar. Populasi dalam
penelitian tersebut dipilih secara
penelitian ini adalah masyarakat yang
purposive sampling berdasarkan
tinggal di desa-desa rawan longsor serta
pertimbangan desa tersebut rawan
jumlah masyarakat terdampaknya besar.
longsor dan banyaknya jumlah
Sedangkan penentuan jumlah sampel
masyarakat yang terdampak longsor.
menggunakan rumus Slovin (Rusminah &
Menurut hasil penelitian Cholil &
Gravitiani, 2012) sebagai berikut :
Hardjono (2017) disampaikan bahwa
N
kelima kecamatan tersebut masuk
n= .....................................(1)
kategori rawan longsor dengan tingkat
2
1+ N e
sedang. Jumlah masyarakat yang
terdampak longsor pada lima desa terpilih

@2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 163
Kesediaan Membayar Mitigasi Longsor ..........................................................(Endah Rusnaryati, Mugi Rahardjo & Suryanto)

Gambar (Figure) 1. Peta Daerah Rawan Bencana Kabupaten Karanganyar (Map of Disaster-prone Areas of
Karanganyar Regency)
Sumber (Source): BPBD Kab. Karanganyar (BPBD of Karanganyar Regency), 2018

dilakukan dengan menggunakan metode


N
................................(2) Contigent Valuation Method (CVM) (Fauzi,
n=
1+ N (0,1) 2
2004). Penerapan CVM dilakukan dengan
Keterangan (Remarks): menggunakan teknik survei atau metode
n = Jumlah sampel yang digunakan; survei contigent valuation yakni dilakukan
N = Jumlah populasi dengan memberikan daftar kuisioner
1 = Konstanta kepada responden tersampling (Saputro,
e = Tingkat error (10%)
2012). Untuk pengisian kuisioner
Hasil perhitungan sampel dirancang harus diisi oleh kepala rumah
menggunakan rumus slovin diatas tangga karena keputusan jumlah
diperoleh sampel setiap desa seperti pada maksimum yang ingin dibayar (WTP)
Tabel 2. merupakan tanggungjawab kepala
keluarga. Untuk memastikan validitas
D. Analisis Data jumlah maksimum yang ingin dibayar
Kesediaan masyarakat untuk dilakukan dengan cara menanyakan
membayar (WTP) dalam mitigasi longsor secara berulang-ulang untuk melihat

Tabel (Table) 2. Responden terpilih (Selected respondents)


No Kecamatan Penduduk terdampak Responden
Desa (Village)
(Number) (District) (Affected population) (Respondents)
1 Jatiyoso Tlobo 1498 11
2 Karangpandan Gerdu 2679 19
3 Jenawi Balong 3390 25
4 Tawangmangu Tawangmangu 5254 37
5 Ngargoyoso Kemuning 1114 8
Total 13935 100
Sumber (Source): BPBD Kab.Karanganyar (data diolah) (BPBD of Karanganyar Regency (data analyzed))

164 @2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 3 No.2, Oktober 2019 : 159-174

konsistensi jawaban responden. Namun Keterangan (Remarks):


pada beberapa kasus, dimungkinkan WTP = Kesediaan untuk membayar longsor;
β0 = Konstanta,
respondennya bukan kepala keluarga
β1-10 = Koefisien regresi,
selama mendapat persetujuan dari kepala X1 = Pendapatan rumah tangga tiap bulan,
keluarga. X2 = Usia responden,
Analisis faktor-faktor yang X3 = Pendidikan terakhir responden,
mempengaruhi WTP mitigasi longsor X4 = Jumlah anggota keluarga responden,
X5 = Kepemilikan rumah,
digunakan untuk mengetahui seberapa
X6 = Jarak rumah dengan lokasi longsor,
besar variabel independen (pendapatan X7 = Kerugian yang dialami akibat longsor,
rumah tangga, umur, tingkat pendidikan, X8 = Persepsi,
jumlah anggota keluarga, kepemilikan X9 = Frekuensi kejadian longsor,
rumah, jarak, kerugian, persepsi, frekuensi X10 = Kemiskinan,
e = Standard error.
kejadian longsor, dan kemiskinan) yang
digunakan dalam penelitian ini III. HASIL DAN PEMBAHASAN
mempengaruhi kesediaan membayar
mitigasi longsor sebagai variabel A. Karakteristik Sosial Ekonomi
dependen. Varibel-variabel yang Responden
mempengaruhi WTP tersebut didasarkan Karakteristik sosial ekonomi responden
pada penelitian sebelumnya oleh terpilih meliputi usia, pendidikan,
Rusminah dan Gravitiani (2012), Gravitiani pendapatan, jumlah tanggungan keluarga
dan Suryanto (2012), Shang et al. (2012) dan pengeluaran. Data karakteristik
dan Lin Shu (2018). demografi responden tersaji pada Tabel 3.
Dalam penelitian ini menggunakan Sebaran usia responden variatif walaupun
model binnary logit untuk menentukan ada dominasi pada usia rentang 41-50
WTP yang bersedia dibayar oleh tahun. Dilihat dari pendidikan responden
responden dengan format dichotomous yang mayoritas lulusan SD, dimungkinkan
choice (Awunyo-Vitor, Ishak, & Seidu mempunyai persepsi yang rendah
(2013). Willingness to pay untuk terhadap lingkungan. Walaupun tidak
perubahan kualitas lingkungan didasarkan selalu, tingkat pendidikan yang rendah
pada rumus Hanemann (Jacobsson and akan mempunyai cara pandang yang
Dragun dalam Sutrisno (2016) adalah: rendah pula (Jariyah & Donie, 2016).
Log (PrWTP) = α+ β1X1 + β2X2 +...+ βnXn + Pekerjaan responden mayoritas
βnA..........................................(3) sebagaipetani, buruh (baik buruh
Keterangan (Remarks): bangunan maupun buruh serabutan) serta
PrWTP = Probabilitas WTP pedagang. Hal tersebut berkaitan dengan
X1 X2......Xn = Jumlah populasi
latar pendidikan yang kebanyakan lulusan
Model yang akan diestimasi ditunjukkan SD sehingga kesempatan kerja lebih ke
oleh persamaan berikut: arah sektor non formal. Karakteristik
WTP = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 β4X4 + β5X5 + β6X6 + sosial ekonomi responden akan
β7X7 + β8X8 + β9X9 +β10X10 +e .................... (4)

@2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 165
Kesediaan Membayar Mitigasi Longsor ..........................................................(Endah Rusnaryati, Mugi Rahardjo & Suryanto)

Tabel (Table) 3. Karakteristik demografi responden penelitian (Demographic characteristics of research


respondents)
1. Jenis Kelamin (Gender) f %
Pria (Men) 60 60
Wanita (Women) 40 40
Total 100 100
2. Usia (Age) f %
30-40 26 26
41-50 39 39
51-60 29 29
>60 6 6
Total 100 100
3. Agama (Religion) f %
Islam 95 95
Hindu 5 5
Total 100 100
4. Pendidikan (Education) f %
Tidak sekolah (Not go to School) 2 2
SD (Primary School) 58 58
SLTP(Junior High School) 27 27
SLTA (Senior High School) 13 13
Total 100 100
5. Pekerjaan (Occupation) f %
PNS (Government employees) 6 6
Swasta (Private) 12 12
Petani (Farmer) 36 36
Pedagang (Trader) 22 22
Buruh (Labor) 23 23
Total 100 100%
6. Kecamatan (Districts) f %
Tawangmangu 37 37
Jenawi 25 25
Ngargoyoso 8 8
Jatiyoso 11 11
Karangpandan 19 19
Total 100 100
Sumber (Source) : Analisis data primer (Primary data analysis), 2019

mempengaruhi perilaku masyarakat B. Analisis Faktor-Faktor yang


dalam menentukan keputusan dan Mempengaruhi WTP
besaran nilai kesediaan membayar (WTP) Karakteristik ekonomi, sosial
mitigasi longsor. Menurut Whittington et
demografi, dan karakteristik obyek yang
al dalam Rahardjo (2011) terdapat faktor- diteliti mempengaruhi besarnya WTP
faktor yang mempengaruhi WTP antara
(Whittington et al dalam Raharjo 2011).
lain sosial demografi yang merupakan Faktor sosial demografi merupakan
kondisi sosial kependudukan responden kondisi sosial kependudukan responden
seperti umur, tingkat pendidikan, jumlah yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan,
anggota keluarga, dan pendapatan
jumlah tanggungan keluarga, pendapatan
keluarga. keluarga, kemiskinan, dan kepemilikan
rumah. Dalam penelitian ini karakteristik

166 @2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 3 No.2, Oktober 2019 : 159-174

obyek yang diteliti (dalam hal ini longsor) tinggi pengeluaran rumah tangga maka
meliputi kerugian, persepsi, frekuensi, dan WTP cenderung rendah.
jarak rumah masyarakat dengan kejadian Variabel umur dan tingkat pendidikan
longsor. tidak berpengaruh signifikan karena
Tabel 4 untuk menguji apakah variabel- mayoritas responden usianya 41-60 tahun
variabel independen secara simultan dan pendidikannya SD sehingga dalam
berpengaruh terhadap variabel dependen. menerima dan memahami ide ikut
Berdasarkan Tabel 4 dapat disimpulkan berperan serta dalam mitigasi melalui
bahwa seluruh variabel independen WTP kurang. Jumlah anggota keluarga
(pendapatan rumah tangga, umur, tingkat juga tidak berpengaruh signifikan karena
pendidikan, jumlah anggota keluarga, nilai WTP dihitung per Kepala Keluarga
kepemilikan rumah, jarak, kerugian, sehingga berapapun jumlah anggota
persepsi, frekuensi terjadinya longsor, dan keluarga tidak berpengaruh signifikan.
kemiskinan berpengaruh secara simultan Sebagian besar responden menempati
terhadap variabel dependen (WTP) pada rumah milik sendiri, namun status
taraf kepercayaan 95%. Pengaruh secara kepemilikan rumah tidak berpengaruh
parsial dari masing-masing variabel signifikan pada WTP. Sebagian besar
independen terhadap variabel dependen responden penduduk asli sehingga status
disajikan pada Tabel 5 berikut. Variabel kepemilikan rumah merupakan warisan
pendapatan rumah tangga berpengaruh turun temurun dari orang tuanya dulu.
signifikan karena kesediaan membayar Variabel jarak, kerugian, dan frekuensi
masyarakat berkaitan erat dengan tidak berpengaruh WTP karena responden
kemampuan keuangan masyarakat. secara sadar mereka tinggal di daerah
Semakin besar pendapatan maka rawan longsor namun mereka
kesediaan membayarnya juga tinggi. Hal menganggap kejadian longsor bukan
tersebut sesuai hasil penelitian Lin Shu sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Hasil
(2018); dan Rusminah dan Gravitiani dalam penelitian ini, berbeda dengan
(2012) yang menyebutkan bahwa penelitian Gravitiani dan Suryanto (2012)
pendapatan tahunan merupakan faktor yang menyatakan bahwa WTP masyarakat
penting dalam menentukan besarnya dalam mitigasi banjir dipengaruhi oleh
WTP. Variabel kemiskinan signifikan pendapatan keluarga, tinggi genangan,
karena berhubungan dengan besarnya jarak rumah dari sungai, dan kerugian
pengeluaran rumah tangga untuk yang pernah dialami karena kejadian
pemenuhan kebutuhan hidup, semakin banjir.

Tabel (Table) 4. Uji omnibus koefisien model (Omnibus tests of model coefficients)
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 39.119 10 .000
Block 39.119 10 .000
Model 39.119 10 .000
Sumber (Source) : Analisis data primer (Primary data analysis), 2019

@2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 167
Kesediaan Membayar Mitigasi Longsor ..........................................................(Endah Rusnaryati, Mugi Rahardjo & Suryanto)

Perbedaan hasil penelitian WTP antara semua sumber yang masih tinggal dalam
banjir dan longsor salah satunya karena satu rumah. Sedangkan kemiskinan
bencana banjir wilayah terdampaknya dihitung dari pengeluaran keluarga
biasanya lebih luas jika dibandingkan perkapita per bulan disandingkan dengan
dengan bencana longsor. garis kemiskinan perkapita Kabupaten
Tabel 5. menunjukkan bahwa variabel Karanganyar (BPS, 2019). Pengeluaran
bebas pendapatan rumah tangga (X1) dan keluarga perkapita per bulan lebih kecil
kemiskinan (X10) berpengaruh signifikan dari garis kemiskinan perkapita Kabupaten
terhadap WTP (Y) pada tingkat Karanganyar maka termasuk dalam
kepercayaan 95%. Variabel bebas umur kategori miskin dan sebaliknya. Terdapat
(X2), tingkat pendidikan (X3), jumlah 42 responden berada dalam kemiskinan
anggota keluarga (X4), kepemilikan rumah sehingga dapat mempengaruhi perilaku
(X5), jarak (X6), kerugian (X7), persepsi masyarakat dalam kesediaan membayar
(X8) dan frekuensi kejadian longsor (X9) guna mengurangi resiko longsor. Variabel
tidak berpengaruh signifikan terhadap usia dan pendidikan tidak signifikan
WTP (Y) pada tingkat kepercayaan 95%. terhadap WTP. Hal tersebut dikarenakan
Responden sebagian besar berada pada usia responden yang rata-rata diatas 45
ekonomi menengah kebawah sehingga tahun dan latar belakang pendidikan yang
faktor pendapatan akan sangat sebagian besar SD menyebabkan mereka
berpengaruh terhadap kesediaan kurang memahami gagasan baru terkait
membayar (WTP) masyarakat. mitigasi longsor. Dengan pendidikan
Pendapatan yang diukur adalah responden yang sebagian besar lulusan SD
pendapatan rumah tangga secara kesempatan bekerja di sektor formal
keseluruhan termasuk pendapatan dari terbatas.
Tabel (Table) 5. Pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara parsial (The effect of
the independent variable (X) partially to the dependent variable(Y))
Variabel Keterangan Wald p-value Keterangan
B (B)
(Variable) (Remarks) (Wald) (p-value) (Remarks)
X1 Pendapatan rumah tangga 22.221 6.103 .013 Signifikan
(Household income)
X2 Umur (Age) -.125 3.186 .074 Tidak signifikan
X3 Tingkat Pendidikan (Education) .000 .000 .998 Tidak signifikan
X4 Jumlah anggota keluarga -.427 .603 .437 Tidak signifikan
(Number of family members)
X5 Kepemilikan rumah (House 3.416 2.936 .087 Tidak signifikan
ownership)
X6 Jarak (Distance) -.245 .398 .528 Tidak signifikan
X7 Kerugian (Loss) .150 .230 .631 Tidak signifikan
X8 Persepsi (Perception) -20.098 .000 .997 Tidak signifikan
X9 Frekuensi kejadian (frequency Tidak signifikan
1.666 3.458 .063
of occurrence)
X10 Kemiskinan (Poverty) -4.068 4.124 .042 Signifikan
Constant Konstanta (Constant) -106.263 .000 .986 Tidak signifikan
Sumber (Source) : Analisis data primer (Primary data analysis), 2019

168 @2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 3 No.2, Oktober 2019 : 159-174

sehingga sebagian besar menggantungkan dibayarkan oleh responden untuk mitigasi


pemanfaatan lahan untuk pemenuhan longsor yang didapatkan setelah
kebutuhan hidup. Juhadi, Setyaningsih, & responden diberikan rangkaian
Kurniasari (2015) menyampaikan bahwa pertanyaan terkait pengurangan dampak
pola perilaku masyarakat tidak longsor. Hasil besarnya rata-rata WTP
menunjukkan hubungan signifikan dengan mitigasi longsor berupa pembangunan
pengetahuan dan sikap masyarakat dalam tembok penahan tebing, penutupan
upaya pengurangan resiko bencana tanah retakan tanah, dan perbaikan saluran air
longsor. Masyarakat memiliki sikap dan pada responden tersampling tersaji pada
pengetahuan yang cukup baik dalam Tabel 6 berikut.
pengurangan resiko longsor namun belum Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tercermin dalam pola perilakunya. dari 100 responden yang bersedia
Responden umumnya beranggapan membayar untuk mitigasi longsor sebesar
kejadian longsor merupakan takdir 88%, sisanya tidak bersedia membayar.
sehingga cenderung bersikap pasrah atas Sebagian besar responden bersedia
keadaan. Kondisi pasrah atas kejadian membayar mitigasi longsor karena
longsor didukung oleh kehidupan religius menganggap mitigasi longsor merupakan
masyarakat setempat. Menurut Maulida tanggung jawab bersama bukan hanya
(2013) terdapat hubungan yang rendah pemerintah. Berdasarkan Tabel 6
antara persepsi masyarakat dalam menunjukkan bahwa rata-rata kesediaan
melakukan upaya mitigasi banjir terhadap membayar (WTP) untuk mengurangi
konsekuensi yang terjadi di masa depan. resiko dampak longsor kecil jika
Dalam penelitian ini, persepsi responden dibandingkan dengan kerugian yang
akan bahaya longsor tidak berpengaruh dialami oleh responden baik berupa
signifikan terhadap WTP. kerusakan fisik bangunan, harta benda
C. Analisis Nilai WTP Masyarakat Dalam dan kerugian lainnya. Hal tersebut terjadi
Mitigasi Longsor karena pengaruh faktor-faktor sosial
ekonomi responden. Nilai kerugian akibat
Kesediaan membayar (WTP) masyarakat longsor yang dialami responden berkisar
merupakan jumlah maksimum yang mau Rp. 500.00,00 s/d Rp. 2.000.000,00.

Tabel (Table) 6. Besarnya WTP masyarakat untuk mitigasi longsor (The amount of
community WTP for landslide mitigation)
No Jumlah WTP (Rupiah) Jumlah Responden Prosentase (%)
Number of WTP Number of respondents Percentage)
1 < 5.000 8 9,1%
2 5.000-10.000 22 25%
3 10.000-20.000 32 36,4%
4 20.000-100.000 25 28,4%
5 100.000-200.000 1 1,1%
Jumlah (total) 88 100%
Sumber (Source): Analisis data primer (Primary data analysis), 2019

@2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 169
Kesediaan Membayar Mitigasi Longsor ..........................................................(Endah Rusnaryati, Mugi Rahardjo & Suryanto)

Peluang terjadinya kerugian akan selalu bahwa pengurangan resiko longsor bukan
ada apabila terjadi bencana longsor merupakan tanggungjawab mereka
mengingat banyak masyarakat yang masih melainkan pemerintah sehingga
tinggal di daerah rawan longsor. masyarakat enggan untuk membayar.
Responden dengan tingkat kurang dari Terdapat pula masyarakat yang
Rp.1.000.000,00 memiliki rata-rata berpendapat bahwa mereka tidak
kesediaan membayar kurang dari memiliki uang yang lebih untuk
Rp.5.000,00. Masyarakat dengan membayar, sehingga tidak bersedia untuk
pendapatan Rp. 1.500.000,00 s.d membayar. Hal tersebut dipengaruhi oleh
Rp.2.000.000,00 rata-rata kesediaan faktor pendapatan masyarakatnya yang
membayar antara Rp.10.000,00 s.d sebagian berada pada menengah ke
Rp.20.000,00. Berdasarkan perhitungan bawah. Namun yang menarik, walaupun
WTP mitigasi longsor, diperoleh bahwa tidak bersedia membayar 3 % responden
rata-rata nilai WTP per bulan setiap KK siap membantu dengan tenaga jika
untuk mitigasi longsor di Kabupaten dibutuhkan dalam mitigasi longsor seperti
Karanganyar sebesar Rp. 26.307,00. keikutsertaan dalam kerja bakti
Besaran nilai WTP pada penelitian membersihkan saluran air dan menutup
sebelumnya seperti penelitian Shu (2018) rekahan tanah ketika memasuki musim
yang meneliti WTP penduduk di sungai hujan. Sebanyak 9% responden yang tidak
Wuxi, China menyatakan bahwa tanpa bersedia bayar karena tidak mempunyai
mempertimbangkan faktor-faktor lain, uang lebih.
nilai WTP penduduk Sungai Wuxi adalah
IV. KESIMPULAN
297,48 yuan per tahun dengan faktor
utama yang mempengaruhi kompensasi Berdasarkan hasil dan pembahasan
ekologi WTP di DAS Wuxi adalah dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
pendapatan dan usia. Kemudian yang mempengaruhi kesedian membayar
Machado, Silva, Dupas, Mattedi, & (WTP) masyarakat Kabupaten
Vergara (2014) menyatakan kesediaan Karanganyar dalam mitigasi longsor
membayar bulanan masyarakat atas adalah pendapatan rumah tangga dan
penggunaan air dari sungai Feijao, Brazil kemiskinan. Hal tersebut karena
sebesar 1,94 USD. Hasil penelitian kesediaan membayar berkaitan erat
Rusminah dan Gravitiani (2012) dengan kemampuan keuangan
menunjukkan nilai rata-rata WTP responden, sembilan persen responden
responden dalam mitigasi banjir di DAS yang tidak bersedia membayar
Bengawan Solo yang meliputi Kabupaten disebabkan mereka tidak mempunyai
Karanganyar, Sukoharjo, Klaten dan uang lebih. Nilai rata-rata WTP
Sragen adalah sebesar Rp. 250.000,00 s/d masyarakat dalam mitigasi longsor di
Rp. 500.000,00. Kabupaten Karanganyar sebesar Rp.
Dari jumlah sampling terpilih, sebanyak 26.307,00 per KK per bulan. Implikasi dari
12% masyarakat tidak bersedia membayar penelitian ini adalah sebagai bahan
mitigasi longsor karena menganggap pertimbangan pemerintah daerah dalam

170 @2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 3 No.2, Oktober 2019 : 159-174

hal ini BPBD Kabupaten Karanganyar upaya mitigasi bencana Di Kecamatan


dalam menetapkan program kegiatan Kemiri Kabupaten Purworejo.
mitigasi longsor terutama dalam pelibatan [Skripsi]. Semarang : Universitas
Negeri Semarang.
peran masyarakat. Dari hasil penelitian ini,
kedepan masih diperlukan penelitian Awunyo-Vitor, D., Ishak S and Seidu J G.
terkait mekanisme pembayaran WTP (2013). Urban households’ Willingness
to pay for improved solid waste
masyarakat, bentuk kelembagaan yang
disposal services in Kumasi
mengelola WTP dan peningkatan Metropolis, Ghana. Urban Studies
kapasitas mitigasi masyarakat. Research. 2013, 1-8. Hindawi
Publishing Corporation,
UCAPAN TERIMA KASIH Doi,org/10.1155/2013/659425
Ucapan terimakasih penulis tujukan BPBD Kabupaten Karanganyar. (2018).
kepada Denny Novian Hadi, Susi Abdiyani, Data bencana Kabupaten
Siswo, Dody Yuliantoro atas semangatnya Karanganyar 2012-2017. Badan
dalam membantu pengumpulan data di Penanggulangan Bencana Daerah
lapangan. Susi Abdiyani dalam membantu (BPBD) Kabupaten Karanganyar.
outline dan abstrak. Andy Cahyono yang BPS Kabupaten Karanganyar.(2018).
membantu dalam diskusi. BPBD Kabupaten Karanganyar dalam angka
2018. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Karanganyar yang sangat
Kabupaten Karanganyar.
membantu dalam memberikan informasi
dan data bencana longsor. Masyarakat di BPS. (2018). Data dan informasi
kemiskinan kabupaten/ kota Tahun
lokasi penelitian yang antusias dalam
2018. Badan Pusat Statistik.
memberikan informasi dan data melalui
jawaban dalam kuesioner. Cholil, M., & Hardjono, I. (2017). Kajian
kerawanan bencana tanah longsor di
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Karanganyar. Seminar
Nasional Pendidikan MIPA dan
Akhirianto, N. A & Naryanto, H. S. (2016).
Teknologi IKIP PGRI Pontianak
Kajian kapasitas dan persepsi
"Peningkatan Mutu Pendidikan MIPA
masyarakat terhadap bencana tanah
dan Teknologi untuk Menunjang
longsor di Desa Margamukti,
Pembangunan Berkelanjutan"
Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Pontianak, 14 OKtober 2017.
Bandung. Jurnal Riset Kebencanaan
Indonesia Vol.2 No. 2, Oktober 2016 Darmawan, R.A., Sholichin, M., Limantara,
:117-126. L.M., & Andawayanti, U. (2014). Studi
potensi tanah longsor dan upaya
Angga. A., Feranie. S., Tohari. A. (2016).
pengendaliannya di Wilayah Sub DAS
Karakteristik lereng potensi Logsor
Konto Hulu. Jurnal Teknik Pengairan,
serta upaya mitigasi bencananya:
Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm
Studi kasus di Lembang dan Cijambe,
68–78
Subang. Jurnal Fibusi (JoF) Vol 4 (2):
1-9. Darsono, Nurlaksito, B., & Legowo, B.
(2012). Identifikasi bidang gelincir
Arif, F., N. (2015). Analisis kerawanan
pemicu bencana tanah longsor
tanah longsor untuk menentukan

@2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 171
Kesediaan Membayar Mitigasi Longsor ..........................................................(Endah Rusnaryati, Mugi Rahardjo & Suryanto)

dengan metode resistivitas 2 dimensi landslides based on multi-source


di Desa Pablengan Kecamatan data. Nat Hazards. DOI
Matesih Kabupaten Karanganyar. 10.1007/s11069-013-0759-y
Indonesian Journal of Applied Physics
Machado, F., Silva, L., Dupas, F., Mattedi,
(2012) Vol.2 No.1 halaman 51
A., & Vergara, F. (2014). Economic
Fauzi, Akhmad. (2004). Ekonomi sumber assessment of urban watersheds:
daya alam dan lingkungan, teori dan developing mechanisms for
aplikasi. PT. Gramedia Pustaka environmental protection of the
Utama, Jakarta. Feijão river, São Carlos - SP, Brazil.
Garrod, G., and K.G. Willis.(1999). Brazilian Journal of Biology, 74(3),
Economic valuation of the 677–684.
environment: Method and case https://doi.org/10.1590/bjb.2014.007
studies. Edward Elgar, USA. 3

Hakim, F. W. (2016). Estimasi nilai Maulida, D. (2013). Estimasi nilai kerugian


kerugian ekonomi dan upaya mitigasi ekonomi akibat banjir Sungai
terhadap bencana longsor (Studi Pesanggarahan di Pemukiman Kedoya
Kasus : Desa Petir, Kabupaten Bogor). Selatan Jakarta Barat. [Skripsi].Bogor
[Skripsi].Bogor : Institut Pertanian : IPB Press.
Bogor. Muawanah, A. (2016). Analisis risiko
Hastanti, B.,W., & Susanti, P., D. (2019). kerentanan sosial dan ekonomi
Karakteristik dan persepsi petani bencana longsor lahan Di Kecamatan
terhadap inovasi teknik soil Kandangan Kabupaten Temanggung.
bioengineering untuk mitigasi longsor [Skripsi]. Surakarta : Fakultas
Di Kabupaten Banjarnegara Jawa Geografi, Universitas Muhammadiyah
Tengah. Jurnal Penelitian Pengelolaan Surakarta
Daerah Aliran Sungai, Vol. 3 No.1, Nasiah, & Invanni, I. (2014). Identifikasi
April 2019 : 45-58. daerah rawan longsor sebagai upaya
https://doi.org/10.20886/jppdas.201 penanggulangan bencana di
9.3.1.45-58 Kabupaten Sinjai. Jurnal Sainsmat,
Jariyah,N., A., & Donie, S. (2016). Mitigasi III(2), 121.
bencana terhadap bahaya longsor Perera, E.N.C, Jayawardana, D.T.,
(Studi kasus di Kabupaten Kuningan , Jayasinghe, P., Bandara, R.M.S., and
Jawa Barat). Seminar Nasional Alahakoon, N. (2018). Direct impacts
Geografi UMS, 132–138. of landslides on socioeconomic
systems: a case study from
Juhadi, Setyaningsih, W., & Kurniasari,
N.(2015). Pola perilaku masyarakat Aranayake, Sri Lanka.
Geoenvironmental Disasters (2018)
dalam pengurangan resiko bencana
5:11.
tanah longsor di Kecamatan
https://doi.org/10.1186/s40677-018-
Banjarwangu Kabupaten
0104-6
Banjarnegara Jawa Tengah. Jurnal
Geografi Volume 13 No 2, 182–195. Rahardjo, Mugi. (2011). Valuasi ekonomi
konservasi sumberdaya air di Jawa
Liu, C., Li, W., Wu, H., Lu, P., Chen, W., &
Tengah. CakraBooks Solo.
Hong, Y. (2013). Susceptibility
evalution and mapping of China's

172 @2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 3 No.2, Oktober 2019 : 159-174

Rahman, A.,Z. (2015). Kajian mitigasi Shu, Lin. (2018). Games between
bencana tanah longsor di Kabupaten stakeholders and the payment for
Banjarnegara. Jurnal Manajemen dan ecological services: Evidence from
Kebijakan Publik Vol.1 No. 1. The Wuxijiang River Reservoir Area In
Riyanto. D. R. 2016. Rekayasa vegetatif China. doi: 10.7717/peerj.4475
untuk mengurangi risiko longsor. Susanti, P.,D., Miardini, A., & Harjadi, B.
Balai Penelitian dan Pengembangan (2017). Analisis kerentanan tanah
Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran longsor sebagai dasar mitigasi Di
Sungai Surakarta.24 hal.Rusminah, & Kabupaten Banjarnegara. Jurnal
Gravitiani, E. (2012). Kesediaan Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran
Membayar Mitigasi Banjir Dengan Sungai, Vol. 1 No. 1 April 2017 : 49-
Pendekatan Contingent Valuation 59.
Method. Jurnal Ekonomi dan Studi Sutrisno. (2016). Valuasi ekonomi mitigasi
Pembangunan Volume 13, Nomor 1, banjir di Kabupaten Klaten. [Tesis].
April 2012, hlm. 12-33. Solo : Universitas Sebelas Maret.
Saputro, D. H. (2012). Valuasi ekonomi Undang-Undang Republik Indonesia. No
mitigasi bencana banjir Sungai 24 Tahun 2007. Tentang
Bengawan Solo (Studi Kasus di Daerah Penanggulangan bencana.
Rawan Banjir eks Karisidenan Vega, J. A., Hidalgo, C. A., & Marín, N. J.
Surakarta).[Skripsi]. Surakarta: (2017). Landslide risk: Economic
Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas valuation in the North-Eastern Zone
Maret. of Medellin City. IOP Conference
Series: Materials Science and
Saputra, I. G.E. (2015). Analisis risiko
Engineering, 245(6).
bencana tanah longsor di Kecamatan
https://doi.org/10.1088/1757-
Sukasada, Kabupaten Buleleng.
899X/245/6/062010
[Tesis]. Buleleng : Fakultas Ilmu
Lingkungan, Universitas Udayana

@2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 173
Kesediaan Membayar Mitigasi Longsor ..........................................................(Endah Rusnaryati, Mugi Rahardjo & Suryanto)

Halaman ini sengaja dibiarkan kosong

174 @2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.

Anda mungkin juga menyukai