Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU

ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN

Pengertian Kode Etik Keperawatan adalah pernyataan standar profesional yang di


gunakan sebagai pedoman perilaku perawat dan menjadi kerangka kerja untuk membuat
Keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan
tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat.
Pengertian Etik Keperawatan adalah pedoman bagi perawat di dalam memberikan
asuhan keperawatan agar segala Tindakan yang diambilnya tetap memperhatikan kebaikan
klien.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2023 TENTANG


KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pasal 199
(1) Tenaga Kesehatan sebagaimana yang di maksud dalam pasal 197 huruf b
dikelompokan ke dalam:
a. Tenaga psikologis klinis ;
b. Tenaga keperawatan
c. Tenaga kebidanan
d. Tenaga kefarmasian
e. Tenaga Kesehatan masyarakat
f. Tenaga Kesehatan lingkungan
g. Tenaga gizi
h. Tenaga keterampilan fisik
i. Tenaga keteknisian medis
j. Tenaga Teknik biomedika
k. Tenaga Kesehatan tradisional
l. Tenaga Kesehatan lain yang di tetapkan oleh menteri
(2) Jenis Kesehatan yang termasuk dalam kelompok yenaga psikologis klinis
sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf a adalah psikologis klinis
(3) Jenis tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keperawatan
sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas perawat vokasi, ners, dan
ners, spesialis
(4) Jenis tenaga Kesehatan yang termaksud dalam kelompok tenaga kebidanan
sebagaimna di maksdu pada ayat (1) huruf c terdiri atas bidan vokasi dan bidan
profesi .
(5) Jenis tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga Kefarmasian
sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas tenaga vokasi farmasi,
apoteker dan dan apoteker spesialis .
(6) Jenis tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga Kesehatan
masyarakat sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf e terdiri atas tenaga
Kesehatan masyarakat, epidemiolog Kesehatan, tenaga promosi Kesehatan dan ilmu
prilaku, pembimbing Kesehatan kerja, serta tenaga administratif dan kebijakan
Kesehatan
(7) Jenis tenega Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga Kesehatan
lingkungan sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf f terdiri atas tenaga sanitasi
lingkungan dan entomolog Kesehatan
(8) Jenis tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga gizi sebagaimna di
maksud pada ayat (1) huruf g terdiri atas nutrisionis dan dietisen
(9) Jeinis tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keterapian fisik
sebgaimana ynag di maksud pada ayat(1) huruf h terdiri atas fisioterapis, terapis
okupasional , terapis wicara, dan akupunktur.
(10) Jenis tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keteknisian
medis sebagaimna di maksud pada ayat (1) huruf I terdiri atas perekam medis dan
informasi Kesehatan, teknisi kardiovaskuler , teknisi pelayanan darah, optometris,
teknisi gigi, penata anastesi terapis gigi dan mulut serta audiologis
(11) Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga teknik biomedika
sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf j terdiri atas radiografer, elektromedis,
tenaga teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, dan ortotik prostetik .
(12) Jenis tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga Kesehatan
tradisional sebagaimana yang di maksud pada ayat (1) huruf k terdiri atas tenaga
Kesehatan tradisional atau jamu , tenaga Kesehatan tradisional pengobat
tradisioanal, dan tenaga Kesehatan tradisional intercontinental.

Pasal 200

(1) Tenaga pendukung atau penunjanng Kesehatan sebagaimana di amksud dalam pasal
197 huruf c bekerja pada fasilitas pelayanan Kesehatan atau institusi lain di bidang
Kesehatan
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tenaga pendukung atau penunjang Kesehatan
sebagaimana di maksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah
Pasal 201

(1) Dalam memenuhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang


Kesehatan serta kebutuhan pelayanan Kesehatan serta kebutuhan pelayanan
Kesehatan, Menteri dapat menetapkan:
a. Jenis tenaga medis atau jenis tenaga Kesehatan baru dalam setiap kelompok
sebagaimana di maksud dalam pasal 198 dam pasal 199
b. Kelompok tenaga medis atau atau kelompok tenaga kesehahtan baru
(2) Penetapan sebagaimna di maksud pada ayat (1) harus terlebih dahulu di lakukan
kajian Bersama dengan konsil dan kolegium dengan mempertimbangakan kebutuhan
pelayanan kesehatan di masyarakat dan dan pemenuhan kompetensi tenaga medis
atau tenaga Kesehatan.

