TUGAS INDIVID2
TUGAS INDIVID2
Pasal 199
(1) Tenaga Kesehatan sebagaimana yang di maksud dalam pasal 197 huruf b
dikelompokan ke dalam:
a. Tenaga psikologis klinis ;
b. Tenaga keperawatan
c. Tenaga kebidanan
d. Tenaga kefarmasian
e. Tenaga Kesehatan masyarakat
f. Tenaga Kesehatan lingkungan
g. Tenaga gizi
h. Tenaga keterampilan fisik
i. Tenaga keteknisian medis
j. Tenaga Teknik biomedika
k. Tenaga Kesehatan tradisional
l. Tenaga Kesehatan lain yang di tetapkan oleh menteri
(2) Jenis Kesehatan yang termasuk dalam kelompok yenaga psikologis klinis
sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf a adalah psikologis klinis
(3) Jenis tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keperawatan
sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas perawat vokasi, ners, dan
ners, spesialis
(4) Jenis tenaga Kesehatan yang termaksud dalam kelompok tenaga kebidanan
sebagaimna di maksdu pada ayat (1) huruf c terdiri atas bidan vokasi dan bidan
profesi .
(5) Jenis tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga Kefarmasian
sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas tenaga vokasi farmasi,
apoteker dan dan apoteker spesialis .
(6) Jenis tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga Kesehatan
masyarakat sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf e terdiri atas tenaga
Kesehatan masyarakat, epidemiolog Kesehatan, tenaga promosi Kesehatan dan ilmu
prilaku, pembimbing Kesehatan kerja, serta tenaga administratif dan kebijakan
Kesehatan
(7) Jenis tenega Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga Kesehatan
lingkungan sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf f terdiri atas tenaga sanitasi
lingkungan dan entomolog Kesehatan
(8) Jenis tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga gizi sebagaimna di
maksud pada ayat (1) huruf g terdiri atas nutrisionis dan dietisen
(9) Jeinis tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keterapian fisik
sebgaimana ynag di maksud pada ayat(1) huruf h terdiri atas fisioterapis, terapis
okupasional , terapis wicara, dan akupunktur.
(10) Jenis tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keteknisian
medis sebagaimna di maksud pada ayat (1) huruf I terdiri atas perekam medis dan
informasi Kesehatan, teknisi kardiovaskuler , teknisi pelayanan darah, optometris,
teknisi gigi, penata anastesi terapis gigi dan mulut serta audiologis
(11) Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga teknik biomedika
sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf j terdiri atas radiografer, elektromedis,
tenaga teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, dan ortotik prostetik .
(12) Jenis tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga Kesehatan
tradisional sebagaimana yang di maksud pada ayat (1) huruf k terdiri atas tenaga
Kesehatan tradisional atau jamu , tenaga Kesehatan tradisional pengobat
tradisioanal, dan tenaga Kesehatan tradisional intercontinental.
Pasal 200
(1) Tenaga pendukung atau penunjanng Kesehatan sebagaimana di amksud dalam pasal
197 huruf c bekerja pada fasilitas pelayanan Kesehatan atau institusi lain di bidang
Kesehatan
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tenaga pendukung atau penunjang Kesehatan
sebagaimana di maksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah
Pasal 201
Pasal 202
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah berkewajiban memenuhi kebutuhan
tenaga medis dan tenaga Kesehatan terkait jumlah, jenis, kompetensi dan distribusi secara
merata untuk menjamin keberlangsungan pembngunan Kesehatan.
Pasal 203
(1) Menteri mentapkan kebijakan dan Menyusun perencanaan tenaga medis dan tenaga
Kesehatan dalam memenuhi kebutuhan tenaga medis dan tenaga Kesehatan secara
nasional
(2) Menteri dalam Menyusun perencanaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan
sebagaimana di maksud pada ayat (1) melibatkan fasilitas pelayanan Kesehatan ,
pemerintah daerah kabupaten/ kota, pemerintah daerah provinsi, dan pihak terkait
dengan berdasarkan ketersediaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan serta
kebutuhan penyelenggaraan Pembangunan dan Upaya Kesehatan.
(3) Perencanaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan sebagaimana di amaksud pada
ayat (1) dilakukan terhadap tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang melaksanakan
pekerjaan keprofesian sesui dengan kompetensi dan kewenanganya yang bekerja
pada fasilitas pelayanan Kesehatan atau unit kerja milik pemerintah pusat,
pemerintah daerah atau masyarakat.
