Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa

Indonesia Vol 10 No 2, Oktober 2021


PENERAPAN TEKNIK PEMENTASAN BONDRES CLEKONTONG MAS
DALAM PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN SISWA KELAS X
S.G.L.W.C. Astiti
Program Studi Pendidikan Bahasa
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

sg@undiksha.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses belajar mengajar dengan mengintegrasikan teknik
pementasan bondres clekontong mas sebagai media untuk meningkatkan kemampuan bermain peran
siswa kelas X SMA Negeri 1 Kediri, mengetahui pembelajaran drama dengan teknik pementasan bondres
clekontong mas serta keterkaitannya dengan pendidikan, dan mengetahui langkah-langkah penerapan
teknik pementasan bondres clekontong mas sebagai media untuk meningkatkan kemampuan bermain
siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kuantitatif. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan observasi. Subjek penelitian ini
adalah pembelajaran bermain peran siswa kelas X SMA Negeri 1 Kediri. Objek penelitian ini adalah
teknik pementasan bondres clekontong mas. Hasil penelitian ini adalah (1) siswa mengetahui keterkaitan
teknik pementasan bondres clekontong mas dengan pendidikan , (2) siswa merasa lebih antusias dalam
pembelajaran drama dengan teknik pementasan bondres clekontong mas, hal tersebut terlihat dari
manfaat yang dirasakan siswa, dan (3) siswa mampu menggunakan teknik pementasan bondres
clekontong mas, hal tersebut tergambarkan oleh hasil bermain peran siswa. Jadi melalui media bondres
akan menarik perhatian anak didik melalui dagelan lucu yang dilihat, maka pendidik mampu memotivasi
anak didiknya untuk bisa mengapresiasi sastra khususnya drama dengan cara bermain peran dan secara
tidak langsung anak didik memahami kultur budaya yang berada di daerahnya.

Kata kunci: Bermain Peran; Bondres Clekontong Mas; Siswa Kekas X

Abstract
This study aims to determine the teaching and learning process by integrating the bondres clekontong
mas staging technique as a medium to improve the role playing skills of class X students at SMA Negeri 1
Kediri, to find out about drama learning with the bondres clekontong mas staging technique and its
relationship to education, and to know the steps for implementing it. Bondres clekontong mas staging
technique as a medium to improve students' playing skills. The method used in this research is descriptive
quantitative method. Analysis of the data used in this study is the method of documentation and
observation. The subject of this research is learning to play the role of class X students of SMA Negeri 1
Kediri. The object of this research is the bondres clekontong mas staging technique. The results of this
study are (1) students know the relationship between bondres clekontong mas staging techniques with
education, (2) students feel more enthusiastic in learning drama with bondres clekontong mas staging
techniques, this can be seen from the benefits felt by students, and (3) students are able to using the
Bondres clekontong mas staging technique, this is illustrated by the results of the student role playing. So
through bondres media, it will attract the attention of students through funny jokes that are seen, so
educators are able to motivate their students to be able to appreciate literature, especially drama by
playing roles and indirectly students understand the culture in their area.

Keywords: Role Playing; Bondres Clekontong Mas; Student X

PENDAHULUAN pengarang menyelipkan nilai-nilai tertentu


Melihat perkembangan sastra di yang diharapkan dapat diterapkan dalam
Indonesia, banyak pengarang sastra kehidupan bermasyarakat bagi penikmat
menghasilkan karya-karya dengan karya sastra. Secara tidak langsung karya
mengangkat tema dari realitas kehidupan sastra memberikan sugesti kepada penikmat
sosial. Dalam karya sastra yang diciptakan, sastra untuk melakukan hal-hal yang

255
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 2, Oktober 2021
diamanatkan pengarang dalam pembaca melodrama, drama heroik, farce, sendratari,
atau penikmatnya. Baik prosa fiksi, puisi, tablo dan komedi. Komedi merupakan
maupun drama mampu menumbuhkan drama yang membuat penontonnya gembira
keindahan bahasa. dan bahagia. Bahannya banyak diambil dari
Drama merupakan salah satu materi kejadian yang terdapat dalam masyarakat
pelajaran yang termuat dalam mata sendiri dan sering berakhir dengan
pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran kegembiraan. Biasanya drama komedi
Bahasa Indonesia bertujuan membantu sering dijumpai pada drama klasik
siswa mengenal dirinya, budayanya, (tradisional). Drama tradisional ditulis dan
mengemukakan gagasan dan perasaan dipentaskan dalam lima babak (Akten) atau
serta menggunakan kemampuan analitis yang biasanya dikenal dengan sebutan
dan imajinatif. Kemampuan tersebut dapat Aristotelisches Theater dengan
diasah melalui empat aspek keterampilan memperkatikan kesatuan tempat, kesatuan
berbahasa dan bersastra; mendengarkan, waktu dan kesatuan kejadian (plot).
berbicara, membaca, dan menulis Drama sebagai genre sastra
(Scharfstein & Gaurf, 2013). Namun realitas seharusnya menjadi hal yang menarik bagi
di lapangan pembelajaran bahasa terlalu siswa untuk mempelajari sastra di sekolah.
menekankan pada keempat aspek Mempelajari karya sastra dapat membantu
berbahasa tersebut dan mengenyampingkan siswa memperoleh wawasan sastra,
aspek kemampuan bersastra siswa. Hal memiliki kemampuan mengapresiasi sastra,
tersebut terjadi pada siswa sekolah memiliki sikap positif terhadap sastra, dan
menengah khususnya kelas X di SMA dapat meningkatkan kemampuan berekting
Negeri 1 Kediri. Guru hanya memberikan melalui sebuah lakon (Marantika, 2014).
siswa naskah drama dalam pembelajaran Namun kenyataannya pada siswa tingkat
bermain peran tanpa mengaplikasikan sekolah menengah, masih banyak yang
media pembelajaran yang menarik, memiliki keterampilan bermain drama yang
sehingga siswa merasa jenuh dalam rendah. Selain itu keinginan dan rasa
pembelajaran bermain peran yang antusias siswa untuk mengikuti pelajaran
seharusnya menjadi pembelajaran yang tersebut kurang baik, karena masih banyak
menyenangkan bagi siswa. Padahal selain siswa yang bermain-main dalam mengikuti
bersifat rekreatif, pembelajaran sastra juga pelajaran bermain drama sehingga kurang
bersifat membangun jiwa siswa. Melalui efektif. Hal tersebut terlihat dari guru masih
karya sastra siswa dapat memahami menggunakan skenario dramatis yang
kehidupan, menanamkan karakter positif, paling jarang diminati siswa dalam
pentingnya harga diri, dan kepuasan rohani. membaca karya sastra terutama drama. Hal
Seperti halnya drama yang merupakan ini karena cukup sulit untuk memahami alur
salah satu bentuk karya sastra yang khas, drama dari segi dialog. Hal ini disebabkan
sebab tujuan akhir dari sebuah drama bukan karena menghayati naskah drama yang
hanya untuk dinikmati sebagai sebuah berupa dialog cukup sulit. Penghayatan
tulisan tetapi untuk dinikmati sebagai naskah drama lebih sulit daripada
sebuah pertunjukkan di atas panggung oleh penghayatan naskah prosa atau puisi
para aktor yang menggambarkan kisah (Winata, 2017). Selain itu, minat peserta
hidup dan kehidupan manusia yang didik yang kurang antusias pada
diceritakan dengan gerak dan laku. Misalnya pembelajaran drama di sekolah dibuktikan
di Indonesia, pertunjukan sejenis drama dengan hasil penelitian Yus Rusyana
mempunyai istilah yang bermacam-macam, (Winata, 2017) menyatakan bahwa minat
seperti: Wayang Orang, Ketoprak, Ludruk (di peserta didik dalam membaca karya sastra
Jawa Tengah dan Jawa Timur), Lenong yang paling banyak yaitu prosa, menyusul
(Betawi), Randai (minang), reog (Jawa puisi, baru kemudian drama. Memang,
Barat), rangda, arja, bebondresan (Bali) dan ketika mereka memahami skenario dramatis
sebagainya. Sebuah drama dibangun oleh dalam bentuk dialog, siswa kurang cermat
dua unsur, yakni unsur intrinsik dan unsur daripada memahami prosa atau puisi.
ekstrinsik. Ada beberapa jenis drama yaitu

