Anda di halaman 1dari 11

Ovitra Demaris Naitboho, Ni Wayan Suratni, Ni Made Haryati

Diterima Pada
29 Januari 2022

Disetujui Pada PEMBELAJARAN DRAMA MONOLOG DENGAN CERITA LEGENDA


14 Maret 2022 DANAU TOBA MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING DI SD
Vol. 2, No. 1, 2022 INPRES TUBUHU’E, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

Halaman Ovitra Demaris Naitboho1, Ni Wayan Suratni2, Ni Made Haryati3


79-89 1,2,3Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan, Fakultas Seni Pertunjukan,

Institut Seni Indonesia Denpasar


E-ISSN :
2808-7798 oviiynaitboho73@gmail.com

Abstrak

Penelitian Penelitian ini membahas tentang Pembelajaran Drama Monolog dengan Cerita Legenda Danau Toba
menggunakan Metode Role Playing di SD Inpres Tubuhu'e, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Hal ini dikarenakan
di Sekolah Dasar Inpres Tubuhu’e tidak menerapkan proses pembelajaran drama monolog. Cerita Legenda Danau
Toba digunakan sebagai cerita dalam drama ini, karena cerita ini mengandung makna yang dapat membantu
melestarikan cerita nusantara serta mengembangkan minat, bakat, mental dan karakter peserta didik dalam
pembelajaran drama monolog. Penelitian ini membahas tiga aspek bahasan pokok yaitu bentuk drama monolog
dengan cerita Legenda Danau Toba, proses pembelajaran drama monolog dengan metode Role Playing, dan hasil
pembelajaran drama monolog dengan menggunakan metode Role Playing. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dan selama proses pembelajaran yang dilakukan peneliti
menerapkan sebuah metode pembelajaran yaitu metode Role Playing. Penggunaan metode Role Playing ini bertujuan
agar para peserta didik lebih mudah memahami setiap peran dan karakter dari tokoh yang akan dimainkan atau
diperankan dalam cerita Legenda Danau Toba. Bentuk yang digunakan dalam drama monolog cerita Legenda
Danau Toba yang terdiri dari judul, tema, sinopsis, penokohan dan karakter, amanat, plot, pembabakan, dialog,
tata kostum, dan properti. Proses pembelajaran drama monolog dengan cerita Legenda Danau Toba menggunakan
metode Role Playing di SD Inpres Tubuhu’e, Kabupaten Timor Tengah Selatan melalui empat tahapan yaitu
persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil. Berdasarkan hasil dari evaluasi proses pembelajaran,
nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa adalah 85,4-94,4 dimana proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa
berjalan dengan sangat baik.

Kata Kunci: Pembelajaran, Monolog, Role Playing, dan Legenda Danau Toba

PENDAHULUAN martabat manusia khusunya dalam bidang


kesenian.
Pendidikan merupakan hal yang terpenting
dalam kehidupan manusia, karena tanpa Pendidikan Seni adalah bagian dari
pendidikan manusia tidak akan mampu pembelajaran umum, program pendidikan
mengetahui sesuatu yang patut untuk umum adalah sektor program dari struktur
dipahami (Munir Yusuf 2018:17). Pendidikan kurikulum sekolah dengan target
bertujuan untuk melatih dan membiasakan menyiapkan peserta didik menjadi individu
manusia sehingga potensi, bakat dan yang sehat dewasa secara individual serta
kemampuannya menjadi lebih sempurna. sosial (Soehardjo, 2012:156). Pendidikan seni
Dalam kehidupan manusia pendidikan seni telah diajarkan ditingkat sekolah dasar (SD),
menjadi hal utama dalam mencerdaskan diri sekolah menengah pertama (SMP), dan
sebagai upaya untuk mengangkat harkat dan sekolah menengah atas (SMA). Melalui

79
Ovitra Demaris Naitboho, Ni Wayan Suratni, Ni Made Haryati

pendidikan seni guru mengetahui serta drama dalam arti sempit. Pengertian
bagaimana perkembangan potensi siswa drama dalam arti luas adalah semua bentuk
dalam pembelajaran seni budaya. tontonan yang mengandung cerita yang
dipertunjukan di depan orang banyak,
Pembelajaran seni budaya ialah suatu sedangkan pengertian drama dalam arti
kegiatan belajar, yakni siswa mempelajari sempit adalah kisah hidup manusia dalam
tentang karya seni yang memiliki nilai estetis, masyarakat yang diproyeksikan ke atas
artistik, dan kreatif dengan nilai, norma serta panggung, disajikan dalam bentuk dialog
seni dan kebudayaan yang dimiliki oleh dan gerak berdasarkan naskah; didukung
suatu bangsa. Menurut Eko Purnomo 2014:2 tata panggung, tata lampu, tata musik, tata
tujuan pembelajaran seni budaya ada dua rias, dan tata busana. Dalam perkembangan
yaitu tujuan umum yang memiliki drama terdapat beberapa jenis drama seperti
pengertian yaitu untuk menumbuh drama komedi, drama tablo, drama opera,
kembangkan kepekaan rasa estetik dan drama gong, dramaturgi dan drama
artistik, sikap kritis, apresiatif, dan kreatif monolog.
pada diri setiap peserta didik secara
menyeluruh. Selain memiliki tujuan umum, Drama monolog merupakan salah satu ilmu
mata pembelajaran seni budaya memiliki terapan yang mengajarkan tentang seni
tujuan khusus yaitu menumbuh peran yang dimana hanya dibutuhkan peran
kembangkan sikap toleransi, menciptakan satu orang atau percakapannya dengan
demokrasi yang beradab, menumbuh dirinya sendiri serta dengan dialog bisu
kembangkan hidup rukun dalam masyarakat untuk melakukan adegan/sketsanya dengan
majemuk, mengembangkan kepekaan rasa rasa ungkapan senang, rasa sedih, ungkapan
dan keterampilan, menerapkan teknologi sikap terhadap suatu kejadian dan lain-lain.
dalam berkreasi, menumbuhkan rasa cinta Cahyaningrum (2012:4) menyatakan bahwa
budaya dan menghargai warisan budaya drama monolog juga bertindak sebagai
Indonesia serta, dan membuat pagelaran dan penegasan keinginan atau harapan karakter
pameran karya seni. Pembelajaran seni terhadap sesuatu dalam sebuah dialog baik
budaya terdiri dari seni rupa, seni musik, berupa pemikiran emosional, penyesalan
seni tari dan seni drama. atau lain sebagainya.