Bagian kedua perencanaan

Pasal 202
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah berkewajiban memenuhi kebutuhan
tenaga medis dan tenaga Kesehatan terkait jumlah, jenis, kompetensi dan distribusi secara
merata untuk menjamin keberlangsungan pembngunan Kesehatan.

Pasal 203

(1) Menteri mentapkan kebijakan dan Menyusun perencanaan tenaga medis dan tenaga
Kesehatan dalam memenuhi kebutuhan tenaga medis dan tenaga Kesehatan secara
nasional
(2) Menteri dalam Menyusun perencanaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan
sebagaimana di maksud pada ayat (1) melibatkan fasilitas pelayanan Kesehatan ,
pemerintah daerah kabupaten/ kota, pemerintah daerah provinsi, dan pihak terkait
dengan berdasarkan ketersediaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan serta
kebutuhan penyelenggaraan Pembangunan dan Upaya Kesehatan.
(3) Perencanaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan sebagaimana di amaksud pada
ayat (1) dilakukan terhadap tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang melaksanakan
pekerjaan keprofesian sesui dengan kompetensi dan kewenanganya yang bekerja
pada fasilitas pelayanan Kesehatan atau unit kerja milik pemerintah pusat,
pemerintah daerah atau masyarakat.
(4) Perencaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan sebagimana di maksud pada ayat (1)
dilakkan dengan memperhatikan kerja sama dan sinergisme antar pemangku
kepentingan dengan meanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang
terintegrasi dengan sistem informasi Kesehatan nasional
Pasal 204

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam Menyusun perencanaan tenaga


medis dan tenaga Kesehatan harus memperhatikan;
a. Jenis, kualifikasi, jumlah, pengadaan, dan distribusi tenaga medis dan tenaga
Kesehatan
b. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
c. Ketersediaan fasilitas pelayanan Kesehatan
d. Keunagan negara atau daerah
e. Kondisi demografis, geoggrafis, dan sosial budaya
f. Tipologi/jenis penyakit di daerah atau kebutuhan ,masyarakat

Pasal 205
Kebijakan perencanaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang di tetapkan oleh
Menteri secara nasional sebagaimana di maksud dalam pasal 203 ayat (1) menjadi
pedoman bagi setiap institusi pengguna tenaga medis dan tenaga Kesehatan, baik
pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat dalam pemenuhan dan
pengelolaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan.

Pasal 206

Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan
diatur denngan peraturan pemerintah.

Bagian ketiga
Penggadaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan

Pasal 207

(1) Pengadaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan dilakukan sesui dengan
perenanaan dan pendayagunaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan
(2) Pengadaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan melalui pendidika tinggi dengan
memperhatikan
a. Ketersediaan dan persebaran institusi Pendidikan dan atau program studi
Pendidikan tenaga medis dan tenaga Kesehatan pada setiap wilayah
b. Keseimbangan antara kebutuhan penyelenggaraan Upaya Kesehatan dan atau
dinamika kesempatan kerja di dalam dan di luar negeri
c. Keseimbangan anatara kemampuan produksi tenaga medis dan tenaga
kesehthaan dan sumber daya yang tersedia
d. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
e. Prioritas Pembangunan dan pelayanan Kesehatan.
(3) Pendidikan tinggi sebagaimana di amksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh
pemerintah pusat dan atau masyarakat sesui dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

