Anda di halaman 1dari 87

HUBUNGAN USIA PERNIKAHAN DENGAN KESEHATAN

MENTAL WANITA DI KECAMATAN BULU KABUPATEN


REMBANG
SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana


Keperawatan pada Universitas Karya Husada Semarang

Oleh :

SITI FATIMAH
1903057

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS KARYA HUSADA
SEMARANG
2022/2023
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Proposal yang disusun oleh :

Nama : Siti Fatimah

NIM : 1903057

Prodi : Program Studi Sarjana Keperawatan

Judul : Hubungan Usia Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Mental

Wanita Di Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang.

telah disetujuan oleh pembimbing pada :

Hari :

Tanggal :

Untuk dipertahankan di hadapan tim penguji Skripsi Program Studi Sarjana

Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Karya

Husada Semarang

Pembimbing I Pembimbing II

( Ns. Witri Hastuti, M. Kep ) ( Ns. Julvainda Eka PU, M.Kep )

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal yang disusun oleh :

Nama : Siti Fatimah

Nim : 1903057

Prodi : Program Studi Sarjana Keperawatan

Judul :Hubungan Usia Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Mental Wanita di

Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang.

Telah dipertahankan di hadapan tim penguji Skripsi Program Studi Sarjana

Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Karya

Husada pada :

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji :

1. Ns. Sri Puji Lestari, M. Kep, Sp.KJ Penguji I …………………

2. Ns. Witri Hastuti, M. Kep Penguji II ………………….

3. Ns. Julvainda Eka PU, M.Kep Penguji III …………………

iii
HUBUNGAN USIA PERNIKAHAN DENGAN KESEHATAN MENTAL
WANITA DI KECAMATAN BULU KABUPATEN REMBANG
Siti Fatimah (1),, Witri Hastuti (2) , Julvainda Eka Priya Utam (3)
(1)
Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Karya Husada Semarang
(2)
Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Karya
Husada Semarang
Email: sitifatimah301201@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dimulai pada usia
16 tahun dan diakhiri 20 tahun, sedangkan pernikahan yang ideal adalah Wanita
yang menikah jika usianya di atas 20 tahun. Pernikahan usia dini dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan mental remaja putri. Pertumbuhan mental
remaja putri yang siap menikah akan dapat berkembang dan lebih dewasa dalam
menghadapi, akan tetapi remaja putri yangtidak siap menikah akan mengalami
gangguan mental karena ketidaksiapan menghadapi kehidupan yang baru. Tujuan
: untuk mengetahui hubungan usia pernikahan dengan kesehatan mental Wanita di
Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang. Metode Penelitian : Jenis dan desain
penelitian ini adalah kuantitatif koresional dengan desain pendeketan cross
sectional. Populasi terdiri dari Wanita yang sudah menikah di usia 16-25 tahun
dengan jumlah 109 orang dengan jumlah sampel 85 orang. Penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Hasil : Didapatkan dari 85 responden
di Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang Wanita yang di usia <21 tahun Sebagian
besar rendah dengan persentase 70,6% dan tinggi dengan persentase 4,7 %.
Sedangkan Wanita yang menikah di usia ≥ 21 tahun Kesehatan mental rendah
dengan persentase 4,7 % dan tinggi dengan persentase 20,0%, sehingga di
dapatkan nilai signifikan (pvaleu = 0,001 < 0,05). Kesimpulan : Terdapat
hubungan usia pernikahan dengan Kesehatan mental Wanita di Kecamatan Bulu
Kabupaten Rembang.
Kata Kunci : Usia Pernikahan, Kesehatan Mental, Wanita.

iv
THE RELATIONSHIP BETWEEN MARRIAGE AGE AND WOMEN'S
MENTAL HEALTH IN BULU DISTRICT, REMBANG DISTRICT
Siti Fatimah (1), Witri Hastuti (2) , Julvainda Eka Priya Utam (3)
(1)
Student of the Faculty of Nursing and Health, Karya Husada University
Semarang
(2)
Lecturer in the Faculty of Nursing and Health Sciences, Karya Husada
University Semarang
Email: sitifatimah301201@gmail.com
ABSTRACT
Background: Early marriage is a marriage that starts at the age of 16 and ends at
20 years, while the ideal marriage is a woman who marries if she is over 20 years
old. Early marriage can affect the mental growth of young women. The mental
growth of young women who are ready to marry will be able to develop and be
more mature in dealing with it, but young women who are not ready to marry will
experience mental disorders because they are not ready to face a new life.
Objective: to determine the relationship between the age of marriage and the
mental health of women in Bulu District, Rembang Regency. Research Methods:
The type and design of this research is a quantitative correlation with a cross-
sectional approach design. The population consists of married women aged 16-25
years with a total of 109 people with a total sample of 85 people. This study used
a purposive sampling technique. Results: Obtained from 85 respondents in Bulu
District, Rembang Regency, women aged <21 years. Most were low with a
percentage of 70.6% and high with a percentage of 4.7%. Meanwhile, women
who married at the age of ≥ 21 years had low mental health with a percentage of
4.7% and high with a percentage of 20.0%, so they got a significant value (pvaleu
= 0.001 <0.05). Conclusion: There is a relationship between the age of marriage
and the mental health of women in Bulu District, Rembang Regency.
Keywords: Marriage Age, Mental Health, Women.

v
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya panjatkan kepa Allah SWT yang telah memberikan

banyak nikmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan

Skripsi saya yang berjudul “ Hubungan Usia Pernikahan dengan Kesehatan

Mental Wanita di Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang” sebagai salah satu

tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarja S1 Keperawatan. Penulis menyadari

bahwa terselesaikannya proposal skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan,

serta arahan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini saya akan

menyampaikan terimakasih pada pihak- pihak yang mendukung dan membantu

atas terselaikannya proposal skripsi ini, beliau adalah :

1. Bapak Dr.Ns. Fery Agusman MM,M.Kep,Sp.Kom selaku rector Universitas

Karya Husada Semarang.

2. Bapak Ns. Sonhaji,M.Kep selaku Ketua program studi S1 Fakultas Ilmu

Keperawatan dan Kesehatan Universitas Karya Husada Semarang yang telah

memberikan semangat serta dorongan kepada mahasiswa mahasiswi dalam

Menyusun Skripsi.

3. Ibu Ns. Witri Hastuti, M. Kep selaku pembimbing I yang telah memberikan

saran dan meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan sehingga

penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

4. Bapak Ns. Julvainda Eka PU, M.Kep selaku pembimbing II yang telah

memberikan saran dan meluangkan waktu untuk membimbing dan

mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

5. Ibu Ns. Sri Puji Lestari, M. Kep, S.KJ selaku penguji skripsi ini.

vi
6. Ibu Ns.Susi Nurhayati, M.Kep selaku wali dosen S1 Keperawatan A yang

telah memberikan semangat dan dukungan dalam Menyusun Skripsi ini.

7. Seluruh dosen, staff karyawan, dan staff perpustakaan Program Studi S1 Ilmu

Keperawatan dan Kesehatan Universitas Karya Husada Semarang yang telah

memberi bantuan dan dukungan dalam penyelesaian Skripsi ini.

8. H. Nur Khamid,S.Hi selaku kepala KUA Kecamatan Bulu Kabupaten

Rembang yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian pada

Wanita yang sudah menikah di Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang.

9. Orang tua penulis Bapak Muklisin dan Ibu Sriyati, dan buat saudara kandung

saya ( Robiatul Yai, M. Feri Irawan) terimakasih atas dukungan, doa ,

motivasi, serta kasih sayang, dan semangat yang telah diberikan dalam

penyelesaian skripsi ini.

10. Tim KAP ( Amel, Niam, Fitri), Danang Setiawan, Cicil, Novita, Novi, Nazilla

sebagai sahabat terimakasih atas dukungannya dan terimakasih juga kepada

seluruh teman S1 Keperawatan kelas A Angkatan 2019 yang sudah

membantu.

Semarang, 2 November 2022

Siti Fatimah

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL.......................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv

DAFTAR ISI..........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL................................................................................................vii

DAFTAR BAGAN..............................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................

C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................

D. Manfaat Penelitian.......................................................................................................

E. Originalitas Penelitian.................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................9

A. Tinjauan Teori.............................................................................................................

B. Kerangka Teori..........................................................................................................

C. Kerangka Konsep......................................................................................................

E. Hipotesa Penelitian....................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................23

A. Jenis dan Desain penelitian........................................................................................

B. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................................................

C. Definisi Operasional..................................................................................................

D. Populasi, Sampel, Dan Teknik Sampling..................................................................

viii
E. Instrument Penelitian.................................................................................................

F. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................................

G. Cara Pengolahan Data.................................................................................................

H. Analisa Data................................................................................................................

I. Etika Penelitian...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33

DAFTAR TABEL

ix
Table 1 Originalitas Penelitian.................................................................................7

Table 2 Definisi Operasional.................................................................................24

Table 4.1 Distribusi Frekuensi tingkat pendidikan................................................36

Table 4.2 Distribusi Frekuensi usia pernikahan.....................................................36

Table 4.3 Distribusi Frekuensi kesehatan mental..................................................37

Table 4.4 Distribusi Frekuensi usia pernikahan dan kesehatan mental.................37

x
DAFTAR BAGAN

Bagan 2 1 Kerangka Teori.....................................................................................21

Bagan 2 2 Kerangka Konsep..................................................................................21

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Surat Permohonan Survey Awal KUA

Lampiran 4 Surat Permohonan Survey Awal Kecamatan

Lampiran 5 Surat Perizinan Survey Awal dari Kecamatan Bulu

Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 7 Surat Balasan Perizinan Penelitian

Lampiran 8 Surat Lolos Etik

Lampiran 9 Hasil Olah Data Responden

Lampiran 10 Hasil Uji SPSS

Lampiran 11 Lembar Bimbingan

Lampiran 12 Hasil Turnitin

Lampiran 13 Lembar Oponen

Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan usia dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada anak

berusia dibawah usia 19 tahun. Dimana pada usia ini, anak biasanya belum

memiliki kesiapan dalam peran yang akan dialaminya seperti menjadi seorang

istri/ibu. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan

suatu keluarga atau rumah tangga. Remaja menghabiskan waktu dengan

bersekolah, pencarian identitas dan mengembangkan diri. Hal ini berdampak pada

kesiapan mental emosional, kemantapan pengambilan keputusan, dan perencanaan

masa depan. Ada beberapa persoalan yang terjadi pada remaja. Salah satunya

persoalan sosial yang hingga saat ini menjadi masalah kompleks yaitu banyaknya

remaja yang memutuskan menikah di usia belasan tahun atau disebut pernikahan

dini(Mangande & Lahade, 2021).