256
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 2, Oktober 2021
Berbagai masalah yang bermain peran. Selain dapat meningkatkan
mempengaruhi kondisi tersebut selalu minat dan motivasi siswa dalam belajar,
dikaitkan dengan masalah strategi pembelajaran bermain peran dengan
pembelajaran yang buruk. Meskipun menggunakan teknik pementasan juga
diketahui bahwa kajian drama karya sastra dapat melestarikan kekayaan budaya,
lainnya tidak hanya ditujukan untuk sehingga kedepannya siswa akan lebih
menjadikan siswa sebagai penulis atau menghargai kekayaan budaya daerah yang
penulis naskah yang handal, tetapi lebih dapat memperkuat bangsa dan identitas
kepada memberikan apresiasi sastra. budaya.
Kemampuan mengapresiasi akan membuat Dalam kebudayaan di Bali contohnya
siswa lebih tertarik dan memiliki sikap positif terdapat seni pertunjukkan yang secara
terhadap drama. Permasalahannya, masih umum dapat dibagi ke dalam tiga kategori,
banyak guru yang belum memahami dengan yakni tari wali, tari bebali, dan tari balih-
baik bagaimana mengajarkan drama balihan. Seni pertunjukan yang lepas dari
(Rumilasari, 2016). Drama hanya diartikan kaitan upacara dan mengutamakan fungsi
sebagai lakon yang sangat sulit diajarkan di hiburannya dikategorikan sebagai seni balih-
kelas karena berbagai kendala. Berkaitan balihan. Salah satu seni balih-balihan adalah
dengan itu, guru membutuhkan pemahaman bondres. Bondres sering dipentaskan dalam
yang baik tentang segala sesuatu yang kegiatan ritual di Bali. Bondres dijadikan
berkaitan dengan hakikat drama, sudah sebagai media komunikasi yang bisa
saatnya pembelajaran drama dikelola mengedukasi masyarakat dengan kemasan
secara profesional untuk mencapai yang unik seperti menampilkan tokoh-tokoh
tujuannya. Penting bagi guru untuk yang lucu, serta humor-humor yang segar.
melakukan kajian tentang pengembangan Bondres mempunyai keleluasaan untuk
metode dan teknik pembelajaran drama menampilkan gerak dan narasi dialog
yang efektif dan tepat dalam upaya karena bondres tidak mempunyai pakem
meningkatkan keterampilan sastra siswa. khusus sehingga seniman bondres bisa
Menggunakan teknik bermain drama mengeksplor ekspresi bondres itu sendiri
dapat melatih kompetensi membaca, (Wiwik & Putri, 2021). Pada pertunjukan
menulis, menyimak, dan berbicara sekaligus Bondres menampilkan tokoh-tokoh dengan
meningkatkan kemampuan apresiasi drama humor-humor yang lucu, ditambah dengan
siswa secara produktif dalam bentuk menggunakan riasan yang berekspresi lucu
pementasan sederhana. Selain itu, yang mengakibatkan Bondres memiliki daya
pembelajaran menggunakan teater atau tarik tersendiri dibandingkan pertunjukan
drama dapat membantu siswa yang lainnya. Dengan cerita yang
mengembangkan: (1) perkembangan fisik bersumber dari sejarah (babad) atau
dan kinestetik, (2) pengembangan menceritakan kehidupan sehari-hari. Salah
kemampuan bermain drama/teater, (3) satu bondres yang masih aktif di Bali hingga
pengembangan mental/kemampuan berpikir saat ini yaitu Bondres Clekontong Mas yang
siswa, (4) pengembangan kemampuan beranggotakan tiga orang, yakni I Komang
personal/intra-personal, dan (5) Dedi Diana (Tompel), I Ketut Gede Rudita
pengembangan kemampuan (Sokir), dan I Nyoman Ardika (Sengap).
sosial/interpersonal. Pembelajaran dengan Clekontong Mas sendiri memiliki ciri khas,
teknik bermain drama juga dapat yakni pada kemampuan masing-masing
meningktakan rasa percaya diri, dan personil yang kemudian saling melengkapi
pemahaman siswa akan keberagaman (Amri ketika berada di atas panggung. Tompel
& Damaianti, 2017). Salah satu alternatif memiliki kemampuan dalam bidang tari,
pembelajaran bermain peran adalah dengan kemudian Sengap memiliki skill di bidang
menggunakan sebuah teknik pementasan, keagamaan khususnya Dharma Wacana
dalam proses pembelajaran yang serta Sokir yang memiliki skill di kesenian
diharapkan mampu merangsang aktivitas kerawitan. Clekontong Mas mampu
belajar siswa, dan berpengaruh positif mengangkat informasi tentang fenomena
terhadap kemampuan belajar siswa dalam dan informasi terupdate yang terjadi di