Drama berasal dari kata Yunani, yaitu dromai Terdapat beberapa alasan yang membuat
yang berarti berbuat, bertindak, atau beraksi peneliti tertarik untuk mengajarkan
(Dewojati, 2012:36). Kata drama dapat pembelajaran drama monolog dalam
diartikan sebagai suatu perbuatan atau penelitian ini yaitu : 1) drama monolog
tindakan. Secara umum pengertian drama adalah salah satu pembelajaran yang dapat
merupakan suatu karya sastra yang ditulis melatih mental dan karakter peserta didik
dalam bentuk dialog dan dengan maksud dimana dalam proses pembelajaran banyak
dipertunjukan oleh aktor. Drama juga dapat siswa yang memiliki perilaku tidak benar
dikatakan sebagai cerita yang diperagakan di seperti tidak mengumpulkan tugas tepat
panggung dan berdasarkan sebuah naskah. waktu, tidak mengembalikan barang teman,
Ada pula pengerian drama yang lain yaitu tidak jujur dan berbohong, maka peneliti
karangan yang menggambarkan suatu mengambil sebuah cerita yang dapat
kehidupan serta watak manusia dalam membentuk mental dan karakter peserta
berprilaku yang dipentaskan dalam didik agar mereka mau belajar untuk tidak
beberapa babak. Pada umumnya drama mengingkar janji baik dengan guru maupun
memiliki 2 arti, yaitu drama dalam arti luas teman. 2) Peneliti memilih SD Inpres

80
Ovitra Demaris Naitboho, Ni Wayan Suratni, Ni Made Haryati

Tubuhu’e Kabupaten Timor Tengah Selatan Legenda Danau Toba karena mereka pernah
sebagai lokasi penelitian karena mendengar bahwa cerita ini memiliki pesan
pembelajaran drama monolog belum pernah moral yang sangat tinggi yaitu jangan pernah
diajarkan pada mata pelajaran seni budaya mengingkar janji dan belajar menjadi orang
oleh guru di SD Inpres Tubuhu’e, Kabupaten yang pemaaf akan mengajarkan anak-anak
Timor Tengah Selatan. Untuk itu peneliti generasi sekarang agar dalam melakukan
membuat penelitian dengan judul sesuatu haruslah berpikir sebelum berucap
Pembelajaran Drama Monolog dengan Cerita karena setiap apapun yang kita lakukan,
Legenda Danau Toba menggunakan Metode semuanya memiliki sebab dan dampak, baik
Role Playing di SD Inpres Tubuhu’e, positif maupun negatif. Seperti pepatah
Kabupaten Timor Tengah Selatan. berkata “Apa yang ditanam, itu yang
dipanen”.
Dalam penelitian drama monolog ini cerita
yang digunakan yaitu cerita Legenda Danau Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu
Toba. Legenda ini menceritakan tentang Endang N.I Abanat selaku wali kelas VI di SD
seorang pemuda bernama Toba, yang Inpres Tubuhu’e, Kabupaten Timor Tengah
menikah dengan seorang gadis cantik Selatan dikatakan bahwa : “Pembelajaran
jelmaan seekor ikan, dengan syarat tidak seni budaya khususnya bermain drama di SD
memberitahu kepada siapapun asal-usul Inpres Tubuhu’e belum sesuai dengan
wanita tersebut. Suatu ketika, mereka harapan karena selama ini pembelajaran
dikarunai seorang anak yang diberi nama drama hanya difokuskan pada teori saja
Samosir. Suatu hari, ketika ayahnya tengah sedangkan untuk pembelajaran drama
bekerja di kebun, Samosir disuruh ibunya monolog belum pernah diajarkan. Selain itu
mengantar makan siang untuk bapaknya di guru lebih memfokuskan untuk praktik seni
kebun. Namun, Samosir merasa lapar lantas rupa dibandingkan dengan drama karena
memakan nasi yang dibawanya. Di kebun belum ada guru seni budaya yang
bapaknya menunggu namun Samosir tidak berkompoten di bidang seni drama”.
kunjung tiba akhirnya Toba pun pulang (Wawancara pada tanggal 02 Desember
untuk makan namun sesampainya di rumah 2021).
makanannya sudah habis. Dengan rasa
marah, Toba pun melontarkan kalimat Setelah mengetahui permasalahan tersebut
pantangan tersebut, dengan berucap bahwa peneliti menawarkan metode Role Playing
Samosir adalah Anak Ikan. Tidak untuk mengatasi permasalahan yang ada
berlangsung lama, desa tersebut diguyur dalam pembelajaran drama. (Hamzah B. Uno
hujan yang amat deras hingga seluruh desa 2011 : 12) Metode Role Playing yaitu suatu
dan sekitarnya direndam banjir yang metode yang diharapkan dapat
dahsyat, hingga membentuk sebuah danau, menumbuhkan kreativitas, sikap budi
yang sekarang dikenal dengan nama Danau pekerti, percaya diri, keberanian
Toba sedangkan pulau besar ditengahnya menghadapi banyak orang, bertanggung
adalah Pulau Samosir. jawab, dan memiliki jiwa seni. Selain itu
dengan adanya metode Role Playing seorang
Alasan kuat peneliti mengangkat cerita siswa akan menghayati tokoh yang
Legenda Danau Toba karena cerita ini diperankannya, karena sebelum
merupakan salah satu cerita yang dikuasai memerankan tokoh tersebut secara otomatis
oleh peneliti, pernah ditonton serta peneliti siswa akan secara mendalam mempelajari
tertarik dengan cerita Legenda Danau Toba apa yang ada pada diri tokoh tersebut.
dan peserta didik juga yang memilih cerita Dengan bermain peran, siswa juga akan

