Dosen :
DISUSUN OLEH
CITRA MAHARANI
P1B123002
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sebab atas segala rahmat,
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
mata kuliahini yang telah membimbing dan memberikan tanggung jawab ini
kepada kami.
dan memberikan edukasi kepada kita semua .kami juga yakin bahwa tugas ini
jauh dari kata sempurna maka dari itusaya masih membutuhkan kritik serta
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………….......................................................... i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………..... ii
BAB I PENDAHULUAN
Kedokteran.........................................................................................................19
3
A. Jenis Penelitian…………………………………………………………………………………. ..... 34
B. Waktu dan Tempat ……………………………………………………………………………... 34
C. Populasi dan sampel …………………………………………………………………………… .. 34
D. Prosedur pengambilan data …………………………………………………………………… 35
E. Instrumen Penelitian …………………………………………………………………………...….36
F. Etika Penelitian ……………………………………………………………………………….........37
G. Analisis Data …………………………………………………………………………………...........37
DAFTAR PUSTAKA
4
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pola hubungan moderen seperti saat ini yang mana pasien dan dokter
memiliki kedudukan yang sederajat. Yang mana hubungan yang sederajat ini
terdapat aspek etik dan aspek hukum yang sangat luas, yang sering tumpang-tindih
pada suatu issue tertentu, seperti pada informed consent, wajib simpan rahasia
dipisahkan dari aspek hukumnya, oleh karena banyaknya norma etik yang telah
diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya norma hukum yang mengandung
semakin sulit sejak paraahli hukum menganggap bahwa standar prosedur dan standar
menganggap bahwa memenuhi standar profesi adalah bagian dari sikap etis dan sikap
5
profesional. Dengan demikian pelanggaran standar profesi dapat dinilai sebagai
peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap layanan dokter atau rumah sakit atau
tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi sebagai akibat dari :(Samil , 2004)
sempurna, dan
menelorkan sumpah dokter (dunia) dan Kode Etik Kedokteran Internasional. Kode
terhadap pasien, kewajiban terhadap sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri.
Selanjutnya, Kode Etik Kedokteran Indonesia dibuat dengan mengacu kepada Kode
Selain Kode Etik Profesi di atas, praktek kedokteran juga berpegang kepada
prinsip prinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip moral yang dijadikan arahan dalam
membuat keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai baik-buruknya atau benar-
6
salahnya suatu keputusan atau tindakan medis dilihat dari segimoral. Pengetahuan
Etika Biomedis memberi pedoman bagi para tenaga medis dala membuat
keputusan klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman dala melakukan penelitian di
dengan memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional
informasi danhak membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan terhadap
(tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien) dan justice (bersikap adil dan
memberikan banyak latihan, dan lebih banyak dipaparkan dalam berbagai situasi-
kondisi etikklinik tertentu, sehingga cara berpikir etis tersebut diharapkan menjadi
Tentu saja kita pahami bahwa pendidikan etik belum tentu dapat mengubah
perilaku etis seseorang, terutama apabila teladan yang diberikan para seniornya
7
IDI (Ikatan Dokter Indonesia) memiliki sistem pengawasan dan penilaian
pelaksanaan etik profesi, yaitu melalui lembaga kepengurusan pusat, wilayah dan
wilayah dan cabang. Selain itu, di tingkat sarana kesehatan (rumah sakit) didirikan
Komite Medis dengan Panitia Etik di dalamnya, yang akan mengawasi pelaksanaan
norma yang apabila dilanggar “hanya” akan membawa akibat sanksi moral bagi
pelanggarnya. Namun suatu pelanggaran etik profesi dapat dikenai sanksi disiplin
profesi, dalam bentuk peringatan hingga ke bentuk yang lebih berat seperti kewajiban
B. Rumusan masalah
hukum?
8
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui peran perilaku dokter dalam tanggung jawab dan kesadaran
hukum?
kedokteran ?
D. Manfaat Penelitian
masyarakat.
E. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
9
2. Jenis Data
Sebagai bahan dan pendukung penulisan ini, maka diperlukan data baik
permasalahan dan praktek dilapangan yaitu berupa hal yang berlaku antara
undangan, yuris prudensi maupun literatur dan kajian para ahli hukum
(MKEK).