Menurut peraturan baru pada UU No 16 Tahun 2019 tentang perubahan

atas UU No 01 Tahun 1974 tentang Perkawinan,ketentuan yang diubah pada pasal

7 ayat 1 menyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita

sudah mencapai usia 19 tahun.(Nur Hikmah, 2020). Pernikahan dini di Indonesia

semakin memprihatinkan. Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan (KPPA), Leny Rosalin (2020)

mengatakan bahwa angka perkawinan anak usia dini di Indonesia menduduki

peringkat kedua tertinggi di ASEAN (Rahmawati, 2020).


2

Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian

Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jawa Tengah mencatat kasus

pernikahan anak usia dini di Provinsi Jawa Tengah mengalami kenaikan yang

cukup signifikan selama masa pandemi Covid-19 atau tahun 2020. Bahkan,

jumlah kasusnya tersebut hampir mencapai dua kali lipat dibanding dengan tahun

sebelumnya. Berdasarkan data DP3AP2KB Jawa Tengah tercatat ada 11.301

kasus pernikahan anak usia dini perempuan dan 1.671 bagi laki-laki. Kepala

DP3AP2KB Jawa Tengah, Retno Sudewi mengatakan, lonjakan kasus pernikahan

anak usia dini disebabkan dua fenomena berbeda yakni adanya pandemi Covid-19

dan Undang-Undang Perkawinan nomor 16 tahun 2019(Pradityo Utomo, 2021).

Di Kabupaten Rembang, kasus pernikahan anak dalam enam bulan terakhir

mencapai 150 kasus. Kasus itu naik dua kali lipat lebih dibanding 2019, yakni 70

kasus. Pun demikian dengan Blora. Sepanjang 2020 mencapai 203 kasus, atau

naik 100% dibanding semester sebelumnya yakni 100 kasus.(Imam Yuda Saputra,

2020). Dalam Undang-Undang Perkawinan revisi tahun 2019, Perkawinan hanya

diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun. Namun dari

segi psikologis, usia terbaik menikah yaitu 20-25 tahun, pernikahan di bawah usia

20 tahun merupakan usia belum matang dan belum siap untuk berumah tangga,

mereka masih berada di bawah perlindungan orangtua(Undang-Undang RI No.1

Tahun 1974 Tentang Pernikahan, n.d.). Perundang-Undangan Kesehatan No. 36

tahun 2009 memperbolehkan menikah jika usianya di atas 20 tahun. Apabila

merujuk pada psikologi perkembangan hal ini bertentangan dengan tugas

perkembangan remaja yang semestinya. Sebab menikah dini akan mengurangi


3

persiapan perkawinan. Selain itu akan menimbulkan permasalahan dalam

mempersiapkan tugas serta tanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga.(Kamus

Besar Bahasa Indonesia, n.d.)Menurut WHO (2006) yang disebut dengan

pernikahan dini yaitu pernikahan yang dilakukan oleh pasangan atau salah satu

pasangannya masih dikatagorikan anak-anak atau remaja yang berusia dibawah 20

tahun. Pernikahan dini beresiko menimbulkan berbagai masalah. Secara

psikologis, menikah pada usia dini merupakan satu beban psikis, karena

berumahtangga dan menjaga keharmonisannya bukan suatu pekerjaan yang

mudah, memerlukan kedewasaan dalam berpikir dan bertindak. Oleh karena itulah

mengapa ada batasan usia yang layak untuk melangsungkan pernikahan yang

menjadi salah satu sebab diperlukannya kesiapan mental seseorang dalam

menghadapi berbagai permasalahan yang mungkin timbul ketika mengarungi

bahtera rumah tangga (Salirawati, 2011).

Menurut WHO (World Health Organization, 2013), kesehatan mental

merupakan keadaan yang disadari oleh individu yang didalamnya dapat mampu

mengelola stres dan dapat mengatasi tekanan kehidupan. Ketika kesehatan mental

terganggu akan membuat kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan menjadi sulit. Dampak pernikahan dini bagi kesehatan mental menjadi

penting untuk diperhatikan oleh karena kondisi ini sangat identik dengan

permasalahan rumah tangga yang muncul akibat belum adanya kematangan secara

fisik, emosional dan sosial. Penguasaan terhadap lingkungan sekitar dan

komunikasi pun menjadi faktor pemicu kemunculan pertengkaran (Rahmawati,

M. N., Rohaedi, S., & Sumartini, 2019).


4

Pernikahan dini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan mental remaja

putri. Pertumbuhan mental remaja putri yang siap menikah akan dapat

berkembang dan lebih dewasa dalam menghadapi kehidupan, akan tetapi remaja

putri yang tidak siap menikah akan mengalami gangguan mental karena

ketidaksiapan menghadapi kehidupan yang baru(Syalis ,E. R. and Nurwati, N. N.,

2020). Masalah yang terjadi pada pernikahan dini dapat dikarenakan belum

cukupnya kesiapan dari berbagai aspek diantaranya aspek kesehatan, mental

emosional, pendidikan, sosial ekonomi, dan reproduksi(Depkes Pusat Data dan

Informasi Kementerian Kesehatan RI., 2015). Menurut penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh nafikadini yang berjudul “Bagaimanakah Kesehatan Mental

Remaja Etnis Madura yang Menikah Usia Dini?” Didapatkan bahwa Kemampuan

berfikir secara rasional seluruh remaja putri etnis Madura yang menikah usia dini

sangat minim sehingga rasa ketergantungan kepada orang tua masih tinggi dan

rasa tanggung jawab rendah. Hal tersebut membuktikan bahwa informan yang

menikah pada usia dini belum cukup dewasa untuk membina bahtera rumah

tangga, ketidakstabilan emosi mengakibatkan informan sulit berfikir rasional.

(Nafikadini et al., 2021).


5

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di pada bulan September

2022 jumlah remaja Wanita di Kecamatan Bulu yang menikah adalah 109 orang,

meliputi usia 16 sampai 25 tahun. Didapatkan kasus pernikahan remaja wanita

kurang dari 21 tahun dengan jumlah 85 orang. Hasil wawancara dengan 9 orang

dapat diketahui bahwa remaja yang menikah di usia dini cenderung memiliki

perasaan tertekan baik sebelum menikah atau setelah menikah, remaja merasa

lebih mudah stress, egois, susah membagi waktu, lebih mudah suntuk, telihat

lebih tua dibandingkan yang belum menikah, kurang percaya diri, lebih senang

diluar rumah ketimbang dirumah karena merasa kurang menikmati masa

remajanya karena banyak tuntutan setelah menikah. Berdasarkan uraian latar

belakang diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “ Hubungan Usia

Pernikahan dengan Kesehatan Mental Wanita di Kecamatan Bulu Kabupaten

Rembang”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat dirumuskan masalah

“Apakah ada Hubungan Usia Pernikahan dengan Kesehatan Mental wanita di

Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Usia Pernikahan dengan Kesehatan Mental

wanita di Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang.

2. Tujuan Khusus
6

a. Mendeskripsikan usia pernikahan pada wanita di Kecamatan Bulu

Kabupaten Rembang.

b. Mendeskripsikan kesehatan mental wanita di Kecamatan Bulu Kabupaten

Rembang.

c. Menganalisa hubungan usia pernikahan dengan kesehatan wanita di

Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Penelitian ini dapat memberi masukan kepada masyarakat khususnya

Wanita yang sudah menikah maupun yang belum menikah agar lebih

memahami dampak pernikahan dini terhadap Kesehatan mental.

2. Bagi Institusi Pendidikan / Universitas Karya Husada Semarang.

Penelitian ini dapat mendukung peneliti selanjutnya untuk

mengembangkan penelitian baru yang lebih relevan dalam bidang psikologi

perkembangan dan psikologi kesehatan, khususnya yang terkait dengan

dinamika kehidupan individu dewasa dini beserta segala permasalahan yang

dihadapi.

3. Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah diharapkan menjadi pengalaman belajar dan

memberikan pemhaman baru tentang hubungan usia pernikahan dengan

Kesehatan mental pada wanita.


7

E. Originalitas Penelitian

Table 1 Originalitas Penelitian

Peneliti dan Judul Metode Hasil penelitian Perbedaan


Tahun penelitian
Publikasi
Shafa Dampak Metode Pernikahan usia dini Variabel penelitian
Yuandina Pernikahan kualitatif yang belum tepat sebelumnya adalah
Sekarayu, Usia Dini deskriptif . pada waktunya dapat pernikahan usia
Nunung Terhadap menimbulkan dini dan kesehatan
Nurwati. 2021 Kesehatan masalah dan reproduksi.
Reproduksi mempengaruhi Variabel penelitian
kepada banyak sekarang adalah
perihal mulai usia pernikahan
dari kesehatan ibu dan kesehatan
serta anak yang mental.
rawan tersendat,
kematian ibu atau
anak, terbentuknya
penyakit seks yang
beresiko.
Risma Tingkat Penelitian Hampir setengahnya Variabel penelitian
septiyani.2016 Stress Pada deskriptif dari sebelumnya adalah
Remaja kuantitatif. responden (41,46%) menikah dini dan
Wanita menunjukan dalam tingkat stress.
Yang keadaan stres Variabel penelitian
Menikah normal, (17,07%) sekarang adalah
Dini Di responden usia pernikahan
Kecamatan menunjukan keadaan dan kesehatan
Babakancik stress ringan, mental.
ao (26,83%) responden
Kabupaten menunjukan
Purwakarta dalam keadaan stres
sedang, (10,98%)
responden
menunjukan dalam
keadaan stres berat,
dan (3,66%)
responden
menunjukan dalam
keadaan stres sangat
berat.