81
Ovitra Demaris Naitboho, Ni Wayan Suratni, Ni Made Haryati

menampilkan sebuah pementasan dimana kualitas data, analisis data, menafsirkan data,
dengan cara seperti itu menghadirkan dan membuat kesimpulan atas temuannya
kembali peristiwa legenda atau mitos yang (Sugiyono,2015:305-306). Dalam melakukan
telah terjadi meskipun tidak sama persis penelitian tentang pembelajaran drama
hingga seratus persen. Dengan monolog dengan cerita Legenda Danau Toba
menghadirkan kembali peristiwa legenda menggunakan metode Role Playing di SD
atau mitos maka dengan mudah siswa akan Inpres Tubuhu’e, Kabupaten Timor Tengah
memvisualisasikan legenda atau mitos yang Selatan, proses pengumpulan data
terjadi pada masa lampau. Selain itu siswa menggunakan sarana seperti laptop, hp,
akan menemukan fakta-fakta yang ada kamera, buku tulis, bolpoin dan buku
ketika proses mencari data melalui referensi, tentang drama monolog pada siswa.
sebelum memainkan karakter tokoh. Dengan
mempelajari karakter seorang tokoh maka Jenis data ada dua, yaitu data kualitatif dan
siswa akan dapat menangkap nilai-nilai kuantitatif, dalam penelitian ini
legenda yang terkandung didalam seorang menggunakan data kualitatif. Jenis data
tokoh yang dimainkan maupun sebuah cerita kualitatif berupa kalimat dan ungkapan.
atau peristiwa yang dipentaskan kembali. Namun untuk melengkapi data penelitian
dibutuhkan dua sumber data, yaitu sumber
METODE data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer merupakan data yang
Penelitian ini dirancang berpendekatan diperoleh langsung dengan teknik
deskriptif kualitatif. Pendekatan tersebut wawancara informan atau sumber langsung
digunakan karena dalam pembelajaran sedangkan Sumber data sekunder adalah
drama monolog peneliti berpartisi- pasi aktif data yang digunakan untuk mendukung
bersama objek penelitian untuk memperoleh data primer yaitu melalui studi kepustakaan,
data yang dijabarkan secara deskriftif terkait dokumentasi, buku, majalah, koran, arsip
dengan pembelajaran drama monolog di SD tertulis yang berhubungan dengan obyek
Inpres Tubuhu’e. yang akan diteliti pada penelitian ini.

Lokasi yang digunakan untuk tempat Pengumpulan data adalah segala macam alat
penelitian, yaitu di SD Inpres Tubuhu’e, yang atau aktifitas yang dapat digunakan dalam
berlokasi di Desa Tubuhu’e, Kecamatan pengumpulan data atau informasi dalam
Amanuban Barat, Kabupaten Timor Tengah penelitian. Teknik pengumpulan data dalam
Selatan, NTT (85551). Penelitian dilakukan di penelitian ini adalah sebagai berikut :
SD Inpres Tubuhu’e karena belum adanya
tenaga pendidik yang mengajarkan tentang Observasi atau pengamatan dilakukan untuk
seni drama khususnya drama monolog. mengamati tingkah laku siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Dalam
Instrumen penelitian kualitatif merupakan pengamatan penelitian ini, dilakukan untuk
alat penelitian yang melibatkan peneliti itu memperoleh data berupa gambaran proses
sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai praktik bermain drama selama kegiatan
instrumen harus “divalidasi” seberapa jauh belajar mengajar berlangsung, sikap siswa,
peneliti kualitatif siap melakukan penelitian. interaksi yang terjadi antara siswa dan guru,
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, serta perlakuan dan tindakan guru dari awal
berfungsi menetapkan fokus penelitian, hingga akhir pelajaran berlangsung.
memilih informan sebagai sumber data, Wawancara adalah suatu cara pengumpulan
melakukan pengumpulan data, menilai data yang digunakan untuk memperoleh