10
3. Metode Analisa Data Metode analisa data yang diterapkan dalam
11
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum
dalam Hasil penelitian dari data yang diperoleh tersebut, dipelajari serta dibahas
sebagai suatu bahan yang komprehensif dalam rangka pengungkapan bahasan dengan
menghadapi masalah hukum yang timbul dari kegiatan, perilaku, sikap serta
modernisasi, maka diperlukan suatu sistem hukum nasional yang mantap sesuai
12
Memahami kebutuhan perkembangan hukum di bidang pelayanan
sebagai calon dokter, bahkan kalau perlu semangat tersebut sudah tumbuh
sangatlah berguna bagi pembentukan sikap etis yang mendasar, yang toh
13
Seorang dokter misalnya, yang menguasai ilmu pengetahuan dan
sebagai calon dokter, bahkan kalau perlu semangat tersebut sudah tumbuh
sangatlah berguna bagi pembentukan sikap etis yang mendasar, yang toh
dalam mengobati sang pasien, namun walau demikian hal ini tidak
manakala ia merasa tidak puas atau dirugikan oleh dokter tersebut akibat
umum. Hal ini dimaksudkan agar dokter lebih berhati-hati, cermat dan
14
yang tinggi, yakni kesadaran terhadap kewajiban-kewajiban hukum
maka tak berlebihan kiranya apabila beberapa istilah pokok dalam tulisan
dan sebagainya.
15
c. Bidang hukum perdata, khususnya mengenai
prestasi.
16
Ini berarti, kesalahan diartikan secara luas, yang meliputi:
dan apa yang tidak boleh dilakukan, atau apa yang seharusnya dan apa
17
Kewajiban hukum dokter mencakup kewajiban hukum yang
setiap
18
mengendalikan dirinya sehingga tidak melakukan kesalahan
hukum.
19
Demikian juga tanggung jawab hukum dokter dapat dibedakan
diabaikan.
20
dilakukannya, serta segala akibat yang mungkin timbul dari tindakan
medis yang dilakukan dengan cara dan bahasa yang mudah dan dapat
etis yang tinggi baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
Kesadaran etis itu perlu dimiliki oleh dokter agar ia dapat selalu
bertanggung jawab.
banyak tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh pasien terhadap dokter
yang diterimanya.
21
Yang dengan sendirinya kalangan dokter umumnya
menyadari bahwa bertanggung jawab adalah suatu hal yang wajib atas
kannya.
22
B. Penanganan Pelanggaran Kode Etik Rahasia Kedokteran Melalui
Hippocrates menyebutkan: “Apa yang mungkin aku lihat atau dengar dalam
dibicarakan”. Sumpah ini, dan versi yang lebih baru, tidak menempatkan
setelah pasien tersebut mati”.Namun kode etik yang lain menolak adanya
kerahasiaan
itu sendiri.
23
seseorang adalah miliknya sendiri dan tidak boleh diketahui orang lain tanpa
izinnya.
dokter atau suster, atau jika informasi muncul pada saat pemeriksaan medis,
sepengetahuan pribadi.
supaya tidak terlalu terganggu, yang hal ini memang tidak diperlukan.
(Dahlan, 2020)
oleh pasien dan mana yang boleh dibeberkan kepada orang lain.
yang dia ketahui tentang pasien-pasien mereka bahkan setelah pasien tersebut
rahasia pribadi kepada dokter atau orang yang mungkin benar-benar asing
24
bagi
mereka mengenai informasi yang mungkin tidak ingin diketahui orang lain.
Mereka pasti memiliki alasan yang kuat untuk mempercayai orang yang
tersebut.
25
diberikan secara hukum kepada penyedia layanan kesehatan
praktek pengobatan.
26
diberi informasi mengenai pasien tersebut agar dapat mewakili
kematian.
hukum.
27
terhadap semua permintaan hukum untuk pembeberan
melakukannya.
intervensi lebih jauh. Jika tidak ada kerja sama dan dokter
dilakukan.
28
Dua keadaan di mana hal ini dapat terjadi adalah saat
menyakiti orang lain dan saat dokter yakin bahwa pasien yang
29
bertentangan dengan aturan sudah dilakukan, maka dua
2. berapa banyak?
dan korban yang mungkin akan timbul. Kerja sama pasien harus
pasangan atau partner seksnya saat itu bukanlah sesuatu yang tidak
pasangan seksnya;
30
Pasien menolak bantuan dokter untuk melakukannya; dan
aspek etik dan aspek hukum yang sangat luas, yang sering tumpang-
tindih pada suatu issue tertentu, seperti pada informed consent, wajib
norma etik yang telah diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya
31
seseorang dokter yang diadukan tidak dapat dipisahkan dengan
lebih asertif,
informasi,
32
c) komersialisasi dan tingginya
sempurna, dan
2020)
33
didirikan oleh UU No 29 / 2004, akan menjadi majelis yang
yurisdiksi.
yuridiksinya berbeda.
34
pula diperiksa di pengadilan – tanpa adanya keharusan saling
35
tempat kejadian, bukti hubungan dokter dengan rumah
kasusnya.
36
lembaga kepengurusan pusat, wilayah dan cabang, serta lembaga MKEK
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Studi ini menggunakan desain deskriptif naratif dan melakukan literatur review.
Tinjauan Pustaka adalah laporan yang berisi topik yang telah diterbitkan sebelumnya
oleh akademisi dan peneliti dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan tentang
suatu topik. Selain itu, literature review juga meningkatkan kemampuan pencarian
1. Tempat
2. Waktu
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari/ Agustus di Rumah Sakit
“ X ‘ TAHUN 2024
1. Populasi
karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
38
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karekteristik. Sampel dari
penelitian ini adalah ibu nifas yang bersedia menjadi responden dan mau
Dalam teknik ini cara pengambilan sampel adalah dengan jenis Non
Probability Sampling yaitu cara teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang / kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitianya. Pada peneliti ini
sampel yang diambil adalah yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi
adalah karekteristik sampel yang dapat dimasukan atau layak diteliti (stang dan
Sumarni, 2019).
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
a. Tahap persiapan
39
Dalam tahap persiapan ini kegiatan yang dilakukan adalah:
b. Tahapan pelaksanaan
sebagai berikut :
c. Pengolahan data
Data yang terkumpul diperoleh dan diolah dengan tahap tahap sebagai
berikut :
1. Editing
2. Coding
Memproses data dengan cara member code dan masukan data kedalam
kategorik observasi.
3. Entry
4. Tabulating
E. Instrumen Penelitian
(check list) dimana peneliti benar benar mengambil bagian dalam kegiatan yang
40
dilakukan dengan kata lain peneliti ikut aktif berpartisipasi pada aktifitas yang akan
diselidiki.
F. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian adalah masalah yang sangat penting dalam penelitian,
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
f
x= xk
n
Keterangan :
n : Jumlah pertanyaan
2. Analisa bivariat
41
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara variabel indepen
untuk mengetahui perbedaan nilai rata rata antara satu kelompok dengan
(x 1−x 2)
❑
T= s √ ❑
1 1
+
n1 n2
Keterangan :
S21
: Variansi kelompok 1
S2 2: variansi kelompok 2
42
BAB IV
profesional kesehatan dan pasien sangat penting untuk mecapai kohesi dan
bersifat moral, kesalahan yang di lakukan oleh tenaga kesehatan harus di hukum
dapat merugikan pasien. (Fadillah Rijal et.al., 2019) tidak jarang dalam sistem
pelayanan kesehatan terjadi perilaku petugas medis atau tenaga medis semestinya
tidak dilakukan. Dalam kasus ini, dr. A, ahli anastesi yang baru ditunjuk di RS di
suatu kota,merasa terganggu dengan cara dokter bedah senior berperilaku di ruang
operasi.
43
Pelanggaran etik tidak selalu berarti pelanggaran hukum. Pelanggaran-
kedokteran.
uang dari keluarga sejawat dokter dan dokter gigi untuk jasa mereka atau
mendapatkan kompensasi yang tidak wajar, bergantung pada gaya hidup yang
berlebihan.
dokter dapat menerima imbalan selain dari pada yang layak sesuai dengan jasanya
Jika terjadi konflik dalam model otoritas herarkis, tidak ada keraguan lagi
siapa yang berwenang dan siapa yang harus menang. Namun,dalam model kerja
Perkembangan seperti ini mengubah "aturan main" hubungan antara dokter dan
kolega mereka serta orang lain yang bekerja dalam bidang kesehatan.
44
Dokter secara pribadi tidak dapat mengetahui semua penyakit pasien dan jenis
perawatan yang harus diberikan, sehingga diperlukan bantuan dari dokter lain dan
diperlukan pasiennya dan yang dia sendiri kurang menguasai. Semakin banyak
pasien yang menyadari bahwa mereka memiliki hak untuk membuat keputusan
lebih lama.
Hal yang sama juga terjadi dalam hubungan antara pasien dan dokter; pasien
lainnya semakin tidak mau mengikuti permintaan dokter tanpa memahami alasan
mereka karena mereka sadar bahwa mereka adalah profesional yang memiliki
tanggung jawab moral terhadap pasien, bahkan jika persepsi mereka tentang
menyeluruh, yaitu promotif, preventif, dan rehabilitatif (KODEKI, Pasal 8), dan
45
mempergunakan seluruh pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan
Oleh karena itu Menurut Pasal 350 KUHP, memberikan perawatan medis di
bawah standar dapat dianggap sebagai tindakan malpraktek oleh seorang dokter :
" Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang lain mendapat luka berat
kepentingan masyarakat (LSDI, butir 1), menjalankan tugas nya dan senantiasa
banyak masalah dalam praktik layanan kesehatan. Sebagian besar profesi, baik di
Ada tiga herarki yang saling tumpang tindih di dalamnya. Herarki pertama
berkaitan dengan spesialis, dengan yang satu dianggap lebih berharga dan
menawarkan lebih banyak layanan daripada yang lain. Herarki kedua berkaitan
perawat dan profesi kesehatan lainnya. "Dokter merupakan bagian dari profesi
46
dan dedikasi dokter yang ingin mengajar, yang sering tidak menerima imbalan
standar perilaku yang ditunjukkan oleh dokter, memiliki pengaruh yang lebih
jika terjadi konflik antara tuntutan etika dan perilaku dan sikap mereka. Guru
memiliki tanggung jawab yang jelas untuk mencegah siswanya terlibat dalam
meminta siswa untuk melakukan tindakan yang tidak etis; selain itu, siswa tidak
Siswa yang peduli dengan masalah etis dalam pendidikan harus memiliki
Mereka juga harus memiliki akses ke dukungan yang sesuai jika diperkirakan
47
kedokteran memiliki standar yang tinggi untuk berperilaku secara moral sebagai
Mereka harus memperlakukan siswa lain sebagai rekan kerja dan siap
etika muncul di dalam dan di luar hierarki. Beberapa masalah terjadi pada
keduanya, sedangkan yang lain hanya ada di dalam atau di luar. Banyak masalah
Guru, Dan Murid." Tidak seperti model otoritas herarkis, di mana tidak ada
sebagai anggota keluarga dari pada sebagai orang asing, bahkan sebagai teman
Deklarasi Geneva dari WMA, yang mengatakan, "Kolega saya akan menjadi
dari satu negara ke negara lain dan terus berubah sepanjang masa. Sebagai
contoh, ada tradisi yang kuat tentang "persahabatan profesional" di mana dokter
48
Ini terjadi ketika biaya layanan merupakan hal yang penting atau hanya
Banyak negara dengan penggantian biaya dari pihak ketiga telah mengurangi
Internasional dengan dua pengecualian untuk hubungan dokter dengan orang lain
yaitu membayar atau menerima uang untuk mendapatkan rujukan pasien; dan
Kewajiban ketiga adalah untuk melaporkan perilaku tidak etis atau tidak
kompeten, melaporkan praktek pengobatan yang tidak etis dan tidak aman telah
sekarang ada tindakan untuk membuat profesi lebih akuntabel, seperti menunjuk
Para dokter mendukung persyaratan utama untuk mengatur diri sepenuh hati
49
WMA Internasional, "Dokter harus berusaha keras untuk menyatakan kekurangan
karakter dan kompetensi dokter atau yang terlibat dalam penipuan atau
kecurangan", "Siswa yang peduli tentang aspek etis dalam pendidikan mereka
benar, seperti cemburu atau perasaan terhina oleh koleganya. Mereka juga
mungkin merasa tidak enak dan ragu untuk melaporkan tindakan yang tidak benar
kesalahan prosedur. Namun, setelah semua opsi dicoba dan tidak menghasilkan
hasil, melaporkan kolega kepada komisi dislipin harus menjadi pilihan terakhir.
Untuk memulai, Anda dapat menghubungi rekan kerja Anda dan menyatakan
bahwa Anda percaya bahwa tindakannya tidak aman dan tidak etis.
Mungkin tidak ada perlunya langkah lebih jauh. Namun, jika masalahnya
tentang masalah tersebut dengan atasan Anda dan/atau atasan kolega Anda, dan
Jika langkah ini tidak efektif atau tidak menghasilkan hasil, langkah terakhir
50
BAB V
A. Kesimpulan
dan sebaliknya.
Setiap tindakan medis yang dilakukan oleh petugas terhadap pasien yang
diri pribadi, dalam membuat keputusan etis, sedangkan hukum berkaitan dengan
konflik antara individu dan masyarakat (publik) atau dengan peraturan atau
dengan individu lain. Norma etika (bioetika) pada saat ini banyak yang tumpang
tindih dengan/ atau setidaknya dipengaruhi oleh norma hukum dan yang
Penerapan prinsip-prinsip etika dan hukum harus selalu dijunjung tinggi oleh
setiap dokter karena akan menyelamatkan dokter dari gugatan dan tuntutan juga
sekaligus merefleksikan pribadi dokter sebagai profesi yang luhur dan mulia
sepanjang masa.
B. Saran
51
suatu pelayanan kesehatan agar tidak terjadi kesalahan dan pelanggaran
52
DAFTAR PUSTAKA
Nawasida dan Fitri (2020), Etika Profesi dan Dasar Moral Etika Tenaga
Medis, Majalah Keadilanm Volume 20, No. 2. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2018 Tentang Komite Etik Dan Hukum
Rumah Sakit, hal 12 Kode Etik Kedokteran Indonesia, 2012 Undang
53