257
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 2, Oktober 2021
masyarakat. Dengan adanya adegan- dengan sikap dan nilai. Apresiasi sastra
adegan dalam pementasan untuk sendiri dimaknai sebagai kegiatan
menyampaikan amanat yang diperagakan menggauli, menggeluti, memahami, dan
oleh para penari. Sehingga para penonton menikmati cipta sastra hingga tumbuh
menikmati dan berpikir bahwa dalam pengetahuan, pengerhan, kepekaan,
pertunjukan tersebut mengandung unsur pemahaman, penikmatan, dan penghargaan
kehidupan seperti agama, sosial, ekonomi, terhadap cipta sastra yang kita gauli, geluti,
pencintaan, budaya, dan perilaku dalam pahami, dan nikmati tadi. Apresiasi yang
kehidupan. Hal tersebut tentunya akan dibina dibangku sekolah merupakan proses
menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa jika menuju apresiasi yang sebenarnya. Proses
diterapkan dalam teknik pementasan untuk ini dapat dibagi dalam beberapa tingkatan,
menikmati sebuah karya sastra dan siswa yakni (1) tingkat menggemari, (2) tingkat
akan lebih antusias mengimplementasikan menikmati, (3) tingkat mereaksi, dan (4)
daya tarik tersebut dengan keantusiasan tingkat mereproduksi.
dalam pembelajaran bermain peran, seperti Pada apresiasi sastra khususnya
dengan teknik pementasan bondres tersebut drama merupakan kegiatan mengkaji unsur-
dapat mengarahkan siswa dalam mendalami unsur yang dikandung dalam sebuah drama
setiap karakter tokoh yang ia lakoni, alur dengan cara menghayati dengan sepenuh
cerita, gaya, pola lantai dan sebagainya. hati dan pikiran. Sebagaimana yang
Menurut Oemarjati, tujuan pengajaran dijelaskan (Endraswara, 2011) bahwa,
sastra adalah memperkaya pengalaman apresiasi drama, yaitu upaya memahami
siswa dan menjadikannya lebih tanggap drama dari aneka sisi. Apresiasi berarti
terhadap peristiwa manusiawi, pengenalan merespons drama itu. Untuk menanggapi
dan rasa hormat terhadap tata nilai, baik harus bisa masuk, menghayati drama itu
dalam konteks individu maupun sosial. secara suntuk. Tujuan apresiasi drama
Sejalan dengan pendapat tersebut hendaknya mengacu pada empat konsep
pembelajaran sastra berfungsi sebagai (1) pembelajaran, yaitu; 1) belajar drama
Melatih keempat keterampilan berbahasa merupakan pembinaan, peningkatan
mendengar, berbicara, membaca, menulis), kemampuan mengapresiasi drama, bukan
(2) Menambah pengetahuan tentang proses pembentukan penguasaan
pengalaman hidup manusia; adat istiadat, pengetahuan tentang drama, 2)
agama, kebudayaan, (3) Membantu pembelajaran apresiasi drama dilakukan
mengembangkan kepribadian, (4) dengan memberi kesempatan seluas-
Membantu pembentukan watak, (5) luasnya kepada siswa untuk berinteraksi
Memberi kenyamanan, keamanan, dan secara langsung dalam menciptakan situasi
kepuasan melalui kehidupan manusia dalam yang mendorong siswa mendapatkan
fiksi, dan (6) Meluaskan dimensi kehidupan manfaat dari drama, 3) guru hendaknya
dengan pengalaman baru hingga dapat merangsang terciptanya situasi dimana
melarikan diri sejenak dari kehidupan yang siswa memperoleh sendiri nikmat dan
sebenarnya. Pengajaran sastra adalah manfaat dari drama, 4) menghindarkan
pengajaran yang menyangkut seluruh aspek siswa dari proses yang bersifat mekanis,
sastra, yang meliputi teori sastra, sejarah seperti terjebak dalam kegiatan menghafal
sastra, kritik sastra, sastra perbandingan, dialog. Hal yang paling penting bagaimana
dan apresiasi sastra. Dari lima aspek siswa memeroleh kepuasan batin dalam
pengajaran sastra tersebut, aspek apresiasi pentas seni drama dan akhirnya mengenali,
sastra yang paling sulit diajarkan. lni memahami, menghayati, menilai, dan
disebabkan karena apresiasi sastra menghargai drama sebagai sebuah karya
menekankan pengajaran pada aspek afektif sastra.
yang beraturan dengan rasa, nurani, nilai- Ada beberapa penelitian sebelumnya
nilai, dan sebagainya. Apresiasi yang yang menggunakan Teknik bermain drama,
sesungguhnya memang sulit dicapai di seperti penelitian dari Widia (2007) yang
bangku sekolah dan sulit dievaluasi menggunakan teater tradisional pagelaran
keberhasilannya karena berhubungan Wayang Beber untuk meningkatkan

258
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 2, Oktober 2021
kemampuan mengarang siswa SD METODE
“Penerapan Teknik Pagelaran Wayang Data yang akan digunakan dalam
Beber dalam Pengajaran Sastra untuk penelitian ini adalah proses pembelajaran
Meningkatkan Kemampuan Mengarang melalui dokumentasi dan observasi dalam
Siswa Sekolah Dasar” itu Widia menemukan memerankan drama yang dilakukan oleh
meningkatnya hasil belajar kemampuan siswa tingkat sekolah menengah. Peneliti
mengarang siswa SD setelah menerapkan melakukan observasi pada sekolah SMA
teknik pagelaran Wayang Beber. Kemudian Negeri 1 kediri terkait pembelajaran bermain
penelitian yang kedua dari Amri Ulil dan peran yang kemudian didokumentasikan
Damaianti Vismaia S (2017) yang dengan menerapkan teknik dengar-simak,
menggunakan Teknik bermain drama dan catat. Teknik sample pengambilan data
melalui teater tradisional Randai berbasis secara acak, yaitu dengan mengambil
kepercayaan diri terhadap kemampuan beberapa kelas X untuk diobservasi. Analisis
apresiasi drama itu peneliti menemukan yang digunakan dalam penelitian, yaitu
terdapat pengaruh yang signifikan identifikasi data, reduksi data,
penggunaan Teknik bermain drama melalui mengelompokkan data, deskripsi data, dan
teater tradisional Randai berbasis kesimpulan. Analisis data dalam penelitian
kepercayaan diri terhadap kemampuan ini adalah menggunakan metode deskriptif
apresiasi drama. Hal ini terlihat dari hasil uji t kualitatif. Menurut Sugiyono (2017:59),
yang menunjukkan kemampuan apresiasi metode deskriptif adalah penelitian yang
drama siswa di kelas eksperimen melukiskan, mengambarkan, atau
mengalami peningkatan signifikan dibanding memaparkan keadaan objek yang diteliti
kelas kontrol. Dan penelitian yang ketiga sebagai apa adanya, sesuai dengan situasi
dari Indah Parasanti (2012) yang dan kondisi ketika penelitan tersebut
menggunakan teknik permainan kartu watak dilakukan. Penelitian ini juga menggunakan
dalam pembelajaran drama dan hasil yang pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono
diperoleh dapat meningkatkan kemampuan (2017:53), pendekatan kualitatif adalah
melakonkan drama bagi peserta didik mekanisme kerja penelitian yang
secara signifikan. berpedoman penilaian subjektif nonstatistik
Ketiga penelitian di atas memiliki atau nonmatematis, dimana ukuran nilai
persamaan dengan penelitian ini yaitu yang digunakan dalam penelitian ini
sama-sama meneliti tentang teknik yang bukanlah angka-angka skor, melainkan
digunakan dalam bermain peran. Namun kategorisasi nilai atau kualitasnya.
jenis teknik yang dikaji berbeda-beda dan
tidak ada yang meneliti tentang penerapan HASIL DAN PEMBAHASAN
teknik pementasan bondres clekontong mas Hasil penelitian ini menggambarkan
khususnya pada aspek pembelajaran Sesuai dengan hasil yang diperoleh oleh
bermain peran. Perbedaan jenis teknik yang peneliti dalam penelitian ini, dapat diperoleh
dikaji merupakan peluang untuk melakukan tiga temuan bermakna, yaitu (1) kaitan
penelitian ini karena setiap jenis karya teknik bondres clekontong mas dengan pendidikan
dipastikan memiliki karakteristik masing- dan sebagai media pembelajaran, (2) ada
masing dalam pemakaiannya. Selain itu, beberapa langkah yang harus dilakukan
dalam pementasan bondres yang kental dalam penerapan Teknik bermain drama
dengan nilai-nilai, lawakan didalamnya tradisional bondres clekontong mas dalam
dengan beragam kompleksitasnya yang pembelajaran apresiasi sastra, dan (3)
sangat menarik untuk dikaji. Berdasarkan penerapan drama tradisional bondres
itulah peneliti tertarik menganalisis clekontong mas terhadap pembelajaran
Penerapan Teknik Pementasan Bondres apresiasi sastra.
Clekontong Mas Dalam Pembelajaran
Bermain Peran Siswa Sekolah Menengah.