82
Ovitra Demaris Naitboho, Ni Wayan Suratni, Ni Made Haryati

informasi langsung dari sumbernya. sampai sekarang, hal inilah yang membuat
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Wawancara dilakukan di SD Inpres Tubuhu’e karena dianggap sangat menarik untuk
pada tanggal 01 dan 02 November 2021 menjadikan objek pelatihan. Dalam
dengan Kepala Sekolah Ibu Erna Nubatonis, pembelajaran drama monolog ini cerita yang
S.Pd dan Wali Kelas VI Ibu Endang N.I digunakan adalah Legenda Danau Toba.
Abanat, S.Pd. Mengenai pembelajaran seni Penelitian ini membahas mengenai bentuk
budaya di SD Inpres Tubuhu’e. Dengan hasil drama monolog yang digunakan sebagai
wawancara bahwa dalam proses bahan ajar dalam pendalaman drama, proses
pembelajaran seni budaya belum pernah pembelajaran ini menggunakan metode Role
diajarkan materi tentang drama monolog Playing serta hasil pembelajaran dengan
karena belum ada guru seni budaya yang menggunakan metode Role Playing.
berkompoten di bidang seni drama.
Dalam membahas sebuah bentuk karya seni
Dokumentasi merupakan pengumpulan data digunakan teori bentuk, dimana Djelantik
dengan melihat atau mencatat suatu laporan menjelaskan bahwa semua benda atau karya
yang sudah tersedia. Dalam penelitian ini seni mengandung tiga aspek yang mendasar
dokumentasi digunakan untuk memperoleh yaitu yang pertama berupa wujud atau rupa,
data nama siswa yang dijadikan sampel, yang kedua adalah bobot atau isi dan yang
penelitian, foto siswa, data profil sekolah, ketiga adalah penampilan atau penyajian.
keadaan guru dan siswa serta data arsip
lainnya sebagai pelengkap penyusunan Bentuk karya sastra drama memiliki
penelitian ini. karakteristik yang berbeda-beda yaitu
berdimensi seni pertunjukan pada sisi yang
Studi kepustakaan merupakan teknik lain dan berdimensi sastra pada satu sisi
pengumpulan data dengan mengadakan yang terfokus pada pertunjukan atau
studi penelaahan terhadap buku-buku, pementasan. Dalam pementasan atau
literature, catatan-catatan dan laporan yang pertunjukan sebuah drama kita terlebih
ada hubungannya dengan masalah yang dahulu harus mengetahui wujud sebuah
dipecahkan. drama sebagai bahan materi dalam proses
pembelajaran seni drama.
Teknik analis data atau pengolahan data
dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Bentuk drama monolog dengan cerita
Analisis deskriptif kualitatif adalah proses Legenda Danau Toba yang digunakan yaitu
mengajar, mengurutkan, mengelompokan, mengambil tema yang berjudul janji yang
memberikan kode mengkategorikan, membawa petaka dan menggunakan sinopsis
mengertikan, dan menginterprestasikan atau yang diambil dari buku Danau Toba. Dalam
menafsirkan data. Tahapan analisis data yang cerita Legenda Danau Toba terdapat tiga
dikelompokan terlebih dahulu, kemudian orang tokoh yang memiliki karakter yang
dianalisis secara kualitatif mengenai berbeda-beda yaitu Pak Toba yang memiliki
deskripsi kerangka yang akan dirumuskan. sifat kasar, Putri Ikan yang memiliki sifat
baik hati dan Samosir yang memiliki sifat
nakal. Amanat yang terkandung dalam cerita
HASIL DAN PEMBAHASAN Legenda Danau Toba yaitu jangan pernah
mengingkar janji, belajar menjadi orang yang
Pembelajaran drama monolog di SD Inpres pemaaf, dan berpikirlah sebelum berucap
Tubuhu’e memang belum pernah diajarkan karena setiap apapun yang kita lakukan,

83
Ovitra Demaris Naitboho, Ni Wayan Suratni, Ni Made Haryati

semuanya memiliki sebab dan dampak, baik b. Tahap Penyampaian


positif maupun negatif. Seperti pepatah Tahap penyampaian pembelajaran drama
berkata “Apa yang ditanam, itu yang monolog dengan cerita Legenda Danau Toba
dipanen”. Cerita Legenda Danau Toba menggunakan metode Role Playing di SD
menggunakan alur maju, yaitu dimulai dari Inpres Tubuhu’e dilakukan selama 12 kali
tahap awal hingga tahap akhir dengan pertemuan dengan 3 tahap yaitu kegiatan
mengambil adegan yang berada pada pendahuluan dengan waktu 10 menit,
sinopsis yang terdiri dari empat babak dan kegiatan inti dengan waktu 100 menit dan
menggunakan kostum yang sesuai dengan kegiatan penutup dengan waktu 10 menit.
alur cerita dan berdasarkan cara berpakaian Masing-masing tahap diuraikan sebagai
masyarakat zaman sekarang serta properti berikut:
yang digunakan yaitu alat pancing dan
tempat ikan, mobil permainan, cangkul dan Pertemuan pertama guru menjelaskan
golok, serta bekal makan siang Pak Toba. pengertian drama secara umum yaitu suatu
karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog
Proses belajar mengajar dapat diartikan dan dengan maksud dipertunjukan oleh
orang sebagai suatu rangkaian interaksi aktor. Drama juga dapat dikatakan sebagai
antara siswa dan guru dalam rangka cerita yang diperagakan di panggung dan
mencapai tujuan pembelajaran (Buchari berdasarkan sebuah naskah. Ada pula
Alma, 2007 :54). Pembelajaran mempunyai pengertian drama yang lain yaitu karangan
tujuan yang sangat penting yaitu untuk yang menggambarkan suatu kehidupan serta
mengubah sikap, mengubah ketrampilan, watak manusia dalam berprilaku yang
menambah pengetahuan dalam berbagai dipentaskan dalam beberapa babak.
bidang ilmu yang berarti bahwa tujuan Selanjutnya guru memberikan materi sejarah
pembelajaran adalah dapat mengembangkan drama yang berasal dari kata Yunani, yaitu
sikap, dapat berkreasi dan menghargai dromai yang berarti berbuat, bertindak, atau
kesenian merupakan wahana untuk beraksi (Dewojati, 2012:36). Adapun jenis-
berkreatifitas menumbuhkan rasa jenis drama yang muncul sejak Zaman
keindahan, percaya diri dan berperilaku Yunani yaitu : drama tragedy, drama
positif. Dalam proses pembelajaran terdapat komedi, melodrama dan parody.
empat tahap yang harus dilaksanakan yaitu
tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap Pertemuan kedua guru memberikan materi
praktik dan tahap penampilan hasil (Suyanto unsur-unsur drama pementasan drama yang
& Asep, 2013:83) terbagi menjadi dua yaitu unsur instrinsik
yang terdiri dari tema, tokoh/karakter,
a. Tahap Persiapan dialog, plot, latar, amanat, bahasa,
Tahap persiapan merupakan rangkaian interpretasi. Unsur ekstrinsik yang terdiri
kegiatan sebelum pengumpulan dan dari naskah drama, pemain, sutradara, tata
pengolahan data, pada tahap ini disusun rias, tata busana, tata panggung, tata lampu,
kegiatan yang harus dilakukan dengan tata suara dan penonton. Setelah itu guru
tujuan untuk mengefektifkan dalam menjelaskan pengertian drama monolog
persiapan dan perencanaan. Komponen- yang merupakan salah satu ilmu terapan
komponen yang perlu dipersiapkan yaitu yang mengajarkan tentang seni peran yang
tujuan, sumber belajar, materi pembelajaran, dimana hanya dibutuhkan peran satu orang
metode dan RPP. atau percakapannya dengan dirinya sendiri
serta dengan dialog bisu untuk melakukan
adegan/sketsanya dengan rasa ungkapan

84
Ovitra Demaris Naitboho, Ni Wayan Suratni, Ni Made Haryati

senang, rasa sedih, ungkapan sikap terhadap memiliki karakter yang jahat dan suka
suatu kejadian dan lain-lain. Cahyaningrum mengingkar janji, Putri yang memiliki
(2012:4) menyatakan bahwa drama monolog karakter baik hati dan penyayang serta
juga bertindak sebagai penegasan keinginan Samosir yang memilki karakter selalu merasa
atau harapan karakter terhadap sesuatu lapar. Setelah itu guru memberikan
dalam sebuah dialog baik berupa pemikiran kesempatan kepada setiap peserta didik
emosional, penyesalan atau lain sebagainya. untuk mencoba membaca naskah drama
didepan kelas dan peserta didik yang lain
Pertemuan ketiga guru memberikan materi mengamati. Setelah itu jika semua sudah
teknik pelatihan drama yang terdiri dari melakukan penampilan didepan kelas guru
latihan pernapasan, latihan olah suara yang akan memberikan masukan dan jika masih
dilakukan dengan mengucap kata vokal ada yang kurang akan diulangi sekali lagi.
seperti A, U, I, E, O selanjutnya senam wajah
dan ekspresiyang dilakukan dengan latihan Pertemuan kelima guru memberikan materi
tiga ekspresi yaitu sedih, senang dan marah. dialog, gerak dan ekspresi dari tokoh Pak
Setelah itu latihan olah tubuh. Toba dan Putri Ikan dalam babak 1 dan
babak 2 cerita Legenda Danau Toba.
Pertemuan keempat guru memberikan
pengenalan cerita Legenda Danau Toba. Pertemuan keenam guru memberikan materi
Dalam proses pengenalan cerita Legenda dialog, gerak dan ekspresi dari tokoh Pak
Danau Toba guru menggunakan metode Role Toba dan Putri Ikan dalam babak 3 dan
Playing. Pada awal kegiatan pembelajaran babak 4 cerita Legenda Danau Toba.
guru menjelaskan mengenai metode Role
Playing, langkah-langkah yang harus dilalui Pertemuan ketujuh guru memberikan materi
dan bagaimana memperagakan metode Role penggunaan intonasi yang tepat saat
Playing. Materi yang diberikan dalam berdialog. Tujuan guru memberikan materi
memperagakan metode Role Playing adalah penggunaan intonasi yaitu untuk membantu
guru memberikan materi cara berperan para pemeran agar suara yang dikeluarkan
menjadi ayah yang bekerja diladang, ibu tidak terdengar datar atau monoton. Selain
yang memasak dan anak yang bermain. itu penggunaan intonasi penting untuk
Setelah itu guru menunjuk peserta didik dilatih karena dapat mengembangkan cara
secara acak untuk memperagakan peran melafalkan kata-kata. Tujuan lainnya yaitu
yang sudah diperagakan oleh guru. Tujuan intonasi dapat menunjukan emosi dari suatu
guru memberikan materi metode Role Playing pementasan drama yang sedang berjalan.
yaitu agar siswa tidak bingung ketika
ditunjuk untuk melakukan beberapa peran Pertemuan kedelapan pemeberian materi
dalam drama monolog cerita Legenda Danau gesture, mimik dan intonasi yang tepat. Hal
Toba. Selanjutnya guru membagi naskah ini bertujuan agar penonton dapat
drama kepada setiap siswa, setelah semua menangkap pesan, maksud dan suasana hati
siswa menerima naskah masing-masing yang hendak disampaikan oleh pemain.
mereka tidak hanya duduk dan membaca Seorang pemain drama monolog perlu
naskah drama tetapi mereka membaca tanpa mengontrol tubuhnya sendiri agar sesuai
menggunakan ekspresi tujuannya untuk dengan peran yang akan diperankannya.
memahami isi cerita terdahulu. Setelah Seperti peserta didik yang berlatih cerita
mereka memahami isi cerita guru Legenda Danau Toba yang membawakan
memberikan materi pengenalan karakter peran ayah yaitu Pak Toba, peran ibu yaitu
cerita Legenda Danau Toba dimana Pak Toba Putri dan peran anak yaitu Samosir.