(4) Perencaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan sebagimana di maksud pada ayat (1)
dilakkan dengan memperhatikan kerja sama dan sinergisme antar pemangku
kepentingan dengan meanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang
terintegrasi dengan sistem informasi Kesehatan nasional
Pasal 204
Pasal 205
Kebijakan perencanaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang di tetapkan oleh
Menteri secara nasional sebagaimana di maksud dalam pasal 203 ayat (1) menjadi
pedoman bagi setiap institusi pengguna tenaga medis dan tenaga Kesehatan, baik
pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat dalam pemenuhan dan
pengelolaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan.
Pasal 206
Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan
diatur denngan peraturan pemerintah.
Bagian ketiga
Penggadaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan
Pasal 207
(1) Pengadaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan dilakukan sesui dengan
perenanaan dan pendayagunaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan
(2) Pengadaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan melalui pendidika tinggi dengan
memperhatikan
a. Ketersediaan dan persebaran institusi Pendidikan dan atau program studi
Pendidikan tenaga medis dan tenaga Kesehatan pada setiap wilayah
b. Keseimbangan antara kebutuhan penyelenggaraan Upaya Kesehatan dan atau
dinamika kesempatan kerja di dalam dan di luar negeri
c. Keseimbangan anatara kemampuan produksi tenaga medis dan tenaga
kesehthaan dan sumber daya yang tersedia
d. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
e. Prioritas Pembangunan dan pelayanan Kesehatan.
(3) Pendidikan tinggi sebagaimana di amksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh
pemerintah pusat dan atau masyarakat sesui dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Pasal 208
(1) Pembinaan Pendidikan tinggi dalam pengadaan tenaga medis dan tenaga
Kesehatan sebagaimana yang di maksud dalam pasam 207 ayat (2) di lakukan
oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pendidikan
berkoordinasi dengan Menteri
(2) Koordinasi sebagaimana yang di maksud pada ayat (1) palig sedikit mencakup
a. Penyusunan standar nasional pedidikam terkait tenag medis dan tenaga
Kesehatan
b. Pemenuhan kebutuhan tenaga medis dan tenaga Kesehatan
c. Sumber daya manusia pendidik tenaga medis dan tenaga kesheatan
(3) Penyusunan standar nasional Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a melibatkan kolegium setiap disiplin ilmu Kesehatan
(4) Standar nasional Pendidikan sebagaimana di maksud pada ayat (3) ditetapkan
oleh Menteri yang penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang pendidikan
Pasal 209
(1) Pendidikan profesi bidang Kesehatan sebagai bagian dari Pendidikan tinggi di
selenggarakan oleh perguruan tinggi dan bekerja sama dengan fasilitas pelayanan
Kesehatan , kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang
Kesehatan dengan melibatkan peran kolegium sesuai dengan ketentuan
paraturan perundang-undangan .
(2) Selain di selenggarakan oleh perguruan tinggi sebagaimana di maksud pada ayat
(1) , Pendidikan profesi bidang Kesehatan untuk program spesialis dan
substspesialis juga dapat di selenggarakan urusan pemerintahan di bidang
Pendidikan , dan kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang Kesehatan dengan melibatkan peran kolegium
Pasal 210
(1) Tenaga medis harus memiliki kualifikasi Pendidikan paling rendah Pendidikan
profesi
(2) Tenaga Kesehatan memiliki kualifikasi Pendidikan paling rendah diploma tiga
Pasal 211
Pasal 212
Pasal 213
(1) Dalam ranga menilai pencapaian standar kompetensi tenaga medis atau
tenaga kesehatan, mahasiswa pada program vokasi dan program profesi ,
baik tenaga medis atau tenaga Kesehatan harus mengikuti uji kompetensi
secara nasional
(2) Uji kompetensi sebagaimana di maksud pada ayai (1) diselenggarakan
oleh penyelenggarapendidikan bekerja sama dengan kolegium
(3) Mahasiswa yang menyelesaikan Pendidikan program vokasi sebagaimana
di maksud pada ayat (1) yang lulus uji kompetensi pada akhir masa
Pendidikan memperoleh sertifikat kompetensi
(4) Mahasiswa yang menyelesaikan Pendidikan program profesi sebagaimana
di maksud pada ayat (1) yang lulus uji kompetensi pada akhir masa
pendidikan memperoleh Pendidikan sertifikat profesi dan sertifikat
kompetensi
Pasal 214
Lulusan program vokasi atau profesi di beri gelar oleh perguruan tinggi
setelah menyelesaikan Pendidikan
Pasal 215
Lulusan uji kompetensi sebagaimana di maksud dalam pasal 213 ayat (3)
dan Ayat (4) wajib di angkat sumpah profesinya oleh penyelenggara
Pendidikan Sesuai dengan etika profesi
Pasal 216
Pasal 217
(1) Dalam rangaka menilai pencapaian standar kompetensi tenaga medis atau
tenaga Kesehatan spesialis / subspesialis, peserta didik pada program
spesialis subspesialis ,baik tenaga medis maupun tenaga Kesehatan ,
harus mengikuti uji kompetensi berstandar nasional
(2) Standar kompetensi sebagaimana di maksud pada ayat (1) disususn oleh
kolegium dan di tetapkan oleh Menteri
(3) Uji kompetensi sebagaimana di maksud pada ayat (1) di selenggarakan
oleh peneyelenggara Pendidikan bekerja sama dengan kolegium
Peserta didik yang menyelesaikan pendidikan program
spesialis/subspesialis sebgaimana di maksud pada ayat (1) yang lulus uji
kompetensi pada akhir masa Pendidikan memperoleh sertifikat
kompetensi dan sertifikat profesi
(4) Sertifikat kompetensi sebagaimana di maksud pada ayat (4) di terbitkan
oleh kolegium
(5) Sertifikat profesi sebagaimana di maksud pada ayat (4) di terbitkan oleh
penyelenggara Pendidikan.
Pasal 221
Lulusan program spesialis /subspesialis di beri gelas spesialis/subspesialis
Oleh peneyelenggara Pendidikan
Pasal 222
(1) Sumber daya manusia dalam pendidikan tenaga medis dan tenaga
kesehahatan terdiri atas :
a. Pe didik dan tenaga kependidikan yang bukan merupakan tenaga
medis dan tenaga Kesehatan
b. Tenaga medis dan tenaga Kesehatan
c. Peneliti dan/atau perekayasa
d. Tenaga lain sesui dengan kebutuhan
(2) Tenaga medis dan tenaga Kesehatan sebagaimana di maksud pada ayat
(1) huruf b merupakan tenaga pendidik atau bukan merupakan tenaga
pendidik yang dapat melakukan Pendidikan , penelitian , pengabdian
kepada masyarakat . atau pelayanan Kesehatan.
(3) Sumber daya manusia sebagaimana di maksud pada ayat (1)
mendapatkan kesetaraan pengakuan atas pekerjaanya dalam proses
pendidiikan tenaga medis dan tenaga Kesehatan dalam pengembangan
kariernya
(4) Sumber daya manusia sebagaimana di maksud pada ayat (1) dapat di
tugaskan untuk melaksanakan pekerjaanya secara fleksibel antar
penyelenggara Pendidikan tinggi dan fasilitas pelayanan Kesehatan
(5) Sumber daya manusia yang mendapatkan penugasan sebagaiamamn di
maksud pada ayat (4) mendapatkan pengakuan atas pekerjaanya dalam
pengembangan kariernya
Pasal 223
Pasal 224
Pasal 225
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan
sebagaimana di maksud dalam pasal 207 sampai dengan pasal 225 di atur
dengan peraturan pemerintah .