Pasal 208

(1) Pembinaan Pendidikan tinggi dalam pengadaan tenaga medis dan tenaga
Kesehatan sebagaimana yang di maksud dalam pasam 207 ayat (2) di lakukan
oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pendidikan
berkoordinasi dengan Menteri
(2) Koordinasi sebagaimana yang di maksud pada ayat (1) palig sedikit mencakup
a. Penyusunan standar nasional pedidikam terkait tenag medis dan tenaga
Kesehatan
b. Pemenuhan kebutuhan tenaga medis dan tenaga Kesehatan
c. Sumber daya manusia pendidik tenaga medis dan tenaga kesheatan
(3) Penyusunan standar nasional Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a melibatkan kolegium setiap disiplin ilmu Kesehatan
(4) Standar nasional Pendidikan sebagaimana di maksud pada ayat (3) ditetapkan
oleh Menteri yang penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang pendidikan

Pasal 209

(1) Pendidikan profesi bidang Kesehatan sebagai bagian dari Pendidikan tinggi di
selenggarakan oleh perguruan tinggi dan bekerja sama dengan fasilitas pelayanan
Kesehatan , kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang
Kesehatan dengan melibatkan peran kolegium sesuai dengan ketentuan
paraturan perundang-undangan .
(2) Selain di selenggarakan oleh perguruan tinggi sebagaimana di maksud pada ayat
(1) , Pendidikan profesi bidang Kesehatan untuk program spesialis dan
substspesialis juga dapat di selenggarakan urusan pemerintahan di bidang
Pendidikan , dan kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang Kesehatan dengan melibatkan peran kolegium
Pasal 210

(1) Tenaga medis harus memiliki kualifikasi Pendidikan paling rendah Pendidikan
profesi
(2) Tenaga Kesehatan memiliki kualifikasi Pendidikan paling rendah diploma tiga

Pasal 211

(1) Mahasiswa yang menyelesaikan Pendidikan program sarjana tenaga


medis mendapatkan ijazah sesui dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
(2) Mehasiswa yang telah menyelesaikan Pendidikan sebagaimana yang di
maksud pada ayat (1) hanya dapat melakukan praktik setelah lukus
Pendidikan profesi dan di beri sertifikat profesi

Pasal 212

(1) Mahasiswa yang menyelesaikan Pendidikan tenaga Kesehatan program


diploma, program sarjana , dan program sarjana terapan mendapatkan
ijazah sesui dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(2) Mahasiswa yang telah menyelesaikan Pendidikan tenaga Kesehatan
program sarjana sebagaimana di maksud pada ayat (1) hanya dapat
melakukan praktik profesi setalah menyelesaikan Pendidikan profesi dan
di beri sertifikat prifesi

Pasal 213

(1) Dalam ranga menilai pencapaian standar kompetensi tenaga medis atau
tenaga kesehatan, mahasiswa pada program vokasi dan program profesi ,
baik tenaga medis atau tenaga Kesehatan harus mengikuti uji kompetensi
secara nasional
(2) Uji kompetensi sebagaimana di maksud pada ayai (1) diselenggarakan
oleh penyelenggarapendidikan bekerja sama dengan kolegium
(3) Mahasiswa yang menyelesaikan Pendidikan program vokasi sebagaimana
di maksud pada ayat (1) yang lulus uji kompetensi pada akhir masa
Pendidikan memperoleh sertifikat kompetensi
(4) Mahasiswa yang menyelesaikan Pendidikan program profesi sebagaimana
di maksud pada ayat (1) yang lulus uji kompetensi pada akhir masa
pendidikan memperoleh Pendidikan sertifikat profesi dan sertifikat
kompetensi

Pasal 214

Lulusan program vokasi atau profesi di beri gelar oleh perguruan tinggi
setelah menyelesaikan Pendidikan

Pasal 215

Lulusan uji kompetensi sebagaimana di maksud dalam pasal 213 ayat (3)
dan Ayat (4) wajib di angkat sumpah profesinya oleh penyelenggara
Pendidikan Sesuai dengan etika profesi