Farah Tri Pengaruh Penelitian Perkawinan usia Variabel penelitian


Apriliani, Perkawinan kualitatif muda ini sebelumnya adalah
Nunung muda dengan berdampak pada perawinan dini dan
Nurwati. 2020 terhadap jenis ketahanan keluarga ketahanan
ketahanan penelitian yang keluarga. Variabel
keluarga studi dibangun. Usia muda penelitian sekarang
8

kepustakaa masih memiliki adalah usia


n dan kerentanan pernikahan dan
menggunak dalam sisi kesehatan mental.
an sumber psikologisnya, emosi
data yang ketidaksiapan
sekunder. mental yang dimiliki
dan tingkat emosi
yang masih
tinggi menyebabkan
ketahanan keluarga
menjadi
keropos.
Zulham Pengaruh Penelitian Orang tua yang Variabel penelitian
Hamidan pernikahan kualitatif melakukan sebelumnya adalah
Lubis, R. usia dini dengan pernikahan dini pernikahan usia
Nunung terhadap Metode sebagian besar dini dan pola asuh
Nurwati, 2020 pola asuh studi melakukan pola asuh orang tua. Variabel
orang tua pustaka permisif dan otoriter penelitian sekarang
ha ini bedampak adalah usia
negatif kepada anak pernikahan dan
seperti berperilaku kesehatan mental.
impulsive dan suka
memberontak.
Muhama Pengaruh Metode Terdapat pengaruh Variabel penelitian
Fahrezi, perkawinan kualitatif perkawinan dibawah sebelumnya adalah
Nunung di bawah deskriptif umur terhadap perkawinan
Nurwati, 2020 umur perceraian dibawah umur dan
tehadap perceraian.
tingkat Variabel penelitian
perceraian sekarang adalah
usia pernikahan
dan kesehatan
mental.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Wanita Dewasa Dini

a. Pengertian Wanita Dewasa Dini

Remaja seringkali banyak didefinisikan sebagai periode transisi

Antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, atau bisa dikatakan masa usia

belasan tahun, atau seseorang yang sudah menunjukkan tingkah laku

tertentu seperti mudah terangsang perasaannya, susah diatur dan lain

sebagainya.(Syalis & Nurwati, 2020) Menurut World Health

Organization (WHO) remaja atau dalam istilah asing yaitu adolescence

yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Dewasa adalah individu yang

telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap untuk menerima

kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.

Wanita dewasa adalah masa dimana tanda – tanda seksual sekunder

seseorang sudah berkembang dan mencapai kematangan seksual.

(Organization, 2014)

b. Batasan Usia Dewasa Dini

Menurut WHO, remaja adalah penduduk rentang usia 10-19 tahun.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja

adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 18 tahun, Sementara menurut

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),

9
rentang usia remaja adalah 10 – 24 tahun. Perbedaan defenisi tersebut

menunjukkan bahwa tidak ada kesepakatan universal terhadap batasan

10
11

kelompok usia remaja. Namun, masa remaja itu diasosiasikan

dengan masa transisi dari anak – anak menuju dewasa. Masa tersebut

merupakan periode persiapan menuju masa dewasa yang akan melewati

beberapa tahapan perkembangan dalam hidup. Selain kematangan fisik

dan seksual, remaja juga mengalami tahapan menuju kemandirian sosia

dan ekonomi (Organization, 2015).

2. Pernikahan

a. Pengertian Pernikahan

Menurut Undang – Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 pernikahan

adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal

berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang - Undang RI No.1 Tahun

1974 Tentang Pernikahan, n.d.). Pernikahan merupakan ketetapan yang

umum dan berlaku pada semua makhluknya, baik pada manusia,hewan

maupun tumbuh- tumbuhan. Pernikahan adalah suatu cara yang di pilih

oleh Allah swt sebagai jalan bagi makhluknya untuk berkembangbiak

dan melestarikan hidupnya..

b. Tujuan Pernikahan

1) Menurut Undang – Undang

Menurut undang-undang no 16 Tahun 2019 tentang Perubahan

Atas undang-undang nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1, tujuan pernikahan

adalah “Untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Membentuk keluarga


12

artinya membentuk kesatuan masyarakat kecil yang terdiri dari suami,

isteri dan anak-anak. Membentuk keluarga yang bahagia rapat

hubungannya dengan keturunan yang merupakan tujuan perkawinan,

pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban kedua orang

tua (Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Pernikahan,

n.d.).

2) Menurut Hukum Adat

Adapun tujuan perkawinan bagi masyarakat hukum adat yang

bersifat kekerabatan, adalah untuk mempertahankan dan meneruskan

keturunan menurut garis kebapakan atau keibuan atau keibu-bapakan,

untuk kebahagiaan rumah tangga keluarga/kerabat, untuk memperoleh

nilai-nilai adat budaya dan kedamaian, dan untuk mempertahankan

kewarasan. Oleh karena sistem keturunan dan kekerabatan antara suku

bangsa Indonesia yang satu dan lain berbeda-beda, termasuk

lingkungan hidup dan agama yang dianut berbeda-beda, maka tujuan

perkawinan adat bagi masyarakat adat juga berbeda antara suku

bangsa yang satu dan daerah yang lain, begitu juga dengan akibat

hukum dan upacara perkawinannya (Undang - Undang Nomor 16

Tahun 2019 Tentang Pernikahan, n.d.).

3. Pernikahan Dini

a. Pengertian Pernikahan dini

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim Sukaryo Teguh

Santoso mengatakan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi


13

perempuan dan 25 tahun untuk pria. Berdasarkan ilmu kesehatan,

lanjutnya, umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis

adalah 20-25 tahun bagi wanita, kemudian umur 25-30 tahun bagi

pria. Usia tersebut dianggap masa yang paling baik untuk berumah

tangga, karena sudah matang dan bisa berpikir dewasa secara rata-

rata (Sukaryo Teguh, n.d.).

b. Faktor Yang Mempengaruhi Pernikahan Dini

Menurut BKKBN (2019) ada 5 hal yang menyebabkan

pernikahan dini terjadi karena hal berikut ini (BKKBN, 2019) :

1) Ekonomi

Orang tua mengawinkan anaknya karena keadaan ekonomi

keluarga yang kurang, sehingga untuk meringankan beban orang

tua, mereka dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.

2) Kemauan Sendiri

Pasangan usia muda merasa sudah saling mencintai dan

adanya pengaruh media, sehingga mereka terpengaruh untuk

melakukan pernikahan usia muda.

3) Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan

orang tua, anak, dan masyarakat akan pentingnya pendidikan,

makna serta tujuan perkawinan sehingga menyebabkan

terjadinya perkawinan usia muda.


14

4) Keluarga

Kekhawatiran orang tua akan anaknya yang sudah

mempunyai pacar yang sudah sangat dekat, membuat orang tua

ingin segera mengawinkan anaknya meskipun masih dibawah

umur. Hal ini merupakan hal yang sudah turun-temurun. Sebuah

keluarga tidak akan merasa tenang sebelum anak gadisnya

menikah.

5) Pergaulan Bebas

Perkawinan usia muda terjadi karena akibat kurangnya

pemantauan dari orang tua yang mana mengakibatkan kedua

anak tersebut melakukan tindakan seks tanpa sepengetahuan

orang tua. Masa-masa remaja adalah masa ketika pertumbuhan

seksualnya meningkat dan psikis berkembang menuju

kedewasaan. Jadi, bisa saja dalam hubungannya mereka

memiliki daya nafsu seksual yang tinggi dan tak tertahan atau

terkendali lagi sehingga mereka berani melakukan hubungan

seksual hanya demi penunjukkan rasa cinta.

4. Dampak Pernikahan Dini

a. Dampak Biologis

Secara biologis pada masa remaja terjadi proses awal

kematangan organ reproduksi manusia, dampaknya apabila di

usia remaja ini terjadi kehamilan maka akan banyak resiko

kesehatan yang akan dihadapi seperti abortus, anemia, kurang


15

gizi, preeklamsi dan eklamsi. Sedangkan pada saat persalinan

dapat menimbulkan, persalinan lama, ketuban pecah dini,

ketidakseimbangan kepala bayi dengan lebar panggul, persalinan

premature, berat badan bayi lahir rendah dan perdarahan yang

dapat mengancam keselamatan jiwa ibu maupun bayinya

b. Dampak Psikologi

Dari segi psikologis, remaja banyak yang merasa khawatir

bahwa pernikahan dini akan menghambat studi dan rentan konflik

yang berujung perceraian, karena kekurangsiapan mental kedua

pasangan yang belum dewasa. Kecemasan dalam menghadapi

masalah – masalah yang timbul dalam keluarga membuat

pasangan remaja mudah mengalami goncangan jiwa yang dapat

mengakibatkan stress dan depresi, bila keadaan ini tidak

mendapatkan perhatian dan penanganan dengan baik akan terjadi

goncangan jiwa yang lebih berat lagi bahkan bisa menjadi gila.

c. Dampak Sosial

Ditinjau dari sisi sosial, perkawinan anak juga berdampak

pada potensi perceraian dan perselingkuhan dikalangan pasangan

muda yang baru menikah. Hal ini dikarenakan emosi yang masih

belum stabil sehingga mudah terjadi pertengkaran dalam

menghadapi masalah kecil sekalipun. Adanya pertengkaran

terkadang juga menyebabkan timbulnya kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT) atau kekerasan seksual terutama yang dialami


16

oleh istri di karenakan adanya relasi hubungan yang tidak

seimbang (Afriani & Mufdlilah, 2016).