Bagian ke empat
Pendayagunaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan
Paragraph 1
Umum
Pasal 227
(1) Pendayagunaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan di laksanakan sesui dengan
perencanaan dalam rangka pemenuhan tenaga medis dan tenaga Kesehatan
sebagaiamana di maksud dalam pasal 203
(2) Pendayagunaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan di lakukan oleh pemerintah
pemerintah pusat , pemerintah daerah, dan/atau masyarakat sesuai tugas dan
fungsi masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan
(3) Pendayagunaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan sebagaimana di maksud
pada ayat (1) dilakukan denan memperhatikan aspek pemerataan , pemanfaatan,
dan/atau pengembangan
Pasal 228
Pasal229
(1) Pemerintah daerah bertanggung jawab melakikan pemenuhan tenaga medis dan
tenaga Kesehatan untuk pelayanan Kesehatan lanjutan pada fasilitas pelayanan
Kesehatan miliknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(2) Pemerintah pusat dapat memberikan insentif atau disinsentif kepada pemerintah
daerah dalam pemenuhan kebutuhan tenaga medis atau tenaga Kesehatan
sebagaimana di maksud pada ayat (1)
230
Pasal 231
pasal 232
penempatan sebagaimana di maksud dalam pasal 231 diikuti dengan Upaya retensi
tenaga medis dan tenaga Kesehatan
pasal 233
(1) Dalam rangaka pemerataan pelayanan spesialis , pemerintah pusat ,rumah sakit
Pendidikan , dan penyelenggara Pendidikan dapat mendayagunakan pesrta didik
program Pendidikan dokter spesialis/subspesialis atau dokter gigi
spesialis/subspesialis
(2) Ketemtuan lebih lanjut menegenai pendayagunaan peserta didik program
Pendidikan dokter spesialis /subspesialis atau dokter gigi spesialis /subspesialis
sebagaimana di maksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah
Pasal 234
(1) Dalam rangka pemerataan tenaga medis dan tenaga Kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan Kesehatan , pemerinytah pusat dan /atau pemerintah
daerah dapat memanfaatkan tenaga medis dan tenaga Kesehatan lulusan dari
penyelenggara Pendidikan yang di selelenggarakan oleh pemerintah pusat atau
masyarakat untuk mengikuti seleksi penempatan
(2) Tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang telah lulus seleksi sebagaimana di
maksud pada ayat (1) ditempatakan pada fasilitas peleyanan Kesehatan milik
pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah untuk jangka waktu tertentu
(3) Pimpinan fasilitas pelayanan Kesehatan sebagaimana di maksud pada ayat (2)
atau kepala daerah yang membawahi fasilitas pelayanan Kesehatan tersebut
harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan intensif , jaminan keamanan , serta
keselamatan kerja tenaga medis dan tenaga Kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan tenaga medis dan tenaga
Kesehatan sebagaiman di maksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) di atur
dengan peraturan pemerintah
Pasal 235
(1) Tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang di angkat oleh pemerintah pusat atau
pemerintah daerah dapat di pindah tugaskan antar provinsi , antar kabupaten ,
atau antar kota karena alasan kebutuhan fasilitas pelayanan Kesehatan dan/atau
promosi sesui dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(2) Tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang bertugas di daerah yang
tertinggal ,perbatasan atau kepulauan serta daerah bermasalah Kesehatan atau
daerah tidak diminati memperoleh tunjangan atau intensif khusus, jamianna
keamanan , dukungan sarana prasarana dan alat Kesehatan , kenaikan pangkat
luar biasa , dan perlindungan dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
(3) Dalam hal terjadi kekosongan tenaga medis dan tenaga Kesehatan pemerintah
pusat atau pemerintah daerah harys menyediakan tenaga medis dan tenaga
Kesehatan pengganti untuk menjamin keberlanjutan pelayanan Kesehatan yang
bersangkutan
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemindahtugasan tenaga medis dan tenaga
Kesehatan sebagaimana di maksud pada ayat (1) tenaga medis dan tenaga
Kesehatan yang bertugas di daerah tertinggal ,perbatasan, dan kepulauan serta
daerah bermasalah Kesehatan atau daerah tidak diminati sebagaimana di maksud
pada ayat (2) dan penyediaan tenaga medis dan tenaga Kesehatan pengganti
sebagaimana di maksud pada ayat (3) di atur dengan peraturan pemerintah.
Pasal 236
Pasal 237
(1) Pemerintah pusat dan /atau pemerintah daerah dapat menetaokan pola ikatan
dinas bagi calon tenaga medis dan tenaga Kesehatan untuk memenuhi
kepentingan Pembangunan Kesehatan
(2) Selain pola ikatan dinas yang diselenggarakan pemerintah pusat dan/atau
pemerintah daeerah sebagaimana di maksud pada ayat (1) badan usaha atau
masyarakat dapat menepatkan pola ikatan dinas dalam rangka memenuhi
kepentingan pelayanan Kesehatan
(3) Pelaksanaan pola ikatan dinas oleh badan usaha atau masyarakat sebagaimana di
maksud pada ayat (2) diikuti dengan penempatan calon tenaga medis dan twnaga
Kesehatan pada daerah terpencil ,teringgal,perbatasan, dan kepulauan serta
daerah bermasalah Kesehatan atau derah tidak di minati dalam mendukung
pemerataan tenaga medis dan tenaga Kesehatan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pola ikatan dinas bagi calon tenaga medis dan
tenaga Kesehatan sebagaimana di maksud pada ayat(1) sampai dengan ayat (3)
diatur dengan peraturan pemerintah.