Pasal 216

(1) Tenaga medis yang telah mengangkat sumpah pfofesi sebagaimana di


maksud dalam pasal 215 wajib mengikuti program intersip yang merupakan
penempatan wajib sementara pada fasilitas pelayanan Kesehatan Tingkat
pertama dan Tingkat lanjut
(2) Program intersip sebagaimana di maksud pada ayat (1) bertujuan untuk
pemantapan , pemahiran dan pemandirian
(3) Program internsip sebagaimana di maksud pada ayat (1) di selenggrakan
secara nasional oleh Menteri yang menyelenggrakan urusan pemerintahan di
bidang Pendidikan dan pihak terkait

Pasal 217

(1) Tenaga medis yang telah menyelesaikan program internsip dapat


melanjutkan pendidikan ke program spesiallis
(2) Tenaga medis yang telah menyelesaikan program spesialis sebagaimana di
maksud pada ayat (1) dapat melanjutkan Pendidikan ke program
subspesialis
(3) Peserta didik pada program spesialis/subspesialis sebagaimana di maksud
pada ayat (1) dan ayat (2) di dayagunakan oleh fasilitas pelayanann
Kesehatan dalam pemberian pelayanan Kesehatan sebagai bagian proses
Pendidikan
Pasal 218

(1) Tenaga Kesehatan dapat melanjutkan Pendidikan ke program spesialis


(2) Peserta didik pada program spesialis sebagaimana di amaksud pada
ayat(1) di dayagunakan olehn fasilitas pelayanan kesehan dalam
pemberianpelayanan Kesehatan sebagai bagaian proses Pendidikan
Pasal 219

(1) Peserta didik yang memberikanpelayanann Kesehatan yang bagaimana di


maksud dalam pasal 217 ayat (3) dan pasal 218 ayat (2) berhak
a. Memperoleh bantuan hukum dalam hal terjadinya sengketa medik
selama mengikuti proses Pendidikan
b. Memperoleh waktu istrahat
c. Mendapatkan jaminan Kesehatan sesui dengan ketentuan peraturan
perundang -undangan
d. Mendapat perlindungan dari kekerasan fisik ,mental dan perundangan
e. Mendapat imbalan jasa pelayanan dari fasilitas pelayanan Kesehatan
sesuai dengan pelayanan Kesehatan yang di lakukan
(2) Peserta didik yang memberikan pelayanan Kesehatan sebagaimana di
maksud dengan pasal 217 ayat (3) dan pasal 218nayat (2) berkewajiban:
a. Menjaga keselamatan pasien
b. Menghormati,melindungi,dan memenuhi hak pasien
c. Menjaga etika profesi dan di siplin praktik tenaga medis dan tenaga
Kesehatan
d. Menjaga etika fasilitas pelayanan kesehatan dan mengikuti tata tertib
yang berlaku di pentyelenggara Pendidikan serta fasilitas pelayanan
Kesehatan.
Pasal 220

(1) Dalam rangaka menilai pencapaian standar kompetensi tenaga medis atau
tenaga Kesehatan spesialis / subspesialis, peserta didik pada program
spesialis subspesialis ,baik tenaga medis maupun tenaga Kesehatan ,
harus mengikuti uji kompetensi berstandar nasional
(2) Standar kompetensi sebagaimana di maksud pada ayat (1) disususn oleh
kolegium dan di tetapkan oleh Menteri
(3) Uji kompetensi sebagaimana di maksud pada ayat (1) di selenggarakan
oleh peneyelenggara Pendidikan bekerja sama dengan kolegium
Peserta didik yang menyelesaikan pendidikan program
spesialis/subspesialis sebgaimana di maksud pada ayat (1) yang lulus uji
kompetensi pada akhir masa Pendidikan memperoleh sertifikat
kompetensi dan sertifikat profesi
(4) Sertifikat kompetensi sebagaimana di maksud pada ayat (4) di terbitkan
oleh kolegium
(5) Sertifikat profesi sebagaimana di maksud pada ayat (4) di terbitkan oleh
penyelenggara Pendidikan.

Pasal 221
Lulusan program spesialis /subspesialis di beri gelas spesialis/subspesialis
Oleh peneyelenggara Pendidikan

Pasal 222
(1) Sumber daya manusia dalam pendidikan tenaga medis dan tenaga
kesehahatan terdiri atas :
a. Pe didik dan tenaga kependidikan yang bukan merupakan tenaga
medis dan tenaga Kesehatan
b. Tenaga medis dan tenaga Kesehatan
c. Peneliti dan/atau perekayasa
d. Tenaga lain sesui dengan kebutuhan
(2) Tenaga medis dan tenaga Kesehatan sebagaimana di maksud pada ayat
(1) huruf b merupakan tenaga pendidik atau bukan merupakan tenaga
pendidik yang dapat melakukan Pendidikan , penelitian , pengabdian
kepada masyarakat . atau pelayanan Kesehatan.
(3) Sumber daya manusia sebagaimana di maksud pada ayat (1)
mendapatkan kesetaraan pengakuan atas pekerjaanya dalam proses
pendidiikan tenaga medis dan tenaga Kesehatan dalam pengembangan
kariernya
(4) Sumber daya manusia sebagaimana di maksud pada ayat (1) dapat di
tugaskan untuk melaksanakan pekerjaanya secara fleksibel antar
penyelenggara Pendidikan tinggi dan fasilitas pelayanan Kesehatan
(5) Sumber daya manusia yang mendapatkan penugasan sebagaiamamn di
maksud pada ayat (4) mendapatkan pengakuan atas pekerjaanya dalam
pengembangan kariernya
Pasal 223

(1) Penyelenggara pendidikan tinggidan fasilitas pelayanan Kesehatan yang


melaksanakan Pendidikan tenaga medis dan tenaga Kesehatan
menyediakan sarana dan prasarana sesui dengan standar nasional
Pendidikan dan Pendidikan standar pelayanan Kesehatan
(2) Sarana dan prasarana sebagaimana di maksud pada ayat (1) digunakan
secara Bersama dan/atau bergantian.

Pasal 224

(1) Pemerinntah pusan dan pemerintah daerah memberikan dukungan dalam


menyelenggaraan Pendidikan tenaga medis dan tenaga Kesehatan yangn
meliputi sumber daya manusia sarana, dan prasarana, bantuan
pendanaan Pendidikan, penelitian, dan dukungan lainya
(2) Bantuan pendanaan Pendidikan sebagaiman di maksud pada ayat (1)
membrikan sesui dengan kebijakan perencanaan tenaga medis dan tenaga
Kesehatan sebagaimana di maksud pada pasal 205
(3) Tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang menerima bantuan pendanaan
Pendidikan sebagaimana di maksud pada ayat (1) wajib melaksanakan
masapengabdian pda fasilitas pelayanan Kesehatan yang di tunjuk setelah
penyelesaikan Pendidikan
(4) Tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang menerima bantuan pendanaan
Pendidikan tidak melaksanakan masa pengabdian sebagaimana di maksud
pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa pencabutan STR.

Pasal 225

Tenaga medis dan tenaga Kesehatan meningkatkan kompetensi secara berkelanjutan


untuk mengembangakan keprofesianya
Pasal 226

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan
sebagaimana di maksud dalam pasal 207 sampai dengan pasal 225 di atur
dengan peraturan pemerintah .

Bagian ke empat
Pendayagunaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan

Paragraph 1
Umum
Pasal 227
(1) Pendayagunaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan di laksanakan sesui dengan
perencanaan dalam rangka pemenuhan tenaga medis dan tenaga Kesehatan
sebagaiamana di maksud dalam pasal 203
(2) Pendayagunaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan di lakukan oleh pemerintah
pemerintah pusat , pemerintah daerah, dan/atau masyarakat sesuai tugas dan
fungsi masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan
(3) Pendayagunaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan sebagaimana di maksud
pada ayat (1) dilakukan denan memperhatikan aspek pemerataan , pemanfaatan,
dan/atau pengembangan