5. Kesehatan Mental

a. Pengertian Kesehatan Mental

Ditinjau dari etimologi, kata mental berasal dari kata latin mens

atau mentis yang berarti roh, sukma, jiwa atau nyawa. Ilmu

kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan

jiwa atau mental yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan

atau penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha

mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental serta memajukan

kesehatan jiwa rakyat. Kesehatan mental adalah terhindarnya

seseorang dari gejala jiwa (neurose) dan gejala penyakit jiwa

(psikose) (Sari et al., 2020).

Jadi menurut defenisi diatas, seseorang dikatakan sehat mental

apabila orang tersebut terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa

yaitu adanya perasaan cemas tanpa diketahui penyebabnya, merasa

malas, dan hilangnya kegairahan bekerja pada seseorang. Bila

gejala tersebut meningkat maka akan menyebabkan penyakit

mental.

6. Ciri-ciri kesehatan mental

Seseorang yang sehat secara mental, yaitu:

a. Mempunyai sikap posistif pada dirinya sendiri


17

Artinya seseorang mampu mengetahui dan menerima

kekurangan maupun kelebihan yang ada pada dirinya.

b. Mampu mengaktualisasi diri dengan baik

Seseorang mampu mengarahkan hidupnya untuk cita-cita yang

ia miliki

c. Merasa senang terhdap diri sendiri, serta :

1) Memiliki kemampuan menghadapi situasi.

2) Memiliki kemampuan mengatasi kekecewaan yang terjadi

dalam hidupnya

3) Puas dengan kehidupan sehari-harinya.

4) Memiliki harga diri yang baik

5) Mengulurdirinya dengan apa adanya atau realistis.

d. Nyaman saat menjalin tinbungan dengan orang lain, serta bisa

menyayangi seseorang.

7. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental

Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan ksehatan

mental yaitu sebagai berikut :

a. Faktor Biologis

Manusia mengenal dirinya bermula dari dimensi biologis dan

manusia memanfaatkan anggota badannya untuk memenuhi

kebutuhannya, makan, minum, bekerja, dan berbagai aktivitas

manusia. Para ahli telah banyak melakukan studi tentang


18

hubungan antara dimensi biologis dengan kesehtan mental.

Berbagai penelitian itu telah memberi kesimpulan yang

meyakinkan bahwa faktor biologis memberi kontribusi sangat

besar bagi kesehatan mental. Karena itu, kesehatan manusia,

khususnya di sini adalah kesehatan mental, tentunya tidak akan

terlepas dari dimensi biologis ini.

b. Faktor psikologis

Aspek psikis manusia pada dasarnya satu kesatuan dengan

sistem biologis, sebagai subsistem dari ekstensi manusia, maka

aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek

kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan

dari aspek yang lain dalam melihat manusia.

Ada beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap

kesehatan mental, yaitu :

a) Pengalaman awal

Pengalaman awal merupakan segenap

pengalamanpengalaman yang terjadi pada individu terutama

yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman awal ini, dipandang

oleh para ahli sebagai bagian penting dan bahkan sangat

menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.

b) Proses pembelajaran

Perilaku manusia adalah sebagian besar adalah proses

belajar, yaitu hasil pelatihan dan pengalaman. Manusia


19

belajar secara langsung sejak pada masa bayi terhadap

lingkungannya. Karena itu faktor lingkungan sangat

menentukan mentalitas individu.

c) Kebutuhan

Motivasi seseorang dibntuk melalui kebutuhan-kebutuhan

dasarnya yang tersusun secara hierarki. Kebutuhan dasar itu

secara berturut-turut adalah kebutuhan biologis, kebutuhan

rasa aman, kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri,

kebutuhan pengetahuan, kebutuhan keindahan dan kebutuhan

aktualisasi diri.

c. Faktor sosial

Lingkungan sosial secara nyata mempengaruhi perilaku sehat

dan sakit. Peran sehat juga berkaitan denngan nilai sosialnya.

Individu akan berperan sehat atau sakit jika sesuai dengan nila-

nilai yang secara sosiologis diterima. Demikian juga bahwa

lingkungan sosial itu juga mempengaruhi pola sehat dan sakitnya,

baik kesehatan secara fisik maupun mental ((Notosoedirjo, 2014).

8. Pengukuran Kesehatan Mental

Dalam penelitian ini, Kesehatan mental diukur dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan pada variabel ini

menggunakan Mental Health Continuum Short Form (MHC SF) yang

telah dikembangkan oleh Keyes, CLM (2009). Dari 14 item tersebut,

terdapat 3 item yang mengukur kesejahteraan emosi, 6 item yang


20

mengukur kesejahteraan psikologis, dan 5 item yang mengukur

kesejahteraan sosial (Keyes, 2009). Terdapat 6 pilihan jawaban untuk

setiap item dalam MHC-SF yang menggambarkan seberapa sering

individu mengalami apa yang dideskripsikan dalam setiap item.

Pilihan jawaban bergerak dari tidak pernah ( skor 0) hingga setiap hari

( skor 5). Skor total Kesehatan mental didapatkan dengan

menjumlahkan skor seluruh item ( 14 item ) dalam ukur MHC-SF.

Skor setiap aspek kesejahteraan didapatkan dengan cara

menjumlahkan semua item pada aspek kesejahteraan dalam MHC-SF.

Seseorang dengan Kesehatan mental tinggi jika nilai X ≥ mean (42),

dan dikatakan rendah, jika nilai X < mean (42).

9. Dampak Pernikahan Dini Tehadap Kesehatan Mental

Menurut Dariyo dalam bukunya yang berjudul “Psikologi

Perkembangan Dewasa Muda” pernikahan bisa berdampak cemas,dan

stres (dariyoyo, 1999).

a. Cemas

Kecemasan adalah penjelmaan dari berbagai proses emosi

yang bercampur baur, yang terjadi manakala seseorang sedang

mengalami tekanan atau ketegangan dan pertentangan batin

(Syalis ,E. R. and Nurwati, N. N., 2020). Gejala-gejala pada

kecemasan ada yang bersifat fisik dan ada pula yang bersifat

psikologis. Gejala fisik yaitu, ujungujung jari terasa dingin,

pencernaan tidak teratur, keringat bercucuran, tidur tidak


21

nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, nafas sesak, dan

lainlain. Gejala psikologis seperti sangat takut merasakan akan

ditimpa bahaya atau kecelakaan, hilang kepercayaan, tidak bisa

memusatkan perhatian, ingin lari dari kenyataan, dan lain-lain.

Adapun kecemasan yang terjadi dalam keluarga pernikahan

dini disebabkan karena takut akan adanya bahaya yang

mengancam dan persepsi itu akan menghasilkan perasaan tertekan

bahkan panik. Jadi kecemasan yang dialami keluarga pernikahan

dini dapat diartikan sebagai perasaan campur berisikan ketakutan

dan kekhawatiran dalam menghadapi masalah-masalah yang

timbul dalam keluarganya.

b. Stress

Stres bisa diartikan berbeda tergantung dari masing-masing

individu mengartikannya. Namun sebagian individu mengartikan

stres sebagai tekanan, desakan atau respon emosional. Pernikahan

yang terlalu muda bisa menyebabkan neuritis depresi karena

mengalami proses kekecewaan yang berlarut-larut dan karena ada

perasaan-perasaan tertekan yang berlebihan, sehingga

kematangan sosial-ekonomi dalam perkawinan sangat diperlukan

karena merupakan penyangga dalam memutarkan roda keluarga

sebagai akibat perkawinan. Pada umumnya umur yang masih

muda belum mempunyai pegangan dalam hal sosial ekonomi.


22

Padahal individu itu dituntut untuk memenuhi kebutuhan keluarga

(Syalis ,E. R. and Nurwati, N. N., 2020).

B. Kerangka Teori

Kumpulan teori yang mendasari topik penelitian yang disusun

dalam kerangka, variabel dalam kerangka teori harus jelas tergambar

dengan berbagai variabel yang mempengaruhinya.

Wanita dewasa dini

Faktor yang
Pernikahan Dini
mempengaruhi :
a. Ekonomi
b. Kemauan sendiri
c. Pendidikan Dampak Pernikahan Dini
d. Keluarga a. Dampak Biologis Kesehatan Mental
e. Pergaulan bebas b. Dampak Psikologis
c. Dampak sosial
Faktor yang mempengaruhi
kesehatan mental :
Dampak Pernikahan Usia Dini a. Faktor biologis
terhaap Kesehatan Mental : b. Faktor psikologis
c. Faktor sosial
a. Cemas
b. Stress

Bagan 2 1 Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Variable Independent Variable Dependent

Usia Pernikahan Kesehatan Mental


Wanita
23

Bagan 2 2 Kerangka Konsep

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan sesuatu yang menjadi pembeda.(24) Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel

dependent.

1. Variabel independen atau variabel bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependent ( terikat) (Prof. Dr. Suryana, 2012).

Variabel independent pada penelitian ini, yaitu Usia Pernikahan.

2. Variabel dependen atau variabel terikat

Variabel teikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Prof. Dr. Suryana, 2012).

Variabel dependent pada penelitian ini, yaitu Kesehatan Mental Wanita.

E. Hipotesa Penelitian

Hipotesa merupakan suatu pernyataan sementara yang belum dibuktikan

dengan data atau fakta dan akan diuji kebenarannya (Prof. Dr. Suryana, 2012).

Hipotesa pada penelitian ini yaitu :

Ha : Ada hubungan usia pernikahan dengan kesehatan mental wanita di

kecamatan Bulu Kabupaten Rembang.

H0 : Tidak ada hubungan usia pernikahan dengan kesehatan mental wanita di

kecamatan Bulu Kabupaten Rembang.


24
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuantitatif

dengan menggunakan metode penelitian korelasional dengan pendekatan

cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu

pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

dilakukan pada variabel terikat dan variabel bebas (Notoatmodjo S., 2012).

Pendekatan ini digunakan untuk melihat hubungan anatara variabel satu

dengan variabel lainnya.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada tanggal 18 Juni 2023.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pengertian yang lengkap tentang

suatu variabel yang mencakup semua unsur yang menjadi ciri utama

variabel tersebut (komaruddin, 2016).