85
Ovitra Demaris Naitboho, Ni Wayan Suratni, Ni Made Haryati

pertemuan ini dijelaskan mengenai tahap


Pertemuan kesembilan pemberian materi latihan yang menggunakan langkah-langkah
gerak tubuh, mimik, intonasi dan penjiwaan. metode Role Playing.
Tujuan diberikan materi penjiwaan yaitu
agar peserta didik dapat menghayati dan d. Tahap Penyampaian
mengekspresikan karakter yang dibawakan. Tahap penampilan dalam pembelajaran
Tujuan lainnya yaitu agar peran yang drama monolog dengan cerita Legenda
dibawakan menjadi lebih hidup. Danau Toba di SD Inpres Tubuh’e,
Kabupaten Timor Tengah Selatan ini tidak
Pertemuan kesepuluh memantapkan dialog dilakukan hingga tahap pementasan, karena
setiap tokoh sesuai karakter suaranya pada saat penelitian ini dilakukan tidak
dengan menggunakan gerak tubuh, mimik, adanya momen atau hari penting di sekolah
intonasi dan penjiwaan. Dengan adanya yang berkaitan dengan ajang penyajian hasil
pemberian materi ini peserta didik pemebelajaran. Evaluasi pembelajaran
diharapkan mampu menguasai teknik- drama monolog dengan cerita Legenda
teknik yang telah diberikan sebelumnya. Danau Toba di SD Inpres Tubuh’e,
Sehingga dalam penyampaian cerita tersebut Kabupaten Timor Tengah Selatan hanya
akan terkesan lebih kreatif dan menarik. dilakukan melalui praktek drama monolog
di kelas, evaluasi ini tidak dilakukan secara
Pertemuan kesebelas guru dan peserta didik tertulis melainkan dilakukan dengan tes
melakukan gladi. Tujuannya agar masing- praktek drama monolog dengan indikator
masing peserta didik lebih memaksimalkan penilaian. Adapun beberapa indikator yang
penampilan peran, sikap, tingkah laku, digunakan dalam penilaian serta evaluasi
perasaan dan dapat memperoleh nilai atau dalam proses pembelajaran drama monolog
skor yang maksimal. ini yaitu, kepekapan, penjiwaan, gerak
tubuh, ekpresi dan dialog. Tes praktek drama
Pertemuan keduabelas peserta didik monolog ini tidak hanya diperoleh melalui
menampilkan atau membawakan cerita tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran
Legenda Danau Toba dan evaluasi. saja, akan tetapi penilaian juga dilakukan
melalui perkembangan keterampilan peserta
didik pada proses pembelajaran drama
monolog.

Tabel 4.1 Penilaian Hasil Pembelajaran drama


monolog peserta didik kelas VI di SD Inpres
Tubuhu’e
Nama Siswa Kep Gerak penjiw Dialog
Gambar 1. Pementasan drama monolog ekaa Tubuh aan
(Sumber : Dok. Ovitra Demaris Naitboho 2021) n
Bai Aleupah 85 85 84 88
Betty 85 86 80 85
c. Tahap Pelatihan
Nubatonis
Dalam tahap pelatihan pembelajaran drama Devan Koa 88 86 80 85
monolog dengan cerita Legenda Danau Toba Fradlinds 85 80 75 85
menggunakan metode Role Playing di SD Nubatonis
Inpres Tubuhu’e, Kabupaten Timor Tengah Igo 95 92 87 90
Naitboho
Selatan dimulai dari pertemuan keempat
Juanita 90 92 85 85
hingga pertemuan kesebelas. Pada Aleupah

86
Ovitra Demaris Naitboho, Ni Wayan Suratni, Ni Made Haryati

Jumaixcel 90 87 79 85 2002, dalam phia, 2016).


Nome
Kristin Koa 80 79 70 75
Marisa 90 95 80 85 Dalam menentukan tingkat penguasaan
Bansae peserta didik terhadap materi pembelajaran
Sindy 95 95 86 90 drama monolog di SD Inpres Tubuhu’e,
Naitboho Kabupaten Timor Tengah Selatan
Vionaricha 96 96 90 87
menunjukan bahwa peserta didik
Polly
memperoleh nilai yang cukup memuaskan
Nama Siswa Ekspresi Jumlah Rata-rata
dengan rata-rata 94,4-85,4. Hal ini
Bai Aleupah 88 430 86 menunjukan seluruh peserta didik kelas VI
Betty 85 424 88,4 mendapatkan nilai di atas Kriteria
Nubatonis Ketuntasan Minimal (KKM) yang berarti
Devan Koa 82 421 84,2
kualitas pembelajaran atau penilaian dengan
Fradlinds 82 407 81,4
Nubatonis kriteria yang ditentukan memenuhi standar
Igo 87 451 90,2 yaitu 7 orang peserta didik memperoleh nilai
Naitboho A (Amat Baik) = 85-100 dan 4 orang peserta
Juanita 85 437 87,4 didik memperoleh nilai B (Baik) = 75<85.
Aleupah
Jumaixcel 86 427 85,4
Nome Berdasarkan hasil yang diperoleh, ini
Kristin Koa 75 379 75,8 menunjukan hasil belajar pembelajaran
Marisa 86 427 85,4 drama monolog dengan cerita Legenda
Bansae
Danau Toba di SD Inpres Tubuhu’e,
Sindy 87 453 90,6
Naitboho Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan
Vionaricha 95 472 94,4 menggunakan metode pembelajaran Role
Polly Playing berjalan dengan baik dan berada
pada kategori amat baik serta hasil belajar
Nilai akhir dapat dikonversikan ke dalam drama monolog merubah sikap, mental,
skala kualitas sebagai berikut: karakter dan perilaku peserta didik menjadi
Amat baik (A) = 85-100 (Menguasai lebih bagus dari sebelumnya.
cerita/naskah, dialog,
ekspresi, gerak tubuh PENUTUP
penjiwaan, penyajian)
Baik (B) = 75<85 (dialog dan Tujuan diadakannya penelitian tentang
ekspresi dikuasai, pembelajaran drama monolog dengan cerita
tetapi penjiwaan Legenda Danau Toba menggunakan metode
belum dikuasai) Role Playing di SD Inpres Tubuhu’e,
Cukup (C) = 65<75 (hanya Kabupaten Timor Tengah Selatan yaitu
menonjol/unggul pada untuk mengembangkan minat dan bakat
salah satu unsur drama) peserta didik khusunya dalam drama
Kurang (D) = 55-<65 (Unsur-unsur monolog, membangun mental dan karakter
drama kurang dikuasai) peserta didik agar menjadi pribadi yang baik
Sangat kurang (E) = <55 (Unsur-unsur dan berbudi pekerti luhur, menciptakan
drama sangat kurang generasi muda-mudi untuk melestarikan
dikuasai) seni dan budaya.
(diadaptasikan dari Pedoman Standar
Prosedur Oprasional Pendidikan Dan Bentuk drama monolog dengan cerita
Pelatihan, Depdiknas, Ditjen Dikdasmen, Legenda Danau Toba yang digunakan yaitu

87
Ovitra Demaris Naitboho, Ni Wayan Suratni, Ni Made Haryati

mengambil tema yang berjudul janji yang pertemuan kelima guru memberikan materi
membawa petaka dan menggunakan sinopsis dialog, gerak dan ekspresi dari tokoh Pak
yang diambil dari buku Danau Toba. Dalam Toba dan Putri Ikan dalam babak 1 dan
cerita Legenda Danau Toba terdapat tiga babak 2 cerita Legenda Danau Toba,
orang tokoh yang memiliki karakter yang pertemuan keenam guru memberikan materi
berbeda-beda yaitu Pak Toba yang memiliki dialog, gerak dan ekspresi dari tokoh Pak
sifat kasar, Putri Ikan yang memiliki sifat Toba dan Putri Ikan dalam babak 3 dan
baik hati dan Samosir yang memiliki sifat babak 4 cerita Legenda Danau Toba,
nakal. Amanat yang terkandung dalam cerita pertemuan ketujuh guru memberikan materi
Legenda Danau Toba yaitu jangan pernah penggunaan intonasi yang tepat saat
mengingkar janji, belajar menjadi orang yang berdialog, pertemuan kedelapan pemeberian
pemaaf, dan berpikirlah sebelum berucap materi gesture, mimik dan intonasi yang tepat,
karena setiap apapun yang kita lakukan, pertemuan kesembilan pemberian materi
semuanya memiliki sebab dan dampak, baik gerak tubuh, mimik, intonasi dan penjiwaan,
positif maupun negatif. Seperti pepatah pertemuan kesepuluh memantapkan dialog
berkata “Apa yang ditanam, itu yang setiap tokoh sesuai karakter suaranya dengan
dipanen”. Cerita Legenda Danau Toba menggunakan gerak tubuh, mimik, intonasi
menggunakan alur maju, yaitu dimulai dari dan penjiwaan, pertemuan kesebelas guru
tahap awal hingga tahap akhir dengan dan peserta didik melakukan gladi,
mengambil adegan yang berada pada pertemuan keduabelas peserta didik
sinopsis yang terdiri dari empat babak dan menampilkan atau membawakan cerita
menggunakan kostum yang sesuai dengan Legenda Danau Toba dan evaluasi.
alur cerita dan berdasarkan cara berpakaian
masyarakat zaman sekarang serta properti Hasil belajar pembelajaran drama monolog
yang digunakan yaitu alat pancing dan dengan cerita Legenda Danau Toba
tempat ikan, mobil permainan, cangkul dan menggunakan metode Role Playing di SD
golok, serta bekal makan siang Pak Toba. Inpres Tubuhu’e, Kabupaten Timor Tengah
Selatan peserta didik yang mendapatkan
Proses pembelajaran drama monolog dengan predikat A sebanyak 7 orang dan predikat B
cerita Legenda Danau Toba menggunakan sebanyak 4 orang dengan rata-rata 94,4-85,4.
metode Role Playing di SD Inpres Tubuhu’e, Hasil membuktikan bahwa proses
Kabupaten Timor Tengah Selatan pembelajaran drama monolog berhasil
dilaksanakan melalui empat tahapan yaitu diterapkan dan dapat merubah sikap, mental,
tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap perilaku dan karakter peserta didik menjadi
latihan dan tahap penampilan hasil. Kegiatan lebih baik dan mampu memberikan motivasi
pembelajaran drama monolog dilakukan serta dapat meningkatkan minat dan bakat.
selama 12 kali pertemuan. Pertemuan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
pertama guru menjelaskan pengertian drama disampaikan beberapa saran atau masukan
secara umum dan sejarah drama, pertemuan sebagai berikut
kedua guru memberikan materi unsur-unsur 1. Bagi guru, diharapkan mampu
drama dan pengertian drama monolog, memberikan pelatihan atau pengajaran
pertemuan ketiga guru memberikan materi yang serius terhadap peserta didik
teknik pelatihan drama, pertemuan keempat terutama yang kemampuannya kurang
guru memberikan pengenalan cerita Legenda dalam drama. Dengan demikian, akan
Danau Toba menggunakan metode Role terciptalah peserta didik yang berkualitas
Playing serta membagi naskah dialog dan dan mempunyai daya saing yang cukup.
siswa mencoba membaca didepan kelas,

88
Ovitra Demaris Naitboho, Ni Wayan Suratni, Ni Made Haryati

2. Bagi peserta didik, diharapkan dapat Sistem. Jakarta : PT Bumi Aksara:.


mengikuti pembelajaran seni budaya Harymawan. 1986. Drama Turgi. Bandung: PT
pada umumnya dan seni drama pada Remaja Rosdakarya.
Hatta, Bakar. 1987. Drama dan seluk beluknya.
khusunya dengan lebih serius agar tujuan
Tanggerang : Tropic Bukit tinggi.
pembelajaran yang ingin dicapai dapat
Nuryanto, Tato. 2014. Mari Bermain Drama
tercapai sesuai dengan harapan. Selain itu
Kebahagiaan Sejati. Cirebon: Cv Elsi Pro.
peserta didik juga harus lebih giat lagi Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra.
berlatih drama monolog agar dapat Yogyakarta: Kanisius.
membentuk karakter dan bakat yang RMA. 1993. Dramaturgi. Bandung : Remaja
dimiliki bisa semakin terasah dan Rosdakarya.
meningkat. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,
3. Bagi sekolah, diharapkan sekolah dapat Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
menambahkan pembelajaran drama ─────. 2015. Metode Penelitian. Bandung :
Alfabeta.
monolog kedalam pembelajaran seni
─────. 2018. Metode Penelitian Kualitatif.
budaya sehingga bakat yang dimiliki
Bandung : Alfabeta.
siswa bisa lebih diasah lagi. Selain itu
Sumaryanto. 2009. Memahami Karya Sastra Bentuk
melalui pembelajaran seni budaya Drama. Jakarta Barat : CV. Pamulasih.
khusunya drama monolog peserta didik Suyanto dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru
lebih percaya diri dan siap mengikuti Profesional, Strategi meningkatkan Kualifikasi
perlombaan yang ada baik tingkat dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta :
sekolah maupun nasional. Esensi Erlangga Group.
Triwiyanto, Teguh. 2014. Pengantar Pendidikan .
Jakarta : PT Bumi Aksara.
DAFTAR RUJUKAN Uno Hamsah. 2007. Model Pembelajaran :
Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kreatif dan Efektif. Jakarta : Aksara.
Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka. Waluyo, Herman J. 2007. Drama Teori dan
Arikunto, Suharsimi, dkk.. 2006. Penelitian Pengajarannya. Yogyakarta : PT Haninditra
Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Graha Widya.
Carlson, Marvin. 2006. Drama And Dramatic Art. Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama.
Microsoft Encarta: Microsoft Corporation. Jakarta: PT Grasindo.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Yamin, M. 2013. Strategi dan Metode Dalam Model
Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Cipta. Pembelajaran. Jakarta: Referensi (GP Press
Dewojati, Cahyaningrum. 2012. Drama Sejarah, Group).
Teori, dan Penerapannya. Jakarta : Javakarsa Yusuf, Munir. 2018. Pengantar Ilmu Pendidikan.
Media. Palopo : Lembaga Penerbit Kampus IAIN
Djelantik, A.A.M. 1990. Pengantar Dasar Ilmu Palopo.
Estetika Jilid I Estetika Instrumental.
Denpasar : Sekolah Tinggi Seni Indonesia Narasumber
(STSI). Erna Nubatonis, S.Pd, 57 tahun, Kepala Sekolah
Djoddy, Syaiful Bahri. 2000. Mengenal Permainan SD Inpres Tubuhu’e, Desa Tubuhu,e Rt.007,
Seni Drama. Surabaya: Arena Ilmu Jakarta Rw.005, Kecamatan Amanuban Barat,
Surabaya. Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi
Endraswara, Suwardi. 2001. Metode Pembelajaran Nusa Tenggara Timur.
Drama. Jakarta: Caps. Endang N.I Abanat, S.Pd, 44 tahun, Wali kelas VI
Firmansyah, Dede. 2017. Danau Toba. Depok : di SD Inpres Tubuhu’e, Nunumeu,
Keira Publising Kecamatan Amanuban Barat, Kabupaten
Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa
Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Tenggara Timur.

89

Anda mungkin juga menyukai