259
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 2, Oktober 2021
A. Keterkaitan Bondres Clekontong Mas menceritakan tentang kesedihan atau
dengan Pendidikan kemalangan, (3) drama tragedi komedi
Drama menjadi salah satu genre merupakan drama yang ceritanya berisikan
sastra selain puisi dan prosa. Dalam kesedihan dan ada lucunya, (4) opera
perkembangannya drama menjadi digemari merupakan drama yang mengandung
dalam kehidupan masyarakan. Bahkan nyanyian dan musik, (5) Lelucon atau
drama juga menampilkan kehidupan, pola dagelan merupakan drama yang memiliki
pikir, dan tingkah lagu yang ada di lakon selalu bertingkah pola jenaka
masyarakat, sehingga dapat dijelaskan merangsang gelak tawa penonton, (6)
bahwa drama merupakan tiruan hidup operette merupakan opera yang ceritanya
masyarakat. (Riantiarno, 2011) lebih pendek, (7) pantonim merupakan
menyebutkan bahwa drama berasal dari drama yang ditampilkan dalam gerakan
Bahasa Yunani: draomai atau dran. Artinya tubuh atau bahasa isyarat tanpa
bertindak, berlaku, beraksi. Pengertian pembicaraan, (8) tablau merupakan drama
drama lebih dihubungkan dengan karya yang mirip pantonim yang dibarengi oleh
sastra. Dalam pengertiannya yang paling gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah
umum drama adalah setiap karya yang pelakunya, (9) passie merupakan drama
dibuat untuk dipentaskan di atas panggung yang mengandung unsur agama atau
oleh para aktor yang menggambarkan kisah religious, dan (10) wayang merupakan
hidup dan kehidupan manusia yang drama yang pemain dramanya wayang, dan
diceritakan dengan gerak dan laku. Di lain sebagainya. Terdapat beberapa jenis
Indonesia, pertunjukan sejenis drama drama yaitu melodrama, drama heroik,
mempunyai istilah yang bermacam-macam. farce, sendratari, tablo dan komedi. Komedi
Seperti: Wayang Orang, Ketoprak, Ludruk merupakan drama yang membuat
(di Jawa Tengah dan Jawa Timur), Lenong penontonnya gembira dan Bahagia.
(Betawi), Randai (minang), reog (Jawa Kesenangan itu bisa memancing senyum
Barat), rangda, arja, bebondresan (Bali) dan dan gelak tawa. Komedi ini biasanya disebut
sebagainya. Sebuah drama dibangun oleh juga dengan penggeli hati. Bahannya
dua unsur, yakni unsur intrinsik dan unsur banyak diambil dari kejadian yang terdapat
ekstrinsik. (Satoto, 2012) mengemukakan dalam masyarakat sendiri dan sering
unsur-unsur penting yang membina struktur berakhir dengan kegembiraan. Biasanya
sebuah drama yaitu. (1) tema dan amanat, drama komedi sering dijumpai pada drama
(2) penokohan (karakterisasi, perwatakan), klasik (tradisional).
(3) alur (plot), (4) setting (latar) dari segi Drama tradisional ditulis dan
aspek ruang dan waktu, (5) tikaian atau dipentaskan dalam lima babak (Akten) atau
konflik, dan (6) cakepan (dialog, monolog). yang biasanya dikenal dengan sebutan
Drama menurut masanya dapat dibedakan Aristotelisches Theater. Babak pertama
dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama yang merupakan bapak pengenalan tempat,
lama. Drama baru atau drama modern waktu dan para pemeran, sekaligus
merupakan drama yang memiliki tujuan memperkenalkan situasi awal dan masalah
untuk memberikan pendidikan kepada yang akan dijadikan sebagai titik awal
masyarakat yang umumnya bertema konflik-konflik yang akan muncul pada
kehidupan manusia sehari-hari. Sedangkan babak berikutnya nanti. Jika pada babak
drama lama atau drama klasik merupakan pertama, para pemeran mulai
drama khayalan yang umumnya memperkenalkan masalah yang akan
menceritakan tentang kesaktian, kehidupan muncul, maka pada babak kedua ini
istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, masalah-masalah tersebut mulai mengarah
kejadian luar biasa, dan lain sebagainya. pada ketegangan dan konflik. Beberapa ciri
Adapun macam-macam drama berdasarkan pada babak kedua ini adalah konflik mulai
isi kandungan cerita yaitu: (1) drama komedi teridentifikasi, terjadi pemadatan alur
merupakan drama yang mengandung humor ceritera, pelibatan para tokoh atau pemeran.
yang lucu dan penuh keceriaan, (2) drama Babak ketiga cirinya terjadi ketegangan dan
tragedi merupakan drama yang konfliknya memuncak. Babak keempat pada