25
26

Table 2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Variabel Hasil jawaban Cheklist - Menikah dini <21 Ordinal
Independen responden pada - Menikah sesuai usia
: lembar cheklist ≥ 21
Usia tentang usia
Pernikahan pernikahan
sesuai dengan
UU Pernikahan
No 1 tahun
1974
Variabel Hasil jawaban Kuosioner -Tinggi, jika nilai X Ordinal
Dependen : responden pada Mental ≥ 42
Kesehatan lembar Health -Rendah, jika nilai X
Mental kuosioner Continum < 42
MHC-SF Short
tentang Form
Kesehatan (MHC-
mental SF) terdiri
dari 14
pertanyaa
n

D. Populasi, Sampel, Dan Teknik Sampling


1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wanita menikah yang

ada di Kecamatan Bulu yang sudah menikah degan usia 16 – 25 tahun

pada bulan Septemmber tahun 2021 sampai dengan bulan Agustus

2022 dengan Jumlah 109 orang.

2. Sampel

Sampel disebut sebagai jumlah yang lebih sedikit dari jumlah

populasi yang nantinya dilakukan pengumpulan data ataupun penilaian

oleh peneliti (Rahmadi, S.Ag., 2011).


27

Untuk menentukan jumlah besar sampel, maka peneliti harus

menentukan cara untuk menetapkan jumlah sampel dari umlah

populasi yang dimiliki. Dalam mendapatkan sampel untuk mendapat

gambaran populasi, maka dalam memilih sampel pada penaitian ini

digunakan Rumus Slovin yaitu, sebagai berikut :

N
n=
N ¿¿

Keterangan :

n = Besarnya sampel

N = Besarnya populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan (0,05)

109
n=
109¿ ¿

109
n=
1,2725

n = 85,49= 85

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, sampel didapatkan

berjumlah 85 responden.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria yang dimiliki responden

penelitian. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

a) Seluruh wanita yang sudah menikah di Kecamatan

Bulu

b) Usia Wanita batas umur 16 - 25 tahun.


28

c) Wanita yang bersedia menjadi responden.

b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi adalah kriteria yang tidak dimiliki responden

penelitian . kriteria ekslusi pada peneltian ini adalah :

a) Wanita yang menikah dua kali

b) Wanita janda

3. Teknik sampling

Penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling karena tidak semua

sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti

(Prof. Dr. Suryana, 2012).


29

E. Instrument Penelitian

Instumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian.(Rahmadi,

S.Ag., 2011) Instrumen penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan

data pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini,

yaitu :

1. Usia pernikahan

Lembar cheklist menurut UU Pernikahan No 1 tahun 1974

2. Kesehatan mental remaja

Lembar kuesioner Kesehatan Mental menggunakan Mental Healt

Continum Short Form (MHC-SF).

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan

karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. (19)

Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat di kelompokkan dalam

dua jenis yaitu data primer dan sekunder:

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diambil langsung dari lapangan

atau lokasi tempat penelitian oleh peneliti sendiri. Data primer

dalam penelitian ini diperoleh dari responden melalui kuesioner

tentang usia pernikahan dan Kesehatan mental yang dialami oleh


30

Wanita di Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang.

b. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku, jurnal,

KUA, dan internet untuk mendukung penelitian.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian in secara terperinci

meliputi tahap-tahap berikut :

a. Tahap persiapan

1) Peneliti mengajukan surat ijin penelitian ke Rektor

Universitas Karya Husada Semarang, untuk melakukan

penelitian di KUA Bulu.

2) Setelah memperoleh surat ijin untuk melakukan

penelitian dari Universitas Karya Husada Semarang,

peneliti memberikan surat izin penelitian kepada Kepala

KUA Bulu.

3) Peneliti mengajukan Surat izin penelitian kepada Kepala

Kecamatan Bulu untuk melakukan penelitian di

Kecamatan Bulu.

4) Peneliti memperoleh izin dari Kepala Kecamatan Bulu

untuk melakukan penelitian di Kecamatan Bulu.

b. Tahap pelaksanaan

1) Peneliti mendapatkan data sekunder dari KUA Bulu


31

untuk dilakukan teknik sampling yaitu purposive

sampling sesuai kriteria inklusi untuk menentukan

responden.

2) Peneliti memberikan informasi tentang tujuan penelitian

kepada responden yang sesuai dengan kriteria inklusi.

3) Peneliti mengumpulkan responden dengan cara

membagi menjadi 2 kelompok.

4) Responden mengisi form persetujuan penelitian

(Informed Consent) yang disediakan peneliti.

5) Peneliti menjelaskan tentang pengisian kuesioner

6) Pembagian kuesioner dibantu oleh teman enumerator.

7) Setelah responden mengisi form persetujuan, peneliti

merekap hasil responden

8) Peneliti memberikan lembar cheklist terkait pernikahan

usia dini dan kuesioner kesehatan mental kepada

responden untuk kemudian di isi dengan kurun waktu

sekitar 15 – 30 menit. Pengisian kuisioner dengan

memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan

memberi tanda (√) pada lembar cheklist.

9) Peneliti melakukan pengecekan kembali pada kuesioner

yang telah diberikan pada responden.

c. Tahap Penyelesaian

Peneliti melakukan pengolahan data menggunakan program


32

SPSS for windows.

G. Cara Pengolahan Data

Proses pengolahan data yang diperoleh dari penelitian ini akan

dikerjakan melalui beberapa tahap sebagai berikut :

1. Editing (Pengecekan Data)

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan pengisian

formulir atau kuesioner (Notoatmodjo S., 2012). Peneliti akan

melakukan pengecekan ulang kelengkapan data karakteristik sampel,

kuesioner pernikahan usia dini dan kesehatan mental yang sudah

diperoleh dari sampel.

2. Skoring (Penilaian)

Skoring adalah pengisian kolom-kolom lembar kode sesuai

dengan jawaban dari masing-masing pertanyaan (Notoatmodjo S.,

2012).

a. Skoring Kesehatan Mental

Ada 14 pertanyaan favorabel dengan pilihan jawaban bergerak

dari tidak pernah hingga setiap hari dengan skor :

1) Tidak Pernah : 0

2) 1 atau 2 kali : 1

3) 1 kali Seminggu : 2
33

4) 2 atau 3 kali Seminggu : 3

5) Hampir Setiap Hari : 4

6) Setiap Hari : 5

3. Codding (Pemberian Code)

Codding adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan untuk masing-masing variable

terhadap data yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa

kelengkapannya (Notoatmodjo S., 2012). Pemberian kode dalam

penilitian ini adalah sebagai berikut :

a. Codding usia pernikahan :

1) Usia <21 tahun : kode 1

2) Usia ≥ 21 tahun : kode 2

b. Codding kesehatan mental

1) Tinggi, jika nilai X ≥ mean ( 42

2) Rendah, jika nilai X < mean (42)

4. Tabulating (Penyusunan Data)

Tabulating adalah penyajian data dalam bentuk tabel yang

bertujuan untuk memudahkan pembaca memahami laporan penelitian

(Notoatmodjo S., 2012).

5. Entry Data

Entry data adalah memasukkan jawaban dari masing-masing

responden dalam bentuk kode (angka) ke program computer (SPSS)

untuk dianalisis(Notoatmodjo S., 2012).


34

6. Cleaning (Pembersihan Data)

Cleaning adalah pengecekan kembali data hasil penelitian, setelah

dipastikan tidak ada kesalahan maka akan dilakukan tahap analisis data

sesuai jenis data (Notoatmodjo S., 2012)

H. Analisa Data
Analisa data merupakan upaya atau cara untuk mengolah data

menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan

bermanfaat untuk solusi permasalahan, terutama masalah yang berkaitan

dengan penelitian(Prof. Dr. Suryana, 2012). Pada penelitian ini analisa

data yang dilakukan secara univariate dan bivariate:

1. Analisis Univariate

Analisis univariate digunakan untuk mendeskripsikan variabel-

variabel yang diteliti (Rahmadi, S.Ag., 2011).

f
X= ×100%
N

Keterangan :

X = Hasil presentase

f = frekuensi hasil pencapaian

N = Jumlah seluruh observasi

Analisa univariat bertujuan untuk mengetahui persentase dari

variable dependen dan independen pengetahuan tiap responden menurut

hasil pengisian kuesioner. Analisa univariat dalam penelitian ini adalah

pernikahan usia dan kesehatan mental.

2. Analisa bivariat
35

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo S.,

2012). penelitian ini merupakan penelitian analitik yang melakukan

analisis terhadap 2 variabel (bivariat) yaitu variabel kategorik dan

kategorik. Analisis yang digunakan yaitu dengan uji Chi Square

( untuk menguji hubungan atau pengaruh dua variabel nominal dan

mengukur kuatnya hubungan anatara variabel nominal yang satu

dengan variabel nominal lainnya) dengan 95% CI untuk melihat ada

tidaknya asosiasi diantara kedua variabel (Prof. Dr. Suryana, 2012).

Syarat uji chi-square :

a. Tidak ada sel dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga

dengan Actual Count (F0) sebesar 0 (Nol);

b. Bentuk tabel kontingensi 2 X 2, tidak ada 1 sel yang memiliki

frekuensi harapan atau disebut juga dengan Expected Count (“Fh)

kurang dari 5;

c. Frekuensi harapan yang nilainya kurang dari 5 tidak boleh lebih

dari 20 %.

Penelitian ini menggunakan tabel 2x2, maka hasil uji statistic

yang digunakan yaitu uji continuity correction didapatkan hasil P-value =

0,001 (<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia

pernikahan dengan Kesehatan mental Wanita di Kecamatan Bulu Kabupaten

Rembang.

I. Etika Penelitian
36

1. Lembar persetujuan ( informed consent )

Dalam penelitian ini dilaksanakan informed consent sebagai

bentuk persetujuan antara peneliti dan responden. Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujaan menjadi responden. Tujuan informed consent

adalah agar subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati hak klien.

2. Anonimity (kerahasiaan nama)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data tetapi dalam bentuk kode pada masing-masing

lembar tersebut.

3. Kerahasiaan ( confidentiality )

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya, hanya kelompok data tertentu yaitu akan dilaporkan

pada hasil riset.

4. Manfaat (Beneficence)

Beneficence membawa arti menyediakan kemudahan mengambil

langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik dari pada hal yang

buruk.
37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

Penetian ini di lakukan di wilayah Kecamatan Bulu Kabupaten

Rembang. Penelitian ini menggunakan jenis peneltian kuantitatif dengan

metode penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional.

Pengambilan data dimulai dari tanggal 18 Juni 2023 dengan menyeleksi

calon responden sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditetapkan

dengan teknik sampling purposive samping. Jumlah responden yang

diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 85 responden.

2. Analisa Univariat

a. Pendidikan

Table 4. 1 Distribusi frekuensi pendidikan responden di Kecamatan Bulu


Kabupaten Rembang
Pendidikan Frekuensi Persentase (100%)
SMP 26 30,6
SMA 59 69,4
Jumlah 85 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan data bahwa dari 85 total

responden didapatkan hasil statistik pengukuran tingkat Pendidikan

dari 85 responden terdapat 59 responden ( 69,4%) berpendidikan


38

SMA sedangkan 26 responden ( 30,6 %) berpendidikan SMP. Hal ini

menunjukkan bahwa Pendidikan terakhir responden secara umum

adalah SMA.

b. Usia Pernikahan

Table 4 2 Distribusi frekuensi usia pernikahan di Kecamatan Bulu


Kabupaten Rembang
Usia Menikah Frekuensi Persentase (100%)
<21 Tahun 64 75,2
≥ 21 Tahun 21 24,8
Jumlah 85 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan data dari 85 total responden

didapatkan hasil statistik pengukuran responden mayoritas menikah

dini dengan jumlah 64 orang dengan presentase 75,2 %.

Mendiskripsikan usia pernikahan Wanita di Kecamatan Bulu

Kabupaten Rembang.

c. Kesehatan Mental

Table 4.3 Distribusi frekuensi kesehatan mental wanita di Kecamatan Bulu


Kabupaten Rembang
Kesehatan mental Frekuensi Persentase (100%)
Rendah 64 75,2
Tinggi 21 24,8
Total 85 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan data bahwa dari 85 total

responden didapatkan hasil statistik pengukuran responden

mayoritas Kesehatan mental kategori rendah dengan jumlah 64

orang dengan persentase 75,2%.

3. Analisa Bivariat

Table 4 4 distribusi frekuensi usia pernikahan dengan kesehatan mental wanita di


Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang
39

Usia Kesehatan Mental


Menikah
Rendah Tinggi Total Pvalue

F % F % f %
<21 Tahun 60 70,6 4 4,7 64 75,3
% 0,001
≥ 21 Tahun 4 4,7 17 20,0 21 24,7
Total 64 75.2 21 24,8 85 100
................Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa usia <21 Tahun Kesehatan mental

kategori rendah sebanyak 60 responden ( 70,6%) sedangkan Kesehatan

mental kategori tinggi didapatkan 4 responden (4,7 %). Usia ≥21 Tahun

Kesehatan mental kategori rendah sebanyak 4 responden (4,7%),

sedangkan Kesehatan mental dengan kategori tinggi sebanyak 17

responden (20.0%). Dengan demikian, dapat dikatakan responden secara

umum memiliki Kesehatan mental rendah pada usia <21 tahun.

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Pendidikan Wanita di Kecamatan Bulu Kabupatn Rembang

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa Wanita yang menikah

dengan tingkat Pendidikan SMA sebanyak 59 responden (69,4%), dan

yang memiliki tingkat Pendidikan SMP sebanyak 26 responden

(30,6%). Berdasarakan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui

Sebagian besar tingkat Pendidikan responden yang menikah di

kecamatan Bulu Kabupaten Rembang adalah SMA.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Arie Anggraini

( 2021) bahwa terdapat hubungan yag signifikan anatara tingkat


40

pendidikan dan usia perempuan saat menikah, karena tingkat

Pendidikan yang tinggi pada perempuan merupakan suatu keadaan

yang baik, sehingga perempuan dapat menumbuhkan dan

mengembangkan potensi pembawaan baik jasmani maupun Rohani

untuk generasi yang akan datang(Anggraini et al., 2021).

Peranan pendidikan berpengaruh kuat terhadap pendewasaan usia

kawin pertama (UKP). Kesempatan yang lebih terbuka bagi

perempuan menempuh pendidikan membawa konsekuensi untuk tidak

memasuki jenjang perkawinan. Pendidikan adalah usaha manusia

untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi - potensi

pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai- nilai

yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan(Maliana, 2020).

b. Usia menikah Wanita di Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa Wanita di

Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang mayoritas menikah di usia dini

dengan jumlah 64 orang dengan presentase 75,2% dari jumlah 85

orang responden. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Azarine Pandita Widyadhara (2021) bahwa pernikahan

yang dilakukan di usia muda sering terjadi dikarenakan karena

perjodohan, kehamilan diluar nikah, dan faktor ekonomi. Berbagai

macam faktor hal yang memicu hal tersebut terjadi karena adanya

dorongan faktor ekonomi, kehamilan diluar pernikahan, mengalami

putus sekolah, dan pengaruh pasangan untuk menikah usia muda.


41

Pernikahan usia muda pun sering kali membuat pasangan mengalami

kegagalan dalam meraih kesejahteraan psikologis(Azarine Pandita

Widyadhara, 2021).

Munculnya tekanan psikologis karena remaja yang melakukan

nikah muda di umur dini serta memulai kehidupan baru seperti

menghadapi lingkungan sosial dan status baru sebagai ibu rumah

tangga. Dengan demikian remaja merasa tidak mampu beradaptasi

dengan tetangga sehingga lebih memilih untuk berdiam diri dan

menutup interaksi dengan orang-orang di sekitarnya(V.A.R.Barao et

al., 2022).

Pernikahan dini bisa berdampak pada ketidakmampuan

seseorang untuk berfikir rasional. Berpikir jernih dan rasional di-

anggap penting karena dengan berfikir jernih seseorang mampu

memberikan solusi yang bijak tanpa menyalahkan pihak lain ketika

menghadapi masalah kehidupan. Kejernihan dan juga rasionalitas

seseorang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan orang tersebut.

Semakin tinggi pengetahuan yang ditempuh maka semakin besar pula

tingkat rasionalnya. Pada pernikahan dini, pengetahuan kerap

dihubungkan dengan riwayat pendidikan, minimnya pengetahuan pada

lingkungan terhadap pernikahan usia dini, sedikitnya pemanfaatan

media massa sebagai sarana menggali informasi, pengalaman pada

orang tua, keluarga maupun lingkungan yang


42

melakukan pernikahan dini(Nafikadini et al., 2021).

Batasan usia yang disebutkan dalam Undang-Undang pada

prinsipnya supaya ketika orang yang akan menikah sudah memiliki

kesiapan dalam berpikir, kesiapan mental dan fisik serta memiliki

tujuan yang jelas dalam pernikahan. Berdasarkan penelitian usia ideal

yang diinginkan perempuan untuk menikah, yaitu usia lebih dari 20

tahun. Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya perempuan tidak

menginginkan menikah di usia yang terlalu muda tetapi karena

berbagai faktor yang terjadi akhirnya mengambil keputusan untuk

menikah. Menurut pandangan perempuan dalam hasil penelitian bahwa

pernikahan usia dini sangat susah menjalaninya dan harus menjadi

orang yang dewasa dalam berpikir serta banyak impian yang ingin

dicapai. Hal ini didukung oleh penelitian Alfa (2019:52) yang

mengatakan pernikahan usia dini sangat mempengaruhi masa depan

perempuan karena perempuan yang sudah menikah mempunyai lebih

banyak tanggung jawab, sehingga membatasi perempuan dan tidak

mempunyai kesempatan untuk melakukan berbagai hal yang

seharusnya dilakukan pada usianya (Nur Hikmah, 2020).

Hal ini di jelaskan dalam teori pernikahan bahwa usia pada saat

menikah mempunyai keterkaitan yang .............................. sangat kuat dalam pola

memibina rumah tangga, dikarenakan besarnya tanggung jawab, maka

suami maupun istri memerlukan kedewasaan dalam berkeluarga baik

fisik maupun psikis dan perlu kesiapan dalam menempuh kehidupan


43

rumah tangga. Menurut Dadand Hawari, seorang psikiater dalam

bukunya mengatakan bahwa secara psikologis dan biologis seseorang

matang bereproduksi dan bertanggung jawab dalam sebagai ibu rumah

tangga antar usia 21-25 tahun atau 25-30 tahun di bawah itu terlalu

cepat(Kusdiah Eny Subekti1, 2021)

c. Kesehatan Mental

Kesehatan psikologis/ mental/ jiwa yaitu suatu penilaian diri

tentang peran seseorang mencakup area seperti konsep diri tentang

kemampuan seseorang, kebugaran dan enersi, perasaan sejahtera dan

kemampuan pengendalian diri internal, indikator mengenai keadaan

sehat mental/ psikologis/ jiwa yang minimal adalah tidak merasa

tertekan atau depresi (Kusdiah Eny Subekti1, 2021). Penilaian

terhadap Kesehatan mental dinilai dari 14 butir pernyataan kuesioner

yang diajukan kepada 85 responden di Kecamatan Bulu Kabupaten

Rembang, hasil analisis dari 85 responden Bdidapatkan bahwa Wanita

Kesehatan mental dengan kategori rendah sebanyak 64 orang

responden (75,2%) dan Kesehatan mental Wanita dengan kategori

tinggi sebanyak 21 orang responden (24,8%).

Munculnya tekanan psikologis karena remaja yang melakukan

nikah muda di umur dini serta memulai kehidupan baru seperti

menghadapi lingkungan sosial dan status baru sebagai ibu rumah

tangga. Dengan demikian remaja merasa tidak mampu beradaptasi

dengan tetangga sehingga lebih memilih untuk berdiam diri dan


44

menutup interaksi dengan orang-orang di sekitarnya. Gangguan

kesehatan mental timbul akibat remaja merasa kurang dukungan dari

keluarga dalam menjalani kondisi di mana dia berada dalam situasi

yang membuatnya merasa terpuruk. Hal ini selaras dengan penelitian

Sulistiawati (2021), perkawinan muda dianggap sebagai pemicu faktor

trauma psikologis yang berpengaruh pada kondisi mental seseorang

karena dapat mengganggu kemampuan perkembangan dan tumbuh

secara sosial(V.A.R.Barao et al., 2022)

2. Analisa Bivariat

Hubungan Usia Pernikahan Dini dengan Kesehatan Mental Wanita di

Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang

Hasil penelitian didapatkan dari uji statistik yang dilakukan

terhadap wanita di kecamatan Bulu Kabupaten Rembang didapatkan hasil

adanya hubungan antara usia pernikahan dengan Kesehatan mental wanita

di kecamatan Bulu Kabupaten Rembang dengan nilai signifikansi p = 0,00

(α <0,05) menunjukan bahwa terdapat korelasi antara usia pernikahan

dengan Kesehatan mental wanita di kecamatan Bulu Kabupaten Rembang.

Ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dianalisis sebelumnya

yang dilakukan pada 85 responden menunjukkan bahwa kesehatan mental

Wanita yang menikah <21 tahun dengan kategori rendah yaitu sebanyak

60 orang (70,6%) dan Kesehatan mental kategori tinggi sebanyak 4

responden ( 4,7%), sedangkan Kesehatan mental Wanita yang menikah di

usia ≥ 21 tahun dengan kategori rendah sebanyak 4 responden (4,7%) dan


45

Kesehatan mental kategori tinggi sebanyak 17 responden (20,0%).

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Ajeng K (2020)

menunjukkan bahwa seseorang yang belum matang emosinya tentu sulit

untuk menyesuaikan diri bila mana dihadapkan dengan situasi yang

mempengaruhi bahtera rumah tangga mereka sehingga berdampaklah

kepada keutuhan rumah tangga. Kematangan emosi disini sangatlah

penting karena untuk menggabungkan dua karakter kepribadian yang

berbeda dan kekurangan-kekurangan dari pasangan satu sama lain

sangatlah susah apabila pada pasangan yang menikah muda.

Secara psikis remaja belum siap dan mengerti seutuhnya

mengenai hubungan seksual secara dini dan dampak terhadap pernikahan

dini, yang dimana pada usia remaja mengalami turun naik emosi yang

dapat menimbulkan trauma psikis karena percekcokan dengan pasangan,

menerima kenyaataan bahwa sekarang menjadi ibu muda yang sudah

mengurus anak, rumah tangga, dan suami dengan perubahan tersebut

menghilangkan hak-haknya sebagai remaja yang seharusnya menikmati

masa-masa bermain, belajar, menikmati masa Karena remaja ini dalam

masa transisi menuju dewasa yang memiliki rasa ingin tahu yang besar

mengenai kehidupan manusia disekitar dan yang dialami teman-temannya.

Dengan perubahan tersebut mereka harus menerima dan menyiapkan

mental untuk menghadapi rumah rumah tangga yang mereka bina

(Maharani, 2020)

Hal ini sejalan dengan penelitian Kartikawati (2020) muda


46

seperti teman-teman yang lainnya yang masih belum menikah. yang

menjelaskan bahwa secara mental belum siap menghadapi perubahan

peran dan menghadapi masalah rumah tangga sehingga seringkali

menimbulkan penyesalan akan kehilangan masa sekolah dan masa remaja,

karena pernikahan dini berpotensi kekerasan dalam rumah tangga secara

psikologis yang mengakibatkan trauma sampai kematian terumata dialami

oleh remaja perempuan(Ningrum & Anjarwati, 2021)

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan menggunakan

teknik pengambilan sampel berupa purposive sampling, sehingga penelitian

ini didasarkan atas pertimbangan waktu, tenaga, dana, dan sarana yang

tersedia. Pada penelitian ini, pengamatan dan pengukuran variabel independen

dan dependen juga dilakukan secara bersamaan.


47

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Hasil dapat dideskripsikan, bahwa usia pernikahan di Kecamatan Bulu

Kabupaten Rembang mayoritas wanita yang menikah diusia <21 tahun

sebanyak 75,2% dan wanita yang menikah diusia ≥21

tahun sebanyak 24,8 %.

2. Hasil dapat dideskripsikan bahwa kesehatan mental wanita yang

menikah diusia <21 tahun di Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang

sebagian besar adalah rendah dengan persentase 70,6 % dan tinggi

dengan persentase 4,7%, sedangkan wanita yang menikah di usia ≥21

tahun kesehatan mental rendah dengan persentase 4,7 % dan tinggi

dengan persentase 20,0%.

3. Ada hubungan uia pernikahan dengan kesehatan mental wanita dengan

nilai signifikansi (pvalue = 0,001 < 0,05). Maka Ha diterima yang

artinya ada hubungan antara usia pernikahan dengan kesehatan mental

wanita di kecamatan Bulu Kabupaten Rembang.

B. Saran

1. Bagi remaja yang baru memasuki usia 17 tahun untuk


48

mempertimbangkan kembali keinginan untuk menikah diusia dini,

dikarenakan beberapa dampak yang akan terjadi setelah menikah

2. Bagi dosen, tenaga medis, atau mahasiswa dapat melakukan

pengabdian masyarakat. Pengabdian masyarakat dapat dilakukan

dengan mengadakan penyuluhan tentang pernikahan dini. Pengabdian

masyarakat dapat dilakukan langsung kepada semua masyarakat

khususnya remaja.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti

penelitian sehingga peneliti selanjutnya mungkin dapat melakukan

penelitian dengan menambah variabel dan melakukan analisis yang

lebih dalam atau dapat melakukan penelitian eksperimen, misalnya

memberikan penyuluhan tetapi dengan memberikan kuesioner sebelum

dan sesudah dilakukan penyuluhan serta dapat membandingkan hasil

sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan atau dengan memberikan

perlakuan yang lain.


49

DAFTAR PUSTAKA

(Notosoedirjo. (2014). Kesehatan Mental.


Afriani, R., & Mufdlilah. (2016). Analisis Dampak Pernikana Dini Pada Remaja
Putri di Desa Sidoluhur Kecamatan Godean Yogyakarta. Rakernas Aipkema,
235–243.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/2102
Anggraini, A., Sari, N., & Damayanti, R. (2021). Hubungan pendidikan dan
pekerjaan dengan usia perempuan saat menikah di KUA Depok Yogyakarta.
Jurnal Inovasi Penelitian, 1(9), 1779–1786.
Azarine Pandita Widyadhara. (2021). Pengaruh Pernikahan Dini terhadap
Kesehatan Mental dan Fisik.
BKKBN. (2019). Pendewasaan Usia Perkawinan dan Hak - Hak Reproduksi bagi
Remaja Indonesia.
dariyoyo. (1999). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda.
Depkes Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi
Kesehatan Reproduksi Remaja. www.depkes.go.id
Imam Yuda Saputra. (2020). Kasus Pernikahan di Rembang Meningkat.
https://www.solopos.com/pernikahan-anak-di-jateng-naik-dua-kali-lipat-
selama-pandemi-covid-19-1072843/
amp#aoh=16394912010912&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari %251%24s
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (n.d.). https://kbbi.web.id/nikah
Keyes. (2009). Feeling Good And Functioning Well : Distinscitive Concepts In
Ancient Philosophy And Contemporary Science.
komaruddin. (2016). Defenisi Operasional. 4(1), 1–23.
Kusdiah Eny Subekti1, R. E. (2021). Hubungan Pernikahan Dini Dengan
Kesehatan Psikologis Wanita Di Desa Jaya Mulya Kecamatan Cibuaya
Kabupaten Karawang. Jurnal Afiat Vol.4, 4, 483–492.
Maharani, A. R. (2020). Hubungan Antara Kesehatan Mental Dengan
Penyesuaian Pernikahan Pada Pasangan Suami Istri. Skripsi.
Maliana, A. (2020). Hubungan Antara Tingkat pendidikan Perempuan Dengan
50

Kejadian Pernikahan Usia Dini di KUA Wilayah Kerja Kecamatan


Purbolingo. Jurnal Kesehatan “ Akbid Wira Buana,” 1(1), 42–46.
Mangande, J., & Lahade, J. (2021). Kualitas pernikahan dan status kesehatan
mental pada perempuan yang menikah usia dini 1. Jurnal Keperawatan Jiwa
(JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 9(2), 293–310.
Nafikadini, I., Insani, D. A., & Luthviatin, N. (2021). Bagaimanakah Kesehatan
Mental Remaja Etnis Madura Yang Menikah Di Usia Dini? Indonesian
Journal for Health Sciences, 5(1), 45. https://doi.org/10.24269/ijhs.v5i1.2731
Ningrum, R. W. K., & Anjarwati. (2021). Dampak pernikahan dini pada remaja
putri (Impact of early marriage on adolescent women). Jurnal of Midwifery
and Reproduction, 5(1), 37–45.
Notoatmodjo S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Nur Hikmah, H. A. F. (2020). Batas Usia Perkawinan Dalam Perspektif Hukum
Islam dan Hukum Positif. http://riset.unisma.ac.id/index.php/jh/
article/view/7371
Organization, W. H. (2014). Remaja Putri.
Organization, W. H. (2015). ’Adolescent Development :Topics at Glance.
Pradityo Utomo. (2021). Angka Pernikahan Dini di Jateng Meningkat Tajam
Selama Pandemi.
https://m.rri.co.id/semarang/1050-info-publik/1016298/angka-pernikahan-
dini-di-jateng-meningkat-tajam-selama-pandemi
Prof. Dr. Suryana, Ms. (2012). Metodologi Penelitian : Metodologi Penelitian
Model Prakatis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas Pendidikan
Indonesia, 1–243. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Rahmadi, S.Ag., M. P. I. (2011). Pengantar Metodologi Penelitian. In Antasari
Press.
Rahmawati, M. N., Rohaedi, S., & Sumartini, S. (2019). Tingkat Stres Dan
Indikator Stres Pada Remaja Yang Melakukan Pernikahan Dini. Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia, 5(1), 25-33.
https://ejournal.upi.edu/index.php/JP KI/article/view/11180
Rahmawati, D. (2020). Pernikahan anak di Indonesia peringkat dua ASEAN.
https://lokadata.id/artikel/pernikahan-anak-di-indonesia-peringkat-dua-asean
Salirawati, D. (2011). Pernikahan Dini dan Permasalahannya.
Sari, L. Y., Umami, D. A., & Darmawansyah, D. (2020). Dampak Pernikahan
Dini Pada Kesehatan Reproduksi Dan Mental Perempuan (Studi Kasus Di
Kecamatan Ilir Talo Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu). Jurnal Bidang
Ilmu Kesehatan, 10(1), 54–65. https://doi.org/10.52643/jbik.v10i1.735
Sukaryo Teguh, S. (n.d.). BKKBN : usia pernikahan ideal 21 - 25 tahun.
51

Syalis ,E. R. and Nurwati, N. N. (2020). Analisis Dampak Pernikahan Dini


Terhadap Psikologis Remaja. Focus Jurnal Pekerja Sosial, Vol. 3, No. 1, Pp.
29–38,.
Syalis, E. R., & Nurwati, N. N. (2020). Analisis Dampak Pernikahan Dini
Terhadap Psikologis Remaja. Focus : Jurnal Pekerjaan Sosial, 3(1), 29.
https://doi.org/10.24198/focus.v3i1.28192
Undang-undang RI no.1 tahun 1974 tentang pernikahan. (n.d.).
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_74.htm
Undang - Undang nomor 16 tahun 2019 tentang pernikahan. (n.d.).
https://jdihn.go.id
Undang - Undang RI no.1 tahun 1974 tentang pernikahan. (n.d.).
http://repo.unad.ac.id
V.A.R.Barao, R.C.Coata, J.A.Shibli, M.Bertolini, & J.G.S.Souza. (2022).
Kesehatan Mental Pada Remaja yang Melakukan Pernikahan Dini. Braz
Dent J., 33(1), 1–12.
52

LAMPIRAN
53

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Siti Fatimah

NIM : 1903057

Mahasiswa program studi S1 Keperawatan Universitas Karya Husada

Semarang, yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Usia

Pernikahan dengan Kesehatan Mental Wanita di Kecamatan Bulu

Kabupaten Rembang” dengan ini memohon kesediaan saudara untuk menjadi

responden dalam penelitian ini.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela untuk ikut

serta menjadi responden atau menolak, tanpa sanksi apapun. Saya

menjamin kerahasiaan identitas saudara. Informasi yang Anda berikan

hanya untuk kepentingan penelitian dan tidak akan dipergunakan untuk

maksut lain. Jika saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian ini,

silahkan saudara menandatangani lembar persetujuan (informed consent)

yang saya ajukan.

Atas persetujuan dan kesediaan saudara sebagai responden, saya ucapkan

terimakasih.

Semarang, ……………………..2023

Hormat saya

Siti Fatimah
54

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat:
Menyatakan bersedia menjadi resonden penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswi Program studi S1 Keperawatan Universitas Karya Husada Semarang :
Nama : Siti Fatimah
NIM : 1903057
Prodi : S1 Keperawatan
Judul : Hubungan Usia Pernikahan dengan Kesehatan Mental Wanita di
Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan kesadaran tanpa paksaan
Untuk dapat digunakan sebagai sebagaimana mestinya.

Semarang, ……………………..2023
Responden

(……………………………)
55
56

Lampiran 3 Surat Permohonan Survey Awal KUA


57

Lampiran 4 Surat Permohonan Survey Awal Kecamatan


58

Lampiran 5 Surat Perizinan Survey Awal dari Kecamatan Bulu


59

Lampiran 6 Surat permohonan Izin Penelitian


60

Lampiran 7 Surat Balasan Perizinan Penelitian dari Balaidesa Karangasem


61

Lampiran 8 Surat Lolos Etik


62

CHEKLIST PENELITIAN

USIA PERNIKAHAN

A. Identitas Diri

Nama Inisial :

Usia saat Menikah :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

B. Petunjuk Pengisian

Berikan jawaban yang paling cocok menurut anda, dengan memberikan tanda

ceklist (√) pada salah satu jawaban berikut.

Menikah di usia berapa?

< 21 Tahun ≥ 21 Tahun


63

KUESIONER PENELITIAN

Mental Health Continuum Short Form (MHC-SF)

Petunjuk pengisian

Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan tentang diri anda sehari-hari. Bacalah

pernyataan-pernyataan berikut, kemudian pilih salah satu dari dua pilihan jawaban

yang paling sesuai dengan keadaan anda. Berilah tanda ceklist (√ ) pada lembar

jawaban yang sudah disediakan.

No Pernyataan Tidak 1 1 kali 2 atau 3 Hampir Setiap


Pernah atau seminggu kali setiap hari
2 kali semingg hari
u
1 Selama satu bulan
terakhir saya
sering merasa
Bahagia
2 Selama satu bulan
terakhir saya
sering merasa ada
hal yang menarik
dalam kehidupan
3 Selama satu bulan
terakhir saya
sering merasa puas
dengan kehidupan
4 Selama satu bulan
terakhir saya
sering merasa
bahwa saya
memiliki sesuatu
yang penting untuk
diberikan pada
lingkungan
5 Selama satu bulan
terakhir saya
sering merasa
bahwa saya
tergabung pada
suatu kelompok
sosial atau
lingkungan
6 Selama satu bulan
terakhir saya
64

sering merasa
bahwa masyarakat
adalah tempat
yang baik atau
menjadi lebih baik
untuk semua
orang
7 Selama satu bulan
terakhir saya
sering merasa
bahwa semua
orang sebenarnya
baik
8 Selama satu bulan
terakhir saya
sering merasa
bahwa kebiasaan
yang dipilih atau
dilaksanakan
oleh masyarakat
dapat dipahami
oleh saya
9 Selama satu bulan
terakhir saya
sering merasa
bahwa saya
menyukai sebagian
besar dari diri
saya
10 Selama satu bulan
terakhir saya
sering merasa
bahwa saya baik
dalam mengatur
tanggung jawab
dalam
keseharianmu
11 Selama satu bulan
terakhir saya
sering merasa
bahwa saya
memiliki
hubungan yang
nyaman
dan saling percaya
dengan orang
lain
12 Selama satu bulan
terakhir saya
sering merasa
65

bahwa saya
memiliki
pengalaman yang
membuat saya
berusaha lebih dan
menjadi orang
yang lebih baik
13 Selama satu bulan
terakhir saya
sering merasa
percaya diri untuk
berpikir atau
mengungkapkan
buah pikiran dan
pendapat saya
14 Selama satu bulan
terakhir saya
sering merasa
bahwa hidup saya
memiliki tujuan
atau arti hidup
66

Lampiran 10 Hasil Uji SPSS

Statistics
usia kesehatan
pernikahan mental
N Valid 85 85
Missing 0 0

Pendidikan
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid SMA 59 69.4 69.4 69.4
SMP 26 30.6 30.6 100.0
Total 85 100.0 100.0

usia pernikahan
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid <21 tahun 64 75.3 75.3 75.3
≥ 21 21 24.7 24.7 100.0
tahun
Total 85 100.0 100.0

kesehatan mental
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid tinggi 21 24.7 24.7 24.7
rendah 64 75.3 75.3 100.0
Total 85 100.0 100.0
67

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia pernikahan * 85 100.0% 0 0.0% 85 100.0%
kesehatan mental

usia pernikahan * kesehatan mental Crosstabulation


kesehatan mental
Tinggi rendah Total
usia <21 tahun Count 4 60 64
pernikahan Expected 15.8 48.2 64.0
Count
% of Total 4.7% 70.6% 75.3%
≥ 21 Count 17 4 21
tahun Expected 5.2 15.8 21.0
Count
% of Total 20.0% 4.7% 24.7%
Total Count 21 64 85
Expected 21.0 64.0 85.0
Count
% of Total 24.7% 75.3% 100.0%
68

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 47.434a 1 <,001
Continuity Correctionb 43.503 1 <,001
Likelihood Ratio 44.668 1 <,001
Fisher's Exact Test <,001 0,001
Linear-by-Linear 46.876 1 <,001
Association
N of Valid Cases 85
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5.19.
b. Computed only for a 2x2 table
69

Lampiran 11 Lembar Bimbingan


70
71
72

Lampiran 12 Hasil Turnitin


73

Lampiran 13 Lembar oponen


LEMBAR OPONEN
NO HAR NAMA JUDUL PENELITI NAMA BUKTI
I/ PENELITI PENGUJI
TAN
GAL
1. Jumat Novita Putri Pengaruh pemberian Ns. Amrih
,2 Wulandari oksigenasi dan posisi Widiati, M. Kep
Septe head up 30 derajat
mber terhadap
2022 peningkatan
kesadaran dan
hemodinamik pada
pasien cedera kepala
di rumah sakit Dr.
Soeprapto Cepu
2. Rabu, Anis Narfuatul Analisis faktor Boediarsih,.Kp,M
7 Azizah faktor yang .Kes
Septe berhubungan dengan
mber kejadian stunting
2022 pada balita di Desa
Getas
Singorojo Kendal

3. Jumat Ni’amatun Hubungan Body Ns. Sri Puji


, 28 Aprilia Shaming dengan Lestari, M.
Oktob Kesehatan Mental Kep.Sp. Kj
er pada remaja di SMA
2022 Negeri 2 Rembang
74

Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian

Gambar 4 1 Pengumpulan Responden

Gambar 4.2 Pengarahan pengisian kuesioner


75

Gambar 4 1 Pengisian Kuesioner oleh Responden

Gambar 4 2 Pemberian Souvenir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai