Tugas Mandiri Kuliah FIP-6_Prof. Dr. Dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.si., Sp.F(K)_28 Maret 2024_Kardiologi_Yulia Cahya Khasanah
Tugas Mandiri Kuliah FIP-6_Prof. Dr. Dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.si., Sp.F(K)_28 Maret 2024_Kardiologi_Yulia Cahya Khasanah
Narasumber : Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si., Sp.F(K)
1) Apa ciri desain KODEKI 2012 yang berbeda dari kode etik sebelumnya?
2) Sebutkan 3 jenis pelanggaran pasal tersering KODEKI dari kasus spesialisasi teman
sejawat!
Dalam situasi yang melibatkan spesialis jantung dan pembuluh darah, ada kemungkinan
terjadi pelanggaran terhadap beberapa pasal KODEKI. Tiga jenis pelanggaran yang bisa
terjadi dalam konteks ini adalah:
Untuk mencegah pelanggaran berbagai pasal KODEKI yang telah disebutkan, terdapat
beberapa langkah yang dapat diambil oleh spesialis jantung dan pembuluh darah, yaitu:
1. Pelanggaran terhadap independensi profesi (Pasal 3): Dokter spesialis harus senantiasa
mempertimbangkan prinsip etika dalam setiap keputusan medis yang difokuskan pada
keselamatan pasien, serta tetap menjaga hubungan profesional dengan industri farmasi dan
layanan kesehatan lainnya, dengan menghindari konflik kepentingan dan menunjukkan
transparansi dalam interaksi tersebut.
2. Pelanggaran terhadap standar pelayanan medis yang baik (Pasal 2): Dokter spesialis,
melalui organisasi profesi, dapat memperjuangkan pemenuhan fasilitas, sarana, dan prasarana
sesuai dengan standar minimal dan pedoman Nasional pelayanan kedokteran. Hal ini
bertujuan untuk memastikan pelayanan medis yang komprehensif demi keamanan pasien
yang lebih baik.
Selain langkah-langkah tersebut, penting bagi spesialis jantung dan pembuluh darah untuk
terus melakukan pelatihan etika yang berkelanjutan, mengikuti perkembangan dalam bidang
etika medis, dan berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk menjaga standar etika yang tinggi
dalam praktik medis mereka.
4) Bagaimana saran teman sejawat kepada Dewan Pembina Etika PDSp masing-masing
terkait etika kesejawatan dan sosiologi profesi?
1. Membangun kultur etika yang kuat, Dewan Pembina Etika PDSp harus berperan aktif
dalam membangun dan memperkuat kultur etika di antara anggota Perhimpunan. Ini
dapat dilakukan melalui penyuluhan, pelatihan, dan pembahasan secara terbuka
tentang isu-isu etika yang relevan dengan praktik kesejawatan.
2. Mendorong transparansi dan akuntabilitas, Dewan Pembina Etika PDSp dapat
mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam praktik kesejawatan dengan
memfasilitasi proses pengaduan terhadap pelanggaran etika, serta memastikan bahwa
proses penanganan pengaduan dilakukan dengan adil dan transparan.
3. Memperhatikan aspek sosiologi profesi, Dewan Pembina Etika PDSp harus mengakui
pentingnya memperhatikan aspek sosiologi profesi dalam memahami dinamika
interaksi antara dokter, pasien, dan sistem kesehatan. Hal ini mencakup memahami
faktor-faktor sosial dan budaya yang dapat memengaruhi praktik kesejawatan dan
hubungan dokter-pasien.
4. Menyediakan bimbingan dan dukungan, Dewan Pembina Etika PDSp dapat
menyediakan bimbingan dan dukungan kepada anggota Perhimpunan dalam
menavigasi dilema etika yang kompleks dalam praktik kesejawatan. Ini dapat
dilakukan melalui penyediaan sumber daya, konsultasi, dan pembahasan kasus-kasus
etika.
5. Mengadopsi standar etika yang diperbaharui, Dewan Pembina Etika PDSp harus
secara teratur meninjau dan memperbarui standar etika yang ada sesuai dengan
perkembangan dalam bidang kesehatan, teknologi, dan nilai-nilai sosial. Hal ini
penting agar standar etika yang diterapkan tetap relevan dan sesuai dengan tuntutan
praktik kesejawatan yang terus berkembang.