260
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 2, Oktober 2021
babak ini, ketika para penonton merasa yang dipoles menggunakan bahan make up,
konflik akan segera berakhir, ternyata sehingga terlihat seperti digambar. Yang
muncul kembali ketegangan atau masalah unik dari seni Bondres adalah tidak ada
baru yang masih harus dipecahkan. Babak standar yang mengatur bagaimana seni ini
kelima merupakan babak akhir dimana ditampilkan. Namun, ada beberapa hal yang
cerita akan diakhiri melalui tragedi, perlu diperhatikan, yakni pesan moral,
sebagaimana terjadi pada, lenong, topeng, filosofi, dan kemampuan mendidik penonton
dagelan, sulap, akrobatik, dan sebagainya. yang menyaksikan. Pementasan Bondres
Selain ciri utama pembabakan tersebut di yang hingga saat ini masih aktif berkarya
atas, drama tradisional juga sangat adalah Bondres Clekontong Mas.
memperkatikan tiga kesatuan yaitu kesatuan Bondres Clekontong Mas terdiri dari
tempat, kesatuan waktu dan kesatuan kata “clekontong” yang berarti sarana
kejadian (plot). Kesatuan tempat upakara dan kalau di agama Hindu bernama
mengharuskan seluruh kejadian dalam tempat berstananya Ida Sang Hyang Widhi
cerita harus dimainkan pada satu lokasi. Wasa, sedangkan kata “mas” artinya mulia.
Dalam hal ini tidak terjadi pertukaran tempat Jadi Clekontong Mas ini adalah sebagai
kejadian. Kesatuan waktu menuntut wadah, tidak hanya sebagai wadah untuk
keharusan menyelesaikan plot berlangsung seniman pemula tapi juga untuk seniman-
dalam satu hari, yang biasanya dimulai dari seniman lainnya. Bondres Clekontong Mas
matahari terbit sampai matahari terbenam. beranggotakan tiga orang, yakni I Komang
Sementara kesatuan kejadian atau plot Dedi Diana (Tompel), I Ketut Gede Rudita
berarti semua peristiwa atau yang (Sokir), dan I Nyoman Ardika (Sengap).
dipentaskan terikat pada apa yang sudah Clekontong Mas sendiri memiliki ciri khas,
ditetapkan dan tidak dimungkinkan adanya yakni pada kemampuan masing-masing
adengan tambahan. Salah satu contoh personil yang kemudian saling melengkapi
drama tradisional adalah bondres. ketika berada di atas panggung. Tompel
Bondres digunakan sebagai sebuah memiliki kemampuan dalam bidang tari,
media penyuluhan yang lebih bersifat kemudian Sengap memiliki kemampuan di
edukatif atau mendidik. Diyakini karena bidang keagamaan khususnya Dharma
dengan transmisi melalui komedi atau Wacana serta Sokir yang memiliki
lelucon, pesan yang disampaikan akan lebih kemampuan di kesenian kerawitan.
diterima oleh masyarakat. Dalam Clekontong Mas mampu mengangkat
bebondresan penonton akan melihat sebuah informasi tentang fenomena dan informasi
plot, namun plot ini hanya sebagai panduan terupdate yang terjadi di masyarakat.
karena hal yang paling menonjol adalah Pementasan Bondres sebagai media
lelucon atau dagelan dari para seniman pendidikan kini semakin berkembang.
bondres yang memiliki pesan yang ingin Adegannya yang lucu ditambah dengan
disampaikan dan menggunakan bahasa pesan mendidik membuat Bondres menjadi
yang lebih akrab, yang memudahkan orang media yang mampu membuat masyarakat
untuk memahami maksud, dan itulah yang teredukasi sekaligus terhibur. Pementasan
memberikan para seniman Bondres tempat Bondres biasanya diawali dengan humor,
di hati masyarakat untuk menyampaikan lalu dilanjutkan dengan materi yang berisi
pesannya. Bondres sendiri berasal dari nilai pendidikan, ajakan yang berisikan
bahasa Bali, tepatnya Abnyol yang artinya penekanan mengenai hal-hal apa saja yang
humor. Namun, beberapa sumber boleh dilaksanakan atau yang tidak boleh
mengatakan bahwa Bondres berarti Bondo dilaksanakan melalui dialog kepada
Merenges, yang berarti guratan atau coretan penonton. Setiap seniman memiliki gaya
tidak beraturan. Hal ini disebabkan oleh masing-masing ketika menyampaikan
faktanya bentuk wajah Bondres sebagian pesan-pesan kepada penonton. Pesan yang
besar dipoles tidak beraturan. Dalam seni disampaikan bisa bersifat religius, sosial,
Bondres terbagi menjadi beberapa jenis pendidikan dan sebagainya. Pementasan
yaitu Bondres yang menggunakan tapel dan Bondres memainkan beberapa peranan
Bondres yang tidak menggunakan tapel atau sosiokultural yang cukup signifikan baik

261
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 2, Oktober 2021
dalam tataran makna, pesan maupun atau pengajaran apresiasi drama. Masing-
amanat. Makna dan peranan yang masing terdiri dari dua jenis, yaitu
dimainkan Bondres dalam kontak perubahan pengajaran teori, tentang teks (naskah
masyarakat Bali meliputi makna edukatif drama), dan pengajaran tentang teori
atau pencerahan, yang disampaikan melalui pertunjukkan drama. Jika teori-teori
monolog, dialog, gerak, nyanyian dan lakon termasuk dalam ranah kognitif, maka
dalam suatu pementasan. Disamping itu apresiasi berfokus pada ranah afektif.
juga sebagai wadah penyaluran aktivitas Sebaliknya jika orientasinya pada
seni, penyalur kritik-kritik dan komentar pementasan drama, maka ranah yang
sosial serta sebagai perekat yang disentuh adalah ranah psikomotorik, yang
disampaikan dalam bentuk ungkapan tentu saja tidak terlepas dari aspek kognitif
spontanitas. dan afektif. Pemberian kemapuan dasar
Dalam pementasan Bondres nilai-nilai tersebut sekaligus mendorong munculnya
pendidikan bisa disampaikan lewat lakon apresiasi sastra drama. Apresiasi itu terkait
(lelampahan), nyanyian (gending) dan dengan proses kreatif kepengarangan
lawakan (bebanyolan) dengan bentuk drama selain itu mencakup juga secara
berdialog langsung. Bondres Clekontong substansial muatan yang terdapat di dalam
Mas diharapkan mampu memberi kontribusi sastra drama. Selanjutnya pembelajaran
dalam ranah Pendidikan. Tidak terlepas dari dikembangkan kearah ranah afektif.
nilai-nilai yang menjadi poin dalam Kemampuan dasar analisis dramatis yang
pembelajaran sastra, seperti yang mendukung kemampuan apresiasi drama
disampaikan oleh personil bondres sengap diarahkan untuk munculnya seperangkat
yang selalu menyampaikan nilai agama. kompetensi afektif siswa terkait dengan
Jadi melalui media Bondres akan menarik respon positifnya terhadap pengarang dan
perhatian anak didik melalui dagelan lucu dramanya maupun pembentukan karakter,
yang dilihat, maka pendidik mampu sikap, emotif sebagai efek dari proses
memotivasi anak didiknya untuk bisa analisis dan apresiasi sastra drama di
mengapresiasi sastra dengan cara bermain sekolah. Hal yang tidak kalah pentingnya
peran dan secara tidak langsung anak didik adalah psikomotor, Eksplorasi terhadap
memahami kultur budaya yang berada di aspek keterampilan ini selain dapat
daerahnya khususnya di daerah Bali, dilakukan melalui pementasan, pembelajar
dimana anak didik juga mempelajari juga dapat diajak untuk mengelaborasi
mengenai sastra-sastra lainnya seperti kemampuan mereka untuk menilai dan
nyanyian daerah (gending atau tembang) memberi makna terhadap drama yang
dan juga bahasa daerah. Bahkan dengan dibaca.
media Bondres ini anak didik tidak hanya Menurut Bolton dalam (Marantika,
akan disuguhkan dengan Bahasa daerah 2014) ada tiga tipe cara penyajian
Bali saja, melainkan dalam setiap dialognya pengajaran drama yakni :(1) tipe exercise,
sering terselip bahasa Indonesia maupun (2) tipe dramatic playing, dan (3) tipe
Bahasa Inggris. Dimana di beberapa theater. Ketiga jenis ini dapat diterapkan
pementasannya, Bondres Clekontong Mas secara bersama-sama atau terpisah,
sering membawakan topik mengenai tergantung pada kebutuhan pembelajaran.
bahasa. Hal ini diharapkan anak didik lebih Oleh karena itu, dalam memilih penyajian
antusias lagi dalam mengapresiasi sastra, perlu mempertimbangkan beberapa hal. Jika
khususnya pada jenjang Pendidikan bisa pengajaran drama dipadukan dengan materi
menjadi daya tarik tersendiri sehingga anak lain, dalam waktu yang relatif singkat lebih
didik bersemangat ketika mendapat mata tepat menggunakan jenis pertama dan
pelajaran terkait pembelajaran sastra. kedua. Di sisi lain, bentuk ketiga hanya
B. Pembelajaran Drama dengan Bondres dapat diterapkan jika kita ingin mengajak
Clekontong Mas siswa untuk mengadakan pertunjukan,
Menurut Waluyo dalam (Kirana et al., meskipun hanya dalam skala kecil. Teater
2015) pengajaran drama dapat ditafsirkan jenis ini tentu saja membutuhkan waktu
dua macam, yaitu pengajaran teori drama pelatihan khusus karena membutuhkan

262
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 2, Oktober 2021
desain yang cermat. Opsional, dapat atau novel yang dapat diubah dalam bentuk
dilakukan sekali dalam satu semester atau drama, 7) diskusi lanjutan dengan
catur wulan, atau dalam konteks tertentu. mendalami sampai ketingkat sosio
Kegiatan pengajaran drama dalam sebuah prikologis, filsafat, religious dan
pementasan memiliki beberapa tahapan, memperagakan; 8) praktek percobaan
yaitu: (1) pemanasan (seperti latihan dalam bentuk bermain peran atau
melingkar, latihan duduk, mata tertutup, dll), menirukan adegan; 9) latihan pengucapan
(2) pantomim (untuk pelajaran, sandiwara, dialog, latihan dinamika suara; 10) acting;
dan permainan solo), (3) improvisasi (jika 11) pementasan drama. Ada tiga tahap
pantomim tidak memiliki suara, improvisasi pengajaran drama yang dapat diaplikasikan
sudah memiliki suara dan penampilan), (4) oleh guru, yaitu (1) tahap penjelajahan, (2)
bermain peran, dan (5) menulis naskah interpretasi, dan (3) rekreasi. Pada tahap
permainan. Kelima langkah ini harus diikuti penjelajahan guru memberikan siswa
dalam mengajar agar siswa benar-benar rangsangan untuk mempersiapkan siswa
memperoleh pengalaman ekspresif. Adapun menonton sebuah drama seperti bondres
tahapan persepsi dramatis dalam clekontong mas. Pada tahap interpretasi,
(Marantika, 2014) sebagai berikut: (1) Tahap hasil tontonan mereka didiskusikan dengan
Persiapan, mengumpulkan naskah drama pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan
sesuai dengan minat, kemampuan, menggali pendapat siswa terutama
rangsangan dan tingkat kesukaran bahasa; mengenai kesan siswa terhadap watak,
(2). Kegiatan dalam kelas meliputi: a) tokoh, latar dan sebagainya. Dengan proses
penjelajahan (perkenalan dengan drama ini guru secara tidak langsung telah
dengan membuat pertanyaan sehari-hari membimbing siswa mengenal dan
yang terkait dengan drama yang akan memahami jalan cerita drama tersebut
diapresiasi dan diserta dengan diskusi kecil secara aktif. Sementara itu pada tahap
tentang apa yang diharapkan anak didik dari rekreasi, guru melatih siswa mencermati
tokoh dalam drama tersebut); b) intepretasi peran-perannya dan mencoba
pertanyaan diskusi dengan pertanyaan mementaskannya. Kegiatan ini dapat
menggali (anak didik diminta dilakukan dalam kelas tatap muka dan
membandingkan pendapatnya sendiri dilanjutkan diluar kelas sebagai tugas
dengan apa yang dibaca dalam drama, terstruktur. Pada tahap ini guru dapat
pertanyaan terkait dengan tema, plot, melakukan pembagian peran, membuat
pelaku, watak dan menganalisis ahir ceritera pegelaran dan melakukan evaluasi.
drama; c) Rekreasi adalah pembagian Penekanan sikap dan gerak dalam tahap ini
peran, pagelaran, evaluasi, latihan ulangan akan meningkatkan gairah siswa untuk
dan pagelaran kembali; d) teknik pembinaan menyelami peristiwa-peristiwa dalam drama
apresiasi drama secara langsung karena mereka drama yang
Menurut Moody dalam (Uny, 2011), mereka lihat tidak lagi berupa teks suguhan
tahap-tahap penyajian pengajaran drama yang semiotis dari segi kata-kata, tetapi
terkait dengan apresiasi sampai ekspresi, sudah masuk pada tataran visualisasi yang
yakni: 1) pelacakan pendahuluan, dipanggungkan.
mengemukakan pusaran kemenarikan Pembelajaran drama dengan media
drama yang akan disajikan; 2) penentuan bondres clekontong mas memberikan
sikap praktis yaitu menjelaskan beberapa manfaat bagi siswa. Pertama,
keistimewaan dan kekauatan drama yang siswa dapat memahami heterogenitas
akan disajikan; 3) introduksi yaitu budaya (multikulturisme) yang tercermin
mengenalkan strukutr drama; 4) penyajian dalam sebuah pementasan bondres. Hal ini
berupa pementasan, membaca naskah dan didasarkan pada pemahaman bahwa drama
ekspresi drama; 5) diskusi yaitu merupakan cerminan dari hasil budaya yang
membicarakan pemantasan, keelbihan, lahir dan berkembang dalam negara dan
kekurangan keindahan dll’ 6) pengukuhan bangsa tertentu dengan etnis dan sukunya.
yaitu melaporkan pementasan, menulis Filosofi dan keunikan sebuah budaya akan
dialok, membuat adegan, mencaricerpen terlihat dari kostum, kebiasaan dan tradisi

263
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 2, Oktober 2021
yang ditampilkan oleh actor, dan dari menggemari, (2) tahap menikmati, (3) tahap
property dan dekorasi panggung. Drama mereaksi, dan (4) tahap produktif
yang dipentaskan selalu menghadirkan (mencipta). Masing-masing tahap
potret kebudayaan dan peradaban manusia berlangsung ditentukan oleh pendidik
yang pasti sedikit banyak mempengaruhi berapa kali pertemua. Pada tahap
pikiran dan perasaan actor dan juga para menggemari siswa dihadapkan pada
penonton. Kedua, siswa akan lebih memiliki kegiatan menyimak video bondres secara
rasa percaya diri terutama Ketika mandiri, berkelompok, dan dibawah arahan
berhadapan dengan public. Beban guru. Untuk tahap menikmati dilanjutkan
psikologis untuk berbicara, beraktualisasi dengan siswa saling berdialog dengan
dan bertindak di hadapan orang banyak teman lainnya terkait apa yang sudah
dengan sendirinya akan terkikis melalui disimak, baik dari segi karakter masing-
serangkaian proses yang dijalani dalam masing tokoh, gaya khas tokoh, dan lain
bermain drama. Rasa canggung dan minder sebagainya, kemudian mencoba latihan
akan hilang secara perlahan Ketika siswa membuat naskah drama, baru diterapkan
berada diatas panggung, dan melalui latihan memerankan tokoh yang sudah
motivasi dan gorongan guru serta teman- dibuat dalam naskah, dan bereaksi positif
teman, mereka dilatih untuk tidak ragu-ragu terhadap rekannya. Tahap mereaksi
dalam memerankan tokoh dalam naskah menekankan pada kemampuan siswa
drama. Ketiga, siswa akan mendapatkan berdiskusi, mengeluarkan pendapat tentang
kesempatan luas untuk bersosialisasi dan apa yang sudah disimak, dan berpartisipasi
meningkatkan kemampuan dalam dalam diskusi dengan baik, dan berlatih
mengorganisasikan kerja tim. Hal ini tidak dengan disiplin mempelajari gerak drama,
terlepas dari kompleksitas sumber daya akting, maupun teknik memainkan musik
yang dibutuhkan dalam pementasan mulai tradisional pengiring drama. Pada tahap
dari pemain, penata rias, penata music dan terakhir, siswa memerankan tokoh dalam
tim artistic panggung. Kerjasama dalam drama dengan lafal dan intonasi, mimik, dan
proses mengangkat teks tertulis dalam eskpresi yang sesuai dengan drama.
sebuah pertunjukkan ini diharapkan Performa ini ditampilkan di depan kelas.
memberi ruang bagi siswa untuk tidak hanya Secara umum pelaksanaan
sekedar mengenal berbagai karakter pembelajaran sastra dengan teknik bermain
anggota kelompok, tetapi juga meningkatkan drama melalui drama tradisional Bondres
kemampuan dan pengalaman dalam Clekontong Mas diawali dengan kegiatan,
manajemen khususnya seni pertunjukkan. pendidik memulai pembelajaran dengan
Bermain drama bagi siswa merupakan menyajikan video yang memancing rasa
kesempatan berharga untuk memperoleh ingin tahu siswa terhadap Bondres
pengetahuan dan pemahaman teks serta Clekontong Mas. Siswa mengidentifikasi
pengalaman praktis (pementasan). Tuntutan unsur -unsur drama berdasarkan apa yang
kompetensi siswa diera global yang tidak dilihatnya. Selanjutnya siswa bertanya jawab
hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi dengan guru tentang sejarah, manfaat, dan
juga afektif dan psikomotorik yang teknik memainkan drama Bondres.
menjadikan pementasan drama sebagai Kemudian guru memberikan sebuah naskah
salah satu media pembelajaran yang drama kepada siswa, selanjutnya siswa
berguna dan bermakna dalam bertanya jawab dengan guru mengnai hal-
mengantarkan siswa dalam kehidupan nyata hal yang belum ia mengerti di dalam naskah.
di masyarakat. Guru kemudian membagi siswa menjadi
C. Langkah-langkah Teknik Bermain Drama beberapa kelompok untuk berdiskusi dan
Tradisional Bondres Clekontong Mas menelaah isi naskah untuk kemudian
Proses pembelajaran berlangsung dipresentasikan dan ditanggapi oleh guru.
menggunakan teknik bermain drama melalui Selanjutnya guru menugaskan siswa
drama tradisional Bondres Clekontong Mas. membaca kembali naskah di rumah. Pada
Tahap apresiasi pembelajaran dilaksanakan tahap pelatihan siswa melatih dialognya
dalam empat tahapan, yaitu: (1) tahap dalam kelompok, dilanjutkan dengan latihan

264
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 2, Oktober 2021
gerak dalam drama, latihan memainkan PENUTUP
musik tradisional, dan latihan berlakon. Salah satu alternatif pembelajaran
Latihan berlakon menekankan pada bermain peran dengan menggunakan teknik
kemampuan siswa berdialog dengan lafal pementasan Bondres Clekontong Mas untuk
dan intonasi yang benar, memeragakan merangsang keaktifan belajar siswa
mimik wajah dan ekspresi tubuh yang pas khususnya pada siswa sekolah menengah,
dengan tokoh yang diperankan, serta yang nantinya akan berpengaruh positif
mengetahui teknik blocking panggung. terhadap kemampuannya dalam
Langkah yang dilakukan pada tahap mengapresiasi dan mengekspresikan
pemberian teori, guru lebih memfokuskan drama. Terbukti dari hasil yang diperoleh
pada teori aspek-aspek bermain drama, dalam kajian ini yaitu, siswa lebih tertarik
seperti pelafalan, gerak-gerik, ekspresi, mengikuti pembelajaran sastra khususnya
blocking, dan penghayatan. Pemberian teori pembelajaran drama; terdapat peningkatan
mengenai aspek-aspek bermain peran ini dalam memerankan sebuah drama dengan
sangat penting dilakukan agar siswa dapat memperhatikan hal-hal yang terkait (seperti
menampilkan suatu pementasan yang lafal, intonasi, ekspresi, dan sebagainya)
terkesan real atau nyata. Oleh karena itu, dengan pemeranan; siswa mampu
diperlukan sekali kemampuan penghayatan menggunakan teknik pementasan bondres
atau imajinasi yang tinggi agar pemain clekontong mas dalam bermain peran; dan
drama dapat memerankan tokoh sesuai pembelajaran apresiasi sastra khususnya
dengan karakter atau perwatakan tokoh itu drama menjadi lebih menarik dan lebih
sendiri sesuai dengan kejadian sebenarnya. hidup. Jadi melalui media bondres menjadi
Kedua, terkait dengan pengelompokkan daya tarik tersendiri bagi siswa melalui
siswa. Jadi, kerja sama antar individu dalam dagelan lucu yang dilihat, maka pendidik
suatu kelompok sangat penting dilakukan mampu memotivasi anak didiknya untuk
karena membuat siswa menjadi lebih aktif bisa mengapresiasi sastra khususnya drama
dan kreatif dalam mengikuti kegiatan belajar dengan cara bermain peran dan secara
mengajar. Selain itu, pengelompokkan ini tidak langsung anak didik memahami kultur
juga menjadi lebih efektif dalam budaya yang berada di daerahnya.
pembelajaran drama karena siswa menjadi
lebih termotivasi dan dapat DAFTAR PUSTAKA
mengembangkan kemampuan siswa dalam Amri, U., & Damaianti, V. S. (2017).
berkomunikasi. Ketiga, terkait dengan Pengaruh Penggunaan Teknik
pembentukan tim pengamat dan pemberian Bermain Drama Melalui Teater
komentar. Pembentukan tim pengamat ini Tradisional Randai Berbasis
juga perlu dilakukan agar peserta didik Kepercayaan Diri Terhadap
dapat terlibat lebih aktif dalam melakukan Kemampuan Apresiasi Drama.
kegiatan diskusi. Hal tersebut sejalan EduHumaniora | Jurnal Pendidikan
dengan Shaffel dan Shaffel, 1967 (dalam Dasar Kampus Cibiru, 8(2), 186.
Herman J. Waluyo, 2008) yang menyatakan https://doi.org/10.17509/eh.v8i2.5141
bahwa tim pengamat perlu disiapkan secara
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian:
matang agar semua peserta didik ikut
terlibat dan turut mengalami serta Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
menghayati peran tersebut sehingga Rineka Cipta.
menjadi lebih aktif dalam kegiatan Dewi, H. (2015). Nilai religius, moral, dan
berdiskusi. Selain itu, pemberian komentar etika pada cerpen: Hubungan manusia
dari tim pengamat juga berperan sangat dengan Ciptaannya. Jakarta: Unindra.
penting karena dapat digunakan sebagai
Endraswara, S. (2011). Metode
bahan untuk mengoreksi kelebihan dan
pembelajaran drama. Yogyakarta:
kekurangan masing-masing kelompok.
CAPS.
Selain itu, hal ini membuat kegiatan
pembelajaran menjadi lebih hidup dan Florida, N., López, C., & Pocomucha, V.
membuat siswa menjadi lebih antusias. (2012). CORE View metadata, citation

265
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 2, Oktober 2021
and similar papers at core.ac.uk. 2(2), ons/266395-metode-pembelajaran-
35–43. bermain-peran-dalam-24ddb170.pdf
Harahap, S. H. H. (2020). Pembelajaran Satoto, S. (2012). Analisis Drama Teater.
Sastra: Berbagai Kendala Dalam Yogyakarta: Ombak.
Bermain Drama Bagi Mahasiswa.
Scharfstein, M., & Gaurf. (2013). Bab II
Basastra, 9(1), 114.
Kajian Teori A. Keterampilan
https://doi.org/10.24114/bss.v9i1.1777
Berbicara. Journal of Chemical
9
Information and Modeling, 53(9),
Ismawati, E. (2013). Pengajaran Sastra. 1689–1699.
Yogyaakarta: Ombak.
Sugiyo, B. (2020). Kaitan Nilai Budaya dan
__________. (2018). Nationalism in Fakta Sosial Novel Sukreni Gadis Bali
Indonesian Literature as Active Karya AA Panji Tisna. Diskursus:
Learning Material. International Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia,
Journal of Active Learning, 3(1), 33– 2(03), 204.
48. https://doi.org/10.30998/diskursus.v2i0
3.6700
Kirana, C., Suwandi, S., & Anindyarini, A.
(2015). Penerapan Metode Uny, F. B. S. (2011). Bahan Kuliah Apresiasi
Pemodelanuntuk Meningkatkan Puisi Jawa.
Motivasi Belajar Dan Keterampilan
Widia, I. (2007). Pembelajaran Mengarang
Menulis Naskah Drama Siswa Kelas Xi
Siswa Sekolah Dasar. Tesis (tidak
Ipa 3 Sma Negeri Kebakkramat. Jurnal
diterbitkan). Bandung:UPI.
Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia,
Dan Pengajarannya, 3(2), 54281. Winata, N. T. (2017). Maling ( Drama Tarling
) Untuk Pembelajaran Merancang
Kurniawan, T. U. (2016). Perwujudan
Pementasan Dan Mendemonstrasikan
Naskah Drama Anusapati Karya S.H.
Drama Sebagai Seni Pertunjukan
Mintardja dalam Pementasan Teater.
Pada Siswa Sma. 307–328.
Journal of Urban Society’s Arts, 3(2),
73–81. Wiwik, N., & Putri, E. (2021). Bondres
https://doi.org/10.24821/jousa.v3i2.147 Dangdang Ketekung Sebagai Media.
6 16(1), 31–44.
Listiningrum, H. D., Tobari, & Kesumawati,
N. (2020). International Journal of
Educational International Journal of
Educational Review. International
Journal of Educational Review, 2(1).
Marantika, J. E. R. (2014). Drama Dalam
Pembelajaran Bahasa dan Sastra.
Tahuri, 11(2), 92–102.
https://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_itemin
fo_lnk.php?id=914
Riantiarno, N. (2011). Kitab Teater. Jakarta:
Grasindo.
Rumilasari. (2016). Pengaruh Metode
Bermain Peran (Role Playing)
terhadap Kemampuan Berbicara pada
Anak Kelompok A. E-Journal
Pendidikan Anak Usia Dini Universitas
Pendidikan Ganesha, 4(2), 1–11.
https://media.neliti.com/media/publicati

266

Anda mungkin juga menyukai