Pasal 228

(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota wajib memenuhi kebutuhan tenaga medis


dan tenaga Kesehatan untuk pelayanan Kesehatan primer di puskesmas dan
fasilitas pelayanan Kesehatan Tingkat pertama lainya milik pemerintah daerah
berasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
(2) Pemerintahn pusat dapat membrikan insentif atau disinsetif kepada pemerintah
daerah kabupaten/kota dalam pemenuhan kebutuhan tenaga medis dan tenaga
Kesehatan sebagaiamana di maksud pada ayat (1)

Pasal229

(1) Pemerintah daerah bertanggung jawab melakikan pemenuhan tenaga medis dan
tenaga Kesehatan untuk pelayanan Kesehatan lanjutan pada fasilitas pelayanan
Kesehatan miliknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(2) Pemerintah pusat dapat memberikan insentif atau disinsentif kepada pemerintah
daerah dalam pemenuhan kebutuhan tenaga medis atau tenaga Kesehatan
sebagaimana di maksud pada ayat (1)

230

Ketentuan lebih lanjut mengenai insenstif atau disinsetif sebagaiman di maksud


pasal 228 dan pasal 229 di atur dengan peraturan pemerintah.
Paragraf 2
Pendayagunaan tenaga medis
Dan tenaga Kesehatan di dalam negeri

Pasal 231

(1) Dalam rangka pemerataan pelayanan Kesehatan dan pemenuhan kebutuhan


pelayanan Kesehatan kepada masyarakat, pemerintah pusat dan pemerintah
daerah bertanggung jawab melakukan penempatan tenaga medis dan tenaga
Kesehatan setelah melalui proses seleksi
(2) Penempatan tenaga medis dan tenaga Kesehatan oleh pemerintah pusat atau
pemerintah daerah sebagaimana di maksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
cara :
a. Pengangkatan sebagai aparatur sipil negara
b. Penugasan khusus
c. Pengakatan pegawai dengan cara lain sesui dengan ketentuan peraturan
perundang-undagan
(3) Selain penempatan tenaga medis dan tenaga Kesehatan dengan cara
sebagaimana di maksud pada ayat (2) pemerintah ousat dapat menempatkan
tenaga medis dan tenaga Kesehatan melalui pengangkatan sebagai anggota
tenatara nasional Indonesia atau kepolisian negara repoblik Indonesia
(4) Pengangkatan sebagai aparatur sipil negara sebagaimana di maksud pada ayat (2)
huruf a serta penempatan melalui penempatan sebagai anggota tentara nasional
Indonesia di maksud pada ayat (3) dilaksanakan sesui dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
(5) Menempatan tenaga medis dan tenaga Kesehatan melalui penugasan khusus
sebagaimana di maksud pada ayat (2) huruf b di lakukan sesui dengan
perencanaan nasional dan di lakukan oleh Menteri atau gubernur
/bupati/walikota dengan memperhatikan kebutuhan pelayanan Kesehatan,
ketersediaan tenaga medis dan tenagga Kesehatan , serta memperhatikan daerah
yang tertinggal,perbatasan dan kepulauan .
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penugasan khusus seba
gaimana di maksud pada ayat (2) huruf b di atur dengan peraturan pemerintah

pasal 232

penempatan sebagaimana di maksud dalam pasal 231 diikuti dengan Upaya retensi
tenaga medis dan tenaga Kesehatan
pasal 233

(1) Dalam rangaka pemerataan pelayanan spesialis , pemerintah pusat ,rumah sakit
Pendidikan , dan penyelenggara Pendidikan dapat mendayagunakan pesrta didik
program Pendidikan dokter spesialis/subspesialis atau dokter gigi
spesialis/subspesialis
(2) Ketemtuan lebih lanjut menegenai pendayagunaan peserta didik program
Pendidikan dokter spesialis /subspesialis atau dokter gigi spesialis /subspesialis
sebagaimana di maksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah

Pasal 234

(1) Dalam rangka pemerataan tenaga medis dan tenaga Kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan Kesehatan , pemerinytah pusat dan /atau pemerintah
daerah dapat memanfaatkan tenaga medis dan tenaga Kesehatan lulusan dari
penyelenggara Pendidikan yang di selelenggarakan oleh pemerintah pusat atau
masyarakat untuk mengikuti seleksi penempatan
(2) Tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang telah lulus seleksi sebagaimana di
maksud pada ayat (1) ditempatakan pada fasilitas peleyanan Kesehatan milik
pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah untuk jangka waktu tertentu
(3) Pimpinan fasilitas pelayanan Kesehatan sebagaimana di maksud pada ayat (2)
atau kepala daerah yang membawahi fasilitas pelayanan Kesehatan tersebut
harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan intensif , jaminan keamanan , serta
keselamatan kerja tenaga medis dan tenaga Kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan tenaga medis dan tenaga
Kesehatan sebagaiman di maksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) di atur
dengan peraturan pemerintah

Pasal 235

(1) Tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang di angkat oleh pemerintah pusat atau
pemerintah daerah dapat di pindah tugaskan antar provinsi , antar kabupaten ,
atau antar kota karena alasan kebutuhan fasilitas pelayanan Kesehatan dan/atau
promosi sesui dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(2) Tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang bertugas di daerah yang
tertinggal ,perbatasan atau kepulauan serta daerah bermasalah Kesehatan atau
daerah tidak diminati memperoleh tunjangan atau intensif khusus, jamianna
keamanan , dukungan sarana prasarana dan alat Kesehatan , kenaikan pangkat
luar biasa , dan perlindungan dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
(3) Dalam hal terjadi kekosongan tenaga medis dan tenaga Kesehatan pemerintah
pusat atau pemerintah daerah harys menyediakan tenaga medis dan tenaga
Kesehatan pengganti untuk menjamin keberlanjutan pelayanan Kesehatan yang
bersangkutan
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemindahtugasan tenaga medis dan tenaga
Kesehatan sebagaimana di maksud pada ayat (1) tenaga medis dan tenaga
Kesehatan yang bertugas di daerah tertinggal ,perbatasan, dan kepulauan serta
daerah bermasalah Kesehatan atau daerah tidak diminati sebagaimana di maksud
pada ayat (2) dan penyediaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan pengganti
sebagaimana di maksud pada ayat (3) di atur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 236

(1) Dalam kondisi tertentu pemerintah pusat berwenang mengatur penempatan


tenaga medis dan tenaga kesehatan lulusan penyelenggara Pendidikan
(2) Ketentuan lebih lanjut menegenai peraturan penempatan tenaga medis dan
tenanga Kesehatan seagaimana di maksud pada ayat (1) di atur dengan peraturan
pemerintah

Pasal 237

(1) Pemerintah pusat dan /atau pemerintah daerah dapat menetaokan pola ikatan
dinas bagi calon tenaga medis dan tenaga Kesehatan untuk memenuhi
kepentingan Pembangunan Kesehatan
(2) Selain pola ikatan dinas yang diselenggarakan pemerintah pusat dan/atau
pemerintah daeerah sebagaimana di maksud pada ayat (1) badan usaha atau
masyarakat dapat menepatkan pola ikatan dinas dalam rangka memenuhi
kepentingan pelayanan Kesehatan
(3) Pelaksanaan pola ikatan dinas oleh badan usaha atau masyarakat sebagaimana di
maksud pada ayat (2) diikuti dengan penempatan calon tenaga medis dan twnaga
Kesehatan pada daerah terpencil ,teringgal,perbatasan, dan kepulauan serta
daerah bermasalah Kesehatan atau derah tidak di minati dalam mendukung
pemerataan tenaga medis dan tenaga Kesehatan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pola ikatan dinas bagi calon tenaga medis dan
tenaga Kesehatan sebagaimana di maksud pada ayat(1) sampai dengan ayat (3)
diatur dengan peraturan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai